• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Ca, Mg, Fe, Dan P Di Dalam Produk Olahan Ikan Pora-Pora (Mystacoleuseus Padangensis) Dari Danau Toba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Ca, Mg, Fe, Dan P Di Dalam Produk Olahan Ikan Pora-Pora (Mystacoleuseus Padangensis) Dari Danau Toba"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Pora-pora

Ikan pora-pora adalah ikan salah satu ikan air tawar yang hidup di perairan Danau

Toba. Ciri-ciri ikan ini adalah berwarna putih keperakan, bersisik halus, ukurannya

sekitar 10-12 cm, ekornya berwarna kuning. Perkembangbiakan ikan ini sangat pesat,

bahkan bisa dipanen setiap harinya sekitar 10 ton dan dikirim ke luar daerah.

Gambar 2.1. Ikan pora-pora

Harga ikan pora-pora relatif lebih murah dibandingkan ikan lainnya.

Harga jual ikan pora-pora basah mencapai Rp. 7.000 per kg sedangkan jika dalam

bentuk olahannya dapat mencapai Rp. 15.000 per 100 gram. Dengan harga yang

relatif murah ini banyak masyarakat yang menggemari.

2.2. Mineral

(2)

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam

pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi

tubuh secara keseluruhan. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral

mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari

100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari.

Jumlah mineral mikro dalam tubuh kurang dari 15 mg. Hingga saat ini dikenal

sebanyak 24 mineral yang dianggap esensial. Jumlah ini bisa bertambah setiap waktu

(Sunita Almatsier, 2004).

Tubuh tidak mampu mensintesa mineral sehingga unsur-unsur ini harus

disediakan lewat makanan. Kebanyakan mineral yang diperlukan hanya dalam jumlah

sedikit sekali disebut muatan (trace mineral). Unsur-unsur mineral terdapat di dalam

jaringan tulang dan gigi dan protein. Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi

normal sebagian enzim dan sangat penting dalam pengendalian komposisi cairan

tubuh 65% adalah air dalam bobot tubuh. Air merupakan media tempat semua proses

metabolisme berlangsung. Kehilangan air terjadi melalui udara pernapasan disamping

lewat keringat, urine, dan feses yang berarti juga kehilangan mineral.

Banyak mineral dalam makanan berbentuk garam, dan garam terdapat

pada semua jaringan serta cairan tubuh. Mineral dalam tubuh memiliki 3 fungsi, yaitu:

a. Mineral merupakan konstituen tulang dan gigi, yang memberikan kekuatan

serta iriditas kepada jaringan tersebut misalnya: Fe, Ca, Mg, dan P.

b. Mineral membentuk garam-garam yang dapat larut dan demikian

mengendalikan komposisi cairan tubuh. Na dan Cl merupakan unsur penting

dalam cairan ekstra seluler dan darah misalnya: Fe, Mg, dan P merupakan

unsur penting dalam cairan intra seluler.

c. Mineral turut membangun enzim dan protein dan merupakan bagian dari asam

amino misalnya: Cysteine (Moch. Agus Krisno Budiyanto, 2004).

Walaupun bahan makanan mengandung berbagai mineral untuk keperluan

tubuh, namun tidak semuanya dapat dimanfaatkan. Hal ini bergantung pada

ketersediaan biologiknya. (Ketersediaan biologik adalah tingkatan zat gizi yang

(3)

dilepaskan saat makanan dicerna atau tidak diabsorpsi dengan baik. Faktor-faktor

yang mempengaruhi ketersediaan biologik mineral dijelaskan di bawah.

1. Interaksi mineral dengan mineral

Mineral yang mempunyai berat molekul dan jumlah muatan (valensi) yang

sama bersaing satu sama lain untuk diabsorpsi, dengan demikian dalam ketersediaan

biologiknya. contohnya Mg, Ca, Fe, dan Cu yang mempunyai valensi +2. Ca yang

dimakan terlalu banyak akan menghambat absorpsi besi. Demikian pula kebanyakan

makan Zn akan menghambat absorpsi Cu. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati

dalam menggunakan suplemen mineral tanpa berkonsultasi dengan dokter.

2. Interaksi vitamin dengan mineral

Vitamin C meningkatkan absorpsi Fe bila dimakan pada waktu bersamaan.

Vitamin D kalsiterol meningkatkan absorpsi Ca. Banyak vitamin membutuhkan

mineral untuk melakukan peranannya dalam metabolisme. Misalnya koenzim tiamin

membutuhkan Mg untuk berfungsi secara efisien.

