• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAJALAH / JURNAL GENERASI KAMPUS VOLUME 4, NOMOR 1, APRIL 2011 ISSN X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAJALAH / JURNAL GENERASI KAMPUS VOLUME 4, NOMOR 1, APRIL 2011 ISSN X"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

GENERASI KAMPUS

VOLUME 4, NOMOR 1, APRIL 2011

DITERBITKAN OLEH :

PEMBANTU REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, TAHUN 2011

ISSN 1978-869X

MAJALAH / JURNAL

(2)

MAJALAH/JURNAL

GENERASI KAMPUS

(CAMPUS GENERATION)

VOLUME 4, NOMOR 1, APRIL 2011APRIL 2011

Terbit Dua kali setahun pada bulan April dan September. Berisi ringkasan hasil penelitian, gagasan kopseptual, kajian teori, aplikasi teori yang dimuat dalam Majalah/jurnal Generasi Kampus .

Pelindung : Rektor Unimed (Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd.)

Pengarah : *Pembantu Rektor 1 Unimed (Prof. Slamat Triono, M.Sc, Ph.D.). *Pembantu Rektor 2 Unimed (Drs. Chairul Azmi, M.Pd). *Pembantu Rektor IV Unimed (Prof. Dr. Berlin Sibarani, M.Pd)

Penanggung jawab : Pembantu Rektor III Unimed

(Dr. Biner ambarita, M.Pd.)

Ketua Penyunting : Hariadi, S.Pd., M.Kes.

Sekretaris Penyunting : Tappil Rambe, S.Pd, M.Si

Penyunting Pelaksana : *Dr. Biner Ambarita, M.Pd *Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd *Pardomuan N.J.M. Sinambela, M.Pd *Drs. Wanapri Pangaribuan, M.T.* Mangaratua Simanjorang, M.Pd *Lamhot Sihombing, S.Pd, M.Pd. *Miswaruddin Daulay, S.Pd. *Drs. Swardi Rajaguguk. *Drs. Indra Meipita, M.Sc. *Ir. Haikal Rahman, M.Sc. *Syamsul Gutom S.Mas, M.Kes. * PD 3 FIP (Drs. Nasrun M.S), *PD 3 FBS (Dr. Daulat Saragi, M. Hum), *PD 3 FT (Drs. Manintin Banjarnahor, M.Pd), *PD 3 FPMIPA (Drs. Asrin Lubis, M.Pd), *PD 3 FIS (Drs. Liber Siagian, M.Si) *PD 3 FIK (Prof. Dr. Agung Sunarno M.Pd), dan *PD 3 FE (Drs. Bangun Napitupulu, M.Si)

Penyunting Ahli :

Prof. Selamat Triono, M.Sc, PhD (Universitas Negeri Medan) Prof. Dr. Hamka (Universitas Negeri Padang)

Dr. Herminarta Sofyan (Universitas Negeri Yogyakarta) Prof. Yusuf Sudo Hadi (Institut Pertanian Bogor)

Eddy Nur Ilyas, S.H, M.Hum (Universitas Syah Kuala Darussalam B. Aceh)

Ir. H.RB. Ainurrasyid, NIS (Universitas Brawijaya)

Syarif A. Barmawi, S.H, M.Si (Universitas Pajajaran Bandung) Prof. Dr. H.R. Boenyamin (Universitas Jendral Sudirman)

Kontributor : *Samrah, S.Pd. *Nurhaida, SH, M.Kn. *Surbita, SH. *Dra. Hayati Tamba. *Dra. Susiarni. *Nusawati BA. *Drs. Idrus. *Dra.Nismawarni Harahap. *

Pelaksana Tata Usaha : Bani Ismail; Dewita Rita

Alamat Tata Usaha : Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan, Lantai 3. Jln. Williem Iskandar, Pasar V, Medan Estate. Kotak Pos 1589, Medan 20221. Telp : (061) 6613276, 6613365, 6618754. Fax : (061) 6613319. e-mail :generasikampus_Unimed@yahoo.co.id

ISSN 1978-869X

Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernalh diterbitkan dalam media cetak lain. Naskah diketik dengan spasi 1,5 pada kertas A4 dengan jumlah halaman 10-15. (lebih jelas baca petunjuk bagi penulis pada sampul dalam belakang). Naskah yang masuk di evaluasi oleh penyunting ahli. Penyunting dapat melakukan perubahan pada tulisan yang

(3)

PETUNJUK BAGI PENULIS

1. Artikel belum pernah dimuat dalam media cetak/elektronik lain, diketik 1,5 spasi pada kertas A4 sepanjang 10 – 15 halaman, dalam betuk soft copy (MS Work) dan hasil ceak (print out) sebanyak satu eksemplar. Diserahkan paling lambat satu bulan sebelum bulan penerbitan.

2. Artikel merupakan hasil penelitian atau non penelitian ( gagasan konseptual, kajian teori, aplikasi teori) yang dimuat dalam Majalah/Jurnal Generasi Kampus.

3. Artikel ditulis dalam bentuk esai, disertai judul subbab (heading). Peringkat judul subbab dinyatakan dengan karakter huruf yang berbeda : 1) peringkat 1 (huruf besar semua rata dengan tepi kiri). 2) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan cetak tebal), 3) Peringkat 3 (huruf besar pada awal subbab, dicetak miring dan tebal) 4. Artikel hasil penelitian memuat :

a. Judul

b. Nama Penulis

c. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia (memuat tujuan, metode, dan hasil penelitian : 50 – 80 kata)

d. Kata-kata kunci)

e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, dan rangkuman kajian teoritik)

f. Metode penelitian g. Hasil penelitian h. Pembahasan

i. Kesimpulan dan saran j. Daftar pustaka

(4)

a. Judul

b. Nama Penulis

c. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia ( 50 – 80 kata) d. Kata-kata kunci)

e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, pengantar topic utama diakhiri dengan rumusan tentang hal-hal pokok yang akan dibahas).

f. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan) g. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan) h. Sub Judul ( sesuai dengan kebutuhan) i. Penutup ( atau kesimpulan dan saran) j. Daftar pustaka

6. Daftar pustaka hanya mencantumkan sumber yang dirujuk dalam uraian tulisan saja, diurutkan secara alfabetis, disajikan seperti contoh beikut :

Dryden G dan Dr. Vos Jeannette. (2001). Revolusi Cara Belajar. Bandung : Kaifa.

Heninic, Molenda. Russel dan Smadino (1996). Intructional Media and Technology for Learning. New Jersey :Prentice Hall Inc

ISSN 1978-869X

(5)

(6)

1 Biner Ambarita adalah dosen FBS Unimed, dan Pembantu Rektor III Unimed

RESTRUKTURISASI JURUSAN DAN PROGRAM STUDI BERBASIS TAXONOMI ANDERSON UNTUK PEMBELAJARAN YANG BERKUALITAS

MENCAPAI KOMPETENSI STANDAR LULUSAN Oleh:

Biner Ambarita Abstrak

Tingginya tuntutan terhadap kualitas dan relevansi lulusan Pendidikan Tinggi, menuntut perumusan kompetensi lulusan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Khusus dalam kompetensi ranah kognitif berpedoman pada Taxonomi Anderson. Taxonomi Anderson menegaskan bahwa ranah kognisi harus mencapai tingkat kreativitas dan daya cipta sesuai dengan tuntutan Standar Kompetensi Lulusan secara nasional. Analisis struktur organisasi Jurusan dan program studi berdasarkan Taxonomi Anderson merumuskan adanya restrukturisasi dalam mana Jurusan harus memiliki unit-unit penjaminan mutu Konowledge, afektif , psikomotorik, dan hubungan eksternal.

Kata kunci: Kompetensi lulusan, Taxonomi anderson PENDAHULUAN

Pendidikan mengembangkan sumber daya manusia sehingga memiliki kompetensi-kompetensi dan kemampuan hidup dan berdaya saing secara nasional maupun internasional. Harapan tersebut harus diwujudkan oleh segenap rakyat Indonesia dan pemerintah dengan berbagai kemampuan yang ada. Namun Pemerintah dianggap masih memliki kemampuan politik (political will) yang belum memadai untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Indonesia mengalami penurunan peringkat yang berkelanjutan ditinjau dari Human Development Indeks (HDI) jika disbanding dengan berbagai Negara. Berdasarkan laporan United Nations Development Programme (UNDP) pada Human Development Report 2005 ternyata Indonesia menduduki peringkat

110 dari 177 negara di dunia (Nandika, 2008). Peringkat tersebut menurun dari tahun sebelumnya. Pada tahun 1997 HDI Indonesia berada pada peringkat 99 dan menjadi peringkat 102 pada tahun 2002.

