• Tidak ada hasil yang ditemukan

AL-ISHLAH: JURNAL PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AL-ISHLAH: JURNAL PENDIDIKAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Fikri 67

DEVELOPMENT OF THE ARABIC-INDONESIAN

DICTIONARY AND INDONESIAN-ARABIC

DICTIONARY (HISTORICAL AND

SYSTEMATIC STUDY

IN INDONESIA)

Mohd. Fikri Azhari

STAI Hubbulwathan Duri, Riau, Indonesia Email: mohdfikriazhari2791@gmail.com

DOI: 10.35445/alishlah.v12i1.190

Accepted: March 24th, 2020. Approved: June 24th,2020.

Published: June 30th, 2020

Abstract

This study aims to identify and describe: 1) the development of Arab-Indonesian and Indonesian-Arab literacy in Indonesia, 2) the Arab-Indonesian and Indonesian-Arab literacy system in Indonesia. This study is a historical study, with a qualitative approach. The data collection in this study uses the technique of documentation. The data analysis used in this study used qualitative descriptive analysis, with the focus of the study being the development of Arab-Indonesian and Indonesian-Arab studies in Indonesia. The results of this study indicated that the development of lexicography Arabic-Indonesian and Indonesian-Arabic in Indonesia can be summed up as follows: First, a) The initial phase of lexicography Arabic-Indonesian begins with the rise of Arab-Malay dictionary Idris Al-Marbawi in 1927. The dictionary is the beginning of the development of the Indonesian-Indonesian dictionary in Indonesia. Once the presence of Arab-Malay dictionary Idris Al-Marbawi then comes the Arabic-Indonesian dictionary compiled by Mahmud Yunus in 1972. The initial phase-Indonesian Arabic lexicography is followed by a phase of development of lexicography Arabic-Indonesian dictionary Al-Munawwir in 1984, then Dictionary Contemporary Arabic-Indonesian 1996, Bisri Arabic-Indonesian Dictionary 1999, Al-Mutahar Arabic-Indonesian Dictionary, Al-Azhar Arabic-Indonesian Dictionary 2009, Al-Kamal Arabic-Indonesian Dictionary 2010. (b) Early phases of Indonesian-Arab practice in The introduction of the Indonesian-Arabic Dictionary was compiled by Asad M. Kalali in 1981. It is the forerunner of the Indonesian-Arabic dictionary in Indonesia. The early phases of the Arabic-Indonesian dictionary continue with the developmental phase of the Arabic- Indonesian-Arabic dictionary of the Indonesian-Indonesian-Arabic Al-Bisri dictionary in 1999, the Indonesian-Arabic dictionary Al-Munawwir in 2007, the Indonesian-Arabic

(2)

Fikri 68

dictionary of Al-Mufied in 2010, the Indonesian- Arabic KABA 2013. Second, the Arabic-Indonesian and Indonesian-Arabic system of learning is still dominated by a special alphabetical system, where users (users) of these dictionaries need to know the basic grammar of a word, of course this system is very difficult to use for them who is not yet familiar with sharf and narcissism. But in the development phase there is also an Arabic-Indonesian dictionary using the articulation system, where the user (user) does not have to change or find the word pattern they want to look for, but instead refers to the first letter of a word. Of course, this system makes it easy for non-Arabs to find a dictionary.

Keywords: Arabic-Indonesian Dictionary, Indonesian-Arabic Dictionary, Historical Study

PERKEMBANGAN PERKAMUSAN ARAB - INDONESIA DAN

INDONESIA - ARAB (KAJIAN HISTORIS DAN

SISTEMATIKA DI INDONESIA)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: 1) perkembangan perkamusan Arab - Indonesia dan Indonesia - Arab di Indonesia, 2) sistematika perkamusan Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian historis, dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tehnik dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif, dengan fokus kajian yaitu perkembangan perkamusan Arab-Indonesia dan Arab-Indonesia-Arab di Arab-Indonesia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa: Perkembangan perkamusan Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab di Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, a) Fase awal perkamusan Arab-Indonesia diawali dengan munculnya kamus Arab-Melayu Idris Al-Marbawi pada tahun 1927. Kamus tersebut merupakan awal dari perkembangan kamus Arab-Indonesia di Indonesia. Setelah hadirnya kamus Arab-Melayu Idris Al-Marbawi maka muncullah kamus Arab-Indonesia yang disusun oleh Mahmud Yunus pada tahun 1972. Fase awal perkamusan Arab-Indonesia tersebut dilanjutkan dengan fase perkembangan perkamusan Arab-Indonesia kamus Al-Munawwir pada tahun 1984, kemudian Kamus Arab-Indonesia Kontemporer 1996, Kamus Arab-Indonesia Al-Bisri 1999, Kamus Arab-Indonesia Al-Mutahar, Kamus Arab-Indonesia Al-Azhar 2009, Kamus Arab-Indonesia Al-Kamal 2010. b) Fase awal perkamusan Indonesia-Arab di awali dengan munculnya Kamus Indonesia-Arab yang disusun oleh Asad M. Kalali pada tahun 1981. Kamus ini merupakan cikal bakal berkembangnya kamus Indonesia-Arab di Indonesia. Fase

awal perkamusan Arab-Indonesia tersebut dilanjutkan dengan fase

perkembangan perkamusan Indonesia-Arab kamus Indonesia-Arab Al-Bisri pada tahun 1999, kamus Indonesia-Arab Al-Munawwir pada tahun 2007, kamus

