• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN INSTITUT MOSINTUWU DALAM MEMBANGUN BUDAYA PERDAMAIAN MELALUI KAUM PEREMPUAN DI KABUPATEN POSO, SULAWESI TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN INSTITUT MOSINTUWU DALAM MEMBANGUN BUDAYA PERDAMAIAN MELALUI KAUM PEREMPUAN DI KABUPATEN POSO, SULAWESI TENGAH"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN INSTITUT MOSINTUWU DALAM MEMBANGUN BUDAYA PERDAMAIAN MELALUI KAUM PEREMPUAN DI KABUPATEN POSO, SULAWESI TENGAH

MARYANTI BABUTUNG

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bosowa Makassar, 90231, Makassar 082194407633, babutungia@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Strategi Institut Mosintuwu dalam membangun budaya perdamaian melalui kaum perempuan di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. (2) Dampak yang dialami oleh masyarakat Kota Poso dengan adanya Institut Mosintuwu sebagai salah satu oraganisasi untuk membangun budaya perdamaian. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif kualitatif.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, studi dokumentasi serta kuisioner.Teknik analisis data meliputi tahap-tahap pengumpulan data melalui pengamatan penulis terhadap kegiatan yang dilakukan oleh Institut Mosintuwu, berinteraksi dengan mereka, memahami tafsiran mereka tentang Institutnya, menganalisa data dan memberikan kesimpulan pada akhir pembahasan. Temuan dalam penelitian ini adalah bahwa : strategi-strategi yang di lakukan oleh Institut Mosintuwu dalam membangun budaya damai di Kabupaten Poso sangat berhasil. Banyak program-program yang telah dibuat sebagai upaya untuk membangun budaya perdamaian, salah satunya adalah Sekolah Perempuan. Melalui Sekolah Perempuan inilah selanjutnya membuat warga masyarakat Kota Poso pada umumnya dan secara khusus kaum perempuan berpikir bahwa ketika mereka tidak mau bergaul dengan orang-orang yang berbeda keyakinan atau tidak mau belajar mengenal apa yang sebenarnya terjadi pada konflik Poso, maka hanya akan ada kebencian dan saling curiga. Sekolah Perempuan melalui Institut Mosintuwu hadir dan memberikan ruang-ruang belajar, bercerita dan saling mengenal kepada para perempuan yang pada saat konflik dikatakan sebagai korban yang paling banyak mengalami kerugian. Dan selanjutnya dampak ini sangat terlihat ketika keluar dari proses belajar dalam Institut Mosintuwu, para perempuan aktif dalam pembangunan desa, berani untuk beradu pendapat demi kebaikan bersama serta memprovokasi hal-hal positif bahwa Kabupaten Poso harus terlepas dari kebencian saat konflik. Selain itu, suara-suara perempuan selalu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan, baik itu di desa maupun daerah.Perempuan juga mampu menghasilkan sesuatu yang bernilai jual untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi mereka pasca konflik.

Kata kunci : peacebuilding, culture of peace, perempuan, Institut Mosintuwu. ABSTRACT

This research aims to know : (1) Institute Mosintuwu strategy in building the culture of peace through women in Poso District, Central Sulawesi. (2) The Impact experienced by the people of Poso city with the existence of the Institute Mosintuwu as one community organization to build a culture of peace. This research is done with qualitative descriptive research method. Data collection is done by using the interview, study the documentation and the questioner. techniques of data analysis includes the stages of the data collection through observation the author of the activities carried out by the Institute of Mosintuwu, interact with them to understand their interpretation of Institutnya, analyze the data and provide the conclusion at the end of the discussion. The findings in this studys that : the strategies by Institute Mosintuwu in building a culture of peace in Poso District very successful. Many of the programs that have made an effort to build a culture of peace, one of them is the School Women. Through the Women School is subsequently made citizens Poso town in general and specifically

(2)

women think that when they do not want to hang out with people of different beliefs or will not learn to know what is actually happening in the Poso conflict, then there would be only hatred and mutual suspicion. The school women through Institute Mosintuwu present and provide a space for the learning space, story telling and know each other to the women at the time of the conflict said as the most many losses. And then the impact is very visible when out of the learning process in the Institute Mosintuwu, women active in the development of the village, dare to argue for the common good and provoke positive things that the Poso District should be removed from the hatred when the conflict. In addition, the voices of women are always calculated in the decision-making, either in the village or regional. Women are also able to produce something worth selling to help economy needs in the post-conflict. Keywords : peacebuilding, culture of peace, women, Institute Mosintuwu.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai banyak keragaman atau kemajemukan baik itu etnis, ras, budaya dan agama.Hal ini yang menyebabkan sering terjadi konflik lokal dalam suatu daerah, seperti yang terjadi di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.Kabupaten Poso pernah mengalami suatu keadaan yang sangat menyedihkan karena beberapa kali mengalami konflik.Konflik yang terjadi di Kabupaten Poso secara umum berlatar belakang Agama. Namun jika kita teliti lebih lanjut, maka kita akan menemukan berbagai macam kepentingan golongan yang mewarnai konflik Poso. Kalau dilihat dari konteks Agama, terdapat 2 Agama besar di Kabupaten Poso, yaitu Islam dan Kristen.Sebelum pemekaran, Kabupaten Poso didominasi oleh Agama Islam.Namun setelah terjadi pemekaran menjadi Kabupaten Tojo Una-Una dan Morowali, Kabupaten Poso pun didominasi oleh Agama Kristen.Namun masih ada juga Agama suku di Kabupaten Poso, terlebih di bagian pedalaman.Agama awal yang masuk di Sulawesi dan terkhusus di Kabupaten Poso adalah Agama Islam, kemudian di susul Agama Kristen.

Konflik Poso terjadi setelah pemilihan Bupati Desember 1998.Menangnya Piet Inkriwang dan Mutholib Rimi tidak lepas dari sentimen keagamaan.Sejak itulah Agama dijadikan pemicu ketika konflik berikutnya terjadi.Sebelum konflik Desember 1998 meletus dan disusul konflik lanjutan, sebenarnya sudah pernah ada permasalahan antar komunitas keagamaan (Islam dan

Kristen) pada tahun 1992 dan 1995.Tahun 1992 terjadi akibat seorang mantan Islam (Rusli Labolo) menghujat Islam.Selanjutnya tahun 1995 terjadi akibat pelemparan Masjid dan Madrasah di Tegalrejo oleh pemuda Kristen asal desa Madale.Memang setelah peristiwa 1992 dan 1995, masyarakat kembali hidup secara wajar. Namun seiring dengan runtuhnya Orde Baru, lengkap dengan lemahnya peran ”aparat keamanan” yang sedang digugat disemua lini melalui berbagai isu, kerusuhan Poso kembali meletus, bahkan terjadi secara beruntun dan bersifat lebih masif. Awal kerusuhan terjadi Desember 1998, konflik kedua terjadi April 2000, tidak lama setelah kerusuhan tahap dua terjadi lagi kerusuhan ketiga di bulan Mei-Juni 2000.Konflik masih terus berlanjut dengan terjadinya kerusuhan keempat pada Juli 2001dan kelima pada November 2001. Peristiwa-peristiwa tersebut memperlihatkan adanya keterkaitan antara satu dengan yang lain, sehingga kerusuhan-kerusuhan dicermati dalam konteks jilid satu sampai lima.1