Semakin menurunnya peringkat HDI menggambarkan banyaknya masalah pendidikan yang dihadapi, khususnya masalah kualitas dan relevansi. Dengung peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan terjadi di Negara Indonesia, hingga perumusan kebijakan strategis pembangunan pendidikan yang merupakan acuan pembangunan pendidikan salah satunya adalah peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan. Mengimplementasikan kebijakan tersebut, Pemerintah mencanangkan pendidikan 3 M yaitu mutu, murah dan merata (Nandika, 2008). Namun hingga saat ini

(7)

2 permasalahan mutu dan relevansi

pendidikan masih menjadi tugas yang belum selesai dikerjakan, dan harus dilakukan percepatan penyelesaiannya.

Penyelesaian masalah kualitas dan relevansi pendidikan ditinjau secara mikro, menyangkut kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran di satuan pendidikan dan program studi ataupun jurusan pada Pendidikan Tinggi masih jauh dari harapan. Permasalahan kualitas pembelajaran dapat dimulai dari perencanaan pembelajaran, implementasi rencana pembelajaran, evaluasi, sarana dan prasarana, manajemen, lingkungan, dan lain-lain.

Khususnya dalam perencanaan pembelajaran masih sering terjadi pengkajian yang tidak detail sehingga menjadi perencanaan yang tidak dapat diimplementasikan. Agar pengkajian tersebut baik dan berkualitas serta dapat diimplementasikan, haruslah dilakukan oleh sejumlah orang yang khusus, multi disiplin ilmu, dan memiliki komitment tinggi.

PEMBAHASAN

Kompetensi Lulusan Program Studi Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 26 ayat 4 mengatakan bahwa standar kompetensi lulusan pada jenjang

pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Kompetensi tersebut menyangkut kompetensi kognisi, afeksi, dan psikomotorik.

Boyatzis (2008) mengatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki lulusan adalah (1) kompetensi kognisi, seperti sistem berpikir dan pengenalan pola, (2) kompetensi kercerdasan emosi, seperti penguasaan diri dan pengendalian diri, (3) kompetensi kecerdasan sosial, seperti penguasaan kondisi sosial dan hubungan sosial yang terlihat dari empati dan tim kerja. Williams (2008) melihat bahwa kompetensi kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, dan kompetensi adaptif terhadap lingkungan adalah tuntutan abat ke-21. Kompetensi kognisi haruslah meliputi tingkatan tertinggi dari Taxonomi Bloom yaitu tingkat evaluasi (Bloom, 1956). Taxonomi Bloom dalam ranah kognisi menyangkut kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengsintesis, dan mengevaluasi.

(8)

3 Biner Ambarita adalah dosen FBS Unimed, dan Pembantu Rektor III Unimed

Dalam ranah kognisi, seharusnya terjadi pergeseran perumusan indikator berdasarkan Taxonomi Bloom menjadi Taxonomi Anderson. Taxonomi Bloom menempatkan tingkat tertinggi pada evaluasi, namun Taxonomi Anderson menempatkan tingkat tertinggi pada kreativitas atau daya cipta. Pada Taxonomi Bloom, kemampuan

menganalisis dibedakan dengan kemampuan mensintesa, sedangkan pada Taxonomi Anderson sintesa menjadi satu kesatuan dalam analisis. Taxonomi Anderson dapat memenuhi kompetensi lulusan dibidang kognisi sebagai mana tuntutan Peraturan Pemerintah Indonesia No. 19 tahun 2005, tentang Standar

Nasional Pendidikan.

Tabel 1. Tingkatan kognisi defenisi dan Kata indikator (Bloom, 1956) Level of

Cognition

Defenition Behavioral Verbs

Knowledge Recognizes and remembers names,

ideas, terms Name, define, selectlebel, describe, Comprehension Explain, summarizes, make simple

interpretations

Explain, predict, sort, distinguish between

Apllication Applies rules or procedures to novel

situations Compute, demonstrate solve,

Analysis Identifies component parts, reasons deductively or inductively

Discriminate, infer, diagram, resolve

Synthesis Puts disparate elements together to create a new idea or product

Devise, generate, construct, compose

Evaluation Uses criteria to judge qualities of

products or performances Contrast, interpret, judge.discriminate, Taxonomi Anderson menyangkut

Remembering, understanding, apllying, analyzing, evaluating, dan creating.

Untuk rincian taxonomi tersebut ditampilkan pada tabel 2 berikut .

Table 2. Defenisi dan kata kerja operasional Taxonomi Anderson (Anderson, 2001)

Definition Verbs

Remembering: can the student recall or remember the information?

Define, duplicate, list, memorize, recall, repeat, reproduce, state

Understanding: can the student explain ideas or concepts?

Classify, describe, discuss, explain, identify, locate, recognize, report, select, translate,

paraphrase

(9)

4

Definition Verbs

information in a new way? illustrate, interpret, operate, schedule, sketch, solve, use, write Analysing: can the student distinguish

between the different parts?

Appraise, compare, contrast, criticize, differentiate, discriminate, distinguish,

examine, experiment, question, test Evaluating: can the student justify a stand or

decision? Appraise, argue, defend, judge, select, support, value, evaluate Creating: can the student create new product

or point of view? Assemble, construct, create, design, develop, formulate, write Tingkat tertinggi dari Taxonomi

Anderson adalah kreativitas, yaitu menciptakan produk baru, hal baru ataupun ide baru. Indikator kreativitas tersebut adalah meramu, mengkonstruksi, mencipta, mendisain, mengembangkan, merumuskan, dan menulis. Kompetensi lulusan harus mampu menulis yang dalam hal ini secara umum mampu menulis skripsi. Akan tetapi lebih spesifik, kompetensi menulis tidak hanya pada penulisan skripsi, akan tetapi haruslah penulisan makalah pada setiap mata kuliah bahkan setiap topik pembelajaran.

Membangun Kreativitas

Membangun kreativitas subjek didik hanya dapat dilakukan oleh pendidik yang memiliki kreativitas tinggi. Sejalan dengan hal itu, maka ujung tombak pembangunan kreativitas mahasiswa berada pada dosen. Dosen terlebih dahulu harus mengembangkan kreativitasnya, baik dalam metode

pembelajaran maupun materi pembelajaran. Metode pembelajaran dibutuhkan untuk menyikapi kekangan kondisi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berkualitas. Materi pembelajaran merupakan kompetensi profeional yang harus dimiliki dan harus mencapai tingkat tertinggi yaitu kreativitas.

Fadjar (2004) mengatakan bahwa : “ kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, yang merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan. Di sekolah terutama dilatih kepada siswa adalah penerimaan pengetahuan, ingatan, dan penalaran (berpikir logis). Kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas terhadapnya. Dalam era globalisasi ini kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan Negara tergantung pada sumbangan kreatif,

(10)

5 Biner Ambarita adalah dosen FBS Unimed, dan Pembantu Rektor III Unimed

berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru, pemikiran dan perilaku kreatif, perlu dipupuk sejak dini”.

Banyak pendapat dan penelitian yang dialkukan untuk mengembangkan kreativitas. Hasil penelitian Gordon yang dilaporkan kembali oleh Timpe (1987) mengatakan kreativitas adalah hasil pekerjaan kolaborasi otak kiri dan otak kanan. Lebih lanjut dikatakannya bahwa otak kanan melakukan gagasan-gagasan kreatif yang dikirimkan ke otak kiri, dan otak kiri melakukan evaluasi terhadap gagasan tersebut dan dikirimkan kembali ke otak kanan untuk dilaksanakan. Timpe (1987) juga mengutip hasil penelitian Alyce M. Green yang menyimpulkan bahwa gagasan kreatif muncul beberapa saat sebelum tidur (dalam kondisi setengah sadar) dan beberapa saat sebelum terjaga (bangun tidur pada pagi hari).

Dari kedua penelitian tersebut dapat dikaji bahwa dosen dan mahasiswa akan memunculkan gagasan kreativitasnya sesaat sebelum tidur dan sesaat sebelum bangun. Kalau demikian adanya pemunculan kreativitas, dosen harus mengkaji metode lain dalam pemunculan kreativitas tersebut, apakah ada hukum atau dalil yang berlaku secara umum ataupun khusus.

Menurut Robert Fromen yang dikutip Timpe (1987) bahwa hukum-hukum penalaran kreativitas adalah: (1) mengumpulkan fakta, (2) penalaran induktif, (3) penalaran deduktif. Pernyataan Robert Fromen tersebut di atas, jika dikaji adalah hanya prasyarat berpikir kreatif. Johanssons Frans (2004) mengemukakan inovasi titik temu dalam menghasilkan produk dan ide kreativitas. Inovasi titik temu tersebut mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) mengejutkan dan memesona, (2) meloncat kea rah yang baru, (3) membuka bidang yang barus sama sekali, (4) menyediakan ruang bagi orang, tim, atau perusahaan, (5) menghasilkan pengikut, yang berarti penciptaannya bias menjadi pemimpin, (6) member sumber inovasi terarah untuk tahun-tahun selajutnya, (7) dapat mempengaruhi dunia dengan cara yang belum pernah sebelumnya. Anderson menegaskan kate kerja opreasional untuk kreativitas seperti Assemble, construct, create, design, develop, formulate, write.

