• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPLORASI BENIH Caliandra callothyrsus DI WAMENA-PAPUA [Seed exploration of Caliandra callothyrsus at Wamena, Papua]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSPLORASI BENIH Caliandra callothyrsus DI WAMENA-PAPUA [Seed exploration of Caliandra callothyrsus at Wamena, Papua]"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

59 Dedi Setiadi

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Jl. Palagan Tentara Pelajar Km.15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta 55582 e-mail : setiadi2009@yahoo.com

ABSTRACT

A base population should have broaden genetic diversity and be obtained from representative populations. Thus, strategies for seed exploration from natural forest to establish the base population are important. Aim of this study was to obtain seed of kaliandra (Caliandra callothyrsus). The seeds exploration were conducted at four districts at Wamena, Papua, i.e. Kurulu, Holima, Meagama and Assologaima. However, flowering and fruiting characteristics were varied among the districts. Representative population was only observed at Kurulu district, thus, seeds were only collected from the district that obtained from 30 families. At present, seeds were stored at deep cold storage (DCS) until germination process.

Keywords : Caliandra callothyrsus, Seed exploration, Wamena (Papua)

ABSTRAK

Suatu populasi dasar harus memiliki keragaman genetik yang luas dan diperoleh dari populasi yang terwakili. Dengan demikian, strategi untuk eksplorasi benih dari hutan alam untuk membangun populasi dasar sangatlah penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh benih kaliandra (Caliandra callothyrsus). Eksplorasi benih dilakukan di empat kecamatan di Wamena (Papua) yaitu; Kurulu, Holima, Meagama, dan Assologaima. Namun pada saat eksplorasi kondisi berbunga dan berbuah diantara kecamatan tersebut sangat bervariasi, dari hasil pengamatan tegakan kaliandra yang berbuah hanya di kecamatan Kurulu, dengan benih terkumpul dari 30 pohon induk. Benih disimpan didalam tempat pendingin (DCS) sampai proses perkecambahan dilakukan.

Kata kunci: Caliandra callothyrsus, eksplorasi benih, Wamena (Papua)

I. PENDAHULUAN

Kaliandra (Caliandra callothyrsus) tersebar secara alami di Mexico Selatan dan Amerika Tengah seperti Belize, Costa Rica, Guatemala, Honduras, Nicaragua dan Panama. Pada sebaran alaminya, tanaman ini tumbuh pada ketinggian 0-1860 m dengan rerata curah hujan tahunan 1000-4000 mm, rerata suhu minimum tahunan 18-220C. Umumnya kaliandra toleran terhadap 2-4 bulan kering (curah hujan kurang dari 50 mm/bln). Selain itu tanaman ini juga toleran terhadap berbagai jenis tanah termasuk tanah masam dengan pH 4,5 akan tetapi tidak toleran terhadap tanah tergenang (Macqueen 1997).

(2)

Kaliandra bukan merupakan tanaman asli Indonesia (exotic) dan masuk ke Indonesia sekitar tahun 1936 (Macqueen 1997). Kemudian tahun 1974 staff lapangan Perhutani menyebarkan benih kaliandra ke kepala desa di Jawa dan membangun plot percobaan. Dalam jangka waktu singkat, kaliandra ditanam secara luas oleh penduduk desa untuk produksi kayu bakar dan perbaikan tanah (Kartasubrata, 1996). Kaliandra juga terbukti berguna untuk makanan ternak, lebah madu, pupuk hijau, pengendali erosi dalam bentuk tanaman pagar, dan sebagai pohon pelindung di persemaian dan kebun. Penggunaan kaliandra sebagai pohon agroforestry serba guna menyebar dengan cepat ke seluruh Indonesia dan sekitar awal tahun 1980 terdapat 170.000 ha pertanaman kaliandra di Indonesia (Wiersum dan Rica 1997).

