• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Hidup

2.1.1 Definisi Kualitas Hidup

Kualitas menurut kamus besar bahasa Indonesia (2003) tingkat baik buruknya sesuatu, bentuk tingkah laku yang baik dari seseorang sebagai warga masyarakat atau warga negara yang dapat di jadikan teladan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Sedangkan, hidup memiliki arti masih tetap ada, bergerak dan bekerja sebagai mana mestinya.Kualitas hidup merupakan suatu keadaan fisik, kesehatan mental, kesenangan dan lingkungan di sekitar seseorang, kelompok atau populasi termasuk di alamnya kesempatan dan realita untuk mencapai kesejahteraan, pertumbuhan seseorang dan meningkatkan kesenangan (Rhea,1998).

Tidak mudah utuk mendefinisikankualitas hidup secara tepat. Pengertian mengenai kualitas hidup telah banyak di kemukakan oleh para ahli, namun semua pengertian tersebut tergantung dari siapa yang membuatnya. Seperti halnya definisi sehat, yaitu tidak hanya berarti tidak ada kelemahanya atau penyakit, demikian juga mengenai kualitas hidup bukan berarti hanya tidak ada keluhan saja, akan tetapi masih ada hal-hal lain yang di rasakan oleh penderita, bagai mana perasaan penderita sebenarnya dan apa yang sebenarnya menjadi keinginanya.

Dengan kata lain kualitas hidup (Quality of live / QOL) adalah presepsi individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks

(2)

budaya dan nilai dimana mereka hidup dan dalam hubungannya dengan tujuan hidup, harapan standar dan perhatian. Hal ini merupakan konsep yang luas yang mempengaruhi kesehatan fisik seseorang, keadaan psikologis, tingkat ketergantungan, hubungan sosial, keyakinan personal dan hubungannya dengan keinginan di masa yang akan datang terhadap lingkungan mereka (WHO dalam Isa &baiyeu 2006). Menurut Polonsky (2000), kualitas hidup di definisikan sebagai perasaan individu tentang kesehatannya dan kesejahteraannya dalam area yang luas meliputi fungsi fisik,fungsi psikologis dan fungsi sosial.

Menurut Suhud (2009) kualitas hidup adalah kondisi dimana pasien kendati penyakit yang di deritanya dapat tetap merasa nyaman secara fisik, psikologis, sosial maupun spiritual serta secara optimal memanfaatkan hidupnya untuk kebahagian dirinya maupun orang lain. Kualitas hidup tidak terikat dengan lamanya seseorang akan hidup karena bukan dominan manusia untuk menentukanya. Untuk dapat mencapai kualitas hidup perlu perubahan secara fundamental atas cara pandang pasien penyakit parkinson itu sendiri.

Terdapat dua komponen dasar dari kualitas hidup yaitu subyektifitas dan multidimensi. Subyektifitas mengandung arti bahwa kualitas hidup hanya dapat di tentukan dari sudut pandang klien itu sendiri dan ini hanya dapat di ketahui dengan bertanya langsung kepada klien. Sedangkan multi dimensi bermakna bahwa kualitas hidup di pandang dari seluruh aspek kehidupan seseorang secara holistik meliputi aspek biologis

(3)

/ fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Sedangkan Polinsky (2000) mengatakan bahwa untuk mengetahui bagai mana kulaitas hidup seseorang maka dapat diukur dengan mempertimbangkan status fisik, psikologis, sosial dan kondisi penyakit.

Kualitas hidup dapat di artikan sebagai derajat dimana seseorang menikmati kemungkinan dalam hidupnya, kenikmatan tersebut memiliki dua komponen yaitu pengalaman, kepuasan dan kepemilikan atau pencapaiyan beberapa karakteristik dan kemungkinan-kemungkinan tersebut merupakan hasil dari kesempatan dan keterbatasan setiap orang dalam hidupnya dan merefleksikan interaksi faktor personal lingkungan (Weissman et al, 2004). Dalam istilah umum, kualitas hidup dapat di anggap sebagai suatu presepsi subjektif multi dimensi yang di bentuk oleh individu terhadap fisik, emosional dan kemampuan sosial termasuk kemampuan kognitif (kepuasan) dan komponen emosional atau kebahagiaan (Goz et el, 2007).

Menurut WHO sebagai presepsi individu sebagai laiki-laki ataupun perempuan dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, hubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan hubungan kepada karakteristik lingkungan merka (WHOQOL, 2004). Kualitas hidup adalah kondisi dimana pasien kendati penyakit yag di deritanya dapat tetap merasa nyaman secara fisik, psikologis, sosial

(4)

maupun spiritual serta secara optimal memanfaatkan hidupnya untuk kebahagian dirinya maupun orang lain.

Definisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat di artikan sebagi respon emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan dan hubungan antar keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya kesesuaiyan antara harapan dan kenyatan yang ada, adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orag lain.

