• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN SUAMI ISTRI (Studi Kasus di Kenagarian Kapuh Utara Kecamatan Koto XI Tarusan) Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN SUAMI ISTRI (Studi Kasus di Kenagarian Kapuh Utara Kecamatan Koto XI Tarusan) Oleh"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN SUAMI ISTRI

(Studi Kasus di Kenagarian Kapuh Utara Kecamatan Koto XI Tarusan)

Oleh

Lusi Desrianti*

Asmaiwaty Arief**

Gusneli**

*

Mahasiswa

** Dosen Pembimbing

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

The backgroud of this research is about high level of breakup at Kenagarian Kapuh Utara Kecamatan Koto XI Tarusan that is caused least understanding husband and wife are about meaning of marriage, leaving their partner because they do not have children, material needs does not suffice, least communication among them, happening action of physical hardness. The kinds of this research is Qualitative Research which is study case. In this research is source of main data research that is chosen based procedure of Snowball is husband and wife is breakup amount 4 couple. The data collection of the research is toward observation, interview and documentation. The result of this research say that 1). Cause factors breakup thai are seen from phisiology of couple such as: a) Money income is too low, b) Often happen hardness home, c) Husband ignores their obligation at home and arranges children, d) The couple does not have children since life home. 2). Cause factors breakup which are looked from physicology condition alike: a) Does not appreciate partner, b) Often jealous and suspicious, c) Least communication, d) accepting behaviour and giving belove among.

Key Word : Husband, Wife, and Breakup

PENDAHULUAN

Keluarga merupakan kelompok orang yang mempunyai hubungan psikologis, fungsi, tujuan dan proses pembentukan yang khas. Manusia di dunia ini tumbuh dan berkembang terutama karena dibesarkan oleh keluarga. Oleh karena itu keluarga merupakan kebutuhan dasar manusia yang memungkinkan manusia itu berkembang. Hubungan dalam keluarga ditandai oleh hubungan pribadi dengan ikatan psikologis yang sangat dalam dan luas yang tidak terdapat pada hubungan pribadi lainnya (Elida Prayitno, 2011: 1).

Ketika sebuah keluarga tersebut telah terbentuk, terkadang muncul sebuah konflik dalam keluarga. Ketika konflik lahir, keluarga yang bahagia dan sejahtera sebagai suatu

cita-cita pasangan suami istri sukar diwujudkan. Penyebabnya bisa karena perbedaan pandangan, karena perbedaan latar belakang kehidupan, karena masalah ekonomi, karena harga diri yang mengakibatkan terjadinya perceraian.

Perceraian istilah ahli fiqih disebut talak atau furgah. Dalam istilah agama (Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, 2013: 203), “talak artinya melepaskan ikatan perkawinan atau bubarnya hubungan perkawinan”. Kemudian menurut Abdul Majid MM (2005: 311) “Talak” artinya terlepasnya ikatan suami istri, baik secara langsung ataupun di masa mendatang, dengan menggunakan ucapan khusus ataupun ucapan yang berada pada posisinya (menggantikan ucapan talak)”.

(2)

Berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dengan 4 pasang keluarga yang bercerai di kenagarian Kapuh Utara Kecamatan Koto XI Tarusan pada tanggal 07 Juli 2013 terungkaplah bahwa kurangnya pemahaman suami atau istri tentang arti pernikahan seperti sering keluyuran di luar rumah bersama terman-teman, suami atau istri tidak bisa menghasilkan keturunan, kebutuhan materi istri tidak tercukupi oleh suami, kurangnya komunikasi antara suami dan istri, terjadinya tindakan kekerasan fisik yang dilakukan suami atau istri.

Adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah: faktor penyebab perceraian suami istri dilihat dari aspek fisiologis dan faktor penyebab perceraian suami istri dilihat dari aspek psikologis.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: untuk mendeskripsikan faktor penyebab perceraian suami istri dilihat dari aspek fisiologis dan faktor penyebab perceraian suami istri dilihat dari aspek psikologis.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat studi kasus (case studies) yaitu berusaha secara utuh, mendalam, dan intensif mengungkap latar belakang perceraian suami istri.