Meskipun kaliandra tumbuh dengan cepat, kayunya cukup padat dan kering dengan cepat dan mudah terbakar. Setelah pemangkasan, tunas dapat tumbuh dengan cepat dan lebat membentuk batang yang baru. Ciri ini membuat kaliandra menjadi kayu bakar dan kayu arang yang ideal. Keberhasilan awal kaliandra di Jawa terutama disebabkan oleh tingginya produksi kayu bakar berkualitas. Kayunya mempunyai berat jenis 0,5 – 0,8 dan menghasilkan 4200 kkalori per kg kayu kering dan 7200 kkalori per kg arang. Untuk produksi kayu bakar, kaliandra umumnya ditanam dengan jarak tanam 1m x 1m atau 1m x 2m. Batang dipangkas pada ketinggian 30 – 50 cm pada akhir musim kering (Ty dkk.,1997). Hasil tahunan sangat bervariasi sesuai dengan tapak dan kondisi pengelolaan. Tanaman berumur 1 tahun dapat menghasilkan 5 – 20 m3/ha/thn; dan yang berumur 20 tahun dapat menghasilkan 30 – 65 m3/ha/thn (NRC 1983). Kayu bakar digunakan untuk keperluan rumah tangga dan industri kecil untuk produksi gula merah, karet, minyak, dan bata. Kayu kaliandra juga dapat dijual di pasar lokal. Selain kayunya dimanfaatkan untuk kayu energi, daun kaliandra juga digunakan untuk pakan ternak.

Sementara untuk pengembangan dan pemuliaan jenis tanaman untuk tujuan kayu energi seperti kaliandra masih relatif sedikit sekali, dimana masyarakat masih belum menggunakan dan mengusahakan jenis tanaman khusus kayu energi dari bibit yang telah terseleksi secara genetik. Dengan demikian maka untuk meningkatkan suplai jenis tanaman yang cocok digunakan untuk kayu energi, maka perlu segera dilakukan kegiatan pemuliaan untuk menyediakan materi unggul yang nantinya dapat ditanam oleh masyarakat dilahan mereka maupun dilahan-lahan yang kurang produktif. Oleh karena itu sebagai langkah awal dalam strategi pemuliaan kaliandra adalah mengkoleksi materi genetik berupa biji dari hutan alam.

(3)

61 II. BAHAN DAN METODE

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan: Global Position System (GPS), pH meter, alat petunjuk mata angin (kompas), altimeter, phiband dan alat pengunduh buah.

2. Bahan yang diperlukan : alat tulis, kantong plastik, kardus, lakban, label benih, pengayak benih.

B. Metode

1. Waktu dan Tempat

Kegiatan eksplorasi dan pengumpulan materi genetik benih C. callothyrsus dilakukan mulai 5 sampai 14 Agustus 2010 di Wamena, Papua, dimulai dari Lembah Baliem sampai ke utara arah ke jalan Puncak Jaya (Gambar 1), yang terdiri dari 4 Kecamatan yaitu Kurulu, Holima, Meagama dan Assologaima.

Gambar 1. Lokasi eksplorasi Calliandra callothyrsus di Wamena, Papua 2. Persiapan dan pelaksanaan di lapangan

a. Studi pustaka dan kontak personal dilakukan untuk mengetahui sebaran alami, musim berbunga dan berbuah jenis kaliandra. Sedangkan kontak person diperlukan untuk mengetahui kepastian keberadaan jenis kaliandra dan waktu yang tepat untuk pelaksanaan eksplorasi, alat transportasi yang dapat digunakan untuk mencapai wilayah penelitian.

b. Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan pohon induk sebagai sumber materi genetik yang akan dikoleksi. Berdasarkan informasi dari kontak person dan petugas lapangan setempat maka dilakukan eksplorasi pohon-pohon induk dan pendataan karakteristik pohon meliputi diameter batang, tinggi bebas cabang, tinggi total, kelimpahan biji, dan

LOKASI EKSPLORASI KABUPATEN JAYAWIJAYA

(4)

kondisi lingkungan, seperti asosiasi jenis pohon dengan pohon lain, posisi kordinat pohon, ketinggian tempat dengan tallysheet. Pemilihan individu pohon pada suatu tegakan dipilih berdasarkan luasan populasi pohon dengan jarak antar pohon minimal lebih kurang 100 meter yang diasumsikan tidak terjadi perkawinan antar pohon induk yang dikoleksi buahnya.