Untuk kembali memberi rasa aman dan damai di Kabupaten Poso, dilakukanlah berbagai proses perdamaian. Dalam menyelesaikan konflik Poso dilakukan Deklarasi Malino (biasanya disebut Deklarasi Malino 1) pada 20 Desember 2001 yang ditandatangani oleh 24 delegasi kelompok Kristen (Merah) dan 25 delegasi kelompok

1

Lihat hasil penelitian Hamdan Basyar (Ed.), Konflik Poso: Pemetaan dan Pencarian Pola-pola Alternatif Penyelesaiannya (Jakarta : P2P LIPI, 2003), diakses tanggal 11 Januari 2016 (pukul 19.15 WITA)

(3)

Islam (Putih). Disamping Deklarasi Malino, juga terus dilakukan dialog-dialog terbuka antar kedua kelompok dengan harapan akan tercipta kembali kedamaian.

Mengenai korban konflik Poso, tidak banyak yang mengetahui bahwa kaum perempuan dan anak-anaklah yang banyak dirugikan, walaupun di sisi lain kaum perempuan jugalah yang mampu survive. Kaum perempuan masih dianggap sebagai nomor dua dan hanya memiliki fungsi reproduksi.Karena itu dalam konflik, perempuan sangat mengalami lapisan kekerasan atau mengalami dampak paling mengerikan. Lapisan kekerasan dan dampak yang dialami kaum perempuan antara lain2 :

Perpecahan keluarga yang mengakibatkan perempuan menanggung sendiri semua peristiwa kekerasan yang dialami dan dirasakan. Contohnya ketika perempuan ditinggal meninggal oleh suaminya dan harus menerima status barunya sebagai janda. Kekerasan seksual yang dialami perempuan saat konflik maupun pasca konflik. Contohnya banyak yang hamil diluar nikah.

Meskipun perempuan mengalami berlapis-lapis kekerasan, namun perempuan mengambil peran penting dan utama dalam melanjutkan kehidupan komunitas saat konflik sekaligus merintis jalan perdamaian. Perempuan sebagai pelindung dan pemelihara kehidupan sangat jelas terlihat ketika dalam masa pengungsian di hutan atau tiba di lokasi pengungsian, perempuan yang menghidupi anak - anak, juga komunitasnya. Kenyataan bahwa perempuan berusaha mempertahankan kehidupan membawa pada pemahaman perempuan tentang konflik adalah soal hilangnya kehidupan, bukan soal siapa yang menang dan siapa yang kalah. Pengalaman perempuan mempertahankan kehidupan anak-anak dan komunitas saat konflik berlangsung

2http://www.rahima.or.id/index.php?option=com_c ontent&view=article&id=1090:perempuan-adalah-

aktor-perdamaian-dan-pemelihara-

kehidupan&catid=33:opini-suara-rahima&Itemid=305, diakses 18 Januari 2016 (pukul 23.15)

(saat para laki-laki sibuk menyusun strategi dan berperang), menemukan kesadaran bahwa : dalam konflik, menang jadi arang, kalah jadi abu. Karena itu bagi perempuan, memelihara kehidupan dan menjaga kehidupan menjadi sangat penting. Dengan demikian, perempuan bukan hanya sebagai korban yang mengalami berlapis-lapis kekerasan, tetapi pada saat yang sama perempuan menjadi aktor perdamaian yang memikirkan mengenai memelihara kehidupan dan melanjutkan kehidupan. Narasi perempuan tidak berhenti tentang konflik saja tetapi juga kehidupan pasca konflik dan upaya membangun generasi pasca konflik.

Salah satu bukti dari inisiatif perempuan untuk perdamaian adalah perempuan yang pertama kali membuka akses komunikasi antar

komunitas melalui pasar

tradisional.Dibukanya akses pasar tradisional yang menyediakan bahan makanan telah membuka ruang komunikasi pertama antar komunitas Muslim dan Kristen yang sedang berkonflik. Bahkan, saat konflik Poso masih terjadi, ada satu perempuan Muslim di Desa Tokorondo yang tetap berjualan ikan, yang kemudian disambut dengan inisiatif perempuan Kristen dari Desa Tangkura untuk berjualan sayur. Alasan pertama yang dikemukakan untuk inisiatif ini adalah bahwa semua orang (apapun agamanya) membutuhkan makanan untuk bertahan hidup.Selain membuka pasar sebagai ruang komunikasi pertama kalinya sekaligus ruang ekonomi, perempuan juga yang pertama kali berinisiatif turun gunung atau keluar dari tempat pengungsian untuk mengunjungi kampung halaman yang mereka tinggalkan selama konflik.3 Dalam proses ini para perempuan yang pertama kali bertemu dan saling menyapa. Meskipun masih dalam situasi saling curiga, tetapi mereka membuka kemungkinan ruang untuk saling bicara pertama kalinya.

Salah satu bukti dari inisiatif perempuan untuk perdamaian adalah perempuan yang

3

http://amanindonesia.org/discourse/2010/12/01/ger akan-perdamaian-perempuan%5Bask%5D.html, 11 juni 2016 pukul 16.53

(4)

pertama kali membuka akses komunikasi antar komunitas melalui pasar tradisional. saat konflik Poso masih terjadi, ada satu perempuan Muslim di Desa Tokorondo yang tetap berjualan ikan, yang kemudian disambut dengan inisiatif perempuan Kristen dari Desa Tangkura untuk berjualan sayur. Alasan pertama yang dikemukakan untuk inisiatif ini adalah bahwa semua orang (apapun agamanya) membutuhkan makanan untuk bertahan hidup.Selain membuka pasar sebagai ruang komunikasi pertama kalinya sekaligus ruang ekonomi, perempuan juga yang pertama kali berinisiatif turun gunung atau keluar dari tempat pengungsian untuk mengunjungi kampung halaman yang mereka tinggalkan selama konflik.4

Pasca konflik yang terjadi, ada beberapa organisasi yang bermunculan dengan tujuan membangun budaya perdamaian di Kabupaten Poso.Menurut penulis, salah satu organisasi yang berhasil membangun budaya perdamaian di Kabupaten Poso melalui kaum perempuan adalah Institut Mosintuwu.

