• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol.2 No.2 Desember BUDIDAYA LARVA BLACK SOLDIER FLY (BSF) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN TEPUNG MAGGOT PADA MEDIA DEDAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Vol.2 No.2 Desember BUDIDAYA LARVA BLACK SOLDIER FLY (BSF) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN TEPUNG MAGGOT PADA MEDIA DEDAK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

………..

ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian

ISSN 2722-9467 (Online)

BUDIDAYA LARVA BLACK SOLDIER FLY (BSF) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN TEPUNG MAGGOT PADA MEDIA DEDAK

Oleh

Lia Nur Aini1), Ahmad Fanani2) & M. Saratunsara Husein3)

1Dosen Program Studi Budidaya Ternak Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena 2Dosen Program Studi Agribisnis Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena 3Mahasiswa Program Studi Agribisnis Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena

Email: 1lianuraini.91@gmail.com Abstrak

Maggot merupakan larva yang dihasilkan dari lalat berjenis Black Soldier Fly (BSF). Siklus hidup Black Soldier Fly (BSF) terdiri dari larva, larva dewasa, prepupa, pupa dan menjadi lalat dewasa yang berlansung selama 41 hari. Maggot adalah penghasil protein hewani yang tinggi dan memiliki kandungan protein sekitar 41%-42%. Hal ini dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak. Tujuan dari kegiatan tugas akhir ini adalah mengetahui cara budidaya maggot BSF dan pembuatan tepung maggot. Metode pelaksanaan kegiatan tugas akhir adalah praktik langsung budidaya maggot BSF selama 4 bulan. Budidaya maggot BSF dimulai dari pengolahan dengan pembuatan MOL, persiapan media, pembuatan kandang, dan perawatan maggot. Maggot hasil budidaya dijadikan tepung maggot melalui pengeringan dan penggilingan sampai menjadi tepung maggot. Pembuatan tepung menggunakan maggot dewasa umur 0-19 hari sebelum fase prepupa. Hasil budiaya maggot BSF diperoleh hasil sebanyak 500 gram tepung dari 2 kg maggot kering. Tepung maggot BSF ini dapat dijadikan sebagai tambahan ransum bahan pakan ternak dan memiliki kandungan protein yang tinggi.

Kata Kunci: Black Soldier Fly (BSF), Kandungan maggot, Tepung maggot. PENDAHULUAN

Ketergantungan dengan impor pakan ternak pada akhirnya membuat harga pakan ternak menjadi lebih mahal. Di sisi lain, biaya pakan diketahui menyumbang 70%-80% dari total biaya produksi. Kondisi ini menyebabkan efisiensi produksi menjadi rendah. Pemanfaatan sumber protein alternatif yang ketersediaannya melimpah dan tidak bersaing dengan kebutuhan pangan manusia, menjadi salah satu solusi yang menjanjikan untuk mengoptimalkan efisiensi produksi. Serangga merupakan salah satu alternatif sumber protein yang dapat digunakan dalam pakan ternak monogastrik dan merupakan bagian dari pakan alami unggas (Makkar et al. 2014). Sebagai mahluk berdarah dingin, serangga memiliki tingkat konversi pakan yang tinggi dan siklus hidup yang relatif pendek (Cullere et al. 2016). Berbagai jenis serangga berpotensi dimanfaatkan untuk memproduksi biomassa

bermanfaat, tetapi yang mulai banyak diteliti adalah larva dari Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia illucens, maggot/larva lalat rumah (Musca domestica) dan ulat hongkong (Tenebrio molitor) (Charlton et al. 2015).

Bahan baku yang digunakan untuk pakan berprotein ternak selama ini menggunakan tepung ikan yang diimpor. Sumber protein hewani dari tepung ikan memiliki ketersediaan yang terbatas dan harganya mahal. Peningkatan harga pakan tepung ikan tidak diikuti dengan biaya produksi ikan yang relatif stabil dipasaran. Untuk itu perlu dilakukan alternatif pengganti dari sumber protein hewani yang mudah didapat, mengandung protein tinggi dan relatif murah. Salah satu alternatif yang digunakan untuk bahan pakan berprotein adalah tepung maggot. Maggot (Hermetia illucens) memiliki kandungan gizi yang baik yaitu protein 43,23%, lemak 19,83%, serat kasar 5,87%, abu 4,77%

(2)

dan BETN 26,3% serta memiliki asam amino esensial lengkap seperti Glisin 3,80%, Lisin 10,65%, Arginin 12,95%, Alanin 25,68% dan Prolin 16,94% (Harlystiarini, 2017).