c. Kegiatan pengambilan buah pada setiap individu pohon dilakukan dengan cara dipanjat, dipangkas ranting yang ada buahnya dan diberi label identitas serta dimasukan kedalam kantong benih.

d. Pengambilan data informasi tegakan meliputi: posisi tegakan (dengan GPS), pH tanah (dengan pH meter) dan keadaan tegakan.

e. Ekstraksi buah dilakukan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari, diayak dan dipisahkan dengan kotoran, untuk kemudian dimasukan dalam kantong benih (dari kertas) dengan tetap menjaga identitas dari masing-masing pohonnya.

f. Kegiatan pengemasan buah harus dilakukan secepatnya setelah ekstraksi buah dilakukan, untuk menghindari kerusakan buah dengan menjaga kondisi buah tetap baik dari lokasi sampai ke Yogyakarta.

3. Penomeran hasil koleksi (nomor seedlot)

Penomeran hasil koleksi dibuat untuk identifikasi lokasi dan nomor individu pohon yang dikoleksi benihnya. Penomeran tersebut meliputi: nomor seedlot, yang dibuat untuk menunjukkan nomor urut lokasi dimana eksplorasi benih dilakukan menurut sistim penomeran dari CSIRO Division of Forestry, Australia. Dalam setiap nomor seedlot

terdapat nomor individu pohon yang menunjukkan pohon induk dari benih yang dikumpulkan. Nomor individu pohon meliputi inisial nama kolektor dan nomor urut individu pohon dari setiap kolektor (misal: DW201101).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Wilayah

Koleksi materi genetik benih kaliandra dilaksanakan di populasi alam Wamena, Kabupaten Jayawijaya - Papua, terletak antara 1380 301 - 1390 401 Bujur Timur dan 30 451 - 40 201 Lintang Selatan; memiliki luas wilayah 8.496 km2 , secara administratif memiliki 11 kecamatan. Suhu udara rata-rata mencapai 19,30 C dengan kelembaban udara rata-rata 80%, dapat dipastikan bahwa di daerah kabupaten Jayawijaya termasuk katagori

(5)

63 daerah dingin dengan suhu minimum 150 C dan suhu maksimum sekitar 26,20 C. Sedangkan curah hujan rata-rata sekitar 190,7 mm/thn (Anonimus, 2009).

Di distrik Kurulu-Wamena (138º 30’.734" BT dan 03º 13’.971" LS), tegakan kaliandra dapat diketemukan tersebar sangat luas dan tersusun dalam tegakan campuran, di desa Siba populasi ini sangat besar dan tumbuh pada ketinggian 1600 -1720 m dpl., dengan kelerengan lebih dari 15%, tektur tanah liat sampai liat berlempung, warna tanah merah dengan pH. 5,5-7,5. Keadaan tegakan kaliandra yang berada didekat pekarangan rumah-rumah penduduk keberadaan pohonnya tidak terlalu tinggi karena dimanfaatkan untuk pakan ternak dengan cara pangkasan (Gambar 2), namun terkadang diketemukan pula pohon yang relatif tinggi 5-10 m yang tumbuh disekitar Lembah Baliem sampai disepanjang jalan menuju Puncak Jaya dengan struktur vegetasi pada daerah hutan yang terbuka dan berasosiasi dengan jenis tanaman lain, seperti Cemara, Araukaria dan Sengon.

(a) (b)

Gambar 2. Tegakan kaliandra (a) dan Pangkasan kaliandra untuk pakan ternak (b)

B. Pengumpulan materi genetik

Ketergantungan masyarakat akan suplai bahan bakar terutama kayu disebabkan karena hal itu dianggap relatif mudah untuk mendapatkannya dan lebih terjangkau dari segi harganya. Kayu bakar termasuk energi yang paling konvensional dan untuk memanfaatkannya tidak memerlukan teknologi pengolahan. Walaupun produksi dan konsumsi kayu bakar cukup tinggi, namun ternyata sebagian besar bukan berasal dari kawasan hutan, namun sebagian besar di luar kawasan hasil kegiatan penanaman penghijauan pada lahan milik dan pekarangan.

