• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

7

LANDASAN TEORI

2.1 Analisa Kondisi Ekonomi

Adanya krisis hutang dan fiskal di Amerika dan beberapa negara di Eropa yang dapat menyebabkan terjadinya default pada Yunani pada tahun 2011 lalu membuat ketidakpastian dipasar keuangan yang diikuti menurunnya kinerja perekonomian global, termasuk Indonesia. Berbagai upaya dilakukan negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa untuk mengembalikan keyakinan investor untuk berinvestasi namun hal ini tidak berdampak banyak karena investor pesimis bahwa krisis tersebut akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pulih.

Pada tahun 2011 tercatat tingkat inflasi 3,79% dimana tahun sebelumnya 6,96%, BI rate 6% dimana tahun sebelumnya 6,5%, cadangan devisa 110.123 juta US dollar, dan IHSG ditutup sebesar Rp.3821,99 pada akhir tahun 2011, naik 3,17% dari awal tahun 2011. Selain itu pada akhir tahun tersebut terjadi kenaikan peringkat sovereign Indonesia untuk foreign currency long-term senior debt menjadi investment grade (dari sebelumnya BB+ menjadi BBB- dengan outlook stable menurut Fitch Rating). Hal tersebut membuktikan kondisi perekonomian di Indonesia termasuk baik dan stabil ditengah keadaan perekonomian global sedang memburuk, dan investor masih tertarik untuk berinvestasi di Indonesia.

(2)

Pada kuartal pertama 2012 ini, pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebesar 6,3% dan ini masih kurang memuaskan pemerintah karena pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5% pada kuartal tersebut, meskipun demikian pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi akan naik pada kuartal berikutnya. Tingkat inflasi sampai dengan April sebesar 4,5%, BI rate 5,75% (turun 0,25% sejak bulan Februari). Tantangan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bersumber pada kondisi perekonomian global, meskipun perekonomian Amerika Serikat mulai menunjukkan adanya perbaikan, namun pemulihan ekonomi dikawasan Eropa masih belum menunjukkan perbaikan yang berarti.

2.2 Investasi

Banyak kegiatan yang dilakukan masyarakat untuk memperoleh uang ataupun keuntungan. Bahkan terkadang uang yang telah didapatkan tersebut digunakan kembali untuk menghasilkan keuntungan kembali, hal ini yang biasa disebut investasi.

Menurut Brown & Reilly (2009), definisi investasi adalah komitmen saat ini terhadap uang untuk memperoleh pembayaran di masa yang akan datang sebagai kompensasi terhadap investor atas waktu penempatan dana tersebut, tingkat inflasi, dan juga ketidakpastian dari pembayaran di masa yang akan datang.

Investasi dapat dilakukan diberbagai macam hal dan dapat dilakukan oleh individu maupun perusahaan, dimana yang menjadi intinya adalah investasi dilakukan dengan

(3)

harapan uang atau sumber daya bisa menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang.

Alasan orang melakukan investasi adalah sebagai berikut: 1. Produktivitas seseorang yang terus mengalami penurunan.

2. Tidak menentunya lingkungan perekonomian sehingga memungkinkan suatu saat penghasilan jauh lebih kecil dari pengeluaran.

3. Kebutuhan-kebutuhan yang cenderung mengalami peningkatan. (Viklund Andreas, 2009)

Ada banyak produk investasi yang dapat dipilih oleh investor dalam menanamkan modalnya yang tersedia di pasar, antara lain:

a. Tabungan di bank. Dengan menyimpan uang di tabungan, maka akan mendapatkan suku bunga tertentu yang besarnya mengikuti kebijakan bank bersangkutan. Produk tabungan biasanya memperbolehkan kita mengambil uang kapanpun yang kita inginkan.

b. Deposito di bank. Produk deposito hampir sama dengan produk tabungan. Bedanya, dalam deposito tidak dapat mengambil uang kapanpun yang diinginkan, kecuali apabila uang tersebut sudah menginap di bank selama jangka waktu tertentu (tersedia pilihan antara satu, tiga, enam, dua belas, sampai dua puluh empat bulan, tetapi ada juga yang harian). Suku bunga deposito biasanya lebih tinggi daripada suku bunga tabungan. Selama deposito kita belum jatuh tempo, uang tersebut tidak akan terpengaruh pada naik turunnya suku bunga di bank.