Penggunaan maggot BSF sebagai alternatif bahan pakan berprotein telah banyak dibudidayakan oleh peternak. Namun budidaya maggot BSF kurang diminati peternak wilayah pedalaman. Alasan mendasar peternak pedalaman adalah kurangnya pengetahuan akan kandungan maggot, nutrisi maggot dan teknik budidaya maggot BSF. Black Soldier Fly (BSF) atau lalat tentara hitam merupakan jenis lalat dari sekian banyak jenis lalat yang ternyata memberikan banyak sekali manfaat bagi manusia sebagai pengurai sampah organik (Anonim. 2017). Hermetia illucens atau Black Soldier Fly (BSF) adalah serangga bagian dari ordo diptera yang masih sekelas dengan lalat pada umumnya. Hanya saja ciri yang paling kentara dibandingkan dengan lalat pada umumnya, dimana serangga tersebut sangat peka terhadap berbagai vektor penyakit seperti bangkai dan juga limbah lainnya melalui proses fermentasi (Suciati, 2017).

METODE PENELITIAN

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan. Peneliti mulai melaksanakan kegiatan tugas akhir pada tanggal 20 April 2020 sampai 30 Juli 2020 di Laboratorium Lapang Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena. Metode pelaksanaan dalam tugas akhir ini menggunakan metode praktik langsung budidaya maggot pada media tumbuh dedak ditambahkan limbah sayuran dan buah untuk dijadikan tepung maggot.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Siklus Hidup Maggot BSF Media Dedak Budidaya maggot BSF pada media dedak yang telah difermentasi berlangsung selama 57 hari atau 2 siklus. Budidaya dilakukan mulai dari pengumpulan telur, penetasan, pemeliharaan maggot, panen dan pembuatan tepung maggot. Penulis berhasil

mengumpulkan telur lalat Black Soldier Fly (BSF) setalah diberikan media dedak hasil fermentasi sebagai media pemancing telur. Tahap awal budidaya dilakukan sampai dengan penetasan dan pemeliharaan lalat Black Soldier Fly (BSF), dengan tujuan mempermudah pengambilan telur langsung dari kandang pemeliharan lalat Black Soldier Fly (BSF). Berdasarkan hasil praktikum didapat bahwa sumber nutrien berupa dedak berhasil dipanen pada hari ke-20 setelah pembuatan media maggot. Maggot yang dipanen pada media dedak memiliki bobot sebesar 2 kg . Bobot maggot yang dipanen pada media dedak berasal dari bobot telur sebesar 2 gram.

Maggot BSF memiliki fase metamorfosis dalam siklus hidupnya terdiri dari larva, prepupa, pupa dan dewasa yang berlangsung sekitar 38-41 hari dapat dilihat pada gambar 2. Literatur lain menyebutkan bahwa seekor lalat betina BSF normal mampu memproduksi telur berkisar antara 546-1.505 dalam bentuk masa telur dan lalat betina hanya bertelur satu kali selama masa hidupnya, setelah itu mati ( Rachmawati et al. 2010). B. Budidaya Maggot BSF dan Pembuatan Tepung Maggot

Pakan alami diperlukan nutrien dalam menumbuhkan suatu media. Nutrien adalah faktor yang berpengaruh dikomposisi biokimia pakan alami yaitu maggot. Sumber nutrien yang digunakan penulis untuk menumbuhkan maggot BSF adalah hasil fermentasi dedak. Budidaya maggot BSF membutuhkan alat dan bahan penunjang seperti MOL, kandang dan bahan pakan organik lainnya untuk memperoleh hasil tepung maggot BSF yang baik dan berkualitas. Proses pembuatan tepung maggot BSF terdiri dari berbagai tahapan untuk menghasilkan tepung maggot yang baik. Berikut tahapan proses pembuatan:

a. Pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL)

Pelaksanan tugas akhir budidaya maggot BSF dimulai dengan pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) sebanyak 5 liter. Pembuatan MOL dilakukan mulai pada tanggal

(3)

………..

ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian

ISSN 2722-9467 (Online)

20 April 2020 sampai dengan 20 Mei 2020 dengan satu kali masa pembuatan. Bahan yang diguanakan yaitu yakult 2 liter, dedak halus 1 kg, tetes tebu 1 liter, gula merah ½ kg, tepung beras 500 gram, air kelapa 2 liter (lampiran 1) dan dicampurkan kedalam wadah jerigen. Penyimpanan MOL membutuhkan waktu 1 bulan untuk memperoleh hasil fermentasi yang maksimal. Tujuan penggunaan MOL adalah memperlama masa simpan kultur dan meningkatkan kandungan gizi dan nutrien pada media dedak.

b. Pembuatan Kandang Budidaya Maggot

Wadah perkembangan budidaya maggot BSF perlu disiapkan terlebih dahulu pada tahap awal. Alat dan bahan yang dibutuhkan terdapat pada tabel 4. Kayu yang telah disiapkan dipotong dan dibentuk sedemikian rupa hingga tampak sepenti pada gambar 3. Pembuatan kandang budidaya terdiri dari 2 kandang yaitu kandang penetasan dan kandang pembesaran. Kandang penetasan berukuran 30 cm x 20 cm dan dipasang jaring pada sekeliling kerangka kandang. Kandang pembesaran dengan ukuran 200 cm x 75 cm dipasang alas talang seng dan ditutupi terpal pada bagian pinggir kandang. Pemasangan jaring dan terpal berfungsi melindungi maggot dari binatang lain yang dapat merusak media budidaya.

c. Fermentasi Media Dedak

Proses fermentasi dedak bertujuan meningkatkan gandungan gizi dan nutrisi pada dedak. Pembuatan fermentasi media dedak dilakukan dengan mencampurkan bahan-bahan Mikro Organisme Lokal (MOL), dedak halus dan ditambahkan air secukupnya dilakukan secara perlahan agar media tidak terlalu basah. Bahan dan proses fermentasi dapat dilihat pada gambar 4. Pengadukan diperlukan agar bahan media budidaya tercampur merata dengan baik. Setalah media homogen atau tercampur, ditempatkan diwadah atau ember dan tutup rapat kemudian didiamkan selama 4 hari. Selain digunakan sebagai pakan langsung maggot, hasil fermentasi dedak juga digunakan sebagai pemancing telur lalat BSF.

d. Pembuatan Wadah Bertelur Black Soldier Fly (BSF)

Lalat Black Soldier Fly (BSF) membutuhkan wadah sebagai tempat bertelur lalat betina. Penelitian Wardhana (2016) menujukan lalat betina BSF tidak secara langsung meletakkan telurnya diatas sumber pakan atau media budidaya sehingga membutuhkan tempat tersendiri untuk bertelur. Wadah yang digunakan sebagai tempat bertelur adalah kayu atau kardus yang dibuat berongga seperti pada gambar 5. Wadah bertelur diletakkan diatas media dedak hasil fermentasi dan dibiarkan selama 2 hari didalam kandang lalat BSF.

e. Pengumpulan Telur Black Soldier Fly Indukan lalat Black Soldier Fly (BSF) dimasukkan ke dalam tempat media budidaya yang telah dikelilingi jaring. Kadang lalat BSF bertujuan untuk memudahkan pengambilan telur dan tidak bercampur dengan telur lalat lainnya. Lalat Black Soldier Fly (BSF) indukan didapatkan dari hasil siklus budidaya pertama yang sebelumnya. Berdasarkan hasil pengamatan lalat betina akan meletakkan telurnya pada hari kedua setelah kawin dan akan menetas dalam kurun waktu 3 hari. Karateristik telur lalat BSF kuning keemasan dalam bentuk koloni seperti pada gambar 6. Telur lalat dikumpulkan langsung dari kandang lalat BSF yang didapatkan dari hasil budidaya siklus pertama, kemudian ditempatkan pada media penetasan.

f. Proses Budidaya Maggot BSF

Proses budidaya dimulai dengan peletakan media budidaya maggot ke dalam kandang budidaya yang sebelumnya telah dibuat. Setelah pengumpulan telur selesai dilanjutkan untuk ditempatkan di kandang penetasan seperti pada gambar 7. Kandang budidaya diharapkan dapat menjaga kondisi media budidaya agar tetap lembab dan terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Hasil pengamatan media yang berada pada tempat yang minim cahaya, teduh dan lembab memberikan dampak positif terhadap proses perkembangan maggot setelah menetas. Berdasarkan hasil pengamatan budidaya,

