• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 7, Juni Tim Penyusun:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 7, Juni Tim Penyusun:"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

                      Diterbitkan Oleh:

Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Jl. Budi Utomo No. 6 Jakarta Pusat Telepon (021)3449230 Pesawat 5500, 384068

Faksimili (021) 3864776

Selain  tersedia  dalam  bentuk  cetakan,  Panduan  Teknis  ini  juga  dapat  diakses  melalui  www.perbendaharaan.go.id.  Kritik  dan  saran  bagi  perbaikan kualitas publikasi sangat kami harapkan. 

(3)

Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat

Edisi 7, Juni 2010

Tim Penyusun:

Penanggung Jawab  :   Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan  Redaktur    :   Bilmar Parhusip  Penyunting/Editor  :   Eli Tamba            Sahat M.T. Panggabean            Syaiful            Hamim Mustofa            Tio Novita Efriani            Silvy Daniarti  Redaktur Pelaksana  :   Mega Meilistya            Basuki Rachmad            Budi Hartadi            Purwo Widiarto  Sekretariat    :   Houlwan               Legiman            Raspan            N. Ikah            Asrarul Anwar            Samuji            Evasari Br bangun    Redaksi menerima tulisan/artikel dan pertanyaan  yang berhubungan dengan akuntansi dan pelaporan 

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena perkenanNYA-lah, Panduan Teknis (Pantek) Edisi ke 7 ini dapat diselesaikan. Panduan Teknis kali ini menyajikan berbagai isu teknis yang relevan dengan dinamika akuntansi dan pelaporan saat ini, yang juga dipandang perlu untuk dapat dipahami oleh semua pelaku keuangan negara.

Reformasi manajemen keuangan negara, khususnya dalam bidang akuntansi dan pelaporan perlu terus dikawal dengan komunikasi yang kuat antar para pelaku keuangan negara. Pantek ini adalah salah satu media komunikasi yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja institusi pemerintahan. Dengan Pantek ini, yang direncanakan akan disebarkan secara luas, pemahaman Kementerian Negara/Lembaga atau pemerintah daerah dalam melakukan tugas sehari-hari semakin meningkat. Di samping itu, dengan Pantek sebagai panduan bagi para pelaku keuangan negara, penyelesaian tugas sehari-hari terkait dengan akuntansi dan pelaporan dapat tercapai lebih mudah dan kualitas hasil pelaksanaan tugas itu sendiri semakin lebih baik.

Penerbitan Pantek secara periodik adalah salah satu program Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan untuk menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah bagi para implementer reformasi di seluruh Indonesia baik di tingkat pusat maupun daerah. Karakteristik geografis Indonesia yang menjadikan tersebarnya para pelaku keuangan negara di seluruh nusantara, menjadikan program diseminasi yang dilakukan melalui suatu bentuk buku panduan semakin signifikan dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari diseminasi program tersebut.

Sebagai lanjutan dari edisi sebelumnya, edisi kali ini mengakomodasi perkembangan dari perubahan masif yang terus dilakukan sebagai bagian dari reformasi manajemen keuangan negara. Edisi ke-7 ini antara lain menyajikan panduan teknis mengenai prosedur akuntansi untuk satuan

(5)

kerja likuidasi, Prosedur persediaan pada UAKPB dan ilustrasi buku persediaan, perlakuan akuntansi terhadap aset tetap renovasi, pengertian rehabilitasi, renovasi dan restorasi dalam kapitalisasi aset tetap, serta klinik akuntansi pemerintah pusat.

Besar harapan kami, agar Panduan Teknis ini dapat bermanfaat dan menjadi alat stimulasi ide dan opini bagi pengembangan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah. Untuk itu, kontribusi yang konstruktif akan selalu kami respon dalam rangka perbaikan kualitas materi dan penyajian dari Panduan Teknis ini dan juga untuk meraih tujuan yang lebih konkrit yakni terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik.

Redaksi

(6)

DAFTAR ISI

I. PROSEDUR AKUNTANSI UNTUK SATUAN KERJA LIKUIDASI - Mega Meilistya, Dit.APK DJPBN... 1 II. PROSEDUR PERSEDIAAN PADA UAKPB DAN ILUSTRASI BUKU PERSEDIAAN -

Redaktur Pelaksana Panduan Teknis... 8 III. PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET TETAP RENOVASI - Silvy Daniarti,

Dit.APK DJPBN... 14 IV. PENGERTIAN REHABILITASI, RENOVASI DAN RESTORASI DALAM

KAPITALISASI ASET TETAP - Syaiful, Dit. APK DJPBN... 42 V. KLINIK AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT... 47

(7)

PROSEDUR AKUNTANSI

UNTUK SATUAN KERJA LIKUIDASI

eberapa satuan kerja pada lingkup pemerintah pusat mengalami perubahan signifikan atas bentuk organisasinya, yaitu proses likuidasi dan proses merger. Hingga saat ini, belum ada regulasi pemerintah yang khusus mengatur perlakuan akuntansi akan hal ini. Untuk mengisi kekosongan regulasi ini, diperlukan kebijakan akuntansi untuk satuan kerja yang mengalami likuidasi ataupun merger, khususnya perlakuan terhadap aset tetap yang dimilikinya. Tulisan ini mencoba untuk mengusulkan prosedur akuntansi untuk satuan kerja pada suatu instansi pemerintah tertentu yang mengalami proses likuidasi.

Definisi/Pengertian

Apabila kita mengacu kepada istilah akuntansi, likuidasi adalah proses penutupan suatu entitas (bisnis) baik disebabkan ke-pailitan ataupun hal-hal lainnya. Selanjutnya, apabila mengacu pada sektor komersil, prosedur yang harus dilakukan pada saat suatu entitas (bisnis) mengalami likuidasi adalah: melaksanakan (1) prosedur realisasi dan (2) prosedur pembayaran. Prosedur realisasi antara lain melakukan penagihan piutang, menjual persediaan, menjual aset tetap, dan menjual aset lainnya.

Proses selanjutnya adalah pro-sedur pembayaran yang dapat dilakukan secara bertahap atau dapat juga dilakukan sekaligus. Pembayaran bertahap dilakukan pada saat uang kas tersedia dari hasil (proses) realisasi, sedangkan pembayaran sekaligus dilakukan pada saat prosedur realisasi sudah dilakukan sepenuhnya. Dalam hal melaksanakan pro-sedur pembayaran, maka terlebih dahulu dilakukan pembayaran kepada pihak ketiga (hutang). Selanjutnya kelebihan dari hasil prosedur realisasi (umumnya

(8)

lam bentuk kas) dibayarkan ke-pada pemiliknya.

Beberapa contoh proses likuidasi yang terjadi pada satuan kerja di pemerintah pusat adalah sebagai berikut:

1. Suatu satuan kerja ditetapkan untuk tidak lagi beroperasi disebabkan fungsi/tujuan/misi satuan kerja dimaksud telah selesai. Contoh pada kasus ini adalah dihentikannya operasi kegiatan dari satuan kerja Dekonsentrasi/Tugas Pemban-tuan.

2. Suatu satuan kerja tertentu dialihkan menjadi satuan kerja lain yang baru karena fung-si/misi satuan kerja tersebut telah berubah. Contoh pro-forma untuk kasus ini adalah satuan kerja A menjadi satuan kerja B.

3. Suatu satuan kerja tertentu digabung dengan satuan kerja lainnya. Contoh untuk kasus ini adalah pada saat KPP-PBB digabung dengan KPP.

Tulisan ini hanya akan membahas posedur akuntansi untuk satuan kerja-satuan kerja pada suatu KL tertentu yang mengalami pe-rubahan struktur organisasi ka-rena likuidasi. Sementara akun-tansi likuidasi untuk tingkat KL, seperti yang dialami pada Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh dan Nias tidak diulas pada tulisan ini.

Prosedur Akuntansi

Pengelolaan keuangan merintah dimulai dari proses pe-nganggaran, pelaksanaan anggar-an, dan pertanggungjawaban anggaran. Pada saat satuan kerja ditetapkan untuk dilikuidasi, tentunya proses penganggaran akan berhenti dengan sendirinya. Selanjutnya satuan kerja tersebut akan memproses dan mela-porkan dalam Laporan Realisasi Anggaran sampai dengan tran-saksi keuangan terakhir, baik transaksi pendapatan dan belanja yang dikelola oleh satuan kerja tersebut. Satuan kerja juga menjelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) bahwa

(9)

transaksi-transaksi keuangan ter-sebut merupakan transaksi ang-garan/keuangan terakhir sebelum satuan kerja dilikuidasi.

Sementara itu, aset-aset dari satuan kerja yang dilikuidasi sebagaimana dilaporkan pada Neraca periode pelaporan ter-akhir harus dikembalikan kepada negara karena prosedur pen-jualan aset sebagaimana pada proses likuidasi entitas bisnis tidak diperkenankan pada entitas pemerintahan. Untuk keperluan pelaporan akuntansi atas proses likuidasi satuan kerja pemerintah, aset digolongkan menjadi dua jenis, yaitu kas dan non kas. Prosedur untuk kas (seperti uang persediaan) dari satuan kerja di-likuidasi adalah menyetor semua sisa kas dimaksud kepada Kuasa

Bendahara Umum Negara

(BUN). Sedangkan aset non kas, seperti persediaan, aset tetap, dan aset lainnya diserahkan kepada Satker Kantor Pusat Pembantu Pengguna Barang Eselon I untuk selanjutnya dilaporkan kepada Pengguna

Barang. Apabila aset non kas tersebut tidak akan digunakan lagi oleh KL yang bersangkutan selaku Pengguna Barang, maka sesuai dengan PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, aset dimaksud dikembalikan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) selaku Pengelola Barang Milik Negara untuk ditetapkan status penggunaannya.

Proses likuidasi suatu satuan kerja sebaiknya dilaksanakan oleh suatu Panitia Likuidasi yang ditunjuk secara formal. Tugas Panitia Likuidasi antara lain menyusun Laporan Keuangan Pe-nutup yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Neraca.

