commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sastra Arab merupakan salah satu sastra dunia yang tidak asing lagi bagi para peneliti sastra dunia. Tradisi kesusastraan Arab yang tertua dan terkokoh adalah puisi. Puisi merupakan perpaduan antara emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan, panca indra, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur baur. Semuanya itu terungkap dengan media bahasa (Pradopo, 2005: 7). Jadi, puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama.
Peristiwa pengalaman sastra diungkapkan dengan bahasa, artinya sastra harus memiliki pikiran, perasaan dan penghayatan. Yang pernah terjadi di dalam kesadaran sastrawan ditangkap, baik dalam kata-kata, irama, lagu maupun bunyi bahasa (Pradopo, 1997: 40). Bahasa karya sastra bersifat khusus, berbeda dengan bahasa sehari-hari. Bahasa sastra mengutamakan aspek keindahan dan penyampaian pesan.
Puisi hadir mengkomunikasikan pengalaman secara signifikan dalam bentuknya yang artistik atau sebagai bentuk seni (art) (Siswantoro, 2010: 16). Puisi ditata oleh kaidah sastra yang telah menjadi konvensi masyarakat sastra baik secara lisan maupun tulisan.
commit to user
Struktur fisik syair tradisional Arab memiliki ciri khas tersendiri yang menjadikan bentuk karya sastra ini memiliki nilai seni. Di antaranya terdapat ‘ilmu „arudl dan ilmuqa>wafiy. ‘Ilmu „arudl adalah ilmu yang mempelajari wazan
syair Arab dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya. Sedangkan „ilmu
qa>wafiy adalah ilmu yang mempelajari hal ihwal huruf akhir bait syair Arab
(Al-Hasyimiy, 1997: 108).
Penyair di dunia Islam banyak sekali, penyair Islam yang lahir pada masa dinasti Abbasiyah beliau Imam asy-Syafí΄i. Beliau bernama asli Muhammad Abu Abdillah yang lahir pada tahun 150 H di Gaza, Palestina (asy-Sharqāwy, 1987: 148). Masyarakat awam hanya mengenal beliau sebagai pemilik mazhab, tanpa tahu bahwa beliau juga seorang yang ahli dalam membuat syair dan ahli dalam bahasa Arab. Salah satu contoh puisi beliau yang akan diulas oleh penulis secara singkat dalam karya syairnya yang berbunyi:
Ya’qub, 2014: 154)
Ad-dahru yauma>ni dza> amnun wa dza> khatharu # wal „aysyu„aysya>ni dza> shafrun wa dza> kadaru
Ama tara>l bahra ta‟luu fauqahu jiyafun # wa tastaqirru bi aqsha qa>‟ihid-duraru
Wa fis-sama>inuju>mun la „ida>da laha> # wa laysa yuksafu illasy-syamsu wal qamaru
Waktu ada dua aman dan khawatir # kehidupan ada dua jernih dan keruh
Apakah kamu melihat muncul di atasnya bangkai # namun di dalam tersimpan mutiara
Di langit bintang-bintang tidak terhitung # dan tidak tertutupi kecuali mentari dan rembulan. Allah telah menjadikan dunia ini sebagai tempat ujian dan cobaan
commit to user
agar setiap orang beramal sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan-Nya, kemudian nanti akan menerima balasan yang setimpal dari-Nya (Ya’qub, 2014: 155). Sesuai dengan firman Allah:
Wanablu>kum bisysyarri walkhairi fitnatan wailaina> turja’un
Artinya: kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada kami kalian dikembali. (Q.S. Al-Anbiya’, 2011: 35). Tinjauan pustaka yang digunakan penulis mengenai karya sastra berupa puisi ini terdapat tiga unsur:
1. Puisi Imam asy-Syafi’i
2. Qa>fiyah ra‟
3. Kajian semiotika Michael Riffaterre
Sejauh pengamatan penulis mengenai penelitian karya sastra berupa puisi Imam asy-Syafi’i, dan teori semiotik sudah ada yang mengkaji di antaranya:
Ahmad Fauzi (2006) dalam skripsi berjudul (puisi bertema “al-„ilmu” yang diedit oleh al-Biqa’i dalam diwan Imam asy-Syafi’i: Analisis Semiotik). Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa, puisi bertema “al „ilmu” yang diedit oleh oleh al-Biqa’i dalam diwan al-Imam asy-Syafi’i mengandung arti bahwasanya ilmu itu cahaya.