Menurut Moleong (2008: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Lalu menurut Suharsimi Arikunto (2010: 185), penelitian ini berupa penelitian kasus adalah penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian kasus lebih mendalam.

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah teknik snowball sampling yaitu informan kunci adalah 8 orang (4 pasang suami istri yang bercerai) dan yang menjadi informan pendukung adalah 16 orang (orang tua dan teman dari suami istri).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Penyebab Perceraian Suami Istri dilihat dari Faktor Fisiologis

a.

Pendapatan keuangan

Dari temuan penelitian diketahui bahwa pendapatan keuangan keluarga pasangan I masih jauh dari berkecukupan yang mana suami bekerja pencari barang bekas dan istri sebagai ibu rumah tangga, pendapatan keuangan keluarga pasangan II kadang lancar kadang tidak yang mana suami bekerja sebagai pemotong batang kelapa dan istri bekerja sebagai ibu rumah tangga serta pembantu rumah tangga, pendapatan keuangan keluarga pasangan III lancar yang mana suami bekerja sebagai karyawan di salah satu bengkel di Tarusan dan istri istri bekerja sebagai ibu rumah tangga serta penjual gorengan, dan kondisi keuangan keluarga pasangan IV lumayan lancar yang mana suami bekerja sebagai penjual mobil bekas dan istri bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Sesuai dengan teori Muhammad Zakaria (Abdul Manan, 2005: 411) nafkah istri sebagian dari hak-hak yang wajib dipenuhi suami terhadap istrinya meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal, tutup kepala, obat-obatan, pembantu, dan lain-lain yang lazim baginya. Lain halnya menurut Wiwi A.W (2012: 163) bahwa suami wajib memberi nafkah kepada istri dan anak-anak. Apabila suami ingkar dari kewajiban untuk memberi nafkah maka hal tersebut merupakan kesalahan besar dalam sebuah rumah tangga.

Kemudian Adil Fathi Abdullah (2005: 20) mengatakan bahwa setiap suami harus memahami bahwa istri adalah amanah yang dibebankan dipundak suami dan merupakan keharusan baginya untuk memberikan nafkah sejauh kemampuannya. Suami memberi makan dan minum sebagaimana makanan dan minumannya, memberikan pakaian sebagaimana pakaiannya dan jaganlah berlaku zalim kepadanya.

b.

Kekerasan dalam rumah tangga (penyiksaan fisik)

(3)

Dari hasil temuan penelitian diketahui bahwa pada keluarga pasangan I pernah terjadi penyiksaan fisik dalam rumah tangga seperti berkata kasar dan membanting-banting perabotan rumah tangga, pada keluarga pasangan II sering terjadi penyiksaan fisik yang dilakukan suami terhadap istri yang mana istri sering dipukul, ditampar, perabotan rumah tangga sering dibanting suami dan baju istri penah dibakar suami, pada keluarga pasangan III tidak pernah terjadi penyiksaan fisik, dan pada keluarga pasangan IV sering terjadi penyiksaan fisik yang dilakukan suami terhadap istri yang mana sering telinga istri dijewer karena terlambat menghidangkan makanan dan dilemparkan piring ke istri.

Sesuai dengan teori Wiwi A.W (2012: 17), memukul istri bukanlah perbuatan yang terpuji, dan bukan bentuk penghormatan kepada istri. Akan tetapi, kekerasan tersebut sebagai bentuk penghinaan kepada istri. Maka dari itu, patut dikatakan tindakan fatal seorang suami yang melakukan kekerasan kepada sang istri.

c.

