• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM IDENTIFIKASI KEBERADAAN KERETA API

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SISTEM IDENTIFIKASI KEBERADAAN KERETA API"

Copied!
217
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Jurusan Teknik Elektro

Disusun oleh :

INDRA BAGUS KURNIAWAN

NIM : 015114034

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

IDENTIFICATION SYSTEM OF TRAIN’S POSITION

THE FINAL PROJECT

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

to Obtain the

Sarjana Teknik

Degree

in Electrical Engineering

Arranged by :

INDRA BAGUS KURNIAWAN

STUDENT NUMBER: 015114034

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

ELECTRICAL ENGINERING DEPARTMENT

ENGINEERING FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2007

(3)
(4)
(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Januari 2007

Penulis

(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1.

Jangan pernah menyerah dalam menghadapi hidup, karena Tuhan selalu

membantu melalui orang-orang di sekitarmu.

2.

Hidup hanya sekali, jalani dengan optimis!!!!!

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Tugas Akhir ini Kpada ALLAH BAPA di Surga

untuk kedua orang tuaku tercinta Bapak Suradi dan Ibu Sukowatin, kakakku

satu-satunya yang kusayangi Mbak Pipit dan suaminya Mas Agus serta ponakanku Dea yang

lucu dan imut

Kupersembahkan pula untuk

“kegelapan mutlak”

yang membuatku takut akan

ALLAH BAPA

(7)

kecelakaan.

Pada penelitian tugas akhir ini dirancang suatu sistem identifikasi

keberadaan kereta api untuk mengetahui keberadaan suatu kereta api oleh setiap

stasiun yang akan dilalui. Perancangan ini menggunakan mikrokontroler

AT89S51 sebagai pusat kendali. Setiap kereta api dilengkapi dengan identitas

berupa kombinasi nyala

infra red

. Identitas kereta api diterima oleh sensor berupa

fototransistor

yang ada di setiap stasiun. Posisi kereta api diketahui dengan

adanya

optocoupler

setiap stasiun kereta api. Identitas dan posisi kereta api akan

diolah oleh mikrokontroler yang kemudian ditampilkan pada penampil serta

dikirimkan ke stasiun lain, sehingga setiap stasiun dapat mengetahui posisi dari

suatu kereta api.

Tugas akhir ini telah berhasil dibuat dengan mensimulasikan 2 buah kereta

api miniatur dan 3 stasiun kereta api dengan tingkat kesalahan relatif rendah.

Sistem ini masih mungkin dikembangkan untuk mencapai hasil yang maksimal

dengan tingkat kesalahan yang minimum.

(8)

ABSTRACT

Nowadays the train accident is often happened in Indonesia. It not only

caused casualty but also financial loss. Therefore, the train traffic control need to

be increased in order to minimize the accidents.

In this study, a train existence identification system is designed to detect

the train position in each station which will be passed by a train. This scheme used

AT89S51 microcontroller as a central control. Each train is equipped with identity

in the form of infra red combination. This train identity is read by a

phototransistor as a censor in every train station. The train position will be

detected by optocoupler in each train station. First, the train identity and the

position will be processed by microcontroller. Second, it will be displayed on the

display. Third, it will be delivered to other stations, so that each station will detect

a train position.

This final project has succeeded to simulate 2 train miniatures and 3 train

stations with low error. There is a probability to develop this system to reach a

maximum result with minimum mistake.

(9)

Dengan menyebut nama ALLAH BAPA di Surga yang maha pengasih dan

penyayang, penulis mengucapkan puji syukur atas berkat, rahmat dan

anugerah-Nya, sehingga alat sistem identifikasi keberadaan kereta api ini akhirnya dapat

diselesaikan dengan hasil yang memuaskan.

Dengan selesainya tugas akhir ini yang merupakan salah satu syarat untuk

meraih gelar sarjana pada jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Kedua orang tuaku tercinta Bapak Suradi dan Ibu Sukowatin, atas

segalanya yang telah diberikan, dan dikorbankan yang tak akan pernah

dapat ternilai harganya.

2.

Bapak Ir. Iswanjono, M.T selaku pembimbing, atas segala pemikiran

dan bimbingannya dari awal hingga akhir pembuatan tugas ahir ini.

3.

Kakakku Mbak Pipit dan suaminya Mas Agus atas motivasinya serta

ponakanku Dea yang lucu.

4.

Teman-teman seperjuangan Tonny Pujianto atas semua bantuan dalam

menyelesaikan semuanya, Andreas Rony Marlino atas dukungan

tenaga dan moral, Utomo atas pinjaman

laptop

-nya, Yoga atas

DST-51

-nya, Pinto yang sama-sama berjuang menyelesaikan TA-nya,

KhokhonyaNesti dan Rikhard juga Don atas peralatan yang

dipinjamkan.

(10)

5.

Teman–teman Teknik Elektro 2001 selamat berjuang dalam dunia

nyata untuk yang sudah lulus dan cepat lulus untuk yang belum.

6.

teman kost Onest, Angga, dan penghuni yang lain.

Teman-teman yang sudah pindah dari kost David, Edy, Dwi, Eric, Bayu.

7.

Teman-teman “Tumindak Ngiwo” Ganyong, Kopet, Zigot, Barjo, Neri,

Misil, Windra, dan semua anak TN yang baru.

8.

Teman-teman wanitaku yang selalu memberi semangat Novi “Tetaplah

Jadi Bintang di Langit” kenapa kamu dah ada yang punya, Susi, Dina

“Monyet yang Cantik”, Yuke “Kakak yang Aneh”, dan buat semua

wanita yang ada di Bumi.

9.

Seluruh dosen Fakultas Teknik yang telah membagikan ilmunya

selama penulis berada di Universitas Sanata Dharma.

10.

Pak Petrus Setyo Prabowo S. T, selaku dosen Pembimbing Akademis

TE’01. Terima kasih Pak, sudah bersedia jadi teman curhat ketika saya

takut menyelesaikan TA.

11.

Bapak A. Bayu Primawan, S.T.,M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik

Elektro, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

12.

Romo Ir. Greg. Heliarko SJ.,SS.,BST.,MA.,M.Sc selaku Dekan

Fakultas Teknik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

13.

Kepada “Kegelapan Mutlak” terima kasih sehingga aku mampu dan

sadar akan Tuhan.

14.

Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, terimakasih

banyak, ALLAH BAPA yang membalas segalanya.

(11)

Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua, ALLAH

BAPA memberkati kita semua.

Yogyakarta, Januari 2007

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

... iii

HALAMAN PENGESAHAN

... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

... vi

INTISARI

... vii

ABSTRACT

... viii

KATA PENGANTAR

... ix

DAFTAR ISI

... xii

DAFTAR TABEL

... xvi

DAFTAR GAMBAR

... xviii

BAB I PENDAHULUAN

... 1

1.1

Judul ... 1

1.2

Latar Belakang ... 1

1.3

Perumusan Masalah ... 2

1.4

Pembatasan Masalah ... 2

1.5

Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 2

1.6

Metodologi Penelitian ... 3

1.7

Sistematika Penulisan ... 3

(13)

2.1

Light Emitting Diode

... 5

2.2

Infra Red Emitting Diode

... 6

2.3

Fototransistor ... 7

2.4

Optocoupler

... 9

2.5

Schmitt

Trigger... 10

2.6

Penampil LCD 2 X 16 Karakter... 13

2.7

Mikrokontroler AT89S51 ... 15

2.8

Topologi Jaringan... 16

2.9

Standar Komunikasi Serial... 17

2.9.1

Konfigurasi Jaringan ... 19

2.9.2

Pengaturan Impedansi Terminal ... 22

2.9.3

Pemberian Prasikap Pada Jaringan RS-485 ... 24

2.9.4

Pengaman Jaringan RS-485 Terhadap Beda Potensial Listrik.... 26

BAB III PERANCANGAN

... 30

3.1

Diagram Blok Sistem Identifikasi Keberadaan Kereta Api ... 30

3.2

Perancangan Perangkat Keras ... 32

3.2.1

Konstruksi Jalur Kereta Api... 32

3.2.2

Rangkaian Nomor kereta Api, Sensor Pembaca Nomor

Kereta Api, dan Sensor Posisi... 33

(14)