Menurut Schipper yang di kutip oleh ware (1992) mengemukakan kualitas hidup sebagai kemampuan fungsional akibt penyakit dan pengobatan yang di berikan menurut pandangan atau perasaan pasien. Menurut Donald yang di kutip oleh Haan (1993), kualitas hidup berbeda dengan status fungsional, dalam hal kualitas hidup mencakup evaluasi subyektif tentang dampak dari penyakit dan pengobatannya dalam hubunganya dengan tujuan, nilai dan pengharapan seseorang, sedangkan setatus fungsional memberikan suatu penilaian obyektif dari kemampuan fisik dan emosional pasien.

Kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang merajuk pada emosional, sosial dan kesejahteraan fisik seseorang, juga kemampuan mereka untuk berfungsi dalam kehidupan sehari – hari (Donald, 2001). Kualitas hidup merupakan presepsi individu dari posisi mereka dalam hidup di tinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan,dan

(5)

perhatian mereka. Selain itu, kualitas hidup merupakan indikator penting untuk menilai keberhasilan intervensi pelayanan kesehatan, baik dari segi pencegahan maupun pengobatan (Suharmiti, 2003). Domain kualitas hidup tidak hanya mencakupdomain fisik saja, namun juga mencakup kinerja dalam memainkan peran sosial, keadaan emosional, fungsi-fungsi intelektual dan kognitif serta perasaan sehat dan kepuasan hidup (Croog dan Levine, 1998). (Diana A, 2010)

2.1.2 Ruang Lingkup Kualitas Hidup

Kualitas hidup di akui sebagai kriteria paling penting dalam penilaian hasil medis dari pengobatan penyakit kronik seperti parkinson. Presepsi individu tentang dampak dan kepuasan tentang derajat kesehatan dan keterbatasanya menjadi penting sebagai evaluasi akhir terhadap pengobatan (WHO, 2004). Kualitas hidup terkait respon terhadap pengobatan khusus dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi individu untuk tetap memilih melanjutkan pengobatannya atau menghentikan pengobatan.

Dimensi – dimensi dari kualitas hidup yang di gunakan dalam penelitian ini mengacu pada dimensi – dimensi mengenai kualitas hidup yang terdapat dalam WHOQOL – BREF. Menurut WHOQOL Group (dalam Lopez dan Snyder,2004), kualitas hidup memiliki enam dimensi yaitu (1) kesehatan fisik, (2) kesejahteraan psikologis, (3) tingkat kemandirian, (4) hubungan sosial, (5) hubungan dengan lingkungan dan (6) keadaan spiritual. WHOQOL ini kemudian di buat lagi menjadi instrumen

(6)

WHOQOL – BREF dimana enam dimensi tersebut kemudian di persempit lagi menjadi empat dimensi yaitu (1) kesehatan fisik, (2) kesejahteran psikologis, (3) hubungan sosial dan (4) hubungan dengan lingkungan. Keempat dimensi ini kemudian di jabarkan menjadi beberapa faset (power dalam Lopez dan Snyder, 2004) sebagai berikut :

a. Dimensi Kesehatan Fisik.

1) Aktivitas sehari – hari : menggambarkan kesulitan dan kemudahan yang di rasakan individu ketika melakukan kegitan sehari – hari

2) Ketergantungan pada obat – obatan dan bantuan medis : menggambarkan seberapa besar kecenderungan individu dalam menggunakan obat – obatan atau bantuan medis lainnya dalam melakukan aktivitas sehari – hari.

3) Energi dan kelelahan : menggambarkan tingkat kemampuan yang di miliki oleh individu dalam menjalankan aktivitasnya sehari – hari.

4) Mobilitas : menggambarkan tingkat perpindahan yang mampu dilakukan oleh individu dengan mudah dan cepat. 5) Sakit dan ketidaknyamanan : menggambarkan sejauh mana

perasaan keresahan yang di rasakan individu terhadap hal – hal yang menyebabkan individu merasa sakit.

6) Tidur dan istirahat : menggambarkan kualitas tidur dan istirahat yang di miliki oleh individu

(7)

7) Kapasitas kerja : mengambarkan kemampuan yang di miliki individu untuk menyelesaikan tugas – tugasnya

b. Dimensi Kesejahteran Psikologis

1) Bodily image dan appearance : mengambarkan bagai mana individu memandang keadaan tubuh serta penampilanya. 2) Perasaan negatif : menggambarkan adanya perasaan yang

tidak menyenangkan yang di miliki oleh individu

3) Perasaanpositif : mengambarkan perasan yang menyenangkan yang di miliki oleh individu.

4) Self – esteem : melihat bagai mana individu menilai atau menggambarkan dirinya sendiri

5) Berpikir, belajar, memori, dan konsentrasi : menggambarkan keadaan kognitif individu yang memungkinkan untuk berkonsentrasi, belajar dan menjalankan fungsi kognitif lainnya.

c. Dimensi Hubungan Sosial

1) Relasi personal : menggambarkan hubungan individu dengan orang lain

2) Dukungan sosial : mengambarkan adanya bantuan yang di dapatkan oleh individu yang berasal dari lingkungan sekitarnya.

3) Aktivitas seksual : menggambarkan aktivitas seksual yang di lakukan individu.