(3)

Fikri 69

Indonesia-Arab Al-Mufied tahun 2010, kamus Indonesia-Arab KABA 2013. Kedua, Sistematika perkamusan Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab di Indonesia masih didominasi menggunakan sistem alfabet khusus, dimana pengguna (pemakai) kamus-kamus tersebut harus mengetahui pola kata dasar dari sebuah kata, tentunya sistem ini sangat sulit digunakan bagi mereka yang belum mengetahui ilmu sharf dan ilmu nahwu. Namun pada fase perkembangan juga terdapat kamus Arab-Indonesia menggunakan sistem artikulasi, dimana pengguna (pemakai) tidak perlu mengubah atau mencari pola kata yang ingin dicari, tetapi langsung merujuk pada huruf pertama dari sebuah kata. Tentunya sistem ini sangat memudahkan bagi non-Arab dalam mencari sebuah makna dalam kamus.

Kata Kunci: Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia-Arab,

Kajian Historis

PENDAHULUAN

Sebuah bahasa, termasuk bahasa Arab awalnya bermula dari bahasa lisan (lugah al-nutq) yang digunakan para pemakai bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya, sebelum pada tahap selanjutnya, bahasa dimodifikasi atau

dibukukan dalam bentuk bahasa tulis (lugah kitabah) yang kemudian banyak

orang menyebutnya dengan istilah kamus/mu‟jam.

Seiring dengan perkembangan pemikiran dan peradaban manusia, serta kebutuhan para penutur bahasa untuk menghimpun kosakata atau bahasa mereka, maka usaha-usaha mengumpulkan kosakata ke dalam sebuah buku yang khusus membahas makna bahasa (baca:kamus), terus selalu dikembangkan, sehingga bahasa tulis pun juga semakin pesat. Indikasinya adalah lahirnya kamus-kamus bahasa yang bukan hanya bermanfaat dalam menghimpun kosakata dan mempermudah memahami makna kata. Akan tetapi, lebih daripada itu, fenomena kodifikasi bahasa atau penyusunan kamus adalah bagian dari upaya optimal manusia dalam menjaga eksisitensi bahasa mereka (Taufiqurrochman, 2008).

Bahasa lisan ke bahasa tulis, adalah proses transfer yang menuntut para penutur bahasa mengembangkan ilmu tentang makna (semantik) untuk memahami kosakata lama maupun baru yang ada di dalam bahasa mereka. Interpretasi dan

studi kosakata itu lebih dikenal dengan Ilmu Kosakata ( Ilmu al-Mufrada>t ).

Pada tahapan selanjutnya, hasil kajian dan penelitian dari ilmu kosa kata, terutama yang telah maupun yang akan dikodifikasi ke dalam sebuah kamus melahirkan ilmu Leksikologi (Zahratunnisa, 2013). Leksikologi adalah penyelidikan ilmiah terhadap leksikon bahasa, termasuk perkembangan historisnya, stratifikasi sosial, komposisi kuantitatifnya, atau cara di mana beberapa area tematik dikodekan.

(4)

Fikri 70 Leksikografi adalah subdisiplin ilmu linguistik yang berhubungan dengan penyusunan kamus (Klein, 2015).

Secara sederhana leksikografi dikonsepkan sebagai cabang linguistik yang mencakup pengumpulan data, seleksi data, dan pendeskripsian unit kata atau kombinasi kata dalam satu atau lebih bahasa. Dalam beberapa kasus ada dua atau lebih bahasa yang dimasukkan dalam kamus secara serentak. Dengan kata lain, leksikografi dapat dikonsepkan sebagai cabang linguistik yang berkaitan dengan penyusunan kamus, dari perencanaan hingga penerbitan. Persepsi itu wajar karena pada umumnya produk leksikografi adalah kamus (Setiawan, 2015).

Lebih dari itu, perwajahan kamus dan metode penyusunan kosakata ke dalam kamus-kamus berbahasa Arab juga terus berubah dan berkembang secara inovatif dari masa ke masa. Munculnya kamus-kamus bahasa yang berasal dari hasil usaha penelitian para penyusunnya, secara tidak langsung, maka makna-makna dari kosakata yang telah dimuat di dalam kamus, telah mereka nilai sebagai kosakata baku dan maknanya benar, sehingga pada akhirnya, sebuah kamus tidak sekedar berfungsi sebagai buku yang membuat kumpulan makna, tetapi ia dipandang sebagai buku pedoman bahasa fusha (resmi) yang baku.