Pada tabel 3 berikut diperlihatkan Kategori Kreativitas dari Taxonomi Anderson, yang menyangkut: kategori, contoh kalimat pemulaan kreativitas, aktivitas dan produk potensial yang menggambarkan nilai-nilai kreativitas. Tugas dosen selanjutnya adalah

(11)

6 merumuskan sejumlah

indicator-indikator yang sesuai dengan tabel 3 untuk dirinya sendiri dan untuk mahasiswa pada setiap pertemuan dalam proses pembelajaran.. Rumusan aktivitas

atau proses haruslah dapat menggiring perilaku pembelajar dan pengajar sendiri ke arah dan pencapaian indikator yang telah dirumuskan.

Tabel 3. Kategori Kreativitas, Kalimat Pemulaan, dan Aktivitas Potensial

Category Sample sentence starters Potential activities and products

CREATE Generating

Coming up with alternatives or hypotheses based on criteria

Synonyms : Hypothesizing Planning

Devising a procedure for accomplishing some task. producing

Synonyms : Designing Producing

Inventing a product. Synonyms : Constructing

Can you design a...to...? Can you see a possible solution to...?

If you had access to all resources, how would you deal with...?

Why don't you devise your own way to...?

What would happen if ...? How many ways can you...? Can you create new and unusual uses for...?

Can you develop a proposal which would...?

Invent a machine to do a specific task.

Design a building to house your study.

Create a new product. Give it a name and plan a marketing campaign.

Write about your feelings in relation to...

Write a TV show play, puppet show, role play, song or pantomime about.. Design a record, book or magazine cover for... Sell an idea

Devise a way to... Restrukturisasi Program Studi dan

Jurusan

Program studi di Universitas negeri Medan, memiliki hanya satu orang personalia yaitu Ketua Program studi, dalam mana program studi bertanggungjawab kepada jurusan. Fungsi program studi adalah pelaksana teknis pembelajaran dan fungsi jurusan sebaiknya pusat pengembangan program studi secara internal maupun secara eksternal. Namun demikian masih diperlukan pengkajian yang lebih

mendalam hal keorganisasian jurusan dan program studi.

Robbins (2007) mendefenisikan struktur organisasi sebagai pengaturan formalisasi tugas dalam sebuah orginsasi. Ketika dilakukan restrukturisasi dalam sebuah organisasi, sesungguhnya melaksanakan sepesifikasi dan pengembangan tugas-tugas sehingga organisasi dapat lebih berkembang. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa ada enam elemen kunci dalam perencanaan struktur oragnisasi, yaitu: (1) spesialisasi tugas, (2) pengelompokan departemen,

(12)

7 Biner Ambarita adalah dosen FBS Unimed, dan Pembantu Rektor III Unimed

(3) rantai komando, (4) rentangan kendali, (5) sentralisasi dan desentralisasi, (6) formalisasi. Robbins (2007) juga mengatakan bahwa untuk dapat membentuk struktur oraganisasi maka sebaiknya mengikuti langkah berikut: (1) Uraikan pekerjaan yang lebih spesifik dan departemen, (2) Uraikan tugas dari pekerjaan untuk individu dalam departemen dan oragnisasi, (3) Buat koordinasi tugas-tugas yang berbeda dalam organisasi, (4) lakukan kluster untuk unit-unit kecil, (5) tetapkan hubungan kerja setiap individu, kelompok, dan departemen, (6) tetapkan garis komando dan koordinasi secara formal sebagai otoritas, (7) alokasikan dan bagikan sumber daya yang ada kesetiap komponen struktur.

Lussier (1997) menegaskan ada sepuluh elemen kunci dalam penetapan strukur organisasi, yaitu: (1) kesatuan komando dan arah, (2) rantai komando, (3) rentangan manajemen (garis horizontal dan vertical), (4) pembagian tenaga kerja (spesialisasi), (5) koordinasi, (6) penyeimbangan penghargaan dan otoritas, (7) delegasi, (8) flexibelitas, (9) pembuatan departemen (sub komponen organisasi), (10) integritas.

Dari kedua pendapat tersebut di atas, maka untuk restrukturisasi jurusan dan program studi harus berangkat dari

harapan-harapan, kompetensi-kompetensi lulusan, visi dan misi masing-masing jurusan.

Sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 26 ayat 4, maka kompetensi lulusan pendidikan tinggi harus memiliki komponen: sikap dan berakhlak mulia, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kemandirian, mengembangkan dan menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Kompetensi-kompetensi tersebut diuraikan menjadi indikator-indikator yang sangat rinci dan target capaian indikator harus ditetapkan secara hati-hati dan berbasis evaluasi diri.

Dengan demikian, departemen sikap dan akhlak mengurusi kompetensi sikap dan akhlak mulia serta sosial; Departemen pengetahuan kognisi mengurusi kompetensi standar isi kognitif, Departemen keterampilan dan psikomotorik mengeurusi kompetensi praktikum dan psikomotorik; departemen penelitian dan pengabdian masyarakat mengurusi penelitian dan pengabdian masyarakat; departemen kerja sama, mengurusi kerja sama eksternal. Departemen-departemen ini menjadi unit penjaminan mutu dan relevansi lulusan di jurusan dan program studi.

(13)

8 Sejalan dengan hal itu, maka

struktur organisasi jurusan dan program

studi, dapat didisain seperti gambar model-model berikut.

Gambar 1. Model 1. Struktur Organisasi Jurusan dan Program Studi Model 1 ini memperlihatkan Unit

Penjaminan Mutu memiliki kekuatan untuk memberi perintah kepada Ketua Jurusan, Kaprodi, dosen, dan Laboran dalam hal mutu dan relevansi. Ketua Jurusan bertanggung jawab kepada Dekan, dan Kaprodi bertanggung jawab kepada Ketua Jurusan, serta dosen dan laboran bertanggungjawab kepada Kaprodi. Kaprodi, dosen, dan laboran bertanggungjawab juga kepada Unit

Penjaminan Mutu. Kaprodi dan Unit Penjaminan Mutu bertanggungjawab kepada dekan. Ketua Jurusan dan Unit

Penjaminan Mutu saling

bertanggungjawab satu dengan lainnya. Model 2 memperlihatkan bahwa Unit penjaminan mutu menyatu dalam Jurusan, dalam mana unit penjaminan mutu bertanggungjawab kepada ketua jurusan. Hal ini diperlihatkan pada gambar 2 model 2.

Gambar 2. Model 2 Struktur Organisasi Jurusan dan Prodi JURUSAN:Ketua dan Sekretaris,

UNIT PENJAMINAN MUTU:departemen-departemen: Knowledge, afektif, psikomotorik, Hubungan eksternal

PRODI: Ketua dan Sekretaris LABORATORIUM: Kepala Lab. Laboran DOSEN: kelompok disiplin ilmu JURUSAN:Ketua dan Sekretaris PRODI:Ketua dan Sekretaris LABORATORIUM: Kepala Lab. Laboran DOSEN: kelompok disiplin ilmu

UNIT PENJAMINAN MUTU: departemen-departemen: Knowledge, afektif, psikomotorik, Hubungan eksternal

(14)

9 Biner Ambarita adalah dosen FBS Unimed, dan Pembantu Rektor III Unimed

Gambar 3. Struktur Organisasi Jurusan dan Prodi aebelum direstrukturisasi Dilihat dari kedua model, maka model

yang lebih baik adalah model 2, dalam mana harapan penjaminan mutu dapat digapai tanpa terjadi dualism

kepemimpinan. PENUTUP

Restrukturisasi Jurusan dan prodi sangat perlu dilaksanakan, hanya saja perlu pengkajian yang lebih mendalam melalui analisis pakar maupun penelitian-penelitian. Restruturisasi Jurusan dan program studi dalam kajian dalam makalah ini, adalah sebuah ide sederhana yang perlu ditindaklanjuti dalam bentuk penelitian lanjutan. Tujuan restrukturisasi Jurusan dan Program studi adalah untuk menjamin ketercapaian kompetensi lulusan yang bermutu dan relevan sehingga sesuai dengan harapan bangsa dan Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (Eds.). 2001. A taxonomy for learning, teaching and assessing:

A revision of Bloom's Taxonomy of educational objectives: Complete edition, New York : Longman.

Bloom, B. S. (Ed). 1956. Taxonomy of Edocational Objectives: The Classification of Educational Goals. Handbook 1. Cognitive Domain. New York: Longmans Green.

Boyatzis Richard E. 2008. Competencies in the 21 st century. Journal of Management Development. Vol. 27 Number 1.