Agus Setyana (2009) dalam skripsi berjudul (puisi Bima, Saudara Kembar, Telinga dan Dewa Ruci: Tinjauan Semiotik Riffaterre). Membahas pemegang peranan terpenting dalam cerita dewaruci adalah tokoh Bima. Tokoh Bima adalah tokoh yang terdapat dalam cerita mahabarata. Tokoh Bima telah memerankan
commit to user
peran sebagai seorang individu dalam hal moralitas kemasyarakatan yang berkaitan dengan kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial.
Melia Sabilatul Maftukhah (2014) dalam skripsi berjudul (antologi puisi
Habibaty karya Nizar Qabbaniy: Analisis Semiotik). Membahas makna yang terkandung dalam teks puisi tersebut yaitu kepergian Balqis menyisakan kepedihan yang sangat mendalam bagi Nizar yang ia tuangkan dalam karya-karya puisinya sebagai wujud cinta dan kehilangan istri tercintanya.
Zulha Hamida (2011) dalam skripsi berjudul (syair Ar-ra‟iyyah Imam asy-Syafi’i: Suatu Analisis „ilm Al-qawafy). Yaitu memenggal syair Imam asy-Syafi’i untuk menentukan qāfiyahnya, menjelaskan huruf, menentukan ḥarakat dan menganalisis jenis qāfiyah yang digunakan Imam asy-Syafi΄idalam syairnya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat di identifikasi bahwa penelitian mengenai pemaknaan puisi Imam asy-Syafi’i berqa>fiyah ra‟ belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, khususnya oleh mahasiswa Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Oleh karena itu penelitian ini layak untuk dilaksanakan dengan memanfaatkan analisis struktural Siswantoro dan analisis semiotika Riffaterre.
Dalam penelitian ini penulis memilih qa>fiyah ra‟ karena dalam lima tema tersebut maknanya tersirat nasehat yang menyangkut kehidupan. Pada penelitian ini penulis menggunakan analisis stuktural dan semiotik. Struktural adalah bentuk keseluruhan yang kompleks (Siswantoro, 2010: 13). Semiotik adalah suatu disiplin ilmu yang meneliti semua bentuk komunikasi selama komunikasi itu dilaksanakan dengan menggunakan tanda yang didasarkan pada sistem-sistem tanda atau kode-kode (Segers, 1978: 14). Oleh karena itu semiotik dipandang
commit to user
sebagai ilmu tentang tanda, tentang sistem atau aturan yang digunakan untuk berinteraksi. Dalam pengertian tanda ada dua prinsip, yaitu penanda (signifier or Signifiant) atau yang menandai yang merupakan bentuk tanda, dan petanda (Signified), atau yang ditandai (Pradopo, 1997: 121).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dijabarkan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana struktur teks puisi yang digunakan dalam pemaknaan puisi Imam asy-Syafi’i ber-qa>fiyah ra‟ ?
2. Bagaimanakah makna teks puisi Imam asy-Syafi’i ber-qa>fiyah ra‟ ?
C. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka manfaat yang ingin diperoleh oleh penelitian ini. Pertama, untuk mendeskripsikan struktur puisi yang terdapat dalam pemaknaan puisi Imam asy-Syafi’i ber-qa>fiyah ra‟
menggunakan pendekatan struktural Siswantoro. Kedua, untuk mendeskripsikan makna puisi Imam asy-Syafi’i ber-qa>fiyah ra‟ menggunakan pendekatan semiotika Michael Riffaterre.
D. PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan masalah dimaksudkan agar penelitian menjadi jelas dan terarah, sehingga mencapai sasaran yang diinginkan. Adapun pembatasan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Struktur teks puisi dalam pemaknaan puisi Imam asy-Syafi’i ber-qa>fiyah
commit to user
2. Makna teks puisi ini dengan menggunakan penggantian arti, penyimpangan arti, penciptaan arti dan ditopang dengan adanya pembacaan heuristik dan hermeneutik.
