• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. SIMPULAN DAN SARAN. 2. Terdapat kemungkinan kesalahan identifikasi pada penggunaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. SIMPULAN DAN SARAN. 2. Terdapat kemungkinan kesalahan identifikasi pada penggunaan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Pasangan primer 2550F-2718R efektif dalam mengidentifikasi jenis kelamin burung air karena pita CHD-Z dan CHD-W yang terbentuk mudah dibedakan sehingga meminimalisir kesalahan identifikasi.

2. Terdapat kemungkinan kesalahan identifikasi pada penggunaan pasangan primer P2-P8 dan primer 1237L-1272H karena pita CHD-Z dan CHD-W yang terbentuk pada gel agarose sulit dibedakan.

3. Penggunaan ekstraksi metode perebusan kurang efektif dalam mendapatkan DNA genom total dari sampel.

B. Saran

1. Penggunaan pasangan primer 2550F-2718R terhadap sampel burung air lebih disarankan, karena efektif dalam mengidentifikasi jenis kelamin dengan kesalahan identifikasi paling minim.

2. Penggunaan pasangan primer P2-P8 lebih disarankan dibanding pasangan primer 1237L-1272H.

3. Penggunaan kontrol positif spesies yang sama dalam penggunaan pasangan primer P2-P8 dan primer 1237L-1272H guna meminimalisir kesalahan identifikasi.

4. Guna visualisasi pita CHD-W yang lebih baik, dapat digunakan gel akrilimida atau dengan penambahan enzim restriksi tertentu.

(2)

5. Penggunaan metode PCE (Phenol Chloroform Extraction) standar lebih disarankan daripada metode perebusan.

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah H., A. Christianingsih, A. Fahrudin, N. Hidayatullah, A. Maulana, S. Purnama, S. Saputro, A.M. Tampubolon, B. Wicaksana, L.W. Sin, W. Novarino. 2007. Pedoman Pemantauan Flu Burung (AI) pada Satwa Burung. Yayasan Kutilang Indonesia. Jakarta.

Boere, G.C., Galbraith C.A, dan Struoud D.A. 2006. Waterbirds Around the World. The Stationery Office. Edinburgh, UK.

Cerit, H., K. dan Avanus. 2007. Sex identification in avian species using DNA typing methods. World's Poultry Science Journal, vol 63/Issue 1/March 2007, pp 91-100.

Dawson, A.D., Steven D. Fiona MH, Andrew PK, Ian L.J. & Terry B. 2001. A Critique of avian CHD-based Molekuler Sexing Protocols Ilustrated by a Z-chromosom polymorphism detected in auklets. Molecular Ecology Notes 1,. 201-204.

Davies, J., G. Claridge, dan C.H.E. Niranita. 1996. Manfaat Lahan Basah Dalam Mendukung dan Memelihara Pembangunan. Direktorat Jendral PHPA & Asian Wetland Bureau. Bogor.

Dubiec A., Magdalena Z.N., 2006. Molecular Techniques For Sex Identification in Birds. Biological Lett. 2006, 43(1): 3.12.

Elfidasari, Dewi dan Junarti. 2006. Keragaman Burung Air di Kawasan Hutan Mangrove Peniti, Kabupaten Pontianak. Biodiversitas 66. 7 (1): 63-66 Ellegreen, H. 1996. First Gene on the avian W-chromosome (CHD) Provides a tag

for Universal Sexing of non-ratite Birds. Proc. R. soc. Lond. B. 263 : 1635-1641.

Fridolfsson A-K, dan Ellegren H, 1999. A simple and universal method for molecular sexing of non-ratite birds. J. Avi. Bio. 116-121.

Gaaib, J.N., Adnan F. Nassief, dan Akeel H. Al-Assi. 2011. Simple Salting–out Method for Genomic DNA Extraction from Whole Blood. Tikrit Journal of Pure Science 16 (2) 2011 ISSN: 1813 – 1662.

Griffiths R, Mike C.D., Kate Orr, dan Robert JGD, 1998. A DNA test to sex most birds. Molecular Ecology. 7: 1071-1075.