(4)

c. Saham. Saham adalah kepemilikan atas sebuah perusahaan tersebut. Dengan membeli saham, berarti membeli sebagian perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tersebut mengalami keuntungan, maka pemegang saham biasanya akan mendapatkan sebagian keuntungan yang disebut deviden. Saham juga bisa dijual kepada pihak lain, baik dengan harga yang lebih tinggi yang selisih harganya disebut capital gain maupun lebih rendah daripada kita membelinya yang selisih harganya disebut capital loss. Jadi, keuntungan yang bisa didapat dari saham ada dua yaitu deviden dan capital gain.

d. Properti. Investasi dalam properti berarti investasi dalam bentuk tanah atau rumah. Keuntungan yang bisa didapat dari properti ada dua yaitu :

Menyewakan properti tersebut ke pihak lain sehingga mendapatkan uang sewa.

Menjual properti tersebut dengan harga yang lebih tinggi.

e. Barang-barang koleksi. Contoh barang-barang koleksi adalah perangko, lukisan, barang antik, dan lain-lain. Keuntungan yang didapat dari berinvestasi pada barang-barang koleksi adalah dengan menjual koleksi tersebut kepada pihak lain.

f. Emas. Emas adalah barang berharga yang paling diterima di seluruh dunia setelah mata uang asing dari negara-negara G-7 (sebutan bagi tujuh negara yang memiliki perekonomian yang kuat, yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Inggris, Italia, Kanada, dan Perancis). Harga emas akan mengikuti kenaikan nilai mata uang dari negara-negara G-7. Semakin tinggi kenaikan nilai mata

(5)

uang asing tersebut, semakin tinggi pula harga emas. Selain itu harga emas biasanya juga berbanding searah dengan inflasi. Semakin tinggi inflasi, biasanya akan semakin tinggi pula kenaikan harga emas. Seringkali kenaikan harga emas melampaui kenaikan inflasi itu sendiri.

g. Mata uang asing. Segala macam mata uang asing biasanya dapat dijadikan alat investasi. Investasi dalam mata uang asing lebih berisiko dibandingkan dengan investasi dalam saham, karena nilai mata uang asing di Indonesia menganut sistem mengambang bebas (free float) yaitu benar-benar tergantung pada permintaan dan penawaran di pasaran. Di Indonesia mengambang bebas membuat nilai mata uang rupiah sangat fluktuatif.

h. Obligasi. Obligasi atau sertifikat obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan, baik untuk menambah modal perusahaan atau membiayai suatu proyek pemerintah. Karena sifatnya yang hampir sama dengan deposito, maka agar lebih menarik investor suku bunga obligasi biasanya sedikit lebih tinggi dibanding suku bunga deposito. Selain itu seperti saham kepemilikan obligasi dapat juga dijual kepada pihak lain baik dengan harga yang lebih tinggi maupun lebih rendah daripada ketika membelinya. (Viklund Andreas, 2009)

Jenis investasi yang akan dipilih oleh investor tergantung pada tipe dari investor tersebut, tipe-tipe investor berdasarkan risiko yang dihadapinya adalah sebagai berikut:

(6)

1. Defensive. Investor dengan tipe defensive berusaha untuk mendapatkan keuntungan dan menghindari risiko sekecil apapun dari investasi yang dilakukan. Investor tipe ini tidak mempunyai keyakinan yang cukup dalam hal spekulasi, dan lebih memilih untuk menunggu saat-saat yang tepat dalam berinvestasi agar investasi yang dilakukan terbebas dari risiko.