Munculnya sebuah kamus tentu saja juga diikuti oleh terbitnya kamus-kamus baru yang lain. Ada kamus-kamus baru yang hanya bersifat menyempurnakan kamus yang telah ada sebelumnya, meringkas atau bahkan memberi syarah (penjelasan) terhadap kamus pendahulunya, ada pula kamus disusun dengan tujuan mengkritik, menganalisis, membandingkan dan lain sebagainya sehingga pada akhirnya kamus-kamus bahasa muncul dengan beragam model dan sistematika. Bahkan hampir setiap kamus memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dengan kamus yang pernah ada sebelumnya. Fenomena ini jelas merupakan khazanah linguistik Arab. Lebih dari itu, munculnya para penyusun kamus yang kreatif dalam memakai metode, pendekatan, dan teknik pencarian kata, mendorong para pemerhati dan pengguna bahasa untuk selalu menanti pemunculan kamus-kamus bahasa Arab-indonesia dan Indonesia Arab model terbaru, terlengkap dan termudah.

Sejarah perkamusan Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab berlangsung setelah beberapa abad masuknya Islam, itupun masih dilatarbelakangi oleh kamus Arab-Melayu antara lain: Kamus Inarah al -Tahzibiyah, Kamus Idris al-Marbawi, Kamus al-Zahabi. Kemudain kamus Indonesia-Arab di awali dengan munculnya kamus Indonesia-Arab yang di susun oleh Asad M. Kalali pada tahun 1981. Kamus ini merupakan cikal bakal berkembangnya kamus Indonesia-Arab di Indonesia.

Kesadaran akan pentingnya kamus Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab dalam belajar dan mengajar bahasa Arab di Indonesia telah mendorong semangat para pecinta bahasa Arab untuk menyusun kamus Arab-Indonesia dan

(5)

Indonesia-Fikri 71 Arab sehingga sejak tahun 1927 sampai tahun 2013 telah berhasil disusun kamus Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab. Penelitian ini terfokus pada aspek metode penyusunan dan kriteria perkamusan Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab di Indonesia bukan menjelaskan penggunaan maupun kritik terhadap perkamusan Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab di Indonesia seperti peneltian yang sudah dilakukan. Oleh karena itu dalam penelitian ini, penulis akan menelusuri metode perkamusan Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab serta di Indonesia mulai dari tahun 1927 sampai 2013.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian historis yang mengungkapkan dan menjelaskan peristiwa masa lampau sehingga diarahkan kepada metode penyusunan dan kriteria perkamusan yang bersifat kualitatif. Selain itu penelitian ini juga termasuk dalam penelitian sejarah perkembangan sebuah perkamusan yang bergerak dalam bidang ilmu pengetahuan karena dalam penelitian akan dibahas terkait dengan latar belakang munculnya perkamusan Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab, asas yang digunakan, cara mencari kata, serta kelebihan dan kekurangan kamus tersebut.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode sejarah yang terdiri dari dari empat langkah, yaitu:

1. Heuristik

Heuristik merupakan pengumpulan sumber dapat berupa evidensio (bukti)

yang ditinggalkan manusia yang menunjukkan segala aktifitasnya di masa lampau baik berupa peninggalan-peninggalan maupun catatan-catatan. Sumber ini dapat ditemukan di perpustakaan daerah, internet, dan untuk arsip dapat diperoleh di kantor-kantor atau instansi-instansi tertentu. Serta dapat penulis peroleh dengan melakukan wawancara secara langsung dengan informan (sumber lisan) (Sjamsuddin, 2007). Sumber kedua adalah sumber berupa kesaksian dari siapa saja yang merupakan saksi mata atau sumber yang berasal dari sumber aslinya yang berupa literatur.

Peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk memperoleh data-data dan informasi yang dibutuhkan. Dokumentasi merupakan sebuah cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan (Basrowi, 2008). Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, karya, dll. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk

(6)

Fikri 72 karakteristik, dan isi serta yang terpenting adalah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan sejarah perkamusan Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab.

2. Kritik Sumber (Verifikasi)

Kritik sumber merupakan verifikasi sumber yaitu pengujian kebenaran atau ketepatan dari sumber sejarah. Kritik sumber ada dua macam yaitu kritik ekstern dan kritik intern untuk menguji kredibilitas sumber. Kritik ekstern adalah kritik yang mencari otentikasi atau keaslian sumber (Priyadi, 2012). Bentuk penelitian yang dilakukan peneliti misalnya tentang waktu pembuatan dokumen (hari dan tanggal) atau penelitian tentang bahan (materi) pembuatan dokumen itu sendiri.