Kaliandra termasuk dalam famili Mimoceae. Species ini dicirikan oleh bunga merah menyerupai sikat dan bunga membuka pada malam hari. Produksi bunga dipengaruhi oleh

(6)

curah hujan, dan species ini menghendaki menghendaki periode kering yang pendek (Chamberlain, 2000) biji berkembang dalam polong yang berwarna coklat yang akan pecah mulai dari ujung polong ke dasar dan biji dilepaskan bila sudah masak.

Musim bunga dan buah dari jenis kaliandra yang terdapat di Wamena, sangat bervariasi antara satu lokasi dengan satu lokasi lainnya. Dengan demikian pada satu lokasi pada saat dilakukan survey potensi tegakan terkadang sulit ditemukan pohon yang sedang berbuah seperti di Kecamatan Assologaima, Hubikosi dan Walelogama tegakannya sedikit dan masih berbunga, sedangkan di Kecamatan Kurulu buahnya melimpah. Dari pengamatan di lapangan, musim bunga dan buah sudah dimulai sejak bulan Januari, sehingga pada bulan April sampai dengan Mei buah rata-rata sudah masak . Informasi yang didapat dari masyarakat dan petugas penyuluh lapangan Dinas Kehutanan setempat bahwa pada bulan Maret sampai dengan Mei kaliandra berbuah sangat banyak, sehingga menjadi waktu yang paling baik untuk melakukan koleksi benih. Hal yang sama dilaporkan (Chamberlain, 2000) bahwa di Asia Tenggara, kaliandra mulai berbunga pada musim hujan dan berbuah bulan Januari sampai April.

Tegakan kaliandra dari beberapa kecamatan yang ada di Wamena, tidak semuanya dapat dikoleksi benihnya. Hal ini dikarenakan waktu berbuah yang sangat bervariasi selain sebarannya sedikit, dan waktu koleksi yang sangat pendek, sehingga koleksi benih diprioritaskan di Kurulu yang populasi sebaran cukup banyak dan musim buahnya lebih serempak. Dari hasil pengumpulan materi genetik terkumpul sebanyak 30 individu, dengan rata-rata berat benih per pohonnya sebanyak 110 – 156 gr. Kegiatan ekstraksi buah yaitu dengan cara menjemur di bawah sinar matahari, dibersihkan serta diberi label baru sesuai dengan identifikasinya masing-masing. Untuk mengetahui karakter kualitas kayunya maka diambil sampel kayunya (panjang 15 cm, diameter 5-10 cm) dari masing-masing pohon yang diambil benihnya diambil dari bagian pangkal tengah dan ujung. Benih tersebut digunakan sebagai populasi dasar untuk pemulian pohon kayu energi.

(a) (b) (c) Gambar 3. Ekstraksi benih (a), Penjemuran benih (b) dan Sampel kayu kaliandra (c)

(7)