Fadjar A. Malik. 2004. Kumpulan Pidato Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Buku IV, Januari 2004 – Oktober 2004. Jakarta: Depdiknas

Johanssons Frans. 2004. Inovasi Titik Temu. Rahasia Sukses Menemukan Ide Bisnis Cemerlang dan Menguntungkan. Jakarta : Serambi

Lussier Robert N. 1997. Management, Concepts, Applications, Skill Development. Massachusetts: South-Western College Publishing.

Nandika Dodi. 2008. Political Will Pendidikan Menuju Indonesia 2020. Teropong Pendidikan Kita. Ontologi Artikel 2007-2008. Jakarta: Depdiknas.

JURUSAN:Ketua dan Sekretaris,

PRODI:Ketua LABORATORIUM: Kepala Lab. Laboran DOSEN: kelompok disiplin ilmu

(15)

10 Nandika Dodi. 2008. Pendidikan 3 M.

Opini Pendidikan 2008. Jakarta: Depdiknas.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. Robbins Stephen P., Mary Coulter. 2007.

Management. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Timpe A. Dale. 1987. Seri Manajemen

Sumber Daya

Manusia-Kreativitas. Jakarta: Alex Media Computindo.

Williams Helen W. 2008. Characteristics that Distinguish Outstanding Urban Principles. Emotional Intelligence, social intelligency, and environmental Adaptation. Journal of Management Development. Vol. 27 Number 1.

(16)

11 Pardomuan N.J.M. Sinambela adalah dosen jurusan Matematika

FMIPA Universitas Negeri Medan

APLIKASI GRUP DIHEDRAL D5DALAM DETEKSI ERROR

Oleh:

Pardomuan N. J. M. Sinambela Abstrak

Mendektesi error dalam suatu permasalahan string alfabet dan digit dapat dilakukan dengan menerapkan aplikasi grup dihedral. Salah satu metode yang digunakan adalah dengan menggunakan grup dihedral D5. Metode ini dapat mendeteksi sekitar 90% dari semua tipe error. D5 merupakan grup dihedral yang dapat digunakan dalam mendeteksi error yang dapat digunakan untuk mendeteksi error pada string alfabet dan digit yang terdiri atas beberapa karakter. Setiap anggota D5 yang berupa transformasi dipasangkan dengan tepat satu karakter.

Kata kunci: Grup Dihedral PENDAHULUAN

Ada berbagai cara menambahkan cek digit pada suatu nomor identifikasi untuk dapat mendeteksi error nomor identifikasi tersebut. Satu diantaranya adalah metode International Standard Book Number (ISBN) yang menggunakan modulo 11. Tetapi dalam penggunaan metode ini diperlukan karakter abjad X untuk menggantikan bilangan 10. Pada akhir tahun 1960-an, ditemukan cara mendeteksi kesalahan digit suatu nomor identifikasi tanpa menambahkan suatu karakter baru. Metode ini menggunakan grup D5 dan permutasi σ= (0)(14)(23)(58697).

PEMBAHASAN

Grup Dihedral Berorder 10 (D5)

Grup dihedral berorder 10 yang dinotasikan dengan D5, disebut juga grup

simetri segilima beraturan. Grup D5 adalah himpunan semua transformasi yang mengakibatkan segilima beraturan invarian (berimpit dengan dirinya sendiri), beserta operasi .

Himpunan D5 terdiri atas 10 transformasi yang meliputi 5 rotasi dan 5 refleksi. Rotasi yang dipergunakan adalah rotasi berlawanan arah jarum jam terhadap titik pusat segilima. Kelima rotasi itu adalah R0, R72, R144, R216, dan R288. Sedangkan refleksi yang dipergunakan adalah refleksi terhadap garis I, II, III, IV, dan V yang masing-masing dinotasikan sebagai MI, MII, MIII, MIV, dan MV. Letak garis-garis tersebut pada segilima beraturan ABCDE digambarkan sebagai berikut.

(17)

12 Berikut ilustrasi anggota-anggota D5

garis II garis I garis III garis IV garis V B A E D C 0 = R0 = rotasi 0 B C A B C A R0 1 = R72 = rotasi 72 B C A A B E R72 3 = R216 = rotasi 216 2 = R144 = rotasi 144 B C A E A D R144 B C A D E C R216

(18)

13 Pardomuan N.J.M. Sinambela adalah dosen jurusan Matematika

FMIPA Universitas Negeri Medan

Pola dari D5 dapat dijumpai pada bintang laut. Gambar-gambar berikut juga menggunakan pola D5.

4 = R288 = rotasi 288

5 = MI = refleksi terhadap garis I

B

C A

C

D B R288

6 = MII = refleksi terhadap garis II

7 = MIII = refleksi terhadap garis III

8 = MIV = refleksi terhadap garis IV

9 = MV = refleksi terhadap garis V

B C A A E B MI B C A E D A MII D C E MIII B C A B C A C B D MIV B C A B A C MV

(19)

14 Operasi  didefinisikan sebagai

operasi “diikuti oleh”. A  B adalah

transformasi A diikuti oleh transformasi B. Operasi ini tidak komutatif.

Contoh

1. R72R144= R216 atau 1 2 = 3

2. R144MIII= MV atau 2 7 = 9

3. MIIIR144= MI atau 7 2 = 5

Berikut Tabel Cayley untuk D5dengan operasi 

 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 2 3 4 0 6 7 8 9 5 2 2 3 4 0 1 7 8 9 5 6 3 3 4 0 1 2 8 9 5 6 7 4 4 0 1 2 3 9 5 6 7 8 5 5 9 8 7 6 0 4 3 2 1 6 6 5 9 8 7 1 0 4 3 2 7 7 6 5 9 8 2 1 0 4 3 8 8 7 6 5 9 3 2 1 0 4 9 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 A B E D E C R144 R72 B C A B A C MIII R144 B C A E A D A E B R144 MIII D C E B C A

(20)

15 Pardomuan N.J.M. Sinambela adalah dosen jurusan Matematika

FMIPA Universitas Negeri Medan

Tabel Cayley dapat dipergunakan untuk menunjukkan bahwa D5 dengan operasi  memenuhi sifat tertutup, memiliki unsur identitas yaitu R0(0), dan setiap anggota D5 mempunyai invers yang juga anggota D5. Kesepuluh transformasi anggota D5dapat dipandang sebagai fungsi dari segilima beraturan ke bidang segilima beraturan itu sendiri, dan operasi  merupakan komposisi fungsi. Karena komposisi fungsi bersifat asosiatif, berarti operasi  juga bersifat asosiatif. Dan karena telah ditunjukkan bahwa operasi  tidak komutatif, maka D5 dengan operasi  adalah grup non-Abelian.

Permutasi σ

Permutasi suatu himpunan A adalah fungsi bijektif dari himpunan A ke himpunan A sendiri. Permutasi dapat disajikan dalam notasi baris atau notasi siklis (bentuk sikel).

Permutasi yang digunakan dalam tulisan ini adalah permutasi σ dari himpunan A = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}. Setiap anggota himpunan A mewakili tepat satu anggota himpunan D5.

Penyajian permutasi σ dalam

notasi baris adalah sebagai berikut

Penyajian permutasi σ dalam

notasi siklis adalah sebagai berikut Permutasi σ= (0)(14)(23)(58697) Cek Digit

Metode penambahan cek digit pada nomor identifikasi yang dibahas dalam tulisan ini menggunakan D5 dan permutasi σ.

Untuk menentukan cek digit dari suatu nomor identifikasi, setiap digit pada nomor identifikasi diberi bobot pangkat σyang terus meningkat, dimulai dari digit paling kanan. Bilangan-bilangan yang diperoleh dioperasikan mengunakan operasi , invers dari hasil akhir setelah pengoperasian menjadi cek digit dari nomor identifikasi tersebut. Berikut contoh penentuan cek digit untuk nomor identifikasi 793.

1. Setiap digit pada nomor identifikasi diberi bobot pangkat σ yang terus meningkat, dimulai dari digit paling kanan.

σ3 = 2

σ29 = σ(σ9) = σ7 = 5

σ37 = σ(σ(σ7)) = σ(σ5) = σ8 = 6 2. Bilangan-bilangan yang diperoleh

dioperasikan menggunakan operasi 

6 5 2 = 3

3. Bilangan hasil operasi diinverskan 3-1= 2

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Permutasi σ=

(21)

16 Invers dari hasil akhir setelah

pengoperasian ini menjadi cek digit dari nomor identifikasi. Dengan demikian nomor identifikasi yang dilengkapi dengan cek digit adalah 7932.

PENUTUP

Berdasarkan cara menentukan cek digit suatu nomor identifikasi yang telah diuraikan, maka suatu nomor identifikasi bebas error lengkap dengan cek digitnya yang berbentuk anan-1… a1a0mempunyai sifat

σnanσn-1an-1σa1a0= 0 …() Jika terjadi single digit error atau kesalahan penulisan meskipun hanya satu angka dari nomor identifikasi, maka hasil operasi tidak akan sama dengan 0. Hal ini disebabkan setiap faktor dari ruas kanan persamaan () mempunyai peran yang unik (khusus) dalam menentukan hasil operasi.

