1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
1.1.1 Perkembangan Kota Pekalongan
Perkembangan kawasan perkotaan di Indonesia saat ini cukup
pesat, khususnya pada kota-kota yang mempunyai kegiatan perekonomian
utama pada sektor industri. Seperti yang terjadi di kota pekalongan, jawa
tengah. Kegiatan industri batik yang berkembang dengan cepat dan
menarik masyarakat pedesaan disekitarnya untuk bermigrasi kekota
tersebut. Di Kota Pekalongan tidak hanya kegiatan ekonomi yang
mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun, pertumbuhan penduduk dan
perkembangan kawasan permukiman di pekalongan pun selalu meningkat
setiap tahunnya. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh peranan kota
Pekalongan sebagai Pusat Pelayanan Kegiatan Wilayah yang menunjang
pula pertumbuhan kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan. Pada
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pekalongan tahun 2009-2029
disebutkan Kota Pekalongan masuk dalam Kawasan Petanglong bersama
Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan. Kawasan ini berpotensi
untuk diarahkan sebagai kawasan andalan.
Kawasan ini bertujuan untuk mensinergiskan antar wilayah
kabupaten (Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Batang) karena
kawasan ini dilalui jalur jalan utama Pantura (Pantai Utara Jawa) yang
2
(terutama pada koridor jalan arteri primer Pantura). Pada Kawasan
Petanglong, kota-kota yang ada berdasarkan skala pelayanannya
dikelompokkan ke dalam skala pelayanan wilayah dan skala pelayanan
lokal dan Kota Pekalongan berperan untuk memberikan pelayanan skala
wilayah Petanglong.
Meningkatnya jumlah penduduk di Kota Pekalongan berdampak
pada meningkatnya kebutuhan hunian di Kota Pekalongan. Namun kondisi
tersebut tidak sebanding dengan kemampuan sebagian masyarakat untuk
menempati lahan-lahan yang telah dipersiapkan untuk kawasan
permukiman baru. Dengan terbatasnya kondisi finansial, masyarakat pun
mulai mendirikan rumah pada lahan-lahan yang ditawarkan dengan harga
sangat murah bahkan ada juga yang memilih untuk menempati lahan-lahan
yang bukan peruntukan permukiman bahkan hingga melebar ke
lahan-lahan kosong di tepian sungai.
Lemahnya pengendalian tata ruang dan tata guna lahan membuat
kawasan perkotaan tumbuh tidak terkendali dan berpotensi menumbuhkan
kawasan permukiman berkepadatan tinggi dan menurunnya kualitas
lingkungan permukiman sehingga rentan menimbulkan permasalahan
permukiman kumuh. Begitu pula yang terjadi pada kawasan perkotaan
Pekalongan, salah satunya pada kawasan permukiman di sepanjang
tepian Sungai Banger yang berada pada bagian timur Kota Pekalongan.
Sepanjang tepian sungai Banger merupakan kawasan rawan bencana
banjir, baik berupa banjir di musim penghujan hingga banjir rob yang
3 1.1.2 Kawasan Tepian Sungai Banger
Sungai Banger adalah sungai dengan lebar +40 m yang melintasi
kota pekalongan terletak di bagian timur kota pekalongan, yang menjadi
pintu gerbang masuk ke dalam Kota Pekalongan. Berdasarkan informasi
pemerintah Kelurahan Poncol diketahui bahwa Sungai Banger pada
awalnya merupakan sungai dengan lebar +10 m. Pada tahun 2002
pemerintah Kota Pekalongan membuat sodetan pada sungai tersebut
sehingga menjadi sungai dengan lebar + 40 m sebagai upaya pemerintah
Kota Pekalongan mengurangi banjir di lingkungan permukiman maupun di
pusat kota Pekalongan (Harian Suara Merdeka, 25 Februari 2003). Sungai
banger bermuara ke laut jawa, sungai ini melintasi 8 kelurahan yang
berada di Kota Pekalongan, antara lain yaitu Kelurahan Kahuripan,
Kelurahan Yosorejo, Kelurahan Noyotaan, Kelurahan Keputran, Kelurahan
Poncol, Kelurahan Dekoro, Kelurahan Klego, dan Kelurahan Krapyak Lor.
Pada awal tahun 1990-an lahan di tepian sungai Banger
dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Seiring dengan pertumbuhan
kegiatan industri batik, hal tersebut mempengaruhi kondisi air sungai. Hal
tersebut dikarenakan sebagian pengrajin batik membuang limbahnya pada
sungai-sungai yang melintasi di Kota Pekalongan. Kondisi tersebut juga Gambar 1.1 kondisi sungai banger dan tepiannya.