3.2.2.1

Rangkaian Nomor Kereta Api dan Sensor

Pembaca Nomor Kereta Api ... 33

3.2.2.1.1

Rangkaian Nomor Kereta Api... 34

3.2.2.1.2

Sensor Pembaca Nomor kereta Api ... 36

3.2.2.2

Sensor Posisi ... 37

3.2.2.3

Rangkaian

Schmitt

Trigger... 39

3.2.3

LCD... 40

3.2.4

Bagian Komunikasi Serial RS-485 ... 41

3.2.5

IC Komunikasi Serial RS-485... 42

3.2.5

Konfigurasi Jaringan ... 43

3.2.5

Komponen Penyesuai Impedansi ... 43

3.2.5

Pemberian Prasikap pada Jaringan... 44

3.2.5

Pengaman Beda Potensial Untuk Jaringan... 47

3.2.5

Oscillator Mikrokontroler AT89S51... 48

3.3

Perancangan Perangkat Lunak ... 49

3.3.1

Diagram Alir Program Utama... 49

3.3.2

Rutin Ambil Data ... 50

1.2.1

Rutin Serial ... 51

BAB IV PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

... 52

4.1

Hasil Akhir Alat ... 52

4.1.1

Bagian Model Kereta Api ... 53

4.1.2

Bagian Stasiun kereta Api... 54

(15)

... 55

4.1.2.2

Sensor Posisi ... 56

4.1.2.2.1 Tegangan Kaki Anoda

IRED Optocoupler

H213A

... 56

4.1.2.2.2 Tegangan Kaki

Collector

Fototransistor... 56

4.1.2.2.3 Tegangan

Outuput

Rangkaian

Schmitt Trigger

57

4.1.3

Data Hasil Pengamatan ... 57

4.1.3.1

Pengamatan Ketepatan Pembacaan Identitas

Kereta Api ... 57

4.1.3.2

Pengamatan Kebenaran Pengiriman dan

penerimaan Data melalui Jalur komunikasi

Serial ... 59

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

... 67

5.1

Kesimpulan ... 67

5.2

Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA

... 69

LAMPIRAN

... 70

(16)

DAFTAR TABEL

1.

Tabel 2.1 Output rangkaian IC 7414... 11

2.

Tabel 2.2 Tampilan LCD ... 14

3.

Tabel 3.1 Kombinasi nyala IRED ... 35

4.

Tabel 4.1 Kebenaran Pengiriman dan Penerimaan Melalui Jalur

Komunikasi Serial di Jalur 1 dengan Kereta Api Nomor

Identitas 1 ... 59

5.

Tabel 4.2 Kebenaran Pengiriman dan Penerimaan Melalui Jalur

Komunikasi Serial di Jalur 1 dengan Kereta Api Nomor

Identitas 5 ... 60

6.

Tabel 4.3 Kebenaran Pengiriman dan Penerimaan Melalui Jalur

Komunikasi Serial di Jalur 1 dengan Kereta Api Nomor

Identitas 7 ... 60

7.

Tabel 4.4 Kebenaran Pengiriman dan Penerimaan Melalui Jalur

Komunikasi Serial di Jalur 1 Tanpa Nomor Identitas... 61

8.

Tabel 4.5 Kebenaran Pengiriman dan Penerimaan Melalui Jalur

Komunikasi Serial di Jalur 2 dengan Kereta Api Nomor

Identitas 2 ... 63

9.

Tabel 4.6 Kebenaran Pengiriman dan Penerimaan Melalui Jalur

Komunikasi Serial di Jalur 2 dengan Kereta Api Nomor

Identitas 3 ... 63

(17)

11.

Tabel 4.5 Kebenaran Pengiriman dan penerimaan Melalui Jalur

Komunikasi Serial di Jalur 2 dengan Kereta Api Tanpa Nomor

Identitas ... 65

(18)

DAFTAR GAMBAR

1.

Gambar 2.1 Simbol

Light Emitting Diode

(LED)... 5

2.

Gambar 2.2 Rangkaian LED ... 6

3.

Gambar 2.3 Skematik Fototransistor ... 7

4.

Gambar 2.4 Rangkaian Fototransistor... 8

5.

Gambar 2.5 Simbol

Optocoupler

... 9

6.

Gambar 2.6 Rangkaian Dasar

Optocoupler

... 10

7.

Gambar 2.7 Konfigurasi pi-pin IC 7414 ... 11

8.

Gambar 2.8 (a) Bentuk Gelombang

Input

Schmitt trigger

... 12

9.

Gambar 2.8 (b) Bentuk Gelombang

Output

Schmitt trigger

... 12

10.

Gambar 2.9

Display

LCD 2 X 16 Karakter... 13

11.

Gambar 2.10 Konfigurasi Kaki-Kaki IC AT89S51 ... 15

12.

Gambar 2.11 Jaringan Komunikasi dengan Topologi

Bus

... 16

13.

Gambar 2.12 Jaringan Komunikasi dengan Topologi Bintang (

Star

)... 16

14.

Gambar 2.13 Jaringan Komunikasi dengan Topologi Cincin (

Circle

) ... 17

15.

Gambar 2.14 Sinyal

Output

dari Pemancar (

driver

) ... 19

16.

Gambar 2.15 Sinyal

Input

untuk Penerima (

receiver

) ... 19

17.

Gambar 2.16 Jaringan

multidrop

RS-485 dengan Dua Kabel ... 20

18.

Gambar 2.17 Jaringan

multidrop

RS-485 dengan Empat Kabel... 21

19.

Gambar 2.18 (a) Rangkaian

Parallel Termination

... 23

20.

Gambar 2.18 (b) Rangkaian

AC-Coupled

Termination ... 24

21.

Gambar 2.19

Tranceiver

dengan Resistor Prasikap... 24

(19)

24.

Gambar 2.22 Sistem Proteksi

Shunting Device

dengan

menggunakan Dioda Zener ... 28

25.

Gambar 2.23 Sistem Proteksi

Shunting Device

dengan

Menggunakan Dioda Zener dan

Fuse

Seri... 29

26.

Gambar 3.1 Diagram Blok “Sistem Identifikasi Keberaqdaan

Kereta Api” ... 31

27.

Gambar 3.2 Konstruksi Jalur Kereta Api... 32

28.

Gambar 3.3 Rangkaian

IRED

... 34

29.

Gambar 3.4 Posisi Rangkaian

IRED

pada Kereta Api ... 35

30.

Gambar 3.5 Rangkaian Fototransistor... 36

31.

Gambar 3.6 Posisi Rangkaian Fototransistor pada Stasiun

Kereta Api ... 37

32.

Gambar 3.7 Rangkain

Optocoupler

... 38

33.

Gambar 3.8 Posisi

Optocoupler

pada Stasiun Kereta Api ... 39

34.

Gambar 3.9 (a) Rangkaian

Schmitt Trigger

untuk Sensor Posisi... 39

35.

Gambar 3.9 (b) Rangkaian

Schmitt Trigger

untuk Sensor

Pembaca Nomor Identitas Kereta Api... 40

36.

Gambar 3.10 Tampilan pada LCD 2 X16 Karakter ... 40

37.

Gambar 3.11 Rangkaian LCD pada Mikrokontroler... 41

38.

Gambar 3.12 Rangkaian Sistem Komunikasi RS-485 ... 42

(20)

39.

Gambar 3.13 IC RS-485... 42

40.

Gambar 3.14 Rangkaian RS-485 dengan Konfigurasi

Multidrop

2 Kabel ... 43

41.

Gambar 3.15 Komponen Penyesuai Impedansi ... 44

42.

Gambar 3.16 Rangkaian Prasikap untuk Jaringan ... 47

43.

Gambar 3.17 Rangkaian Pengaman dengan Metode

Shunting

Device

... 48

44.

Gambar 3.18 Rangkaian Osilator Mikrokontroler AT89S51... 48

45.

Gambar 3.19 Diagram Alir Program utama Sistem Identifikasi

Keberadaan kerta Api... 49

46.

Gambar 3.20 Rutin Ambil Data ... 50

47.

Gambar 3.21 Rutin Serial... 51

48.

Gambar 4.1 Bentuk Fisik dari Sistem Identifikasi Keberadaan

kereta Api ... 52

49.

Gambar 4.2 Miniatur Kereta Api ... 53

50.

Gambar 4.3 Gambar Bagian dari Satu Stasiun... 54

51.