Jika terjadi transposition error atau kesalahan berupa pertukaran tempat digit nomor identifikasi juga akan cepat terdeteksi, karena untuk 2 digit a dan b yang berbeda, σa  b ≠ σb  a (grup D5 adalah grup non-Abelian), berarti σi+1a σib ≠ σi+1b σia. Dengan demikian jika terjadi pertukaran tempat 2 digit yang berdekatan dalam suatu nomor identifikasi, maka hasil operasi tidak akan sama dengan 0.

DAFTAR PUSTAKA

Durbin, J.R. (1992). Modern Algebra An Introduction Thrid Edition. New York. John Wiley & Sons, Inc. Gallian, Joseph A. (1990). Contemporary

Abstract Algebra 2nd Edition.

Toronto: D.C. Heath and Company.

Raisinghania,M.D & Aggarwal, R.S (1980). Modern Algebra. New Delhi. S. Chand & Company Ltd.

(22)

17 Wanapri Pangaribuan adalah dosen jurusan Teknik Elektro

FT Universitas Negeri Medan

KENDALI KUALITAS PENDIDIKAN PADA PROGRAM STUDI DENGAN

METODE KENDALI KOKOH (ROBUST CONTROL)

Oleh:

Drs. Wanapri Pangaribuan, MT Abstrak

Kendali internal sesuai dengan karakteristik kendali kokoh (robust control), yang menekankan dan memiliki kekuatan pada perencanaan, pemodelan, standar operasional prosedur, dan pemaksaan terhadap subjek didik untuk selalu berada dalam tracking kendali. Komponen kendali, ketua dan sekretaris jurusan atau prodi, dosen, tenaga administrator, dan laboran harus merumuskan standar kerja dan indikator-indikator capaian serta instrument pengukurannya. Kendali kokoh berbasis evaluasi diri secara internal, dan kokoh pada rencana dan prosedur.

Kata kunci :Kendali kokoh, Kualitas PENDAHULUAN

Tiga pilar pembangunan pendidikan nasional yang juga menjadi pilar pembangunan pendidikan di program studi adalah pemerataan dan perluasan akses pendidikan, peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, dan peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. Pilar peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan di program studi merupakan pilar pendukung segala program, kegiatan, proses belajar dan pembelajaran, serta pengadaan sarana dan prasarana untuk tujuan menghasilkan lulusan yang berdaya saing tinggi dan untuk keberlangsungan (susteinibility) program studi tersebut.

Kualitas dan relevansi adalah menggambarkan kemampuan dan kompetensi pengetahuan, sikap, keterampilan kerja yang relevan dengan

kebutuhan kerja, serta keunggulan kompetitif lulusan ketika bersaing dengan lulusan-lulusan lainnya, adalah hal yang harus dipenuhi program studi.

Untuk memenuhi kualitas dan relevansi yang diharapkan, program studi pertama sekali harus merumuskan standar program, kegiatan, proses, sarana dan prasarana, indikator ketercapaian, operasional prosedur. Perumusan standar ini merupakan patokan yang harus dicapai dan merupakan tujuan dan arah perjalanan program studi.

Dalam perjalanannya, program studi melaksanakan segala program dan kegiatan serta aktivitasnya diarahkan dan dikendalikan oleh standar. Kendali terhadap program, kegiatan dan aktivitas program studi harus mempertimbangkan deviasi minimal yang diizinkan dibandingkan dengan standar, serta juga mempertimbangkan interval waktu

(23)

18 kendali, model pengendalian, dan

actuator yang mengeksekusi minimalisasi diviasi (error).

Sejumlah standar dapat dikaji untuk melengkapi Standar Nasional Pendidikan, diantaranya Standar Malcon, Standar Baldrige, Standar Ernest, dan juga berbagai standar yang dirumuskan oleh berbagai Perguruan Tinggi. Pertanyaan yang muncul adalah apakah standar-standar tersebut sudah meliputi indikator kualitas dan relevansi ?; bagaimana tindakan kendali yang harus dilakukan untuk memenuhi standar tersebut; apakah tindakan kendali tersebut efektif mengendalikan proses yang efisien?. Jawaban atas pertanyaan tersebutlah yang merupakan kajian yang dilakukan dalam makalah ini.

PEMBAHASAN

Standar Nasional Pendidikan

Standar Nasional Pendidikan yang dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, menyangkut delapan standar, yaitu Standar kompetensi lulusan, standar

isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Standar Nasional pendidikan tersebut sering sekali menimbulkan permasalahan di tingkat satuan pendidikan ketika diimplementasikan. Permasalahan tersebut timbul karena keharusan penerapan oleh tingkat satuan pendidikan akan tetapi pada sisi lain satuan

pendidikan tidak mampu

merealisasikannya, dan pemerintah kurang mampu juga membantu satuan pendidikan dalam perealisasian tersebut.

Manajemen pengelolan pendidikan yang dilaksanakan pemerintah secara makro harus dikaji kembali. Standarisasi pendidikan yang mengacu pada delapan standar nasional pendidikan, umumnya tidak dapat direalisasikan oleh stuan pendidikan. Seharusnya, kedelapan standar nasional pendidikan tidak serta merta diaplikasikan sekali gus, akan tetapi tahap demi tahap.

Gambar 1. Delapan Standar Nasional Pendidikan Mempengaruhi Kualitas, Relevansi, dan Daya Saing Pendidikan

Standar Kompetensi Lulusan

Standar Isi Standar Proses Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Standar sarana dan prasarana Standar Pengelolaan Standar pembiayaan Standar penilaian Kualitas, Relevansi , dan Daya saing Pendidikan

(24)

19 Wanapri Pangaribuan adalah dosen jurusan Teknik Elektro

FT Universitas Negeri Medan

Standar utama yang harus dirumuskan adalah standar kompetensi lulusan dan standar isi, karena kedua standar ini terkait langsung dengan kualitas, relevansi dan daya saing pendidikan. Agar lulusan berdaya saing, maka dirumuskanlah isi pembelajaran yang dalam hal ini adalah kurikulum, kompetensi yang bagai mana yang harus dimiliki oleh lulusan. Khususnya program studi di Pendidikan Tinggi harus betul-betul serta cermat menentukan standar isi dan kompetensi serta indikator-indikatornya.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan,

pasal 26 ayat 4 mengatakan bahwa standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Rincian standar tersebut di atas diserahkan kepada dan menjadi otoritas perguruan tinggi. Kendali terhadap perguruan tinggi oleh pemerintah dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BANPT).

Gambar 2. Parameter Kompetensi Lulusan Pendidikan Tinggi

Lulusan Pendidikan Tinggi disebut memiliki kompetensi jika menerapkan IPTEKS yang dipelajari,

ditemukan, dan dikembangkannya kepada kebaikan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian Pengetahuan dan keterampilan Sikap dan Ahlak Mulia Menemukan dan Mengembangkan Ilmu dan teknologi dan Menerapkan IPTEKS yang bermanfaat bagi manusia Kompetensi Lulusan Pendidikan Tinggi

(25)

20 kompetensi lulusan Pendidikan Tinggi

haruslah menyangkut Kompetensi Profesi, kompetensi Strategi, kompetensi Sosial, dan Kompetensi kepribadian. Kompetensi strategi yang dimaksudkan adalah kemampuan mempelajari, menemukan, mengembangkan dan menerapkan IPTEKS dengan berbagai metode dan kiat yang tepat, efektif, dan efisien.

Hal menyangkut standar isi yaitu kurikulum program studi, sebaiknya disusun dengan cermat dengan mengacu pada prinsip keterbaruan (up to date), serta standar isi tersebut seharusnya dirumuskan secara nasional yang disebut kurikulum nasional (kurnas). Kurikulum nasional berlaku secara nasional meliputi pengetahuan utama yang mendasar dalam program studi tersebut. Hal menyangkut kurikulum yang dirumuskan oleh perguruan tinggi yang sering disebut kurikulum muatan lokal, disusun berorientasi pada kesanggupan dan kebutuhan lokal atau daerah.

Perpaduan kurikulum nasional dan lokal harus dapat menjawab pertanyaan “kompetensi apa yang harus

dimiliki oleh lulusan untuk dapat berkompetisi dan relevan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni ?”. Kompetensi tersebut bersifat prediktif, dan masih merupakan pendekatan. Boyatzis (2008) mengatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki lulusan adalah (1) kompetensi kognisi, seperti sistem berpikir dan pengenalan pola, (2) kompetensi kercerdasan emosi, seperti penguasaan diri dan pengendalian diri, (3) kompetensi kecerdasan sosial, seperti penguasaan kondisi sosial dan hubungan sosial yang terlihat dari empati dan tim kerja. Williams (2008) melihat bahwa kompetensi kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, dan kompetensi adaptif terhadap lingkungan adalah tuntutan abat ke-21. Kompetensi kognisi haruslah meliputi tingkatan tertinggi dari Taxonomi Bloom yaitu tingkat evaluasi (Bloom, 1956). Taxonomi Bloom dalam ranah kognisi menyangkut kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengsintesis, dan mengevaluasi.