Institut Mosintuwu adalah gerakan masyarakat yang lahir di daerah Kabupaten Poso pasca konflik yang terjadi.Kata Mosintuwu adalah salah satu kata dalam bahasa Pamona (salah satu suku di Kabupaten Poso) yang yang berarti kerja bersama atau kebersamaan.Institut Mosintuwu sendiri berdiri atas keprihatinan terhadap peristiwa kekerasan yang mengatasnamakan agama, dan adanya kepentingan ekonomi politik dibalik konflik kekerasan.5Visi Mosintuwuini adalah memberdayakan perjuangan rakyat untuk kedaulatan atas hak-hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan sipil mereka.Sedangkan misi Mosintuwu adalah untuk memperkuat wacana tentang kedaulatan rakyat dan 4 http://amanindonesia.org/discourse/2010/12/01/ger akan-perdamaian-perempuan%5Bask%5D.html, 11 juni 2016 pukul 16.53 5 http://m.news.viva.co.id/news/read/615289-lian-gogali--perempuan-agen-perdamaian-poso/1, diakses tanggal 14 Januari 2016 (pukul 20.50 WITA)

perjuangan untuk hak-hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan sipil dalam konteks konflik dan pasca konflik masyarakat.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Institut Mosintuwu didominasi oleh kaum perempuan dari berbagai macam latar belakang agama.Menurut Lian Gogali sebagai pendiri Institut Mosintuwu, perempuan adalah agen terbaik dalam menciptakan perdamaian.Hal ini terlihat ketika konflik dan pasca konflik Poso, perempuanlah yang berjuang sebagai ayah dan ibu bagi anak-anak.Ketika ada bahaya, perempuanlah yang berperan menyuruh tetangga-tetangganya untuk keluar dan mengungsi agar aman dari bahaya konflik.

Melihat fenomena yang terjadi pada saat konflik dan pasca konflik Poso serta peran Institut Mosintuwu dalam membangun budaya perdamaian melalui kaum perempuan di Kabupaten Poso, maka penulis akan mengkaji lebih jauh tentang strategi yang dilakukan oleh Institut Mosintuwu melalui kaum perempuan dalam membangun budaya perdamaian di Kabupaten Poso, serta dampak yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya lembaga ini.

METODE PENELITIAN

Tipe penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah deskriptif, yaitu menggambarkan apa yang sedang dilakukan oleh institut tersebut. Tipe penelitian ini bertujuan untuk mejawab pertanyaan “apa” dan “bagaimana”. Penelitian ini mendekripsikan peran sebuah lembaga, dalam hal ini Institut Mosintuwu dalam proses resolusi konflik. Metode deskriptif-kualitatif digunakan dengan mengambil lokasi penelitian di Kecamatan Pamona Puselemba, Kecamatan Lage, dan Kecamatan Poso Kota Selatan, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah dari responden secara langsung. Dalam prakteknya diperoleh dari wawancara dan hasil pengisian kuisioner. Selain itu dari pengamatan langsung di lokasi penelitian.

(5)

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh melalui buku – buku, jurnal, dokumen, artikel, surat kabar dan internet serta keterangan lainnya dari objek penelitian. Teknik pengumpulan data akan dilakukan melalui wawancara observasi serta studi dokumentasi. Wawancara dilakukan secara mendalam pada informan yang dianggap mampu menjawab pertanyaan yang disajikan dalam rumusan masalah dan tergabung dalam Institut Mosintuwu ini.Lian Gogalidijadikan sebagai salah satu subjek penelitian karena merupakan pendiri dari Institut Mosintuwu.

Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis data menggunakan teknik analisis kualitatif, yaitu dengan mengamati institut tersebut dalam lingkungannya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami tafsiran mereka tentang institutnya, menganalisis data serta memberikan kesimpulan pada akhir pembahasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penulisan deduktif, yang mana penulis akan menggambarkan permasalahan secara umum kemudian akan menarik kesimpulan secara khusus pada akhir pembahasan. Penulis akan menjelaskan proses terjadinya konflik dan perdamaian yang tercipta secara umum dan penulis akan menjelaskan secara khusus lembaga yang berperan dalam membangun budaya perdamaian di Kabupaten Poso dalam hal ini Institut Mosintuwu dan peran atau strategi yang digunakan melalui kaum perempuan serta dampak bagi masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Strategi Institut Mosintuwu dalam Membangun Perdamaian Melalui Kaum Perempuan

Strategi-strategi yang dilakukan Institut Mosintuwu dalam program-program mereka untuk membangun budaya perdamaian : Bidang Pendidikan :

Sekolah Perempuan Mosintuwu Sekolah Perempuan Mosintuwu adalah sekolah alternatif untuk perempuan khususnya

masyarakat akar rumput yang dilaksanakan selama satu tahun.Anggota Sekolah Perempuan dikumpulkan dari berbagai desa, berbagai agama dan suku. Di Sekolah Perempuan Mosintuwu, perempuan belajar 9 kurikulum,6 yaitu:

1). Agama, Toleransi dan Perdamaian 2). Gender ,

3). Perempuan dan Budaya Poso,

4).Kesehatan Seksual dan Hak Reproduksi, 5). Perempuan dan Politik,

6). Ketrampilan Berbicara dan Bernalar, 7). Hak Layanan Masyarakat,

8). Hak Ekonomi, Sosial, budaya dan sipil politik,

9). Ekonomi Komunitas.

Sekolah Perempuan dengan berbagai macam strategi yang dilakukan seperti yang telah diuraikan diatas dimulai dengan poin kedelapan merujuk pada program aksi yang dicanangkan oleh PBB.Promosi perdamaian dan keamanan adalah hal pertama yang dilakukan oleh Institut Mosintuwu.Selanjutnya mereka membangun budaya perdamaian melalui pendidikan dengan mengajarkan beberapa kurikulum penting, antara lain gender, agama, toleransi dan perdamaian. Sedangkan program ini juga masuk ke teori peacebuilding karena berangkat dari definisi yang dipaparkan oleh Johan Galtung tentang peacebuilding itu sendiri yang menekankan kepada proses jangka panjang, penelusuran dan penyelesaian akar konflik, mengubah asumsi-asumsi yang kontradiktif, serta memperkuat elemen-elemen yang dapat menghubungkan pihak-pihak yang bertikai dalam suatu formasi baru demi mencapai perdamaian positif.7Hal inilah yang dilakukan dalam Sekolah Perempuan. Ketika perempuan dari latar belakang suku dan agama yang berbeda dan disatukan, maka akan terbangun suasana curhat yang perempuan tersebut

6

http://perempuanposo.com/tentang-kami/, diakses tanggal 19 Juli 2016 (pukul 20.08 WITA) 7

John Galtung dalam Hugh Miall, et al. Resolusi Damai Konflik Kontemporer: menyelesaikan, mecegah, mengelola dan mengubah konflik bersumber politik, sosial, agama dan ras, Rajawali Press, Jakarta, 2002, hal.65-68.