Gambar 4.4 Grafik Data Pembacaan Identitas Kereta Api di

Setiap Stasiun Kereta Api ... 58

(21)

1. 1. Judul

Sistem Identifikasi Keberadaan Kereta Api.

1. 2. Latar Belakang

Kereta api merupakan sarana transportasi umum yang cukup efisien bagi

masyarakat. Dikatakan demikian, karena kereta api murah, sehingga terjangkau

bagi semua lapisan masyarakat dan cepat, sehingga dapat menghemat waktu.

Pengelolaan sistem keamanan kereta api perlu diperhatikan. Sistem

keamanan pada kereta api diharapkan memberikan rasa aman dan nyaman bagi

pengguna kereta api dan juga bagi pengguna sarana transportasi lain. Dengan

pengelolaan yang baik, diharapkan kecelakaan yang dapat memakan banyak

korban dapat dihindarkan.

Keberadaan kereta api pada rel kereta api, saat berjalan maupun berhenti,

perlu diperhatikan dan perlu diinformasikan ke setiap stasiun kereta api yang akan

dilalui. Oleh karena itu diperlukan sistem identifikasi keberadaan kereta api. Pada

penelitian ini, akan dibuat model sistem yang dapat menginformasikan

keberadaan suatu kereta api ke stasiun-stasiun kereta api.

(22)

2

1. 3. Perumusan Masalah

Sistem identifikasi keberadaan kereta api memanfaatkan cahaya

infra red

sebagai sumber informasi. Informasi berupa nomor kereta api dan posisi kereta

api diterima oleh sensor dan kemudian diolah serta dikirimkan ke setiap stasiun

kereta api. Semua proses pengolahan dan pengiriman informasi dilakukan

mikrokontroler AT89S51. Sumber cahaya

infra red

berupa

Infra Red Emittig

Diode

(

IRED

)

dan fototransistor sebagai penerima (sensor) cahaya

infra red

.

1. 4. Pembatasan Masalah

Adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian sistem identifikasi

keberadaan kereta api adalah sebagai berikut :

1.

Menggunakan satu jalur rel kereta api, dan tiga stasiun kereta api.

2.

Jalur kereta api hanya bisa dilalui satu kereta api.

3.

Menggunakan dua buah kereta api miniatur.

4.

Saat sensor membaca nomor kereta api, kereta api harus berhenti.

5. Pengiriman informasi ke stasiun lain dilakukan dengan cara bergantian.

1. 5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah membuat miniatur

(

prototype

) sistem identifikasi keberadaan kereta api.

Manfaat pembuatan miniatur sistem identifikasi keberadaan kereta api

adalah sebagai salah satu solusi pemecahan masalah transportasi darat, khususnya

(23)

jalan yang lain. Keamanan dan kenyamanan dapat dicapai dengan adanya

pengawasan keberadaan kereta api di jalur kereta api oleh stasiun kereta api

sehingga tumbukan antar kereta api dapat dikurangi.

1. 6. Metodologi Penelitian

Laporan tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil pengamatan dan

penelitian. Untuk dapat merencanakan dan membuat peralatan maka dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut :

1.

Studi literatur tentang pemasalahan yang ada, yaitu tentang peralatan

yang akan dibuat termasuk cara kerja, dan sekaligus cara-cara

merencanakan dan membuat peralatan.

2.

Perencanaan peralatan dengan spesifikasi tertentu sesuai batasan

masalah.

3.

Membuat peralatan dari bagian perbagian yang kemudian diuji.

Bagian-bagian tersebut lalu akan disatukan menjadi sebuah sistem dan akan

diuji kembali secara menyeluruh.

1. 7. Sitematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1.

Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisi judul, latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah,

(24)

4

2.

Bab II : Dasar Teori

Bab ini berisi teori-teori dan penjelasan tentang komponen-komponen yang

digunakan dalam penelitian.

3.

Bab III : Perancangan

Bab ini berisi perancangan perangkat keras dan perangkat lunak yang dibuat.

4.

Bab IV : Hasil Pengamatan Dan Pembahasan

Bab ini berisi pembahasan hasil pengamatan perangkat keras dan perangkat

lunak.

5.

Bab V : Kesimpulan Dan Saran

(25)

Dalam merancang dan membuat sebuah alat, tentunya harus terlebih

dahulu mengetahui prinsip kerja dasar dan piranti atau komponen yang digunakan

pada alat yang akan dibuat.

2. 1

. Light Emitting Diode

Light Emitting Diode

atau biasa disingkat

LED

adalah sebuah dioda yang

mampu memancarkan cahaya. Prinsip kerja dari

LED

sama dengan dioda yang

biasa ditemui. Dioda biasa saat diberi prasikap tegangan maju akan menghasilkan

energi yang

diradiasikan menjadi panas. Sedangkan energi yang dihasilkan

LED

diradiasikan menjadi cahaya.

Dioda biasanya dibuat dari silicon, sedangkan

LED

dibuat dari

gallium,

arsenic,

atau

phosporus

.

LED

dapat memancarkan cahaya yang tampak oleh mata

yaitu merah, hijau, kuning, biru, jingga.

LED

juga dapat memancarkan cahaya

yang tak tampak oleh mata yaitu inframerah. Simbol

LED

dapat dilihat pada

gambar 2.1.

Gambar 2. 1

Simbol Light Emitting Diode (LED)

(26)

6

Rangakaian

LED

dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2. 2

Rangkaian LED

Dengan melihat Gambar 2.2, maka dapat dicari nilai R

d

dengan

persamaan :

d D D

CC

V

I

R

V

=

D D CC d

I

V

V

R

=

...( 2.1 )

Pada persamaan 2.1 R

d

adalah nilai resistor yang dibutuhkan untuk menahan arus

yang melalui

LED

, V

CC

adalah nilai tegangan

input

, V

D

adalah nilai tegangan

maju

LED

, dan I

D

adalah nilai arus yang dibutuhkan oleh

LED

.

2. 2

. Infra Red Emitting Diode

Infra Red Emitting Diode (IRED)

adalah salah satu jenis

LED. IRED

mempunyai karakteristik yang sama dengan

LED

tetapi cahaya yang dipancarkan

berbeda.

LED

memancarkan cahaya tampak, sedangkan

IRED

sesuai dengan

(27)

IRED

digunakan dalam aplikasi komunikasi serat optik,

alignment

(penjajaran),

scanning system

, dan juga digunakan pada piranti penyimpan data

seperti CD dan DVD. Simbol dan rangkaian

IRED

sama dengan

LED,

sehingga

persamaan 2.1. berlaku juga untuk

IRED

.

2. 3. Fototransistor

Fototransistor adalah piranti peka cahaya atau sering disebut sebagai

transduser fotoelektrik, yaitu piranti elektronis yang memiliki perubahan

karakteristik listrik bila dikenai cahaya tampak maupun tak tampak. Fototransistor

terbentuk oleh transistor, sehingga memiliki sifat yang mirip dengan

Bipolar

Junction Transistor

(BJT), hanya saja sangat berbeda satu sama lain secara fisik.

Fototransistor didesain dengan penutup transparan yang berfungsi untuk

meneruskan atau menerima cahaya, sedangkan BJT didesain dengan penutup yang

tidak transparan supaya cahaya tidak tembus sehingga tidak mempengaruhi kerja

BJT. Kemasan fototransistor dapat dijumpai sebagai piranti dua terminal tanpa

koneksi

basis

dan piranti 3 terminal dengan koneksi

basis

. Simbol fototransistor

dua terminal tanpa koneksi

basis

dan tiga terminal dengan koneksi

basis

dapat

dilihat pada gambar 2.3.

(28)

8

Pada fototransistor, arus

basis

dipengaruhi oleh cahaya infra merah yang

mengenai permukaan dari fototransistor, sehingga ketika cahaya infra merah

mengenai permukaan fototransistor akan timbul arus

basis

(I

B

). Ketika timbul arus

basis

maka resistansi

emitter-collector

akan menjadi kecil sekali mendekati nol,

sehingga arus akan mengalir ke kaki

collector

(I

C

). Karena ada arus yang mengalir

ke kaki

collector

maka tegangan pada kaki

collector

mendekati 0V. Keadaan

tersebut menyatakan keadaan transistor dalam keadaan

on

. Sebaliknya apabila

tidak ada cahaya infra merah atau dapat dikatakan dalam keadaan gelap, maka

tidak ada I

B

. Ketika tidak ada arus I

B

, maka resistansi

emitter-collector

menjadi

besar dan tidak ada arus

collector

(I

C

), sehingga tegangan di kaki

collector

terhadap

ground

(Vc) sama dengan Vcc, keadaan tersebut menyatakan transistor

dalam keadaan

off

. Rangkaian fototransistor dapat dilihat pada gambar 2. 4.

