• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata Tricolour"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN

VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK

DISPLAY

Dracaena marginata

“Tricolour”

Oleh : Ita Lestari A34301058

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005

(2)

RINGKASAN

ITA LESTARI. Pengaruh Kondisi Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Terhadap Pertumbuhan dan Periode Layak Display Dracaena marginata ”Tricolour” (dibimbing oleh NURHAYATI H. S. ARIFIN dan EKO SULISTYONO).

Tanaman dalam ruang adalah tanaman yang mampu bertahan hidup dan berfungsi sebagai elemen dekoratif maupun fungsional di dalam ruang. D. marginata ”Tricolour” atau disebut juga Rainbow Plant memiliki daun yang indah dan sering digunakan sebagai tanaman dalam ruang. Dalam mengatur kebutuhan lingkungan tanaman hias dalam ruang, ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan, yaitu kebutuhan cahaya, kelembaban dan suhu. Kelembaban sangat berhubungan erat dengan suhu. Pada ruang AC, meski suhunya rendah, ternyata kelembabannya juga rendah, karena udara yang terdapat didalamnya adalah udara kering. Kelembaban juga dapat dipengaruhi dari segi penyiraman, baik frekuensi maupun volume penyiramannya. Dengan memperhatikan faktor ini, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui frekuensi dan volume penyiraman terbaik yang mendukung kelembaban media sehingga tanaman hias daun yang ditempatkan di dalam ruangan masih dapat bertahan dalam kondisi baik (layak

display).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara kondisi ruang, frekuensi dan volume penyiraman terhadap pertumbuhan dan periode layak

display D. marginata ”Tricolour”. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Hortikultura dan Ruang 608, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor pada bulan Januari hingga April 2005.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan rancangan perlakuan tiga faktorial. Faktor pertama adalah kondisi ruang, yang terdiri atas ruang AC dan non AC. Faktor kedua adalah frekuensi penyiraman, yang terdiri dari 1 dan 2 kali penyiraman dalam seminggu. Faktor ketiga adalah volume penyiraman, yang terdiri dari 50 dan 75 ml. Setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan. Tanaman yang digunakan berasal dari hasil stek selama 1 bulan dengan ukuran tinggi tanaman berkisar 25-30 cm, diameter batang 1-2 cm dan jumlah daun 30-35 helai per tanaman. Sebelum dilakukan penelitian, tanaman diaklimatisasi terlebih dahulu selama 14 hari dengan intensitas cahaya 740.4 f.c. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan serta periode layak display

tanaman. Pengamatan pertumbuhan tanaman meliputi pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun, pertambahan panjang daun, dan lebar daun. Pengamatan juga dilakukan terhadap perkolasi dan evapotranspirasi tanaman untuk setiap minggunya dan kelembaban media yang dilakukan pada 8 dan 12 Minggu Setelah Perlakuan (MSP). Pengamatan layak display tanaman meliputi pengamatan terhadap warna daun dan penilaian responden terhadap tanaman pada 2, 6 dan 11 MSP. Keadaan lingkungan yang turut diamati adalah suhu rata-rata harian, kelembaban rata-rata harian, dan intensitas cahaya. Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem SAS, kemudian beda nyata diuji lanjut dengan BNJ (Beda Nyata Jujur) atau sering disebut uji Tukey pada taraf 5% untuk

(3)

melihat perbedaan kombinasi antar perlakuan. Pengolahan skoring warna daun diuji dengan analisis non parametrik Kruskal Wallis dan pengolahan tanggapan responden diuji dengan analisis non parametrik Friedman pada software Minitab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu rata-rata harian di ruang AC sebesar 20.6oC dan suhu rata-rata harian di ruang non AC sebesar 25.8oC dengan

rata-rata kelembaban relatif harian pada ruang AC sebesar 70.2% dan ruang non AC rata-rata kelembaban relatif hariannya sebesar 82.3%. Intensitas cahaya pada hari cerah di ruang AC sebesar 319.66 f.c dan 317.01 f.c untuk ruang non AC. Rata-rata intensitas cahaya pada hari berawan di ruang AC sebesar 269.40 f.c dan 267.71 f.c untuk ruang non AC.

Ruang non AC memberikan nilai lebih besar terhadap kelembaban media dan pertumbuhan tanaman kecuali terhadap pertambahan tinggi tanaman. Frekuensi penyiraman sebanyak 2 kali seminggu memberikan nilai lebih besar dibandingkan penyiraman sebanyak 1 kali seminggu hampir untuk semua parameter yang diamati kecuali pertambahan lebar daun. Perlakuan ruang, frekuensi, volume penyiraman, maupun interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang daun untuk setiap minggu pengamatannya. Volume penyiraman sebanyak 75 ml/penyiraman memberikan nilai lebih besar dibandingkan volume penyiraman sebesar 50 ml/penyiraman untuk semua peubah yang diamati. Pada 12 MSP, kelembaban media untuk penyiraman 75 ml/penyiraman di ruang AC sebesar 53.71% dan ruang non AC sebesar 86.84%.

Perubahan score warna daun hasil pengamatan visual tidak selalu sejalan dengan perubahan kandungan klorofil dan antosianin. Namun, terdapat kecenderungan bahwa secara umum kandungan klorofil meningkat dan kandungan antosianin menurun (walaupun beberapa relatif stabil). Ruang AC menunjukkan bahwa peningkatan jumlah klorofil diikuti dengan penurunan jumlah antosianin daun. Pada ruang non AC, ternyata jumlah klorofil menurun tetapi jumlah antosianin relatif stabil.

Berdasarkan hasil uji kesukaan terhadap kualitas visual D. marginata

”Tricolour” yang dilakukan oleh 20 responden, rata -rata responden memberikan

score 3 (cukup suka) terhadap warna daun dan penampilan fisik tanaman pada 2 MSP. Namun pada 6 MSP, score yang diberikan responden baik untuk warna daun dan penampilan fisik tanaman menurun menjadi score 4 (tidak suka). Keseimbangan pot dengan tanaman pada minggu yang sama masih dianggap cukup suka (score 3) oleh responden.

Secara keseluruhan, dari data perubahan warna daun baik perubahan nilai klorofil maupun antosianin daun serta data nilai evapotranspirasi dan hasil penilaian responden, kualitas layak display tanaman D. marginata ”Tricolour” diduga sekitar 4 minggu. Pada periode layak display yang sama, kualitas tanaman yang ditempatkan di ruang non AC masih lebih baik dibandingkan ruang AC.

(4)

PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN

VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK

DISPLAY

Dracaena marginata

” Tricolour”

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : Ita Lestari A34301058

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENGARUH KONDISI RUANG, FREKUENSI DAN VOLUME PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERIODE LAYAK DISPLAY Dracaena marginata “Tricolour”

Nama : Ita Lestari NRP : A34301058

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Nurhayati H. S. Arifin, MSc. Ir. Eko Sulistyono, MSi. NIP. 131 578 796 NIP. 131 667 779

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr. NIP. 130 422 698

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 31 Mei 1983. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Achmad Nurjaman, MBA dan Siti Djuhariah.

Pada tahun 1989 penulis lulus dari TK Ibnu Sina, Kepulauan Batam, kemudian pada tahun yang sama penulis masuk ke SDN 015 Lubuk Baja, Kepulauan Batam dan lulus pada tahun 1995 dari SDN Polisi IV, Bogor. Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan studi di SMPN 6 Bogor. Selanjutnya penulis lulus dari SMUN 5 Bogor pada tahun 2001.

Tahun 2001 penulis diterima di IPB melalui jalur UMPTN. Selanjutnya tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Penulis juga aktif sebagai anggota Divisi Kemahasiswaan Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi) pada tahun 2002/2003.

(7)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, karena hanya atas kehendak-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Pengaruh Kondisi Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Terhadap Pertumbuhan dan Periode Layak Display Dracaena marginata ”Tricolour” .

Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui berapa lama periode layak

display akibat pengaruh dari ruang, frekuensi dan volume penyiraman yang dilakukan terhadap D. marginata ”Tricolour” yang memiliki warna daun menarik. Pada kesempatan ini, penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya terhadap:

1. Dr. Ir. Nurhayati H. S. Arifin, MSc. dan Ir. Eko Sulistyono, MSi selaku pembimbing skripsi atas kesabarannya dalam membimbing serta memberikan pengarahan, saran dan kritik selama penyusunan skripsi ini.

2. Keluarga tercinta, bapak, mamah, A Iwan, Teh Rina, dan De Irma atas dukungannya baik moril maupun materil.

3. Keluarga Seno, atas segala bantuan yang sudah diberikan. 4. Pa Didi, Ibu Juju dan Ibu Yuyun atas kerjasama dan bantuannya

5. Nia, Mely, Ica, Poppy, Yasinta, dan teman-teman Hortikultura angkatan 38 yang tidak dapat penulis sebut satu persatu namanya yang telah mendukung dan selalu memberi semangat baru terhadap penulis.

6. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan informasi lebih terutama mengenai tanaman dalam ruang bagi yang membutuhkan serta bagi industri tanaman hias khususnya.