(4)

proses penetasan telur maggot selama ±3 hari. Budidaya maggot BSF dikandang penetasan berlangsung selama 10 hari. Larva yang telah menetas segera memasuki tahan makan dan dipindahkan ke kandang pembesaran yang telah dibuat sampai fase panen. Setiap kandang diberikan dedak kering pada setiap pinggiran dengan tujuan menjaga maggot BSFnya tidak keluar.

g. Perawatan Maggot

Pemeriksaan kondisi media budidaya dilakukan satu kali setiap hari selama budidaya. Kondisi media budidaya diamati mulai dari perkembangan dan kelembaban. Jika diperlukan, penambahan sumber pakan maggot dapat dilakukan seperti limbah sayuran terlihat pada gambar 8. Selain itu kondisi kandang dan kelambu yang mengelilingi media juga perlu diperiksa serta dipastikan agar tidak ada lubang yang dapat mengakibatkan maggot keluar dari tempat budidaya. Pemberian pakan tambahan seperti limbah sayuran dicacah terlebih dahulu unutk memper mudah proses makan dari maggot BSF itu sendiri.

h. Proses Panen

Proses pemanenan maggot dimulai setelah umur 0-19 hari sebelum menuju fase prepupa atau pada fase larva dewasa. Maggot perlu dipisahkan dan dibersihkan dari sisa media tumbuhnya seperti pada gambar 9. Tahapan panen adalah mencampur media tumbuh dengan air, kemudian maggot dibersihkan menggunakan saringan. Kemudian maggot ditimbang untuk mengetahui hasil yang didapatkan. Sebagian maggot hasil budidaya dibiarkan hingga berubah menjadi lalat dewasa.

Lalat dewasa akan digunakan sebagai indukan pada tahap budidaya berikutnya. Tujuannya adalah budidaya maggot ini dapat berlanjut dan tidak tergantung pada indukan lalat Black Soldier Fly (BSF) dari luar. Pemanenan dilakukan secara bertahap sampai mencapai 2 kg maggot untuk dijadikan tepung. Pertumbuhan maggot dari hasil kegiatan budidaya tidak merata disebabkan dinding kandang budidaya ditempati bertelur kembali oleh lalat BSF betina liar. Proses selanjutnya

setelah pembersihan maggot dari media kultur yaitu perebusan selama 5 menit. Kemudian dilanjutkan ke proses pengeringan untuk dijadikan tepung maggot.

i. Pembuatan Tepung Maggot

Proses pembuatan tepung maggot pada kegiatan tugas akhir yaitu dengan melakukan pengeringan maggot selama 2 hari. Pengeringan maggot menggunakan sinar matahari langsung dan menggunakan oven pengering pada saat cuaca hujan atau mendung. Proses pengeringan dapat dilihat pada gambar 10. Selanjutnya maggot yang kering dihaluskan menggunakan penggiling atau blender kemudian ditimbang seperti pada gambar 11. Sebagai hasil akhir dibungkus dalam plastik standing pouch dan disimpan tempat yang kering.

Keuntungan pemberian maggot dalam bentuk olahan tepung adalah memperlama masa simpanan jika dibandingkan dengan menyimpan dalam bentuk maggot. Tepung maggot ini selanjutnya dapat menjadi salah satu unsur penyusun ransum pakan yang lengkap sebagai bahan penggati pakan protein lainnya. Bahan tepung dapat diolah menjadi pakan nutrisi yang dibutuhkan ternak dan dapat diproses dalam bentuk pellet untuk pakan ternak unggas, ikan, burung dan ternak lainnya. Kandungan protein dari peneliltian yang dilakukan oleh Harlystiarini (2017) bahwa tepung larva BSF dapat digunakan sebagai sebagai bahan pakan sumber protein karena memiliki kandungan protein kasar sebesar 36.6% dengan kandungan serat hanya 7%. Menurut Tillman et al. (1998) suatu bahan pakan dapat digolongkan sebagai bahan pakan sumber protein jika memiliki kandungan protein kasar di atas 20% dengan kandungan serat kasar tidak lebih dari 18%.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pengamatan yang dilakukan selama kegiatan tugas akhir dengan penerapan media tumbuh larva Black Soldier Fly (BSF) sebagai bahan pembuatan tepung maggot dapat disimpulkan sebagai berikut :

(5)

………..

ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian

ISSN 2722-9467 (Online)

1. Budidaya maggot BSF berhasil dilaksanakan selama 4 bulan dengan media tumbuh dedak hasil fermentasi MOL dan tambahan limbah sayuran. Faktor yang menentukan keberhasilan dalam budidaya maggot yaitu adanya lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia illucens disekitar lokasi media dedak hasil fermentasi.

2. Berdasarkan tujuan dari kegiatan tugas akhir yaitu pembuatan tepung maggot diperoleh hasil sebanyak 500 gram tepung dari 2 kg maggot kering. Hasil pengemasan tepung maggot dapat dilihat pada lampiran 2. Tepung maggot BSF dapat dijadikan sebagai tambahan ransum pakan pada ternak. Dalam bentuk tepung, maggot memiliki kandungan protein yang tinggi

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ainun M, 2018. Sifat Fisik dan Kimia Pollarddan Dedak Padi Hasil Fraksinasi Menggunakan Bobot Molekul [tesis]. Fakultas Peternakan (ID). Intitut Pertanian Bogor.

[2] Anonim. 2017. Mitra Peternak Indonesia. Koloni BSF Indonesia [internet]. [diunduh 2020 Maret 16, 09:00]. Tersedia pada

https://maggotbsf. com/index.php.

[3] Azir, A., Harris, H., Haris, R.B.K. 2017. Produksi dan Kandungan Nutrisi Maggot ‘Chrysomya Megacephala’ Menggunakan Komposisi Media Kultur Berbeda. Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan.12(1): 34-40.

[4] Banjo AD, Lawal OA, Olusole OO. 2005. Bacteria associated with Hermetia illucens (Linaeus) diptera: Stratiomyidae. Asian J Microbiol Biotechnol Environ Sci Pap. 7:351-354.

[5] Charlton AJ, Dickinson M, Wakefield ME, Fitches E, Kenis M, Han R, Zhu F, Kone N, Grant M, Devic E, Bruggeman G, Prior R, Smith R. 2015. Exploring the chemical safety of fly larvae as a source of protein for animal feed. JIFF. 1(1): 7-16.

[6] Cullere M, Tasoniero G, Giaccone V, Miotti-Scapin R, Claeys E, De-Smet S, Dalle-Zotte A. 2016. Black soldier fly as dietary protein source for broiler quails: apparent digestibility, excreta microbial load, feed choice, performance, carcass and meat traits. Ani. 1-8.doi: [internet]. [diunduh 2020 Maret 20, 10:00]. Tersedia pada :10.1017/ S1751731116001270. [7] Fauzi, R.U., & Sari, E.R. 2018. Analisis

usaha budadaya maggot sebagai alternatif pakan lele. Jurnal Teknologi Dan Manajemen Agroindustri. 07(1):39-46. [8] Harefa, D. 2018. Pemanfaatan Fermentasi

Tepung Maggot Sebagai Subtitusi Tepung Ikan dalam Pakan Buatan untuk Benih Ikan Baung [tesis]. Pekan Baru (ID). Fakultas Perikanan dan Kelautan.Universitas Riau Pekanbaru.

[9] Harlystiarini. 2017. Pemanfaatan Tepung Larva Black Soldier Fly (BSF) sebagai Sumber Protein Pengganti Tepung Ikan pada Ransum Puyuh Petelur [tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

[10] Hartoyo dan Sukardi P. 2007. Alternatif Pakan Ternak Ikan. [internet]. [diunduh 2020 Maret 15, 20:00]. Tersedia pada : www.indopos.co.id

[11] Jayanti, S., Khairani, R., Herika., Muhammad A., Rafiqah. 2017. Teknik budidaya Black Soldier Fly (BSF) Hermatia Illucens. Jurnal Jeumpa [internet]. [diunduh 2020 Maret 15, 20:00] 4 (1):06-25. Tersedia pada :

https://ejurnalunsam.

id/index.php/jempa/article/view/642. [12] Mangunwardoyo W, Aulia, Hem S. 2011.