Herison, C., Rustikawati dan Eliyanti. 2003. Penentuan Protokol yang Tepat untuk Menyiapkan DNA Genom Cabai (Capsicum sp.). Akta Agrosia 6(2):38-43

(4)

IUCN. 2013. Common Sandpiper (Actitis hypoleucos). http://www.iucnred list .org/ details/full/106003027/0. 20 Juli 2013

IUCN. 2013. Common Redshank (Tringa totanus). http://www.iucnredlist.org/ details/ 106003017/0. 20 Juli 2013.

IUCN. 2013.Javan Plover (Charadrius javanicus ). http://www.iucnredlist\ .org/ details /106003133/0. 20 Juli 2013.

IUCN. 2013. Red-necked Stint (Calidris ruficollis). http://www.iucn redlist.org/ details/summary/106003046/0. 20 Juli 2013

IUCN. 2013. Greater Painted-Snipe (Rostratula benghalensis). http://www. iucn redlist.org/ details/160032580/0. 20 Juli 2013.

Kahn N. W., John J. S., Quinn T. W. 1998. Chromosome-specific intron size differences in the avian CHD gene provide an efficient method for sex identification in birds. The Auk 115(4):1074-1078, 1998.

Kutilang Indonesia. 2012. Berkik Kembang Besar

.http://www.kutilang.or.id/burung/ konservasi/berkik-kembang-besar/. 10 Mei 2013.

Kutilang Indonesia. 2012. Cerek Jawa. http://www.kutilang.or.id/ burung/ konservasi /cerek jawa.23 Oktober 2012.

Kutilang Indonesia. 2012. Kedidi Leher Merah .http://www.kutilang.or.id/burung/ konservasi/berkik-ekor-lidi/. 10 Mei 2013.

Kutilang Indonesia.2012. Trinil Kaki Merah.http://www.kutilang.or.id/burung /konservasi/kedidi-leher-merah/. 10 Mei 2013.

Kutilang Indonesia. 2012. Trinil Pantai .http://www.kutilang.or.id /burung/konservasi /trinil-pantai/. 23 Oktober 2012.

Kutilang Indonesia. 2012. Bambangan Kuning. http://www.kutilang.or.id/burung/ konservasi/bambangan-kuning/. 16 Agustus 2013.

Marks, D.W., Allan D. Marks, Collen M. Smith. 1996. Biokimia Kedokteran Dasar; Sebuah Pendekatan Klinis. EGC. Jakarta.

McCord, Bruce, Kerry Opel, Maribel Funes, Silvia Zoppis, and Lee Meadows Jantz. 2011. An Investigation of the Effect of DNA Degradation and Inhibition on PCR Amplification of Single Source and Mixed Forensic Samples. Department of Chemistry, International Forensic Research Institute Florida International University. Miami.

(5)

Yeast, and Fungal DNA from Blood Culture Material. Journal of Microbiological Methods 42: 139-147.

Nugroho, A.S. 2009.Trisik, Kantung Keanekaragaman Burung yang Terabaikan. http://kabarburungkibc.wordpress.com/edisi-november-2008/trisik-kantung-keanekaragaman-burung-yang-terabaikan/. 29 Oktober 2012

Padmadi, B. 2009. Identifikasi Sifat Aroma Tanaman Padi Menggunakan Marka Berbasis Gen Aromatik. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB . Bogor . Tidak diterbitkan.

Port J. dan Greeney H. F. 2012. Comparison of Three Molecular Sexing Primers in a Monomorphic Tropical Furnariid, the Spotted barbtail (Premnoplex brunnescens). Boletin SAO vol 21 pag : evAP2_2012.

Quintana, F., Gabriela C.L, Gustavo S. 2008. A Cheap and Quick Method for DNA-based Sexing of Birds. Waterbirds 31 (3) :485-488.

Reddy, A. Vibhu Prakash dan S Shiveji. 2007. A Rapid, non-invasive, PCR-based method for Identification of Sex of the Endangered Old World Vultures (white-backed and long-billed vultures) –Implications for Captive Breeding Programmes. Current Science, 92(5).

Seutin G. , White B. N. Boag P. T. 1991. Preservation of Avian Blood and tissue Samples for DNA Analyses. Can J. Zool. 69 : 82-90

Sudjadi. 2008. Bioteknologi Kesehatan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sulandari, S. dan M. Syamsul Arifin Zein. 2003. Panduan Praktis Laboratorium DNA. LIPI . Cibinong.