Bogor, Oktober 2005

(8)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 Hipotesa ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani Dracaena marginata ”Tricolour” ... 3

Syarat Tumbuh Dracaena marginata ”Tricolour” ... 3

Iklim Dalam Ruang ... 4

Penyiraman... 6

BAHAN DAN METODE ... 7

Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 7

Bahan dan Alat ... 7

Metode penelitian ... 7

Pelaksanaan penelitian... 9

Pengamatan ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN... 14

Kondisi umum... 14

Hasil... 17

Tanggapan Responden Terhadap Tanaman... 29

Pembahasan... 31

KESIMPULAN DAN SARAN... 37

Kesimpulan ... 37

Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Score Penampilan Visual Tanaman D. marginata ”Tricolour” ... 12 2. Nilai Evapotranspirasi pada Beberapa Tingkat Ruang,

Frekuensi dan Volume Penyiraman ... 19 3. Nilai Kelembaban media pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi

dan Volume Penyiraman... 20 4. Nilai Pertambahan Tinggi Tanaman pada Beberapa Tingkat Ruang,

Frekuensi dan Volume Penyiraman ... 23 5. Nilai Pertambahan Jumlah Daun pada Beberapa Tingkat Ruang,

Frekuensi dan Volume Penyiraman ... 24 6. Nilai Pertambahan Lebar Daun pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman... 25 7. Nilai Skoring Warna Daun pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi

dan Volume Penyiraman... 26 8. Nilai Klorofil dan Antosianin pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman... 28 9. Tanggapan Responden Terhadap Warna Daun Pada Beberapa Tingkat

Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman ... 29 10. Tanggapan Responden Terhadap Penampilan Fisik Tanaman Pada

Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman... 30 11. Tanggapan Responden Terhadap Keseimbangan Pot dengan Tanaman Pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman... 30 12. Tanggapan Responden Terhadap Kelayakan Display Tanaman Pada

(10)

Lampiran

1. Suhu dan Kelembaban Pada Ruang AC dan Non AC Selama Penelitian 41 2. Nilai Evapotranspirasi (mm/minggu) pada Beberapa Tingkat Ruang,

Frekuensi dan Volume Penyiraman ... 41

3. Nilai Klorofil dan Antosianin Daun pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman ... 42

4. Rekapitulasi Sidik Ragam Evapotranspirasi... 43

5. Rekapitulasi Sidik Ragam Kelembaban Media ... 43

6. Rekapitulasi Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Tanaman ... 44

7. Rekapitulasi Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Daun ... 45

8. Rekapitulasi Sidik Ragam Pertambahan Panjang Daun... 46

9. Rekapitulasi Sidik Ragam Pertambahan Lebar Daun ... 46

10. Rekapitulasi Sidik Ragam Perubahan Jumlah Klorofil dan Antosianin Daun... 47

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Suhu Udara Rata-rata Mingguan Selama Penelitian ... 14

2. Kelembaban Udara Relatif Mingguan Selama Penelitian ... 15

3. Grafik Perubahan Jumlah Klorofil Daun... 27

4. Grafik Perubahan Jumlah Antosianin Daun ... 27

Lampiran 1. Denah Penempatan Tanaman di Ruang AC ... 48

2. Denah Penempatan Tanaman di Ruang non AC... 48

3. Standar Skoring Warna Daun ... 49

4. Kondisi Tanaman yang Mengalami Layu (Kiri) dan Layu Permanen (Kanan) ... 50

5. Kondisi D. marginata ”Tricolour” Pada Awal Pengamatan di Ruang Non AC... 51

6. Kondisi D. marginata ”Tricolour” Pada Akhir Pengamatan di Ruang Non AC... 51

7. Kondisi D. marginata ”Tricolour” Pada Awal Pengamatan di Ruang AC ... 52

8. Kondisi D. marginata ”Tricolour” Perlakuan F1V1 pada Akhir Pengamatan di Ruang AC... 52

9. Kondisi D. marginata ”Tricolour” Perlakuan F1V2 pada Akhir Pengamatan di Ruang AC... 53

10. Kondisi D. marginata ”Tricolour” Perlakuan F2V1 pada Akhir Pengamatan di Ruang AC... 53

11. Kondisi D. marginata ”Tricolour” Perlakuan F2V2 pada Akhir Pengamatan di Ruang AC... 54

(12)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanaman berguna sebagai simbol dan mempunyai banyak kegunaan yang fungsional. Hijaunya tanaman di dalam ruang kerja, misalnya di perkantoran, bisa menghilangkan kejenuhan rutinitas kerja, melembutkan pandangan pada material keras disekeliling tempat kerja, dan memperbaiki sirkulasi udara (Arifin dan Arifin, 2004). Selain memberikan fungsi secara fisik, tanaman dalam ruang juga akan memberikan nilai tambah sehingga ruangan menjadi lebih indah, asri dan sejuk.

Ide untuk membawa tanaman ke dalam ruang terinspirasi oleh taman gantung Babilonia di Sumeria yang dibangun pada tahun 605 sebelum masehi. Dalam sejarah Mesir, Yunani, Romawi, dan Cina, penyelenggaraan tanaman hias untuk ruangan dikerjakan dengan seksama. Ternyata sudah sejak dulu disadari bahwa keindahan yang hidup diperlukan di sekeliling kita, suatu keindahan yang bisa kita dapatkan dari tanaman hias yang kita tempatkan di dalam ruangan (indoor plant).

Tanaman dalam ruang adalah tanaman yang mampu bertahan hidup dan berfungsi sebagai elemen dekoratif maupun fungsional di dalam ruang. Banyak sekali jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman dalam ruang. Berbeda dengan tanaman hias bunga, tanaman hias daun mempunyai daya tarik tersendiri pada bagian daunnya. Daya tarik tanaman hias daun yang dapat memberikan tambahan nilai estetis ternyata juga dapat dilihat dari bentuk, keadaan, warna, maupun komposisi daun dengan batang yang indah. Keindahan tanaman hias daun yang memiliki warna daun cerah, seperti warna merah dapat memberikan kontras dan menjadi point of view suatu ruangan.

Dracaena marginata ”Tricolour” atau disebut juga Rainbow Plant

memiliki daun yang indah. Jenis tanaman ini memiliki lebih dari satu warna daun/variegata. Menurut Sudarmono (1997), Dracaena marginata ”Tri colour” memiliki bentuk daun yang kecil seperti pita, ramping, serta berwarna hijau gelap, bagian tepinya merah, dan memiliki warna putih. Hal ini sesuai dengan penelitian Tono (2002) yang menyimpulkan bahwa tanaman yang disukai oleh responden

(13)

antara lain adalah tanaman Dracaena marginata ”Tricolour” yang terdiri dari 3 warna.

Dalam mengatur kebutuhan lingkungan tanaman hias, ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan, yaitu kebutuhan cahaya, kelembaban, dan suhu. Kelembaban sangat berhubungan erat dengan suhu. Kelembaban udara merupakan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah uap air yang berada di dalam udara (Arifin, 2004). Menurut Rahardi, Wahyuni dan Nurcahyo (1997), kelembaban tinggi sangat berkaitan dengan suhu rendah, tetapi ruangan AC adalah kekecualian. Pada ruangan AC, meski suhunya rendah, ternyata kelembabannya juga rendah, karena udara yang terdapat didalamnya adalah udara kering.

Kelembaban juga dapat dipengaruhi dari segi penyiraman, baik frekuensi maupun volume penyiramannya. Dengan memperhatikan faktor ini, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui frekuensi dan volume penyiraman terbaik yang mendukung kelembaban media sehingga tanaman hias daun yang ditempatkan di dalam ruangan masih dapat bertahan dalam kondisi baik (layak

display).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kondisi ruang, frekuensi dan volume penyiraman terhadap pertumbuhan dan periode layak

displayDracaena marginata ”Tricolour”. Hipotesa

Terdapat pengaruh kondisi ruang, frekuensi dan volume penyiraman terhadap pertumbuhan dan periode layak display Dracaena marginata

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Dracaena marginata ”Tricolour”

D. marginata ”Tri colour” termasuk ke dalam famili Agavaceae (Agave) (Briggs dan Calvin, 1987). Pertumbuhan D. marginata ”Tricolour” cukup lambat.

D. marginata ”Tricolour” memiliki daun yang panjang dan lurus meruncing sepanjang 15-20 cm berwarna hijau tepinya merah. Daun tanpa tangkai muncul dari batang utama. D. marginata ”Tricolour” daunnya terdiri dari tiga warna, yaitu putih, merah, dan hijau dengan panjang daun 10-15 cm (Don, Handibroto, dan Emir, 2000). Setiap warna daun membentuk strip panjang dari pangkal sampai ujung daun (Sudarmono, 1997). Batang tanaman jika telah dewasa akan berkayu dan penampilannya tegak (Arifin, 2004). Menurut Davidson dan Bland (1993), D. marginata ”Tricolour” dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 8 - 10 kaki (2.5 – 3 m).

Syarat Tumbuh Dracaena marginata ”Tricolour”

D. marginata ”Tricolour” adalah salah satu kelompok tanaman hias yang menyukai suhu 21-24oC pada siang hari dan suhu terendah 15-18oC pada malam

hari (Palungkun, Indriani dan Widyastuti, 2002). D. marginata ”Tricolour” dapat tumbuh dengan baik apabila berada pada suhu yang tidak terlalu tinggi ataupun rendah (16-25oC) dan memiliki kelembaban relatif yang sedang (Brigss dan Calvin, 1987). Suhu yang terlalu rendah dapat menyebabkan daun menjadi layu serta keriting dan tepi-tepi daun menjadi warna coklat, sedangkan kelembaban relatif yang rendah juga dapat menyebabkan tepi-tepi daun menjadi warna coklat dan kuning (Hessayon, 1993).

D. marginata ”Tricolour” baik disimpan di sebelah timur atau barat jendela, karena tanaman ini akan tumbuh baik apabila mendapatkan cahaya light shade

(Hessayon, 1993). Menurut Sudarmono (1997), jika D. marginata ”Tricolour” ini hanya memperoleh cahaya buatan dari lampu, maka memerlukan cahaya berkekuatan 400 fc.

(15)

Iklim dalam Ruang

Setiap ruangan memiliki kondisi lingkungan yang berbeda. Brigss dan Calvin (1987) mengungkapkan bahwa umumnya iklim dalam ruang dicirikan dengan intensitas cahaya rendah, udara kering dan suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Arifin dan Arifin (2004) menambahkan bahwa tanaman tidak akan merana meskipun ditempatkan di ruangan yang mempunyai temperatur lebih tinggi daripada kebutuhan suhu optimumnya, asalkan kelembaban relatif ruangan itu lebih tinggi dan air tersedia lebih banyak.

Cahaya

Menurut Hamilton dan Owen (1992), kebutuhan cahaya yang diperlukan tanaman berbeda-beda, tergantung dari jenis tanaman, misalnya tanaman

herbaceous tumbuh baik apabila mendapat cahaya partial shade. Cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berperan terhadap tanaman hias, karena berbagai reaksi penting, salah satunya adalah proses fotosintesis yang hanya dapat berjalan baik jika tanaman mendapat cahaya (Palungkun, et al, 2002).

Wianta (1985) menyebutkan bahwa rata-rata untuk pertumbuhan tanaman dalam ruang memerlukan intensitas cahaya sebesar 300-400 f.c. Tetapi beberapa tanaman dapat juga tumbuh pada intensitas cahaya sebesar 100-150 f.c. Palungkun, et al (2002) sendiri membagi tanaman hias berdasarkan kebutuhan cahaya menjadi tanaman teduh, tanaman setengah teduh, tanaman yang suka cahaya, dan tanaman yang perlu cahaya langsung.