(8)

d. Dimensi hubungan dengan lingkungan

1) Sumber finansial : menggambarkan keadaan keuangan individu

2) Freedom, physical safty dan security : menggambarkan tingkat keamanan individu yang dapat mempengaruhi kebebasan dirinya.

3) Perawatan kesehatan dan social care: menggambarkan ketersediaan layanan kesehatan dan perlindungan sosial yang dapat di peroleh individu.

4) Lingkungan rumah : menggambarkan keadaan tempat tinggal individu.

5) Kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru dan keterampilan (skills) : menggambarkan ada atau tidaknya kesempatan bagi individu untuk memperoleh hal – hal baru yang berguna bagi individu

6) Partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi atau kegiatan yang menyenangkan : menggambarkan sejauh mana individu memiliki kesempatan dan dapat bergabung untuk berkreasi dan memiliki waktu luang.

7) Lingkungan fisik : menggambarkan keadaanlingkungan sekitar tempat tinggal individu (keadaan air, saluran udara, iklim, polusi, dll)

(9)

8) Transportasi : menggambarkan sarana kendaran yang dapat dijangkau oleh individu.

2.1.3 Domain Kualitas Hidup

Ada 6 domain yang diukur pada kualitas hidup menurut WHO (2004). Domain penilaian kualitas hidup tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Gambar 2.1 domain penilaian kualitas hidup (WHOQOL, 2004) No Domain Aspek/domain yang dinilai

1. Kesehatan Fisik Energi dan kelelahan

Nyeri dan ketidaknyamanan Tidur dan istirahat

2. Psikologis Gambaran diri (body image) dan penampilan

Perasaan negatif Perasaan positif Konsep diri

Berfikir, berlajar, ingatan dan konsentrasi

3. Tingkat

Ketergantungan

Pergerakan

Aktivitas sehari-hari

Ketergantungan terhadap substansi obat dan bantuan medis

(10)

Kemampuan bekerja 4. Hubungan Sosial Hubungan personal

Dukungan sosial Aktivitas seksual 5. Lingkungan Sumber finansial

Kebebasan, keselamatan dan keamanan

Perawatan kesehatan dan sosial: kemudahan akses dan kualitas Lingkungan kesehatan

Kesempatan untuk medapatkan informasi

dan keterampilan

Pertisipasi dalam dan kesempatan rekreasi dan waktu luang

Lingkungan fisik (polusi, bising, lalu lintas,dan cuaca)

Transportasi 6. Spiritual, Agama

dan Keyakinan Personal

Spritual, agama dan keyakinan personal

(11)

Sedangkan Isa & Baiyewu (2006) menyatakan bahwa domain kualitas hidup antara lain kesehatan fisik, status psikologi, tingkat ketergantungan, hubungan sosial dan lingkungan.

2.2 Dukungan Sosial

2.2.1 Pengertian Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan suatu fenomena yang menarik dalam linkup ilmu psikologi karena secara potensial dapat membantu memahami hubungan antara individu dengan lingkungan sosialnya (Orford, 1992). Hubungan ini melibatkan berbagai aspek dukungan yang di terima individu atau komunitas sosial dari orang lain atau lingkungan sosial lain yang lebih bagus. Dengan demikian, secara umum dukungan sosial telah di anggap sebagai suatu yang menguntungkan baik secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap kualitas hubungan sosial (veiel & Baumann, 1992).

Penjelasan dukungan sosial secara abstrak di jelaskan oleh beberapa tokoh berikut ini. Cobb (dalam Viel & Baumann, 1992) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan suatu keadaan mental individu yaitu presepsi atau keyakinan akan di cintai atau di perhatikan. Dukungan sosial juga menunjukan suatu perilaku yang di anggap mendukung karena memiliki sifat yang membantu atau menghibur, atau perilaku yang mengarahkan keyakinan individu bahwa ia di cintai atau di hargai. Lebih jauh lagi dukungan sosial di jelaskan sebagai sintesis karakteristik dari seseorang (anggota jaringan sosial), yang merupakan kombinasi dari

(12)

kepribadian, sikap dan perilaku mewakili dukungan. Jadi menurut pengertian ini dengan mempresepsikan perilaku atau sikap dengan karakteristik individu secara keseluruhan maka dapat di simpulkan bahwa perilaku atau sikap tersebut merupakan dukungan sosial (Viel & Baumann,1992).Cobb mendefinisikan dukungan sosial sebagai:

The perceived belonging to social network of communication and mutual obligation. (dalam kaplan, sallis Jr & patterson, 1993;133)

Dalam hal ini dukungan sosial merupakan presepsi individu terhadap informasi yang di yakini memberika perasaan positif, pengakuan atau bantuan terhadap dirinya. Dengan demikian ia,sebagai anggota jaringan sosial, akan merasa di cintai atau diperhatikan oleh lingkungannya tersebut (Gottlieb, 1984;kaplan, sallis Jr Patterson,1992). Definisi dukungan sosial lain menyatakan bahwa :