Gambar 2. 4

Rangkaian fototransistor

Pada fototransistor berlaku persamaan saat saturasi :

Volt

0

o

(29)

Sedangkan saat

cut off

:

Vcc

V

o

=

………...

…………( 2. 3)

Untuk mencari nilai Rc pada gambar di atas digunakan persamaan :

C C CE

CC

V

R

I

V

=

C CE CC C

I

V

V

R

=

...

( 2. 4 )

2. 4

. Optocoupler

Optocoupler

disusun dari dua buah piranti elektronika yaitu

IRED

dan

fototransistor dalam satu kemasan.

IRED

berada pada bagian

input

sedangkan

fototransistor berada pada bagian

output

.

Optocoupler

dibuat sedemikian rupa

sehingga cahaya yang dipancarkan oleh

IRED

diterima dengan baik oleh

fototransistor. Gambar 2. 5 memperlihatkan simbol

optocoupler

:

Gambar 2. 5

Simbol Optocoupler

Ketika

arus

I

D

pada optocoupler

mengalir, maka IRED

akan aktif dan

memancarkan cahaya inframerah. Cahaya inframerah yang dipancarkan oleh IRED

diterima oleh permukaan fototransistor, sehingga akan menimbulkan arus basis

(I

B

).

Keadaan tersebut akan menyebabkan resistansi

emitter-collector

akan menjadi

kecil sekali mendekati nol, sehingga arus akan mengalir ke kaki

collector

(I

B

(30)

10

ini menyebabkan tegangan pada kaki

collector

mendekati 0V. Keadaan tersebut

menyatakan keadaan transistor dalam keadaan

on

.

Sebaliknya apabila tidak ada cahaya infra merah atau dapat dikatakan

dalam keadaan gelap, maka tidak ada I

B

. Ketika tidak ada arus I

B

, maka resistansi

emitter-collector

menjadi besar dan tidak ada arus

collector

(I

C

), sehingga

tegangan di kaki

collector

terhadap

ground

(Vc) sama dengan Vcc. Ketika

tegangan di kaki

collector

terhadap

ground

sama dengan V

CC

maka transistor

dalam keadaan

off

. Untuk mendapatkan keadaan gelap pada bagian fototransistor

optocoupler

, maka antara

IRED

dan fototransistor ditutup dengan bahan tipis yang

tidak dapat meneruskan cahaya inframerah. Gambar 2. 6 memperlihatkanr

angkaian dasar

optocoupler

.

Gambar 2. 6

Rangkaian Dasar Optocoupler

2. 5

. Schmitt Trigger

(Pemicu

Schmitt

)

Pemicu Schmitt merupakan suatu contoh kategori rangkaian yang dikenal

(31)

Schmitt Trigger

pulsa dan sebagai suatu piranti pengkondisi sinyal.

Schmitt

Trigger

menghasilkan suatu tegangan

output

segi empat dengan pinggiran naik

dan turun yang tajam, hal ini dapat dilihat pada gambar 2.8 (b). Waktu bangkit

yang cepat ini sangat dibutuhkan, karena rangkaian-rangkaian dimaksudkan untuk

bekerja dengan tegangan

input

dua keadaan.

IC

Schmitt Trigger

adalah IC 7414 yang terdiri dari 6

Schmitt Trigger

dan

memiliki 14 pin. Pin 1, 3, 5, 9, 11, 13 sebagai

input

, pin 2, 4, 6, 8, 10, 12 sebagai

output

, pin 7 sebagai kaki

ground

, dan pin 14 sebagai Vcc. Gambar 2. 7

memperlihatkan konfigurasi pin-pin IC 7414 dan gambar 2. 8 memperlihatkan

bentuk gelombang

input

dan

output

Schmitt Trigger

.

Gambar 2. 7

Konfigurasi pin-pin IC 7414

Tabel 2. 1

Output rangkaian IC 7414

Input Output

A Y

L

H

H

L

H = High Logic Level

L = Low Logic Level

Pada tabel 2.1 dapat dilihat karakteristik

input-output

rangkaian

inverting

Schmitt

trigger. Bila

input

logika rendah, maka

output

logika tinggi. Bila

input

(32)

12

Tegangan ambang positif

Schmitt trigger

(V

T+

) adalah 1,7 V dan tegangan

ambang negatif

Schmitt trigger

(V

T-

) adalah 0,9 V. Sedangkan tegangan

output

tinggi (V

OH

)

Schmitt trigger

adalah 3,4 V dan tegangan

output

rendah (V

OL

)

Schmitt trigger

adalah 0,2 V.

Gambar 2. 8

(a)

Bentuk gelombang input dan (b) bentuk gelombang output Schmit

Trigger

Dari gambar 2. 8, terlihat bahwa saat

input

0V sampai dengan 0,9V, maka

output

rangkaian

Schmitt Trigger

adalah 3,4V. Saat

input

0,9V sampai dengan

1,7V,

output

akan tetap 3,4V mengikuti tegangan

input

sebelumnya. Namun

(33)

2. 6. Penampil LCD 2 X 16 Karakter

LCD

(

Liquid Crystal Display

) adalah suatu tampilan (

display

) dari bahan

cairan kristal yang dioperasikan dengan menggunakan sistem dot matriks. Pada

perancangan alat ini, digunakan d

isplay

LCD 2

×

16 karakter seperti terlihat pada

gambar 2. 9. LCD ini memiliki 2 baris dan 16 kolom karakter. Sehingga jumlah

total karakter yang dapat ditampilkan sekaligus sebanyak 32 karakter.

Masing-masing karakter tersebut terbentuk dari susunan dot yang berukuran 8 baris dan 5

kolom dot.

5v

DB0 DB1 DB2 DB3 DB7 DB4 DB5 RS

E 0

2

1

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

LCD

DISPLAY

2 * 16 KARAKTER

DB6

R/W

Vcc Vee

GND

A

K

Gambar 2. 9

Display LCD 2 × 16 karakter

LCD menggunakan sistem pengiriman data 8-bit dan diperlukan 10

jalur data untuk berhubungan dengan sistem mikrokontroler AT89S51. Kesepuluh

jalur data tersebut adalah :

1.

Delapan jalur data untuk mengirimkan data instruksi dan data karakter yang

akan ditampilkan. Kedelapan jalur tersebut secara berurutan yaitu kaki 7

(DB0), kaki 8 (DB1), kaki 9 (DB2), kaki 10 (DB3), kaki 11 (DB4), kaki 12

(34)

14

2.

Dua jalur lainnya adalah kaki 4 (RS

/

Register

select

), dan kaki 6 (E

/Enable

).

LCD yang digunakan adalah LCD yang memiliki 16 pin, seperti

ditunjukkan pada tabel 2.2.

Tabel 2. 2

Tampilan LCD

Nomor Pin Simbol

Nomor Pin Simbol

1 V

EE

(0V) 9

DB2

2 V

CC

(5V) 10

DB3

3 GND

(0V)

11 DB4

4 RS

12 DB5

5 R/W

13 DB6

6 E

14 DB7

7 DB0

15 A

8 DB1

16 K

Deskripsi pin:

1.

DB0 s/d DB7, merupakan jalur data yang dipakai untuk menyalurkan kode

ASCII maupun perintah pengatur kerja LCD tersebut.

2.

RS

(

register

select),

merupakan pin yang dipakai untuk membedakan jenis

data yang dikirim ke LCD. Jika RS berlogika ‘0’, maka data yang dikirim

adalah perintah untuk mengatur kerja LCD tersebut. Jika RS berlogika ‘1’,

maka data yang dikirim adalah kode ASCII yang ditampilkan.

3.

R/W

(read/write),

merupakan pin yang digunakan untuk mengaktifkan

pengiriman dan pengambilan data ke dan dari LCD. Jika R/W berlogika ‘0’,

maka akan diadakan pengiriman data ke LCD. Jika R/W berlogika ‘1’, maka

akan diadakan pengambilan data dari LCD.