Taufiqurrahman, I., Ardy M.T., Harun Subekti dan Helmy Z.U. 2010. Pantai Trisik Yogyakarta : Another Internationally Important Site for Sanderling Calidris alba in Indonesia. Stilt 58 (2010): 57–62 .

Tomasulo, A. M., Del Lama S. N., dan Rocha C. D.; 2002. Molecular Method of Sexing Waterbirds Without DNA Extraction. Waterbirds. 25: 245-248. Tenriulo A., Emma Suryati, Andi Parenrengi, dan Rosmiat. 2001. Ekstraksi DNA

Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Fenol Kloroform. Marina Chimica Acta vol. 2 no. 2, Oktober 2001, hal.6-10.

Utami, A. 2012. Variasi Metode Isolasi DNA Daun Temulawak. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB . Bogor . Tidak diterbitkan.

Vali U. 2002. Molecular Sexing of Eurasian Woodcock Scolopax rusticola . Wader Study Group Bull. 98: 48.

(6)

Agarose. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya. Surabaya.

Wirastika, P. I. P., 2013. Penggunaan Metode Molekuler Sexing untuk Penentuan Jenis Kelamin Burung Jalak Bali (Leucopsar rothschildi). Skripsi. Fakultas Teknobiologi UAJY. Yogyakarta. Tidak diterbitkan.

Yuda, P. 2008. Conservation Genetic of the Java Sparrow (Padda oryzivora) and an Analysis of it’s Viability. Thesis. School of Marine and Tropical Biology. James Cook University. Australia.

Zaniar, F. 2002 . Penggunaan Penanda Molekuler untuk Penentuan Jenis kelamin Burung Betet Jawa. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB . Bogor . Tidak diterbitkan.

(7)

LAMPIRAN

Lampiran I. Visualisasi Pita DNA Hasil Amplifikasi Sampel Burung Air

Lampiran I.A. Visualisasi hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer 2550F-2718R

Keterangan : III= penggunaan primer 2550F-2718R. A.2, A.3, A.4 = Trinil Kaki Merah, E.2, E.3 = Trinil Pantai, ♂= kontrol Ayam jantan, ♀= kontrol Ayam betina, Ldd= DNA ladder 100 bp. Terbentuknya dua pita menunjukkan jenis kelamin betina pada sampel, terbentuknya satu pita memerlukan analisis berdasarkan ukuran untuk menentukan jenis kelamin sampel.

Lampiran I.B. Visualisasi hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer P2-P8 Keterangan : I= penggunaan primer P2-P8. A.1, A.2, A.3, A.4 = Trinil Kaki

Merah, B.1, B.2, B.3 = Berkik Kembang Besar, ♀= kontrol Ayam betina, D.2 = Cerek Jawa, E.1= Ttrinil Pantai, Ldd= DNA ladder 100 bp. Terbentuknya dua pita menunjukkan jenis kelamin betina pada sampel, terbentuknya satu pita memerlukan analisis berdasarkan ukuran untuk menentukan jenis kelamin sampel.

(8)

Lanjutan lampiran I

Lampiran I.C. Visualisasi hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer 1237L-1272H

Keterangan : II= penggunaan primer 1237L-1272H. A.1, B.1, B.2, B.3= Berkik Kembang Besar, E.1, E.2, E.4= Trinil Pantai, F.1, F.2, F.3= Kedidi Leher Merah, ♀= kontrol Ayam betina, Ldd= DNA ladder 100 bp. Terbentuknya dua pita menunjukkan jenis kelamin betina pada sampel, terbentuknya satu pita memerlukan analisis berdasarkan ukuran untuk menentukan jenis kelamin sampel.

Lampiran I.D. Visualisasi hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer 2550F-2718R

Keterangan : III= penggunaan primer 2550F-2718R. E.1, E.2, E.3, E.4= Trinil Pantai, B.1, B.2, B.3= Berkik Kembang Besar, ♀= kontrol Ayam betina, Ldd= DNA ladder 100 bp Terbentuknya dua pita menunjukkan jenis kelamin betina pada sampel, terbentuknya satu pita memerlukan analisis berdasarkan ukuran untuk menentukan jenis kelamin sampel.