Pada saat satker dilikuidasi, Kuasa Pengguna Anggaran/Barang (KPA/B) melakukan serah terima Laporan Keuangan terakhir beserta aset (kas dan non kas) kepada Panitia Likuidasi. Panitia Likuidasi selanjutnya melakukan

(10)

penyetoran kas kepada Kuasa Bendahara Umum Negara dan penyerahan persediaan, aset tetap, dan aset lainnya kepada Satker Kantor Pusat Pembantu Pengguna Barang Eselon I untuk selanjutnya dilaporkan kepada Pengguna Barang. Proses likuidasi yang diterapkan pada sektor komersil tidak dapat diterapkan pada pemerintahan karena yang

dibubarkan/dilikuidasi adalah satu bagian/entitas saja dari pemerintahan, sedangkan peme-rintahan tetap berlanjut.

Apabila kas yang disetorkan kepada Kuasa Bendahara Umum Negara berbentuk:

1. uang persediaan, maka jurnal penyesuaian yang perlu dibuat adalah:

Debet: Uang Muka dari KUN xxx

Kredit: Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

2. Pendapatan yang masih ada pada Bendahara Penerimaan,

maka jurnal penyesuaian yang perlu dibuat adalah:

Debet: Pendapatan yang Ditangguhkan xxx

Kredit: Kas di Bendahara Penerimaan xxx

3. Kas Lainnya seperti adanya Bunga dan Jasa Giro Re-kening Bendahara Pengelua-ran yang belum disetor ke Kas Negara, pungutan pajak yang belum disetor ke kas negara, pendapatan hibah langsung berupa uang yang ditampung

di rekening Bendahara Penge-luaran, dan Pengembalian Belanja yang belum disetor-kan ke kas negara sampai saat Satker bersangkutan dilikui-dasi, maka jurnal penyesuaian yang perlu dibuat adalah:

Debet: Pendapatan yang Ditangguhkan xxx

(11)

Dengan demikian, setelah jurnal di atas diproses pada aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran, akun-akun yang terkait Kas di Neraca satuan kerja dilikuidasi akan menunjukkan saldo 0 (nihil).

Sedangkan prosedur untuk aset non kas adalah sebagai berikut:

1. Panitia likuidasi melakukan verifikasi fisik atas aset non kas, yaitu persediaan, aset tetap, dan aset lainnya. Jumlah kuantitas dan kondisi kualitas dari aset non kas tersebut harus sama dengan yang ada pada laporan Barang Milik Negara (BMN) satuan kerja dilikuidasi.

2. Panitia Likuidasi melak-sanakan serah terima seluruh aset non kas kepada Satker Kantor Pusat Pembantu Pengguna Barang Eselon 1 yang membawahi satuan kerja dilikuidasi. Serah terima didasari dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) antara satuan kerja dilikuidasi

dengan Satker Kantor Pusat Pembantu Pengguna Barang Eselon 1.

3. Panitia Likuidasi mencatat penyerahan persediaan pada aplikasi persediaan sebagai transaksi persediaan keluar khususnya transfer keluar. Dengan demikian Laporan Persediaan akan mempunyai nilai kuantitas dan nilai nominal 0 (nihil). Kemudian data persediaan ini dikirim ke aplikasi SIMAK BMN.

4. Untuk aset tetap dan aset lainnya yang diserahkan, Panitia Likuidasi mencatatnya pada aplikasi SIMAK BMN sebagai transaksi BMN berupa penghapusan BMN khususnya transfer keluar. Sehingga

Laporan BMN akan

mempunyai nilai kuantitas dan nilai nominal 0 (nihil). Selanjutnya data SIMAK

BMN, termasuk data

persediaan di dalamnya, dikirim ke aplikasi Sistem

(12)

Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA).

5. Setelah data SIMAK BMN diterima pada aplikasi SAKPA, saldo-saldo terkait akun non kas di Neraca satuan kerja dilikuidasi akan mempunyai saldo 0 (nihil).

6. Satuan kerja dilikuidasi juga harus menjelaskan nilai nihil akibat proses likuidasi ini pada CaLKnya.

7. Selain melakukan pelaporan atas aset non kas, Panitia Likuidasi juga melaporkan aset non kas tersebut kepada DJKN/KPKNL selaku pengelo-la BMN.

8. Panitia Likuidasi menyusun Laporan Keuangan Penutup yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan CaLK.

Selanjutnya, bila satuan kerja masih mempunyai jenis aset lain di luar aset kas dan aset non kas, seperti adanya saldo Tuntutan Ganti Rugi (TGR) pada Neraca, maka saldo piutang ini juga harus diserahkan kepada Satker Kantor Pusat Pembantu Pengguna Barang Eselon 1 yang mem-bawahi satuan kerja di-likuidasi. Penyerahan saldo piu-tang ini dicatat melalui jurnal Neraca pada aplikasi SAKPA sebagai berikut:

Debet: Cadangan Piutang xxx

Kredit: Piutang xxx

Jurnal di atas merupakan ayat jurnal balik dari jurnal (saldo awal) piutang.

Jurnal-jurnal penyesuaian di atas dibuat untuk menihilkan saldo-saldo pada Neraca. sehingga Neraca menggambarkan satuan

kerja dilikuidasi tidak lagi memiliki aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

Referensi :

1. PP Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

(13)

2. Beams, Floyd A., Anthony, Joseph H., Clement, Robin P. 2008, Advanced Accounting, Prentice Hall. (Mega Meilistya - Dit. APK - DJPBN)

(14)

PROSEDUR PERSEDIAAN PADA UAKPB

DAN ILUSTRASI BUKU PERSEDIAAN

alah satu temuan pada hasil pemeriksaan BPK terhadap LKKL adalah pencatatan persediaan pada KL yang masih belum mengikuti regulasi/standar yang berlaku, di samping belum dilaksanakannya inventarisasi persediaan. Terkait dengan pencatatan persediaan ini, Kementerian Keuangan selaku instansi yang berwenang untuk menetapkan sistem akuntansi telah menerbitkan Peraturan Dirjen Perbendaharaan (Perdirjen) Nomor PER-40/PB/2006 tentang Pedoman Akuntansi Persediaan. Selain itu Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) telah mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan untuk menjadi pedoman bagi KL dalam pencatatan persediaan ini.

Pengertian Persediaan

PSAP Nomor 05 menyebutkan bahwa persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksud-kan untuk dijual dan/atau di-serahkan dalam rangka pelayan-an kepada masyarakat. Selpelayan-an- Selan-jutnya, PSAP Nomor 5 dan Perdirjen Nomor PER-40/PB/ 2006 menjelaskan cakupan persediaan yang meliputi:

a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan ope-rasional pemerintah;

b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi;

c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;

d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan; dan

(15)

e. Barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.

Akuntansi Persediaan

Sesuai dengan PSAP 05, persedia-an diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah tangan. Khusus untuk persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola pada aset kontruksi dalam pengerjaan, tidak termasuk sebagai persediaan.

Selanjutnya pengukuran persedia-an menggunakpersedia-an:

a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lain-nya yang secara langsung dapat dibebankan pada

per-olehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi bi-aya perolehan. Nilai pem-belian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh. Ba-rang persediaan yang me-miliki nilai nominal yang dimaksudkan untuk dijual, seperti pita cukai, dinilai dengan biaya perolehan terakhir.

b. Biaya standar apabila di-peroleh dengan memproduksi sendiri.

Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya overhead tetap dan variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi persediaan.

c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.

Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan melakukan

(16)

tran-saksi wajar. Persediaan hewan dan tanaman yang dikem-bangbiakkan serta persediaan yang diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/ rampasan dinilai dengan menggunakan nilai wajar. Pencatatan Persediaan

Lampiran Perdirjen Nomor PER-40/PB/2006 pada Bab III tentang Akuntansi Persediaan menyebut-kan bahwa UAKPB dapat meng-gunakan dua pendekatan dalam mencatat persediaannya. Apabila UAKPB telah mempergunakan aplikasi persediaan untuk men-catat setiap penambahan dan pengurangan nilai persediaannya, maka aplikasi persediaan akan secara otomatis membuat jurnal penyesuaian persediaan. Se-hingga UAKPB hanya perlu mengirim file data jurnal pe-nyesuaian persediaan ini kepada UAKPA setiap semester.

Sementara apabila pencatatan persediaan belum dilakukan me-lalui aplikasi persediaan, maka jurnal penyesuaian persediaan harus dibuat oleh UAKPA pada

SAI tingkat Satuan Kerja melalui menu penyesuaian pada setiap akhir semester. Jurnal pe-nyesuaian persediaan disiapkan UAKPA berdasarkan Laporan Persediaaan dan Laporan Hasil Mapping yang diterima dari UAKPB. Nilai rupiah yang dicantumkan dalam jurnal adalah nilai rupiah persediaan hasil mapping. Setelah jurnal tersebut direkam melalui Aplikasi SAK, maka nilai persediaan akan muncul pada Neraca Satuan Kerja bersangkutan. Selanjutnya Satuan Kerja menyajikan hasil

mapping pada CaLK, dan

Laporan Keuangan yang telah siap (termasuk CaLK) dikirim kepada unit akuntansi keuangan level atasnya.

Namun demikian, UAKPB sangat

disarankan untuk dapat

memproses persediaan yang dimilikinya melalui aplikasi persediaan. Hal ini disebabkan nilai persediaan juga harus ada pada aplikasi SIMAK BMN yang tidak akan dimungkinkan apabila

(17)

kita memproses persediaan melalui cara manual.