Kritik intern adalah kritik yang menilai apakah sumber itu memiliki kredibilitas (kebiasaan untuk dipercaya) (Priyadi, 2012). Dalam proses analisis terhadap suatu dokumen, peneliti harus selalu memikirkan unsur-unsur yang relevan di dalam dokumen itu sendiri secara menyeluruh. Unsur dalam dokumen dianggap relevan apabila unsur tersebut paling dekat dengan apa yang telah terjadi, sejauh mana dapat diketahui berdasarkan suatu penyelidikan kritis terhadap sumber-sumber terbaik yang ada.

3. Interpretasi (Analisis)

Interpretasi yaitu menafsirkan fakta-fakta yang saling berhubungan dari data yang telah teruji kebenarannya (Kuntowijoyo, 2001). Tahap ini penting karena untuk membuat kronologi sebuah peristiwa sejarah, sehingga menghasilkan konstruksi sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan. Bukti, fakta sejarah, tidak dapat menjelaskan apa pun tanpa diiringi tafsiran manusia (Narbuko dan Abu, 2002). Oleh karena itu penafsiran atau analisis yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah penafsiran sintesis.

Penafsiran ini mencoba menggabungkan semua faktor atau tenaga yang menjadi penggerak sejarah. Menurut penafsiran ini tidak ada satu kategori “sebab-akibat” tunggal yang cukup untuk menjelaskan semua fase dan periode perkembangan sejarah. Artinya perkembangan dan jalannya sejarah digerakkan oleh berbagai faktor dan tenaga bersama-sama dan manusia tetap sebagai pemeran utama (Narbuko dan Abu, 2002). Dan juga merujuk kepada penafsiran sitesis ini jadi peneliti menggunakan teori Perkembangan perkamusan Arab-Indonesia untuk menjelaskan data-data yang sudah peneliti dapatkan di lapangan.

4. Historiografi

Histografi (penulisan sejarah) merupakan langkah terakhir yang dilakukan yakni dengan menghubungkan peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain sehingga menjadi sebuah rangkaian sejarah (Yatim, 1995). Peneliti menguraikan

(7)

Fikri 73 laporan penelitian dengan membuat sistematika dan memperhatikan aspek kronologis berdasarkan pada kerangka penelitian sehingga mudah dipahami oleh pembaca.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ditinjau dari sejarahnya, perkembangan karya perkamusan Arab-Indoensia dan Indonesia-Arab di Indonesia mengalami dua fase, baik itu karya perkamusan Arab-Indonesia maupun Indonesia-Arab, antara lain:

A. Fase Awal Kamus Arab-Indonesia

1. Kamus Arab-Melayu Al-Marbawi

Kamus Arab-Melayu al-Marbawi merupakan kamus yang berbahasa Arab Melayu di Indonesia. Nama al-Marbawi di ambil dari nama penyusunya yaitu Muhammad Idris al-Marbawi. Kamus ini menggunakan sistem alfabet umum

dengan menggunakan huruf hijaiah mulai dari huruf alif sampai huruf ya’. Kamus

ini berjumlah 785 halaman dengan memuat 18.000 lema, 700 kalimat yang diterangkan dengan gambar, dan ukurun 24 cm, dicetak oleh Matba‟ah Mustafa Al-Babiy Al-Halabiy, Kairo 1927.

2. Kamus Arab-Indonesia (Mahmud Yunus)

Kamus Arab-Indonesia ini disusun oleh Mahmud Yunus ketika Mahmud Yunus telah kembali dari Mesir. Kamus ini menggunakan sistem alfabet umum dengan menggunakan huruf hijaiah, mulai dari huruf alif sampai hurus ya‟. Penyusunan kamus ini dilatarbelakangi oleh tuntutan dari masyarakat, guru-guru dan pelajar agar mencetak ulang kamus al-Zahabi supaya dapat membantu mereka dalam belajar bahasa Arab. Namun dengan beberapa pertimbangan, penyusun keberatan untuk mencetak ulang kamus al-Zahabi karena dirasa banyak kekurangannya. Hal ini mendorong beliau untuk menyusun kamus Arab-Indonesia. Keputusan Mahmud Yunus untuk menyusun kamus Arab-Indonesia tampaknya tepat sebagai pengganti untuk mencetak kamus Arab-Melayu, dimana saat itu masyarakat Indonesia sudah hidup dalam alam kemerdekaan dan telah menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara dan bahasa nasional. Kamus ini berjumlah 510 halaman dicetak oleh Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsiran Al-Qur‟an tahun 1972.