65 Dari sebaran alami dan informasi keadaan dari masing-masing wilayah tersebut, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan kegiatan eksplorasi benih jenis kaliandra dalam program pemuliaan pohon. Eksplorasi benih untuk kegiatan tersebut akan efisien apabila dibekali dengan informasi yang lengkap dari sebaran alaminya maupun keadaan dimana jenis tersebut berada. Hal ini akan berkaitan dengan teknik pengumpulan benih yang akan dilakukan, agar dapat mewakili variasi genetik dari populasi yang akan ditangani.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Potensi tegakan jenis kaliandra di Wamena, Papua tersebar di Kecamatan Kurulu, Holima, Meagama dan Assologaima. Pola sebaran tegakannya sangat bervariasi dan yang lebih banyak sebarannya di distrik Kurulu, tumbuh cenderung dalam hutan campuran (berasosiasi dengan jenis lain) dan lebih banyak tersebar pada dataran tinggi. Hasil koleksi benih sebanyak 30 individu, dengan rata-rata berat per individu pohon sebanyak 110 – 156 gram. Eksplorasi benih jenis tersebut akan memberikan hasil yang maksimal apabila dilakukan pada waktu yang tepat dan berkesinambungan dalam tahun berikutnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Dr. Ir. Rina Laksmi Hendrati, MP sebagai penanggung jawab kegiatan penelitian” Populasi Pemuliaan untuk Kayu Energi” atas dukungan kerjasama yang baik dalam pelaksanaan penelitian ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Kepala Dinas Kehutanan Wamena, Papua beserta stafnya, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang membantu kegiatan eksplorasi dan pengumpulan materi genetik di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. Jayawijaya Dalam Angka. 2009. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Jayawijaya dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Jayawijaya. [berapa jumlah halamannya?]

Chamberlain, JR, 2000. Calliandra calothyrsus. An agroforestry for the humid tropics. Tropical Forestry Paper No. 40. Oxford Forestry Institute, Oxford, UK, 95 pp.

Kartasubrata, J. 1996. Culture and uses of Calliandra calothyrsus in Indonesia. In: D.O. Evans. ed.

International Workshop on the Genus Calliandra. Proceedings of workshop held January 23-27, in Bogor, Indonesia. Forest, Farm, and Community Tree Research Reports (Special Issues). Morrilton, Arkansas, USA: Winrock International. P 101-107.

(8)

Macqueen, D. 1997. Botany and ecology. In: M.H. Powell, ed. Calliandra calothyrsusproduction and use: A field manual. Forest Farm, and Community Tree Network. Morrilton, Arkansas, USA: p 1-6

NRC (National Research Council). 1983. Calliandra: a versatile small tree for the humid tropics. National Academy Press. Washington, D.C. 52 p.

Ty, H.X., E. Hernawan, M. de S. Liyanage, M. Sila, H. Ramdan, A Ng. Gintings, Y. Hidayat, A. Setiprodjo, R. Roothaert,. Arias and D. Macqueen. 1997. Uses. In : M.H. Powel, ed. Calliandra calothyrsus production and use: A field manual. Forest, Farm, and Community Tree Network. Morrilton, Arkansas, USA: Winrock International and Taiwan Forestry Research Institute. P 23-28.

Wiersum K.F. and I.K. Rica. 1997. Calliandra calothyrsus Meisner: In: I. Faridah Hanum and L.J.G. van der Maesen, eds. Plant Resources of Southeast Asia 11, Auxiliary Plants. Bogor, Indonesia: PROSEA.p 79-83.

Gambar

Gambar 1. Lokasi eksplorasi Calliandra callothyrsus di Wamena, Papua  2.  Persiapan dan pelaksanaan di lapangan

Referensi

Dokumen terkait

Energi surya yang diterima kolektor surya sebagian diserap oleh kaca penutup, sebagian dipantulkan kembali ke udara dan sebagian lagi diteruskan ke pelat kolektor. Dengan demikian,

Makanya tamu-tamu itu yang udah biasa pake Blue Bird, suka ngafalin nomor identitas ato nomor mobil yang kayak si sebelah kiri mba itu, buat pengaduan yang kayak-kayak itu

Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi kerusakan lingkungan yang ada di kawasan karst, menghitung valuasi ekonomi dari dampak lingkungan dengan cara menghitung

Peubah yang diamati pada kelompok anak meliputi: bobot lahir, umur induk dari anak, umur sapih anak, rata-rata bobot sapih cempe betina dalam populasi anak, rata-rata

Menurut Wahyudi (2006) dengan pertumbuhan teknologi di Indonesia yang sangat pesat, pemerintah dalam hal ini direktorat jendral pajak memanfatkan hal tersebut

BIDANG STUDI

rahmat dan hidayah-Nya serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa masih terdapat beberapa unsur yang perlu untuk diperbaiki dikarenakan unsur-unsur tersebut memperoleh nilai rendah