(6)

rasakan saat konflik dan pasca konflik.8Dalam hal ini, ternyata ketika Sekolah Perempuan ada, perempuan dari berbagai macam latar agama dan suku menceritakan segala sesuatu yang mereka rasakan saat konflik dan akhirnya mereka disadarkan bahwa ternyata tidak ada yang menang dari konflik yang terjadi dahulu.Dua komunitas agama ini, merekalah yang berperang dan sekaligus menjadi korban.Dalam hal ini sengaja dibuat kedua agama ini berkelahi karena kepentingan-kepentingan pribadi oknum-oknum yang berada di atas.9Melalui Sekolah Perempuan inilah kemudian dihubungkan pihak-pihak yang bertikai dalam suatu formasi baru demi mencapai perdamaian positif.

Project Shopia

Project Sophia adalah perpustakaan keliling yang dikembangkan oleh Institut Mosintuwu untuk menfasilitasi ruang bertemu, bermain dan berekspresi bagi anak-anak di wilayah pasca konflik Poso melalui buku. Project Sophia tidak hanya menyediakan buku-buku melainkan melalui buku-buku melakukan permainan buku, mengembangkan aktivitas termasuk mempertemukan anak-anak dari berbagai agama dan suku di dalam satu desa atau antar desa. Project Sophia mengembangkan dua model utama dalam programnya yaitu : kunjungan perpustakaan ke desa-desa, perpustakaan rumah (perpustakaan yang dikelola oleh anak-anak Kotak Ajaib), diskusi buku anak dan festival anak/kemah anak perdamaian. Sejak tahun 2010, Project Sophia telah berkeliling sebanyak 105 kali di 24 desa di Kabupaten Poso.10

Cara bekerja Project Sophia yaitu mengunjungi desa-desa dengan membawa keranjang buku yang disebut “Kotak Ajaib”. Kotak Ajaib berisi beragam buku-buku pengetahuan, komik, cerita anak, origami dan

8

Hasil Wawancara dengan Ibu Martince selaku Koordinator Pengorganisasian di Institut Mosintuwu, pada tanggal 24 Juli 2016

9Hasil Wawancara dengan Ibu Yanti Udin Selaku Alumni Sekolah Perempuan angkatan 1 dan sekaligus yang mengalami konflik, pada tanggal 27 Juli 2016

10

www.perempuanposo.com, diakses tanggal 3 Agustus 2016 (pukul 20.09 WITA)

beragam permainan buku. Kotak Ajaib akan diatur dalam ruang Project Sophia yang terbuka untuk bisa dibaca oleh anak-anak dan umum.

Dalam program ini, orang tua khususnya perempuan banyak berpengaruh dan membantu berlangsungnya kegiatan dalam Project Sophia ini.Hal ini dapat dilihat dalam kunjungan Project Sophia di desa Peura.Orang tua mengunjungi anak-anaknya di tempat baca, juga ikut membaca.Mereka mengekspresikan kebahagiaan mereka dengan kunjungan Project Sophia. Mereka mengatakan "Ini adalah bagaimana cara mendampingi anak untuk masa depan mereka lebih baik. Dengan buku, mungkin hari ini kami sudah tidak dengar lagi ada perkelahian di wilayah ini”.Selain itu, beberapa orang tua perempuan berusaha membantu team Project Sophia mengatur anak-anak, memberikan petunjuk agar anak-anak mengambil buku dengan mengantri.11 Walaupun peran perempuan tidak terlihat begitu besar, namun hal kecil yang dilakukan oleh ibu-ibu dalam mendampingi anak-anaknya merupakan salah satu peran penting perempuan dalam berjalannya program Institut Mosintuwu melalui Project Sophia di desa-desa di Kabupaten Poso.

Bidang Pengorganisasian : Perempuan Pembaharu Desa

Merupakan ruang bagi kelompok perempuan antar desa di Kabupaten Poso untuk mempersiapkan diri, melatih dan membangun solidaritas dalam rangka keterlibatan aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan desa.Pengorganisasian juga mengakomodir kelompok perempuan untuk mengambil keputusan strategis dalam keterlibatan mereka di bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik.Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 adalah alat perjuangan yang digunakan oleh kelompok perempuan untuk terlibat aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan

11

http://sophialibrary.blogspot.co.id/p/our-journey.html, diakses tanggal 13 Agustus 2016 (pukul 22.17 WITA)

(7)

pengawasan pembangunan dalam desa. Perempuan Pembaharu Desa diorganisir dalam lima tim yaitu : tim usaha desa, tim anak, tim rumah perlindungan perempuan dan anak, tim media dan tim pendamping desa.12

Lingkar Diskusi dan Aksi

Lingkar Diskusi dan Aksi merupakan ruang analisa atas persoalan dan perkembangan, dinamika ekonomi, sosial, budaya dan politik lokal dan nasional yang diikuti dengan aksi bersama sebagai bentuk ekspresi kelompok perempuan dan anak.Selain diskusi, aksi bersama yang biasanya diselenggarakan adalah aksi One Billion Rising yaitu aksi kampanye penghentian kekerasan terhadap perempuan dan anak; aksi Kampanye Hari Perdamaian Sedunia dan sebagainya.

Rumah Perlindungan Perempuan dan Anak

Merupakan ruang advokasi litigasi dan non-litigasi atas kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, sekaligus kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan anak. Di Rumah Perlindungan Perempuan dan Anak, diberikan jaminan perlindungan terhadap korban dan keluarga korban, selain membantu memastikan berjalannya proses hukum yang adil.13

Bidang Media dan Kampanye : Radio Komunitas

Media kampanye yang berfungsi untuk mengingatkan, dan mempengaruhi opini masyarakat, menghubungkan masyarakat dengan program-program yang dikerjakan oleh Institut Mosintuwu melalui topik dan tema tertentu. Radio akan dikelola oleh anggota sekolah perempuan.14

12

www.perempuanposo.com, diakses tanggal 3 Agustus 2016 (pukul 20.09 WITA)

13Hasil wawancara dengan Ibu Evi selaku Koordinator Rumah Perlindungan Perempuan dan Anak (RPPA) di Institut Mosintuwu, pada tanggal 26 Juli 2016

14

www.perempuanposo.com, diakses tanggal 3 Agustus 2016 (pukul 20.09 WITA)

Koran Perempuan Poso

Berfungsi untuk melakukan kampanye visi misi Institut Mosintuwu dalam program-programnya untuk dapat mengingatkan, mempengaruhi opini publik mengenai tema tertentu yang sesuai dengan visi misi Institut Mosintuwu (berdasarkan program), termasuk merebut ruang-ruang berpendapat yang menentukan dinamika ekonomi, sosial, budaya dan politik di lokal bahkan nasional.15

Bidang Ekonomi Solidaritas :

Ekonomi Solidaritas adalah program Institut Mosintuwu yang mengembangkan ekonomi masyarakat di wilayah Institut Mosintuwu dengan memanfaatkan sumber daya alam dengan baik dan cerdas. Ekonomi Solidaritas yang saat ini dikembangkan adalah:  Dodoha Mosintuwu

Mengembangkan ruang bekerja dan berbagi yang terbuka bagi umum dengan menggunakan daya tarik rumah bambu sebagai ruang bersama antar komunitas. Dodoha Mosintuwu sekaligus menjadi restoran dan tempat penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang diorganisir oleh Mosintuwu maupun oleh pihak luar.