(9)

Lanjutan lampiran I

Lampiran I.E. Visualisasi hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer 2550F-2718R

Keterangan : III= penggunaan primer 2550F-2718R. D.1, D.2, D.3= Cerek Jawa, F1, F.2, F.3 = Kedidi Leher Merah, A.1, A.2, A.3, A.4= Trinil Kaki Merah, ♂= kontrol Ayam jantan, ♀= kontrol Ayam betina, Ldd= DNA ladder 100 bp. Terbentuknya dua pita menunjukkan jenis kelamin betina pada sampel, terbentuknya satu pita memerlukan analisis berdasarkan ukuran untuk menentukan jenis kelamin sampel.

Lampiran I.F. Visualisasi hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer 1237L-1272H dan 2550F-2718R

Keterangan : II= penggunaan primer 1237L-1272H, III= penggunaan primer 2550F-2718R. B.1, B.2= Berkik Kembang Besar, E.1, E.2, E.4= Trinil Pantai, F1, F.2, F.3 = Kedidi Leher Merah, D.1= Cerek Jawa, ♂= kontrol Ayam jantan, ♀= kontrol Ayam betina, Ldd= DNA ladder 100 bp. Terbentuknya dua pita menunjukkan jenis kelamin betina pada sampel, terbentuknya satu pita memerlukan analisis berdasarkan ukuran untuk menentukan jenis kelamin sampel.

(10)

Lanjutan lampiran I

Lampiran I.G. Visualisasi hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer 2550F-2718R

Keterangan : III= penggunaan primer 2550F-2718R. D.2, D.3 = Cerek Jawa, F1, F.2, F.3 = Kedidi Leher Merah, ♂= kontrol Ayam jantan, ♀= kontrol Ayam betina, Ldd= DNA ladder 100 bp. Terbentuknya dua pita menunjukkan jenis kelamin betina pada sampel, terbentuknya satu pita memerlukan analisis berdasarkan ukuran untuk menentukan jenis kelamin sampel.

(11)

Lampiran II. Grafik semi-log bagi sampel DNA burung air.

Lampiran II.A. Grafik semi-log bagi hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer 2550F-2718R dengan persamaan grafik y = 32442x-1,25

Lampiran II.B. Grafik semi-log bagi hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer P2-P8 dengan persamaan grafik y = 28520x-1,21

y = 32442x-1,25 100 1000 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Ukuran panjang basa

Jarak migrasi pita (mm)

y = 28520x-1,21 100 1000 10000 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Ukuran panjang basa

(12)

Lanjutan lampiran II

Lampiran II.C. Grafik semi-log bagi hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer 1237L-1272H dengan persamaan grafik y = 54550x-1,38

Lampiran II.D. Grafik semi-log bagi hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer 2550F-2718R dengan persamaan grafik y = 11653x-1,07

y = 54550x-1,38 100 1000 10000 0 20 40 60 80 100 Ukuran panjang basa

Jarak migrasi pita (mm)

y = 11653x-1,07 100 1000 10000 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Ukuran panjang basa

(13)

Lanjutan lampiran II

Lampiran II.E. Grafik semi-log bagi hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer 2550F-2718R dengan persamaan grafik y = 24154x-1,64

Lampiran II.F. Grafik semi-log bagi hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer 1237L-1272H dan 2550F-2718R dengan persamaan grafik y = 34164x-1,28

y = 24154x-1,64 100 1000 10000 0 20 40 60 80 100 Ukuran panjang basa

Jarak migrasi pita DNA (mm)

y = 34164x-1,28 100 1000 10000 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Ukuran panjang basa

(14)

Lanjutan lampiran II

Lampiran II.G. Grafik semi-log bagi hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer 2550F-2718R dengan persaman grafik y = 8791,x-0,96

y = 8791,x-0,96 100 1000 10000 0 5 10 15 20 25 30 35 Ukuran panjang basa

(15)

Lampiran III. Tabel Perhitungan Panjang Basa Masing-masing Pita DNA.

Lampiran III.A. Tabel ukuran pita hasil amplifikasi DNA Trinil Kaki Merah dengan persamaan y = 37628x-1,30.

