• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penghapusan Merek Terdaftar pada Kasus Hengki Arifin Melawan PT. CAkra Eka Mulia dalam Perfektif Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penghapusan Merek Terdaftar pada Kasus Hengki Arifin Melawan PT. CAkra Eka Mulia dalam Perfektif Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V memuat kesimpulan dan saran dari keselurahan bab yang telah

dibahas.

BAB II

BENTUK-BENTUK PENGHAPUSAN MEREK

DI INDONESIA

A. Pengertian merek

Dalam memperkenalkan produk kepada masyarakat, produsen memerlukan

alat pembeda untuk membedakan barang/jasa yang dihasilkan dengan produk lainnya,

alat ini disebut dengan merek.43 Dalam dunia internasional salah satu pengertian merek dijelaskan dalam pasal 15 ayat 1 TRIPs Agreement yang menyebutkan :

“Any sign or any combination of signs,capable of distinguishing, the goods of

services of one undertaking from those of other undertakings, shall be capable of constituting a trademark. Such sign, in particular words including personal names, letters, numerals, figurative element and combination of colours as well as any combination of such signs, shall be eligible for registration as trademark. Where signs are not inherently capable of distinguishing the relevantgoods or service, member may make registrability depend on distinctiveness acquired through use.

Members may require, as a condition of registration, that signs be visually

perceptible”

(Setiap tanda, atau kombinasi dari beberapa tanda, yang mampu membedakan barang atau jasa satu dari yang lain , dapat membentuk merek. Tanda-tanda tersebut,terutama yang berupa kata-kata termasuk nama orang, huruf, angka, unsur figuratif, dan kombinasi dari beberapa warna, atau kombinasi warna-warna tersebut, dapat didaftarkan sebagai merek. Dalam hal suatu tanda tidak dapat membedakan secara jelas barang atau jasa satu dengan yang lain,

43

(2)

Negara anggota dapat mendasarkan keberadaan daya pembeda tanda-tanda tersebut melalui penggunaanya, sebagai syarat pendaftrannya.

Negara anggota dapat menetapkan persyaratan bahwa tanda-tanda tersebut harus dapat dikenali secara visual sebagai syarat bagi pendaftran suatu merek) Merek sejauh ini diartikan dengan berbagai cara, tergantung pada perfektif

atas fenomena merek yang terjadi.44 Dalam arti klasik merek diartikan sebagai identifikasi sebuah produk yang menjadi pembeda dengan produk yang dihasilkan

oleh produsen lain.45 Pengerian merek juga dapat dilihat dari American Marketing Association yang dirumuskan pada tahun 1960 yang menyatakan bahwa merek adalah nama, istilah, simbol, atau desain, maupun kombinasi diantaranya yang dimaksudkan

untuk mengidentifikasi barang atau jasa seorang penjual atau sekelompok penjual dan

membedakannya dari barang atau jasa pesaing.46 Sedangkan pengertian secara yuridis merek terdapat dalam pasal 1 butir 1 UUMIG yang menyebutkan :

“Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar,

logo, nama, kata, huruf,angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi

dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram atau kombinasi dari 2 (dua) atau

lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang

diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan

barang dan/atau jasa.47

UU MIG tidak mengatur lebih lanjut atas apa yang dimaksud dengan gambar,

logo, nama, kata, huruf,angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau

44

Casavera (2), 15 Kasus Sengketa Merek di Indonesia, (Yogyakarta : Graha Ilmu, Yogyakarta,2009), hlm.3.