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengungkapkan struktur puisi yang terkandung dalam puisi Imam asy-Syafi’i ber-qa>fiyah ra‟ serta untuk mendeskripsikan makna yang terkandung dalam puisi Imam asy-Syafi’i
ber-qa>fiyah ra‟ dan memperluas pengetahuan bagi pembaca tentang karya sastra yang
berupa puisi Imam asy-Syafi’i dengan memanfaatkan teori struktural Siswantoro dan teori semiotika Michael Riffaterre.
F. LANDASAN TEORI
Teori yang digunakan penulis untuk penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: Teori struktural dan semiotik.
1. Teori Struktural
Puisi adalah sebuah struktur yang maknanya dapat diperoleh dengan cara menganalisis makna tiap-tiap unsur kaitannya dengan makna unsur lain di dalam puisi itu sendiri sebagai sistem struktur (Siswantoro, 2010: 13). Struktur puisi dengan demikian bukanlah sekadar kumpulan kata yang berdiri sendiri-sendiri tanpa kohesi atau kepaduan sebab struktur merupakan keseluruhan (wholeness).
Dalam teori ini terdapat 8 unsur yang kaitannya dengan makna di dalam puisi itu sendiri sebagai sistem struktur. Adapun analisis yang digunakan dalam struktur puisi ini adalah:
commit to user
1) Analisis Diksi
Diksi adalah pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan (Zaidan, 2007: 58). Dalam tuturan atau tulisan diksi membantu menciptakan nada dan gaya. Berbicara tentang diksi, dalam penelitian ini menggunakan dua aspek, yaitu: aspek formal dan nonformal, aspek nonformal terbagi menjadi dua, yaitu: struktur leksikal polisemi dan struktur leksikal sinonimi.
1.1Analisis Aspek Formal
Aspek formal terkait dengan ragam penggunaan bahasa yang berkiblat ke ragam bahasa baku, yaitu ragam bahasa yang lazim digunakan dalam suasana resmi, pidato kenegaraan, dan dokumen. Ragam bahasa ini ditandai pemakaian tata bahasa, kosa kata serta ucapan secara standar. Khusus untuk kosa kata, bahasa formal tidak menggunakan kata-kata jenis slang atau kolokial yang bersifat tidak baku (Siswantoro, 2010: 105).
1.2Analisis Struktur Leksikal Polisemi
Polisemi menurut Parera (2004: 81) ialah suatu ujaran dalam bentuk kata yang mempunyai makna berbeda-beda, tetapi masih ada hubungan dan kaitan antara makna-makna yang berlainan tersebut. Misalnya ‘kepala’ dapat bermakna kepala manusia, kepala jawatan, dan kepala kelompok dan lain-lain. Kalau penulis ilmiah berupaya menggunakan kata setepat-tepatnya agar terhindar dari kegandaan makna, dan upaya ke arah itu ditempuh dengan menghadirkan konteks sejelas mungkin, tetapi seorang penyair akan berbuat sebaliknya. Penyair itu memandang polisemi sebagai bahan yang tak ternilai bagi pencipta sebuah karya.
commit to user
1.3Analisis Struktur Leksikal Sinonimi
Sinonimi merujuk kepada penggunaan kata-kata yang maknanya kurang lebih sama atau mirip. Seperti halnya repetisi, sinonimi memberi penekanan pada makna kata tertentu dengan cara menggunakan kata lain.
2) Analisis Gaya Bahasa
Gaya bahasa (figure of speech) menurut Wren dan Martin (1981: 488) adalah penyimpangan dari jalan pikiran lumrah dalam upaya memperoleh efek yang lebih intens. Penggunaan gaya bahasa terjadi di dalam dunia puisi sebab kata-kata denotatif memiliki keterbatasan. Dengan mengandalkan makna lugas harfiah semata dalam deskripsi objek atau ide, seorang penyair akan menemui rintangan. Dia tak akan berdaya memaksimalkan kreasinya sebab dia terikat oleh kaidah puisi yang ketat. Dengan gaya bahasa ia dapat memperkaya makna sehingga dia dapat menggapai pesan yang diinginkan secara lebih intensif hanya dengan sedikit kata (Siswantoro, 2010: 116). Pemaknaan puisi Imam asy-Syafi’i
ber-qa>fiyah ra‟ kaya dengan gaya bahasa yang kemunculannya antara lain tersaji
sebagai berikut ini:
2.1Analisis Metafora
Metafora terkait dengan perbandingan antara dua objek atau ide yang masing-masing sebagai tenor (yang dibandingkan) dengan vehicle (pembanding).