Pada jenis tanaman berdaun variegata, hal yang tidak menguntungkan adalah pada bagian warna kuning, krem dan putih karena daun tersebut tidak mengandung klorofil. Oleh karena itu, tanaman berdaun variegata pada umumnya memerlukan cahaya yang lebih terang bila ingin memperoleh warna daun yang lebih kontras (Arifin, 2004)

Tanaman hias daun dapat tumbuh dengan cahaya buatan (lampu), cahaya alami (sinar matahari), ataupun keduanya selama banyaknya intensitas cahaya yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman (Briggs and Calvin, 1987). Briggs and Calvin juga mengungkapkan bahwa penggunaan jenis lampu yang berbeda seperti Fluorescent lamp dan Discharge lamp akan memberikan

(16)

intensitas cahaya yang berbeda juga. Menurut Soeseno (1993), lampu yang digunakan usahakan tidak menggunakan bohlam atau lampu pijar, karena panas yang ditimbulkan oleh bohlam ini mengakibatkan daun ‘terbakar’, yaitu warna daun menjadi coklat kering seperti terbakar, sedangkan lampu yang dianjurkan adalah lampu fluorescent atau tabung TL (tube luminescene), yaitu ‘lampu neon’ yang tidak mengandung neon, dimana TL day light ini cahayanya mendekati cahaya matahari sewaktu siang. Selanjutnya Arifin dan Arifin (2004) mengungkapkan bahwa ’lampu neon’ juga menunjukkan keseimbangan sinar biru dan sinar merah yang dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan fotosintesis, mendorong pertumbuhan daun, dan meningkatkan produksi bunga.

Suhu

Suhu mempengaruhi proses-proses fisik maupun kimiawi tanaman, misalnya kecepatan reaksi atau laju difusi dari gas dan zat cair. Semakin tinggi suhu maka kecepatan reaksi akan semakin cepat (Harjadi, 1996). Perubahan untuk suhu ruang lebih cepat dibandingkan perubahan suhu pada tanah (Briggs dan Calvin, 1987).

Tanaman hias dalam ruang umumnya cocok pada ruangan bersuhu 22oC waktu malam dan 24oC waktu siang (Soeseno, 1993). Suhu yang rendah akan mengurangi penguapan, sehingga aktivitas tanaman akan diperlambat, hal ini akan menyebabkan air dalam tanaman tetap terjaga (Palungkun, et al, 2002).

Suhu tanah yang paling dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman hias daun berkisar 18-32oC selama suhu ruang berada pada range yang sesuai juga. Suhu tanah yang tinggi (lebih dari 32oC) akan menghambat pertumbuhan akar serta dapat mengurangi pengabsorsian air (Briggs dan Calvin, 1987). Briggs dan Calvin juga menambahkan bahwa umumnya tanaman hias daun masih dapat toleran terhadap suhu ruang 13-32oC. Suhu ruang di bawah 13oC dapat

menyebabkan kerusakan permanen pada tanaman, seperti Aglaonema, Diffenbachia, dan Episcia.

(17)

Kelembaban

Kelembaban adalah tingkat kebasahan atau banyaknya uap air di udara (Palungkun, et al, 2002). Kelembaban akan tinggi pada suhu yang rendah, begitupun sebaliknya (Briggs and Calvin, 1987). Tetapi, terdapat kekecualian untuk ruangan ber-AC. Palungkun, et al (2002) mengungkapkan bahwa meskipun suhunya rendah, tetapi kelembaban ruangan berpendingin juga rendah, karena udara yang terdapat di dalam ruangan berpendingin adalah udara kering. Tanaman yang ditempatkan pada ruang berpendingin dengan kelembaban relatif yang rendah akan menyebabkan pucuk daun berwarna coklat karena mengering (Soeseno, 1993).

Kelembaban relatif yang disarankan agar tanaman hias daun dapat tumbuh secara baik berkisar 50% (Conover, 1992). Briggs and Calvin (1987) menyatakan bahwa kelembaban relatif yang berkisar 25% akan memberikan dampak yang negatif untuk pertumbuhan tanaman dalam ruang, kecuali untuk tanaman paku-pakuan. Brigss dan Calvin juga menambahkan bahwa rata-rata kelembaban relatif untuk commercial buildings berkisar 30%-50%. Penelitian Ardie (2004) menyatakan bahwa RH rata-rata ruang berpendingin di Bogor adalah 79,04% dan 84,82% pada ruang tidak berpendingin.

Penyiraman

Penyiraman tanaman bertujuan menyeimbangkan kondisi kelembaban media dalam pot dengan proses evapotranspirasi yang terjadi di permukaan media dan dari tanaman (Arifin dan Arifin, 2004). Sebagian besar tanaman membutuhkan air apabila media tanamnya di dalam pot mulai mengering. Penyiraman secara teratur tanpa memperhatikan lembab atau keringnya media tanaman sangat kurang baik. Penyiraman yang terlalu sedikit dapat menyebabkan air tidak pernah mencapai lapisan media terbawah. Media tersebut akan menjadi kompak pada sekitar perakaran. Penyiraman yang terlalu banyak dapat menciptakan kondisi yang ideal bagi pertumbuhan bakteri dan jamur busuk akar karena air yang berlebih akan menekan udara keluar dari pot (Arifin, 2004).

(18)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian berlangsung mulai minggu ketiga bulan Januari 2005 hingga minggu pertama bulan April 2005. Penelitian ini bertempat di Laboratorium Pendidikan Hortikultura dan Ruang 608, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan didalam penelitian, yaitu tanaman hias daun

Dracaena marginata ”Tricolour” (tinggi tanaman 25-30 cm, diameter batang 1-2 cm dan jumlah daun 30-35 helai per tanaman), pot plastik hitam berdiameter 17 cm, pupuk NPK 15:15:15, media tanam (tanah steril : kompos : arang sekam = 1:1:1 v/v/v). Alat yang digunakan, yaitu psychometer (termometer bola basah dan bola kering) untuk mengukur suhu dan kelembaban ruang, luxmeter untuk mengukur intensitas cahaya, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, lebar, serta panjang daun, oven dan kertas alumunium untuk mengukur kelembaban tanah, kamera digital untuk mendokumentasikan gambar penelitian, standar warna untuk identifikasi warna daun, dan Air Conditioner (AC).

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan lingkungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan rancangan faktorial tiga faktor, yaitu faktor kondisi ruang dengan taraf AC dan non AC, simbol R, frekuensi penyiraman dengan taraf satu kali seminggu dan dua kali seminggu, simbol F, dan faktor terakhir volume penyiraman dengan taraf 50 ml dan 75 ml, simbol V. Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari empat ulangan sehingga diperoleh 2 x 2 x 2 x 4 = 32 satuan unit percobaan. 16 satuan unit percobaan diletakkan di ruang AC dan 16 satuan unit percobaan diletakkan pada ruang non AC, dengan denah penempatan tanaman terlampir (Gambar Lampiran 1 dan 2). Adapun kombinasi perlakuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(19)

R1F1V1 : Tanaman disimpan di ruang AC dengan frekuensi penyiraman 1 kali seminggu sebanyak 50 ml.

R1F1V2 : Tanaman disimpan di ruang AC dengan frekuensi penyiraman 1 kali seminggu sebanyak 75 ml.

R1F2V1 : Tanaman disimpan di ruang AC dengan frekuensi penyiraman 2 kali seminggu sebanyak 50 ml.

R1F2V2 : Tanaman disimpan di ruang AC dengan frekuensi penyiraman 2 kali seminggu sebanyak 75 ml.

R2F1V1 : Tanaman disimpan di ruang non AC dengan frekuensi penyiraman 1 kali seminggu sebanyak 50 ml.

R2F1V2 : Tanaman disimpan di ruang non AC dengan frekuensi penyiraman 1 kali seminggu sebanyak 75 ml.

R2F2V1 : Tanaman disimpan di ruang non AC dengan frekuensi penyiraman 2 kali seminggu sebanyak 50 ml.

R2F2V2 : Tanaman disimpan di ruang non AC dengan frekuensi penyiraman 2 kali seminggu sebanyak 75 ml.

Model matematika yang digunakan untuk setiap unit percobaan yang diletakkan pada ruang AC dan non AC adalah:

Yijk = µ + Ri + Fj + Vk + (RF)ij + (RV)ik + (FV)jk +(RFV)ijk + åijk

Keterangan :

Yijk : Nilai hasil pengamatan ruang ke-i, frekuensi ke-j dan

volume ke-k

µ : Nilai rata-rata umum Ri : Pengaruh ruangan ke-i

Fj : Pengaruh frekuensi penyiraman ke-j

Vk : Pengaruh volume penyiraman ke-k

(RF)ij : Pengaruh kombinasi perlakuan ruang dengan frekuensi

penyiraman

(RV)ik : Pengaruh kombinasi perlakuan ruang dengan volume

(20)

(FV)jk : Pengaruh kombinasi perlakuan frekuensi dan volume

penyiraman

(RFV)ijk : Pengaruh kombinasi perlakuan ruang, frekuensi dan volume

penyiraman

åijk : Galat umum percobaan ruangan ke-i, frekuensi penyiraman

ke-j dan volume penyiraman ke-k

Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem SAS, kemudian beda nyata diuji lanjut dengan BNJ (Beda Nyata Jujur) atau sering disebut uji Tukey pada taraf 5% untuk melihat perbedaan kombinasi antar perlakuan. Untuk pengolahan skoring warna, data diolah dengan menggunakan uji Kruskal Wallis sedangkan untuk tanggapan responden diolah dengan menggunakan uji Friedman pada software Minitab.

Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanaman D. marginata ” Tricolour” , dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :

1. Persiapan bahan dan alat

Penelitian dimulai dengan mempersiapkan bahan tanaman. Tanaman di peroleh seragam dari hasil penyetekan selama satu bulan. Tanaman hasil penyetekan disimpan dibawah naungan paranet 75% dengan intensitas cahaya sebesar 987 f.c. Untuk mencegah serangan penyakit, sebelum ditanam kembali, akar dicuci secara hati-hati dengan menggunakan air bersih. Selanjutnya tanaman dipindahkan dari tempat penyetekan ke pot berdiameter 17 cm. Media tanam yang digunakan adalah tanah steril, kompos, dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1 (v/v/v). Pupuk dasar NPK 15-15-15 diberikan sebanyak 1 g/pot tanaman. Pemberian pecahan genteng yang diletakkan di dasar pot berfungsi untuk menjaga kelembaban dan menyimpan air. Aklimatisasi tanaman dilakukan ketika pemindahan tanaman telah dilaksanakan.

2. Aklimatisasi

Setelah persiapan bahan dan tanaman, tanaman ditempatkan pada ruang ternaungi dengan intensitas cahaya sebesar 740.4 f.c selama dua minggu.