Mengabaikan tugas rumah tangga dan anak-anak

Dari temuan penelitian diketahui bahwa suami pasangan I kadang mengabaikan tugas rumah tangga dan anak-anak sedangkan istri tidak pernah mengabaikan tugas rumah tangga dan anak-anak, suami pasangan II kadang mengabaikan tugas rumah tangga dan anak-anak sedangkan istri tidak pernah mengabaikan tugas rumah tangga dan anak-anak, suami pasangan III mengabaikan tugas rumah tangga sejak mengetahui istri tidak bisa hamil-hamil sedangkan istri tidak pernah mengabaikan tugas rumah tangga, suami pasangan IV sering mengabaikan tugas rumah tangga dan anak-anak karena suami jarang di rumah sedangkan istri tidak pernah mengabaikan tugas rumah tangga.

Sesuai dengan Undang-undang Perkawinan dan Undang-undang Kewarganegaraan pada bab V pasal 31 tentang hak dan kewajiban suami istri (2007: 228) yang berbunyi sebagai berikut: (1) hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat, (2) masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum, (3) suami

adalah kepala rumah tangga dan istri ibu rumah tangga.

d.

Keturunan

Dari temuan penelitian diketahui bahwa pasangan I mempunyai keturunan 2 orang, pasangan II mempunyai keturunan 2 orang, pasangan III tidak mempunyai keturunan, dan pasangan IV mempunyai keturunan 1 orang..

Hal ini terbukti dengan penjelasan Syaiful B.D (2004: 21) yaitu: bagi orang tua, anak adalah buah hati dan harapan di masa depan. Karenanya, sering ditemukan orang tua yang merasa sedih karena belum diberi anak oleh Allah swt. Karena suatu sebab. Misalnya, karena mandul sehingga alat reproduksi tidak berfungsi dengan baik, karena menderita kanker rahim, keguguran semasa bayi dalam kandungan, dan sebagainya. Dan tidak sedikit orang tua yang merasa sepi tanpa kehadiran seorang anak.

Kemudian Adil Fathi Abdullah (2005: 89) mengatakan bahwa menjaga kesehatan istri merupakan: Suatu keharusan bagi suami. Janganlah seorang suami meremahkan hal ini sampai dia tidak menganggap serius penyakit yang menimpa istrinya. Segeralah bawa istri untuk diperiksa kepada dokter-dokter spesialis dan hendaklah memperhatikan makanan-makanannya.

2. Penyebab Perceraian Suami Istri dilihat dari Faktor Psikologis

a. Tidak menghargai pasangan

Dari temuan penelitian diketahui bahwa suami pasangan I sering mengambil keputusan sendiri tanpa bermusyawarah terlebih dahulu dengan istri, istri pasangan II tidak bermusyawarah dengan suami dalam mengambil keputusan, istri pasangan III tidak bermusyawarah dengan suami dalam mengambil keputusan, istri pasangan IV tidak bermusyawarah dengan suami dalam mengambil keputusan.

Sesuai dengan dengan teori Adil Fathi Abdullah (2005: 110) yaitu: Ada suami yang menyatakan bahwa “qawaamah arrajul” bermakna seorang suami harus otoriter, yang tak pernah bermusyawarah dengan istrinya dalam hal apapun, dan mengambil keputusan sendiri tentang apapun dengan tanpa membicarakannya terlebih dahulu dengan anggota keluarga yang lain. Oleh karena itu, sering mengejutkan istrinya dan anak-anaknya dengan keputusan-keputusan yang dia buat,

(4)

yang bisa memengaruhi masa depan mereka, tanpa mereka terlebih dahulu mengetahui tentang keputusan-keputusan itu. Dengan tindakan ini, berarti suami meremehkan kemampuan akal istrinya dan pendapatnya. b. Sering cemburu dan curiga

Dari temuan penelitian diketahui bahwa istri pasangan I cemburu pada mantan pacar suami dan suami tidak pernah cemburu pada istri, istri pasangan II tidak pernah cemburu pada suami dan suamipun tidak pernah cemburu pada istri, istri pasangan III cemburu pada mantan pacar suami dan suami tidak pernah cemburu pada istri, istri pasangan IV tidak pernah cemburu pada suami dan suamipun tidak pernah cemburu pada istri. Selain itu timbul rasa curiga dengan mantan pacar suami, curiga suami memiliki selingkuhan karena uang belanja keperluan rumah dikurangi, curiga dengan apa yang dilakukan suami di luar rumah.