Ilustrasi

Pada tanggal 5 Januari 2009, Satuan Kerja XXX melakukan pembelian persediaan alat tulis kantor (ATK) berupa kertas A4 sebanyak 100 rim. Harga beli

pada saat itu adalah Rp25.000 per rim. Saldo awal persediaan kertas A4 per 1 Januari 2009 pada Instansi tersebut adalah 50 rim. Berikut adalah daftar transaksi yang berhubungan dengan persediaan kertas A4 Satker XXX selama tahun 2009:

No. Tanggal Keterangan Unit (rim) Harga PerolehanPer Unit (Rp) 1. 1 Januari 2009 Saldo awal 50 25.000 2 5 Januari 2009 Pembelian/masuk 100 25.000 3 10 Januari 2009 Penggunaan/keluar 90 4 1 Februari 2009 Pembelian/masuk 140 26.000 5 15 Februari 2009 Penggunaan/keluar 130 6 3 Maret 2009 Pembelian/masuk 180 27.000 7 20 Maret 2009 Penggunaan/keluar 170 8 5 April 2009 Pembelian/masuk 70 27.500 9 17 April 2009 Penggunaan/keluar 85 10 4 Mei 2009 Pembelian/masuk 135 26.500 11 21 Mei 2009 Penggunaan/keluar 140 12 1 Agustus 2009 Pembelian/masuk 190 27.000 13 3 September 2009 Penggunaan/keluar 150 14 1 Oktober 2009 Pembelian/masuk 100 28.000 15 25 Oktober 2009 Penggunaan/keluar 190

(18)

Atas transaksi persediaan (kertas A4) sebagaimana tersebut di atas,

Buku Persediaan pada UAKPB adalah sebagai berikut:

UAPB : Departemen YYY

UAPPB-E1 : Eselon 1 WWW Nomor kartu : 01101001001 UAPPB-W : Jakarta Halaman : 1

BUKU PERSEDIAAN

Kode sub-sub kelompok :

-UAKPB : XXX Jenis Barang : Kertas A4 (ATK) KODE UAKPB : 123456 Satuan : Rim

No. Tanggal Uraian Masuk Harga

Beli Keluar JumlahSaldoNilai Paraf 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 Jan 2009 Saldo awal 50 1.250.000 2 5 Jan 2009 Pembelian 100 25.000 0 150 3.750.000 3 10 Jan2009 90 60 1.500.000 4 1 Feb 2009 Pembelian 140 26.000 200 5.140.000 5 15 Feb 2009 130 70 1.820.000 6 3 Mar 2009 Pembelian 180 27.000 250 6.680.000 7 20 Mar 2009 170 80 2.160.000 8 5 Apr 2009 Pembelian 70 27.500 150 4.085.000 9 17 Apr 2009 85 65 1.787.500 10 4 Mei 2009 Pembelian 135 26.500 200 5.365.000 11 21 Mei 2009 140 60 1.590.000 12 1 Ags 2009 Pembelian 190 27.000 250 6.720.000 13 3 Sept 2009 150 100 2.700.000 14 1 Okt 2009 Pembelian 100 28.000 200 5.500.000 15 25 Okt 2009 190 10 280.000 16 31 Des 2009 Saldo akhir 10 280.000

(19)

Nilai saldo akhir kertas A4 pada tanggal 31 Desember 2009 sebesar 10 rim dengan total nilai Rp280.000 harus dicross chek dengan melakukan inventarisasi persediaan yang selain meneliti kuantitas barang persediaan sebagaimana dilaporkan pada kartu persediaan, juga menilai kualitas setiap item persediaan yang ada di gudang. Dalam hal ditemukan perbedaan, maka buku persediaan disesuaikan dengan hasil inventarisasi tersebut.

Selanjutnya UAKPB juga harus menyiapkan Laporan Persediaan dan Laporan Hasil Mapping untuk dikirim kepada UAPPB-W dan seterusnya.

Laporan Persediaan dan Hasil Mapping ini juga dikirim kepada UAKPA melalui data file GL untuk menjadi dasar jurnal persediaan di Neraca.

(Redaktur Pelaksana Panduan Teknis)

(20)

PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP

ASET TETAP RENOVASI

ada saat Satuan Kerja (satker) melakukan rekonsiliasi internal antara Realisasi Belanja Modal dengan Nilai Aset Tetap yang diperoleh dan ditemukan perbedaan yang signifikan, hal tersebut disebabkan adanya beberapa hal seperti:

a. Belum dicatatnya Aset Tetap yang diperoleh di dalam Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN);

b. Sudah dicatat di dalam SIMAK-BMN tetapi terdapat kurang catat atas unsur Biaya Perolehan Aset Tetap;

c. Adanya renovasi yang meng-akibatkan peningkatan man-faat dan nilai teknis atas Aset Tetap yang bukan miliknya. Permasalahannya adalah bagai-mana perlakuan akuntansi atas renovasi yang mengakibatkan peningkatan manfaat dan nilai teknis atas Aset Tetap yang bukan miliknya.

Pengertian

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor: 120/PMK.06/

2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara lampiran VII tentang Kebijakan Penata-usahaan Barang Milik Negara memberikan pengertian Renovasi dan Restorasi adalah mening-katkan kualitas dan/atau kapa-sitas Aset Tetap.

Sedangkan dalam Keputusan

Menteri Keuangan (KMK)

Nomor: 01/KM.12/2001 tentang Pedoman Kapitalisasi Barang Milik/Kekayaan Negara Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah mengatakan bahwa definisi Renovasi adalah perbaikan Aset Tetap yang rusak atau mengganti yang baik dengan maksud meningkatkan kualitas atau kapasitas.

Dengan mengacu kepada 2 (dua) peraturan tersebut, dapat ditarik

(21)

kesimpulan bahwa Renovasi adalah perbaikan aset tetap yang rusak atau mengganti yang baik dengan maksud meningkatkan manfaat, kualitas, kapasitas, dan/ umur ekonomis suatu aset tetap. Perlakuan Akuntansi Atas Aset Tetap Renovasi

Sesuai PMK Nomor: 120/

PMK.06/2007, KMK Nomor: 01/KM.12/2001, dan mengacu Buletin Teknis (bultek) Nomor: 04 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) tentang Penyajian Dan Pengungkapan Belanja Pemerintah, renovasi yang mengakibatkan peningkatan manfaat dan nilai teknis atas Aset Tetap yang bukan miliknya dikapitalisasikan sebagai Aset Tetap Renovasi.

Berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas, Aset Tetap Renovasi diklasifikasikan sebagai Aset Tetap Lainnya, yaitu Aset Tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam ke-lompok Aset Tetap berupa

tanah/peralatan dan mesin/ gedung dan bangunan/jalan, iri-gasi, jaringan/konstruksi dalam pengerjaan, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional Pemerintah. Oleh karenanya perlakuan akuntansi atas Aset Tetap Renovasi mengacu kepada perlakuan akun-tansi Aset Tetap Lainnya, seba-gaimana diatur di dalam Per-aturan Pemerintah (PP) Nomor: 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Pengakuan, Pengukuran, dan Pengungkapan

Selain berwujud, Aset Tetap Renovasi pun memiliki beberapa kriteria yaitu:

a. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

b. Biaya perolehan Aset Tetap Renovasi dapat diukur secara andal;

c. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;

(22)

d. Diperoleh atau dibangun

dengan maksud untuk

digunakan; dan

e. Mempunyai Nilai Minimum Kapitalisasi Aset Tetap, yaitu:

Pengeluaran untuk per satuan Peralatan Dan Mesin yang sama dengan

atau lebih dari Rp

300.000,- (tiga ratus ribu rupiah); dan

Pengeluaran untuk

Gedung Dan Bangunan yang sama dengan atau lebih dari Rp 10.000.000,-(sepuluh juta rupiah). Apabila biaya renovasi suatu Aset Tetap memenuhi kriteria di atas, maka pengeluaran atas belanja tersebut diklasifikasikan sebagai Belanja Modal.

Biaya perolehan Aset Tetap Renovasi menggambarkan selu-ruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai. Biaya perolehan Aset Tetap Renovasi yang diperoleh melalui kontrak meliputi penge-luaran nilai kontrak, biaya

perencanaan dan pengawasan, serta biaya perizinan. Biaya perolehan Aset Tetap Renovasi yang diadakan melalui swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya peren-canaan dan pengawasan, biaya perizinan, dan jasa konsultan. Aset Tetap Renovasi disajikan sebagai Aset Tetap Lainnya sebesar nilai moneter di dalam Neraca. Selain itu, di dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) diungkapkan pula:

a. Dasar penilaian yang diguna-kan untuk menentudiguna-kan nilai; b. Rekonsiliasi jumlah tercatat

pada awal dan akhir periode yang menunjukkan Penam-bahan dan Penghapusan; c. Kebijakan akuntansi untuk

kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset Tetap Lainnya. Pendekatan BMN

PMK Nomor: 120/PMK.06/2007 menyatakan bahwa Barang Milik Negara (BMN) adalah semua

(23)

barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, meliputi:

a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenisnya;

b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan perjan-jian/kontrak;

c. barang yang diperoleh ber-dasarkan ketentuan undang-undang; atau

d. barang yang diperoleh berdasarkan putusan peng-adilan yang telah mem-peroleh kekuatan hukum tetap.

Setiap satker selaku Kuasa Peng-guna Barang (KPB) melaksanakan penatausaha BMN meliputi ke-giatan pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan BMN.

Penyusunan Laporan BMN (La-poran Barang Kuasa Pengguna) dilaksanakan setiap semesteran dan tahunan. Laporan BMN (La-poran Barang Kuasa Pengguna)

menyajikan posisi dan nilai BMN pada awal, akhir, serta mutasi-nya.

Perlakuan akuntansi atas BMN dikategorikan sebagai Aset Lan-car, Aset Tetap, dan Aset La-innya. Kategori BMN mengacu kepada penyajian BMN di dalam Neraca pada Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).

Aset Tetap Renovasi akan terus tersajikan sebagai Aset Tetap Lainnya dalam LKKL dan LKPP dari tahun ke tahun sampai dengan dilakukan penghentian atau pelepasan Aset Tetap Renovasi tersebut.

Pencatatan Aset Tetap Renovasi PMK Nomor: 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat menyatakan bahwa setiap Kementerian Negara/Lembaga wajib menyelenggarakan Sistem Akuntansi Indonesia (SAI) untuk menghasilkan laporan keuangan. SAI terdiri dari Sistem Akuntansi

(24)

Keuangan (SAK) dan Sistem Ma-najemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). Pencatatan Aset Tetap Renovasi dilakukan melalui Aplikasi SAI yang terdiri dari Aplikasi SAK dan Aplikasi SIMAK-BMN. Sesuai unit organisasinya, pencatatan Aset Tetap Renovasi dilakukan di level satker yaitu Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) dengan menggunakan Aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (SAKPB).

Secara umum ada 3 (tiga) transaksi yang mempengaruhi pengakuan Aset Tetap, yaitu: Perolehan, Perubahan, dan Peng-hapusan. Pencatatan atas tran-saksi Aset Tetap dilakukan me-lalui Aplikasi SAKPB dan datanya akan dikirim ke Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPB) untuk digabungkan dengan menggunakan Aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA) sehingga bisa disusun Neraca.