(21)

3. Penempatan tanaman.

Penempatan tanaman dilakukan secara acak baik pada ruang AC maupun Non AC. Denah penempatan ruangan disajikan pada Gambar Lampiran 1. 4. Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan adalah pemeliharaan terhadap hama dan penyakit tanaman. Hama yang menyerang tanaman dikendalikan secara manual. Pemeliharaan tanaman lainnya, yaitu pembersihan daun dengan cara mengelapnya, memotong ujung daun yang mengering dan pemupukan tanaman yang dilakukan satu bulan sekali sebanyak 1 gram/pot.

5. Perlakuan kondisi ruang

AC dan lampu TL dihidupkan sesuai waktu kerja staf laboratorium IPB, yaitu dimulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 15.30 WIB dari hari Senin hingga Jumat.

6. Perlakuan frekuensi dan volume penyiraman

Penyiraman terdiri dari dua perlakuan, satu kali dalam seminggu (hari Senin) dan dua kali dalam seminggu (hari Senin dan Kamis) dengan volume penyiraman yang berbeda pula (50 ml dan 75 ml). Sebanyak delapan pot akan disiram seminggu sekali dengan volume penyiraman sebanyak 50 ml pada empat pot tanaman dan empat pot lainnya sebanyak 75 ml. Delapan pot lainnya akan disiram dua kali seminggu dengan volume penyiraman sebanyak 50 ml pada empat pot tanaman dan empat pot lainnya sebanyak 75 ml.

Perlakuan frekuensi penyiraman ini didasarkan atas frekuensi penyiraman pada umumnya untuk rental-rental tanaman hias daun khususnya untuk daerah Bogor dan Jakarta. Perlakuan volume penyiraman penelitian berdasarkan kapasitas lapang untuk campuran media dan diameter pot yang digunakan.

(22)

Pengamatan

Pengamatan pertama dilakukan pada saat tanaman disimpan di dalam ruang, baik ruang AC maupun non AC. Pada pengamatan ini pula dilakukan pengambilan dokumentasi pertama yang dijadikan perbandingan awal. Pengamatan selanjutnya dilakukan setiap minggu selama 3 bulan kedepan dengan peubah yang diamati, yaitu:

1. Pertambahan Tinggi Tanaman

Perubahan tinggi tanaman dihitung dengan menggunakan rumus :

(A – B) cm, dimana A : Tinggi tanaman pada pengamatan ke-2, 3, ...., 12 B : Tinggi tanaman pada pengamatan ke-1

Tinggi tanaman dihitung dari atas permukaan media yang telah ditagging

hingga panjang ujung daun terpanjang. 2. Pertambahan Jumlah Daun

Penambahan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung daun muda yang baru muncul dan telah terbuka sempurna serta sehat.

3. Perubahan Ukuran Daun (Pertambahan Panjang dan Lebar Daun)

Pengambilan ukuran daun D. marginata ”Tricolour” diambil dengan cara pengambilan acak yang mewakili daun muda hingga daun tua sebanyak lima contoh daun. Daun yang telah dipilih, ditagging. Pengukuran panjang daun dihitung dari permukaan media yang telah di tagging hingga ujung daun, sedangkan lebar daun diukur pada bagian tengah daun.

Perubahan panjang dan lebar daun dihitung dengan menggunakan rumus : (A – B) cm, dimana A : panjang/lebar daun pada pengamatan ke-2, 3, ...., 12 B : panjang/lebar daun pada pengamatan ke-1

4. Warna daun

Pengamatan terhadap warna daun tanaman dilakukan dengan menggunakan gradasi warna dari standar warna skoring. Skoring dilakukan dengan menggunakan kisaran nilai 1-8. Pengambilan standar warna skoring ini dilakukan dengan cara mengambil perubahan daun pada tanaman Dracaena marginata ”Tricolour” dimulai dari daun termuda hingga daun tertua pada kondisi umum (Gambar Lampiran 3).

(23)

Cara yang dilakukan pada saat pengamatan, yaitu dengan membandingkan warna daun tanaman dengan gradasi perubahan warna daun D. marginata

”Tricolour” yang dilakukan seminggu sekali. Pengamatan warna daun ini dilakukan pada kelima contoh daun yang telah ditagging sebelumnya.

5. Penampilan Visual

Penampilan visual yang diamati meliputi: warna daun, penampilan fisik tanaman, keseimbangan pot dengan tanaman serta penampilan keseluruhan tanaman. Penampilan visual diukur dengan menggunakan skoring. Skoring dilakukan dengan menggunakan kisaran nilai 1-5 (Tabel 1).

Tabel 1. Score Penampilan Visual D. marginata ”Tricolour”

Score keterangan

1 Sangat suka

2 Suka

3 Cukup suka

4 Tidak suka

5 Sangat tidak suka

Pengamatan dilakukan pada minggu ke-2, 6 dan 11 dengan metode uji hedonik, yaitu uji kesukaan. Uji ini menggunakan 20 responden yang diambil secara acak dari mahasiswa IPB program studi Hortikultura yang telah lulus mata kuliah Budidaya Bunga dan Tanaman Hias. Kriteria layak display

tanaman hias dalam ruang untuk Dracaena marginata ”Tricolour” adalah warna daun yang masih berada pada range 1-2 ( 95% – 80% daun berwarna merah) (Gambar Lampiran 3), tinggi tanaman berkisar 25-35 cm jika hendak ditempatkan di atas meja, terbebas dari hama dan penyakit tanaman dan Tono (2002), menyatakan bahwa konsumen juga menilai kriteria tanaman yang layak display dari bentuk serta bahan pot yang digunakan.

6. Pengukuran Kelembaban Media

Pengukuran kelembaban media diambil pada 8 MSP dan 12 MSP dengan cara Gravimetri. Proses gravimetri adalah sebagai berikut : ambil beberapa gram media untuk setiap perlakuannya, kemudian bungkus dengan alumunium foil,

(24)

timbang media hingga didapatkan berat basah media . Selanjutnya masukkan ke dalam oven dengan suhu 105oC selama sehari sampai berat media tetap kemudian timbang kembali dan didapatkan berat kering media. Untuk mengetahui kelembaban suatu media menggunakan rumus :

Kelembaban tanah = (BB – BK ) * 100% BK

Keterangan :

BB = Berat Basah (gram) BK = Berat Kering (gram) 7. Perkolasi dan Evapotranspirasi

Pengukuran perkolasi diukur setelah dilakukan penyiraman, dengan cara mengukur jumlah ml air yang keluar dari pot. Evapotranspirasi dihitung dengan menggunakan rumus :

Evapotranspirasi (mm/minggu) = Irigasi - Perkolasi

Data pendukung penelitian ini, antara lain: analisis pigmen daun, yaitu analisis klorofil dan antosianin, analisis media yang dilakukan sebelum penelitian, kelembaban nisbi ruangan dan pengukuran temperatur harian menggunakan

Psychometer, serta pengukuran intensitas cahaya menggunakan Luxmeter.

Menurut Handoko (1993) rumus untuk menghitung suhu rata-rata harian dan kelembaban rata-rata harian adalah:

Trata-rata harian : ((2 T07.30 )+ T12.30 + T17.30)/4

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Keadaan Lingkungan Ruang Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua taraf kondisi ruang yaitu ruang AC dan ruang non AC. AC dinyalakan mulai pukul 8.00 WIB hingga pukul 15.30 WIB (disesuaikan dengan waktu kerja). Pencahayaan yang diterima oleh tanaman di ruang AC dominan berasal dari jendela yang berposisi di sebelah barat dibandingkan timur ditambah dengan bantuan cahaya dari lampu TL, sedangkan untuk ruang non AC, cahaya yang diterima dominan berasal dari jendela yang berposisi di sebelah timur dibandingkan barat ditambah dengan bantuan cahaya dari lampu TL. Penyalaan lampu dimulai pada pukul 8.00 WIB hingga pukul 15.30 WIB yang dilakukan bersamaan pada kedua ruang.

Suhu harian selama dilakukan penelitian berkisar 19.8oC – 21.4oC untuk ruang AC dengan suhu rata-rata sebesar 20.6oC, sedangkan untuk ruang non AC suhu harian berkisar 24.6oC – 26.5oC dengan suhu rata-rata sebesar 25.8oC (Gambar 1). 15,0 17,0 19,0 21,0 23,0 25,0 27,0 29,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Minggu Setelah Penempatan

S uhu (o C ) Ruang AC Ruang non AC

Gambar 1. Suhu Udara Rata-rata Mingguan Selama Penelitian

Kelembaban adalah tingkat kebasahan atau banyaknya uap air di udara (Palungkun, et al, 2002). Kelembaban relatif (relative humidity/RH; kelembaban nisbi) merupakan perbandingan antara kandungan tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air sehingga RH dituliskan dalam persen (%) (Handoko, 1993).

(26)

Fluktuasi kelembaban relatif yang cukup tajam terjadi pada ruang AC. Kelembaban relatif mingguan pada ruang AC berkisar 67.3% - 76.3% dengan rata-rata kelembaban relatifnya sebesar 70.2%. Untuk ruang non AC, kelembaban relatif berkisar dari 78% - 86.7% dengan rata-rata kelembaban relatifnya sebesar 82.3% (Gambar 2). 60,0 65,0 70,0 75,0 80,0 85,0 90,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Minggu Setelah Penempatan

K el em ba ba n (% ) Ruang AC Ruang Non AC

Gambar 2. Kelembaban Udara Relatif Mingguan Selama Penelitian Kuantitas cahaya atau intensitas cahaya ditunjukkan oleh konsentrasi gelombang cahaya yang dapat dinyatakan dengan ukuran terangnya (foot candle) yang merupakan intensitas penyinaran berdasarkan kepekaan mata manusia (Harjadi, 1996). Tanaman yang ditempatkan dibalik jendela yang menghadap ke timur dan terkena cahaya matahari ternyata akan memperoleh intensitas cahaya hanya sekitar 50% dibandingkan dengan tanaman yang ditempatkan di luar (Arifin dan Arifin, 2004).

Rata-rata intensitas cahaya pada hari cerah di ruang AC sebesar 319.66 f.c dan 317.01 f.c untuk ruang non AC. Rata-rata intensitas cahaya pada hari berawan di ruang AC sebesar 269.40 f.c dan 267.71 f.c untuk ruang non AC.