Eko Wisata

Mengembangkan wajah baru Kabupaten sPoso sebagai tanah harapan, dengan memperkenalkan kekayaan alam yang cantik, kebudayaan yang kaya dan keragaman yang unik kepada dunia luar baik lokal, nasional maupun internasional.

Usaha Desa

Dalam program ini, Institut Mosintuwu mengembangkan pola ekonomi alternatif dengan membangun pola ekonomi baru yang memanfaatkan kekayaan sumber daya alam desa dan kemampuan sumber daya manusia dalam menciptakan lapangan pekerjaan dengan membuat produk-produk unggulan

15

Hasil wawancara dengan Ibu Niaselaku mantanKoordinator Perempuan Poso di Institut Mosintuwu, pada tanggal 28 Juli 2016

(8)

desa.16Dalam hal ini, Insitut Mosintuwu memberikan penyuluhan-penyuluhan atau sosialisasi-sosialisasi serta memperlihatkan produk jadi sebagai contoh kepada pemerintah desa maupun masyarakat sehingga mereka termotivasi dengan program ini sekaligus memberikan rekomendasi kepada para perempuan yang ada di desa-desa tersebut. Dampak Yang Dialami Oleh Masyarakat Dengan Adanya Institut Mosintuwu Sebagai Wadah Untuk Membangun Budaya Perdamaian

Berdasarkan hasil observasi penulis saat dilapangan ternyata responden yang ada 95% mengalami konflik secara langsung dan hanya 5% yang tidak mengalami konflik Poso sejak tahun 1998-2005. Banyak dari masyarakat yang sebenarnya tidak tahu apa sedang terjadi sehingga memicu konflik terjadi. Ada yang masih sementara bekerja, ada yang santai di rumah, ada yang sementara dalam perjalanan, tiba-tiba harus diperdengarkan suara

tembakan, suara bom dan selanjutnya disusul dengan info-info akan ada penyerangan entah dari pasukan merah ataupun pasukan putih.

Pasca konflik Poso, masyarakat kota Poso harus hidup kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya terlebih dengan orang-orang dari latar agama yang berbeda. Harus berani melawan rasa curiga, rasa takut dan trauma saat konflik Poso terjadi. Pasca konflik Poso, tempat yang biasanya sering terjadi komunikasi antar 2 komunitas agama yang pernah berkonflik (Islam dan Kristen) dan juga yang berlatar agama lain adalah di pasar, di jalan, di dalam angkutan kota (angkot), di tempat-tempat acara pernikahan atau dukacita, dalam pertemuan lintas agama, di kantor maupun di rumah (ketika ada yang bersilahturahmi).17 Ini merupakan awal penyesuaian diri masyarakat kota Poso dengan berbagai latar agama pasca konflik yang terjadi dan hal ini terjadi setiap saat, sehingga rasa curiga dan trauma sedikit

16

www.perempuanposo.com, diakses tanggal 3 Agustus 2016 (pukul 20.09 WITA)

17

Data dari responden melalui kuisioner

hilang dari diri masyarakat kota Poso walaupun tidak semua masyarakat merasakan hal itu.

Masyarakat kota Poso juga terus menyadari bahwa mereka tidak bisa hanya hidup berdasarkan komunitas agama masing-masing karena sesuai dengan julukan kota Sintuwu Maroso yang berarti persatuan yang kuat. Oleh karena itu keterlibatan-keterlibatan antar umat beragama sangat butuhkan untuk mendorong kabupaten Poso menjadi kota yang persatuannya kuat. Pasca konflik, umat Kristiani ikut terlibat dalam hari-hari raya keagamaan umat Muslim, begitupun sebaliknya.Contohnya saat Idul Fitri, umat Kristiani bersilahturahmi ke rumah saudara ataupun teman-teman yang beragama Muslim.Begitu pula saat Natal, umat Muslim juga diundang untuk merayakan Natal.18 Ini merupakan salah satu bentuk keterlibatan masyarakat kota Poso dalam merayakan hari besar keagamaan umat lain. Hidup damai, hidup rukun, seperti yang masyarakat kota Poso rasakan sebelum konflik, itulah harapan yang ingin kembali digapai.

Dalam upaya perdamaian yang terjadi di Kabupaten Poso pasca konflik melalui pemerintah, organisasi bahkan lembaga-lembaga perdamaian lainnya, Institut Mosintuwu yang merupakan salah satu diantaranya berupaya dengan keras untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat dengan misi awal yaitu misi perdamaian. Kehadiran Institut Mosintuwu ini sangat diketahui awalnya hanya oleh beberapa orang saja dalam masyarakat maupun pemerintah desa. Ada yang selanjutnya mengetahui adanya Institut Mosintuwu melalui teman, ada juga yang melalui Internet serta melalui organisasi lain, namun kebanyakan dari responden mengetahuinya melalui perangkat desa yang ada.19Hal ini dikarenakan saat ingin melakukan programnya, Institut Mosintuwu terlebih dahulu menyurat ke desa.

18

Data dari responden melalui kuisioner 19

(9)

Strategi yang dilakukan Institut Mosintuwu melalui program-programnya untuk membangun budaya perdamaian, memberikan dampak bagi masyarakat secara umum dan khususnya bagi perempuan yang pernah tergabung dalam Sekolah Perempuan.Berikut penulis paparkan dampak yang dialami masyarakat melalui klasifikasi tingkatan berdasarkan hasil penelitian penulis.

Sosial

Ada beberapa dampak sosial dalam hidup bermasyarakat yang dialami oleh masyarakat pada umumnya dan khususnya kaum perempuan dengan adanya Intitut Mosintuwu,20 antara lain :

 Perempuan menjadi saling menghargai satu sama lain

 Bertoleransi terhadap suku dan agama lain  Menjadi saling percaya dan tidak ada rasa

curiga antara satu dengan yang lainnya  Terjalin kembali persaudaraan yang sempat

hilang akibat konflik Poso

 Saling menghormati antar umat beragama  Termotivasi untuk mengembangkan desa  Terjadi saling ketergantungan antar umat

beragama

Awalnya perempuan hanya dianggap sebagai ibu rumah tangga yang porsi kerjanya hanya cukup di rumah mengurus suami, mengurus anak, mengurus makan dan pekerjaan rumah lainnya. Namun Institut Mosintuwu hadir dengan upaya untuk membuat perempuan ikut terlibat dalam proses bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya dan juga terlibat dalam pembangunan desa. Ibu Putu Elmiatika juga merasakan dampak yang sangat baik dengan adanya Institut Mosintuwu sebagai salah satu organisasi perdamaian di Kabupaten Poso. Menurut ibu Elmiatika, dengan adanya Institut Mosintuwu dan Sekolah Perempuan ini, dia mendapatkan banyak teman yang berlatar agama lain mengingat bahwa ibu Elmiatika ini merupakan pendatang yang juga berlatar agama Hindu. Ibu Elmiatika mengatakan bahwa dia secara pribadi sangat bangga