(35)

mikrokontroler.A

(anoda)

dan K

(katoda)

, merupakan pin yang digunakan

untuk menyalakan

backlight

dari layar LCD.

2. 7. Mikrokontroler AT89S51

AT89S51 adalah suatu mikrokontroler 8-bit dengan kinerja tinggi CMOS,

mempunyai 4K

bytes

memori

flash

yang dapat diprogram ulang dan hanya

membutuhkan daya yang rendah. AT89S51 dibuat dengan teknologi tinggi dengan

isi memori tidak mudah hilang, meskipun tanpa catu daya dan kompatibel dengan

standar industri 80C51.

On-chip flash

dari AT89S51 memungkinkan memori

program dapat diprogram (ditulis dan dihapus) kembali ke sistem. Dengan

kombinasi 8-bit CPU serbaguna yang dapat diprogram ulang, AT89S51 menjadi

mikrokontroler yang fleksibel dan hemat biaya dalam banyak aplikasi kendali.

AT89S51 mempunyai beberapa fitur standar, yaitu memiliki 4K

bytes

memori

flash

, 128 bytes RAM, 32 jalur I/O,

watchdog timer,

dua

data pointer

register

, dua

timer/counter

16-bit, 6 sumber interupsi,

full-duplex serial port

,

on-chip oscillator

, dan untai

clock.

Gambar 2.10 memperlihatkan konfigurasi 40 kaki

IC AT89S51.

(36)

16

2. 8. Topologi Jaringan Komunikasi

Topologi jaringan komunikasi adalah gambaran secara fisik dari pola

hubungan antara komponen-komponen jaringan komunikasi. Ada tiga jenis

topologi jaringan komunikasi, yaitu:

1.

Topologi

bus

, adalah topologi jaringan komunikasi dimana semua

terminal

driver

terhubung ke suatu media transmisi. Gambar 2.11

memperlihatkan jaringan komunikasi dengan topologi

bus

.

Gambar 2. 11

Jaringan Komunikasi dengan Topologi Bus

2.

Topologi bintang (

star

), adalah topologi jaringan komunikasi dimana

sebuah terminal pusat bertindak sebagai pengatur

traffic

(lalu lintas)

jaringan. Gambar 2.12 memperlihatkan jaringan komunikasi dengan

topologi bintang.

Gambar 2. 12

Jaringan Komunikasi dengan Topologi Bintang (Star)

master slave slave slave

slave slave slave

master slave slave

slave

(37)

3.

Topologi cincin (

ring

), adalah topologi jaringan komunikasi dimana

masing-masing terminal

driver

dihubungkan ke terminal

driver

di

sebelahnya, sehingga membentuk suatu cincin yang tertutup. Gambar

2. 13 memperlihatkan jaringan komunikasi dengan topologi cincin.

master

slave

slave

slave slave

slave

Gambar 2. 13

Jaringan Komunikasi dengan Topologi Cincin (Circle)

2. 9. Standar Komunikasi Serial

Pada sistem transmisi data secara serial, dikenal dua sistem transmisi,

yaitu:

1.

Transmisi data secara tidak seimbang (

unbalanced line

).

Pada sistem ini, nilai amplitudo sinyal tergantung pada beda potensial antara

penghantar sinyal terhadap

ground

.

2.

Transmisi data secara seimbang. (

balanced line

).

Pada sistem transmisi data secara seimbang, kedua penghantarnya selalu

(38)

18

Transmisi data secara tidak seimbang misalnya dengan sistem RS-232

yang menggunakan sebuah penghantar untuk sinyal dan sebuah penghantar untuk

acuan pentanahan (

grounding

). Pada sistem ini, nilai amplitudo sinyal tergantung

pada beda potensial antara penghantar sinyal terhadap

ground

. Yang berfluktuasi

hanyalah nilai amplitudo pada penghantar sinyal, sedangkan penghantar untuk

pertanahan adalah tetap.

Sedangkan pada sistem transmisi data secara seimbang kedua

penghantarnya selalu berfluktuasi sehingga selalu tercipta beda potensial pada

kedua penghantar. Hal inilah yang menyebabkan keunggulan sistem transmisi

data secara seimbang, yaitu sinyalnya masih dapat terdeteksi pada jarak yang

cukup jauh. Selain itu, sistem transmisi data secara seimbang ini lebih tahan

terhadap

noise

, karena

noise

hanya memiliki satu nilai. Sistem transmisi data

serial secara seimbang ini biasanya menggunakan sistem standar 422 dan

RS-485.

Sistem transmisi data secara serial dengan standar komunikasi serial

RS-485 dikembangkan sejak tahun 1983 dan mampu mentransmisikan data yang

cukup jauh yaitu 1,2 km. Standar komunikasi serial RS-485 dapat diterapkan pada

suatu jaringan telepon tunggal (

party line

) atau pada jaringan

multidrop

(jaringan

yang menggunakan topologi

bus

). Ada sebanyak 32 pasang pemancar

(

driver

)/penerima (

receiver

) yang dapat disatukan pada jaringan

multidrop

. Pada

sisi pemancar (

driver

), akan menghasilkan tegangan sebesar 2 sampai 6 Volt yang

(39)

seperti ditunjukkan pada gambar 2.14. Pada penerima (

receiver

) mampu

menerima data dengan nilai amplitudo sinyal minimal +200mV sampai –200mV

hingga +6 V sampai –6 V (sinyal maksimal) yang masih dapat diterima antara

terminal A-B seperti ditunjukkan pada gambar 2.15.

Gambar 2. 14

Sinyal output dari pemancar (driver)

Gambar 2. 15

Sinyal input untuk penerima (receiver)

2. 9. 1. Konfigurasi Jaringan

Sistem konfigurasi jaringan tidak ditentukan secara khusus, sistem

jaringan lebih mempertimbangkan pada kebutuhan sistem secara fisik.

(40)

20

mengeluarkan sinyal, menerima sinyal dan keadaan terbuka (

high impedance

),

dapat dikonfigurasikan untuk komunikasi

half-duplex

(mengirim dan menerima

data secara bergantian) dengan penyambungan dua kabel seperti terlihat pada

gambar 2.16 dan komunikasi

full-duplex

(mengirim dan menerima data pada

waktu bersamaan) dengan penyambungan empat kabel seperti terlihat pada

gambar 2.17. Dalam pengkabelan boleh saja hanya menyambungkan pasangan

pemancar dan penerima tanpa menggunakan kabel

ground

. Tetapi dengan

penggunaan kabel

ground

akan lebih aman bagi sistem, hal ini untuk menjaga

jangkauan tegangan bersama (

common mode voltage / V

cm

) yang aman antara

pengirim maupun penerima. Dengan menggunakan kabel

ground

pada sistem juga

membuat gangguan sinyal lain (

noise

) dapat dikurangi.

Gambar 2. 16

Jaringan multidrop RS-485 dengan dua kabel

Pada konfigurasi jaringan

multidrop

RS-485 dengan dua kabel sangat

menghemat dalam penggunaan kabel, jarak maksimum antar

driver

adalah 400

(41)

transmisi data pada salah satu arah, diikuti ke arah lainnya secara bergantian. Pada

setiap

driver

terdapat

generator

dan

receiver

.

Generator

berfungsi untuk

megirimkan data serial, sedangkan

receiver

berfungsi sebagai penerima data

serial.

Gambar 2. 17

Jaringan multidrop RS-485 dengan empat kabel

Konfigurasi jaringan

multidrop

RS-485 dengan empat kabel digunakan

untuk komunikasi

full duplex

, yaitu transmisi data dua arah pada waktu yang

bersamaan. Seperti pada konfigurasi jaringan

multidrop

RS-485 dengan dua kabel,

pada konfigurasi jaringan

multidrop

RS-485 dengan empat kabel, jarak maksimal

antar

driver

juga 400

feet

. Pada setiap

driver

terdapat

generator

dan

receiver.

Pada konfigurasi jaringan

multidrop

RS-485 dengan empat kabel terdapat

master

dan beberapa

slave

. Antara

slave

dengan

master

dapat terjadi komunikasi

full

(42)

22

2. 9. 2. Pengaturan Impedansi Terminal

Pengaturan impedansi terminal dimaksudkan untuk menyesuaikan

impedansi

driver

dengan impedansi jalur transmisi yang digunakan. Apabila

impedansinya tidak sesuai, sinyal yang ditransmisikan tidak diserap sempurna

oleh beban dan sebagian sinyal dipantulkan kembali ke jalur transmisi.