(8)

Fikri 74

B. Fase Perkembangan Kamus Arab-Indonesia

1. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia

Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia disusun oleh Ahmad Warson Munawwir. Dalam kata pengantar kamus ini, penyusun mengatakan bahwa dalam menyusun sebuah kamus bahasa Arab-Indonesia yang lengkap sebagaimana yang tersirat pada teks judul “Terlengkap Kamus Al-Munawwir” memang sangatlah berat. Selain harus dikerahkan banyak energi, pikiran, tenaga, waktu dan biaya yang besar maka masih ada saja celah penyebab ketidaklengkapan itu.

Masalah utamanya adalah adanya perkembangan perbendaharaan bahasa Arab sering dengan pesatnya perkembangan budaya dan teknologi dalam era globalisasi. Sehingga ada saja di sana-sini istilah baru dan koleksi baru kata-kata serapan yang bermunculan. Penulisan kamus ini semata-mata didorong oleh hasrat untuk ikut serta mengisi kekurangan akan buku-buku bahasa Arab atau buku pembantu dalam mempelajari bahasa Arab, dan untuk membantu mereka yang bermaksud menggali mutiara-mutiara berharga dalam kitab-kitab berbahasa Arab. Kamus ini diterbitkan oleh Pustaka Progresif, Surabaya, 1997 (Warson Munawwir, 1997).

2. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia

Kamus Kontemporer Arab-Indonesia disusun oleh Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, dalam muqaddimahnya beliau memproses atau menyusun kamus ini di Karapyak sebuah dusun kecil di bagian selatan kota Yogyakarta, nama “

al-Ashri “ yang terjemahan dalam bahasa ingris adalah “modern” dan “up-to date”.

Kendatipun nama ini telah digunakan oleh Elias Anton Elias dan Edward E Elias, 1982, namun kata “Al-As{ri” tetap menjadi pilihan. Karena selain sarat dengan kosakata dan istilah-istilah (Arab) klasik yang biasa digunakan dalam penulisan kitab, kamus ini telah berusaha sepenuhnya memasukkan kosakata dan istilah-istilah modern/kontemporer terutama untuk memenuhi peristilah-istilahan yang menyangkut perkembangan sains dan teknologi yang tidak/belum biasa digunakan dalam kitab-kitab, terutama apa yang disebut dengan kitab kuning (Ali dan Ahmad Zuhdi, 1998). Kamus ini berjumlah 2053 halaman dan diterbitkan oleh Multi Karya Grafika, Yogyakarta, 1998.

3. Kamus Indonesia-Arab dan Arab Indonesia Al-Bisri

Kamus Indonesia-Arab dan Arab Indonesia Al-Bisri disusun oleh KH. Adib Bisri dan KH. Munawwir Af, dalam taqdim kamus ini penyusun mencari formula kamus yang sesuai untuk mahasiswa/santri yang mempunyai seni tersendiri, tidak terlalu luas, dan tidak terlalu mungil. Melihat itu semua, penyusun menyusun kamus Al-Bisri dengan harapan dapat membantu sebagian masalah mahasiswa (santri) (Bisri dan Munawwir, 1999). Kamus ini berjumlah

(9)

Fikri 75 1248 halaman, ukuran 26 cm ini diterbitkan oleh Pustaka Progresif Surabaya, 1999.

4. Kamus Mutahar Arab-Indonesia

Kamus Mutahar merupakan salah satu kamus yang disusun oleh seorang ahli bahasa Arab Ali Mutahar. Dalam muqaddimahnya kamus Arab-Indonesia yang dibuat setelah beliau kembali dari perantauan di tanah Arab selama bertahun tahun, beliau sering masuk ke sejumlah perpustakaan baik Jakarta maupun kota-kota lainnya, tetapi beliau belum menemukan kamus Arab-Indonesia yang lengkap dan menyeluruh yang dapat memenuhi apa yang dibutuhkan dalam mencari kosakata Arab. Pada saat yang sama, banyak sekali rekan beliau yang mendorong untuk menyusun sebuah kamus Arab-Indonesia (Mutahar, 2005). Oleh karena itu beliau susun kamus ini. Kamus ini berjumlah 1264 halaman dengan ukuran 16,5 x 24,5 cm diterbitkan oleh Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika), cetakan I, Maret 2005/Muharram 1426, Jakarta Selatan.

5. Kamus Arab-Indonesia Al-Azhar

Kamus Arab-Indonesia al-Azhar disusun oleh S. Askar. Dalam pengantarnya, beliau mengatakan dewasa ini kecenderungan masyarakat untuk mempelajari bahasa Arab kian meningkat, baik di lingkungan pendidikan maupun umum. Tentunya, keberadaan kamus Arab-Indonesia yang lengkap, praktis, dan mudah digunakan sangat mereka butuhkan. Karena itu, kamus ini disusun untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Askar, 2009). Kamus ini berjumlah 1190 dengan ukuran 16,5 x 24,5 cm diterbitkan oleh Senayan Pulishing, Jakarta, cetakan pertama 2009.