2. Conservative. Investor dengan tipe conservative biasanya berinvestasi untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga dan dengan rentang waktu investasi yang cukup panjang, misalnya untuk pendidikan perguruan tinggi anak atau biaya hidup di hari tua. Investor tipe ini memiliki kecenderungan menanam investasi dengan keuntungan yang layak saja dan tidak memiliki risiko besar, karena filosofi investasi mereka untuk menghindari risiko. Walaupun investor conservative sering berinvestasi, investor ini umumnya mengalokasikan sedikit waktu untuk menganalisa dan mempelajari portofolio investasinya.

3. Balanced. Investor dengan tipe balanced merupakan tipe investor yang menginginkan risiko menengah. Investor tipe ini selalu mencari proporsi yang seimbang antara risiko yang dimungkinkan terjadi dengan pendapatan yang dapat diraih. Tipikal investor ini bahwa mereka akan selalu berhati-hati dalam memilih jenis investasi, dan hanya investasi yang proporsional antara risiko dan penghasilan yang bisa diperoleh yang akan dipilih.

4. Moderately Aggressive. Moderately aggressive merupakan tipe investor yang tenang atau tidak ekstrim dalam menghadapi risiko. Investor ini

(7)

cenderung memikirkan kemungkinan terjadinya risiko dan kemungkinan bisa mendapatkan keuntungan. Dalam hal ini, investor dengan tipe moderately aggressive selalu tenang dalam mengambil keputusan investasi karena keputusan yang ditetapkan sudah dipikirkan sebelumnya.

5. Aggressive. Investor aggressive, atau biasa disebut ”pemain”, adalah kebalikan dari investor conservative. Mereka sangat teliti dalam menganalisa portofolio yang dimiliki. Semakin banyak angka-angka dan fakta yang bisa dianalisa adalah semakin baik. Investor tipe ini umumnya berinvestasi dengan rentang waktu relatif pendek karena mengharapkan adanya keuntungan yang besar dalam waktu singkat. Walaupun tidak berharap untuk merugi, namun setiap investor aggressive menyadari bahwa kerugian adalah bagian dari permainan. (Viklund Andreas, 2009)

Pada keadaan perekonomian yang tidak menentu seperti sekarang ini, banyak negara yang membuat kebijakan untuk mendorong investasi, baik domestik ataupun modal asing. Hal ini harus dilakukan oleh pemerintah karena dengan adanya kegiatan investasi akan mendorong kegiatan perekonomian menjadi lebih baik, adanya penyerapan tenaga kerja, peningkatan produk yang dihasilkan sehingga konsumsi akan naik yang berarti pendapatan perkapita akan ikut naik.

Investment Time frame adalah jangka waktu investasi yang diinginkan oleh investor atau masa holding instrumen investasi sebelum dicairkan. Investment Time frame ini bisa berawal dari satuan detik untuk para trader hingga tahun untuk para investor. Pada kenyataannya tidak ada investment time frame yang bisa dinilai

(8)

“benar” karena investment time frame ini dibuat berdasarkan tujuan dari investor tersebut.

Investment Time frame dapat terbagi menjadi 3, yaitu: (Financial Industry Regulatory Authority, 2012)

Short Term:

Masa holding instrumen investasi dalam time frame ini paling lama 3 tahun. Dikarenakan pendeknya jangka waktu investasi, maka biasanya investor juga enggan mengahadapi risiko yang terlalu tinggi, oleh karena itu biasanya short-term investor cenderung memilih instrumen investasi yang tidak terlalu aggresif, kecuali untuk mereka yang melakukan trading.