Kondisi Umum Tanaman

Tanaman yang digunakan untuk penelitian berasal dari penyetekan pucuk yang dilakukan di kebun percobaan IPB – PKBT, Tajur. Tanaman ditempatkan di bawah naungan paranet 75% dengan intensitas cahaya sebesar 987 f.c selama 6 minggu hingga tanaman berakar. Selanjutnya tanaman dipindahkan pada pot berdiameter 17 cm. Sebelum tanaman ditempatkan pada ruang AC dan non AC,

(27)

tanaman ditempatkan di ruang yang ternaungi dengan intensitas cahaya sebesar 740.7 f.c selama 2 minggu untuk dilakukan proses aklimatisasi. Kondisi awal tanaman berada dalam kondisi layak display dengan ketinggian tanaman rata-rata 25 - 30 cm.

Terdapat beberapa tanaman yang ditempatkan di ruang AC telah menunjukkan adanya gejala serangan hama kutu koma dan kutu perisai pada 2 MSP. Serangan kutu koma dan kutu perisai ini semakin berkembang hingga penelitian berakhir. Hal ini menyebabkan cepatnya daun-daun berguguran pada 8-12 MSP. Menurut Macmillan (1991), Lepidosaphes beckii (kutu koma) merupakan hama berordo Homoptera dengan famili Diaspididae yang berwarna coklat keungu-unguan, panjang sekitar 1 mm dan bersifat kosmopolitan. Hama ini memiliki pelindung pada bagian belakang tubuhnya sehingga menyerupai bentuk koma. Menurut Arifin (2004), sebagian besar kutu perisai berwarna coklat atau kekuning-kuningan. Kutu perisai sering tampak pada pada permukaan daun bagian bawah dan daun muda, kutu ini dapat berpindah ke seluruh bagian tanaman. Kutu perisai menyerang dengan cara mengisap sambil mengeluarkan embun madu. Pengendalian kutu koma dan kutu perisai ini hanya dilakukan secara manual dengan cara mematikan kutu di daerah yang dapat dijangkau oleh tangan dan dengan menggunakan kuas.

Selain itu, terdapat 2 tanaman yang telah terserang hama pucuk pada ruang AC sehingga mengakibatkan rusak hingga matinya pucuk tanaman tersebut. Bekas tusukan terlihat sangat jelas mulai 3 MSP. Diduga, penyerangan ini telah berlangsung semenjak tanaman berada di lapang karena pada saat telah ditempatkan di ruangan, tidak terlihat adanya hama yang sedang menyerang, sehingga hama tidak dapat diidentifikasi dengan jelas. Perlakuan R1F1V1 sudah tidak dapat layak display akibat mengalami layu permanen yang cukup parah tetapi perlakuan R2F1V1 hanya mengalami layu (Gambar Lampiran 4) .

Serangan hama terutama kutu koma dan kutu perisai pada ruang non AC tidak sebanyak seperti yang terjadi pada ruang AC. Tetapi terdapat satu tanaman terkena layu pucuk pada 5 MSP dan satu tanaman terkena bercak daun pada 10 MSP. Beberapa tanaman baik yang ditempatkan di ruang AC maupun non AC dapat dikatakan tidak layak display akibat tingginya serangan hama ini.

(28)

Hasil Evapotranspirasi

Faktor tunggal ruang telah memberikan pengaruh sangat nyata pada 1, 2 dan 12 MSP. Frekuensi penyiraman berpengaruh sangat nyata hingga akhir pengamatan. Volume penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata untuk setiap minggunya kecuali pada 1 MSP (Tabel Lampiran 4). Nilai evapotranspirasi ruang AC lebih besar, yaitu 3.79 mm/minggu dibandingkan ruang non AC, yaitu sebesar 3.39 mm/minggu pada 12 MSP. Frekuensi penyiraman 2 kali seminggu memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan dengan frekuensi penyiraman yang dilakukan seminggu sekali, yaitu sebesar 4.80 mm/minggu pada 12 MSP. Volume penyiraman sebanyak 75 ml memberikan pengaruh lebih besar terhadap evapotranspirasi dibandingkan volume penyiraman 50 ml. Nilai evapotranspirasi untuk volume penyiraman 75 ml sebesar 4.10 mm/minggu dan volume penyiraman 50 ml sebesar 3.08 mm/minggu pada 12 MSP (Tabel 2).

Interaksi ruang dan frekuensi penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata pada 2 MSP dan memberikan pengaruh nyata pada 9 MSP. Interaksi perlakuan ruang dan volume penyiraman, memberikan pengaruh sangat nyata pada 10 MSP. Interaksi ruang dan volume berpengaruh nyata pada 9 dan 11 MSP. Pada 6, 7, 9, 10 dan 12 MSP, interaksi frekuensi dan volume penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata, sedangkan pada 8 dan 11 MSP memberikan pengaruh nyata (Tabel Lampiran 4). Perlakuan R1F2 memberikan nilai evapotranspirasi terbesar yaitu 5.00 mm/minggu dan R2F1 memberikan nilai evapotranspirasi terkecil yaitu 2.18 mm/minggu pada 12 MSP. Nilai terbesar interaksi ruang dan volume terlihat pada perlakuan R1V2 yaitu sebesar 4.18 mm/minggu dan nilai terkecil terlihat pada perlakuan R1F1, yaitu sebesar 2.93 mm/minggu pada 10 MSP. Untuk interaksi frekuensi dan volume penyiraman, perlakuan F2V2 memberikan nilai evapotranspirasi tertinggi sebesar 5.47 mm/minggu dan perlakuan F1V1 memberikan nilai evapotranspirasi terkecil sebesar 2.03 mm/minggu pada 12 MSP (Tabel 2).

Interaksi ruang, frekuensi dan volume penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata pada 5 dan 6 MSP dan pengaruh nyata pada 7 dan 9 MSP (Tabel Lampiran 4). Perlakuan R1F2V2 memberikan nilai evapotranspirasi tertinggi

(29)

terhadap nilai evapotranspirasi dan terendah pada perlakuan R2F1V1. Nilai evapotranspirasi tertinggi berturut-turut, yaitu 5.31, 5.09, 4.87, dan 5.47 mm/minggu. Nilai evapotrasnpirasi terendah masing-masing, yaitu 1.54, 1.31, 1.55, dan 1.70 mm/minggu (Tabel 2).

Kelembaban Media

Pengukuran kelembaban media hanya dilakukan pada 8 dan 12 MSP. Faktor tunggal ruang, frekuensi dan volume penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata (Tabel Lampiran 5). Ruang non AC memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan ruang AC. Kelembaban media di ruang non AC sebesar 57.36% dan ruang AC sebesar 35.48 % pada 8 MSP. Frekuensi 2 kali seminggu memberikan pengaruh lebih besar, yaitu sebesar 71.04% dibandingkan frekuensi penyiraman seminggu sekali dengan nilai hanya 21.79% pada 12 MSP. Volume penyiraman 75 ml juga memberikan pengaruh lebih besar dengan nilai sebesar 45.66% pada 12 MSP (Tabel 3).

Interaksi ruang dan frekuensi penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata baik pada 8 maupun pada 12 MSP. Interaksi ruang dan volume penyiraman sama sekali tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kelembaban media. Interaksi frekuensi dan volume penyiraman hanya memberikan pengaruh sangat berbeda nyata pada 12 MSP. Interaksi ruang, frekuensi dan volume penyiraman tidak memberikan pengaruh terhadap kelembaban media (Tabel Lampiran 5). Pada 8 MSP, perlakuan R2F2 memberikan nilai kelembaban tertinggi, yaitu sebesar 88.87% dan perlakuan R1F1 memberikan nilai terendah, yaitu sebesar 17.73%. Pada interaksi frekuensi dan volume, perlakuan F2V2 memberikan nilai tertinggi, yaitu sebesar 70.28% dan terendah pada perlakuan R1F1 sebesar 18.03% pada 12 MSP (Tabel 3).

(30)

Tabel 2. Nilai Evapotranspirasi pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman

Perlakuan 1 MSP 2 MSP 3 MSP 4 MSP 5 MSP 6 MSP 7 MSP 9 MSP 10 MSP 12 MSP

---mm/minggu--- R1 3.29a 3.80a 3.52a 3.24a 3.10a 2.92a 3.06a 3.36a 3.55a 3.79a R2 2.81b 3.32b 3.32a 3.40a 3.08a 3.05a 3.16a 3.23a 3.43a 3.39b

Tukey 0.05 0.35 0.27 0.28 0.24 0.36 0.25 0.28 0.29 0.24 0.23

F1 1.97b 2.56b 2.44b 2.09b 1.81b 1.67b 1.94b 2.07b 2.27b 2.38b F2 4.13a 4.57a 4.40a 4.55a 4.37a 4.30a 4.28a 4.54a 4.71a 4.80a

Tukey 0.05 0.35 0.27 0.28 0.24 0.36 0.25 0.28 0.29 0.24 0.23

V1 2.94a 3.17b 3.01b 2.95b 2.73b 2.59b 2.75b 2.85b 3.03b 3.08b V2 3.16a 3.95a 3.83a 3.69a 3.45a 3.38a 3.47a 3.75a 3.96a 4.10a

Tukey 0.05 0.35 0.27 0.28 0.24 0.36 0.25 0.28 0.29 0.24 0.23

R1F1 2.05c 2.62c 2.44b 1.96b 1.71c 1.66c 1.99c 2.28b 2.41c 2.58c R1F2 4.54a 4.99a 4.59a 4.52a 4.50a 4.18ab 4.14ab 4.45a 4.69ab 5.00a R2F1 1.88c 2.50c 2.45b 2.23b 1.92c 1.68c 1.89c 1.86b 2.14c 2.18c R2F2 3.73b 4.14b 4.20a 4.57a 4.25ab 4.43a 4.43a 4.62a 4.73a 4.59ab

Tukey 0.05 0.71 0.54 0.57 0.49 0.72 0.50 0.56 0.57 0.47 0.46

R1V1 3.16a 3.30b 3.07b 2.77b 2.67b 2.45c 2.70c 2.76b 2.93c 3.18c R1V2 3.43a 4.31a 3.97a 3.71a 3.54a 3.39a 3.43ab 3.97a 4.18a 4.41a R2V1 2.71a 3.05b 2.96b 3.13b 2.80b 2.74c 2.81c 2.94b 3.13c 2.97c R2V2 2.90a 3.59b 3.69a 3.67a 3.37ab 3.37ab 3.50a 3.54a 3.74ab 3.80b