6. Kamus Modern Arab-Indonesia Al-Kamal

Kamus Modern Arab-Indonesia Al-Kamal disusun oleh Kaserun AS. Rahman. Dalam muqaddimahnya hampir sepuluh tahun beliau bergelut intens dengan dunia terjemah bahasa Arab secara umum, baik penerjamahan teks-teks bahasa Arab maupun membaca buku-buku hasil terjemahan. Selama masa itu beliau merasakan adanya sesuatu yang menggelisahkan setiap kali mencoba menerjemahkan sebuah teks, penulis selalu mendapat hambatan saat menemukan suatu kalimat bahasa Arab dimana penulis mesti memeras otak untuk menerjemahkannya.

Beliau sadar bahwa kendala utamanya adalah pada kamus sebagai rujukan utama penerjemah. bahwa keberadaan kamus-kamus Arab-Indonesia yang tersedia barulah sekadar kamus kata. Kamus-kamus tersebut hanya membantu penggunanya untuk menemukan arti suatu kata yang berdiri sendiri. Ketika ada kata yang dirangkai dengan kata lain dan menimbulkan arti yang lain pula, seperti

(10)

Fikri 76 idiom, frasa, ungkapan atau pribahasa maka itu diserahkan 100% pada kreatifitas, kecerdasan serta pengalaman si penerjemah sendiri. Karena itu beliau menyusun Kamus Modern Arab-Indonesia Al-Kamal (Rahman, 2010). Kamus iniberjumlah 969 halaman, ukuran 16,5 x 24,5 cm diterbitkan Pustaka Prigresif, Surabaya pada tahun 2010.

C. Fase Awal Kamus Indonesia-Arab

1. Kamus Indonesia-Arab (Asad M. Alkalali)

Kamus Indonesia-Arab yang disusun oleh A. M. Alkalali dimulai pada permulaan tahun 1972 dan selesai pada akhir tahun 1975. Dalam muqaddimanya ketika beliau berada di Baghdad pada awal tahun 1976, beliau berkenalan dengan almarhum Prof. Dr. Naji Ma‟ruf seorang Guru Besar pada Universitas Baghdad. Mendengar bahwa saya telah menyusun sebuah kamus Arab-Indonesia yang bayak memuat kata-kata yang tidak terdapat dalam kamus lain, dianjurkannya supaya meminta pertolongan pemerintah Irak untuk mencetak huruf Arab, karena Indonesia tak ada huruf Arab yang sesuai dengan yang dimaksud (Alkalali, 1982). Kamus ini berjumlah 598 halaman ini diterbitkan oleh PT Bulan Bintang, cetakan kedua Jakarta 1987. Cetakan pertama diterbitkan oleh Asad M. Alkalali 1982.

D. Fase Perkembangan Kamus Indonesia-Arab

1. Kamus Indonesia-Arab, Arab Indonesia Al-Bisri

Kamus Indonesia-Arab, Arab Indonesia Al-Bisri di susun oleh KH. Adib Bisri dan KH. Munawwir Af, dalam taqdim kamus ini penyusun mencari formula kamus yang pas untuk mahasiswa/santri yang dapat memperkecil bahkan memperluas diri sendiri, karena mempunyai daya kreativitas yang tinggi, serta kuncinya sudah mereka miliki. Suatu ketika mahasiswa/santri juga bisa dihadapkan dalam permasalahan dalam waktu tertentu ia harus menerjemahkan tetapi dalam satu saat yang sama ia harus menyelesaikan insya. Untuk menjawab itu ia harus berpikir, mencari dua kamus. Kamus Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab. Kamus yang cukup berkapasitas sesuai dengan keilmuan yang dimiliki tidak kurang tidak lebih. Kamus yang menarik formatnya, mudah digunakan dan akrab untuk diajak belajar. Melihat itu semua, penyusun menyusun kamus Al-Bisri dengan harapan dapat membantu sebagian masalah mahasiswa/santri (Al-Bisri dan Fatah,1999). Kamus ini berjumlah1248 halaman dengan ukuran 26 cm diterbitkan oleh Pustaka Progresif Surabaya, 1999.

2. Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap

Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap disusun oleh Acmad Warson Munawwir dan Muhammad Fairuz. Dalam pengantar kamus ini, kamus Al-Munawwir versi Indonesia-Arab ini untuk melengkapi Al-Munawwir

(11)

Arab-Fikri 77 Indonesia. Al-munawwir versi kebalikan ini sengaja disusun penulis untuk memenuhi permintaan peminatnya dari berbagai kalangan santri maupun umum.

Dewasa ini kebutuhan akan kamus Indonesia-Arab yang lebih lengkap semakin banyak seiring pesatnya perkembangan zaman. Globalisasi berbagai bidang ilmu pengetahuan, sosial, politik, ekonomi dan budaya sehingga kedua bahasa juga berkembang sebagai jembatan komunikasi dan sarana transformasi. Oleh karena itu kalangan santri dan terpelajar lainnya juga kalangan profesional dituntut untuk mengembangkan dan memperkaya kemampuan bahasa utamanya dalam hal insya dan perbendaharaan katanya. Kamus ini diterbitkan oleh Pustaka Progresif, Surabaya, 2007 (Munawwir dan Muhammad Fairuz, 2007).