Dalam pencatatan Aset Tetap Renovasi, perlu dilakukan pene-laahan terlebih dahulu karena Aset Tetap Renovasi tidak me-miliki ukuran kuantitas (mea-surement unit) yang jelas dan pengukuran yang ada hanya dalam ukuran nilai satuan uang (monetary measurement) berupa nilai perolehan. Begitu pula pe-nelaahan terhadap jenis belanja yang digunakan untuk mem-biayai renovasi atas Aset Tetap tersebut dan status kepemilikan Aset Tetap yang direnovasi. Jenis Belanja

Secara umum, apabila renovasi suatu Aset Tetap telah meng-akibatkan peningkatan manfaat dan nilai teknis Aset Tetap ter-sebut, maka pengeluaran belan-janya diklasifikasikan sebagai Belanja Modal.

Menurut Bultek Nomor: 04 KSAP, penelaahan atas jenis belanja yang digunakan untuk membiayai renovasi atas Aset Tetap perlu dikaji dari teori

(25)

akuntansi kapitalisasi Aset Tetap Renovasi, sebagai berikut:

Apabila renovasi atas Aset Tetap meningkatkan manfaat ekonomik Aset Tetap, misal-nya perubahan fungsi dan kapasitasnya naik, maka re-novasi tersebut dikapitalisasi sebagai Aset Tetap Renovasi. Apabila renovasi atas aset tetap tidak menambah man-faat ekonomik, maka diang-gap sebagai Belanja Opera-sional.

Apabila manfaat ekonomik renovasi tersebut lebih dari 1 (satu) tahun buku, dan me-menuhi point di atas, biaya renovasi dikapitalisasi sebagai Aset Tetap Renovasi, sedang-kan apabila manfaat ekono-mik renovasi kurang dari 1 (satu) tahun buku, maka pe-ngeluaran tersebut diperlaku-kan sebagai Belanja Operasio-nal tahun berjalan.

Status Kepemilikan Aset Tetap yang direnovasi

Status kepemilikan Aset Tetap yang direnovasi merupakan

unsur terpenting dalam menen-tukan perlakuan akuntansi ter-hadap renovasi atas Aset Tetap, meliputi:

a. Renovasi atas Aset Tetap yang merupakan milik Satuan Kerja (KPA/B) terkait;

b. Renovasi atas Aset Tetap yang bukan merupakan milik Satuan Kerja (KPA/B) terkait. Perlakuan akuntansi terhadap renovasi atas Aset Tetap yang merupakan milik Satuan Kerja (KPA/B) terkait

Nilai renovasi atas Aset Tetap merupakan penambah/pengem-bang atas nilai Aset Tetap sebelumnya yang dimiliki oleh Satuan Kerja (KPA/B) terkait. Contoh kasus:

Neraca Satker XXX tahun 2009 menyajikan adanya nilai Gedung dan Bangunan sebesar Rp 2.000.000.000,-. Gedung dan Bangunan tersebut merupakan Gedung Kantor milik Satker XXX yang digunakan sebagai sarana operasional kegiatan kantor.

Tahun 2010 Satker XXX

(26)

Kantor tersebut dengan nilai Rp 500.000.000,-. Akibat dari renovasi yang dilakukan, Ruang Aula di dalam Gedung Kantor tersebut berubah bentuk dan fungsi menjadi Ruang Pegawai Satker XXX.

Pemecahan kasus di atas:

Renovasi yang dilakukan mengakibatkan bertambahnya kapasitas dan perubahan fungsi dari Ruang Aula menjadi Ruang Pegawai. Nilai renovasi sejumlah Rp 500.000.000,- melebihi nilai

minimum kapitalisasi Gedung dan Bangunan. Karena Gedung Kantor tersebut merupakan Aset Tetap milik Satker XXX, maka nilai renovasi tersebut akan menambah nilai Gedung dan Bangunan pada Neraca Satker XXX tahun 2010.

Apabila renovasi menggunakan jenis Belanja Modal dan pada saat realisasi dilakukan, maka pencatatannya di dalam Aplikasi SAKPA adalah:

Jurnal pencatatan atas biaya renovasi Rp 500.000.000,- adalah: Dr Belanja Modal Gedung dan Bangunan Rp 500 juta

Kr Piutang kepada Kas Umum Negara Rp 500 juta

Jurnal Korolari:

Dr Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan Rp 500 juta

(27)

Akibat jurnal tersebut, maka tampilan Neraca Komparatif adalah:

Uraian TA 2010 TA 2009

Aset

Gedung dan Bangunan Rp. 2 Milyar Rp. 2 Milyar

Gedung dan Bangunan Sebelum

Disesuaikan Rp. 0,5 Milyar

-Kewajiban Ekuitas Dana

EDI-Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp. 2,5 Milyar Rp. 2 Milyar Pencatatan nilai renovasi

dilaku-kan juga di dalam Aplikasi SAKPB sebagai Transaksi BMN yaitu Perubahan BMN khususnya Pengembangan. Nilai renovasi merupakan nilai pengembangan atas Gedung Kantor milik Satker XXX yang semula nilainya Rp 2.000.000.000,- menjadi Rp 2.500.000.000,-.

Setelah pencatatan di dalam Aplikasi SAKPB dan dilakukan pengiriman data ke dalam Aplikasi SAKPA, maka data SIMAK-BMN tersebut akan membentuk jurnal pembalik atas jurnal korolari serta jurnal penambah nilai atas gedung kantor itu sendiri, yaitu:

Jurnal pembalik atas jurnal korolari adalah:

Dr Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Rp 500 juta

Kr Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan Rp 500 juta Jurnal penambah nilai atas gedung kantor itu sendiri adalah:

Dr Gedung dan Bangunan Rp 500 juta

(28)

Sehingga tampilan Neraca Komparatif berubah menjadi:

Uraian TA 2010 TA 2009

Aset

Gedung dan Bangunan Rp. 2,5 Milyar Rp. 2 Milyar

Kewajiban Ekuitas Dana

EDI-Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp. 2,5 Milyar Rp. 2 Milyar Apabila terdapat kesalahan

penganggaran, misalnya biaya renovasi menggunakan Belanja Barang maka pada saat realisasi dilakukan tidak akan terbentuk jurnal korolari di dalam Aplikasi SAKPA sehingga tidak ada akun Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan di dalam Neraca. Pencatatan biaya renovasi langsung dilakukan di dalam Aplikasi SAKPB sebagai Transaksi BMN yaitu Perubahan BMN khususnya Pengembangan. Nilai

renovasi merupakan nilai pengembangan atas Gedung Kantor milik Satker XXX yang

semula nilainya Rp

2.000.000.000,- menjadi Rp 2.500.000.000,-.

Setelah pencatatan nilai renovasi di dalam Aplikasi SAKPB dan dilakukan pengiriman data ke dalam Aplikasi SAKPA, maka data SIMAK-BMN langsung membentuk jurnal penambah nilai atas gedung kantor itu sendiri, yaitu:

Jurnal penambah nilai atas gedung kantor itu sendiri adalah:

Dr Gedung dan Bangunan Rp 500 juta

(29)

Akibat dari jurnal tersebut, tampilan Neraca Komparatif adalah:

Uraian TA 2010 TA 2009

Aset

Gedung dan Bangunan Rp. 2,5 Milyar Rp. 2 Milyar

Kewajiban Ekuitas Dana

EDI-Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp. 2,5 Milyar Rp. 2 Milyar Pada akhir semester/tahun, Satker

XXX menjelaskan secara rinci penambahan nilai Gedung dan Bangunan tersebut beserta kesa-lahan penganggarannya di dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Perlakuan akuntansi terhadap renovasi atas Aset Tetap yang bukan merupakan milik Satuan Kerja (KPA/B) terkait.

Nilai renovasi atas Aset Tetap bukan milik Satuan Kerja (KPA/B) terkait merupakan Aset Tetap Renovasi yang diklasifikasikan ke dalam Aset Tetap Lainnya oleh Satuan Kerja (KPA/B) yang melakukan renovasi.

Sebelum terbitnya PMK Nomor: 129/PMK.06/2010 tentang

Peng-golongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara, perlakuan akun-tansi Aset Tetap Renovasi berbeda dengan perlakuan akun-tansi perolehan/penamba-han Aset Tetap biasa. Karena tidak memiliki ukuran kuantitas (measurement unit) yang jelas dan pengukuran yang ada hanya dalam ukuran nilai satuan uang (monetary measurement) berupa nilai perolehan, maka Aset Tetap Renovasi tidak dicatat di dalam Aplikasi SIMAK BMN cukup dicatat di dalam Aplikasi SAKPA melalui jurnal neraca.

Contoh kasus:

Neraca Satker YYY tahun 2009 hanya menyajikan adanya Aset Tetap berupa Peralatan dan

(30)

Me-sin sebesar Rp 1.000.000.000,-. Satker YYY tidak memiliki Ge-dung Kantor dan untuk me-nunjang operasional kegiatan kantor, Satker YYY menggunakan Ruang Aula di Gedung Kantor milik Satker ZZZ.

Karena Ruang Aula tersebut kondisinya tidak memungkinkan untuk dipakai sebagai Ruang Pegawai maka dengan ijin dari Satker ZZZ, awal tahun 2010 Satker YYY melakukan renovasi atas Ruang Aula tersebut sehingga kondisinya lebih baik/ layak pakai, serta berubah bentuk dan fungsi menjadi Ruang Pegawai Satker YYY.

Biaya renovasi menggunakan Belanja Modal dengan nilai Rp 500.000.000,-.

Pemecahan kasus di atas:

Renovasi yang dilakukan meng-akibatkan bertambahnya kapasi-tas dan perubahan fungsi dari Ruang Aula menjadi Ruang Pegawai. Nilai renovasi sejumlah Rp 500.000.000,- melebihi nilai minimum kapitalisasi Gedung dan Bangunan. Karena Gedung Kantor bukan merupakan Aset Tetap milik Satker YYY, maka nilai renovasi tersebut dicatat sebagai Aset Tetap Renovasi dan diklasifikasikan sebagai Aset Tetap Lainnya.