Penggunaan bungkil inti kelapa sawit hasil biokonversi sebagai substrat pertumbuhan larva Hermetia illucens (maggot). Jurnal Biota. 16:166-172.

[13] Makkar HPS, Tran G, Heuzé V, Ankers P. 2014. State of the art on use of insects in animal feed. J Ani Feed Sci. 197: 1–33.doi: 10.1016/j.anifeedsci. 2014.07.008.

[14] Popa, R. dan Green, T. 2012. DipTerra LCC e-Book . Biology and Ecology of the Black Soldier Fly (BSF). DipTerra LCC.

(6)

[15] Rachmawati, Buchori, D., Hidayat, P., Saurin, H.E.M., Fahmi, N.R.2010. Perkembangan dan Kandungan Nutrisi Larva Hermetia illucens (Linnaeus) (Diptera: Stratiomyidae) pada Bungkil Kelapa Sawit. Jurnal Entomologi Indonesia,7 (1): 28-41.

[16] Setiawan B. 2017. Kandungan protein kasar dan serat kasar dedak padi yang difermentasi dengan mikroorganisme lokal [skripsi]. Makassar (ID). Universitas Hasanuddin.

[17] Silmina, D., G. Edriani, & M. Putri. 2012. Efek-tivitas Berbagai Media Budidaya Terhadap Pertumbuhan Maggot Hermetia illucens. (On line). Diakses dari: http://dosen.narotama.ac.id/wpcontent/upl oads/2012/03/EfektifitasBerbagai-Media- Budidaya-Ter-hadap-Pertumbuhan-Maggot-Hermetia-illucens.pdf.

[18] Sipayung, P.Y.E. 2015. Pemanfaatan Larva Balck Soldier Fly (Hermetia Illucent) Sebagai Salah Satu Teknologi Reduksi Sampah di Daerah Perkotaan [Tugas Akhir]. Surabaya (ID). Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[19] Suciati, R., Faruq, H. 2017. Efektifitas Media Pertumbuhan Maggot ‘Hermatia Illucens’ Sebagai Solusi Pemanfaatan Sampah Organik. Jurnal Biosfer dan Pendidikan Biosfer, 2 (1): 8-13.

[20] Wardhana, A.H. 2016. Black Soldier Fly (BSF) sebagai Sumber Protein Alternatif Untuk Pakan Ternak. Wartazoa. 26 (2):69-78.

[21] Wibowo, D.A.S., Sipayung, D.A., Putra, H.G.P. 2009. Pengaruh Bebrapa Media Terhadap Peertumbuhan Populasi Maggot Hermatia Illucens.[disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Keempat: Orang yang benar-benar tahu tentang Allah 'Azza wa Jalla mendapatkan petunjuk dari ilmunya tentang nama- nama dan sifat-sifat-Nya tentang apa yang dilakukan-Nya dan apa

Setelah dilakukan penelitian di laboratorium dan pembahasan campuran Aspal Beton/ Asphalt Concrete (AC) meng- gunakan bahan pengikat Semarbut Aspal Tipe I (hasil modifikasi

Berdasarkan kandungan nutrisi dan pengaruh penggunaan pakan terhadap waktu pertumbuhan, persentase kematian dan produktivitas nyamuk Aedes aegypti (L.) dapat disimpulkan bahwa

a. Materi bangun ruang sederhana bersifat abstrak. Peserta didik sukar membedakan antara jumlahsisi, rusuk dan titik sudut antara balok dan kubus. Tidak mantapnya konsep tentang

Pemanfaatan Unit Pengolahan Limbah (UPL) menggunakan larva Hermetia illucens/Black Soldier Fly (BSF), ekoenzim, aquaponik dan smart urban farming dengan

Pemberian tepung maggot Black Soldier Fly (Hermetia ilucens) sebagai pengganti tepung ikan dalam ransum berpengaruh terhadap performans (konsumsi ransum, pertambahan bobot

Hasil dari penelitian ini ialah, pengetahuan pajak dan modernisasi administrasi pajak berpengaruh secara positif dan signifikan; manfaat pajak, sanksi pajak, sosialisasi pajak dan

Data mutlak dibutuhkan dan diperlukan dalam penelitian. Dalam menjawab sebuah rumusan masalah dalam penelitian, dibutuhkan data dari berbagai sumber. Data sendiri dapat