45 Ibid. 46

Ibid. 47

(3)

3 (tiga) dimensi, suara, hologram.Namun undang-undang memberikan batasan bahwa

gambar, logo, nama, kata, huruf,angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi

dan/atau 3 (tiga) dimensi harus memenuhi beberapa syarat, yaitu :

a. Tidak bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan,

moralitas, agama, kesusilaan, atau ketertiban umum.

b. Tidak sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut barang

barang/atau jasa yang dimohonkan pendaftaraanya.

c. Tidak memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal,

kualitas, jenis, ukuran, macam, tujuan penggunaan barang dan/atau jasa yang

dimohonkan pendaftarannya atau merupakan nama varietas tanaman yang

dilindungi untuk barang dan/atau jasa yang sejenis.

d. Tidak memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, maanfaat, atau

khasiat dari barang dan/atau jasa yang diproduksi.

e. Memliki daya pembeda.

f. Tidak merupakan nama umum dan/atau lambing milik umum.48

Menurut ketentuan UU MIG membagi merek atas 3 (tiga) jenis, antara lain :

1. Merek dagang

Merek dagang adalah merek yang di gunakan pada barang yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama

48

(4)

atau badan hukum untuk membedakan dengan barang jenis lainnya, hal ini di

atur dalam pasal 1 butir 2 UU MIG.

2. Merek jasa

Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh

seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk

membedakan dengan barang jenis lainnya, hal ini di atur dalam pasal 1 butir 3

UU MIG.

3. Merek kolektif

Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa

dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang

atau jasa serta pengawasannya diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa

orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan

barang jenis lainnya, hal ini di atur dalam pasal 1 butir 4 UU MIG.

Dalam prakteknya adanya perbedaan kemasyuran atas merek yang dibagi

menjadi 3 (tiga) tingkatan yang dikenal oleh masyarakat, yaitu :49 1. Merek Biasa (Normal Mark)

Merek yang masuk dalam kategori ini adalah merek yang dalam jangkauan

pemasarannya sangat sempit dan terbatas pada pasar local, sehingga tidak

49

(5)

dianggap sebagai saingan utama, serta tidak menjadi incaran para pedagang

atau pengusaha untuk di palsukan waupun ditiru.50 2. Merek Terkenal (Well Known Mark)

Merek jenis ini memiliki reputasi tinggi karena memiliki pancaran yang

memukau dan menarik, sehingga jenis barang apasaja yang berada dibawah

merek tersebut akan menimbulkan sentuhan keakraban (familiar attachment)

dan ikatan mitos (mytical context) kepada segala lapisan konsumen.51 3. Merek Termansyur (Famous Mark)

Dibandingkan dengan merek terkenal merek termansyur memiliki reputasi

yang lebih tinggi.52 Karena reputasinya ini setiap jenis barang yangberada dalam merek ini akan menimbulkan kesan mewah, contoh merek termansyur

adalah Mercedes Benz.53 Perbandingan yang paling mudah antara merek terkenal dengan merek termansyur bahwa produk dari merek termansyur

menunjukan keeklusifannya, produk yang dihasilkan hanya untuk kalangan

tertentu saja, produk dijual dengan harga yang sangat mahal, sedangkan

merek terkenal walaupun sama seperti merek termansyur yang telah

dipasarkan ke berbagai Negara akan tetapi produknya merupakan kebutuhan

masyarakat sehari-hari.54

50

Ibid. 51

Budi Agus Riswandi dan M.Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 87.

52

Dwi Rezki Astarini, Penghapusan Merek Terdaftar Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek Dihubungkan dengan TRIPs-WTO, (Bandung : PT. Alumni, 2009,) hlm. 46.

53 Ibid. 54

(6)

B. Penghapusan merek di Indonesia

1. Penghapusan Merek Terdaftar dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun

1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan

Penghapusan pendaftaraan merek yang didaftarakan mulai diterapkan dalam

undang-undang merek yang pertama, yaitu UU Merek 1961 tentang Merek

Perusahaan dan Merek Perniagaan yang diatur dalam pasal 18 undang-undang ini

yaitu :

1. Kekuatan Hukum dari suatu pendaftaran hapus :

a. Karena penghapusan atau permohonan orang yang namanya tercatat

sebagai pemilik pendaftaraan merek itu;

b. Karena menurut pengakuan pemilik pendaftaraan merek sendiri atau

karena menurut pernyataan hakim bahwa dala 6 bulan setelah

pendaftarran, merek yang bersangkutan tidak dipakai oleh pemilik

pendaftaraan merek;

c. Karena menurut pengakuan pemilik pendaftaraan merek itu sendiri

atau karena menurut pernyataan hakim bahwa merek yang

bersangkutan sudah 3 tahun atau lebih tidak dipakai lagi oleh pemilik

pendaftaraan merek ;

d. Karena berakhirnya waktu 10 tahun setelah tanggal pendaftaraan

merek menurut pasal 7, jika pendaftaraan itu tidak diperbaharui

sebelum waktu itu lampau, atau jika waktu pembaharuan itu tidak

(7)

e. Karena dinyatakan batal oleh Putusan Pengadilan.