Pada saat realisasi belanja modal dilakukan, maka pencatatannya di dalam Aplikasi SAKPA yaitu: Jurnal pencatatan atas biaya renovasi Rp 500.000.000,- adalah: Dr Belanja Modal Gedung dan Bangunan Rp 500 juta

Kr Piutang kepada Kas Umum Negara Rp 500 juta

Jurnal Korolari:

Dr Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan Rp 500 juta

(31)

Akibat jurnal tersebut, maka tampilan Neraca Komparatif adalah:

Uraian Semester 1TA 2010 TA 2009

Aset

Peralatan dan Mesin Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar

Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan

Rp. 0,5 Milyar Kewajiban

Ekuitas Dana

EDI-Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp. 1,5 Milyar Rp. 1 Milyar Pencatatan Aset Tetap Renovasi

di dalam Aplikasi SAKPA dilakukan melalui jurnal neraca dengan cara membalik jurnal

korolari dan mencatat jurnal atas Aset Tetap Renovasi yang akan diklasifikasikan menjadi Aset Tetap Lainnya, yaitu:

Jurnal pembalik atas jurnal korolari adalah:

Dr Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Rp 500 juta

Kr Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan Rp 500 juta Jurnal pencatatan atas Aset Tetap Renovasi adalah:

Dr Aset Tetap Renovasi Rp 500 juta

(32)

Akibat dari jurnal tersebut, tampilan Neraca Komparatif adalah:

Uraian Semester 1

TA 2010 TA 2009

Aset

Peralatan dan Mesin Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar

Aset Tetap Lainnya Rp. 0,5 Milyar

Kewajiban Ekuitas Dana

EDI-Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp. 1,5 Milyar Rp. 1 Milyar

Di dalam PMK Nomor:

129/PMK.06/2010 tentang Peng-golongan dan Kodefikasi Barang

Milik Negara, melampirkan kodefikasi untuk Aset Tetap Renovasi yang terdiri:

Kode Nama Barang

6060101001 Tanah Dalam Renovasi

6060101002 Peralatan dan Mesin Dalam Renovasi

6060101003 Gedung dan Bangunan Dalam Renovasi

6060101004 Jalan, Irigasi, dan Jaringan Dalam Renovasi 6060101005 Aset Tetap Lainnya Dalam Renovasi

6060101999 Aset Tetap Dalam Renovasi Lainnya Setelah terbitnya PMK Nomor:

129/PMK.06/2010 yang mulai dilaksanakan semester 2 tahun 2010, pencatatan Aset Tetap

Renovasi dilakukan juga melalui Aplikasi SAKPB sesuai dengan jenisnya.

(33)

Contoh beberapa perlakuan akuntansi dalam pencatatan Aset Tetap Renovasi, yaitu:

a. Aset Tetap Renovasi yang diperoleh sebelum semester 2 tahun 2010, pencatatannya di Aplikasi SAKPB sebagai Transaksi BMN yaitu Saldo Awal BMN.

Contoh kasus:

Satker YYY sudah mencatat Aset Tetap Renovasi yang diperoleh pada semester 1 melalui jurnal neraca dalam Aplikasi SAKPA.

Dengan berlakunya PMK Nomor: 129/PMK.06/2010, maka pada saat semesterr 2 satker YYY mencatat kembali Aset Tetap Renovasi di dalam Aplikasi SAKPB sebagai Tran-saksi BMN yaitu Saldo Awal

BMN sejumlah Rp

500.000.000,- dan melaku-kan pengiriman data SIMAK-BMN ke dalam Aplikasi SAKPA. Data SIMAK-BMN tersebut akan membentuk jurnal pembentuk Aset Tetap Renovasi yang diklasifikasi sebagai Aset Tetap Lainnya, yaitu:

Dr Aset Tetap Renovasi Rp 500 juta

(34)

Akibat dari jurnal tersebut, Nilai Aset Tetap Lainnya menjadi double di tampilan Neraca Komparatif yaitu:

Uraian Semester 2

TA 2010 Semester 1TA 2010 Aset

Peralatan dan Mesin Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar

Aset Tetap Lainnya Rp. 1 Milyar Rp. 0,5 Milyar

Kewajiban Ekuitas Dana

EDI-Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp. 2 Milyar Rp. 1,5 Milyar Untuk menghilangkan double

nilai akibat pencatatan Aset Tetap Renovasi yang dilaku-kan di semester 1, maka perlu

dilakukan pencatatan jurnal balik di Aplikasi SAKPA melalui jurnal neraca yaitu:

Dr Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Rp 500 juta

(35)

Sehingga tampilan Neraca Komparatifnya menjadi:

Uraian Semester 2

TA 2010 Semester 1TA 2010 Aset

Peralatan dan Mesin Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar

Aset Tetap Lainnya Rp. 0,5 Milyar Rp. 0,5 Milyar

Kewajiban Ekuitas Dana

EDI-Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp. 1,5 Milyar Rp. 1,5 Milyar b. Aset Tetap Renovasi yang

diperoleh di semester 2 tahun 2010, pencatatannya di da-lam Aplikasi SIMAK BMN se-bagai Transaksi BMN yaitu Perolehan BMN.

Contoh kasus:

Satker YYY melakukan reno-vasi di semester 2 tahun 2010, maka pada saat terjadi realisasi belanja modal pen-catatannya di dalam Aplikasi SAKPA adalah:

Jurnal pencatatan atas biaya renovasi Rp 500.000.000,- adalah: Dr Belanja Modal Gedung dan Bangunan Rp 500 juta

Kr Piutang kepada Kas Umum Negara Rp 500 juta

Jurnal Korolari:

Dr Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan Rp 500 juta

(36)

Akibat jurnal tersebut, tampilan Neraca Komparatif adalah:

Uraian Semester 2

TA 2010 Semester 1TA 2010 Aset

Peralatan dan Mesin Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar

Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan Rp. 0,5 Milyar -Kewajiban Ekuitas Dana

EDI-Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp. 1,5 Milyar Rp. 1 Milyar Aset Tetap Renovasi dicatat

di dalam Aplikasi SAKPB sebagai Transaksi BMN yaitu Perolehan BMN sejumlah Rp 500.000.000,-. Setelah

dila-kukan pengiriman data ke da-lam Aplikasi SAKPA maka

data SIMAK-BMN akan

membentuk: Jurnal pembalik atas jurnal korolari adalah:

Dr Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Rp 500 juta

Kr Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan Rp 500 juta Jurnal pencatatan atas Aset Tetap Renovasi adalah:

Dr Aset Tetap Renovasi Rp 500 juta

(37)

Sehingga tampilan Neraca Komparatifnya menjadi:

Uraian Semester 2

TA 2010 Semester 1TA 2010 Aset

Peralatan dan Mesin Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar

Aset Tetap Lainnya Rp. 0,5 Milyar

-Kewajiban Ekuitas Dana

EDI-Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp. 1,5 Milyar Rp. 1 Milyar c. Aset Tetap Renovasi melalui

Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP):

KDP yang dimulai sebe-lum semester 2 tahun 2010 dan belum selesai, pencatatannya di SIMAK BMN sebagai Transaksi KDP yaitu Saldo Awal KDP.

Contoh kasus:

Satker YYY melaksanakan renovasi melalui kontrak dengan pihak ketiga, nilai kontrak sejumlah Rp 1.500.000.000,-. Kontrak dimulai pada semester 1 tahun 2010 dan telah

dilakukan pembayaran se-jumlah Rp 500.000.000,-. Pada semester 2 tahun 2010, pencatatan Aset Te-tap Renovasi dilakukan di dalam Aplikasi SAKPB sebagai Transaksi KDP yaitu Saldo Awal KDP sejumlah Rp 500.000.000,-. Pem-bayaran termin berikutnya di semester 2 dicatat sebagai Transaksi KDP yaitu Pe-ngembangan KDP. Pengi-riman data SIMAK-BMN ke dalam Aplikasi SAKPA mengakibatkan terbentuk-nya jurnal Konstruksi Dalam Pengerjaan, yaitu:

(38)

Dr Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp 500 juta

Kr Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Rp 500 juta

Akibat dari jurnal tersebut, maka terbentuk double akun di tampilan Neraca Komparatif yaitu:

Uraian Semester 2

TA 2010 Semester 1TA 2010 Aset

Peralatan dan Mesin Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar

Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp. 0,5 Milyar

-Aset Tetap Lainnya Rp. 0,5 Milyar Rp. 0,5 Milyar

Kewajiban Ekuitas Dana

EDI-Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp. 2 Milyar Rp. 1,5 Milyar Untuk mengeliminasi akun

Aset Tetap Lainnya yang diakibatkan dari pencatatan Aset Tetap Renovasi di semester 1, dilakukan

dengan cara membuat

jurnal pembalik di dalam Aplikasi SAKPA melalui jurnal neraca. Jurnal pem-balik tersebut yaitu:

Dr Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Rp 500 juta

(39)

Sehingga tampilan Neraca Komparatifnya menjadi:

Uraian Semester 2

TA 2010 Semester 1TA 2010 Aset

Peralatan dan Mesin Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar

Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp. 0,5 Milyar

-Aset Tetap lainnya - Rp. 0,5 Milyar

Kewajiban Ekuitas Dana

EDI-Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp. 1,5 Milyar Rp. 1,5 Milyar Apabila pelaksanaan KDP

sudah mencapai 100% dan ada serah terima dari pihak ketiga kepada Satker YYY maka Aset Tetap Renovasi dicatat dalam SIMAK BMN sebagai Transaksi BMN yaitu Perolehan BMN khu-susnya Penyelesaian Pem-bangunan. Sehingga pada akhirnya akun KDP berubah menjadi Aset Tetap Lainnya di Neraca.

KDP yang dimulai semester 2 tahun 2010,

pencatatan-nya di SIMAK BMN

sebagai Transaksi KDP yaitu Perolehan KDP. Contoh kasus:

Satker YYY melaksanakan renovasi melalui kontrak dengan pihak ketiga, nilai kontrak sejumlah Rp 1.500.000.000,- dimulai dan telah dilakukan pem-bayaran pertama sejumlah Rp 500.000.000,- di semester 2 tahun 2010. Pencatatan Aset Tetap Renovasi dilakukan di

da-lam Aplikasi SAKPB

(40)

ya-itu Perolehan KDP sejum-lah Rp 500.000.000,- dan pembayaran termin beri-kutnya dicatat sebagai Transaksi KDP yaitu Pengembangan KDP.