Kode sampel

Jarak migrasi Ukuran

(bp) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 mean

kromosom Z P.♀ 40 39 39 39,33333 318 12.♀ 48 50 49,5 49,16667 238 25.A4 24 23 22 23 639 25.♀ 25 24 25 24,66667 583 kromosom W P.A2 36 36 37 36,33333 352 P.A3 36 36 36 36 357 P.A4 37 35,5 35 35,83333 359 P.♀ 37,5 37 36 36,83333 346 12.A2 45 44,5 44 44,5 271 12.A3 45 45 44,5 44,83333 264 12.A4 46 45 45 45,33333 252 12.♀ 47 47 47 47 284 25.A2 32 31,5 31,5 31,66667 421 25.A3 32 31 31 31,33333 427 25.♀ 32 31 32 31,66667 421

Lampiran III.B. Tabel ukuran pita hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer 2550F-2718R dengan persamaan y = 32442x-1,25 Kode

sampel

X = jarak migrasi (mm) Y = ukuran (bp) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 mean

kromosom Z 25.A4 25 26 26 25,66667 562 25.E2 25 26 26,5 25,83333 557 25.♂ 27 29 29 28,33333 496 25.♀ 27 28 28 27,66667 511 kromosom W 25.A2 38 38 39 38,33333 340 25.A3 38 38 39,5 38,5 338 25.E3 35 37 38 36,66667 360 25.♀ 34 34 36 34,66667 387

(16)

Lanjutan lampiran III.

Lampiran III.C. Tabel ukuran pita hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer P2-P8 dengan persamaan y = 28520x-1,21

Kode sampel

X = jarak migrasi (mm) Y = ukuran (bp) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 mean

kromosom Z P.B2 -P.♀ 42 42,5 42 42,166667 308 P.D1 38 39 38 38,333333 346 P.E1 38 39 38,5 38,5 344 kromosom W P.A2 36 36 36 36 373 P.A3 36 35 36 35,666667 377 P.A4 36 36 35,5 35,833333 375 P.B1 35 35,5 35 35,166667 384 P.B2 -P.B3 35 37 36 36 373 P.♀ 40 40 39,5 39,833333 330

Lampiran III.D. Tabel ukuran pita hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer 1237L-1272H dengan persamaan y = 54550x

-1,38

Kode sampel

X = jarak migrasi (mm) Y = ukuran (bp) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 mean

kromosom Z 12.B2 49 49 49 254 12.F1 45 45 45 45 285 12.F2 44 44,5 45 44,5 290 12.F3 46 46 46,5 46,16667 275 12.♀ 53 54 53,5 225 kromosom W 12.B1 47 47 47 47 269 12.B2 46 46 46 46 277 12.B3 47 47 47 47 269 12.F2 50 49 49,5 49,5 250 12.F3 50 49 49,5 49,5 250 12.♀ 50 50,5 51,5 50,66667 242

(17)

Lanjutan lampiran III.

Lampiran III.E. Tabel ukuran pita hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer 2550F-2718R dengan persamaan y = 11653x-1,07

Kode sampel

X = jarak migrasi (mm) Y = ukuran (bp) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 mean

kromosom Z 25.E4 14 14,5 15 14,5 666 25.B♀ 16 17 17 16,6667 573 25.B1 14 15 16 15 643 25.B2 -25.B3 15 15 15,5 15,1667 634 kromosom W 25.♀ 21 21,5 22 21,5 437 25.B1 23 23 24 23,3333 401 25.B2

-Lampiran III.F. Tabel ukuran pita hasil amplifikasi DNA Cerek Jawa dengan persamaan y = 15273x-1,08

Kode sampel

X = jarak migrasi (mm) Y = ukuran (bp) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 mean

kromosom Z P.D1 35 - -P.D2 36 35 35 35,3333 325 P.D3 35 35 35 35 328 P.♂ 37 37 37 37 309 P.♀ 38 37 37 37,3333 306 12.♂ 47 46 46 46,3333 242 12.♀ 46 46 46,5 46,1667 243 25.♂ 23 22 22 22 542 kromosom W P.♀ 36 35 35 35,3333 325 12.D1 43 43 43 43 263 12.D2 43 43 43 43 263 12.D3 42 42 42 42 270 12.♀ 43 43 43,5 43,1667 262

(18)

Lanjutan lampiran III.