4
membuat sungai Banger ikut tercemar, menurut dinas tata ruang Kota
Pekalongan hal tersebut berdampak pada produktivitas lahan pertanian
yang ada di sepanjang tepian sungai, termasuk juga sungai banger. Hal
tersebut membuat para pemilik lahan mulai menjual lahan-lahan pertanian
yang sudah tidak produktif. Sehingga di sebagian wilayah tepian sungai
banger mulai beralih fungsi menjadi permukiman mulai tahun 1990.
Perubahan lahan di tepian Sungai Banger terjadi di beberapa
Kelurahan antara lain yaitu Kelurahan Poncol, Kelurahan Dekoro,
Kelurahan Klego dan Kelurahan Noyotaan. Namun Perubahan yang cukup
signifikan terjadi pada Kelurahan Poncol, dimana pertumbuhan
permukiman tidak terkendali dan meningkatkan kepadatan penduduk pada
kawasan tersebut dan meningkatkan kepadatan massa hunian. Hal
tersebut dikarenakan aksesibilitas Kelurahan Poncol yang cukup dekat
dengan pusat aktivitas perdagangan dan jasa di Kota Pekalongan
dibanding wilayah permukiman yang lain. Selain itu, pada wilayah tepian
sungai banger yang malalui permukiman Kelurahan Poncol sudah terdapat
jalan inspeksi yang cukup lebar (+4m) .
1.1.3 Kawasan Permukiman Kelurahan Poncol di Tepian Sungai Banger Kawasan permukiman Kelurahan Poncol mengalami pertumbuhan
setiap tahunnya, khususnya sejak kegiatan industri batik berkembang dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Pekalongan. Perubahan
kondisi eksisting kawasan dalam +10 tahun terkahir yang ditunjukkan
dengan bertambahnya sebaran massa hunian yang menambah luasan
5
Perubahan cukup siginifikan terdapat pada permukiman Kelurahan
Poncol khususnya pada blok kawasan bagian utara, perubahan yang
terjadi tidak hanya berupa penambahan massa pada lahan yang belum
terbangun.
Gamba1.2 Peta letak sungai banger yang melalui kelurahan poncol (blok biru) sumber : Sumber: Dokumen RDTR Kecamatan Pekalongan Timur 2013-2033
6 G am ba r 1. 3 P et a m or fol og i pe n gg u na a n l ah a n p ad a k a w as an pe n el it ian S um be r : o bs erv as i lap an g an d an www.go og lee arth.c om , 2014
7
Kondisi tersebut menempatkan permukiman tepian sungai banger di
bagian Kelurahan Poncol termasuk dalam kelompok kawasan permukiman
berkepadatan sangat tinggi dengan tingkat kepadatan 13.992<17.090
jiwa/km² (RTRW Kota Pekalongan 2009-2029).
Kondisi eksisting menunjukkan letak permukiman yang ada di
kelurahan poncol berada dalam posisi lebih rendah dari sungai, khususnya
saat musim penghujan. Sehingga kawasan permukiman tersebut
merupakan bagian dari kawasan rawan banjir musiman. Sebagian
penduduk yang tinggal di permukiman tersebut didominasi oleh
masyarakat berpenghasilan rendah yang umumnya berprofesi sebagai
buruh, terutama pada bagian utara kawasan. Sebagian dari penduduk
setempat pada awalnya mereka menempati lahan secara ilegal yang
peruntukannya adalah lahan bengkok kelurahan poncol. Hingga kemudian,
semakin banyaknya yang menempati lahan tersebut, pemerintah kota
pekalongan membuat kebijakan untuk melegalkan hunian tersebut dan
membagi kavling permukiman masing-masing 45 m² untuk setiap keluarga.
1.2
PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang terjadi di
kawasan tepian sungai Banger yaitu adanya perubahan dari pertumbuhan
permukiman secara alami pada kawasan tepian sungai tersebut, kawasan
permukiman membentuk kawasan yang tak beraturan sehingga perlu
mengetahui pola dan intesitas ruang permukiman pada tepian sungai
8
Untuk memberikan arahan penataan permukiman tepian sungai
banger ditemukan perumusan masalah yaitu permukiman yang berada di
tepian sungai banger tumbuh secara cepat dan berpotensi menjadi
masalah permukiman padat dan kumuh diperkotaan, sehingga perlu
adanya kajian untuk mengetahui efektifitas penggunaan lahan yang dikaji
melalui tingkat intensitas bangunan pada kawasan permukiman Kelurahan
Poncol yang berada di tepian sungai tersebut, sehingga dapat diketahu
cara untuk mengendalikan pertumbuhan kawasan permukiman yang tidak
teratur. Dari perumusan masalah tersebut timbul pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimana pola permukiman kawasan tepian sungai Banger
berdasarkan pola intensitas bangunan pada kawasan permukiman?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola intensitas bangunan
pada kawasan permukiman di tepian Sungai Banger?