Social suport generally refres to the preception that assistance is or could be available form significant others (perceived support). Or to reports of actual transactions that typically do occured between people in times of trouble (received support). (Thoits,1992;57)

Menurut definisi di atas, dukungan sosial dapat di lihat dari dua sudut pandang yaitu dukungan yang di presepsikan dan dukungan yang di terima. Dukungan yang di presepsikan adalah presepsi individu terhadap bantuan yang di peroleh atau dapat di peroleh dari orang-orang yang berarti bagi individu tersebut, sedangkan dukungan yang di terima adalah transaksi nyata yang secara khusus terjadi antara individu pada saat

(13)

mengalami kesulitan.Hal yang hampir sama di kemukakan oleh Cohen (2000;109) yaitu:

Preceived social support refres to the function of social relationships-the preception that social relationship will (if necessary) provide resourcs such as emotiomnal suppotr or information.

Definisi ini menegaskan bahwa dukungan sosial yang di persepsikan adalah fungsi dari hubungan sosial, yang merupakan presepsi individu terhadap hubungan sosial sebagai sumber yang menyediakan dukungan emosi dan informasi.

Dapat di lihat bahwa definisi-definis dukungan sosial di atas memiliki perbedaan dalam orientasi dan penekanannya, namun kesamaannya tetap ada. Ketiganya membahas hubungan antara individu dengan jaringan sosialnya, serta ada ketertarikan di antaranya melalui suatu transaksi, yang berupa bantuan, informasi, emosi atau perasaan cinta kasih. Selain itu, hal lain yang juga terkandung dalam definisi dukungan sosial adalah interprestasi individu bahwa dukungan sosial akan tersedia baginya manakala ia menghadapi masalah. Interprestasi ini di dasarkan pada pengalaman sebelumnya bahwa ada perilaku-perilaku tertentu dari orang lain yang di anggapnya mendukung.

Jadi, konsep dukungan sosial yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah dukungan sosial yang presepsikan (preceived social support), yaitu interprestasi individu terhadap interaksinya dengan orang lain dalam

(14)

jaringan sosial, sehingga ia mengalami atau merasakan dirinya di cintai, di hargai atau menjadi bagian dari jaringan sosialnya.

2.2.2 Sumber-sumber Dukungan Sosial

Kahn & Antonoucci (dalam Orford, 1992) membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi 3 kategori, yaitu:

a) Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang selalu ada sepanjang hidupnya, yang selalu bersama dengannya dan mendukungnya. Misalnya: keluarga dekat, pasangan (suami atau istri), atau teman dekat.

b) Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung mengalami perubahan sesuai dengan waktu. Sumber dukungan ini meliputi teman kerja, sanak keluarga, dan teman sepergaulan. c) Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat berubah. Meliputi dokter atau tenaga ahli atau profesional, keluarga jauh.

2.2.3 Bentuk Dukungan sosial

Menurut Sarafino (2002), ada lima bentuk dukungan sosial, yaitu: a) Dukungan emosional

Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empati, dan turut prihatin kepada seseorang. Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan merasa nyaman, tentram

(15)

kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika dia mengalami stres, memberi bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, dan cinta

b) Dukungan penghargaan

Dukungan ini ada ketika seseorang memberikan penghargaan positif kepada orang yang sedang stres, dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan individu, ataupun melakukan perbandingan positif antara individu dengan orang lain. Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang menerima dukungan membangun rasa menghargai dirinya, percaya diri, dan merasa bernilai. Dukungan jenis ini akan sangat berguna ketika individu mengalami stres karena tuntutan tugas yang lebih besar daripada kemampuan yang dimilikinya.

c) Dukungan instrumental

Merupakan dukungan yang paling sederhana untuk didefinisikan, yaitu dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti memberi atau meminjamkan uang atau membantu meringankan tugas orang yang sedang stres.

d) Dukungan informasi

Orang-orang yang berada di sekitar individu akan memberikan dukungan informasi dengan cara menyarankan

(16)

beberapa pilihan tindakan yang dapat dilakukan individu dalam mengatasi masalah yang membuatnya stres (DiMatteo, 1991). Terdiri dari nasehat, arahan, saran ataupun penilaian tentang bagaimana individu melakukan sesuatu. Misalnya individu mendapatkan informasi dari dokter tentang bagaimana mencegah penyakitnya kambuh lagi.

e) Dukungan kelompok

Merupakan dukungan yang dapat menyebabkan individu merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dimana anggota-anggotanya dapat saling berbagi. Misalnya menemani orang yang sedang stres ketika beristirahat atau berekreasi.