3. Kamus Modern Indonesia-Arab Al-Mufied

Kamus Modern Indonesia-Arab Al-Mufied disusun oleh Nur Mufid, MA. Dalam pengantarnya, penyusunan kamus ini sama sekali tidak diawali dengan merujuk kamus-kamus yang ada. Tetapi memulainya dengan “memungut” dan mendaftar kata-kata, kelompok kata - kelompok kata dan kalimat-kalimat dari teks-teks berbahasa Arab dan berbahasa Indonesia dalam berbagai disiplin (Mufid, 2010).

Kamus ini berjumlah 761 halaman dengan ukuran 16,5 x 24,5 cm sebenarnya sudah selesai tahun 2003. Tetapi penyusun ragu menerbitkannya karena dalam perspektif leksikografi, kamus ini belum tuntas. Kemudian setelah memeriksa kembali dengan menambah dan mengurangi serta menyunting sejumlah entrinya berdasarkan standar leksikografi, akhirnya naskah kamus ini diserahkan kepada Pustaka Progresif Surabaya, untuk segera merialisasikan penerbitnya. Tentu dengan harapan akan ada pelengkapan dan penyempurnaan pada edisi-edisi selanjutnya. Kamus ini diterbitkan Pustaka Progresif, Surabaya 2010.

4. Kamus KABA Indonesia-Arab

Kamus KABA (Indonesia Arab) disusun oleh A. Toha Husein Almujahid dan A. Athoillah Fathoni Alkhalil, kamus ini sangat tebal dan berukuran besar, dalam pengantarnya Athoha Husein Almujahid mengatakan kamus yang baik sebenarnya bukan saja terletak pada seberapa tebal kamus itu, tetapi justru lebih pada sejauh mana kamus itu bisa memberikan solusi terbaik bagi para penggunanya. Penyusunan kamus ini, telah menempuh berbagai pendekatan diantaranya pendekatan morfologis, gramatikal, dan juga kultural baik dari bahasa sumber maupun bahasa sasarannya (Almujahid dan Alkhalil, 2013).

Penyusun Kamus ini, A. Athoillah Fathoni Alkhalil dalam pengantarnya mengatakan kamus dua bahasa menjadi sesuatu esensial dalam pembelajaran bahasa Arab terutama bagi para pembelajar yang bukan penutur Arab. Oleh

(12)

Fikri 78 karena itu penyusunan kamus yang ideal merupakan bagian yang penting dan mendesak, mengingat masih kurangnya referensi kamus yang representatif. Kamus yang memberikan solusi bagi para pembelajar bahasa Arab, bukan hanya menemukan arti kata tapi juga bagaimana penggunaan kata tersebut dalam konteks kalimat. Penyusun sudah semaksimal mungkin mengarahkan pikiran dan tenaganya karena pencapaian kamus yang ideal itulah cita-citakan oleh penyusun (Almujahid dan Alkhalil, 2013). Kamus ini berjumlah 1568 halaman dengan ukuran 26,4 cm diterbitkan Gema Insani, Jakarta 2013.

SIMPULAN

Fase awal perkamusan Arab-Indonesia diawali dengan munculnya kamus Arab-Melayu Idris Al-Marbawi pada tahun 1927. Kamus tersebut merupakan awal dari perkembangan kamus Arab-Indonesia di Indonesia. Setelah hadirnya kamus Arab-Melayu Idris Al-Marbawi maka muncullah kamus Arab-Indonesia yang disusun oleh Mahmud Yunus pada tahun 1972. Fase awal perkamusan Indonesia tersebut dilanjutkan dengan fase perkembangan perkamusan Indonesia. Pada fase perkembangan ini, diakui atau tidak diakui, kamus Arab-Indonesia yang disusun oleh Mahmud Yunus merupakan kamus yang cukup monumental dan mampu bertahan sampai beberapa dekade, hingga akhirnya muncul beberapa kamus Arab-Indonesia.

Fase awal perkamusan Indonesia-Arab di awali dengan munculnya Kamus Indonesia-Arab yang disusun oleh Asad M. Kalali pada tahun 1981. Kamus ini merupakan cikal bakal berkembangnya kamus Indonesia-Arab di Indonesia. Diakui atau tidak, kamus karya Asad M. Alkalali adalah kamus yang cukup monumental dan mampu bertahan sampai beberapa dekade, sehingga akhirnya kemudian muncul beberapa kamus Indonesia-Arab.