3. Bagaimanakah arahan penataan permukiman berdasarkan hasil studi
pola intensitas bangunan pada kawasan permukiman di tepian sungai
Banger?
1.3
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah :
1. Mengidentifikasi pola permukiman berdasarkan pola intensitas
bangunan pada kawasan permukiman di tepian Sungai Banger.
2. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pola permukiman di
tepian Sungai Banger berdasarkan intensitas bangunan pada kawasan
9
3. Merekomendasikan arahan penataan lingkungan permukiman di tepian
Sungai Banger untuk memberikan kontribusi dalam upaya perbaikan
dan peningkatan kenyamanan permukiman padat perkotaan di tepian
Sungai Banger
1.4
KEASLIAN PENELITIAN
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan lokasi objek studi dan
fokus di tepian sungai, sebagai berikut :
No Peneliti Judul Lokus Fokus
1 Tatau Wijaya Garib, 2002
Bentuk permukiman tepian sungai kawasan S.parman ditinjau dari elemen fisik kawasan dan faktor-faktor pengaruhnya. Kawasan S.parman sungai Kahayan, palangkaraya Kajian mengenai elemen fisik kawasan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya 2 Nurfansyah, 2004 Model penataan tepian sungai martapura Sungai martapura, banjarmasin Mengetahui pola permukiman tepian sungai martapura 3 Jemy Pindatri, 2009 Tipologi Permukiman kawasan tepian sungai Kahayan Tepian sungai Kahayan, kawasan kelurahan langkai, kelurahan pahandut dan pahandut seberang, palangkaraya. Kajaian tentang identifikasi karakteristik permukiman tepian sungai secara fisik dan non fisik
10 4 Silmi Cahya Pradini, 2011 Model Pengembangan Intensitas
Blok Sekip dan Bulaksumur, UGM, Yogykarta
Kajian tentang intensitas ruang kawasan blok Sekip dan Bulak Sumur 5 Rhisa Aidilla Suprapto, 2014 Tipologi Permukiman Tepian sungai Banger, Kota Pekalongan Kawasan Kelurahan Poncol Kajian tentang tipologi intensitas ruang kawasan permukiman tepian sungai Banger
1.5
MANFAAT PENELITIAN
1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan
pihak-pihak lain dalam meningkatkan pemahaman perancangan kota,
khususnya tentang tipologi intensitas ruang permukiman di tepian
sungai.
2 Hasil penelitian ini juga dapat sebagai bahan pertimbangan bagi
pemerintah khususnya Pemerintah Kota Pekalongan dalam upaya
penyempurnaan kebijakan pengendalian tata guna lahan dan
peraturan pembangunan dan pengembangan permukiman
berkepadatan tinggi di kawasan tepian air serta kebijakan struktur tata
ruang kota pekalongan khususnya dalam arahan pergerakan
perkembangan kota.
1.6
SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah pemahaman mengenai tulisan ini, disusunlah
11 Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi Latar Belakang, Perkembangan Kota Pekalongan dan Tepian
sungai banger, Perumusan Permasalahan, Tujuan Penelitian, manfaat
Penelitian, Keaslian Penelitian dan Sistematika Penelitian.
Bab II Tinjauan pustaka
Bab ini membahas tinjauan teoritis mengenai, densitas dan intensitas
bangunan pada kawasan permukiman, pengertian permukiman, pola
permukiman, permukiman kumuh di perkotaan
Bab III Metodologi penelitian
Bab ini akan membahas metode penelitian, lingkup penelitian, penentuan
lokasi penelitian, tahapan penelitian.
Bab IV Gambaran umum wilayah penelitian
Bab ini akan membahas gambaran umum Kota Pekalongan dan wilayah
penelitian Permukiman Kelurahan Poncol yang berada di tepian sungai
Banger.
Bab V Hasil penelitian dan pembahasan
Bab ini memaparkan hasil identifikasi dan temuan-temuan yang ada di
lapangan sesuai dengan metode penelitian yang digunakan. Selanjutnya
hasil penelitian tersebut dianalisis.
Bab VI Kesimpulan dan Rekomendasi
Pada bab ini akan membahas hasil kesimpulan dari analisis hasil
penelitian. Dari kesimpulan tersebut dibuat rekomendasi berupa arahan
desain (design guidelines) serta saran-saran dari penelitian ini terhadap
beberapa pihak seperti pemerintahan, masyarakat yang tinggal di tepian