3. Interaksi serat dengan mineral

Ketersediaan biologik mineral banyak dipengaruhi oleh bahan-bahan

nonmineral di dalam makanan. Asam fitat dalam serat kacang-kacangan dan serealia

serta asam oksalat dalam bayam mengikat mineral-mineral tertentu sehingga tidak

dapat diabsorpsi. Makanan tinggi serat (lebih dari 35 gram sehari) menghambat

absorpsi Ca, Fe, Zn, dan Mg.

2.3. Kalsium (Ca)

Tubuh orang dewasa yang gizinya baik mengandung 1 – 1,5 kg kalsium dan 90%

terdapat di tulang dan gigi dalam bentuk garam kompleks. Sumber kalsium adalah

susu, ikan, udang kering, sarden, bayam, keju, es krim, melinjo, dan sawi. Kalsium

juga dapat diperoleh dalam jumlah yang cukup dari air mineral yang dapat

mengandung sampai 50 mg.

Kalsium diekskresikan lewat urine serta feses dan untuk mencegah

kehilangan ini diperlukan kalsium melalui makanan. Kalsium tambahan diperlukan 7

(4)

dalam keadaan tertentu, seperti pada masa pertumbuhan mulai dari anak-anak hingga

usia remaja, dan pada saat hamil untuk memenuhi kebutuhan janin.

Kalsium mempunyai peranan penting dalam tubuh, seperti:

a. Pembentuk tulang dan gigi

b. Dalam cairan jaringan berfungsi untuk pengendali kerja jantung serta otot

skleton

c. Iritabilitas syaraf otot

d. Proses pembekuan darah (dalam sintesis trombin)

e. Memberikan kekerasan dan ketahanan terhadap pengeroposan

f. Transmisi impuls

g. Relaksasi dan kontraksi otot

h. Adsorbsi dan aktivitas enzim

i. Memberikan rigiditas terhadap jaringan (Moch. Agus Krisno Budiyanto, 2004).

Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat mengakibatkan

gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok, dan rapuh. Semua

orang dewasa, terutama sesudah usia 50 tahun. Hal ini dinamakan osteoporosis yang

dapat dipercepat oleh keadaan stress. Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita

daripada laki-laki dan lebih banyak terjadi pada orang kulit putih daripada kulit

berwarna, serta lebih banyak terjadi pada perokok dan peminum alkohol.

Kekurangan kalsium dapat menyebabkan osteomalasia (pada orang

dewasa: riketsia), biasanya terjadi karena kurangan vitamin D dan ketidakseimbangan

komsumsi kalsium terhadap fosfor. Mineralisasi matriks tulang terganggu, sehingga

kandungan kalsium di dalam tulang menurun.

Kadar kalisum darah yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau

kejang. Kepekaan serabut syaraf dan pusat syaraf terhadap rangsangan meningkat

sehingga terjadi kejang otot misalnya pada kaki. Tetani dapat juga terjadi pada ibu

hamil yang makannya terlalu sedikit kalsium atau terlalu tinggi mengandung fosfor.

Tetani kadang terjadi pada bayi baru lahir yang diberi minuman susu sapi yang tidak

diencerkan yang mempunyai rasio kalisum : fosfor rendah.

Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg sehari karena dapat

(5)

Kelebihan kalsium dapat terjadi bila menggunakan suplemen kalsium berupa tablet

atau bentuk lain (Sunita Almatsier, 2004).

2.4. Magnesium (Mg)

Magnesium merupakan kation nomor dua paling banyak setelah natrium di dalam

cairan intraseluler. Magnesium terlibat dalam berbagai proses metabolisme. Kurang

lebih 60% dari 20-28 mg magnesium di dalam tubuh terdapat dalam tulang dan gigi,

26% di dalam otot dan selebihnya di dalam jaringan lunak serta cairan tubuh.

Konsentrasi magnesium rata-rata di dalam plasma sebanyak 0,75 – 1

mmol/L (1,5 – 2,1 mEq/L). Konsentrasi ini dipertahankan tubuh pada nilai yang

konstan pada orang sehat. Magnesium di dalam tulang lebih banyak merupakan

cadangan yang siap dikeluarkan bila bagian lain dari tubuh membutuhkan.

Magnesium diabsorpsi di dalam usus halus, kemungkinan dengan alat

angkut aktif dan difusi pasif. Adsorbsi magnesium dipengaruhi oleh faktor-faktor

yang sama yang mempengaruhi absorpsi kalsium kecuali vitamin D tidak

berpengaruh. Bila kalsium dalam makanan turun, absorpsi magnesium meningkat.