20

Data dari responden melalui kuisioner

menjadi alumni Sekolah Perempuan ini.Banyak belajar bertoleransi dan juga berkreasi.“Kemauan saya, saya ingin membuka sanggar tari dan les berbahasa Inggris di desa Wera.Beberapa bulan yang lalu saya membuat festival anak. Mengingat bahwa desa Wera merupakan salah satu desa wisata, maka saya melaksanakannya di air Terjun Saluopa. Ide-ide seperti ini saya dapatkan ketika saya bergabung dengan Institut Mosintuwu”, Kata ibu Putu Elmiatika.21

Ekonomi

Selain dampak sosial bermasyarakat yang terlihat dalam proses penelitian penulis pada masyarakat kota Poso khususnya di 3 kecamatan objek penelitian, penulis juga melihat dampak ekonomi dengan adanya Institut Mosintuwu. Dampaknya antara lain menghasilkan produk-produk yang bisa dijadikan uang melalui usaha ibu-ibu desa. Karena Institut Mosintuwu memberikan pengetahuan kepada warga desa melalui pertemuan-pertemuan di desa.Hal ini bertujuan agar warga desa bisa berproduksi melalui bahan-bahan yang ada di desa mereka. Hal ini masuk dalam kategori program Usaha Desa.

Selain itu, walaupun warga masyarakat banyak yang tidak ikut dalam program-program Institut Mosintuwu, namun diantara mereka juga banyak yang mengambil ilmu pengetahuan dari Institut Mosintuwu yang didapatkan dari cerita teman-teman, saudara ataupun orang-orang di sekitar mereka mengenai budaya damai. Tidak hanya mengetahui banyak hal tentang apa saja yang dilakukan Institut Mosintuwu melalui teman dan perangkat desa, ternyata ada juga yang mengetahui Institut Mosintuwu melalui organisasi lain maupun Internet. Banyak mendapatkan ilmu dari hasil mereka membaca semua tentang Institut Mosintuwu dan hal ini memotivasi masyarakat untuk berkreasi dan menghasilkan.

21

Hasil wawancara dengan ibu Putu Elmiatika sebagai salah satu alumni Sekolah Perempuan, tanggal 26 Juli 2016

(10)

Ibu Martince yang juga merupakan alumni Sekolah Perempuan memberikan tanggapannya mengenai apa yang dia alami pasca mengenal Institut Mosintuwu dan ikut dalam Sekolah Perempuan. “Kalau dulu saya tidak dipandang di desa, tapi sekarang saya akui saya juga sudah punya posisi tawar. Saat ini saya pun sudah berani beragumentasi dengan orang lain karena pengetahuan yang saya dapatkan dari Institut Mosintuwu”, cerita ibu Martince.22

Politik

Melalui Institut Mosintuwu juga, masyarakat lebih banyak mengetahui tentang kepemerintahan dalam desa dan juga menjadikan perempuan diakui serta terlibat dalam pemerintahan desa tersebut.Perempuan punya hak untuk berpolitik.

Di lingkup pemerintahan desa sendiri, secara khusus di 3 kecamatan sebagai objek penelitian penulis, beragam-ragam dampak yang dialami dengan adanya Institut Mosintuwu.Di beberapa desa di 3 kecamatan ini, program-program Institut Mosintuwu sangat membantu pemerintah.Ada yang berpendapat bahwa ketika perempuan-perempuan mengikuti Sekolah Perempuan, output yang didapatkan adalah bahwa pemerintah desa sangat tertolong dalam upaya pembangunan desa melalui keterlibatan perempuan.Banyak yang menyadari bahwa ternyata perempuan mempunyai ide-ide baik untuk desa yang lebih baik.Selain itu, dengan adanya Institut Mosintuwu juga, sangat membantu pemerintah desa dalam pengenalan tentang Undang-Undang desa.23Para perempuan yang merupakan alumni Sekolah Perempuan dan awalnya hanya sebagai seorang tani, seorang ibu rumah tangga, namun sekarang sangat dibutuhkan dalam pengambilan-pengambilan keputusan di desa.“Dengan adanya Instutut Mosintuwu ini, kita diberikan pemahaman untuk tidak

22

Hasil Wawancara dengan Ibu Martince selaku Koordinator Pengorganisasian di Institut

Mosintuwu sekaligus alumni Sekolah Perempuan, pada tanggal 24 Juli 2016

23

Data dari responden melalui kuisioner

terprovokasi dengan isu-isu yang ada yang akan membuat perpecahan. Lalu, saya tidak terlalu aktif dengan kegiatan-kegiatan desa, tapi semenjak ikut Sekolah Perempuan, saya terlibat aktif, malahan biasanya kalau saya tidak hadir dalam kegiatan atau pertemuan desa, saya pasti dicari. Ini menandakan bahwa kita sudah diperhitungkan dalam desa.Dan ini merupakan dampak yang saya rasakan dengan adanya Institut Mosintuwu melalui Sekolah Perempuannya”, kata ibu Yanti Udin sebagai salah satu alumni Sekolah Perempuan.24

Para anggota sekolah perempuan memulai aktivitas desa membangun dengan pertama-tama membentuk tim pembaharu desa. Tim pembaharu desa ini terdiri dari lima fokus kerja yang disesuaikan dengan pemetaan kebutuhan masyarakat di desa. Yaitu, tim rumah perlindungan perempuan dan anak, tim usaha desa, tim anak kreatif, tim pendamping desa dan tim reportase dari desa. Tim yang difasilitasi pengorganisasiannya oleh Institut Mosintuwu ini diharapkan mewarnai pembangunan desa, bahkan pembangunan di Kabupaten Poso.Beberapa anggota sekolah perempuan sekarang aktif menjadi pengurus organisasi di desa, bahkan menduduki posisi strategis pengambil keputusan di dalam desa.Kesadaran bahwa perempuan punya posisi yang setara untuk berpartisipasi dalam pembangunan mendorong mereka untuk tidak lagi tinggal diam tapi berinisiatif aktif dalam desa.25Hal ini juga merupakan kebanggaan tersendiri bagi beberapa pemerintah desa karena mereka merasa tertolong untuk memikir desa ke arah yang lebih baik.