Mid-Term:

Masa holding instrumen investasi dalam time frame ini berkisar antara 3 sampai dengan 10 tahun. Investor yang memutuskan untuk berinvestasi dalam jangka mid-term time frame biasanya dipicu oleh keinginannya untuk membeli sesuatu (dengan tujuan menabung). Waktu untuk time frame ini cukup panjang sehingga biasanya mid-term investor lebih berani untuk menghadapi risiko yang sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan yang short-term investor, meskipun demikian investor yang memiliki mid-term time frame biasanya menggabungkan jenis-jenis instrumen investasinya, yang mempunyai risiko tinggi dan juga yang risikonya kecil.

Long-Term:

(9)

tahun. Pada umumnya long-term investor adalah orang yang menabung untuk keperluan di masa yang akan datang (untuk keperluan sekolah anak, untuk dana pensiun, dsb). Oleh karena holding periodnya yang lama, maka Investor lebih berani untuk menghadapi risiko, oleh sebab itu jenis instrumen investasi yang biasanya dipilih adalah yang high risk high return instrument, namun untuk menjaga kestabilan risikonya, long-term investor juga biasanya tetap menyisihkan sebagian kecil dari investasinya ke dalam instrumen yang tidak terlalu ber-risiko.

2.3 Portofolio

Untuk mendiversifikasi risiko pada suatu investasi, maka yang perlu dilakukan oleh investor adalah membuat portofolio. Portofolio yang dibentuk harus dengan perhitungan yang matang agar tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan jenis investasi yang dapat mengakibatkan kerugian.

Mengacu pada pendapat Brown et.al (2009), definisi portofolio adalah sekelompok investasi, yang secara ideal memberikan pola return yang berbeda dari waktu ke waktu.

Jadi portofolio adalah kumpulan dari beberapa investasi terhadap aset yang dimiliki oleh kelompok atau individu, yang komposisinya didasarkan pada kepentingan yang diinginkan atau dicari oleh pemiliknya, dimana aset ini memiliki pola yang berbeda sehingga dapat meminimalisir risiko yang terdapat pada aset dan dapat memaksimalkan keuntungannya.

(10)

Menurut Markowitz (1952), portofolio yang optimal dapat dicapai dengan menggunakan efficient frontier, yaitu sebuah sebuah konsep dalam pemilihan portofolio yang menawarkan return lebih tinggi bersamaan dengan risk yang lebih rendah. Portofolio yang terdiri dari efficient frontier cenderung memiliki tingkat diversifikasi lebih tinggi dibandingkan dengan portofolio lainnya.

Sedangkan menurut Elton. J. E., Gruber. J. M., Brown. J. S., Goetzmann. N. W (2011), optimal portofolio bisa berada dalam 2 kondisi,yaitu :

1. Sebuah portofolio yang memberikan return lebih tinggi dengan tingkat risk yang sama.

2. Sebuah portofolio yang memberikan return yang sama dengan tingkat risk yang lebih rendah.

Berikut adalah langkah-langkah untuk menentukan saham yang termasuk dalam portofolio yang optimal

1. Menghitung “excess return to Beta” dari masing-masing saham yang menjadi bahan pertimbangan, lalu urutkan dari yang tertinggi ke yang terendah.

2. Portofolio yang optimal terdiri dari investasi di saham yang (Ri – Rf)/ßi lebih besar dibandingkan dengan cutoff point C*. (Elton. et.al, 2011)

Maka dapat disimpulkan dalam penentuan saham yang optimal dapat menggunakan metode single index model yang akan dibahas pada sub bab berikutnya.

(11)

2.4 Saham

Menurut pendapat Sunariyah (2011), definisi dari saham adalah seberapa besar hak dan tanggung jawab para pesero diwujudkan dalam jumlah rupiah yang dinyatakan dalam lembar saham. Dengan demikian jumlah lembar saham (sero) yang dikuasai seorang pemodal, menggambarkan suatu bentuk pemilikan pada suatu perusahaan publik yang berbadan hukum PT.