Tukey 0.05 0.71 0.54 0.57 0.49 0.72 0.50 0.56 0.57 0.47 0.46

F1V1 1.88c 2.19d 2.08d 1.83c 1.59c 1.47c 1.77c 1.89c 2.00d 2.03d F1V2 2.05c 2.93c 2.81c 2.35c 2.04c 1.87c 2.11c 2.24c 2.55c 2.73c F2V1 3.99ab 4.16b 3.94b 4.07b 3.87b 3.72b 3.74b 3.81b 4.06b 4.12b F2V2 4.28a 4.98a 4.85a 5.03a 4.87a 4.89a 4.83a 5.26a 5.36a 5.47a

Tukey 0.05 0.71 0.54 0.57 0.49 0.72 0.50 0.56 0.57 0.47 0.46

R1F1V1 2.02e 2.18e 2.07e 1.69e 1.65d 1.62d 1.99d 2.08d 2.06ef 2.17f R1F1V2 2.09e 3.06de 2.81e 2.24e 1.77d 1.70d 1.98d 2.47d 2.76e 3.00e R1F2V1 4.31ab 4.41b 4.07bc 3.85cd 3.69bc 3.27c 3.41c 3.43c 3.79cd 4.20c R1F2V2 4.76a 5.57a 5.12a 5.19a 5.31a 5.09a 4.87a 5.47a 5.59a 5.81a R2F1V1 1.75e 2.20e 2.10e 1.98e 1.54d 1.31d 1.55d 1.70d 1.94f 1.90f R2F1V2 2.01e 2.80e 2.80e 2.47e 2.30d 2.05d 2.23d 2.02d 2.33ef 2.47ef R2F2V1 3.67abcd 3.90bcd 3.82bcd 4.28bc 4.06bc 4.17b 4.07abc 4.19bc 4.32c 4.05cd R2F2V2 3.80abc 4.38bc 4.57ab 4.87ab 4.44ab 4.69ab 4.78ab 5.06ab 5.14ab 5.14ab

Tukey 0.05 1.12 0.87 0.91 0.77 1.15 0.80 0.89 0.91 0.75 0.73

Ket : - Angka yang tidak diikuti huruf pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Tukey 5% - R1 = Ruang AC - F1 = Frekuensi penyiraman 1 kali seminggu - V1 = Volume 50 ml - R2 = Ruang non AC - F2 = Frekuensi penyiraman 2 kali seminggu - V2 = Volume 75 ml - MSP = Minggu Setelah Perlakuan

(31)

Tabel 3. Nilai Kelembaban Media pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman Perlakuan 8 MSP 12 MSP ---%--- R1 35.48b 29.91b R2 57.36a 50.01a Tukey 0.05 8.67 7.53 F1 21.79b 21.79b F2 71.04a 71.04a Tukey 0.05 8.67 7.53 V1 39.24b 34.26b V2 53.59a 45.66a Tukey 0.05 8.67 7.53 R1F1 17.73c 17.87c R1F2 53.22b 41.95b R2F1 25.84c 21.20c R2F2 88.87a 78.82a Tukey 0.05 17.45 15.17 R1V1 27.06c 22.92c R1V2 43.89bc 36.90bc R2V1 51.42ab 45.60ab R2V2 63.29a 54.41a Tukey 0.05 17.45 15.17 F1V1 17.15c 18.03c F1V2 26.42c 21.04c F2V1 61.33b 50.49b F2V2 80.76a 70.28a Tukey 0.05 17.45 15.17 R1F1V1 14.26d 15.65d R1F1V2 21.21d 20.09d R1F2V1 39.87cd 30.19cd R1F2V2 66.57bc 53.71bc R2F1V1 20.05d 20.41d R2F1V2 31.64 21.99d R2F2V1 82.80ab 70.80ab R2F2V2 94.94a 86.84a Tukey 0.05 27.76 24.15

Ket : - Angka-angka yang tidak diikuti huruf pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Tukey 5% - R1 = Ruang AC - F1 = Frekuensi penyiraman 1 kali seminggu - V1 = Volume 50 ml - R2 = Ruang non AC - F2 = Frekuensi penyiraman 2 kali seminggu - V2 = Volume 75 ml - MSP = Minggu Setelah Perlakuan

Pertambahan Tinggi Tanaman

Faktor tunggal ruang berpengaruh nyata pada 2 MSP dan memberikan pengaruh sangat nyata pada 3 - 12 MSP. Frekuensi penyiraman hanya memberikan pengaruh nyata pada 4 - 7 MSP. Volume penyiraman sama sekali

(32)

tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman (Tabel Lampiran 6). pada 12 MSP, ruang AC memberikan nilai lebih besar dibandingkan ruang non AC, yaitu 1.61 cm pada ruang AC dan pada ruang non AC sebesar 1.04 cm. Pada 7 MSP, frekuensi penyiraman 2 kali seminggu memberikan nilai lebih kecil dibandingkan frekuensi sekali seminggu, yaitu sebesar 1.06 cm. Tetapi, mulai 10 - 12 MSP, frekuensi penyiraman 2 kali seminggu memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan frekuensi penyiraman sekali seminggu (Tabel 5).

Interaksi ruang dan volume penyiraman, interaksi frekuensi dan volume penyiraman serta interaksi ruang, frekuensi dan volume penyiraman tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman. Interaksi ruang dan frekuensi penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata pada 9 - 12 MSP (Tabel Lampiran 6). Nilai tertinggi untuk interaksi ruang dan frekuensi penyiraman, yaitu pada perlakuan R1F2 sebesar 1.92 cm dan terendah pada perlakuan R2F2 sebesar 0.94 cm pada 12 MSP. Walaupun interaksi antara ruang, frekuensi, dan volume penyiraman tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, tetapi dengan uji Tukey (taraf 5%) menunjukkan bahwa pada ruang AC, dengan frekuensi 2 kali seminggu dan volume penyiraman sebesar 75 ml, pertambahan tinggi tanaman cenderung lebih besar (Tabel 4).

Pertambahan Jumlah Daun

Faktor tunggal ruang sama sekali tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan jumlah daun kecuali pada 4 MSP. Frekuensi penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata pada 3, 7 - 12 MSP dan memberikan pengaruh nyata pada 6 MSP. Volume memberikan pengaruh nyata pada 2, 11 dan 12 MSP (Tabel Lampiran 7). Ruang non AC memberikan pertambahan daun sebesar 1.4 dan ruang AC sebesar 1.2 pada 4 MSP. Pada 12 MSP, frekuensi penyiraman 2 kali seminggu memberikan nilai lebih besar, yaitu 2.0 dibandingkan frekuensi penyiraman sekali seminggu, yaitu 1.6. Volume penyiraman sebanyak 75 ml juga memberikan nilai lebih besar dibandingkan volume penyiraman sebanyak 50 ml pada 9, 11 dan 12 MSP (Tabel 5).

Interaksi ruang dan frekuensi penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata mulai pada 8 - 12 MSP dan memberikan pengaruh nyata pada 3 MSP.

(33)

Interaksi ruang dan volume penyiraman memberikan pengaruh nyata pada 4, 7 - 9, dan 11 - 12 MSP. Interaksi frekuensi dan volume penyiraman hanya memberikan pengaruh sangat nyata pada 4 MSP (Tabel Lampiran 7). Interaksi ruang dan frekuensi memberikan nilai lebih besar pada perlakuan R1F2, yaitu sebesar 2.2. Untuk interaksi ruang dan volume, perlakuan R1V2 memberikan nilai lebih besar dari perlakuan lainnya, yaitu 2.0. Perlakuan F2V1 memberikan nilai terbesar pada 4 MSP, yaitu sebesar 1.5 (Tabel 5).

Interaksi ruang, frekuensi dan volume penyiraman hanya berbeda sangat nyata pada 3 MSP (Tabel Lampiran 7), dimana perlakuan R2F1V1 dan R2F2V1 memberikan nilai tertinggi, yaitu 1.4 terhadap pertambahan jumlah daun ini (Tabel 5).

Pertambahan Panjang Daun

Perlakuan ruang, frekuensi, volume penyiraman, maupun interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap panjang daun untuk setiap minggu pengamatannya (Tabel Lampiran 8).

Pertambahan Lebar Daun

Baik frekuensi maupun volume penyiraman tidak memberikan pengaruh nyata terhadap lebar daun. Ruang memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pada 3 MSP dan pengaruh nyata pada 7 - 9 MSP (Tabel Lampiran 9). Ruang non AC memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan ruang AC pada 7 MSP, yaitu sebesar 0.73 cm pada 3 MSP. Walaupun frekuensi dan volume penyiraman tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan lebar daun, tetapi dengan uji Tukey (taraf 5%) menunjukkan bahwa frekuensi penyiraman seminggu sekali cenderung memiliki nilai lebih besar (Tabel 6).

Interaksi ruang dan frekuensi penyiraman tidak berpengaruh terhadap lebar daun. Tetapi pada 3 MSP, baik interaksi ruang dan volume penyiraman maupun interaksi frekuensi dan volume penyiraman memberikan pengaruh nyata. Interaksi ruang, frekuensi, dan volume penyiraman memberikan pengaruh nyata pada 9 dan 12 MSP dan memberikan pengaruh sangat nyata pada 10 dan 11 MSP (Tabel Lampiran 9). Untuk interaksi ruang dan volume, perlakuan R2V1 dan R2V2 memberikan nilai yang lebih besar diantara perlakuan lainnya, yaitu sebesar

(34)

0.73 cm pada 3 MSP. Interaksi frekuensi dan volume penyiraman memberikan pengaruh terkecil pada perlakuan F2V2, yaitu 0.71 cm. Perlakuan R2F1V2 memberikan pengaruh tertinggi, dengan pertambahan lebar daun sebesar 0.76 cm pada 12 MSP.