Di dalam darah, sebagian besar magnesium terdapat dalam bentuk ion

bebas, atau dalam bentuk molekul kompleks hingga molekul kecil. Keeimbangan

magnesium di dalam tubuh terjadi melalui penyesuaian ekskresi magnesium melalui

urine. Ekskresi magnesium meningkat oleh hormon tiroid, asidosis, aldosteron, serta

kekurangan fosfor dan kalsium. Ekskresi magnesium menurun karena pengaruh

kalsitonin, glukagon dan PTH.

Sumber utama magnesium adalah sayuran hijau, serelia, kacang-kacangan,

daging, susu dan olahannya, serta coklat.

Magnesium memegang peranan penting dalam lebih dari tiga ratus sistem

enzim di dalam tubuh. Magneisum bertindak di dalam semua sel jaringan lunak

(6)

DNA. Dalam cairan sel ekstraseluler, magnesium berperan dalam transmisi syaraf,

kontraksi otot dan pembekuan darah. Dalam hal peranan, magnesium berlawanan

dengan kalsium. Kalsium merangsang kontraksi otot, magnesium mengendurkan otot.

Kalsium mendorong penggumpalan darah, sedangkan magnesium mencegah. Kalsium

menyebabkan ketegangan syaraf, magnesium melemaskan syaraf. Magnesium juga

mencegah kerusakan gigi dengan menahan kalsium di dalam email gigi.

Kekurangan magnesium jarang terjadi karena makanan. Kekurangan

magnesium bisa terjadi pada kekurangan protein dan energi serta komplikasi penyakit

yang menyebabkan gangguan absorpsi, penurunan fungsi ginjal, endokrin,

penggunaan diuretika (perangsang pengeluaran urine). Kekurangan magnesium

menyebabkan kurang nafsu makan, gangguan pertumbuhan, mudah tersinggung,

gugup, kejang, gangguan sistem syaraf pusat, halusinasi, koma, dan gagal jantung.

Kelebihan magnesium belum diketahui dengan pasti, tetapi biasanya

kelebihan magnesium terjadi pada penyakit gagal ginjal.

2.5. Fosfor (P)

Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam tubuh, yaitu 1% dari berat badan.

Kurang lebih 85% fosdor terdapat sebagai garam kalsium fosfat di dalam tulang dan

gigi. Fosfor selebihnya terdapat di dalam semua sel tubuh, separuhnya di dalam otot

dan di dalam cairan ekstraseluler. Fosfor merupakan bagian dari asam nukleat DNA

dan RNA yang terdapat dalam tiap inti sel dan sitoplasma. Sebagai fosfolipid, fosfor

merupakan komponen struktural dinding sel. Sebagai fosfat organik, fosfor berperan

dengan penyimpanan atau pelepasan energi dalam bentuk Adenosin trifosfat (ATP).

Fosfor dapat diabsorpsi secara efisien sebagai fosfor bebas di dalam usus

setelah dihidrolisis dan dilepas dari makanan. Fosfor dibebaskan dari makanan oleh

enzim alkalin fosfatase di dalam mukosa usus halus dan diabsorpsi secara aktif dan

difusi pasif.

Fosfor mempunyai berbagai fungsi dalam tubuh, diantaranya:

(7)

a. Kalsifikasi tulang dan gigi

b. Mengatur pengalihan energi

c. Absorpsi dan transportasi zat gizi

d. Bagian dari ikatan tubuh esensial

e. Pengatur keseimbangan asam-basa

Fosfor terdapat di dalam semua makanan terutama makanan kaya protein,

serta daging, ayam, ikan, telur, susu, dan produk olahannya, kacanga-kacangan dan

produk olahannya, serta serelia.

Kekurangan fosfor jarang terjadi karena banyak terdapat di dalam

makanan. Kekurangan fosfor bisa terjadi karena penggunaan obat antasid, karena

aluminium hidroksida mengikat fosfor sehingga tidak dapat diabsorpsi. Kekurangan

fosfor juga bisa terjadi karena kehilangan banyak cairan melalui urine, minuman

beralkohol, dan kerusakan ginjal. Kekurangan fosfor dapat mengakibatkan kerusakan

tulang.

Kelebihan fosfor jarang terjadi. Bila kadar fosfor darah terlalu tinggi, ion

fosfat akan mengikat kalsium sehingga dapat menimbulkan kejang.