Saham dapat diartikan suatu satuan nilai uang menunjukkan bagian dari kepemilikan sebuah perusahaan. Dengan adanya penjualan saham secara publik (Initial Public Offering) merupakan salah satu solusi untuk mendapatkan dana jangka panjang perusahaan.

Saham merupakan salah satu jenis investasi tentu memiliki keuntungan dan kerugian, keuntungan dan kerugian dari saham secara umum adalah

KEUNTUNGAN KERUGIAN

1. Dividen, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. 2. Capital gain, yaitu keuntungan

yang didapatkan dari transaksi perdagangan saham berupa selisih dari harga jual dan harga beli saham di pasar sekunder.

1. Tidak mendapatkan dividen, hal ini dapat disebabkan perusahaan sedang mengalami kerugian, ataupun perusahaan akan menggunakan laba dari hasil usaha untuk menambah modal kerja.

2. Capital loss, yaitu kerugian yang didapatkan dari transaksi

(12)

perdagangan saham berupa selisih dari harga jual dan harga beli saham di pasar sekunder, dimana harga beli lebih tinggi daripada harga jualnya. Hal ini biasanya dilakukan investor untuk mengurangi kerugian yang lebih besar.

2.5 Tingkat Keuntungan (Return)

Tingkat keuntungan atau return adalah suatu imbal balik yang diterima oleh investor pada investasi yang telah dilakukannya, dan imbal balik yang diinginkan oleh investor adalah imbal balik yang menguntungkan.

Return dari investasi saham dilihat dari sisi investor biasanya berupa selisih dari harga beli dan harga jualnya (capital gain) dan dividen. Dan dalam hal ini investor harus sangat kritis dalam menilai saham yang akan dibelinya untuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan.

Return adalah pendapatan yang diterima atas investasi ditambah dengan perubahan yang terjadi atas market price , biasanya dinyatakan dalam persentase dari nilai market price pada awal investasi. (Van Horne & Wachowicz, 1992)

Jadi dapat disimpulkan bahwa return adalah hasil yang diperoleh investor selama masa investasinya. Return ini dihitung berdasarkan jumlah dari perubahan harga

(13)

sekuritas dan pendapatan lainnya yang terima selama “holding period” dibagi dengan harga sekuritas pada saat pertama kali dibeli.

Menurut Jogiyanto (1998), return saham dibedakan menjadi dua yaitu realized return dan expected return. Realized return adalah return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Expected return adalah return yang diharapkan di masa mendatang dan bersifat tidak pasti.

Dalam portofolio, return yang diharapkan (expected return) menurut Elton. et.al (2011) adalah rata-rata dari tingkat keuntungan dari masing masing saham, dan menggabungkannya.

2.6 Tingkat Risiko (Risk)

Risiko adalah suatu ketidakpastian dari sesuatu yang akan dan telah dilakukan. Maka dalam hal ini risiko suatu investasi yang akan dilakukan oleh investor adalah ketidakpastian dalam mendapatkan keuntungan dari investasi yang dipilihnya.

Risk menurut Brown et.al (2009) adalah ketidakpastian bahwa suatu investasi akan mendapatkan tingkat keuntungan yang diharapkan.

Seperti yang sudah diketahui bahwa risiko tidak bisa dihindari dari suatu investasi maka yang dilakukan oleh investor adalah melakukan diversifikasi investasi dengan pembentukan portofolio untuk meminimalisir risiko yang akan dihadapi nantinya.

Menurut Brown et.al (2009), terdapat 5 sumber risk dari suatu investasi. 5 sumber risk tersebut adalah

(14)

1. Risiko bisnis, yaitu ketidakpastian atas arus pendapatan yang diakibatkan semata-mata oleh bisnis perusahaan.

2. Risiko finansial, yaitu ketidakpastian yang diakibatkan oleh metode pendanaan investasi perusahaan.

3. Risiko likuiditas, yaitu ketidakpastian yang diakibatkan oleh secondary market untuk investasi.

4. Risiko pertukaran mata uang asing, yaitu ketidakpastian return kepada investor dimana sekuritas/saham yang dimiliki investor mata uangnya berbeda dengan mata uang negara investor tersebut.