Tabel 1. Tingkatan kognisi defenisi dan Kata indikator (Bloom, 1956) Level of

Cognition

Defenition Behavioral Verbs

Knowledge Recognizes and remembers names,

ideas, terms Name, define, selectlebel, describe, Comprehension Explain, summarizes, make simple Explain, predict, sort,

(26)

21 Wanapri Pangaribuan adalah dosen jurusan Teknik Elektro

FT Universitas Negeri Medan Level of

Cognition

Defenition Behavioral Verbs

interpretations distinguish between

Apllication Applies rules or procedures to novel situations

Compute, solve,

demonstrate Analysis Identifies component parts, reasons

deductively or inductively Discriminate, diagram, resolve infer, Synthesis Puts disparate elements together to

create a new idea or product Devise, generate, construct, compose Evaluation Uses criteria to judge qualities of

products or performances

Contrast, discriminate, interpret, judge.

Hal yang penting yang harus hati-hati dalam merumuskan manual instruksi adalah kelima tingkatan psikomotorik terlatihkan dalam eksperimen atau praktikum tersebut. Dengan demikian indikator-indikator standar harus tegas dan jelas dirumuskan, dan indikator-indikator tersebutlah yang menjadi target capaian. Indikator-indikator psikomotorik setiap praktikum ataupun kerja praktek membutuhkan kajian yang mendalam sesuai dengan karakteristik eksperimen yang dipraktimumkan. Peningkatan psikomotorik dapat juga dilakukan dengan memperbanyak

pelatihan psikomotorik, praktek lapangan industri.

Perencanaan Standar Capaian Belajar Standar capaian belajar hanya dapat diperoleh jika terlebih dahulu direncanakan dengan baik serta dilaksanakan proses pencapaian dengan cermat. Dokumen perencanaan pembelajaran haruslah memuat berbagai komponen atau bagian-bagian yang distandarkan. O’Shea (2005) mengatakan ada lima langkah perencanaan pembelajaran yang sukses dalam topic yang ditentukan yaitu:

Langkah I : Identifikasi standar yang akan dituju (merumuskan tujuan pembelajaran). Langkah II : Menganalisis dan menyeleksi standard dan rencana kerja.

Langkah III : Merumuskan indikator-indikator capaian setiap standar dalam ketiga ranah Kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Langkah IV : Pilih dan tentukan urutan pembelajaran dan metode serta seluruh kelengkapan yang dibutuhkan. Tentukan rencana proses pencapaian indikator-indikator dengan cermat.

(27)

22 Dari hasil evaluasi akan diperoleh

gambaran performansi dan kompetensi pembelajar, yang merupakan pertimbangan untuk langkah selanjutnya untuk meneruskan topik baru atau mengadakan pembelajaran remedial. Berbagai umpan balik dari hasil belajar dapat member informasi untuk perbaikan berbagai hal dalam pembelajaran, seperti persiapan, proses, peralatan dan media pembelajaran, bahkan instrument evaluasi.

Kendali Internal dengan Metode Kendali Kokoh

Struktur organisasi program studi atau jurusan memberi informasi yang dapat dimanfaatkan sebagai komponen kendali. Jurusan dan program studi seharusnya memiliki Ketua, sekretaris, dosen, pegawai, laboran, dan mahasiswa. Secara struktur, dosen bertanggungjawab kepada ketua jurusan dan atau sekretaris jurusan atau program studi sebagai pimpinan. Dengan demikian, ketua dan sekretaris jurusan atau program studi sebagai pengendali internal jurusan.

Gambar 3. Sistem kendali internal Jurusan atau prodi Deskripsi tugas komponen kendali:

Controller:

Ketua dan sekretaris jurusan atau prodi bertugas sebagai pengendali, membangun dan menjaga budaya ilmiah, budaya sukses, membangun komitment, memotivasi, membangun iklim kondusif, membangun kerja sama internal dengan eksternal, mengadministrasikan dokumen-dokumen standar, merumuskan standar kerjanya sendiri, merumuskan Standar Operasional Prosedur (SOP),

menilai kinerja dosen, administrator, laboran. Memodelkan actuator sehingga dapat melakukan kendali pada actuator. Actuator:

Dosen sebagai actuator bertugas sebagai perumus perencanaan pembelajaran, pelaksana pembelajaran, evaluator proses dan hasil belajar, serta motivator belajar subjek didik, fasilitator pembelajaran. Seorang dosen harus merumuskan standar-standar pembelajaran yang selanjutnya diurai

ε

Keterangan: Controller = Ketua dan sekretaris; Actuator = dosen, laboran, dan

administrator; plant = mahasiswa; ε = error (selisih standar dengan fakta.

Controller Actuator Plant

Evaluation

Standar +

(28)

23 Wanapri Pangaribuan adalah dosen jurusan Teknik Elektro

FT Universitas Negeri Medan

menjadi indikator-indikator proses dan capaian pembelajaran. Marshall (2009) mengatakan bahwa dosen harus membangun standar kerja dan dokumen evaluasi diri menyangkut: perencanaan dan persiapan pembelajaran, manajemen kelas, perumusan proses pembelajaran, monitoring, penilaian dan proses lanjutan, komunikasi dengan orang tua dan masyarakat, pemerhati pendidikan dan lembaga professional lainnya. Dosen harus menuruti dan berjalan sesuai dengan rencana yang dirumuskannya dengan kesadaran diri dan komitmen sendiri. Hal ini dapat terlaksana ketika budaya ilmiah, etos kerja tinggi telah terbangun dalam diri dosen. Memodelkan plant sehingga dapat melakukan aksi pada plant.

Plant:

Mahasiswa sebagai plant harus mengembangkan dirinya dengan kerja keras dan pantang menyerah untuk mencapai standar-standar kompetensi yang harus dicapai.

Evaluation:

Instrumen-instrumen penilaian harus sudah sirumuskan dan distandarisasi. Output :

Output adalah kompetensi-kompetensi capaian.

Error:

Error adalah selisih kompetensi standar dengan kompetensi capaian.

Pemodelan actuator dan plant jika sangat dinamis akibat dari banyaknya pengaruh eksternal jurusan ataupun program studi harus diatasi. Pangaribuan (2010) memberi solusi pemodelan yang sangat dinamis dengan menerapkan fuzzy logic, serta pengendaliannya juga dengan fuzzy control. Dalam pemodelan dan pengendalian seperti itu, berdasarkan stimulus-respon (input-output), sehingga controller menjadi kotak hitam (black Box). Pengaruh eksternal secara otomatis menyatu dengan respon plant, dan kendali mengikuti respon tersebut dan mengarahkannya secara halus pada target dan standar.

Dalam pengendalian metode kendali kokoh, actuator memaksa plant untuk tetap berjalan sesuai dengan track, walaupun banyak factor eksternal yang mempengaruhinya. Kekuatan kendali kokoh berada dalam perencanaan standar pembelajaran, spesifikasi indikator capaian, standar operasional prosedur, pemodelan plant atau sistem. Metode kendali kokoh (robust control) sesuai dengan karakteristik kendali internal. PENUTUP

Berdasarkan kajian dapat disimpulkan bahwa kendali internal

(29)

24 sesuai dengan karakteristik kendali

kokoh (robust control), yang menekankan dan memiliki kekuatan pada perencanaan, pemodelan, standar operasional prosedur, dan pemaksaan terhadap subjek didik untuk selalu berada dalam trackingkendali.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (Eds.). 2001. A taxonomy for learning, teaching and assessing: A revision of Bloom's Taxonomy of educational objectives: Complete edition, New York : Longman.

Bloom, B. S. (Ed). 1956. Taxonomy of Edocational Objectives: The Classification of Educational Goals. Handbook 1. Cognitive Domain. New York: Longmans Green.

Boyatzis Richard E. 2008. Competencies in the 21 st century. Journal of Management Development. Vol. 27 Number 1.

Marshall Kim. 2009. Rethinking Teacher Supervision and Evaluation. How to work smart, built

collaboration, and close the achievement gap. San Francisco: John Wiley & Sons, inc.

Nobar P.M., G. McGrath, S, S, tan. Computer Aided Experimentation in Engineering. Int. J.Engng Ed. Vol 8 No. 3. Pp. 192-204, 1992. Printed in Great Britain.

Nolker dan dan E. Schoenfeldt. 1983.