Saat realisasi belanja modal untuk renovasi Aset Tetap bukan milik Satker YYY, akan terbentuk:

Jurnal pencatatan atas biaya renovasi Rp 500.000.000,- adalah: Dr Belanja Modal Gedung dan Bangunan Rp 500 juta

Kr Piutang kepada Kas Umum Negara Rp 500 juta

Jurnal Korolari:

Dr Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan Rp 500 juta

Kr Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Rp 500 juta

Akibat jurnal tersebut, maka tampilan Neraca Komparatif adalah:

Uraian Semester 2

TA 2010 Semester 1TA 2010 Aset

Peralatan dan Mesin Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar

Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan

Rp. 0,5 Milyar

-Kewajiban Ekuitas Dana

(41)

Pengiriman data SIMAK-BMN ke dalam Aplikasi

SAKPA mengakibatkan ter-bentuknya jurnal:

Jurnal pembalik atas jurnal korolari adalah:

Dr Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Rp 500 juta

Kr Gedung dan Bangunan Sebelum Disesuaikan Rp 500 juta Jurnal pencatatan atas Aset Tetap Renovasi adalah:

Dr Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp 500 juta

Kr Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Rp 500 juta

Sehingga tampilan tampilan Neraca Komparatifnya menjadi:

Uraian Semester 2

TA 2010 Semester 1TA 2010 Aset

Peralatan dan Mesin Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar

Konstrukdi Dalam Pengerjaan Rp. 0,5 Milyar

-Kewajiban Ekuitas Dana

EDI-Diinvestasikan dalam Aset Tetap

Rp. 1,5 Milyar Rp. 1 Milyar

Apabila pelaksanaan KDP sudah mencapai 100% dan ada serah terima dari pihak ketiga kepada Satker YYY maka Aset Tetap Renovasi

dicatat dalam SIMAK BMN sebagai Transaksi BMN yaitu Perolehan BMN khu-susnya Penyelesaian Pem-bangunan. Sehingga pada

(42)

akhirnya akun KDP berubah menjadi Aset Tetap Lainnya di Neraca.

Penghapusan Aset Tetap

Renovasi

Aset Tetap Renovasi tidak memiliki ukuran kuantitas (mea-surement unit) yang jelas dan pengukuran yang ada hanya dalam ukuran nilai satuan uang (monetary measurement) berupa nilai perolehan.

Sampai dengan tulisan ini disusun belum ada aturan mengenai

penghapusan Aset Tetap

Renovasi dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) selaku Pengelola Barang. Hal ini menyebabkan pertanyaan apa-kah nilai Aset Tetap Renovasi akan terhenti saat pengembalian Aset Tetap kepada pemiliknya dan dibiarkan terus terbawa dalam Neraca dari tahun ke tahun atau akan terhenti saat pengembalian Aset Tetap dan dilakukan serah terima atas Aset Tetap Renovasi kepada Pemilik Aset. Karena pada akhirnya

berpengaruh terhadap Laporan Keuangan maka semua ke-putusan yang diambil harus terakuntansikan. Bagaimana perlakuan akuntansinya apabila:

terhenti saat pengembalian Aset Tetap kepada pemiliknya dan dibiarkan terus terbawa dalam Neraca dari tahun ke tahun. Saat penghentian dan pengembalian Aset Tetap kepada pemiliknya dijelaskan secara rinci di dalam CaLK. terhenti saat pengembalian aset dan dilakukan serah terima atas Aset Tetap Renovasi kepada pemilik aset

maka harus dilakukan

eliminasi atas Aset Tetap Lainnya - Aset Tetap Renovasi dari Neraca. Pencatatan eliminasi dilakukan ber-dasarkan Surat Persetujuan yang ditetapkan oleh DJKN dan bukti serah terima Aset Tetap Renovasi.

Ilustrasi:

Pada akhir tahun 2010 Satker YYY mengembalikan Aset Tetap dan berdasarkan Surat

(43)

Persetujuan yang ditetapkan oleh DJKN melakukan serah terima atas Aset Tetap

Renovasi senilai Rp

500.000.000,- kepada

Pe-milik Aset, Satker ZZZ. Neraca Satker YYY pada saat belum dilakukan serah terima Aset Tetap Renovasi adalah:

Uraian TA 2010 TA 2009

Aset

Peralatan dan Mesin Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar

Aset Tetap Lainnya Rp. 0,5 Milyar

Kewajiban Ekuitas Dana

EDI-Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp. 1,5 Milyar Rp. 1 Milyar Berdasarkan Surat

Perse-tujuan yang ditetapkan oleh DJKN dan bukti serah terima Aset Tetap Renovasi, Satker YYY melakukan eliminasi atas Aset Tetap

Lainnya Aset Tetap Ren-ovasi dari Neraca melalui jurnal neraca di dalam Aplikasi SAKPA dengan cara mencatat:

Jurnal pembalik atas Aset Tetap Renovasi yaitu:

Dr Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Rp 500 juta

(44)

Akibat jurnal eliminasi tersebut, tampilan Neraca Komparatifnya menjadi:

Uraian TA 2010 TA 2009

Aset

Peralatan dan Mesin Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar

Aset Tetap Lainnya Rp. 0 Milyar

Kewajiban Ekuitas Dana

EDI-Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp. 1,0 Milyar Rp. 1 Milyar Penghapusan/serah terima

atas Aset Tetap Renovasi mengakibatkan berkurang-nya nilai Aset Tetap Lainberkurang-nya sejumlah Rp 500.000.000,-. Penghapusan/serah terima atas Aset Tetap Renovasi dijelaskan secara rinci di dalam CaLK semester/tahun tersebut.

Sedangkan untuk Satker ZZZ selaku penerima Aset Tetap

Renovasi, berdasarkan Surat Persetujuan yang ditetapkan oleh DJKN dan bukti serah terima Aset Tetap Renovasi sebaiknya melakukan pen-catatan juga di dalam Laporan Keuangan Satker ZZZ khususnya Neraca. Ilustrasi:

Sebelum dilakukan serah terima Aset Tetap Renovasi, Neraca Satker ZZZ tahun 2010 adalah:

(45)

Uraian TA 2010 TA 2009 Aset

Tanah Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar

Peralatan dan Mesin Rp. 1 Milyar Rp. 0,5 Milyar

Gedung dan Bangunan Rp. 1,5 Milyar Rp. 1,5 Milyar

Kewajiban Ekuitas Dana

EDI-Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp. 3,5 Milyar Rp. 3 Milyar Setelah adanya Surat

Per-setujuan yang ditetapkan oleh DJKN dan bukti serah terima Aset Tetap Renovasi, Satker ZZZ mencatat pene-rimaan Aset Tetap Reno-vasi sebagai penambah nilai/pengembangan atas nilai gedung kantor yang dimilikinya.

Pencatatan dilakukan di dalam Aplikasi SAKPB melalui Transaksi BMN

yaitu Penerimaan Aset dari Pengembangan Aset Reno-vasi, kemudian dilakukan pengiriman data SIMAK-BMN ke dalam Aplikasi SAKPA.

Data SIMAK BMN langsung membentuk jurnal penam-bah nilai atas Gedung Kantor Satker ZZZ, yaitu:

Dr Gedung dan Bangunan Rp 500 juta

(46)

Akibat dari jurnal tersebut, tampilan Neraca Komparatifnya menjadi:

Uraian TA 2010 TA 2009

Aset

Tanah Rp. 1 Milyar Rp. 1 Milyar

Peralatan dan Mesin Rp. 1 Milyar Rp. 0,5 Milyar

Gedung dan Bangunan Rp. 2 Milyar Rp. 1,5 Milyar

Kewajiban Ekuitas Dana

EDI-Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp. 4 Milyar Rp. 3 Milyar Perubahan nilai Gedung dan Bangunan di dalam Neraca dijelaskan secara rinci di dalam CaLK semester/tahunan.

Kesimpulan:

1. Aset Tetap Renovasi di dalam Neraca diklasifi-kasikan sebagai akun Aset Tetap Lainnya;

2. Mutasi nilai, pemilik, dan periode Aset Tetap Reno-vasi diungkapkan secara

jelas dan rinci di dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

3. Perlu peraturan/regulasi yang jelas terhadap tindak lanjut dan manajerial Aset Tetap Renovasi. (Silvy Daniarti – Dit. APK -DJPBN)

(47)

Daftar Pustaka:

a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 01/KM.12/2001 tentang Pedoman Kapitalisasi Barang Milik/Kekayaan Negara Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah;

d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, Dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara;

e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara;

f. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah;

g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 129/PMK.06/2010 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik negara;

h. Buletin Teknis Nomor 04 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) tentang Penyajian Dan Pengungkapan Belanja Pemerintah.

(48)

PENGERTIAN REHABILITASI, RENOVASI DAN

RESTORASI DALAM KAPITALISASI ASET TETAP

engeluaran yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan aset tetap setelah perolehan kerap ditemukan. Pengeluaran tersebut dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok besar yaitu:

1. Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah perbaikan aset tetap yang rusak sebagian dengan tanpa meningkatkan kualitas dan atau kapasitas dengan maksud dapat di-gunakan sesuai dengan kon-disi semula.

2. Renovasi

Renovasi adalah perbaikan aset tetap yang rusak atau mengganti yang baik dengan maksud meningkatkan kuali-tas atau kapasikuali-tas.

3. Restorasi

Restorasi adalah perbaikan aset tetap yang rusak dengan tetap mempertahankan arsi-tekturnya.

Pengeluaran yang dilakukan ter-sebut dapat dikapitalisasi sebagai penambah nilai aset atau dapat

dianggap sebagai pengeluaran bi-asa yang tidak dikapitalisasi. Kapitalisasi adalah penentuan ni-lai pembukuan terhadap semua pengeluaran untuk memperoleh aset tetap hingga siap pakai, untuk meningkatkan kapasitas/ efisiensi, dan atau memperpan-jang umur teknisnya dalam rang-ka menambah nilai-nilai aset tersebut.

Dari uraian singkat tersebut di atas, maka belanja pemeliharaan yang dikeluarkan setelah per-olehan aset tetap yang menam-bah dan memperpanjang masa manfaat dan atau kemungkinan besar memberi manfaat ekono-mik di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan stan-dar kinerja harus dikelompokkan kedalam belanja modal dan

(49)

pitalisasi sebagai penambah nilai aset tetap dalam laporan ke-uangan.