2. Hapusnya kekuatan hukum dari suatu pendaftaraan merek karena

alasan-alasan tersebut dalam ayat (1) dicatat dengan disebutkan alasan-alasannya dalam

kolom yang bersangkutan dalam daftar umum.55

UU Merek 1961 belum memasukan pihak ketiga sebagai salah satu pihak

yang dapat menghapuskan pendaftraan merek dan alasan-alasan yang digunakan

dalam pengajuan untuk menghapuskan merek terdaftar antara lain adalah :

1. Atas permintaan pihak yang namanya tercatat sebagai pemilik merek,

2. Merek tidak dipakai dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak merek

didaftarkan,

3. Merek yang bersangkutan tidak dipakai lagi dalam waktu 3 (tiga) tahun atau

lebih oleh pemilik pendaftar merek,

4. Tidak memperpanjang jangka waktu

5. Dinyatakan batal oleh putusan pengadilan.56

2. Penghapusan Merek Terdaftar dalam Unddang-Undang Nomor 19

Tahun 1992 tentang Merek

Dalam undang-undang ini banyak hal-hal baru yang ditambahkan baik dalam

hal pendaftaran, maupun dalam hal penghapusan merek terdaftar. Penghapusan

pendaftaran dalam UU Merek 1992 diatur dalam Bab VI yang dimulai dari pasal

51sampai dengan pasal 55.

55

Republik Indonesia (Merek), Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961, Lembar Negara Nomor 290 tahun 1961, Tambahan Lembar Negara nomor 2341 tahun 1961, Pasal 1

56

(8)

Dalam Pasal 51 diatur mengenai penghapusan merek yang dilakukan oleh

kantor merek, serta mengatur mengenai syarat-syarat yang harus terpenuhi bagi

kantor merek untuk melakukan penghapusan merek terdaftar, ketentuan tersebut

adalah :

(1) Penghapusan pendaftaran merek dari Daftar Umum Merek dilakukan Kantor Merek baik atas prakarsa sendiri maupun berdasarkan permintaan pemilik merek yang bersangkutan.

(2) Penghapusan pendaftaran atas prakarsa Kantor Merek dapat dilakukan apabila diperoleh bukti yang cukup bahwa:

a. merek tidak digunakan berturut-turut selama tiga tahun atau lebih dalam perdagangan barang atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir; atau

b. merek digunakan untuk jenis barang atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimintakan pendaftaran.

(3) Permintaan penghapusan pendaftaran merek oleh pemilik merek baik untuk sebagian atau seluruh jenis barang atau jasa yang termasuk dalam satu kelas, diajukan kepada Kantor Merek.

(4) Penghapusan pendaftaran merek sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dicatat dalam Daftar Umum Merek, dan diumumkan dalam berita Resmi Merek.

(5) Dalam hal merek sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) masih terikat perjanjian lisensi, maka penghapusan hanya dapat dilakukan apabila hal tersebut disetujui secara tertulis oleh penerima lisensi.

(6) Pengecualian atas persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) hanya dimungkinkan apabila penerima lisensi dengan tegas setuju untuk menyampingkan adanya persetujuan tersebut dalam perjanjian lisensi.

(7) Pencatatan penghapusan pendaftaran merek sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dikenakan biaya yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Penghapusan merek oleh pihak ketiga telah diatur didalam UU Merek 1992

(9)

Penghapusan pendaftaran merek berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 51 ayat (2) huruf a dan huruf b dapat pula diajukan oleh pihak ketiga

dalam bentuk gugatan melalui:

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

Pengadilan Negeri lain yang akan ditetapkan dengan Keputusan Presiden

Pasal 53 UU Merek 1992 mengatur mengenai upaya hukum dan tindakan

yang harus dilakukan oleh kantor merek dalam menanggapi suatu keputusan dalam

penghapusan merek yang telah dikeluarkan oleh pengadilan dan berkekuatan hukum

tetap. Isi dari pasal 53 menyebutkan bahwa :

(1) Terhadap putusan Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 tidak dapat diajukan permohonan banding.

(2) Salinan putusan badan peradilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan oleh Panitera Pengadilan Negeri yang bersangkutan kepada Kantor Merek dalam waktu selambat-lambatnya empat belas hari sejak tanggal putusan tersebut.

(3) Kantor Merek melaksanakan penghapusan merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek apabila gugatan penghapusan pendaftaran merek tersebut diterima dan putusan badan peradilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pasal 54 mengatur tentang penghapusan merek secara administratif yang menyebutkan bahwa :

(1) Penghapusan pendaftaran merek dilakukan oleh Kantor Merek dengan mencoret merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek, dan dengan memberi catatan tentang alasan dan tanggal penghapusan tersebut.

(10)

Daftar Umum Merek, Sertifikat Merek yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Setelah melakukan penghapusan merek seperti yang dijelaskan dalam pasal 54

merek tersebut menyebabkan berakhirnya perlindungan hukum atas merek yang

bersangkutan seperti yang diatur dalam Pasal 55.

Dalam undang-undang ini salah satu penambahan dalam penghapusan merek

adalah pengaturan mengenai administratif dihapusnya merek.57 Seperti pencatatan dalam Daftar Umum Merek dan alas an penghapusan merek tersebut, kemudian

diumumkannya merek yang telah dihapus dalam Berita Resmi Merek.58 Dalam undang-undang ini juga menambahkan tentang kewenangan pihak ketiga dalam

penghapusan merek dimana dalam undang-undang ini mengatur tentang tata cara

pihak ketiga menghapus merek terdaftar dalam bentuk gugatan yang diajukan melalui

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.59 Dalam hal putusan Pengadilan Negeri Jakarta oleh undang-undang ini dapat dimintakan kassasi ke Mahkamah Agung.60 Undang-undang ini juga menambahkan ketentuan tentang penghapusan merek yang masih terikat

dalam perjanjian lisensi.61

57

Sudargo Gautama, Hukum Merek Indonesia,(Bandung: PT.Alumni, 1987), hlm. 63. 58

Ibid. 59

Sudargo Gautama, op. cit., hlm. 64. 60

Ibid. 61

(11)

3. Penghapusan Merek Terdaftar menurut Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1997 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992

tentang Merek

Keikutsertaan Indonesia dalam persetujuan tentang Aspek-Aspek Dagang Hak

Kekayaan Intelektual (Agreement on Trade Related Aspects of Intelectual property rights, Including Trade in Counterfeit Goods/TRIPs) yang merupakan bagian dari Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (Agreement Establishing

the World Trade Organization), sebagaimana yang telah disahkan oleh

undang-undang, menjadikan Indonesia berkewajiban untuk menyesuaikan peraturan

perundang-undangan mengenai Hak Kekayaan Intelektual termasuk mengenai

merek.62

Perubahan mengenai penghapusan merek terdaftar diatur dalam Bab VI pada

Pasal 51 yang dipecah menjadi 2 (dua) yaitu pasal 51 yang menyatakan sebagai

berikut :

(1) Penghapusan pendaftaran merek dari Daftar Umum Merek dilakukan Kantor Merek baik atas prakarsa sendiri maupun berdasarkan permintaan pemilik merek yang bersangkutan.

(2) Penghapusan pendaftaran merek atas prakarsa Kantor Merek dapat dilakukan jika:

a. merek tidak digunakan berturut-turut selama 3 (tiga) tahun atau lebih dalam perdagangan barang dan atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh Kantor Merek; atau

b. merek digunakan untuk jenis barang dan atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimintakan pendaftaran, termasuk pemakaian merek yang tidak sesuai dengan merek yang didaftar. (3) Alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a adalah:

62

(12)

a. larangan impor;

b. larangan yang berkaitan dengan izin bagi peredaran barang yang menggunakan merek yang bersangkutan atau keputusan dari pihak yang berwenang yang bersifat sementara; atau

c. larangan serupa lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. (4) Penghapusan pendaftaran merek sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dicatat dalam Daftar Umum Merek, dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek.

(5) Keberatan terhadap keputusan penghapusan pendaftaran merek sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atau Pengadilan Negeri lain yang akan ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Pasal 51 A yang menyatakan sebagai berikut :

(1) Permintaan penghapusan pendaftaran merek oleh pemilik merek baik untuk sebagian atau seluruh jenis barang dan atau jasa yang termasuk dalam satu kelas, diajukan kepada Kantor Merek.

(2) Dalam hal merek sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masih terikat perjanjian lisensi, maka penghapusan hanya dapat dilakukan apabila hal tersebut disetujui secara tertulis oleh penerima lisensi.

(3) Pengecualian atas persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) hanya dimungkinkan apabila penerima lisensi dengan tegas setuju untuk mengenyampingkan adanya persetujuan tersebut dalam perjanjian lisensi. (4) Penghapusan pendaftaran merek sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dicatat dalam Daftar Umum Merek, dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek.

(5) Pencatatan penghapusan pendaftaran merek sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dikenakan biaya yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri."

Ketentuan Pasal 53 ayat (1) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 53 berbunyi sebagai

berikut:

(1) Terhadap putusan pengadilan negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 tidak dapat diajukan permohonan banding, tetapi dapat langsung diajukan permohonan kasasi atau peninjauan kembali.

(13)

(3) Kantor Merek melaksanakan penghapusan merek yang bersangkutan dari daftar Umum Merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek apabila gugatan penghapusan pendaftaran merek tersebut diterima dan putusan badan peradilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Penambahan yang terdapat dalam penghapusan merek dalam undang-undang ini

dapat dilihat dala pasal 51 undang-undang ini, dimana adanya alasan-alasan baru bagi

kantor merek untuk tidak menghapus merek yang terdaftar meskipun tidak di

pergunakan selama 3 (tiga) tahun atau lebih di dalam perdagangan. 63 Adapun alasan-alasan tersebut adalah :

a. larangan impor;

b. larangan yang berkaitan dengan izin bagi peredaran barang yang

menggunakan merek yang bersangkutan atau keputusan dari pihak

yang berwenang yang bersifat sementara; atau

c. larangan serupa lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah64.

Dalam undang-undang ini diatur juga tentang mekanisme penyelesaian

gugatan penghapusan pendaftaran merek apabila pemilik merek keberatan

pendaftraan mereknya dihapus, maka tidak dapat dimintakan banding terhadap

putusna yang telah dijatuhkan oleh Pengadilan Niaga, melainkan dapat langsung

meminta kasasi atau peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.65

63

Sudargo Gautama & Rizawanto Winata, Pembaharuan Hukum Merek Indonesia dalam Rangka WTO, TRIPs, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1997), hlm. 83.

64 Ibid. 65

(14)

4. Penghapusan Merek Terdaftar dalam UU Merek 2001 tentang Merek

Penghapusan merek diatur dalam Bab VIII UU Merek 2001 dimulai dari pasal

61 sampai dengan pasal 67 yang menyatakan sebgai berikut :

Pada pasal 61 menyebutkan sebagai berikut :

(1) Penghapusan pendaftaran Merek dari Daftar Umum Merek dapat dilakukan atas prakarsa Direktorat Jenderal atau berdasarkan permohonan pemilik Merek yang bersangkutan.

(2) Penghapusan pendaftaran Merek atas prakarsa Direktorat Jenderal dapat dilakukan jika:

a. Merek tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh Direktorat Jenderal; atau

b. Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk pemakaian Merek yang tidak sesuai dengan Merek yang didaftar.

(3) Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a adalah karena adanya: a. jaringan impor;

b. larangan yang berkaitan dengan izin bagi peredaran barang yang menggunakan Merek yang bersangkutan atau keputusan dari pihak yang berwenang yang bersifat sementara; atau

c. larangan serupa lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. (4) Penghapusan pendaftaran Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicatat

dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek. (5) Keberatan terhadap keputusan penghapusan pendaftaran Merek sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dapat diajukan kepada Pengadilan Niaga.

Pengaturan yang diatur dalam Pasal 62 adalah sebagai berikut :

(1) Permohonan penghapusan pendaftaran Merek oleh pemilik Merek atau Kuasanya, baik sebagian atau seluruh jenis barang dan/atau jasa, diajukan kepada Direktorat Jenderal

(15)

(3) Pengecualian atas persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dimungkinkan apabila dalam perjanjian Lisensi, penerima Lisensi dengan tegas menyetujui untuk mengesampingkan adanya persetujuan tersebut. (4) Penghapusan pendaftaran Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat

dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek.

Pada pasal 63 diatur mengenai pengajuan gugatan oleh pihak ketiga yang

menyatkan sebagai berikut : “Penghapusan pendaftaran Merek berdasarkan alasan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (2) huruf a dan huruf b dapat pula

diajukan oleh pihak ketiga dalam bentuk gugatan kepada Pengadilan Niaga”

Pasal 64 meneruskan ketentuan pasal 64 dalam hal upaya hukum yang dapat

dilakukan atas putusan pengadilan yang berwenang, ketentuang yang diatur adalah :

(1) Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 hanya dapat diajukan kasasi

(2) Isi putusan badan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) segera disampaikan oleh panitera pengadilan yang bersangkutan kepada Direktorat Jenderal setelah tanggal putusan diucapkan.

(3) Direktorat Jenderal melaksanakan penghapusan Merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek apabila putusan badan peradilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah diterima dan mempunyai kekuatan hukum tetap.

Dalam pasal 65 diatur mengenai penghapusan merek secra administratif oleh

Diretorat jendral Merek yang meyebutkan sebagai berikut :

(1) Penghapusan pendaftaran Merek dilakukan oleh Direktorat Jenderal dengan mencoret Merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dengan memberi catatan tentang alasan dan tanggal penghapusan tersebut.

(16)

Daftar Umum Merek, Sertifikat Merek yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi.

(3) Penghapusan pendaftaran Merek mengakibatkan berakhirnya perlindungan hukum atau Merek yang bersangkutan.

Penghapusan merek kolektif dalam undang-undang ini di atur dalam pasal 66

yang menyatakan sebagai berikut :

(1) Direktorat Jenderal dapat menghapus pendaftaran Merek Kolektif atas dasar: a. permohonan sendiri dari pemilik Merek Kolektif dengan persetujuan

tertulis semua pemakai Merek Kolektif;

b. bukti yang cukup bahwa Merek Kolektif tersebut tidak dipakai selama 3 (tiga) tahun berturut-turut sejak tanggal pendaftarannya atau pemakaian terakhir kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh Direktorat Jenderal;

c. bukti yang cukup bahwa Merek Kolektif digunakan untuk jenis barang atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jenis jasa yang dimohonkan pendaftarannya; atau

d. bukti yang cukup bahwa Merek Kolektif tersebut tidak digunakan sesuai dengan peraturan penggunaan Merek Kolektif.

(2) Permohonan penghapusan pendaftaran Merek Kolektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diajukan kepada Direktorat Jenderal.

(3) Penghapusan pendaftaran Merek Kolektif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek.

Pasal 67 mengatur tentang penghapusan merek kolektif yang diajukan oleh

pihak ketiga yang menyatkan sebagai berikut :

(17)

Dalam penghapusan merek menurut UU Merek 2001 berdasarkan pasal 61, 62,

63 terdapat 3 cara baru dalam penghapusan merek yaitu :a tas prakarsa Direktorat

HAKI, oleh pemilik merek sendiri , atas permintaan pihak ketiga.66

1. Penghapusan merek terdaftar atas prakarsa Direktorat Merek

Direktorat Merek diberikan wewenang untuk melakukan pengawasan

respresif, yang secara ex-officio dilakukan berdasarkan perintah undang-undang untuk melalukan penghapusan terhadap merek terdaftar.67 Dalam penghapusan merek terdaftar berdasarkan prakarsa sendiri oleh Direktorat Merek, Direktorat Merek harus

memiliki bukti yang kuat seperti yang tertulis di dalam pasalm 61 ayat (2) UU Merek

2001 yang menyatakan :

a. Merek tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam

perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau

pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh

Direktorat Jenderal; atau

b. Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai

dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk

pemakaian Merek yang tidak sesuai dengan Merek yang didaftar.

Pemilik merek diberikan kesempatan untuk membela kepentingannya atas

merek terdaftar untuk mendapatkan pengecualian terhadap ketentuan penghapusan

66

Rachmasi Usman, Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia, (Bandung : PT.Alumni, 2003), hlm. 360.

67

(18)

merek diatas dengan mengajukan alasan-alasan yang dapat diterima oleh kantor

merek, misalnya produk makanan dan minuman yang izin predarannya menjadi

kewenangan instansi lain atau keputusan pengadilan yang bersifat sementara

mengenai penghentian sementara pemakain merek selama perkara berlangsung.68 Undang-undang menuntut Direktorat Merek untuk bekerja secara aktif dalam

melakukan pengawasan pemakain merek terdaftar.69 Sehingga Direktorat Merek harus menemukan bukti-bukti yang tidak mudah ditemukan dalam penghapusan

merek terdaftar dan merupakan hal yang beresiko karena apabila keputusan yang

diambil oleh Direktorat Merek keliru, pihak yang dirugikan dapat mengajukan

gugatannya ke Pengadilan Niaga.70

2. Penghapusan merek terdaftar atas permintaan pemilik merek

Permintaan penghapusan pendaftaran merek dapat diajukan terhadap jenis

barang atau jasa yang termasuk dalam satu kelas, landasan prinsip ini dapat di lihat

dari pasal 62 ayat (1) yang menegaskan :

“Permohonan penghapusan pendaftaran merek oleh pemilik merek atau

kuasanya, baik sebagian atau seluruh jenis barang dan/atau jasa di ajukan kepada

Direktorat Jendral”.71

Pertimbangan pemilik merek dalam hal ini biasanya karena

68

Ibid 69

Gatot Supramono, Pendaftaran Merek berdasarkan Undang-Undang Nomor : 19 Tahun 1992,(Jakarta : Djambatan,1992), hlm. 55.

70 Ibid 71

(19)

merek sudah tidak menguntungkan lagi.72 Apabila penghapusan pendaftaran merek dilakukan oleh pemilik merek yang masih terikat dengan perjanjian lisensi,

penghapusan merek terdaftar hanya dapat dilakukan apabila disetujui oleh penerima

lisensi, kecuali apabila telah terdapat kesepakatan tertulis antara para pihak.73 Permohonan penghapusan merek terdaftar yang diterima oleh Direktorat Merek

dilakukan dengan mencoret merek yang dimaksud dalam Daftar Umum Merek serta

diberi catatan tentang alasan penghapusan dan tanggal penghapusan.74 Kepada pemilik merek atau kuasanya akan diberikan penegasan bahwa sejak tanggal

pencoretan merek, sertifikat merek yang dihapuskan sudah tidak berlaku.75 3. Penghapusan merek terdaftar atas permintaan pihak ketiga

Penghapusan merek terdaftar di atur dalam pasal 67 UU Merek 2001 dimana

pihak ketiga dapat mengajukan permintaan penghausan merek terdaftar dengan cara

mengajukan gugatan ke Pengadilan Niaga.76 Gugatan penghapusan tersebut di periksa dan diputuskan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.77 Undang-undang tidak secara rinci mengatur siapa saja yang termasuk pihak ketiga, akan tetapi dapat dilihat

bahwa pihak ketiga adalah pihak selain Direktorat Merek dan pemilik merek.78 Gugatan penghapusan merek terdaftar yang dimohonkan oleh pihak ketiga ke

72

Ibid 73

Suyud Margono dan Lingginus Hadi, Pembaharuan Perlindungan Hukum Merek,(Jakarta : Novirindo Pustaka Mandiri, 2002), hlm. 62.

74

OK.Saidin, op. cit., hlm. 394. 75

Ibid 76

Agus Candra Suratmaja, Gugatan Penghapusan Merek Berdasarkan UU Nomor 15 Tahun 2001, https://books.google.co.id/, hlm. 48. (diakses pada tanggal 25 april 2017, pada pukul 21.49 wib).

77 Ibid 78

(20)

Pengadilan Niaga sesuai dengan domisili tergugat.79 Hal ini menunjukkan kompetensi relatif dari suatu Pengadilan.80

Dalam undang-undang ini juga diatur tentang penghapusan merek kolektif

yang tertulis dalam pasal 66 sampai dengan pasal 67.

Berdasarkan yang telah disampaikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengaturan mengenai bentuk-bentuk penghapusan merek telah diatur mulai dari UU

Merek 1961 yang menyatakan bahwa penghapusan merek hanya dapat dilakukan oleh

pemilik merek dan oleh hakim. Selanjutnya pengaturan penghapusan merek terdaftar

diatur dalam UU Merek 1992 , didalam undang-undang ini terdapat penambahan

cukup banyak mengenai administratif dihapusnya suatu merek dan adanya

penambahan pihak yang dapat mengajukan gugatan penghapusan merek yaitu pihak

ketiga. Selanjutnya pengaturan mengenai bentuk-bentuk penghapusan merek diatur

dalam UU Merek 1997 dimana dalam peraturan ini terdapat penambahan tentang

alasan yang dapat diterima oleh kantor merek untuk tidak dihapuskan pendaftarannya

meskipun merek tersebut tidak digunakan selama 3 tahun atau lebih. Selanjutnya

pengaturan mengenai bentuk penghapusan merek diatur dalam UU Merek 2001

Tentang Merek dimana didalam undang-undang ini terdapat 3 (tiga) cara

penghapusan merek terdaftar yaitu dengan pertama prakarsa Direktorat Haki, kedua

oleh pemilik merek, dan ketiga oleh pihak ketiga.

79

Ibid 80

Referensi

Dokumen terkait

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain hasil penelitian yang dilakukan oleh Anjar Wibisono (2010) menunjukkan bahwa semua variabel independend

Dengan mengambil penelitian tentang Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda Transportasi Untuk Perjalanan Kuliah (Studi Kasus : Mahasiswa/I Kampus Universitas Atma

- Menganalisis keterkaitan antara struktur sel pada jaringan tumbuhan dengan fungsi organ pada tumbuhan - Menyajikan data hasil pengamatan. struktur jaringan dan organ pada

b) PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA POKOK SMK TINGKAT KAB. BIMA Kabupaten Bima memiliki wilayah yang sangat luas dengan kondisi tanah berbukit. Masing-masing kecamatan dipisah oleh

Kebanyakan siswa yang sedang menempuh belajar, yang menjadi sebuat poin pertama dalam melakukan pembelajaran adalah angka. Angka tersebut bentuk nilai pekerjaan

Lokasi observasi untuk pelaksanaan implementasi pendidikan siaga bencana adalah di wilayah Kabupaten Malang Selatan tepatnya di desa Sitiarjo karena terletak di pesisir

menyelesaikan studi S1 Pendidikan Ekonomi di Universitas Indraprasta PGRI tahun 2010 dan S2 Pendidikan IPS Universitas Indraprasta PGRI 2013 Aktif sebagai mengajar dan

Dalam rangka pembinaan terhadap GPAI, maka Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI melalui Direktorat Pendidikan Agama Islam akan melaksanakan program