Pendidikan Kejuruan:

Pembelajaran, Kurikulum, dan Perencanaan.Jakarta: Gramedia O’Shea Mark R. 2005. From Standards

to Success, a guide for school leaders. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD)

Pangaribuan Wanapri. Sistem Pengendalian Pembangunan Pendidikan Berbasis Logika Kabur (Fuzzy Logic). Jurnal Generasi Kampus, Volume 3, Nomor 1, April 2010. Universitas Negeri Medan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan Williams Helen W. 2008. Characteristics

that Distinguish Outstanding Urban Principles. Emotional Intelligence, social intelligency, and environmental Adaptation. Journal of Management Development. Vol. 27 Number 1.

(30)

25 Paningkat Siburian adalah dosen jurusan Teknik Elektro

FT Universitas Negeri Medan

PENGEMBANGAN BUDAYA ORGANISASI MENUJU SEKOLAH EFEKTIF Oleh:

Paningkat Siburian Abstrak

Budaya organisasi meliputi norma, nilai-nilai, asumsi, kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi, yang dikembangkan dalam waktu yang lama oleh pendiri, pemimpin, dan anggota organisasi yang disosialisasikan dan diajarkan kepada anggota baru serta diterapkan dalam aktivitas organisasi sehingga memengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku anggota organisasi dalam memproduksi produk, melayani para konsumen, dan mencapai tujuan organisasi. Prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah adalah : (1) berfokus pada visi, misi, dan tujuan sekolah; (2) penciptaan komunikasi formal dan informal; (3) inovatif dan bersedia mengambil resiko; (4) memiliki strategi yang jelas; (5) berorientasi kinerja; (6) sistem evaluasi yang jelas; (7) memiliki komitmen yang kuat; (8) keputusan berdasarkan konsensus; (9) sistem imbalan yang jelas; dan (10) evaluasi diri Selanjutnya, asas-asas pengembangan budaya dan iklim sekolah adalah kerja sama tim, kemampuan, keinginan, kegembiraan, hormat, jujur, disiplin,empati, pengetahuan dan kesopanan.Pengembangan budaya organisasi sekolah bertujuan untuk menciptakan kebiasaan-kebiasaan yang positif dalam sikap dan perilaku warga sekolah dan pihak pelanggan lainnya dalam rangka meningkatkan keefektifan sekolah. Sekolah yang memiliki budaya organisasi yang baik menjadikan guru memiliki komitmen organisasi, motivasi kerja, dan kinerja yang tinggi; dan peserta didik memiliki komitmen organisasi, motivasi belajar, dan kerajinan belajar yang tinggi. Adanya komitmen organisasi, motivasi kerja, dan kinerja yang tinggi dari guru yang disertai dengan komitmen organisasi, motivasi belajar, dan kerajinan belajar yang tinggi dari peserta didik akan menyebabkan peningkatan prestasi belajar. Jadi, pengembangan budaya organisasi adalah faktor penting yang dapat meningkatkan keefektifan sekolah, sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.

Kata kunci :Budaya organisasi, keefektifan PENDAHULUAN

Sejalan dengan persaingan global dalam dunia pendidikan dan dunia kerja, terjadi akselerasi tuntutan masyarakat terhadap mutu pendidikan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut muncul berbagai ide persekolahan modern dengan nama sekolah percontohan, sekolah terpadu, sekolah berstandar nasional, sekolah berstandar internasional, sekolah efektif atau

sekolah unggul. Sehubungan dengan ide persekolahan modern, dapat diketahui bahwa dalam kehidupan modern muncul berbagai fenomena yang bisa mengancam kehidupan manusia yang terdiri dari virus akal budi, krisis spiritual, tantangan globalisasi, dan paradoks kehidupan (Belferik Manullang, 2006: 9 – 18). Virus akal budi merupakan suatu kekuatan yang mengganggu pola pikir, sehingga sadar

(31)

26 atau tidak sadar cenderung menghasilkan

tindakan merusak tatanan hidup manusia. Selain itu juga terjadi krisis spiritual para pekerja dan pemimpin organisasi yang mengutamakan kepentingan pribadi dengan mengorbankan kepentingan lembaga.

Fenomena lain yang menjadi realita dalam kehidupan modern adalah paradoks kehidupan, yang mana semakin banyak gedung-gedung yang tinggi , semakin sedikit orang yang memiliki kesabaran yang tinggi, dan semakin banyak orang yang berpengetahuan, semakin sedikit orang yang memiliki kearifan. Gejala tersebut menggambarkan bahwa lulusan lembaga pendidikan belum memiliki karakter yang dibutuhkan organisasi di mana mereka membangun kemitraan.

Secara rinci dikemukakan bahwa meskipun telah dilakukan berbagai upaya dalam dunia pendidikan guna menghasilkan lulusan yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, namun muncul keluhan pelanggan tersier, yaitu pihak pengguna lulusan yang mengemukakan bahwa lulusan lembaga pendidikan kurang memiliki soft skills, antara lain : kurang tangguh, kurang jujur, cepat bosan, tidak bisa bekerja sama, dan minim

kemampuan berkomunikasi (Martua Manullang, 2009 : 1).

Sehubungan dengan itu dijelaskan bahwa budaya organisasi yang disebut sebagai budaya sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam membentuk peserta didik menjadi manusia yang penuh optimis, berani tampil, berperilaku kooperatif, dan memiliki kecakapan personal dan akademik (Direktorat Tenaga Kependidikan 2, 2007 : 2).

Oleh karena itu, dalam rangka rangka meningkatkan mutu, relevansi, dan daya saing lulusan lembaga pendidikan perlu dilakukan kajian tentang pengembangan budaya organisasi menuju sekolah unggul.

PEMBAHASAN

Budaya Organisasi Sekolah (Budaya Sekolah)

Secara etimologis dapat diketahui bahwa budaya (colere) dan organisasi (organum) berasal dari bahasa Latin, yang mana colere berarti membajak tanah, dan organum berarti alat, bagian, anggota badan.

Budaya adalah keseluruhan nilai-nilai, norma, filsafat, peraturan, pola perilaku, benda hasil karya dalam bentuk artefak atau produk, dan asumsi dasar yang dibentuk serta diberlakukan oleh sekelompok manusia.

(32)

27 Paningkat Siburian adalah dosen jurusan Teknik Elektro

FT Universitas Negeri Medan

Budaya organisasi didefinisikan sebagai ”... the body of solution to external and internal problems that has worked consistently for a group and that is therefore taught to new members as the correct way to perceive, think about and feel in relation to those problem …” (R.G.Owen , 1991 : 135). Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa budaya organisasi dinyatakan sebagai bentuk solusi masalah eksternal dan internal yang dilakukan secara konsisten bagi suatu kelompok dan oleh karena itu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar dalam merasakan, memikirkan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Budaya organisasi mengacu ke sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain (Stephen P.Robbins, and Timothy A.Judge, 2009 : 585). Sistem makna bersama dimaksudkan adalah seperangkat karakteristik utama yang dihargai oleh organisasi itu. Budaya organisasi adalah suatu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut merasa, berpikir, dan bereaksi terhadap lingkungannya yang beraneka ragam (E.H.Schein, 1996 : 236).

Budaya organisasi merupakan pengendali sosial dan pengatur jalannya organisasi atas dasar nilai dan keyakinan yang dianut bersama, sehingga menjadi norma kerja kelompok (Nevizond Chatab, 2007 : 10 – 11). Secara rinci budaya organisasi didefinisikan sebagai norma, nilai-nilai, asumsi, kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi, yang dikembangkan dalam waktu yang lama oleh pendiri, pemimpin, dan anggota organisasi yang disosialisasikan dan diajarkan kepada anggota baru serta diterapkan dalam aktivitas organisasi sehingga memengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku anggota organisasi dalam memproduksi produk, melayani para konsumen, dan mencapai tujuan organisasi (Wirawan, 2007 : 10).

Berkaitan dengan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa budaya organisasi meliputi artefak dan produk, asumsi dasar, serta nilai dan norma yang dijadikan sebagai pedoman berperilaku dan pemecahan masalah yang dihadapi.

Dalam lingkup tatanan dan pola yang menjadi karakteristik sekolah, budaya organisasi sekolah memiliki dimensi yang menjadi ciri budaya sekolah, yaitu: (1) tingkat tanggung jawab, dan kebebasan personil sekolah maupun komite sekolah dalam berinisyatif; (2) tingkat sejauh mana

(33)

28 personil sekolah dianjurkan dalam

bertindak progresif, inovatif, dan berani mengambil resiko; (3) tingkat sejauh mana sekolah menciptakan dengan jelas visi, misi, tujuan, sasaran sekolah, dan upaya mewujudkannya; (4) tingkat sejauh mana unit-unit sekolah didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi; (5) tingkat sejauh mana kepala sekolah memberi informasi yang jelas, bantuan serta dukungan terhadap personil sekolah; (6) jumlah pengaturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku personil sekolah; (7) tingkat sejauh mana personil sekolah mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan sekolah ketimbang kelompok kerja tertentu atau bidang keahlian profesional; (8) tingkat sejauh mana alokasi imbalan diberikan berdasarkan prestasi; (9) tingkat sejauh mana personil sekolah didorong untuk mengemukakan kritik secara terbuka; dan (10) tingkat sejauh mana komunikasi antar personil sekolah dibatasi oleh hierarkhi formal (Stephen P.Robbins dalam Direktorat Tenaga Kependidikan 3, 2007 : 7 – 8).