Tabel 4. Nilai Pertambahan Tinggi Tanaman pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman

Perlakuan 7 MSP 9 MSP 10 MSP 11 MSP 12 MSP ---cm---

R1 1.26a 1.38a 1.47a 1.53a 1.61a

R2 1.01b 1.03b 1.04b 1.04b 1.04b

Tukey 0.05 0.14 0.14 0.16 0.19 0.23

F1 1.21a 1.22a 1.21a 1.22a 1.22a

F2 1.06b 1.20a 1.29a 1.36a 1.43a

Tukey 0.05 0.14 0.14 0.16 0.19 0.23

V1 1.16a 1.24a 1.27a 1.28a 1.31a

V2 1.11b 1.18a 1.28a 1.29a 1.34a

Tukey 0.05 0.14 0.14 0.16 0.19 0.23

R1F1 1.28a 1.29ab 1.29b 1.29b 1.30b

R1F2 1.24a 1.47a 1.66a 1.78a 1.92a

R2F1 1.14a 1.14bc 1.14bc 1.14b 1.14b

R2F2 0.89a 0.92c 0.93c 0.94b 0.94b

Tukey 0.05 0.28 0.29 0.32 0.38 0.46

R1V1 1.29a 1.41a 1.46ab 1.49ab 1.55ab

R1V2 1.23a 1.36ab 1.48a 1.57a 1.67a

R2V1 1.03a 1.06bc 1.07c 1.08c 1.08c

R2V2 0.99a 1.00c 1.00c 1.01c 1.01c

Tukey 0.05 0.28 0.29 0.32 0.38 0.46

F1V1 1.20a 1.20a 1.20a 1.20a 1.20a

F1V2 1.22a 1.23a 1.23a 1.24a 1.24a

F2V1 1.12a 1.26a 1.34a 1.37a 1.42a

F2V2 1.01a 1.13a 1.25a 1.35a 1.44a

Tukey 0.05 0.28 0.29 0.32 0.38 0.46

R1F1V1 1.30a 1.30abc 1.28abc 1.28abc 1.28bc R1F1V2 1.27abc 1.29abc 1.29abc 1.30abc 1.31abc R1F2V1 1.29ab 1.52a 1.65ab 1.71ab 1.81ab R1F2V2 1.19abc 1.43ab 1.66a 1.85a 2.03a R2F1V1 1.11abc 1.12abc 1.12c 1.12bc 1.11bc R2F1V2 1.17abc 1.17abc 1.17abc 1.17bc 1.17bc R2F2V1 0.95abc 1.01bc 1.02abc 1.03c 1.03c

R2F2V2 0.82c 0.83c 0.83c 0.84c 0.84c

Tukey 0.05 0.44 0.47 0.51 0.61 0.73

Ket : - Angka-angka yang tidak diikuti huruf pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Tukey 5% - R1 = Ruang AC - F1 = Frekuensi penyiraman 1 kali seminggu - V1 = Volume 50 ml - R2 = Ruang non AC - F2 = Frekuensi penyiraman 2 kali seminggu - V2 = Volume 75 ml - MSP = Minggu Setelah Perlakuan

(35)

Tabel 5 . Nilai Pertambahan Jumlah Daun pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman

Perlakuan 3 MSP 4 MSP 9 MSP 11 MSP 12 MSP

R1 1.1a 1.2b 1.7a 1.8a 1.8a

R2 1.2a 1.4a 1.8a 1.8a 1.8a

Tukey 0.05 0.1 0.2 0.2 0.2 0.2

F1 1.0b 1.3 1.6b 1.6b 1.6b

F2 1.2a 1.3 1.9a 1.9a 2.0a

Tukey 0.05 0.1 0.2 0.2 0.2 0.2

V1 1.2a 1.3a 1.7a 1.7b 1.7b

V2 1.1a 1.3a 1.8a 1.9a 1.9a

Tukey 0.05 0.1 0.2 0.2 0.2 0.2

R1F1 0.9a 1.2a 1.4b 1.4b 1.4b

R1F2 1.2a 1.3a 2.0a 2.1a 2.2a

R2F1 1.1a 1.5a 1.8ab 1.8ab 1.8ab

R2F2 1.2a 1.4a 1.7ab 1.8ab 1.8ab

Tukey 0.05 0.3 0.3 0.4 0.4 0.4

R1V1 1.1a 1.2a 1.6a 1.6a 1.6a

R1V2 1.1a 1.3a 1.9a 2.0a 2.0a

R2V1 1.3a 1.5a 1.8a 1.8a 1.8a

R2V2 1.1a 1.3a 1.7a 1.8a 1.8a

Tukey 0.05 0.3 0.3 0.4 0.4 0.4

F1V1 1.0b 1.2a 1.5a 1.5b 1.5b

F1V2 1.0b 1.4a 1.7a 1.7ab 1.7ab

F2V1 1.3a 1.5a 1.8a 1.8ab 1.9ab

F2V2 1.1ab 1.2a 1.9a 2.0a 2.0a

Tukey 0.05 0.3 0.3 0.4 0.4 0.4

R1F1V1 0.7d 1.0a 1.2c 1.2c 1.2c

R1F1V2 1.1abcd 1.4a 1.7abc 1.7abc 1.7abc

R1F2V1 1.4a 1.4a 1.9ab 1.9ab 2.0ab

R1F2V2 1.1abcd 1.2a 2.1a 2.3a 2.3a R2F1V1 1.3ab 1.5a 1.8abc 1.8abc 1.8abc R2F1V2 1.0abcd 1.4a 1.8abc 1.8abc 1.8abc R2F2V1 1.2abc 1.5a 1.8abc 1.8abc 1.8abc R2F2V2 1.2abc 1.2a 1.7abc 1.8abc 1.8abc

Tukey 0.05 0.4 0.5 0.6 0.6 0.6

Ket : - Angka-angka yang tidak diikuti huruf pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Tukey 5% - R1 = Ruang AC - F1 = Frekuensi penyiraman 1 kali seminggu - V1 = Volume 50 ml - R2 = Ruang non AC - F2 = Frekuensi penyiraman 2 kali seminggu - V2 = Volume 75 ml - MSP = Minggu Setelah Perlakuan

(36)

Tabel 6 . Nilai Pertambahan Lebar Daun pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman

Perlakuan 3 MSP 7 MSP 9 MSP 10 MSP 11 MSP 12 MSP ---cm--- R1 0.72b 0.73b 0.73b 0.74a 0.74a 0.74a R2 0.73a 0.74a 0.74a 0.74a 0.74a 0.74a Tukey 0.05 0.008 0.009 0.009 0.009 0.008 0.008 F1 0.73a 0.73a 0.73a 0.74a 0.74a 0.75a F2 0.72a 0.73a 0.73a 0.74a 0.74a 0.74a Tukey 0.05 0.008 0.009 0.009 0.009 0.008 0.01

V1 0.73a 0.73a 0.74a 0.74a 0.74a 0.74a V2 0.73a 0.73a 0.74a 0.74a 0.74a 0.74a Tukey 0.05 0.008 0.009 0.009 0.009 0.008 0.01

R1F1 0.72ab 0.73a 0.74ab 0.74ab 0.74a 0.74a R1F2 0.71b 0.73a 0.73b 0.73b 0.74a 0.74a R2F1 0.73a 0.74a 0.75a 0.75a 0.75a 0.75a R2F2 0.73a 0.74a 0.74ab 0.74ab 0.74a 0.74a Tukey 0.05 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01

R1V1 0.72ab 0.73a 0.74ab 0.74a 0.74a 0.74a R1V2 0.71b 0.73a 0.73b 0.74a 0.74a 0.74a R2V1 0.73a 0.74a 0.74ab 0.74a 0.74a 0.74a R2V2 0.73a 0.74a 0.75a 0.75a 0.75a 0.75a Tukey 0.05 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01

F1V1 0.73a 0.74a 0.74a 0.74a 0.74a 0.74a F1V2 0.73a 0.74a 0.74a 0.74a 0.75a 0.75a F2V1 0.72ab 0.73a 0.73a 0.73a 0.74a 0.74a F2V2 0.71b 0.73a 0.74a 0.74a 0.74a 0.74a Tukey 0.05 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01

R1F1V1 0.73ab 0.74a 0.74a 0.74a 0.75ab 0.75ab R1F1V2 0.72ab 0.73a 0.73a 0.73a 0.73b 0.74ab R1F2V1 0.72ab 0.73a 0.73a 0.73a 0.73b 0.73b R1F2V2 0.71b 0.72a 0.73a 0.74a 0.74ab 0.74ab R2F1V1 0.72ab 0.74a 0.74a 0.74a 0.74ab 0.74ab R2F1V2 0.74a 0.75a 0.75a 0.75a 0.76a 0.76a R2F2V1 0.73ab 0.74a 0.74a 0.74a 0.74ab 0.74ab R2F2V2 0.73ab 0.74a 0.74a 0.74a 0.74ab 0.74ab Tukey 0.05 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02

Ket : - Angka-angka yang tidak diikuti huruf pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Tukey 5% - R1 = Ruang AC - F1 = Frekuensi penyiraman 1 kali seminggu - V1 = Volume 50 ml - R2 = Ruang non AC - F2 = Frekuensi penyiraman 2 kali seminggu - V2 = Volume 75 ml - MSP = Minggu Setelah Perlakuan

Warna Daun

Hampir semua perlakuan mengalami perubahan warna daun. Namun, hasil analisis Kruskal Wallis menunjukkan bahwa perlakuan ruang, frekuensi dan volume penyiraman tidak berbeda nyata terhadap skoring warna daun tanaman

(37)

(Tabel 7). Tetapi, hasil pengolahan data dengan uji F menunjukkan bahwa warna daun berpengaruh sangat nyata pada interaksi ruang, frekuensi, dan volume penyiraman terhadap perubahan jumlah klorofil daun. Berbeda dengan jumlah klorofil daun, jumlah antosianin daun tidak memberikan pengaruh terhadap warna daun baik untuk faktor tunggal maupun interaksinya (Tabel Lampiran 10). Perlakuan R2F1V2 memberikan jumlah klorofil lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya, yaitu sebesar 1.36 mg/gram (Tabel 8).