2.2.4 Pengaruh Dukungan Sosial

Orford (1992) dan Sarafino (2002) mengatakan bahwa untuk menjelaskan bagaimana dukungan sosial mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis individu, ada dua model yang digunakan yaitu:

a) Buffering Hypothesis

Sarafino (2002) mengatakan bahwa melalui model buffering hypothesis ini, dukungan sosial mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis individu dengan melindunginya dari efek negatif yang timbul dari tekanan-tekanan yang dialaminya dan pada kondisi yang tekanannya lemah atau

(17)

kecil, dukungan sosial tidak bermanfaat. Orford (1992) juga mengatakan bahwa melalui model ini, dukungan sosial bekerja dengan tujuan untuk memperkecil pengaruh dari tekanan-tekanan atau stres yang dialami individu, dengan kata lain jika tidak ada tekanan atau stres, maka dukungan sosial tidak berguna.

b) Main Effect Hypothesis / Direct Effect Hypothesis

Menurut Banks, Ullah dan Warr (dalam Orford, 1992), model main effect hypothesis atau direct effect hypothesis menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis individu dengan adanya ataupun tanpa tekanan, dengan kata lains seseorang yang menerima dukungan sosial dengan atau tanpa adanya tekanan ataupun stres akan cenderung lebih sehat. Menurut Sarafino (2002) melalui model ini dukungan sosial memberikan manfaat yang sama baiknya dalam kondisi yang penuh tekanan maupun yang tidak ada tekanan.

2.2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

Berhasil tidaknya dukungan sosial tergantung pada siapa atau sumber yang memberikannya. Sumber dukungan sosial merupakan aspek yang penting untuk diketahui dan dipahami. Keberhasilan dukungan sosial juga bergantung pada cocok atau tidaknya tipe

(18)

dukungan sosial yang diberikan. Pengetahuan dan pemahaman tentang tipe dukungan sosial yang akan diberikan akan membantu individu mendapatkan dukungan sosial yang sesuai situasi dan keinginannnya, sehingga dukungan sosial memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak (Orfford, 1992). Keberhasilan dukungan sosial juga dipengaruhi oleh budaya. Hal ini dikarenakan budaya mempengaruhi persepsi seseorang tentang perilaku yang pantas serta bagaimana dan kapan individu harus mencari, memperoleh, dan memberikan dukungan sosial (Brehm, 1992)

Dukungan sosial yang di terima secra positif oleh individu dapat di rasakan pengaruhnya secara langsung oleh individu sehingga emosinya dapat setabil kembali, juga harga dirinya kembali menguat dengan berkurangnya pandangan atau perasaan negatif tentang diri sendiri. Namun, dukungan sosial dapat diterima secara negatif bila perilaku atau sikap dari lingkunganya tidak dipresepsikan sebagai sesuatu yang mendukung oleh individu, maka stres akan di rasakan lebih berat, (Cohen,1992)

2.3 PENYAKIT PARKINSON 2.3.1 Definisi

Penyakit parkinson merupakan penyakitneurodegeneratif sistem ekstrapiramidal yang merupakan bagian dari parkinsonism yang secara patologis di tandai oleh adanya degenerasi ganglia basalis terutama di

(19)

substansia niagra pars kompakta (SNC) yang di sertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik. Penyakit parkinson adalah suatu sindrom yang di tandai oleh tremor pada waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan dopamin dengan berbagi macam sebab (lewy bodies).

Penyakit parkinson juga di kenal dengan nama parkinsonism primer atau penyakit parkinson idiopatik. Untuk parkinsonismsekunder biasaya karena keracunan, dianaranya keracunan obat-obatan, trauma kapitis atau gangguan medis lainya. Penyakit ini biasanya di alami pada usia 60 tahun keatas, walau di temukan juga pada beberapa penderita parkinson yang berusia di bawah 50 tahun. Penyakit ini bersifat progresif, artinya gejala dan tanda tersebut akan bertambah buruk. Walaupun dalam jangka waktu yang lama dan bertahap.

Penyakit parkinson, merupakan penyakit yang menyerang otak. Walau penelitian tentang penyakit parkinson banyak dilakukan, namun penyebabnya belum juga di ketahui. Para ilmuan menduga, penyakit ini di sebabkan oleh adanya kombinasi dari berbagai faktor genetika dan lingkungan. Sebuah kajian terbaru mengenai penyakit parkinson, menyebutkan terjadi mutasi genetik pada gen LRRK2, yakni gen yang mengatur pelepasan dopamin dan mengontrol gerakan motorik. Dopamin adalah zat kimia yang mengirimkan sinyal ke bagian otak yang bernama korpus striatium sinyal ini lah yang membantu otot melakukan gerakan dengan lancar dan terkontrol.

(20)

Pada pasien parkinson, terjadi mutasi yang membuat pungsi normal LRRK2 terganggu sehingga terjadi gangguan pada fungsi motorik, seperti tremor, kekakuan tangan dan tungkai, dan sulit mengatur keseimbangan. Penelitian tersebut di lakukan pada mencit di laboratorium oleh sejumlah peneliti dari Mount Sinai School Of Medicine, Amerika Serikat. Penyakit parkinson pertama kali di perkenalkan James Parkinson di Inggris tahun 1817, penyebab penyakit ini di tandai dengan menurunnya sel-sel saraf secara progresif pada bagian beberapa otak yang mengendalikan gerakan otot.