2.2Analisis Sinekdoke
Sinekdoke terkait dengan tuturan menyatakan sebagian untuk keseluruhan (pras pro toto) atau keseluruhan untuk sebagian (totem pro parte).
commit to user
3) Analisis Pencitraan (imagery)
Imagery merujuk kepada gambar angan-angan (mental picture) yang
tercipta akibat pemakaian kata-kata tertentu. Imagery bisa berupa: visual (terkait dengan aspek penglihatan), auditif (terkait dengan pendengaran), tactile (terkait dengan aspek sentuhan atau rabaan), olfactory (terkait dengan aspek penciuman
dan sensasi internal (terkait dengan aspek dalam seperti: pikiran, rasa mual, rasa
mabuk, emosi dan lain-lain) (Siswantoro, 2010: 119).
4) Ritme (rhythm)
Ritme merujuk kepada perulangan suara yang mengalir seperti gelombang, turun naik disebabkan oleh tatanan tekanan (arrangement of stress). Tekanan diberikan kepada suku kata yang patut bertekanan dengan tidak meninggalkan prinsip utama, yaitu setiap kata dalam bahasa Arab memang sudah punya tekanan sendiri-sendiri. Sebagai misal kata diberi tekanan pada suku kata pertama,
kata pada suku kata kedua. Puisi konvensional dicipta berdasarkan tatanan
ritme sehingga menghasilkan suku kata yang bertekanan yaitu kata fa‟ dan dhir (stressed syllabele) dan suku kata yang tidak bertekanan yaitu kata na (unstress
syllable). Penekanan yang demikian menghasilkan pelafalan keras lembut dan
panjang pendek dengan efek suara yang ritmis (Siswantoro, 2010: 124).
5) Analisis Rima (sajak)
Rima dari bahasa Inggris rhyme, yang padanannya dalam bahasa Indonesia sajak, dan dalam bahasa Arab qa>fiyah merupakan pengulangan bunyi yang sama, yang biasanya terletak di akhir baris (Siswantoro, 2010: 130).
commit to user
6) Analisis Pengulangan Bunyi
Pengulangan bunyi meliputi aliterasi, dan asonansi. Analisis pemaknaan puisi Imam asy-Syafi’i ber-qa>fiyah ra‟ ini berhubungan dengan huruf vocal dan konsonan (Siswantoro, 2010: 135).
7) Analisis Nada Bicara
Nada bicara di dalam sastra, bisa didefinisikan sebagai sikap penulis terhadap pokok permasalahan, terhadap pembaca, atau terhadap diri sendiri Perrine (1974: 72). Nada bicara merupakan warna emosional atau warna makna dari karya penulis tersebut dan merupakan unsur penting dari keseluruhan makna.
Nada bicara penulis terhadap pokok persoalan yang dia angkat didalam karyanya itu bisa bersuasana (berwarna) emosi: sedih, gembira, serius, hormat, khidmat, terang, mengkritik, mengejek dan lain-lain (Siswantoro, 2010: 143).
8) Analisis Hubungan Antara Bunyi dan Makna
Bunyi atau suara memainkan peran penting di dalam puisi. Peran penting tersebut terkait dengan penegasan atau penekanan terhadap makna yang disandang oleh kata tertentu. Peran penting bunyi kaitannya dengan makna ditegaskan oleh Perrine (1974: 754), fungsi khusus puisi sebagai yang dibedakan dari musik, adalah menyampaikan makna atau pengalaman lewat suara.
2. Teori Semiotika Michael Riffaterre
Semiotik adalah suatu disiplin ilmu yang meneliti semua bentuk komunikasi selama komunikasi itu dilaksanakan dengan menggunakan tanda yang didasarkan pada sistem-sistem tanda atau kode-kode (Segers, 1978: 14). Oleh karena itu semiotik dipandang sebagai ilmu tentang tanda, tentang sistem atau aturan yang digunakan untuk berinteraksi. Dalam pengertian tanda ada dua
commit to user
prinsip, yaitu penanda (signifier or Signifiant) atau yang menandai yang merupakan bentuk tanda, dan petanda (Signified), atau yang ditandai (Pradopo, 1997: 121). Dalam sistem semiotik ada tiga cara yang diambil untuk melaksanakan ketidaklangsungan ekspresi pembawaan makna tersebut yaitu “penggantian arti (displacing), penyimpangan arti (distorting), dan penciptaan arti
(creating)” (Riffaterre, 1978: 2).