Namun berbeda dengan Pemerintah Desa di salah satu tempat penelitian penulis di kecamatan Pamona Puselemba.Menurut ibu Putu Elmiatika, justru di desanya sendiri dampak adanya Institut Mosintuwu ini tidak mempengaruhi pemerintahan desa. Contohnya karena sampai saat ini, struktur pemerintahan

24Hasil wawancara dengan ibu Yanti Udin sebagai salah satu alumni Sekolah Perempuan, tanggal 27 Juli 2016

25

http://perempuanposo.com/2016/06/23/desa-membangun-bersama-perempuan-poso/, tanggal 9 Agustus 2016 (pukul 22.33 WITA)

(11)

di desa tersebut masih dipegang oleh hampir semua keluarga bapak kepala desa.26Ini berarti ada ketimpangan yang terjadi di desa tersebut.Namun, upaya-upaya para perempuan dibantu masyarakat lainnya terus dilaksanakan untuk memperbaiki keadaan ini.Sehingga ke depannya desa ini tidak tertinggal.

Beberapa dampak adanya Institut Mosintuwu baik dalam hal sosial, ekonomi maupun politik, sangat beragam-ragam.Tetapi, kurang lebih 90%, Institut Mosintuwu memberikan dampak positif pada masyarakat yang ada di Kabupaten Poso. Ketika ada beberapa tempat yang justru dengan adanya bantuan pengetahuan dari Institut Mosintuwu tidak direspon dengan baik, tapi penulis sangat optimis bahwa ini hanya merupakan tahap dari belum merespon ke arah akan merespon, bukan berarti “tidak merespon sama sekali”. Pemerintah desa maupun masyarakat lainnya hanya perlu pemahaman yang lebih lagi mengenai misi Institut Mosintuwu.Ketika ada desa yang belum merespon dengan baik, itu menunjukkan bahwa ada oknum-oknum pemerintah desa maupun masyarakat yang belum memahami secara benar mengenai hal membangun desa.Pemikiran-pemikiran yang masih sangat dangkal.Dan hal inilah yang seharusnya menjadi poin penting Institut Mosintuwu untuk lebih antusias membuat program-program lain yang bisa menyentuh dan memberi pemahaman yang baik kepada pemerintah desa maupun masyarakat desa yang seperti ini walaupun tidak semua masyarakat menolak.

Dampak yang dialami masyarakat dengan adanya Institut Mosintuwu melalui beberapa temuan penulis saat melakukan penelitian lapangan ini bisa menjadi tolak ukur penilaian apakah Institut Mosintuwu ini berhasil membangun budaya perdamaian dengan melihat ouput yang ada, atau justru belum berhasil.Tapi dalam karya Ilmiah ini, penulis menekankan lagi bahwa Institut

26

Hasil wawancara dengan ibu Putu Elmiatika sebagai salah satu alumni Sekolah Perempuan

Mosintuwu sangat berhasil dengan setiap program-program mereka.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data penulis tentang peran Institut Mosintuwu dalam membangun budaya perdamaian melalui kaum perempuan di Kabupaten Poso, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

1. Terdapat beberapa strategi yang dilakukan Institut Mosintuwu dalam membangun budaya perdamaian melalui kaum perempuan, diantaranya :

- Sekolah Perempuan

Sekolah Perempuan sangat berperan penting dalam hal pendidikan.Pendidikan yang diberikan di Sekolah Perempuan mampu membuat warga Poso pada umumnya dan secara khusus kaum perempuan dapat menjadi agen perdamaian sekaligus mampu menghilangkan trauma-trauma masa lalu saat konflik dan pasca konflik. Sekolah Perempuan mampu mendoktrin kaum perempuan untuk tidak lagi takut atau curiga dengan teman-teman yang berkeyakinan lain. Karena pada dasarnya, semua warga Poso dari latar belakang agama apapun sangat mendambakan kedamaian.

- Project Sophia

Merupakan perpustakaan keliling untuk memfasilitasi ruang bertemu, bermain dan berekspresi bagi anak-anak di wilayah pasca konflik Poso melalui buku. Dari Project Sophia ini anak-anak diajarkan untuk mencintai perdamaian sejak usia dini dan anak-anak diarahkan untuk peduli terhadap lingkungan disekitarnya serta diberi ruang untuk mengekspresikan hal-hal positif. Kaum Perempuan dalam hal ini ibu-ibu sangat berperan penting dalam program ini dengan hal sederhana memberikan semangat kepada anak-anak untuk menyukai baca buku juga membantu Institut Mosintuwu dalam mengarahkan anak-anak.

(12)

- Perempuan Pembaharu Desa Merupakan ruang bagi kelompok perempuan antar desa untuk mempersiapkan diri, melatih dan membangun solidaritas dalam rangka keterlibatan aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan desa.

- Lingkar Diskusi dan Aksi

Adalah ruang analisa atas persoalan dan perkembangan, dinamika ekonomi, sosial dan budaya, dan politik lokal dan nasional yang diikuti dengan aksi bersama sebagai bentuk ekspresi kelompok perempuan dan anak.

- Rumah Perlindungan Perempuan dan Anak Merupakan ruang advokasi, litigasi dan non-litigasi atas kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, sekaligus kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan anak. Rumah Perlindungan Perempuan dan Anak ini juga selalu mengawal proses hukum dalam kasus kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak.

- Radio Komunitas

Sebagai media untuk mengingatkan dan mempengaruhi opini masyarakat serta menghubungkan masyarakat dengan program-program yang di kerjakan oleh Institut Mosintuwu.

- Koran Perempuan Poso

Sebagai media kampanye visi misi Institut Mosintuwu dalam setiap program-programnya.

- Dodoha Mosintuwu

Sebagai ruang bekerja dan berbagi.Dan ini bersifat umum.

- Eko Wisata

Memperkenalkan kekayaan alam yang ada di Kabupaten Poso. Melalui program ini, Kabupaten Poso mampu bersaing dalam hal wisata dengan daerah-daerah lain dan melalui program ini tempat-tempat wisata yang ada di Kabupaten Poso banyak dikunjungi oleh tamu-tamu dari daerah lain baik itu skala Nasional maupun Internasional

- Usaha Desa

Memanfaatkan kekayaan sumber daya alam desa dan sumber daya manusia dalam

menciptakan lapangan pekerjaan.Program ini sangat membantu perekonomian warga. Karena program ini selalu mengajarkan dan mensosialisasikan kepada para perempuan tentang cara mengolah sumber daya alam yang ada di desa sehingga memiliki nilai jual. 2.Ada tiga dampak yang dialami masyarakat

dan penulis kategorikan menjadi :

- Sosial

Perempuan menjadi saling menghargai satu sama lain

Bertoleransi terhadap suku dan agama lain Menjadi saling percaya dan tidak ada rasa

curiga antara satu dengan yang lainnya Terjalin kembali persaudaraan yang sempat

hilang akibat konflik Poso

Saling menghormati antar umat beragama Termotivasi untuk mengembangkan desa Terjadi saling ketergantungan antar umat

beragama

- Ekonomi

Adanya produksi melalui bahan-bahan yang ada di desa, dibantu dengan pengetahuan-pengetahuan sehingga menjadikan desa produktif sekaligus memberikan ruang pekerjaan bagi masyarakat.