2.3.2 Diagnosis

Diagnosis penyakit parkinson berdasarkan klinis dengan di temukanya gejala motorik utama antara lain tremor pada waktu istirahat, rigriditas, bradikinesia dan hilanya reflek postural. Kriteria diagnosis yang di pakai di Indonesia adalah, kriteria Hughes (1992):

a. Posible : di dapatkan 1 dari gejala-gejala utama b. Probable : di dapatkan 2 dari gejala-gejala utama c. Definite : di dapatkan 3 dari gejala-gejala utama

Untuk kepentingan penelitian di perlukan penetapan berat ringanya penyakit dalam hal ini di gunakan stadium klinis berdasarkan Hoehn dan Yahr (1967) yaitu:

a. Stadium 1 : Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala ringan, terdapat gejala yang mengganggu tetapi menimbulkan

(21)

kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu anggota gerak gejala yang timbul dapat di kenali orang terdekat (keluarga atau teman).

b. Stadium2 : Terdapat gejala bilatelar, terdapat kecacatan

minimal, sikap atau cara berjalan terganggu.

c. Stadium 3 : Gerak tubuhnya melambat, keseimbnagan mulai terganggu saat berjalan atau berdiri, disfungsi umum sedang. d. Stadium 4 : Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan

hanya untuk jarak tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang di bandingkan stadium sebelumnya.

e. Stadium 5 : Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak mampu berdiri dan berjalan walaupun di bantu.

2.3.3 Gambaran Klinis

Keadaan penderita pada umumnya di awali oleh gejala yang non spesifik, yang di dapat dari anamnesa yaitu kelemahan umum, kekuatan pada otot, pegal-pegal, atau kram otot, distonia fokal, gangguan fokal, gangguan keterampilan, kegelisahan, gejala sensorik (parestesia) dan gejala psikiatrik (ansietas atau depresi). Gambaran klinis penderita parkinson:

a. Tremor

Tremor terdapat pada jaringan tangan, tremor kasar oada sendi metakarpofalangeal, kadang-kadang tremor seperti

(22)

menghitung uang logam (pil rolling). Pada sendi tangan fleksi ekstensi atau pronasi supinasi, pada kaki fleksi ekstesi, pada kepala fleksi ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur tertarik-tarik. Tremor terjadi pada saat istirahat dengan frekwensi 4-5 Hz dan menghilang pada saat tidur, tremor di sebabkan oleh hambatan padaaktivitas gamma motoneuron. Inhibisi ini mengakibatkan hilangnya sensitivitas sirkuit gamma yang mengakibatkan menurunnya kontrol dari gerakan motorik halus. Berkurangnya kontrol ini akan menimbulkan gerakan involunter yang di picu dari tingkat lain pada susunan saraf pusat. Tremor pada penyakit parkinson mungkin di cetuskan oleh ritmik dari alfa motor neuron di bawah pengaruh influs yang berasal dari nekleus ventro-lateral talamus. Pada keadaan normal aktivitas ini di tekan oleh aksi dari sirkuit gamma motoneuron, dan akan menimbulkan tremor bila sirkuit ini di hambat.

b. Rigiditas

Rigiditas di sebabkan oleh peningkatan tonus pada otot antagonis dan otot protagonis dan terdapat pada kegagalan inhibisi aktivitas motoneuron otot protagonis dan otot antagonis sewaktu gerakan. Meningkatnya aktifitas alfa motoneuron pada otot protagonis dan otot antagonis menghasilkan rigriditas yang terdapat pada seluruh luas gerak dari ekstremitas yang terlibat.

(23)

Gerakan volunter menjadi lamban sehingga gerak asosiatif menjadi berkurang misalnya: sulit bangun dari kursi, sulit mulai berjalan, lamban mengenakan pakaiyan atau mengancingkan baju, lamban mengambil suatu objek, bila bicara gerakan bibir dan lidah menjadi lamban. Bradikinesia menyebabkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan sepontan berkurang sehingga wajah mirip topeng, kedipan mata berkurang, menelan ludah berkurang sehingga ludah keluar dari mulut.

Bradikinesia merupakan hasil akhir dari gangguan integrasi dari implus optik sensorik, labirin,propioseptik dan implus sensorik lainya di ganglia basalis. Hal ini mengakibatkan perubahan pada aktivitas reflek yang mempengaruhi alfa dan gama motoneuron.

d. Hilangnya refleks postural

Meskipun sebagian peneliti memasukan sebagai gejala utama, namun pada awal stadium penyakit parkinson gejala ini belum ada. Hanya 37% penderita penyakit parkinson yang sudah berlangsung selama 5 tahun mengalami gejala ini. Keadaan ini di sebabkan kegagalan integrasi dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil implus dari mata, pada level talamus dan ganglia basalis yang akan mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini mengakibtakan penderita mudah jatuh.