Berdasarkan uraian di atas, puisi merupakan sistem tanda tingkat kedua yang menggunakan bahasa dan keduanya memiliki keterikatan arti bahasa dan konvensi. Ada empat metode yang digunakan Riffaterre (1978: 2) untuk memberikan makna sebuah puisi di antaranya, a) ketidaklangsungan ekspresi, b) pembacaan heuristik dan retroaktif atau hermeneutik, c) menentukan matrix atau kata kunci, d) menentukan hipogram. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua langkah saja, karena dipandang cukup menjawab permasalahan yang akan ditemukan jawabannya. Adapun langkah yang digunakan penulis yaitu ketidaklangsungan Ekspresi. Ketidaklangsungan ekspresi dalam kajian puisi dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
1) Penggantian Arti
Dalam penggantian arti ini terdapat kata yang berupa (kiasan) yang berarti lain atau tidak menurut arti sesungguhnya (Pradopo, 2012: 212). Pada umumnya kata-kata kiasan menggantikan arti sesuatu yang lain, lebih-lebih metafora dan metonimi (Riffaterre, 1978: 2). Metafora adalah bahasa kiasan yang menyatakan sesuatu seharga dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama (Altenbernd, 1970: 15). Dalam penggantian arti tidak selalu menggunakan metafora dan
commit to user
metonimi saja, melainkan juga dapat menggunakan bahasa kiasan seperti perbandingan, personifikasi, sinekdoki (Pradopo, 2012: 212).
2) Penyimpangan Arti
Penyimpangan arti terjadi apabila dalam sajak terdapat ambiguitas, kontradiksi, ataupun nonsense (Riffaterre, 1978: 2). Kata-kata frase, dan kalimat dalam puisi sering mempunyai arti ganda sehingga menimbulkan banyak tafsir atau ambigu, dan dengan adanya ambiguitas puisi itu memberikan kesempatan kepada pembaca untuk memberikan arti sesuai dengan asosiasinya (Pradopo, 2012: 215).
Kontradiksi adalah salah satu penyampaian maksud secara berlawanan atau berbalikan dan menarik perhatian dengan cara membuat pembaca berpikir, biasanya digunakan untuk mengejek sesuatu yang keterlaluan, namun sering juga untuk membuat orang tersenyum atau membuat orang berbelas kasihan terhadap sesuatu hal yang menyedihkan (Pradopo, 2012: 215). Adapun nonsense adalah bentuk kata-kata secara linguistik tidak mempunyai arti sebab tidak terdapat dalam kosa kata dan menghasilkan asosiasi tertentu, menimbulakan arti dua segi, suasana aneh, ataupun suasana lucu (Pradopo, 2012: 219).
3) Penciptaan Arti
Terjadinya penciptaan arti bila ruang teks (spasi teks) berlaku sebagai prinsip pengorganisasian untuk membuat tanda-tanda keluar dari hal-hal ketatabahasaan yang sesungguhnya secara linguistik tidak ada artinya, misalnya simetri, rima, makna (semantik) di antara persamaan-persamaan posisi dan bait (homologues) (Riffaterre, 1978: 2).
commit to user
b) Pembacaan heuristik dan hermeneutik
Pembacaan heuristik adalah pembacaan menurut sistem semiotik tingkat pertama berdasarkan pada konvensi bahasa. Dalam pembacaan ini, karya sastra dibaca secara linier sesuai dengan struktur bahasa secara normatif. Sementara itu, pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang dengan memberikan tafsiran. Karya sastra dibaca berdasarkan konvensi sastra untuk mendapatkan makna kesusasteraannya.
G. DATA DAN SUMBER DATA
1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah struktur puisi Imam asy-Syafi’i ber-qa>fiyah ra‟
dan makna yang terkandung pada pemaknaan puisi Imam asy-Syafi’i ber-qa>fiyah
ra‟ dengan memanfaatkan kajian struktural Siswantoro dan semiotika Michael Riffaterre.