5. Risiko negara, biasanya juga dikenal sebagai risiko politik, yaitu ketidakpastian return yang disebabkan oleh kemungkinan dari perubahan besar dalam politik atau lingkungan ekonomi dari suatu negara.

Dalam portfolio, terdapat 2 risiko investasi yaitu unsystematic risk dan systematic risk. Menurut Corado, J. C., Jordan, B. D. (2005) systematick risk adalah risiko yang mempengaruhi sejumlah besar dari aset, yang juga dikenal sebagai risiko pasar. Dan unsystematic risk adalah risiko yang hanya mempengaruhi sebuah perusahaan atau sekelompok kecil dari perusahaan. Jadi dapat disimpulkan systematic risk adalah risiko yang memiliki pengaruh secara luas atau menyeluruh pada suatu pasar yang dapat mempengaruhi suatu aset dipasar tersebut. Contoh dari systematic risk adalah tingkat inflasi dari suatu negara, jika inflasi naik maka harga-harga barang akan naik dan hal ini akan dirasakan oleh seluruh industri dinegara tersebut. Sedangkan unsystematic risk adalah risiko yang memiliki dampak kecil yang hanya

(15)

mempengaruhi salah satu perusahaan atau kelompok kecil dari perusahaan. Contoh dari unsystematic risk adalah kenaikan harga tembakau akan mempengaruhi perusahaan rokok.

Unsystematic risk dapat dikurangi dengan diversifikasi invetasi melalui portfolio, sedangkan untuk systematic risk sulit untuk diminimalkan karena pengaruhnya sangat luas. Jadi return dari portfolio yang dibentuk dipengaruhi oleh systematic risk.

2.7 Indeks Harga Saham

Menurut Antolis, T., Dossugi S., (2008) indeks harga saham dapat diartikan sebagai suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham.

Seiring dengan meningkatnya perekonomian di Indonesia maka aktivitas perdagangan dibursa-pun semakin meningkat, maka kebutuhan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai perkembangan bursa juga akan semakin meningkat. Salah satu informasi yang dibutuhkan tersebut adalah indeks harga saham yang merupakan cerminan dari pergerakan harga saham.

Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham yang dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam berinvestasi di pasar modal. 11 indeks tersebut adalah sebagai berikut:

1. Indeks Harga Saham Gabungan

Indeks Harga Saham Gabungan atau lebih dikenal dengan IHSG menggunakan semua emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan

(16)

indeks. Indeks ini merupakan indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa.

2. Indeks Sektoral

Indeks ini merupakan sub indeks dari IHSG. Indeks ini menggunakan semua emiten yang ada pada masing-masing sektor sebagai perhitungan indeks. Indeks sektoral ini mempunyai 9 sektor yaitu pertanian, pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, industri barang konsumsi, properti dan real estate, transportasi dan infrastruktur, keuangan, dan yang terakhir sektor perdagangan, jasa dan invesasi.

3. Indeks LQ45

Indeks ini menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan lainnya sebagai komponen perhitungan indeks.

Setiap 3 bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham, kemudian penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus.

4. Jakarta Islamic Index

Jakarta Islamic Index atau lebih sering disingkat dengan JII menggunakan 30 emiten yang dipilih sesuai dengan syariah Islam dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi sebagai komponen perhitungan indeks.

(17)

JII direview setiap 6 bulan yaitu setiap Januari dan Juli atau berdasarkan periode yang ditetapkan oleh Bapepam-LK yaitu pada saat diterbitkannya Daftar Efek Syariah.

5. Indeks Kompas100

Indeks ini merupakan hasil kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan koran harian Kompas. Indeks ini menggunakan 100 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar sebagai komponen perhitungan indeks.