Menurut Adil Fathi Abdullah (2005: 218) bahwa: Kecemburuan terhadap suaminya, menjadikan dia selalu curiga dalam ucapannya, selalu mencari-cari tahu, menanyakan segala sesuatu sesuai keinginannya, dan menginterogasi suaminya setiap pagi dan sore tentang kemana dan dimana sang suami berada. Oleh karena itu, hendaknya sang istri mengetahui bahwa kecurigaannya terhadap tindakan suaminya dengan tanpa bukti akan melahirkan rasa tidak percaya dan menanamkan benih keraguan pada diri suaminya juga.

c. Kurang berkomunikasi

Dari temuan penelitian diketahui bahwa hubungan komunikasi pasangan I lancar, hubungan komunikasi pasangan II kurang lancar karena suami jarang bicara dengan istri, hubungan komunikasi pasangan III ketika menikah lancar namun sejak hadir orang ketiga hubungan komunikasinya kurang lancar, dan hubungan komunikasi pasangan IV lancar.

Hal ini sesuai dengan teori Bimo Walgito (2004: 58) bahwa komunikasi antara suami istri harus saling terbuka, berlangsung dua arah. Pada dasarnya tidak ada rahasia antara suami istri, sehingga dengan demikian satu sama lain saling “membuka kartu”. d. Sikap saling menerima dan memberi cinta

kasih

Dari temuan penelitian diketahui bahwa pasangan I ketika menikah dijodohkan oleh orang tua sehingga suami istri tersebut kurang memahami kepribadian pasangannya, istri pasangan I bisa menerima kelebihan suami namun kekurangan suami seperti pelit memberi uang, suami lebih mementingkan orang tuanya tidak bisa diterima istri, suami pasangan I bisa menerima kelebihan istri namun kekurangan istri tidak bisa diterima suami seperti pembangkang, berwajah masam ketika tidak membawa uang pulang ke rumah. Pasangan II ketika menikah karena saling mencintai, pasangan II bisa menerima kelebihan dan kekurangan dari pasangannya. Pasangan III ketika menikah karena saling mencintai, suami pasangan III tidak bisa menerima ke kurangan istri yang tidak bisa memberikan keturunan, istri pasangan III ikhlas menerima kekurangan dan kelebihan suami. Pasangan IV ketika menikah karena dijodohkan orang tua, pasangan IV bisa menerima kelebihan dan kekurangan dari pasangannya.

Sesuai teori Bimo walgito (2004:50) mengatakan bahwa: Istri kurang mengerti bahwa suami masih membutuhkan curahan rasa cinta kasih ataupun sebaliknya, sehingga adanya kemungkinan bahwa suami atau istri justru mencari tumpahan rasa cinta kasih itu kepada atau dari pihak lain. Karena itu walaupun telah cukup lama membina kehidupan keluarga, telah dalam usia tua, namun kebutuhan akan rasa cinta, kebutuhan akan mendapatkan perhatian dari suami atau istri tetap akan bertahan, dan tetap hal tersebut ingin mendapatkan pemenuhan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penyebab perceraian suami istri dilihat dari faktor fisiologis suami istri yaitu: (a) pendapatan keuangan keluarga yang begitu rendah, (b) sering terjadi kekerasan dalam rumah tangga (penyiksaan fisik) yang dilakukan suami terhadap istri, (c) suami yang mengabaikan tugas rumah tangga dan anak-anak, (d) tidak mempunyai keturunan selama berumah tangga. 2. Penyebab perceraian suami istri dilihat