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa budaya organisasi sekolah meliputi nilai-nilai, kepercayaan, norma, dan aturan yang diterima serta

dilaksanakan personil sekolah, sehingga mencerminkan sikap dan perilaku personil sekolah , baik secara individual, kelompok, dan organisasi.

Sekolah Efektif

Sekolah adalah suatu organisasi sosial yang memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat guna dapat mewujudkan manusia seutuhnya. Efektivitas sekolah menujuk kepada derajat pencapaian sekolah terhadap tujuan yang seyogyanya dicapai. Sehubungan dengan itu, dijelaskan bahwa keefektifan organisasi adalah derajat di mana organisasi mencapai tujuannya (Amitai Etzioni, 1964 : 187). Efektivitas organisasi menunjukkan ketercapaian sasaran/tujuan organisasi yang telah ditetapkan, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, dan kemampuan bertahan untuk tetap hidup.

Ada dua model pendekatan yang dapat digunakan untuk untuk menentukan sekolah yang unggul atau sekolah efektif, yaitu : (1) model pendekatan tujuan; dan (2) model pendekatan proses. Model pendekatan tujuan memandang bahwa sebuah sekolah efektif, jika dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mana tingkat pencapaian tersebut ditandai dengan prestasi lulusan sekolah. Selanjutnya, model pendekatan proses

(34)

29 Paningkat Siburian adalah dosen jurusan Teknik Elektro

FT Universitas Negeri Medan

memandang sebuah sekolah efektif, jika memiliki konsistensi internal, efisiensi penggunaan sumber daya yang baik, dan mekanisme kerja yang baik.

Sehubungan dengan itu, dikemukakan bahwa sekolah efektif adalah sekolah yang menetapkan keberhasilan pada input, proses, output, dan outcome yang ditandai dengan berkualitasnya komponen-komponen sistem tersebut (Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2008 : 28). Hasil penelitian Koster mengidentifikasi variabel sekolah efektif adalah (1) input dengan subvariabel karakteristik sekolah, karakteristik guru, dan karakteristik peserta didik; (2) proses dengan subvariabel kepuasan guru, iklim sekolah, dan partisipasi orang tua; dan (3) outcome dengan subvariabel hasil belajar, dan konsep diri peserta didik (Koster dalam Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2008 : 50-51). Selanjutnya, dapat dijelaskan bahwa asas terpenting yang menjadi landasan pengelolaan pendidikan menuju sekolah efektif adalah pernyataan bahwa semua anak dapat belajar. Sekolah yang dapat membuat semua anak dapat belajar memiliki perilaku (1) memberdayakan sumber daya manusia seoptimal mungkin; (2) memfasilitasi warga sekolah untuk belajar terus-menerus; (3)

memberikan tanggung jawab kepada warganya; (4) mendorong adanya tim kerja sama yang kompak ; (5) mendorong warganya untuk berpikir sistem; (6) mendorong kemandirian setiap warganya; (7) menanggapi dengan cepat tuntutan pelanggan; (8) mengajak warganya siap menghadapi perubahan; (9) mengajak warganya menjadikan sekolahnya berfokus pada pelanggan; (10) mengajak warganya memiliki komitmen yang tinggi terhadap keunggulan kualitas; (11) mengajak warganya untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus; (12) melibatkan semua warganya dalam penyelenggaraan sekolah. Ciri-ciri sekolah efektif meliputi (1) tujuan sekolah dinyatakan secara jelas dan spesifik; (2) pelaksanaan kepemimpinan yang kuat oleh kepala sekolah; (3) ekspektasi guru dan staf tinggi; (4) ada kerja sama kemitraan antara sekolah, orang tua, dan masyarakat; (5) adanya iklim yang positif dan kondusif bagi peserta didik untuk belajar; (6) kemajuan peserta didik sering dimonitor; (7) menekankan kepada keberhasilan peserta didik dalam mencapai keterampilan aktivitas yang esensial; dan (8) komitmen yang tinggi dari sumber daya manusia sekolah terhadap program pendidikan (Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2008 :

(35)

37-30 39). Sekolah efektif menunjuk kepada

lima karakteristik, yakni: (1) harapan yang tinggi dari keefektifan pengajaran; (2) kepemimpinan instruksional yang kuat oleh kepala sekolah; (3) iklim yang teratur, tenang, dan berorientasi kerja sekolah; (4) melaksanakan kegiatan administrasi keuangan dan akademik, dan (5) pemantauan ats kemajuan belajar peserta didik (Direktorat Tenaga Kependidikan 1, 2007 : 96-97). Karakteristik organisasi sekolah efektif tersebut didasarkan pada pendekatan internal , yang mana ukuran keefektifan berfokus pada proses pengelolaan semua program sekolah secara efektif dan efisien. Sehubunga dengan itu, dikemukakan bahwa karakteristik organisasi sekolah efektif menurut hasil penelitian Purkey dan Smith didasarkan pada 13 ( tiga belas) indikator organisasi efektif, yakni: (1) fokus manajemen didasarkan pada kapabilitas sekolah; (2) kepemimpinan yang kuat; (3) stbilitas staf; (4) konsensus tujuan; (5) pengembangan dan pembinaan staf sekolah; (6) dukungan orangtua; (7) hasil akademik yang berkualitas; (8) penggunaan waktu yang efektif; (9) ada dukungan kuat dari pemerintah daerah; (10) hubungan kolegial danperencanaan; (11) komitmen organisasi; (12) tujuan yang jelas dan harapan yang tinggi di

sekolah; dan (13) aturan yang baik dan kuat ( Purkey dan Smith dalam Direktorat Tenaga Kependidikan 1, 2007 : 98). Selanjutnya, dijelaskan bahwa indikator kepemimpinan sekolah yang efektif meliputi; (1) penerapan pendekatan partisipatif dan demokratis; (2) menyiapkan waktu untuk berkomunikasi dengan warga sekolah; (3) menekankan kepada guru dan staf untuk memenuhi norma pembelajaran; (4) memantau kemajuan belajar siswa via guru; (5) aktif melakukan pertemuan dengan warga sekolah tentang topik aktual; (6) dana dialokasikan sesuai prioritas yang ditentukan; (7) melakukan kunjungan kelas; (8) peka terhadap kebutuhan guru, staf, peserta didik, dan warga sekolah; (9) menunjukkan sikap dan perilaku sebagai model teladan; (10) mengarahkan inovasi organisasi; (11) akuntabel, transparan, dan profesional di bidang keuangan; (12) membangun kelompok kerja aktif; (13) memiliki komitmen terhadap penjaminan mutu sekolah; (14) memberikan ruang pemberdayaan sekolah (Direktorat Tenaga Kependidikan 1, 2007 : 102). Dari indikator kepemimpinan di atas dapat diketahui bahwa kepemimpinan yang efektif membuat sekolah efektif, dan sebaliknya kepemimpinan yang tidak

Gambar

Table 2. Defenisi dan kata kerja operasional Taxonomi Anderson (Anderson, 2001)
Tabel 3. Kategori Kreativitas, Kalimat Pemulaan, dan Aktivitas Potensial
Gambar 1. Model 1. Struktur Organisasi Jurusan dan Program Studi Model 1 ini memperlihatkan Unit
Gambar 2. Parameter Kompetensi Lulusan Pendidikan Tinggi
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Walikota tentang Pembentukan Panitia Penyelenggara Penyelenggara,

Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan- Nya (2 Kor 2:17).” Lukas memuji orang-orang

Merupakan biaya yang dikeluarkan dalam pembelian bahan baku seperti: Biaya Komponen Utama Mesin, Komponen utama mesin berperan penting dalam pembuatan prototype

Dalam implementasi pembiayaan dengan prinsip ini masih rendah dibandingkan dengan prinsip pembiayaan lainnya seperti murabahah, hal ini disebabkan beberapa faktor seperti

Kairo: Maktabah Wahbah. Effendi, Satria, 2005, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana. Engineer, Asghar Ali, 1994, Hak-hak Perempuan dalam Islam, Yogyakarta: Yayasan Bentang

Organisasi yang memiliki tujuan yang ditetapkan dengan jelas yang membuat para manajer dan karyawan untuk bertanggung jawab atas pencapaian hasil dianggap sebagai tempat bekerja

Apabila laporan tentang hasil pemeriksaan atas penemuan yang dimintakan paten yang dilakukan Pemeriksa Paten menyimpulkan bahwa penemuan tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal

Aliran fauvism berasal dari bahasa Perancis Les Fauves, yang artinya binatang liar. Aliran fauvisme sangat mengagumkan kebebasan berekspresi, sehingga banyak objek