Perlakuan Akuntansi dan Pela-poran

Pengeluaran setelah perolehan aset tetap dalam akuntansi dapat dikategorikan dalam dua kelom-pok yaitu:

a. Pengeluaran yang dapat dika-pitaliasasi.

Di samping belanja modal un-tuk perolehan aset tetap dan aset lainnya, pengeluaran-pengeluaran sesudah per-olehan aset tetap atau aset lainnya dapat juga dikapi-talisasi sebagai penambah ni-lai aset. Pengeluaran tersebut dapat dikategorikan sebagai Belanja Modal yang menam-bah nilai aset jika memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) Pengeluaran tersebut

me-nyebabkan bertambahnya masa manfaat, kapasitas, kualitas dan volume aset yang telah dimiliki.

Terkait dengan kriteria tersebut, maka dapat dije-laskan lebih lanjut bahwa:

1) Pertambahan masa manfaat adalah ber-tambahnya umur eko-nomis yang diharap-kan dari aset tetap yang sudah ada. Mi-salnya sebuah gedung semula diperkirakan

mempunyai umur

ekonomis 10 tahun. Pada tahun ke-7 pe-merintah melaku-kan renovasi dengan ha-rapan gedung terse-but masih dapat di-gunakan 8 tahun lagi. Dengan adanya reno-vasi tersebut maka umur gedung ber-ubah dari 10 tahun menjadi 15 tahun. 2) Peningkatan kapasitas

adalah bertambahnya kapasitas atau ke-mampuan aset tetap yang sudah ada.

(50)

Mi-salnya, sebuah gene-rator listrik yang mempunyai output 200 KW dilakukan renovasi sehingga ka-pasitasnya meningkat menjadi 300 KW. 3) Peningkatan kualitas

aset adalah bertam-bahnya kualitas dari aset tetap yang sudah ada. Misalnya, jalan yang masih berupa tanah ditingkatkan o-leh pemerintah men-jadi jalan aspal.

4) Pertambahan volume aset adalah bertam-bahnya jumlah atau satuan ukuran aset yang sudah ada, mi-salnya penambahan luas bangunan suatu gedung dari 400 m2 menjadi 500 m2. b) Pengeluaran tersebut

me-menuhi batasan minimal nilai kapitalisasi aset tetap/ aset lainnya.

Nilai Satuan Minimum Ka-pitalisasi Aset Tetap ada-lah pengeluaran untuk pengadaan baru dan pe-nambahan nilai aset tetap dari hasil pengembangan, reklasifikasi, renovasi, dan restorasi. Nilai Satuan Mi-nimum Kapitalisasi Aset Tetap meliputi:

 pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin, dan alat olah raga yang sama dengan atau lebih dari Rp300.000 (tiga ratus ribu rupiah); dan;  pengeluaran untuk

ge-dung dan bangunan yang sama dengan atau lebih dari Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah).

Nilai Satuan Minimum Ka-pitalisasi Aset Tetap dike-cualikan terhadap penge-luaran untuk tanah, jalan/ irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa

(51)

ko-leksi perpustakaan dan barang bercorak kese-nian.

b. Pengeluaran yang tidak dapat dikapitalisasi.

Pengeluaran yang dimaksud-kan untuk mempertahandimaksud-kan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal tanpa mem-perhatikan besar kecilnya jumlah belanja. Belanja Pe-meliharaan meliputi antara lain pemeliharaan tanah, pemeliharaan gedung dan bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, perbaikan peralatan dan sarana gedung, jalan, jaringan irigasi, peralatan mesin, dan lain-lain sarana yang berhubungan dengan penyelenggaraan

pemerintahan.

Selanjutnya berdasarkan urain diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Pengeluaran setelah per-olehan aset tetap yang

dapat dikapitalisasi dan memenuhi batasan nilai minimum dicatat dan dilaporkan sebagai pe-nambah nilai aset tetap, serta dianggarkan dalam Belanja Modal. Selan-jutnya terhadap penam-bahan tersebut dilaporkan dalam Laporan Keuangan dan Laporan Barang Milik Negara.

2. Pengeluaran dengan tuju-an Rehabilitasi aset tetap tidak dikapitalisasi sebagai penambah nilai aset tetap, serta tidak dianggarkan dalam Belanja Modal dan dalam Laporan Barang Milik Negara.

3. Pengeluaran dalam rangka renovasi dan restorasi se-panjang meliputi biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan kualitas dan atau kapasitas, dan me-menuhi batasan nilai minimum dicatat dan dila-porkan sebagai

(52)

penam-bahan nilai aset tetap, serta dianggarkan dalam Belanja Modal. Selanjut-nya terhadap penamba-han tersebut dilaporkan

dalam Laporan Keuangan dan Laporan Barang Milik Negara. (Syaiful - Dit. APK -DJPBN)

(53)

KLINIK AKUNTANSI

PEMERINTAH PUSAT

1. Pertanyaan

Terdapat pegawai yang dipindahkan dari Kandepag ke Pemda. Selanjutnya dike-tahui pegawai tersebut men-dapat pembayaran gaji di 2 intansi yang bersangkutan (Kandepag dan Pemda). Un-tuk mengembalikan belanja gaji tersebut, harus meng-gunakan akun apa? Dan apa-kah perlu menggunakan akun pengembalian secara rinci? Kemudian, jumlah yang dise-tor mungkin akan berlebih karena terdapat potongan. Jawaban:

Untuk pengembalian belanja

gaji, apabila pengembalian dilakukan pada tahun berja-lan digunakan akun beberja-lanja yang bersangkutan. Sementa-ra apabila pengembalian dila-kukan pada tahun berikutnya, dipergunakan akun 423911 (Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Pusat TAYL) sejum-lah nilai bersih.

Sebagai contoh:

Pegawai A pada bulan

Januari 2010 menerima pem-bayaran gaji dari Kandepag dan Pemda dengan rincian gaji sebagai berikut:

Penghasilan kotor Potongan Penghasilan bersih Akun Uraian Rp Akun Uraian Rp

511111 Gaji pokok 1.561.600 811111 PFK 10% 178.022 511121 Tunj. istri 156.160 811911 Taperum 7.000 511122 Tunj. anak 62.464

511151 Tunj. umum 180.000 511126 Tunj. beras 198.000 511119 Pembulatan 98

(54)

Apabila pengembalian belan-ja gaji dilakukan pada bulan Maret 2010, maka disetor menggunakan formulir SSPB

oleh Bendahara dengan men-cantumkan NPWP dan seto-ran per akun sebagai berikut:

Jumlah setoran per akun Dikurangi Jumlah setoran bersih per akun Akun Uraian Rp Rp Rp 511111 Gaji pokok 1.561.600 163.160 1.398.440 511121 Tunj. istri 156.160 15.616 140.544 511122 Tunj. anak 62.464 6.246 56.218 511151 Tunj. umum 180.000 - 180.000 511126 Tunj. beras 198.000 - 198.000 511119 Pembulatan 98 - 98 Jumlah 2.158.322 185.022 1.973.300

Tetapi bila pengembalian belanja dilakukan pada bulan Januari 2011, maka disetor menggunakan formulir SSBP oleh Bendahara dengan mencantumkan NPWP dan kode akun 423911.

2. Pertanyaan

Berdasarkan Perdirjen Perben-daharaan Nomor PER-40/PB/ 2006, terdapat tiga metode pengukuran persediaan, yaitu harga perolehan, harga stan-dar, dan harga wajar. Bagai-mana pengukuran dan penya-jian terhadap barang-barang

persediaan yang dibeli 2-3 tahun yang lalu yang harga perolehannya tidak dapat diketahui karena dokumen faktur tidak ditemukan se-dangkan kondisi persediaan masih bagus dan jumlahnya banyak? Adapun sampai saat ini tidak ada pembelian lagi atas barang persediaan ter-sebut.

Jawaban:

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksud-kan untuk mendukung

(55)

kegiat-an operasional pemerintah, untuk dijual dan/atau dise-rahkan dalam rangka pelaya-nan kepada masyarakat. Per-sediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk diguna-kan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pi-pa, dan barang bekas pakai seperti kom-ponen bekas. Persediaan disajikan sebesar:

 biaya perolehan apabila diperoleh dengan pem-belian;

 biaya standar apabila di-peroleh dengan mem-produksi sendiri;

 nilai wajar apabila diper-oleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan. Dalam hal harga perolehan persediaan tidak dapat di-ketahui karena dokumen fak-tur tidak ditemukan, semen-tara tidak pernah lagi dilaku-kan pembelian untuk jenis persediaan tersebut, maka

persediaan dimaksud disaji-kan di neraca sebesar nilai wajarnya. Kejadian ini harus diungkapkan secara memadai di Catatan atas Laporan Ke-uangan (CaLK).

3. Pertanyaan

Terdapat perolehan aset iri-gasi dan jaringan yang direali-sasikan dengan akun 533111 (belanja modal gedung dan bangunan). Selanjutnya pada saat dicatat dalam aplikasi SIMAK-BMN, diinput sebagai aset irigasi dan jaringan. Apakah hal ini diperboleh-kan? Terima kasih.

Jawaban:

Pencairan dalam rangka peng-adaan aset seharusnya mengi-kuti anggaran yang telah dia-lokasikan pada DIPA. Apabila pagu anggaran yang tersedia adalah pagu belanja modal gedung dan bangunan maka semestinya perolehan aset adalah gedung dan bangun-an. Dalam hal hendak mela-kukan pengadaan selain

(56)

ge-dung dan bangunan, maka prosedur yang seharusnya di-tempuh adalah melakukan revisi atas DIPA dimaksud. Terhadap kasus di atas, seharusnya tidak boleh ter-ulang kembali di masa yang akan datang karena akan menjadi objek temuan BPK sebagaimana telah terjadi pa-da tahun 2009 pa-dan meru-pakan salah satu pengecualian dalam pemberian opini WDP terhadap LKPP, yaitu ”penge-lompokan jenis belanja pada saat penganggaran tidak se-suai dengan kegiatan yang di-lakukan”.