Penggantian dan evaluasi saham pada indeks ini dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu bulan Februari dan Agustus.

6. Indeks BISNIS-27

Indeks ini merupakan hasil kerja sama Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia. Sebagai komponen perhitungan indeks digunakan 27 emiten yang dipilih berdasarkan kinerja emiten dengan kriteria seleksi secara fundamental, historikal data transaksi dan akuntabilitas.

Review dan penggantian saham yang termasuk pada indeks ini dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu pada bulan Mei dan November.

7. Indeks PEFINDO25

Indeks ini merupakan hasil kerja sama Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO. Sebagai komponen perhitungan indeks digunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu.

(18)

Review dan penggantian saham yang termasuk dalam indeks ini dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu awal bulan Februari dan Agustus.

8. Indeks SRI-KEHATI

Indeks SRI-KEHATI merupakan hasil kerja sama Bursa Efek Indonesia degan Yayasan KEHATI. SRI merupakan kependekan dari Sustainable and Responsible Investment. Indeks terdiri dari emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha-usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosial dan tata kelola perusahaan yang baik. Sebagai komponen perhitungan indeks digunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu.

Review dan pergantian saham yang termasuk dalam indeks ini dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu awal bulan Mei dan November.

9. Indeks Papan Utama

Indeks ini menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama sebagai komponen perhitungan indeks.

Papan utama ditujukan untuk emiten yang mempunyai ukuran besar dan track record yang baik.

10. Indeks Papan Pengembangan

Indeks ini menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan pengembangan sebagai komponen perhitungan indeks.

(19)

Papan pengembangan ditujukan pada perusahaan yang mempunyai prospektif bagus namun belum menghasilkan keuntungan dan merupakan sarana bagi perusahaan yang sedang dalam penyehatan.

11. Indeks Individual

Indeks ini merupakan indeks harga saham masing-masing emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Seperti di mayoritas bursa-bursa dunia, indeks yang ada di BEI dihitung dengan menggunakan metodologi rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah saham tercatat (nilai pasar) atau Market value Weighted Average Index. Formula dasar perhitungan indeks adalah: (Buku Panduan Indeks 2010, Indonesia Stock Exchange)

2.8

Single Index Model

Menurut Elton. et.al (2011), single index model adalah teknik yang paling banyak digunakan yang mengasumsikan bahwa pergerakan antar saham karena suatu pengaruh yang umum atau pengaruh indeks.

Single Index Model adalah sebuah model yang menjelaskan hubungan antara pergerakan dari suatu indeks terhadap return suatu saham. Untuk mudahnya, single index model mengasumsikan bahwa hanya ada 1 faktor dari makro ekonomi yang mempengaruhi systematic risk yang bersangkutan dengan return dari semua saham, dan faktor ini bisa digambarkan oleh return dari pasar atau IHSG untuk Indonesia.

(20)

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya untuk menentukan saham yang termasuk dalam portofolio yang optimal, langkah pertama adalah menghitung excess return to beta dari masing-masing saham. Berdasarkan Elton. et.al (2011), rumus dari excess return over beta adalah sebagai berikut

_

Ri - RF Excess return over beta =

βi

Dimana: _

Ri = the expected return on stock i

RF = the return on a riskless asset atau risk free

βi = the expected change in the rate of return on stock i associated with a 1% change in the market return

Excess Return over Beta digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian (return) dari saham yang tidak termasuk kedalam riskless asset (RF) dibandingkan dengan sensivitas return saham terhadap return market (β).

Setelah mendapatkan excess return to beta dari masing-masing saham, maka dilakukan pengurutan rangking/peringkat dari nilai terbesar hingga nilai terkecil.