Pengaturan impedansi terminal ini beracuan pada panjang kabel

pengahantar dan kecepatan laju data yang digunakan sistem. Pengaturan

impedansi terminal dapat diabaikan bila

delay

propagasi saluran data lebih rendah

dari lebar satu bit data.

Sebagai contoh sebuah sistem yang menggunakan kabel dengan panjang

600 meter, maka

delay

propagasi saluran dapat dihitung dengan mengalikan

panjang kabel dengan kecepatan laju propagasi yang biasanya sebesar 66%

sampai 75 % dari kecepatan cahaya (= 3X10

8

m/s). Dengan panjang kabel 600

meter maka perjalanan bolak-balik data 1200 meter dengan laju propagasi 66% x

kecepatan cahaya (= 3 x10

8

m/s), sehingga

delay

propagasi sebesar 6,06

μ

s. Bila

perjalanan data sebanyak tiga kali bolak-balik maka

delay

propagasi sebesar

18,18

μ

s. Lebar satu bit data untuk 9600 baud adalah 104

μ

s. Pada kasus ini

delay

propagasi sebesar 18,18

μ

s kurang dari lebar satu bit data 104

μ

s, sehingga

(43)

Ada dua macam pengaturan impedansi terminal, yaitu:

1.

Parallel termination

.

Yaitu dengan menambahkan resistor yang dipasang paralel sebagai

penyesuai impedansi. Nilai resistor ini pada umumnya sebesar 120

Ω

. Nilai ini

didapatkan dari nilai impedansi intrinsik kabel penghantar transmisi.

2.

Dengan

AC-couple termination.

Yaitu dengan menambahkan resistor yang dipasang paralel sebagai

penyesuai impedansi yang dirangkai seri dengan kapasitor kecil yang

berfungsi untuk menghilangkan efek pemuatan DC.

Gambar 2.18 (a) memperlihatkan gambar rangkaian

parallel termination,

dan gambar 2.18 (b) memperlihatkan gambar rangkaian

ac-coupled

termination

.

(44)

24

2. 9. 3. Pemberian Prasikap Pada Jaringan RS-485

Ketika suatu jaringan RS-485 berada dalam keadaan

idle

(menunggu),

semua

driver

RS-485 mejadi penerima. Pada keadaan ini, tidak ada

driver

yang

aktif pada jaringan dan semua dalam keadaan

tristate

. Tanpa ada yang

mengendalikan jaringan, maka sistem dalam keadaan tidak menentu. Untuk

memelihara status

idle

dalam keadaan jaringan kosong, maka perlu dipasangkan

resistor yang dirangkai

pullup

dengan saluran data B terhadap V

CC

(umumnya

bernilai +5 Volt) dan resistor

pulldown

pada saluran data A terhadap

ground

.

Gambar 2. 19 memperlihatkan rangkaian

transceiver

dengan resistor prasikap.

(45)

Untuk memperoleh nilai resistor prasikap adalah sebagai berikut :

-

Masing-masing nilai impedansi untuk

drive

r RS-485 adalah 12K

Ω

dan

dirangkai secara paralel, maka jumlah beban (R

beban

) adalah

n

beban

R

R

R

R

R

1

...

1

1

1

1

3 2 1

+

+

+

+

=

………(2. 5)

dengan :

n maksimal = 32

- Jumlah beban dirangkai paralel dengan 2 resistor penyesuai impedansi, maka

jumlah beban total (

R

total

) adalah

pi pi beban

total

R

R

R

R

1

1

1

1

=

+

+

……….(2. 6)

-

Nilai amplitudo sinyal minimal adalah 200mV, maka arus (

I

)yang dihasilkan

total

R

I

3

10

200

×

=

………..(2. 7)

-

Untuk menciptakan arus prasikap sebesar

I

dengan tegangan catu 5V, maka

resistor (

R

)yang dibutuhkan sebesar

I

R

=

5

………...(2. 8)

-

Resistor prasikap yang dipasangkan pada dua sisi yaitu antara V

CC

dengan

line

B dan

line

A dengan

ground

, maka nilai resistansi prasikap (

R

prasikap

) adalah

2

R

(46)

26

2. 9. 4. Pengaman Jaringan RS-485 Terhadap Beda Potensial Listrik

Pada sistem komunikasi standar RS-485 yang menggunakan dasar sistem

beda potensial sinyal dengan besar nilai perbedaan sinyal maksimal 6 Volt, ketika

jarak antar sistem jauh, maka besar nilai amplitudo sinyal dapat berbeda. Hal ini

disebabkan masing-masing sistem menggunakan acuan

ground

lokal yang

berbeda. Untuk itu, perlu kiranya dibedakan antara

ground

sinyal dengan referensi

sinyal komunikasi. Sedangkan

ground

sinyal adalah

grounding

lokal yang dapat

juga mempunyai beda potensial terhadap

ground

referensi.

Untuk menanggulangi perbedaan

ground

yang dapat berakibat berbedanya

amplitudo sinyal, maka dapat ditempuh dua cara pencegahan:

1.

Dengan memisahkan antara

ground

data dengan

ground

lokal

/casing/ground

power

. Caranya dengan menggunakan koneksi optik (dapat berupa

optocoupler

atau komponen optik yang lain). Gambar 2.20 memperlihatkan

pemisahan

ground

dengan isolasi optik.

2.

Menyambungkan

ground

data dan

ground

lokal/

ground power

dengan

menggunakan konektor dengan impedansi rendah/yang dapat berupa resistor

(47)

penyambungan

ground

data dan

ground

lokal dengan koneksi resistor.

Gambar 2. 20.

Pemisahan ground dengan isolasi optik

Gambar 2. 21.

Penyambungan ground data dan ground lokal dengan koneksi resistor

Ada pula cara pengamanan yang lain, yaitu dengan metode

shunting

device

. Metode ini memiliki dua cara yang memiliki kelebihan masing-masing:

1.

Cara pertama, yaitu dengan memasangkan dioda zener bolak-balik secara

shunt

terhadap

ground

ataupun terhadap masing-masing penghantar

jaringan. Kelebihan cara ini adalah mampu memberi proteksi rangkaian

dari penurunan tegangan dari masing-masing penghantar terhadap

ground

.

Kelemahannya memiliki batas ambang tegangan yang tinggi dan tingkat

pengamanannya lambat. Gambar 2. 22 memperlihatkan gambar sistem

(48)

28

2.

Cara kedua dengan memasangkan dioda zener bolak-balik secara

shunt

dan merangkaiakan

fuse

secara seri. Gambar 2. 23 memperlihatkan s

istem

proteksi shunting device dengan menggunakan dioda zener dan fuse seri.

(a)

(b)

(49)
(50)

BAB III

PERANCANGAN

3.1. Diagram Blok Sistem Identifikasi Keberadaan Kereta Api

Dalam pembuatan sistem identifikasi keberadaan kereta api diperlukan dua

jenis perancangan, yaitu perancangan perangkat keras (

hardware

) dan perangkat

lunak (

software

). Perancangan perangkat keras meliputi perancangan rel kereta

api yang akan digunakan, perancangan rangkaian sensor posisi, perancangan

rangkaian nomor kereta api dan sensor pembaca nomor kereta api, perancangan

rangkaian standar RS-485, dan perancangan rangkaian mikrokontroler.

Perancangan perangkat lunak berupa diagram alir (

flowchart

) program yang akan

digunakan dalam mikrokontroler.

Gambar 3.1 memperlihatkan blok diagram dari sistem identifikasi

keberadaan kereta api. Sensor posisi dan sensor pembaca nomor kereta api

sebagai

input

data ke mikrokontroler, LCD penampil data (

output

) dari

mikrokontroler, dan untuk antar muka antara satu mikrokontroler dengan

mikrokontroler yang lain menggunakan komunikasi data serial.

Pada tiap stasiun kereta api terdapat dua sensor pembaca nomor kereta api

dan dua pasang sensor posisi kereta api. Secara garis besar cara kerja sistem

identifikasi keberadaan kereta api ini adalah ketika kereta api masuk ke stasiun

kereta api, maka stasiun kereta api akan membaca identitas kereta api dan

(51)

membaca posisi kereta api tersebut (dengan sensor pembaca nomor kereta api dan

sensor posisi). Setelah terbaca, maka mikrokontroler pada stasiun kereta api akan

menampilkan data berupa nomor kereta api, asal kereta api di LCD. Data yang

ditampilkan pada LCD

juga dikirimkan ke stasiun yang lain dan ditampilkan pada

LCD. Ketika kereta api meninggalkan stasiun kereta api, maka stasiun

mikrokontroler akan menampilkan data asal kereta api dan tujuan kereta api di

LCD. Sama seperti ketika kereta api masuk ke stasiun kereta api data yang

ditampilkan pada LCD

juga dikirimkan ke stasiun yang lain dan ditampilkan pada

penampil

LCD

.

Sensor Posisi 1

Sensor Posisi 2

Sensor Posisi 3

Sensor Posisi 4

Sensor Pembaca

Nomor KA Kedua

Mikrokontroler

AT89S51

Stasiun A

Stasiun B

Stasiun C

Komunikasi Serial

Sensor Pembaca

Nomor KA Pertama

(52)

32

Gambar 3. 1

Diagram blok “Sistem Identifikasi Keberadaan Kereta Api”

3.2. Perancangan Perangkat Keras

3.2.1. Konstruksi Jalur Kereta Api

Gambar 3.2 memperlihatkan konstruksi jalur kereta api yang digunakan.

Keterangan :

: Sensor Pembaca Nomor KA Pertama

: Sensor Pembaca Nomor KA Kedua

: Sensor Posisi 1

: Sensor Posisi 2

: Sensor Posisi 3

: Sensor Posisi 4

(53)

Terlihat bahwa jalur kereta api yang digunakan adalah melingkar. Pada

jalur kereta api terdapat tiga buah stasiun kereta api dan di setiap stasiun terdapat

percabangan sehingga memungkinkan setiap stasiun dapat dilewati kereta api dari

arah yang berlawanan.

3.2.2. Rangkaian Nomor Kereta Api, Sensor Pembaca Nomor Kereta Api,

dan Sensor Posisi

Pada setiap stasiun terdapat empat buah sensor posisi dan dua sensor

pembaca nomor kereta api. Sensor pembaca nomor kereta api berfungsi untuk

membaca nomor identitas kereta api, sensor ini dibentuk oleh sensor optis berupa

fototransistor dan dengan sumber cahaya berupa IRED. Sensor posisi berfungsi

untuk menginformasikan keberadaan kereta api dan sensor ini dibentuk oleh

optocoupler

juga merupakan sensor optis gabungan dari fototransistor dan IRED

dalam kemasan yang sudah jadi satu.

3.2.2.1. Rangkaian Nomor Kereta Api dan Sensor Pembaca Nomor Kereta

Api

Setiap stasiun kereta api terdapat dua sensor pembaca nomor nomor kereta

api, setiap sensor dibentuk oleh tiga buah fototransistor. Sumber cahaya

menggunakan 3 buah IRED yang terpasang pada kereta api. Sehingga

fototransistor pada stasiun kereta api akan membaca informasi dari kereta api

(54)

34

3.2.2.1.1. Rangkaian Nomor Kereta Api

Pada perancangan rangkaian nomor kereta api digunakan IRED

dengan

tipe

QED 233 . IRED

QED 233 ini (dari

datasheet

) mempunyai karakteristik

dengan arus maju (I

D

) maksimal sebesar 100 mA, dengan tegangan maju 1,6 V.

Dengan menggunakan persamaan 2.1 dapat diperoleh niai R

d

minimum yang

diijinkan, yaitu :

Ω

=

×

=

34

10

100

6

,

1

5

3

d

R

Pada perancangan ini digunakan tegangan dari catu daya sebesar 5 Volt

dan nilai I

D

yang dipakai pada perancangan ini sebesar 15mA. Alasan digunakan

arus I

D

15 mA karena intensitas cahaya inframerah yang dibutuhkan untuk

mengaktifkan fototransistor kecil, karena jarak antara

IRED

dan fototransistor + 2

cm. Untuk memperoleh nilai resistor yang akan digunakan, diperoleh dengan

persamaan 2.1 :

Ω

Ω

=

×

=

293

,

333

220

10

15

6

,

1

6

3

d

R

Gambar rangkaian IRED yang digunakan pada rangkaian nomor kereta api

terlihat pada gambar 3.3.

(55)

Gambar 3.4 memperlihatkan posisi rangkaian IRED pada kereta api.

Gambar 3.4

Posisi rangkaian IRED pada kereta api

Nomor kereta api ditentukan dengan kombinasi nyala (

on

) dari 3 IRED

yang menempel pada kereta api. Misal untuk kereta api nomor 1, maka IRED 3

off

, IRED 2

off

, dan IRED 1

on.

Sedangkan untuk kereta api nomor 2, maka IRED

3 off, IRED 2

on

, dan IRED 1 off. Untuk nomor kereta api yang lain dapat dilihat

kombinasi nyala IRED pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Kombinasi nyala IRED

IRED 3

IRED 2

IRED 1

Nomor Kereta Api

off Off

on

1

off On

off

2

off On

on

3

on Off

off

4

on Off

on

5

on On

off

6

(56)

36

3.2.2.1.2. Sensor Pembaca Nomor Kereta Api

Fototransistor yang digunakan pada perancangan ini adalah fototransistor

tipe

UT6W95-AE-0125 (NPN). Dari

datasheet

diperoleh besarnya arus yang

dibutuhkan fototransistor pada keadaan

on

adalah Ic = 0,1mA, V

CE SAT

= 0,4 V.

Pada perancangan ini digunakan I

c

= 500

μ

A, sehingga dengan menggunakan

persamaan 2.4 dapat diketahui nilai R

C

:

Ω

Ω

=

×

=

K

R

C

9200

10

10

500

4

,

0

5

6

Karena nilai resistor 9200

tidak terdapat di pasaran, maka dipilih nilai

yang mendekati 9200

, yaitu 10K

. Gambar 3. 5 memperlihatkan rangkaian

fototransistor yang digunakan dalam perancangan, dan gambar 3. 6

memperlihatkan posisi rangkaian fototransistor pada stasiun kereta api.

(57)

Gambar 3. 6

Posisi rangkaian fototransistor pada stasiun kereta api

3.2.2.2. Sensor Posisi

Terdapat empat sensor posisi pada tiap stasiun kereta api, dimana dua

sensor posisi sebagai sensor masuk dan sensor keluar, dua yang lain juga sebagai

sensor masuk dan sensor keluar pada arah yang berlawanan. Sensor posisi ini

memiliki perhitungan yang sama dengan sensor pembaca nomor kereta api.

Kemasan sensor yang dipakai berbeda untuk sensor pembaca nomor kereta api

kemasan IRED dan fototransistor terpisah sedangkan untuk sensor posisi

menggunakan

optocoupler

.

Optocoupler

adalah fototransistor dan IRED yang

dikemas menjadi satu.

Untai

optocoupler

yang dipakai dalam sistem sebagai sensor posisi

(58)

38

Gambar 3. 7.

Rangkaian

optocoupler

Pada perancangan kali ini

optocoupler

yang digunakan adalah H213A.

Optocoupler

tipe H213A bagian

input

(IRED) memiliki karakteristik yang sama

dengan IRED QED 233 yang digunakan pada rangkaian nomor kereta api.

Sehingga perhitungan untuk bagian

input optocoupler

dapat dilihat pada bagian

3.2.2.1.1.

Pada perancangan untuk bagian

output

-nya (bagian fototransistor) sama

dengan perancangan pada perancangan fototransistor sensor pembaca nomor

kereta api digunakan I

c

= 500

μ

sehingga nilai R

C

pada fototransistor

optocoupler

adalah 10K

.

Gambar 3. 8 memperlihatkan posisi

optocoupler

sebagai sensor posisi

(59)

Gambar 3. 8

Posisi

optocoupler

pada stasiun kereta api

3.2.2.3. Rangkaian Schmitt Trigger

Output

dari fototransistor baik pada sensor posisi dan sensor pembaca

nomor kereta api masuk ke rangkaian

Schmitt trigger

. Rangkaian ini berfungsi

untuk mengubah gelombang sinus menjadi gelombang kotak sebelum masuk ke

port

mikrokontroler AT89S51. Jadi

output

dari rangkaian

schmit trigger

merupakan kebalikan dari

input

yang masuk ke dalam

schmit trigger

. Gambar 3.9

(a) memperlihatkan rangkaian

Schmitt trigger

yang digunakan untuk sensor

posisi dan gambar 3.9 (b) memperlihatkan rangkaian

Schmitt trigger

yang

digunakan untuk sensor pembaca nomor identitas kereta api.