Sistematika perkamusan Arab-Indonesia dan Indonesia-Arab di Indonesia masih didominasi menggunakan sistem alfabet khusus, di mana pengguna (pemakai) kamus-kamus tersebut harus mengetahui pola kata dasar dari sebuah kata, tentunya sistem ini sangat sulit digunakan bagi mereka yang belum

mengetahui ilmu sharf dan ilmu nahwu. Namun pada fase perkembangan juga

terdapat kamus Arab-Indonesia menggunakan sistem artikulasi, di mana pengguna (pemakai) tidak perlu mengubah atau mencari pola kata yang ingin dicari, tetapi langsung merujuk pada huruf pertama dari sebuah kata.

(13)

Fikri 79

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Atabik dan Muhdlor, Ahmad Zuhdi. (1998). Kamus Kontemporer Arab-

Indonesia. Yogyakarta: Multi Karya Grafika.

Almujahid, A.Thoha Husein dan Alkhalil, A. Atho‟illah Fathoni. (2013). KABA

Kamus Akbar Bahasa Arab (Indonesia-Arab).Jakarta: Gema Insani.

Andi Agussalim, Yusring Sanusi Baso dan Zuhriah. 2019. Perancangan Kamus

Digital Linguistik-Arab Berbasis Windows Dan Android. Jurnal Nady

Al-Adab, Volume 16.

Atthar, Ahmad Abdul Ghafur. (1979). Muqaddimah al-Shihhah. Beirut: Dar

al-„Ilm li al- Malayin.

Askar, S. (2009). Kamus Arab-Indonesia Al-Azhar. Jakarta: Senayan Publishing.

Basrowi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Bisri, Adib dan. Fatah, Munawwir A. (1999). Kamus Indonesia-Arab dan

Arab-Indonesia Al-Bisri. Surabaya: Pustaka Progresif.

Klein, W. 2015. Lexicology and Lexicography. International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences (Second Edi, Vol. 13). Elsevier. http://doi.org/10.1016/B978-0- 08-097086-8.53059-1

Kuntowijoyo. (2001). Pengantar Ilmu Sejarah.Yogyakarta: Yayasan Bentang

Budaya.

Mufid, Nur. (2010). Kamus Modern Indonesia Arab Al-Mufied. Surabaya: Pustaka

Progresif.

Munawwir, Acmad Warson, Muhammad Fairuz. (2007). Kamus Al-Muanawwir

Indonesia-Arab Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif.

Munawwir, Ahmad Warson. (1984). Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia.

Yogyakarta: Ponpes Al-Munawwir Karapyak.

Mutahar, Ali. (2005 ). Kamus Mutahar. Jakarta: Hikmah PT Mizan Publik.

Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta:

Bumi Aksara.

Priyadi, Sugeng. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan Sejarah. Yogyakarta:

(14)

Fikri 80

Rahman, Kaserun AS. (2010). Kamus Modern Arab-Indonesia Al-Kamal.

Surabaya: Pustaka Progresif.

Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Taufiqurrochman. (2008). Leksikologi Bahasa Arab. Malang: Malang Press.

Teguh Setiawan. (2015). Leksikografi. Yogyakarta: Ombak.

Yatim, Badri. (1995). Histografi Islam. Jakarta: Logos.

Yunus, Mahmud. (1972). Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemah Pentafsiran Al-Qur‟an.

Zahratunnisa, Inna. (2013). Sejarah dan Perkembangan Leksikologi Bahasa.

Referensi

Dokumen terkait

Post Kondisi Sistem Tarik Tunai melakukan pengecekan apakah jumlah dana tersedia dan apakah penarikan lebih atau tidak dari 5 juta rupiah, jika dana cukup dan penarikan kurang

Menimbang, bahwa dalam Pasal 149 Kompilasi Hukum Islam disebutkan, bahwa bila mana perkawinan putus karena talak maka bekas suami wajib “ memberikan mut’ah yang layak kepada

menganalisis karakteristik ukuran tubuh dari kerbau jantan (untuk ternak potong) dengan umur yang berbeda agar dapat diketahui kondisi performans tubuh ternak

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda antara beban kerja dan lingkungan kerja dengan stres kerja dapat diketahui bahwa hasil perhitungan Koefisien Determinasi (R 2 ) R

Cara penentuan sampel adalah memilih responden sebanyak 50 responden dari keseluruhan populasi responden yang menggunakan jasa Mitra Elegance Celular dan.. dapat dikatakan

Sejalan dengan perkembangan tersebut, Kementerian Perdagangan akan terus berupaya untuk mendukung terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi kegiatan perdagangan

Beyond Center and Circles Time (BCCT) atau di Indonesia lebih dikenal sebagai pendekatan sentra dan lingkaran (SELING) adalah suatu metode atau pendekatan

berjalan pada sistem operasi Windows dan tidak dapat diakses dari luar jaringan, sedangkan kelebihannya adalah aplikasi ini dapat digunakan untuk tes toefl