Setelah rangking/peringkat saham dilakukan berdasarkan excess return to beta, maka langkah selanjutnya adalah menentukan nilai C, dimana rumus menentukan C menurut Elton. et.al (2011) adalah

(21)

Dimana: _

Ri = the expected return on stock i

RF = the return on a riskless asset atau risk free

βi = the expected change in the rate of return on stock i associated with a 1% change in the market return

σ

²m = the variance in the market index

σ

²ej = the variance of a stock’s movement that is not associated with the movement of market index. This is usually referred to as a stock’s unsystematic risk. (p.184)

Ci atau C* adalah nilai yang disertakan oleh saham lain yang tidak memberikan kontribusi terhadap return dengan risiko yang melekat dengan saham tersebut.

Setelah mendapatkan nilai C dari masing-masing saham, langkah selanjutnya adalah menentukan nilai cutoff rate (C*), yaitu nilai C yang tertinggi. Cutoff rate (C*) merupakan batasan dimana saham tersebut dinilai layak atau tidak untuk disertakan kedalam pembentukan portofolio saham, hal ini berarti penentuan nilai C* bertujuan untuk memilih saham-saham yang mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan saham lainnya yang berada dalam suatu populasi saham. Setelah posisi C* diketahui, langkah selanjutnya adalah mengambil saham yang

(22)

posisinya berada diatas C*, termasuk saham yang menjadi C* (short sales not allowed). Short Selling disini berarti suatu cara yang digunakan dalam penjualan saham yang dimana investor/trader menjual saham yang belum dimiliki (dipinjam terlebih dahulu) pada saat harga saham tersebut tinggi, dan kemudian akan membeli serta mengembalikan pinjaman saham tersebut pada saat harga saham sedang turun.

Saham yang telah dipilih tersebut adalah saham yang termasuk dalam portofolio yang terbentuk. Langkah selanjutnya adalah menentukan alokasi investasi pada masing-masing saham yang terlah terpilih dengan rumus

Zi Xi =

Σ

Zi

Nilai dari Xi = 1, yang berati alokasi pada masing-masing saham yang telah terpilih tersebut harus berjumlah 1 atau 100%. Dimana untuk mencari nilai Z menurut Elton. et.al (2011) dapat menggunakan rumus berikut ini

Dimana: _

Ri = the expected return on stock i

RF = the return on a riskless asset atau risk free

βi = the expected change in the rate of return on stock i associated with a 1% change in the market return

(23)

σ

²ej = the variance of a stock’s movement that is not associated with the movement of market index. This is usually referred to as a stock’s unsystematic risk.

Z adalah hasil perkalian antara volatilitas dari suatu saham terhadap unsystematic risk dari saham tersebut dengan pengembalian dari saham yang tidak termasuk kedalam riskless asset terhadap volatilitas sahamnya dikurangi nilai dari cutoff rate.

Perhitungan nilai Z ini dilakukan untuk mendapatkan suatu nilai sebagai tolok ukur dalam menentukan alokasi investasi dari suatu saham.

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian acara dilanjutkan dengan pembacaan naskah deklarasi oleh Ketua IFKA Senpai Monang Tambunan yang diteruskan dengan penanda tanganan naskah deklarasi oleh Ketua

Rasa empati akan mendorong kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Sebelum kita membangun

Dari hasil diatas, maka dapat disimpulkan belajar passing sepakbola dengan penerapan possession game sudah terlaksana dengan baik, ini dibuktikan pada tabel 5 ada

Konservasi, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral sebagai salah satu instansi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan konservasi bahan galian, dan sesuai dengan

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari

Melalui kegiatan pembelajaran peserta didik mengembangkan sikap mengamalkan ajaran agama, jujur, disiplin, tanggungjawab, toleransi dengan model pembelajaran Discovery

Penulis sadar bahwa terselesaikannya tugas akhir dalam bentuk skripsi sebagai syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) program studi Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu

Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayah-Nya, tesis yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMALSUAN SURAT KUASA YANG DIBUAT NOTARIS