2. Data
Data penelitian ini yang digunakan adalah kata-kata, kalimat maupun wacana. Data yang terkumpul dalam analisis deskriptif berupa kata-kata, gambaran dan gaya bahasa. Barfield (1957: 41) mengemukakan bahwa apabila kata-kata dipilih dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinya menimbulkan imajinasi estetik, maka hasilnya itu disebut diksi puitis.
3. Sumber Data Sumber data adalah naskah (Kutha Ratna, 2004: 47). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kepustakaan yang berupa buku, transkrip, hasil penelitian dan lain sebagainya yang diuraikan dengan perincian sebagai berikut:
commit to user
a. Sumber Data Primer
Menurut Siswantoro (2004: 140) sumber data primer merupakan sumber data utama. Sumber data utama pada penelitian ini adalah puisi Imam asy-Syafi’i
ber-qa>fiyah ra‟. Secara keseluruhan puisi ini memuat 5 bagian syair, yang terdiri
atas 20 syair dalam qa>fiyah ra‟, yang terdapat pada puisi Imam asy-Syafi’i
ber-qa>fiyah ra‟, 4 puisi yang diterbitkan oleh Da>rul Qalam, Damaskus tahun 1999.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data kedua (Siswantoro, 2004: 140). Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data-data yang bersumber dari buku balaghah, arud wa qawafi, karya tulis, skripsi, dan data penelitian yang berhubungan dan menunjang pembahasan penelitian yaitu 1 puisi diterbitkan oleh Al-Furqan, Jawa Timur tahun 2014.
H. METODE DAN TEKNIK
Metode yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan sebagainya, dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa (Moleong, 2010: 6).
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah membaca, memahami, mencatat hal-hal penting dan memaknai puisi Imam asy-Syafi’i ber-qa>fiyah ra‟, dengan melihat struktur dan isi teks sesuai dengan teori
commit to user
struktural Siswantoro dan semiotika Michael Riffaterre, yang dapat melengkapi dan menunjang penelitian.
2. Teknik Analisis Data
Berdasarkan judul penelitian yaitu pemaknaan puisi Imam asy-Syafi’i
ber-qa>fiyah ra‟ analisis semiotika Michael Riffaterre, maka tahapan analisisnya dapat
dikemukakan sebagai berikut:
Pertama, membaca dengan cermat yang mengacu pada bahasa syair. Bahasa syair umumnya menyimpang dari penggunaan bahasa biasa (bahasa normatif). Bahasa syair merupakan deotomatisasi atau defamiliarisasi, yakni ketidakotomatisan atau ketidakbiasaan (Pradopo, 2012: 296). Ketidakbiasaan bahasa syair dalam menyampaikan makna sesungguhnya dalam syair perlu memperhatikan tiga hal, yaitu penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti. Oleh karena itu, dalam pembacaan ini semua yang tidak biasa dibuat biasa atau harus dinaturalisasikan (Culler dalam Pradopo, 2012: 296), hingga sesuai dengan bahasa normatif.
Kedua, memanfaatkan pembacaan secara semiotik yaitu pembacaan hermeneutik dan pembacaan heuristik untuk memberikan makna pada teks syair. Pembacaan heuristik ini, syair dibaca berdasarkan konvensi bahasa atau sistem bahasa sesuai dengan kedudukan bahasa sebagai sistem semiotik tingkat pertama (Pradopo, 2012: 296). Pembacaan ini akan menghasilkan pemahaman makna karya sastra secara harfiyah atau makna tersurat (Riffaterre, 1978: 5). Adapun pembacaan secara hermeneutik atau retroaktif adalah pembacaan ulang dari awal sampai akhir dengan penafsiran dengan memberikan makna berdasarkan konvensi sastra (Pradopo, 2012: 297).
commit to user
I. SISTEMATIKA PENYAJIAN
Agar diperoleh suatu pembahasan yang jelas dan berkesinambungan antara bab demi bab, maka sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Pembatasan Masalah, Landasan Teori, Data dan Sumber Data, Metode dan Teknik Penelitian, Sistematika Penyajian.
Bab II membahas struktur teks puisi Imam asy-Syafi’i ber-qa>fiyah ra‟
dengan menggunakan pendekatan struktural Siswantoro. Membahas semiotika Michael Riffaterre melalui pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik. Pengungkapan makna puisi ini tentunya ditopang oleh adanya wacana puitik dan gaya bahasa.