Jumlah klorofil daun untuk setiap perlakuan cenderung naik kecuali untuk perlakuan R2F2V2. Pada perlakuan R2F1V2, jumlah klorofil yang terkandung di dalam daun meningkat paling drastis dari jumlah awal dibandingkan perlakuan lainnya. Tetapi, jumlah klorofil ruang AC rata-rata cenderung naik lebih besar dibandingkan ruang non AC (Gambar 3). Jumlah antosianin cenderung menurun dari jumlah awal kecuali pada perlakuan R1F1V2 dan R2F1V2. Tetapi, jika dilihat dari kestabilan jumlah antosianin pada daun, jumlah antosianin di ruang AC cenderung menurun sedangkan di ruang non AC relatif stabil (Gambar 4). Tabel 7. Nilai Skoring Warna Daun pada beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan

Volume Penyiraman Perlakuan 1 MSP 2 MSP 3 MSP 4 MSP 5 MSP 6 MSP 11 MSP 12 MSP R1F1V1 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 R1F1V2 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 3.00 3.00 R1F2V1 2.00 2.00 2.00 2.00 3.00 3.00 4.00 4.00 R1F2V2 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 3.00 3.00 3.00 R2F1V1 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 4.00 4.00 R2F1V2 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 4.00 4.00 R2F2V1 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 R2F2V2 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

Ket : - R1 = Ruang AC - F1 = Frekuensi penyiraman 1 kali seminggu - V1 = Volume 50 ml - R2 = Ruang non AC - F2 = Frekuensi penyiraman 2 kali seminggu - V2 = Volume 75 ml - P = 0.429 - MSP = Minggu Setelah Perlakuan

(38)

0,0000 0,2000 0,4000 0,6000 0,8000 1,0000 1,2000 1,4000 1,6000 1,8000 Klorofil To ta l K lo ro fil (m g/ g) Awal R1F1V1 R1F1V2 R1F2V1 R1F2V2 R2F1V1 R2F1V2 R2F2V1 R2F2V2

Gambar 3. Grafik Perubahan Jumlah Klorofil Daun

0,0000 0,0002 0,0004 0,0006 0,0008 0,0010 0,0012 0,0014 Antosianin To ta l a nt os ia ni n (m g/ g) Awal R1F1V1 R1F1V2 R1F2V1 R1F2V2 R2F1V1 R2F1V2 R2F2V1 R2F2V2

(39)

Tabel 8 . Nilai Klorofil dan Antosianin pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman

Perlakuan Klorofil Antosianin

---mg/gram--- R1 1.15a 0.0008a R2 1.04a 0.0009a Tukey 0.05 0.22 0.0002 F1 1.08a 0.0009a F2 1.12a 0.0008a Tukey 0.05 0.22 0.0002 V1 1.08a 0.0008a V2 1.12a 0.0009a Tukey 0.05 0.22 0.0002 R1F1 1.05a 0.0009a R1F2 1.26a 0.0007a R2F1 1.11a 0.0008a R2F2 0.98a 0.0009a Tukey 0.05 0.53 0.0003 R1V1 1.13a 0.0008a R1V2 1.18a 0.0008a R2V1 1.03a 0.0008a R2V2 1.06a 0.0010a Tukey 0.05 0.53 0.0003 F1V1 0.96a 0.0007a F1V2 1.19a 0.0010a F2V1 1.20a 0.0008a F2V2 1.04a 0.0008a Tukey 0.05 0.53 0.0003 R1F1V1 1.07ab 0.0008a R1F1V2 1.03ab 0.0010a R1F2V1 1.19ab 0.0008a R1F2V2 1.33ab 0.0006a R2F1V1 0.86ab 0.0007a R2F1V2 1.36a 0.0010a R2F2V1 1.20ab 0.0009a R2F2V2 0.75b 0.0009a Tukey 0.05 0.59 0.0004

Ket : - Angka-angka yang tidak diikuti huruf pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Tukey 5% - R1 = Ruang AC - F1 = Frekuensi penyiraman 1 kali seminggu - V1 = Volume 50 ml - R2 = Ruang non AC - F2 = Frekuensi penyiraman 2 kali seminggu - V2 = Volume 75 ml - MSP = Minggu Setelah Perlakuan

(40)

Tanggapan Responden Terhadap Tanaman Warna Daun

Analisis Friedman menunjukkan bahwa interaksi ruang, frekuensi dan volume penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata pada 2 dan 11 MSP dan berpengaruh nyata pada 6 MSP. Perlakuan R2F2V2 menempati peringkat pertama pada 2 – 11 MSP dengan score 3 (cukup suka). Secara keseluruhan, responden tidak menyukai warna daun (score 4) pada 6 dan 11 MSP (Tabel 9).

Tabel 9. Tanggapan Responden terhadap Warna Daun pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman

2 MSP 6 MSP 11 MSP

Perlakuan

Score Peringkat Score Peringkat Score Peringkat

R1F1V1 3 106.0 4 78.0 4 57.5 R1F1V2 3 97.5 4 85.5 4 87.5 R1F2V1 3 83.0 4 89.5 4 104.5 R1F2V2 3 78.5 4 77.5 4 91.5 R2F1V1 3 74.5 4 99.0 4 69.0 R2F1V2 3 76.5 4 90.0 4 99.0 R2F2V1 3 94.5 4 86.5 4 88.5 R2F2V2 3 109.5 4 114.0 3 122.5

Ket : - R1 = Ruang AC - F1 = Frekuensi penyiraman 1 kali seminggu - V1 = Volume 50 ml - R2 = Ruang non AC - F2 = Frekuensi penyiraman 2 kali seminggu - V2 = Volume 75 ml - P = 0.009; 0.025; 0.000 - MSP = Minggu Setelah Perlakuan

Penampilan Fisik Tanaman

Interaksi ruang, frekuensi dan volume penyiraman memberikan pengaruh sangat nyata terhadap penampilan fisik tanaman. Responden cenderung menyukai tanaman Dracaena marginata ”Tricolour” dengan score rata-rata 3 (cukup suka) pada 2 MSP. Rata-rata responden menjadi sangat tidak menyukai penampilan fisik tanaman (score 5) terutama untuk perlakuan R1F1V1 pada 11 MSP.

Keseimbangan Pot dengan Tanaman

Tanggapan responden terhadap keseimbangan pot tidak memberikan pengaruh nyata pada 2 MSP. Responden cenderung memberikan score 2 (suka) dan menganggap bahwa ukuran pot masih seimbang dengan tanaman pada 2 MSP ini. Perlakuan R1F2V1 masih dianggap paling baik oleh responden. Pada 6 dan 11 MSP, beberapa perlakuan mengalami penurunan score. Baik perlakuan R1F1V1 maupun R2F1V1 mengalami perubahan paling drastis diantara semua

(41)

perlakuan, yaitu dari score 2 (suka) menjadi score 4 (tidak suka) (Tabel 11). Hal ini diduga akibat kurangnya tanaman mendapatkan kebutuhan air yang sesuai. Tabel 10. Tanggapan Responden terhadap Penampilan Fisik Tanaman pada

Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman

2 MSP 6 MSP 11 MSP

Perlakuan

Score Peringkat Score Peringkat Score Peringkat

R1F1V1 3 97.0 4 74.0 5 35.0 R1F1V2 3 67.0 4 84.0 4 83.0 R1F2V1 3 101.5 3 106.0 3 121.5 R1F2V2 3 81.5 4 90.0 4 102.5 R2F1V1 3 74.5 4 79.0 4 63.5 R2F1V2 3 84.0 4 76.0 4 88.0 R2F2V1 3 103.0 4 94.5 3 112.5 R2F2V2 3 111.5 3 116.5 3 114.0

Ket : - R1 = Ruang AC - F1 = Frekuensi penyiraman 1 kali seminggu - V1 = Volume 50 ml - R2 = Ruang non AC - F2 = Frekuensi penyiraman 2 kali seminggu - V2 = Volume 75 ml - P = 0.003; 0.003; 0.000 - MSP = Minggu Setelah Perlakuan

Tabel 11. Tanggapan Responden terhadap Keseimbangan Pot dengan Tanaman pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman

2 MSP 6 MSP 11 MSP

Perlakuan

Score Peringkat Score Peringkat Score Peringkat

R1F1V1 2 90.5 3 78.0 4 45.5 R1F1V2 2 88.0 3 80.0 3 84.0 R1F2V1 2 109.5 2 122.5 2 121.0 R1F2V2 2 83.0 3 97.5 3 104.5 R2F1V1 2 92.5 3 78.0 4 64.5 R2F1V2 3 86.0 3 66.0 3 89.0 R2F2V1 3 83.0 3 94.0 3 104.0 R2F2V2 2 87.5 3 104.0 3 107.5

Ket : - R1 = Ruang AC - F1 = Frekuensi penyiraman 1 kali seminggu - V1 = Volume 50 ml - R2 = Ruang non AC - F2 = Frekuensi penyiraman 2 kali seminggu - V2 = Volume 75 ml - P = 0.497; 0.000; 0.000 - MSP = Minggu Setelah Perlakuan

Kelayakan display secara keseluruhan

Periode layak display Dracaena marginata “Tricolour” menurut responden masih tetap layak display hingga 2 MSP. Responden sudah menganggap bahwa tanaman tidak layak display lagi pada 6 MSP (Tabel 13). Hal ini sesuai dengan beberapa parameter pengamatan terhadap responden yang telah dilakukan, seperti warna daun dan penampilan fisik tanaman. Untuk parameter warna daun dan penampilan fisik, responden juga sudah menganggap bahwa tanaman sudah tidak layak display lagi pada 6 MSP.

Gambar

Gambar 1. Suhu Udara Rata-rata Mingguan Selama Penelitian
Tabel 2. Nilai Evapotranspirasi pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan Volume Penyiraman
Tabel 3. Nilai Kelembaban Media pada Beberapa Tingkat Ruang, Frekuensi dan       Volume Penyiraman  Perlakuan  8 MSP  12 MSP  ---------------%--------------  R1  35.48b  29.91b  R2  57.36a  50.01a  Tukey 0.05  8.67  7.53  F1  21.79b  21.79b  F2  71.04a  71
Tabel 4. Nilai Pertambahan Tinggi Tanaman pada Beberapa Tingkat Ruang,  Frekuensi dan Volume Penyiraman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lama bekerja tidak berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan auditor, disebabkan karenan kurangnya pelatihan/bimtek yang di laksanakan untuk menunjang pengetahuan auditor dalam

Tugas Akhir yang berjudul “Kebudayaan Masyarakat Yogyakarta Dalam Penciptaan Seni Lukis” ini adalah ungkapan ketertarikan kehidupan tradisional yang berkesan ditemui dalam

Semua sampel perona pipi yang dianalisis (merek IZ, VV, KS dan MC) mengandung logam berat kromium sehingga tidak memenuhi persyaratan kosmetik berdasarkan peraturan Kepala BPOM

RIZQI AGUNG NUGROHO, NIM D0413045, judul skripsi STRATEGI ANGOLA DAN KETERLIBATAN KEKUATAN EKSTERNAL DALAM RESOLUSI KONFLIK PERANG SIPIL PASCA KEGAGALAN

Sifat manusia yang selalu diliputi rasa tidak puas menjadi pemicu perkembangan penelitian dari pengamatan ground base menuju penjelajahan di angkasa untuk mendekati

Pada gambar diatas menunjukkan dosis terbesar dalam menurunkan kadar kolesterol total yaitu pada perlakuan 5 yang diberi ekstrak etanol bawang putih dengan dosis 18mg/200gr

Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir Membuat gambar sketsa busana, dengan Menyebutkan macam-macam teknik pewarnaan keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang

Kepentingan kepada jurulatih : Jurulatih pasukan UTM juga boleh mengenalpasti tahap sebenar kelajuan dan ketangkasan setiap pemain seterusnya dapat merancang program latihan