2.6. Besi (Fe)

Besi merupakan mineral mikro terdapat dalam jumlah sangat kecil di dalam tubuh,

namun mempunyai peranan esensial untuk kehidupan, kesehatan, dan reproduksi. Besi

merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia, yakni

sebanyak 3 – 5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai bermacam

fungsi, diantaranya:

1. Metabolisme energi

2. Berperan dalam pembentukan hemoglobin baru, terutama setelah terjadi

pendarahan, sehingga nilai hemoglobin perlu dipertahankan pada nilai normal.

3. Mengimbangi sejumlah kecil zat besi yang konstan dikeluarkan tubuh lewat

keringat, urine, dan feses.

(8)

5. Sistem kekebalan tubuh.

6. Pelarutan obat-obatan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi besi, yaitu:

1. Bentuk besi. Ada dua bentuk besi dalam diet yaitu besi-hem yang merupakan

bagian dari hemoglobin dan mioglobin banyak terdapat di dalam daging hewan

dapat diserap dua kali lipat dari besi-nonhem. Sedangkan besi-nonhem banyak

terdapat pada telur, serelia,kacang-kacangan, sayuran hijau, dan beberapa jenis

buah.

2. Asam organik. Sebagai contoh vitamin C sangat membantu proses penyerapan

besi-nonhem dengan merubah bentuk feri menjadi bentuk fero. Bentuk fero

lebih mudah diserap. Contoh asam organik lainnya adalah asam sitrat.

3. Asam fitat dan asam oksalat di dalam sayuran dapat menghambat penyerapan

besi. Hal ini terjadi karena senyawa ini dapat mengikat besi, sehingga

mempersulit penyerapannya.

4. Tanin dapat menghambat absorpsi besi dengan cara mengikatnya.

5. Tingkat keasaman lambung dapat meningkatkan daya larut besi (Sunita

Almatsier, 2004).

Sumber zat besi yang terbaik berasal dari makanan hewani seperti daging

dan ikan. Telur, serelia, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah juga

merupakan sumber sat besi meskipun ketersediaan biologiknya sedang sampai rendah.

Kekurangan zat besi merupakan masalah yang umum terjadi baik di

negara maju maupun di negara sedang berkembang. Kehilangan zat besi dapat terjadi

karena konsumsi makanan yang kurang seimbang, gangguan absorpsi besi,

pendarahan, cacingan, luka, dan penyakit yang mengganggu absorpsi seperti gastro

intestinal. Kekurangan besi menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang

nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja,

menurunnya kekebalan tubuh, dan gangguan penyembuhan luka.

Kelebihan zat besi jarang terjadi, biasanya disebabkan oleh suplemen besi.

Gejalanya adalah rasa nek, muntah, diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala,

mengigau, dan pingsan.

(9)

2.7. Analisa Kimia

Dalam kamus kimia, analisa kimia berarti cara penetapan atau pengujian adanya suatu

zat atau unsur di dalam suatu bahan/ sampel. Disebut analisa kimia kualitatif, bila

pengujian itu bertujuan hanya untuk mengidentifikasi jenis zat atau konstituen dalam

bahan itu; sedangkan disebut analisa kimia kuantitatif, bila bertujuan untuk

menetapkan jumlah (kuantitas) dari zat atau konstituen dalam suatu bahan (Mulyono

HAM, 2006).

Teknik utama yang digunakan dalam analisis anorganik kuantitatif

didasarkan pada:

a. Penampilan kuantitatif reaksi-reaksi kimia yang cocok atau pengukuran

banyaknya reagenesia yang diperlukan untuk menyempurnakan reaksi atau

pemastian banyaknya hasil reaksi yang mungkin.

b. Pengukuran listrik yang sesuai.

c. Pengukuran sifat optis tertentu (misalnya spektra serapan).

d. Gabungan pengukuran optis atau listrik dan reaksi kimia kuantitatif.

2.8. Titrimetri

Dalam analisis titrimetri, zat yang akan ditetapkan dibiarkan bereaksi dengan suatu

reagenesia yang cocok yang ditambahkan sebagai suatu larutan baku, dan volume

larutan yang diperlukan untuk mengakhiri reaksi ditetapkan (J.Basset,1994).

Tidak semua reaksi dapat digunakan sebagai reaksi titrasi. Untuk itu reaksi

harus memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut persamaan yang jelas (dasar

teoritis).