(5)

(a) tidak menghargai pasangan, (b) sering cemburu dan curiga, (c) kurang berkomunikasi dengan suami sejak hadir orang ketiga, (d) sikap saling menerima dan memberi cinta kasih.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan kepada berbagai pihak yang terkait sebagai berikut:

1. Bagi suami istri yang bercerai, walaupun sudah bercerai sebaiknya menjaga hubungan silaturahmi yang baik antara kedua keluarga, dan untuk ke depannya menyelesaikan masalah perkawinan tanpa terjadinya perceraian. Serta memperkokoh hubungan perkawinan selanjutnya.

2. Bagi orang tua, orang tua sebaiknya dapat memberikan arahan atau pengajaran kepada anak sebelum menuju pernikahan, karena didikan dan peran orang tua dalam rumah tangga dapat mempengaruhi perkawinan anaknya. 3. Bagi pemangku adat, pemangku adat

sebaiknya lebih memperhatikan masalah perceraian yang sering terjadi di daerah tersebut dengan cara memberikan pendidikan pra nikah kepada orang dewasa sebelum menikah.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdullah, Adil Fathi. 2005. Ketika Suami-Istri Hidup Bermasalah Bagaimana Mengatasinya?. Jakarta: Gema Insani Press

Abdullah, Boedi dan Saebani, Beni Ahmad. 2013. Perkawinan dan Perceraian Keluarga Muslim. Bandung: Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Bahri, Syaiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga (Sebuah Perspektif Pendidikan Islam). Jakarta: Rineka Cipta

Manan, Abdul. 2005. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama. Jakarta: Kencana

Moleong, J Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Prayitno, Elida. 2011. Psikologi Keluarga. Padang: FIP UNP Press

undang Perkawinan dan Undang-undang Kewarganegaraan. 2007. Bandung: Fermana

Wahid, Alawiyah Wiwi. 2012. Kesalahan-Kesalahan Seputar Tahap-Tahap Pernikahan Paling Sering Terjadi. Jogjakarta: Sabil

Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi Offset.

(6)

FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN SUAMI ISTRI

(Studi Kasus di Kenagarian Kapuh Utara Kecamatan Koto XI Tarusan)

JURNAL

Oleh:

LUSI DESRIANTI

NIM. 09060138

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

(7)

Referensi

Dokumen terkait

jarangnya melalui kombinasi diagram Th/U dan (Th/Yb- Ta/Yb) serta Zr/Y menunjukkan karakter sumber magmatisme dan afinitas magma Granitoid Pulau Bangka dipengaruhi dari

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul

Yang dimaksud dengan persediaan tidak aktif adalah nama persediaan yang sebelumnya sudah kita pakai untuk transaksi pembelian maupun penjualan, akan tetapi dalam perkembangannya

Konsep penghasilan yang paling banyak dipakai adalah dengan melakukan pendekatan pengenaan pajak atas penghasilan, yaitu satu tambahan ekonomis yang diterima Wajib

Sutan Remi Sjahdeini, loc cit.. Bentuk dan isi model perjanjian kredit dibuat dan ditentukan secara sepihak oleh bank sebagai kreditur. Nasabah sebagai debitur hanya dapat

Karena Gd-DTPA -folat merupakan senyawa non aktif, maka karakterisasi Gd-DTPA -folat dilakukan menggunakan senyawa radioaktif 153 Gd- DTPA -folat yang diperoleh dari reaksi DTPA

Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Pekanbaru yang meliputi faktor-faktor diantaranya, kebijakan perusahaan, latar belakang pendidikan, pelatihan, pengalaman

dan Natal, yayasan memberikan perhatian dengan memberikan sembako kepada guru-guru. 6) Guru-guru difasilitasi sarana belajar yang berupa APE (alat peraga edukatif) dan