(24)

e. Wajah Prkinson

Seperti telah di utarakan, bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimik. Muka menjadi seperti topeng, kedipan mata berkurang, di samping itu kulit muka menjadi seperti berminyak dan ludah sering keluar dari mulut.

f. Mikrografia

Bila tangan yang dominan yang terlibat, maka tulisan secara graduasi menjadi kecil dan rapat. Pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.

g. Sikap Parkinson

Bradikinesia menyebabkan langkah menjadi kecil, yang kahas pada penyakit parkinson. Pada setadium yang lebih lanjutsikap penderita dalam posisi kepala di fleksikan ke dada, bahu maumembongkok ke depan, punggung melengkung ke depan, dan tangan tidak melenggang bila berjalan.

h. Bicara

Rigriditas dan barikinesia otot pernapasan, pita suara, otot paring, lidah dan bibir mengaakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton dengan volume yang kecil dan khas pada penyakit parkinson. Pada beberapa kasus suara mengurang sampai berbentuk suara bisikan yang lamban.

(25)

Disfungsi otonom mungkin di sebabkan oleh menghilangnya secara progresif neuron di ganglia simpatetik. Ini mengakibatkan berkeringat yang berlebihan, air liur banyak (sialorrhea), gangguan sfingter terutama inkontinesia dan adanya hipotensi ortostatik yang mengganggu.

j. Gerakan Bola Mata

Mata kurang berkedip, melirik ke arah atas terganggu, konvergensi menjadi sulit, gerak bola mata menjadi terganggu. k. Refleks glabela

Di lakukan dengan jalan mengetok di daerah galbela berulang-ulang. Pasien dengan penyakit parkinson tidak dapat mencegah mata berkedip pada tiap ketokan. Di sebut juga sebagai tanda Mayerson’s sign.

l. Demensia

Demensia relatif sering di jumpai pada penyakit parkinson. Penderita banyak yang menunjukan perubahan status mental selama perjalananpenyakitnya. Disfungsi visuospatial merupakan devisit kognitif yang sering di laporkan. Degenaerasi jalur dopaminergik termasuk nigrostriatal, mesokortikal dan mesolimbik berpengaruh terhadap gangguan intelektual.

m. Depresi

Sekitar 40% penderita terdapat gejala depresi. Hal ini dapat terjadi di sebabkan kondisi fiksik penderita yang

(26)

mengakibatkan keadaan yang menyedihkan seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan harga diri dan merasa di kucilkan. Tetapi hal ini dapat terjadi walau penderita tidak merasa tertekan oleh keadaan fisiknya. Hal ini di sebabkan keadaan depresi yang sifatnya endogen. Secara anatomi keadaan ini dapat di jelaskan bahwa pada penderita parkinson terjadi degenerasi neuron norepineprin yang letaknya tepat di bawah substansia niagra dan degenerasi neuron asetilkolin yang letaknya di atas substansia niagra.

2.3.4 Pengobatan Penyakit Parkinson

Pengobatan penyakit parkinson dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Bekerja pada sistem dopaminergik

2. Bekerja pada sistem kolinergik 3. Bekerja pada glutamatergik

Dari ketiga macam pengobatan mempunyai tujuan yang sama yaitumengurangi gejala motorik dari penyakit Parkinson. Sesuai dengan penyakitdegeneratif lainnya, obat akan terus digunakan seumur hidup. Hal ini akanmenimbulkan efek samping penggunaan obat jangka panjang yang merugikan danakan mempengaruhi kualitas hidup penderita Parkinson.

Pada obat yang bekerja pada sistem dopaminergik terutama Levodopamempunyai efek samping neurotoksisitas pada penggunanan jangka panjang.Efeksamping yang timbul ini sulit

(27)

diduga terjadinya.Fahn membuktikan bahwalevodopa bersifat toksik dan menambah progesifitas dari penyakit Parkinson.Efeksamping ini dapat berupa fluktuasi motorik, diskinesia, neuropsikiatrik. Gejalayang timbul lanjut dan tidak berespon terhadap terapi Levodopa adalah penderitamudah jatuh, gangguan postural, “ freezing “, disfungsi otonom, dan dementia.

Gejala pada tahap lanjut ini sering dijumpai pada penderita usia muda dan jarangdidapatkan pada penderita yang mulai mendapatkan terapi levodopa ini pada usiadiatas 70 tahun.Pada obat yang bekerja pada sistem kolinergik mempunyai efek terapijangka panjang berupa gangguan kognitif.Efek samping ini dapat berupa halusinasidan gangguan daya ingat.Sedangkan pada obat yang bekerja pada Glutamatergikdapat mempunyai efek terapi jangka panjang berupa halusinasi, insomnia, konfusidan mimpi buruk.

2.4 Kerangka Berpikir

Menurut Rhea (1998) kualitas hidup berhubungan dengan keadaan fisik, kesehatan mental, kesenangan dan lingkungan di sekitar seseorang, kelompok atau populasi termasuk di alamnya kesempatan dan realita untuk mencapai kesejahteraan, pertumbuhan seseorang dan meningkatkan kesenangan. Kualitas hidup seseorang juga bisa dilihat dari seberapa besar orang tersebut merasa bahagia atau puas dengan kehidupan yang dimilikinya.