- Politik

Melalui Institut Mosintuwu, masyarakat lebih banyak mengetahui tentang kepemerintahan dalam desa dan juga menjadikan perempuan diakui serta terlibat dalam pemerintahan desa tersebut. Karena perempuan punya hak untuk berpolitik.

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka penulis merekomendasikan berupa saran-saran sebagai berikut :

1. Masyarakat

Masyarakat diharapkan mampu lebih aktif lagi terlibat dalam organisasi-organisasi positif seperti Institut Mosintuwu ini. Mengingat bahwa sangat banyak yang akan di dapatkan ketika kita terlibat aktif dan belajar dalam sebuah organisasi. Budaya perdamaian yang diajarkan oleh Institut Mosintuwu sangat

(13)

membantu masyarakat dalam mengubah pola pikir negatif menjadi pemikiran-pemikiran yang positif.

2. Pemerintah

Pemerintah akan banyak terbantu dengan orangisasi-organisasi seperti Institut Mosintuwu ini. Oleh karena itu kiranya Pemerintah Desa, Kecamatan maupun Kabupaten mampu memberikan ruang yang cukup kepada Institut Mosintuwu dalam setiap misinya terlebih ketika akan membantu pemerintah untuk menciptakan masyarakat-masyarakat yang kritis dan terlibat aktif dalam pembangunan-pembangunan di Desa, Kecamatan maupun Kabupaten.

3. Institut Mosintuwu

Program-program yang diciptakan oleh Institut Mosintuwu memberikan output yang baik dalam masyarakat di Kabupaten Poso. Oleh sebab itu penulis sangat menginginkan program-program baru yang akan lahir dari Institut Mosintuwu sebagai suatu misi untuk Kabupaten Poso yang lebih baik, mengingat misi membangun budaya perdamaian melalui kaum perempuan sangat berhasil dicapai oleh Institut Mosintuwu, maka perlu ke naik ke level yang lebih tinggi dan bersifat lebih luas untuk pembangunan Kabupaten Poso.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah waktu pengumpulan data yang singkat, sehingga dalam penjelasan mengenai strategi Institut Mosintuwu dalam membangun budaya perdamaian melalui kaum perempuan di Kabupaten Poso hanya terfokus dan lebih banyak menjelaskan tentang Sekolah Perempuan.Oleh sebab itu, kiranya penelitian selanjutnya disarakan agar lebih banyak menjelaskan tentang strategi lainnya baik yang dilakukan oleh perempuan maupun anak-anak.

DAFTAR PUSTAKA Internet :

Lihat hasil penelitian Hamdan Basyar (Ed.), Konflik Poso: Pemetaan dan Pencarian

Pola-pola Alternatif Penyelesaiannya (Jakarta : P2P LIPI, 2003), diakses tanggal 11 Januari 2016 (pukul 19.15 WITA)

http://www.rahima.or.id/index.php?option=co m_content&view=article&id=1090:perempuan -adalah-aktor-perdamaian-dan-pemelihara-

kehidupan&catid=33:opini-suara-rahima&Itemid=305, diakses 18 Januari 2016 (pukul 23.15) http://amanindonesia.org/discourse/2010/12/01 /gerakan-perdamaian-perempuan%5Bask%5D.html, 11 juni 2016 pukul 16.53 http://amanindonesia.org/discourse/2010/12/01 /gerakan-perdamaian-perempuan%5Bask%5D.html, 11 juni 2016 pukul 16.53 http://m.news.viva.co.id/news/read/615289- lian-gogali--perempuan-agen-perdamaian-poso/1, diakses tanggal 14 Januari 2016 (pukul 20.50 WITA)

http://perempuanposo.com/tentang-kami/, diakses tanggal 19 Juli 2016 (pukul 20.08 WITA)

www.perempuanposo.com, diakses tanggal 3 Agustus 2016 (pukul 20.09 WITA)

http://sophialibrary.blogspot.co.id/p/our-journey.html, diakses tanggal 13 Agustus 2016 (pukul 22.17 WITA)

1

http://perempuanposo.com/2016/06/23/desa-membangun-bersama-perempuan-poso/, tanggal 9 Agustus 2016 (pukul 22.33 WITA Buku :

John Galtung dalam Hugh Miall, et al. Resolusi Damai Konflik Kontemporer: menyelesaikan, mecegah, mengelola dan mengubah konflik bersumber politik, sosial, agama dan ras, Rajawali Press, Jakarta, 2002, hal.65-68.

(14)

Hasil Wawancara :

Hasil Wawancara dengan Ibu Martince selaku Koordinator Pengorganisasian di Institut Mosintuwu, pada tanggal 24 Juli 2016

Hasil Wawancara dengan Ibu Yanti Udin Selaku Alumni Sekolah Perempuan angkatan 1 dan sekaligus yang mengalami konflik, pada tanggal 27 Juli 2016

Hasil wawancara dengan Ibu Evi selaku Koordinator Rumah Perlindungan Perempuan dan Anak (RPPA) di Institut Mosintuwu, pada tanggal 26 Juli 2016

Hasil wawancara dengan Ibu Niaselaku mantanKoordinator Perempuan Poso di Institut Mosintuwu, pada tanggal 28 Juli 2016 Hasil wawancara dengan ibu Putu Elmiatika sebagai salah satu alumni Sekolah Perempuan, tanggal 26 Juli 2016

Referensi

Dokumen terkait

kontemporer – misalnya- membagi katagori zakat kedalam sembilan katagori; zakat binatang ternak, zakat emas dan perak yang juga meliputi uang, zakat kekayaan

Pengujian data training (recall) untuk verifikasi dilakukan dengan membandingkan setiap 6 skor milik suara ke-n dengan 6 skor yang telah melewati normal distribusi dari 19

Izin Usaha Mikro dan Kecil yang selanjutnya disingkat IUMK adalah3. Tanda legalitas seorang atau Pelaku

Dalam studi kasus ini akan dilakukan analisis terhadap jumlah mahasiswa yang melakukan undur diri, drop out (DO) dilihat dari beberapa atribut atau variabel yang terkait, yaitu

Mahasiswa akan mempelajari banyak hal mengenai cara kerja pikiran dan otak, mengingat psikologi kognitif merupakan ilmu mengenai proses berpikir manusia yang memiliki

Jenis kritik yang dipilih oleh mahasiswa dibagi dalam tiga kategori, yaitu: (1) jenis kritik pada carpon µFHUSHQ¶ \DQJ GLEXDW ROHK PDKDVLVZD secara individual berdasarkan

[r]

Jika dikaitkan dengan Model Pembelajaran Project Based Learning, Ayat di atas menjelaskan bahwa, Proses belajar mengajar dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk