• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Motivasi Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Matematika Materi Lingkaran Pada Siswa Kelas VIII MTsN Pulosari Tahun Ajaran 2009 2010 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Motivasi Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Matematika Materi Lingkaran Pada Siswa Kelas VIII MTsN Pulosari Tahun Ajaran 2009 2010 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sistem pendidikan Nasional di jelaskan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan

negara.1

Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang

sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan

dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi

belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan

dibutuhkan proses belajar.

Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang

kompleks. Peristiwa tersebut merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar

manusia sehingga manusia itu bertumbuh sebagai pribadi yang utuh. 2

Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang.

Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya

1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta:Kalam Mulia,2006), hal. 13

2 Herman Hudojo, Strategi Mengajar Belajar Matematika, (Malang : IKIP Malang, 1990), hal. 1

(2)

penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti

suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian

terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah

mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.

Prestasi belajar menurut Yaspir Gandhi Wirawan dalam Murjono (1996 :

178) adalah: “ Hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya

sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya. Melalui prestasi belajar

seorang siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam

belajar.”

Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan

menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang

tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan

dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang

optimal. Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering

ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan

kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi

tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa

yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi

(3)

satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain

yang mempengaruhi.3

Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan,

sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya

adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan

memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur

suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.4

Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ

tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional

terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua

inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan

kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah. Pendidikan di sekolah bukan hanya

perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang

lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional

intelligence siswa .

Berdasarkan hasil survey di Amerika Serikat pada tahun 1918 tentang IQ,

ternyata di temukan sebuah paradoks yang membahayakan. Sementara skor IQ

anak-anak makin tinggi, kecerdasan emosi mereka justru menurun. Yang paling

mengkhawatirkan adalah data hasil survey besar-besaran terhadap orang tua dan

guru bahwa anak-anak generasi sekarang lebih sering mengalami masalah emosi

3 http://one.indoskripsi.com/node/2558 , (diakses 3 Maret 2010)

(4)

ketimbang generasi terdahulunya. Secara pukul rata anak-anak tumbuh dalam

kesepian dan depresi, lebih mudah marah dan sulit di atur, lebih gugup, dan

cunderung cemas, cenderung impulsif dan agresif.5

Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan

mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan, bahkan mungkin

tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesuai dengan usia

mereka. Namun fenomena yang ada menunjukan bahwa tidak sedikit orang

dengan IQ tinggi yang berprestasi rendah, dan ada banyak orang dengan IQ

sedang yang dapat mengungguli prestasi belajar orang dengan IQ tinggi. Hal ini

menunjukan bahwa IQ tidak selalu dapat memperkirakan prestasi belajar

seseorang.

Pada umumnya orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan

akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan,

terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit

mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung

dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini

sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki

IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan

terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak

mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan

(5)

cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh

orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan

emosional yang tinggi.

Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang

kompleks. Peristiwa tersebut merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar

manusia sehingga manusia itu bertumbuh sebagai pribadi yang utuh. 6

Kegiatan pengajaran tersebut diselenggarakan pada semua satuan dan

jenjang pendidikan, sebagaimana yang tersebut dalam Undang-undang No.2

tentang pendidikan nasional yang berlaku saat ini, ada penjenjangan pendidikan

jalur sekolah yaitu “Pendidikan Dasar” yang meliputi Sekolah Dasar dan Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama (=SMP), “Pendidikan Menengah” yang meliputi

Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan, serta “Pendidikan

Tinggi” yang merupakan jenjang pendidikan jalur sekolah terakhir.7

Kenyataan menunjukkan bahwa pelajaran matematika diberikan di semua

sekolah, baik dijenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah.

Matematika yang diberikan di jenjang persekolahan itu sekarang biasa disebut

sebagai matematika sekolah. Sudah barang tentu diharapkan agar pelajaran

metematika yang diberikan di semua jenjang persekolahan itu akan mempunyai

6 Herman Hudojo, Strategi Mengajar Belajar Matematika, (Malang : IKIP Malang, 1990), hal. 1

7 R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Konstatasi Keadaan Masa Kini

(6)

kontribusi yang berarti bagi bangsa masa depan, khususnya dalam “mencerdaskan

bangsa” sebagaimana tertera dalam mukadimah Undang-undang Dasar RI.8

Menurut Morris Kline (1961) bahwa jatuh bangunnya suatu negara dewasa

ini tergantung dari kemajuan di bidang matematika dan Slamet Imam Santoso

mengemukakan bahwa fungsi matematika dapat merupakan ketahanan Indonesia.9

Demikianlah betapa pentingnya matematika dalam kehidupan manusia, sehingga

hal inilah yang menjadi salah satu dasar mengapa matematika menjadi bidang

studi yang diajarkan di sekolah, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan

tinggi.

Matematika diajarkan di sekolah karena memang berguna; berguna untuk

kepentingan matematika itu sendiri dan memecahkan persoalan dalam

masyarakat. Dengan diajarkannya matematika kepada siswa di semua tingkat,

matematika bisa diawetkan dan dikembangkan. Maksudnya, matematika akan

terus berkembang sehingga tidak punah.10

Pada dasarnya pembelajaran matematika tidak hanya bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anak dalam menyelesaikan soal-soal

matematika. Akan tetapi memiliki peran yang sangat penting dalam membangun

pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu-ilmu lain dan mempunyai kontribusi

positif dalam pembentukan kepribadian siswa.

Sejalan dengan uraian di atas menurut pendapat Soedjadi bahwa :

8Ibid.

9 Lisnawaty Simanjuntak, dkk, Metode Mengajar Matematika, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1993), hal. 64

(7)

“Matematika diajarkan kepada anak bukan untuk mengetahui matematika, namun

matematika diberikan kepada siswa untuk membantu siswa agar tertata nalarnya,

terbentuk kepribadiannya serta trampil menggunakan matematika dan

penalarannya dalam kehidupan kelak.”11

Dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Matematika yang

dewasa ini dipakai, dikemukakan bahwa tujuan umum diberikannya matematika

di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan umum adalah :

1 Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam

kehidupan dan dunia yang semakin berkembang, melalui latihan bertindak

atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan

efisien.

2 Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola fikir

matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai

ilmu pengetahuan. 12

Kepribadian yang menjadi bahasan di sini adalah kepribadian emosi.

Pembentukan kepribadian dimulai dari pembentukan sistem nilai pada diri anak.

Dengan demikian, pembentukan kepribadian perlu dimulai dari penanaman

sistem nilai sebagai realitas yang abstrak yang dirasakan dalam diri sebagai

pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman hidup. Dalam realitasnya,

nilai terlihat dalam pola tingkah laku, pola pikir, dan sikap-sikap seorang pribadi

11 Ipung Yuwono, Pembelajaran Matematika secara Membumi, (Malang : Jurusan Matematika FMIPA UNM, 2001), hal. 31

(8)

atau kelompok (Yvon Ambroise, 1993:20). Hal ini menunjukkan, bahwa sistem

nilai merupakan unsur kepribadian yang tercermin dalam sikap dan perilaku yang

diyakini sebagai sesuatu yang besar dan perlu dipertahankan. Sistem nilai

merupakan identitas seseorang.13 Jadi identitas seseorang dapat dilihat dari sikap,

tingkah laku dan pola pikir orang tersebut, yang dalam agama islam disebut

dengan “akhlak”.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa pembelajaran matematika tidak hanya

memiliki tujuan material saja yaitu siswa mampu menerapkan dan terampil dalam

matematika dan menjadikan prestasi mereka bagus. Tetapi pembelajaran

matematika juga memiliki tujuan membentuk kepribadian siswa. Kepribadian

yang penulis maksud disini adalah kepribadian sikap (emosi). Dari kemampuan

menerapkan dan trampil dalam matematika itulah akan diketahui prestasi belajar

matematika yang diperoleh siswa.

Oleh karena itu, berdasarkan prestasi belajar matematika yang diperoleh

siswa, peneliti ingin mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi

belajar matematika siswa MTsN Pulosari sehingga penulis mengambil judul:

“Pengaruh Pemberian Motivasi Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar

Matematika Materi Lingkaran Pada Siswa Kelas VIII MTsN Pulosari Tahun

Ajaran 2009/2010”.

B. Permasalahan Penelitian

(9)

1. Identifikasi masalah

a. Pemberian motivasi kecerdasan emosional

b. Prestasi belajar matematika materi lingkaran

2. Pembatasan masalah

a. Pemberian motivasi kecerdasan emosional pada siswa

b. Perbedaan prestasi belajar sebelum dan sesudah pemberian motivasi

kecerdasan emosional pada siswa

c. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar matematika

materi lingkaran siswa.

3. Rumusan masalah

a. Bagaimana tingkat motivasi kecerdasan emosional siswa kelas VIII MTsN

Pulosari tahun ajaran 2009/2010?

b. Adakah perbedaan prestasi belajar matematika materi lingkaran sebelum

dan sesudah pemberian motivasi kecerdasan emosional pada siswa kelas

VIII MTsN Pulosari tahun ajaran 2009/2010?

c. Adakah pengaruh pemberian motivasi kecerdasan emosional terhadap

prestasi belajar matematika materi lingkaran pada siswa kelas VIII MTsN

Pulosari tahun ajaran 2009/2010?

(10)

a. Untuk mengetahui tingkat motivasi kecerdasan emosional siswa kelas VIII

MTsN Pulosari tahun ajaran 2009/2010

b. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika materi lingkaran

sebelum dan sesudah pemberian motivasi kecerdasan emosional pada

siswa kelas VIII MTsN Pulosari tahun ajaran 2009/2010

c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian motivasi kecerdasan emosional

terhadap prestasi belajar matematika materi lingkaran pada siswa kelas

VIII MTsN Pulosari tahun ajaran 2009/2010

D. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan

memperkaya hasanah ilmiah tentang pengaruh kecerdasan emosional terhadap

prestasi belajar matematika materi lingkaran siswa kelas VIII MTsN Pulosari

tahun ajaran 2009/2010.

2. Secara Praktis

a. Bagi Siswa

Sebagai masukan untuk lebih bersungguh-sungguh dan aktif dalam proses

pembelajaran matematika sehingga siswa mampu memanageman

emosional dalam melakukan segala tindakan.

(11)

Sebagai pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar

dalam upaya pembentukan kepribadian siswa.

c. Bagi Sekolah

Sebagai acuan untuk memantau perkembangan proses pembelajaran guru

dan peserta didik.

E. Penegasan Istilah

1. Penegasan konseptual

a. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu

(orang, benda) yang ikut membentuk watak ,kepercayaan atau pembuatan

seseorang.14

b. Motivasi adalah dorongan untuk bertindak lebih baik

lagi dari sebelumnya

c. Kecerdasan Emosional adalah Kemampuan mengenali,

memahami, mengatur, dan menggunakan emosi secara efektif dalam hidup

kita.15

d. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah

dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).16

e. Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan

mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan

14 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-13. (Jakarta: Balai Pustaka,2002), hal. 849

15 Mark Davis. Tes EQ Anda. (Mitra Media. 2008), hal.2

(12)

tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan

sebagainya

f. Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai

bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang bebhubungan satu

dengan yang lainya dengan jumlah yang banyakyang terbagi kedalam tiga

bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.17

g. Siswa adalah orang yang belum dewasa dan memiliki

sejumlah potensi atau kemampuan dasar yang masih perlu

dikembangkan.18

2. Penegasan operasional

Secara operasional pembentukan kecerdasan emosional siswa dalam

penelitian ini diberi pengertian “Realisasi terbentuknya kecerdasan emosional

siswa yaitu pemberian perlakuan motivasi kecerdasan emosional pada siswa,

Penelitian dilakukan dengan menggunakan satu kelas. Pada awal penelitian

siswa di berikan materi dan ujian matematika materi lingkaran oleh guru,

setelah itu siswa di berikan perlakuan tentang kecerdasan emosional kemudian

di lakukan tes emosional untuk mengetahui tingkat kecerdasan siswa.