(28)

Kualitas hidup juga merupakan persepsi seseorang atas posisi drinya dalam sebuah lingkungan.Terdapat dua komponen dasar dari kualitas hidup yaitu subyektifitas dan multidimensi. Subyektifitas mengandung arti bahwa kualitas hidup hanya dapat di tentukan dari sudut pandang klien itu sendiri dan ini hanya dapat di ketahui dengan bertanya langsung kepada klien. Sedangkan multi dimensi bermakna bahwa kualitas hidup di pandang dari seluruh aspek kehidupan seseorang secara holistik meliputi aspek biologis / fisik, psikologis, sosial dan lingkungan.

Kualitas hidup bagi orang yang sedang sakit dapat diartikan pada seberapa besar orang tersebut mampu berjuang dan bertahan dengan penyakitnya.Bagi orang yang sedang sakit kualitas hidup digambarkan dari seberapa besar orang tersebut mampu menjalani kehidupannya baik secara individu atau dalam tataran social.Untuk menjalani kehidupan yang berkualitas disini dibutuhkan dukungan social yang besar juga.Dukungan sosial menunjukan suatu perilaku yang di anggap mendukung karena memiliki sifat yang membantu atau menghibur, atau perilaku yang mengarahkan keyakinan individu bahwa ia di cintai atau di hargai. Lebih jauh lagi dukungan sosial di jelaskan sebagai sintesis karakteristik dari seseorang (anggota jaringan sosial), yang merupakan kombinasi dari kepribadian, sikap dan perilaku mewakili dukungan(Viel & Baumann,1992).

Dukungan social merupakan aspek penting bagi seorang individu yang sedang berjuang melawan penyakitnya, dukungan social terbesar

(29)

adalah berasal dari keluarga ataupun teman-teman dekat.Dukungan social menjadi penting ketika seseorang sedang berada pada masa untuk melawan penyakitnya.Seperti yang terjadi pada penderita Parkinson.Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang paling lazimsetelah penyakit Alzheimer, dengan insidens di Inggris kira 20/100.000 danprevalensinya 100-160/100.000. Prevalensinya kira-kira 1 % pada umur 65 tahundan meningkat 4-5% pada usia 85 tahun.PP yang di tandai dengan hilangnya neuron dopaminergik pada substansia nigra disertai neuron serotonergik dan noradrenergik akan mengakibatkan deplesi neurotransmiter dopamin, serotonergik dan noradrenergik yang selanjutnya mendasari timbulnya gejala klinik motorik, disabilitas, depresi dan gangguan kognisi.

Perubahan neurotransmiter dan neuropeptid menyebabkan perubahan neurofisiologik yang berhubungan dengan perubahan suasana perasaan. Sistem transmiter yang terlibat ini berhubungan dengan proses reward, mekanisme motivasi, respons terhadap stres, Penurunan reward mediation, ketergantungan terhadap lingkungan, dan respons terhadap stres yang tidak adekuat, apatis, rasa tidak berharga, rasa tidak berguna, tidak ada harapan dan putus asa. Hal ini padaakhirnya di duga akan mempengaruhi kualitas hidup penderita di samping faktor umur, budaya dan dukungan sosial, seperti tergambar dalam skema. Sehingga ketika kualitas hidup seseorang terganggu yang dibutuhkan adalah adanya

(30)

dukungan social dari keluar dan teman terdekat untuk tetap membuat penderita Parkinson tetap bisa menjalani kehidupan dengan baik.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik hipotesa sebagai berikut:

H0: tidak terdapat hubungan antara dukungan soaial terhadap kualitas hidup penderita parkinson.

H1: terdapat hubungan antara dukungan sosial terhadap kualitas hidup penderita parkinson Parkinson Gangguan Motorik Gejala Non Motorik

Disabilitas Depresi Gangguan

Kognitif Efek Terapi Jangka Panjang Kualitas Hidup Usia Jenis Kelamin Dukungan sosial Budaya

Gambar

Gambar 2.1 domain penilaian kualitas hidup (WHOQOL, 2004)  No  Domain  Aspek/domain yang dinilai
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Pengambilan air dari mata air Cipager yang digunakan untuk daerah layanan Dusun Palutungan, Dusun Malaraman dan Dusun Cisantana, Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur

Hasil penelitian ini menunjukkan isolat FMA indigenus rizosfir tanaman jahe sehat dari lahan endemik yang diintroduksi pada bibit jahe mampu menahan perkembangan penyakit layu

(2) Penyalahguna narkotika bagi diri sendiri, yang dimaksud dengan “penyalahguna narkotika” adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum, menurut Pasal

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Magetan dan Ponorogo yang terdaftar resmi di Bank Indonesia. Data diperoleh dari laporan

 Sel mikroba secara kontinyu berpropagasi menggunakan media segar yang masuk, dan pada saat yang bersamaan produk, produk samping metabolisme dan sel dikeluarkan dari

Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia.. Demikian

Dari sisi teknis produksi, pembuatan garam rakyat di Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara dilakukan dengan menggunakan teknologi yang sangat sederhana dan 3

Berdasarkan hasil penelitian hubungan yang signifikan antara antara upaya ibu dalam pemenuhan asupan gizi dengan status gizi balita di Dukuh Pundong Desa Srihardono, Kecamatan