(60)

40

(b)

Gambar 3. 9

(a) Rangkaian

Schmitt trigger

untuk sensor posisi dan (b) Rangkaian

Schmitt trigger

untuk sensor pembaca nomor identitas kereta api.

3.2.3. LCD

LCD (

Liquid Cristal Display

) digunakan untuk menampilkan data nomor

kereta api dan posisi kereta api. LCD yang digunakan memiliki 2 baris dengan

kemampuan menampilkan 16 karakter tiap baris. Baris pertama digunakan untuk

menampilkan nama stasiun kereta api, sedangkan baris kedua digunakan untuk

menampilkan data nomor kereta api dan posisi kereta api yang terbaca. Gambar

3.10 memperlihatkan desain penampilan dari LCD yang digunakan. Gambar 3. 11

memperlihatkan gambar rangkaian LCD pada mikrokontroler.

Karakter yang ditampilkan dimulai dari sisi sebelah kiri agar dapat terbaca

dengan mudah oleh pengguna. LCD dapat menampilkan semua karakter ASCII

dan simbol, dan dapat menerima karakter ASCII langsung tanpa perlu

dikonversikan, sehingga data yang dikirim oleh mikrokontroler adalah data berupa

karakter ASCII.

NAMA STASIUN KERETA API

NOMOR DAN POSISI KERETA API

(61)

Gambar 3.11

Rangkaian LCD pada Mikrokontroler

3.2.4. Bagian Komunikasi Serial RS-485

Pada perancangan “Sistem Identifikasi Keberadaan Kereta Api” terdapat

tiga buah stasiun kereta api. Setiap stasiun kereta api memiliki sebuah

mikrokontroler AT89S51, masing-masing mikrokontroler dari setiap stasiun

kereta api dilengkapi dengan rangkaian komunikasi serial RS-485. Setiap

mikrokontroler AT89S51 dari stasiun kereta api mampu mengirimkan dan

menerima data serial secara bergantian. Gambar 3. 12 memperlihatkan rangkaian

(62)

42

Gambar 3. 12

Rangkaian sistem komunikasi RS-485

3.2.4.1. IC Komunikasi Serial RS-485

Komponen utama yang digunakan pada komunikasi serial standar RS-485

adalah IC RS-485. Ada berbagai seri IC RS-485 yang dikeluarkan pabrik

elektronika antara lain SN75176 yang merupakan seri 7517x buatan

Texas

Instrument

, DS36C278 buatan

National Semiconductor

, dan seri MAX48x,

MAX1487 buatan

MAXIM

Semiconductor

. Di perancangan ini menggunakan IC

SN75176. Pada gambar 3. 13 memperlihatkan IC RS-485 mempunyai 8 pin.

(63)

3.2.4.2. Konfigurasi Jaringan

Sistem yang akan dibuat menggunakan konfigurasi jaringan

multidrop

2

kabel dan setiap mikrokontroler dari masing-masing stasiun kereta api dapat

mengirimkan dan menerima data serial secara bergantian. Gambar 3.14

memperlihatkan rangkaian RS-485 dengan konfigurasi

multidrop

2 kabel.

Gambar 3. 14

Rangkaian RS-485 dengan konfigurasi

multidrop

2 kabel

3.2.4.3. Komponen Penyesuai Impedansi

Agar sinyal data yang dikeluarkan dari masing-masing mikrokontroler

dapat diterima dengan sempurna oleh mikrokontroler yang lain dan tidak terjadi

feedback,

maka diperlukan penyesuai impedansi pada jaringan. Penyesuai

impedansi yang digunakan pada rangkaian ini yaitu sistem

parallel termination.

Parallel termination

yaitu memasangkan resistor secara paralel pada kabel

(64)

44

kabel jaringan yang tertera pada lembar data kabel

UTP

(

Unshielded Twisted

Pair

). Gambar 3. 15 memperlihatkan komponen penyesuai impedansi.

Gambar 3. 15

Komponen penyesuai impedansi

3.2.4.4. Pemberian Prasikap pada Jaringan

Pemberian prasikap tegangan pada jaringan baik prasikap positif maupun

prasikap negatif dimaksudkan untuk menghindari keadaan sinyal yang tidak

menentu saat tidak ada data (keadaan menunggu/

idle

). Pemberian prasikap ini

dengan cara memasangkan resistor prasikap antara

line

B dengan

ground

dan

resistor antara

line

A dengan V

CC

(+5V).

Sistem komunikasi yang akan dirancang memiliki konfigurasi :

1.

Memiliki 2 resistor penyesuai impedansi 100

Ω

, yang akan dipasangkan

paralel dengan rangkaian RS-485.

2.

Impedansi tiap rangkaian komunikasi RS-485 sebesar 12K

Ω

baik untuk

pengirim maupun penerima (

RS-422 And RS-485 Application Note

(65)

3.

Direncanakan ada 3 rangkaian komunikasi serial RS-485 (semua adalah

master

).

4.

Suplai tegangan 5V dengan amplitudo sinyal minimal +200mV.

5.

Maka nilai nilai resistansi prasikap dihitung sebagai berikut:

-

Jumlah beban keseluruhan 3 rangkaian, masing-masing nilai

impedansinya 12K

Ω

dan dirangkai secara paralel sehingga jumlah

beban adalah

3 2 1

1

1

1

1

R

R

R

R

beban

+

+

=

3 3 3

10

12

1

10

12

1

100

12

1

1

×

+

×

+

×

=

beban

R

3

10

12

3

1

×

=

beban

R

Ω

=

K

R

beban

4

-

Jumlah beban dirangkai paralel dengan 2 resistor penyesuai

impedansi 100

Ω

, maka hasilnya

pi pi beban

total

R

R

R

R

1

1

1

1

=

+

+

100

1

100

1

10

4

1

1

3

+

+

×

=

total

R

3

10

4

81

1

×

=

total

R

81

10

4

×

3

=

total

R

Ω

=

49

,

383

total
(66)

46

-

Dengan nilai amplitudo sinyal minimal 200mV (perhitungan nilai

minimal positif), dibagi dengan nilai beban 49,383K

Ω

, maka arus

yang dihasilkan adalah

383

,

49

10

200

×

−3

=

I

mA

I

=

4

,

05

-

Untuk menciptakan arus prasikap sebesar 4,05mA dengan

tegangan catu 5V, maka resistor yang dibutuhkan sebesar

3

10

05

,

4

5

×

=

R

Ω

=

1234

,

5679

R

Gambar

Gambar 2. 2 Rangkaian LED
Gambar 2. 3  Skematik fototransistor
Gambar 2. 4  Rangkaian fototransistor
Gambar 2. 5 Simbol Optocoupler
+7

Referensi

Dokumen terkait

menjadi langgam yang dipilih dalam proses revitalisasi Stasiun Kereta Api Bandung. ini untuk menghadirkan citra Kota Bandung kedalam Stasiun Kereta

Tujuan dari tugas akhir ini adalah memperbaiki fasilitas fisik yang terdapat di stasiun kereta api, serta memberikan rancangan usulan berupa display yang

sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul “ Pengembangan Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Di Lampung ”.. Laporan tugas akhir ini penulis

Proyek ini dipilih sebagai tugas akhir perancangan interior karena interior stasiun kereta api Madiun adalah salah satu bangunan yang memiliki peran peting dalam

Dari hasil pengujian kekuatan sinyal GSM dalam gerbong kereta api dari Stasiun Solo Balapan sampai dengan Stasiun Bandung untuk rute yang dilalui oleh Kereta Api Lodaya

berjudul Analisis Antrian dalam Optimalisasi Sistem Pelayanan Kereta Api di Stasiun Purwosari dan Solo Balapan.. Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini, penulis mendapat

Predictors: (Constant), Ketepatan Waktu, Kualitas Pelayanan, Harga Tiket Kereta Api, Lokasi Stasiun, Pendapatan Penumpang. Dependent Variable: Konsumen Memilih Jasa Angkutan Kereta

Kereta api outbound pada karya ilmiah ini merupakan jenis kereta api yang melakukan perjalanan dari stasiun ke-1 ke arah stasiun ke-q, sedangkan kereta api