Namun demikian, berdasar-kan Prinsip Substansi Meng-ungguli Bentuk Formal (Sub-tance over form) perolehan aset irigasi dan jaringan ter-sebut harus disajikan sebagai aset irigasi dan jaringan. Se-lanjutnya, dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) di-ungkapkan adanya kesalahan penganggaran, dimana per-olehan aset irigasi dan

ja-ringan dimaksud diperoleh dari belanja modal gedung dan bangunan (533111).

4. Pertanyaan

Berdasarkan Peraturan Men-teri Keuangan (PMK) Nomor 73/PMK.05/2008 pasal 3 ayat (16), pembukuan ben-dahara dapat dilakukan de-ngan tulis tade-ngan atau kom-puter. PMK yang sama pada pasal 23 ayat (1) menye-butkan bahwa ketentuan le-bih lanjut akan diatur dalam Perdirjen Perbendaharaan, se-mentara pasal 23 ayat (2) menyebutkan bahwa selama pengaturan pada ayat (1) tersebut belum ditetapkan, tata cara pembukuan ben-dahara dilaksanakan dengan berpedoman pada Ketentuan Menteri Keuangan (KMK)

Nomor Kep-332/M/V/9/

1968. Pertanyaan saya: Sebagai seorang bendahara, pembukuan seperti bagai-mana yang harus saya lak-sanakan? Apakah: a. Dengan tulis tangan/manual (sesuai

(57)

KMK Nomor Kep-332/M/V/ 9/1968, atau b. Dengan komputer (sudah

diperboleh-kan oleh PMK Nomor

73/PMK.05/2008), atau c. Dengan manual dan kompu-ter? Metode mana yang lebih sahih dan sesuai dengan per-aturan perundang-undangan ? Terima kasih.

Jawaban:

Berdasarkan PMK No 73/ PMK.05/2008 pasal 3 ayat (16) dan aturan pelaksanaan-nya (Peraturan Direktur Jen-deral Perbendaharaan No. PER-47/PB/2009 tentang Pe-tunjuk Pelaksanaan Penata-usahaan dan Penyusunan La-poran Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian Ne-gara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja), pembukuan bendaha-ra dapat dilakukan dengan: 1. Tulis tangan bagi

ben-dahara atau satuan kerja yang belum memiliki komputer serta yang volu-me dan beban kerjanya

relatif sedikit/kecil. Selan-jutnya bagi bendahara yang telah memiliki kom-puter, juga diperbolehkan untuk tetap memperguna-kan tulis tangan;

2. Bagi bendahara atau sa-tuan kerja yang memiliki volume dan beban kerja yang besar serta mem-punyai kompleksitas ke-giatan yang banyak, pem-bukuan dengan memper-gunakan komputer akan meringankan beban kerja bendahara.

Selain mengadakan pem-bukuan, bendahara juga diwajibkan membuat La-poran Pertanggungjawab-an (LPJ) bendahara kepa-da KPPN setempat, yang apabila dilakukan dengan menggunakan komputer akan lebih cepat dan akurat.

Dalam hal memperguna-kan komputer, bendahara wajib:

(58)

a. Mencetak Buku Kas

Umum (BKU) dan

buku-buku pembantu lainnya sekurang-ku-rangnya satu kali da-lam satu bulan;

b. Menatausahakan hasil cetakan Buku Kas U-mum dan buku-buku

pembantu bulanan

yang telah ditanda-tangani bendahara dan diketahui Kuasa Peng-guna Anggaran.

5. Pertanyaan

Mohon penjelasan bagaimana pelaporan aset bagi satuan kerja (satker) kami yang pada tahun lalu merupakan satu satker dan sekarang (pada tahun ini) terdiri dari 4 Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), agar pelaporan SIMAK-BMN kami dapat ber-jalan dengan baik

Jawaban:

Pelaporan keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca tidak

tergantung dari banyak tidak-nya Pejabat Pembuat Komit-men dalam satu Kuasa Peng-guna Anggaran (Satker). Real-isasi dari masing-masing PPK disampaikan kepada operator SIMAK-BMN dan SAK untuk selanjutnya dipro-ses menjadi Laporan Barang Milik Negara dan Neraca.

6. Pertanyaan

Untuk setoran pada bank persepsi yaitu Jasa Giro Re-kening dengan akun 423221, masuk ke dalam Bagian Anggaran (BA) dan Eselon I apa? apakah kepada Benda-hara Umum Negara? Terima kasih.

Jawaban:

Saat ini Jasa Giro Rekening dapat dibedakan menjadi Jasa Giro Rekening akun 423221 dan akun 423253.

1. Apabila rekening satuan kerja tersebut belum me-ngikuti mekanisme Trea-sury Notional Polling (TNP) maka jasa giro

(59)

tersebut disetor sebagai PNBP dengan mengguna-kan akun 423221 dengan kode BA dan kode satuan kerja dari Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.

2. Apabila rekening satuan kerja tersebut sudah me-ngikuti mekanisme Trea-sury Notional Polling (TNP) maka jasa giro tersebut langsung di-transfer ke rekening Kas Umum Negara (KUN) dan dibukukan sebagai PNBP

dengan akun 423253

dengan kode BA 999.99 dan kode satuan kerja BUN, yaitu Kode KPPN sebagai Kuasa BUN dari wilayah dimana satuan kerja bersangkutan ber-ada.

7. Pertanyaan

Berikut pertanyaan yang ingin kami sampaikan: 1. Kapan Pejabat Akuntansi dan Pe-laporan Keuangan (staf

PPK-SKPD) melakukan penca-tatan/penjurnalan transaksi/ bukti pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)? 2. Apakah Surat Perintah Pen-cairan Dana (SP2D) GU/TU Nihil yang diterima oleh SKPD dijurnal? Dan apa kon-sekuensi bila suatu buk-ti/transaksi tidak dicatat atau direkam pada aplikasi?

Jawaban:

1. Jurnal adalah catatan sis-tematis dan kronologis dari transaksi-transaksi ke-uangan dengan menye-butkan akun yang akan didebet dan dikredit, jum-lah/nilai transaksi, dan keterangan ringkas. De-ngan demikian, jurnal harus dilakukan:

(a) pada saat terjadinya transaksi/kejadian sesu-ai bukti/dokumen serta prinsip-prinsip akun-tansi yang telah dite-tapkan di dalam Stan-dar Akuntansi

(60)

Pe-merintahan (SAP), ya-itu:

 Pendapatan dan pe-nerimaan pembiaya-an dijurnal pada sa-at disetorkan ke re-kening kas umum daerah berdasarkan dokumen Surat Tan-da Setor (STS) yang telah divalidasi oleh bank atau nota kre-dit bank (basis kas).

 Belanja dan penge-luaran pembiayaan dijurnal pada saat dibayar oleh reke-ning kas umum da-erah berdasarkan Surat Perintah Pen-cairan Dana (SP2D) yang diterbitkan o-leh Bendahara U-mum Daerah (basis kas).

 Aset, kewajiban,

dan ekuitas dicatat menurut basis a-krual. Misalnya: piu-tang pajak dicatat

berdasarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang diter-bitkan, piutang Tun-tutan Ganti Rugi (TGR) dijurnal ber-dasarkan Surat Ke-terangan Tanggung

Jawab Mutlak

(SKTJM), aset tetap dicatat berdasarkan Berita Acara Serah Terima (BAST), dan lain-lain. Selain itu terdapat saat pen-jurnalan yang di-atur secara khusus didalam SAP seperti persediaan yang di-jurnal bukan ber-dasarkan bukti

per-olehan maupun

bukti pemakaian, melainkan berdasar-kan hasil opname fisik pada tanggal pelaporan dikalikan harga perolehan ter-akhir.

(61)

(b) pada saat yang lazim diterapkan dalam sis-tem akuntansi, seperti:

 Jurnal penyesuaian

dilakukan pada tanggal pelaporan.

 Jurnal penutup di-lakukan pada akhir periode pelaporan setelah Laporan Re-alisasi Anggaran di-susun.

 Jurnal balik dila-kukan setiap awal tahun berikutnya (bersifatoptional). Saat ini pemerintah dalam melakukan proses akun-tansi telah menggunakan aplikasi yang dikenal de-ngan nama Sistem Akun-tansi InsAkun-tansi (SAI). Sistem ini menghendaki semua transaksi keuangan (doku-men pengeluaran maupun penerimaan) diinput ber-dasarkan tanggal tran-saksi/dokumennya dan se-lanjutnya dilakukan pro-ses posting (jurnal). Propro-ses

posting (jurnal) ini akan menghasilkan buku besar untuk kemudian digu-nakan sebagai dasar pe-nyusunan Laporan Ke-uangan.

2. SP2D GU Nihil harus dijurnal, karena bila tidak dijurnal akan menyebab-kan:

 Posisi Kas di Benhara Pengeluaran da-lam neraca menjadi overstated (disajikan melebihi jumlah sebe-narnya), yang seharus-nya mungkin sudah NIHIL atau setidaknya berkurang sejumlah U-ang Persediaan yU-ang telah dipotong oleh Bendahara Umum Da-erah (BUD).

 Realisasi Belanja di dalam LRA menjadi understated (disajikan kurang dari jumlah serharusnya).

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan istilah 'negara berkembang' ke seluruh negara yang kurang berkembang dianggap tidak tepat bila kasus negara tersebut adalah sebuah negara miskin, yaitu negara yang

Berikut adalah tutorial membuat perintah yang digunakan untuk mencari volume dan luas bengun ruang yang antara lain terdapat bangun ruang Tabung, Bola, Balok dan Prisma segi

Ada cara yang lebih mudah dan efisien untuk mendeteksi kelainan payudara oleh diri sendiri yang dikenal dengan Periksa Payudara Sendiri.Tujuan penelitian ini adalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan di lokasi rencana program ini akan dilaksanakan, diperoleh kesimpulan bahwa ada seperangkat permasalahan yang

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa pajak, tunneling dan exchange rate secara bersama-sama berpengaruh

Terdapat pengaruh yang positif antara variabel Kepercayaan Merek terhadap Keputusan Pembelian sepeda motor yamaha di Pasaman Barat dengan koefisien regresi 0.328

Proses penurunan COD pada biofilter anaerob bermedia plastik ( bioball ) menggunakan air limbah domestik didapatkan hasil sesuai standart baku mutu saat waktu tinggal

Data primer diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari lapangan yang menjadi obyek penelitian atau diperoleh melalui wawancara berupa keterangan atau