Perlakuan di sini di sampaikan oleh peneliti dengan memberikan pengertian

kecerdasan emosional dan memberikan contoh melalui tayangan tentang

17 Suherman, Herman. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: Tidak diterbitkan), hal.16

(13)

kecerdasan emosional melalui media audio visual (Laptop). Sesudah

perlakuan siswa di berikan materi dan ujian matematika materi lingkaran lagi

oleh guru dan peneliti mengambil hasil ujian siswa sebelum dan sesudah di

berikan perlakuan kecerdasan emosional, kemudian di lihat dengan

menggunakan uji t pada rumus manual dan SPSS 16,0. Maka akan di peroleh

pengaruh pemberian motivasi kecerdasan emosional terhadap hasil belajar

matematika materi lingkaran pada siswa kelas VIII MTsN Pulosari tahun

ajaran 2009/2010.

F. Sistematika Skripsi

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami maksud dan isi

pembahasan penelitian, berikut ini penulis kemukakan sistematika penyusunan

yang terdiri dari tiga bagian, yaitu sebagai berikut :

Bagian awal, terdiri dari halaman judul, halaman pengajuan, halaman

persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman

persembahan, kata pengantar, daftar isi dan abstrak.

Bagian teks atau isi, terdiri dari lima bab dan masing-masing bab berisi

sub-sub bab, antara lain:

Bab I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, permasalahan

penelitian, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, penegasan

(14)

Bab II : Landasan teori, yang terdiri dari: tinjauan tentang hakekat matematika,

tentang proses belajar mengajar matematika, pembahasan tentang

prestasi belajar, pembahasan tentang kecerdasan emosional,

paradigma (kerangka berpikir) dan tinjauan tentang hipotesis.

Bab III : Metode penelitian, meliputi : pola penelitian, populasi, sampling dan

sampel penelitian, sumber data, variabel, data dan pengukurannya,

teknik dan instrument pengumpulan data, teknik analisis data dan

prosedur penelitian.

Bab IV : Hasil penelitian, yang berisi diskripsi latar belakang keadaan objek,

penyajian data hasil penelitian, analisis data dan uji signifikansi.

Bab V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

Bagian akhir terdiri dari daftar rujukan, lampiran-lampiran, surat

pernyataan keaslian dan daftar riwayat hidup. Demikian sistematika pembahasan

dari skripsi yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil

Belajar Matematika materi lingkaran Siswa Kelas VIII MTsN Pulosari Tahun

Referensi

Dokumen terkait

Membaca  pengertian   Ilmu ekonomi,  ruang   lingkup pembagian   Ilmu   ekonomi, dan   prinsip   ekonomi  dari berbagai   sumber   belajar

Demikian Berita Acara Penutupan Upload Dokumen Prakualifikasi pekerjaan Pembuatan Sistem Informasi Geografis (SIG) Infrastruktur Bidang Kebinamargaan dan Pengairan

• Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil.. Otak tengah berfungsi dalam

© Centre fo r Indonesian Accounting and Management Research Postgraduate Program, Brawijaya

Bima Haria Wibisana,

[r]

Fiscal decentralization that is measured by DAU has a positive correlation. This is appropriate with Law No. By receiving a higher DAU, local governments have

Lebih jauh dari itu, AKUMASSA juga beranggapan bahwa dengan menerapkan konsep citizen journalism , masyarakat dapat mendorong lingkungannya sendiri untuk menulis dan membaca