Lampiran III.G. Tabel ukuran pita hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer 2550F-2718R dengan persamaan y = 24154x-1,64

Kode sampel

X = jarak migrasi (mm) Y = ukuran (bp) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 mean

kromosom Z 25.D1 -25.D2 42 42 41 41,6667 533 25.D3 42 42 41 41,6667 533 25,♂ 41 43 42 42 526 25.♀ 40 40,5 40,25 564 25.A4 34 36,5 36 35,5 693 kromosom W 25.D1 -25.F1 52 52,5 50,5 51,6667 374 25.F2 52 52 51 51,6667 374 25.F3 51 52 51 51,3333 379 25.♀ 47 49 48,5 48,1667 420 25.A1 49 51 50 50 395

Lampiran III.H. Tabel ukuran pita hasil amplifikasi DNA Trinil Merah dengan persamaan y = 27792x-1,2

Kode sampel

X = jarak migrasi (mm) Y = ukuran (bp) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 mean

kromosom Z P.E1 39 41 40 40 332 P.E2 40 40 40 40 332 P.E4 37,5 38 37,75 356 P.♀ 37,5 38,5 38 353 25.E1 24 24,5 24 24,16667 608 25.E4 24 25 24 24,33333 603 25.♀ 27 27 27 27 533 kromosom W P.E2 37 38 38 37,66667 357 P.♀ 36 36 37 36,33333 373 25.E2 36 35 36 35,66667 381 25.♀ 34 35 34 34,33333 399

(19)

Lanjutan lampiran III.

Lampiran III.I. Tabel ukuran pita hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer 1237L-1272H dan 2550F-2718R dengan persamaan y=34164x-1,28

Kode sampel

X = jarak migrasi (mm) Y = ukuran (bp) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 mean

kromosom Z 12.E1 46 46 45 45,66667 257 12.E2 44 44 43 43,66667 272 12.E4 45 45 45 45 262 12.F1 44 44 44 44 269 12.F3 45 44 44 44,33333 266 12.♂ 50 50 49 49,66667 231 12. ♀ 49 50 48 49 235 kromosom W 12.E2 46 46 45 45,66667 257 12.F1 47 47 47 47 247 12.F3 46,5 46 47 46,5 251 12. ♀ 47 47 47 47 247

Lampiran III.J. Tabel ukuran pita hasil amplifikasi DNA Kedidi Leher Merah dengan persamaan y = 10402x-1,51 Kode

sampel

X = jarak migrasi (mm) Y = ukuran (bp) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Mean

kromosom Z P.F1 46 48 48 47,3333 307 P.F2 45 47 46,5 46,1667 319 P.F3 45 46,5 46,5 46 320 P. ♀ 45 46,5 46,5 46 320 12.F1 53 55 55 54,3333 249 12.F2 52 54 53 53 259 kromosom W P.F1 43 45,5 45 44,5 337 P.F2 42 44 44 43,3333 351 P.F3 42 43,5 43 42,8333 358 P. ♀ 41 43,5 43 42,5 362 12.F1 52 53 52,5 52,5 263 12.F2 49 50,5 50,5 50 283

(20)

Lanjutan lampiran III.

Lampiran III.K. Tabel ukuran pita hasil amplifikasi DNA burung air dengan primer 2550F-2718R dengan persamaan y = 8791,x-0,96

Kode sampel

X = jarak migrasi (mm) Y = ukuran (bp) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Mean

kromosom Z 25.D2 15 17 15 15,666667 626 25.D3 15 17 15 15,666667 626 25. ♂ 16 16 16 16 614 25. ♀ 16 16,5 16,5 16,333333 602 kromosom W 25.F1 22 23 22 22,333333 446 25.F2 23 24,5 23 23,5 424 25.F3 23 24 23 23,333333 427 25. ♀ 20 22 20,5 20,833333 476

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Ciri-ciri fasilitas Learning Center di Solo adalah: (1) Learning Center berlandaskan teori kecerdasan majemuk; (2) Learning Center dirancang berdasarkan pendekatan

Dalam penelitian ini, terdapat 3 (tiga) aspek utama yang dianalisis, yaitu peraturan yang digunakan dalam melindungi hak-hak konsumen pada saat terjadi kepailitan

Tujuan audit operasional secara umum adalah untuk mengetahui apakah prestasi manajemen pada setiap rumah sakit telah sesuai dengan kebijakan ketentuan dan

BUMA sebelumnya juga telah menandatangani kontrak dengan konsumen baru yakni PT Sungai Danau Jaya (SDJ) di akhir Juni lalu dimana total kontrak mencapai Rp5

Gardu induk jenis mobil yaitu dimana gardu jenis ini dilengkapi dengan peralatan diatas kereta hela (trailer).Gardu ini biasa digunakan jika ada gangguan disuatu gardu lain

[r]