2. Cepat dan reversibel (dasar praktis). Bila tidak cepat, titrasi akan memakan

(10)

semakin lambat karena konsentrasi titran mendekati nol (kecepatan reaksi

sebanding dengan konsentrasi). Bila reaksi tidak reversibel, penentuan akhir

titrasi tidak tegas.

3. Ada penunjuk akhir titrasi (indikator). Penunjuk itu dapat:

a. Timbul dari reaksi itu sendiri, misalnya: titrasi campuran asam oksalat dan

asam sulfat oleh KMnO4; selama titrasi belum selesai titran tidaak

berwarna, tetapi setelah akhir titrasi tercapai, larutan menjadi berwarna

karena kelebihan setetes saja dari titran menyebabkan warna yang jelas.

b. Berasal dari luar, dan dapat berupa suatu zat (atau suatu alat) yang

dimasukkan ke dalam titrat. Zat itu disebut indikatordan menunjukkan

akhir titrasi karena (a) menyebabkan perubahan warna titrat atau (b)

menimbulkan perubahan kekeruhan dalam titrat (larutan jernih menjadi

keruh atau sebaliknya).

4. Larutan baku yang direaksikan dengan analat harus mudah didapat dan

sederhana menggunakannya; juga harus stabil sehingga konsentrasinya tidak

mudah berubah bila disimpan (W.Hardjadi, 1985).

Suatu zat standar primer harus memenuhi persyaratan berikut:

1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan (sebaiknya

pada 110°C - 120°C) dan mudah dipertahankan dalam keadaan murni.

2. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi ini

mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh

udara atau dipengaruhi oleh karbon dioksida.

3. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji kualitatif atau uji

lain yang kepekaannya diketahui (jumlah zat pengotor, umumnya tak boleh

melebihi 0,01 – 0,02%).

4. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan

dapat diabaikan.

5. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.

6. Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap.

Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat

dengan eksperimen (J.Basset,1994).

(11)

2.9. Titrasi Kompleksometri

Selama bertahun-tahun, reaksi pembentukan kompleks digunakan dalam berbagai

macam keperluan dalam analisis kimia dan dalam prosedur titrasi. Kompleksometri

ialah jenis titrasi dimana titrant dan titrat saling mengkompleks, jadi membentuk hasil

berupa kompleks.

Kelebihan titrasi kompleksometri dengan menggunakan EDTA adalah:

EDTA stabil, mudah larut, dan menunjukkan komposisi kimiawi yang tertentu,

selektivitas kompleks dapat diatur dengan mengendalikan pH. EDTA sebagai natrium,

Na2H2Y sendiri merupakan standar primer sehingga tidak perlu distandarisasi lebih

lanjut, kompleks yang mudah larut di dalam air. Suatu titik ekivalen segera tercapai

dalam titrasi kompleksometri dapat digunakan untuk penentuan beberapa logam pada

operasi skala semi-mikr

instrumen_analisis/page/16/).

Penentuan kadar kalsium dan magnesium dapat dilakukan dengan

berbagai metode seperti gravimetri, titrimetri secara permanganometri, titrasi secara

kompleksometri, flame fotometri, dan spektrofotometri serapan atom. Namun dari

berbagai metode tersebut, yang masih diakui baik secara internasional maupun secara

nasional adalah dengan metode titrimetri secara kompleksometri, flame fotometri, dan

spektrofotometri serapan atom.

Prinsip penentuan kadar kalsium dan magnesium dengan menggunakan

metode titrimetri dengan EDTA yaitu ketika EDTA (etilendiamintetraasetat acid

maupun garamnya) ditambahkan ke dalam air yang mengandung baik kalsium dan

magnesium. EDTA akan bereaksi terlebih dahulu dengan kalsium. Kalsium dapat

ditentukan secara langsung dengan EDTA ketika pH dibuat cukup tinggi, sehingga

magnesium diendapkan sebagai hidroksida dan indikator yang digunakan bereaksi

hanya dengan kalsium. Beberapa indikator memberikan warna yang berbeda ketika

semua kalsium telah membentuk kompleks dengan EDTA pada pH 12 sampai 13.

Sedangkan magnesium ditentukan dengan menghitung selisih antara kesadahan total

(12)

Gangguan dalam penentuan kadar kalsium dan magnesium dengan metode

ini adalah beberapa ion logam seperti Cu2+, Fe2+, Fe3+, Mn2+, Zn2+, Pb2+, Al3+, dan Sn4+. Gangguan ini dapat dihilangkan dengan penambahan inhibitor sebelum titrasi. Ortofosfat dapat mengendapkan kalsium pada pH uji. Material organik yang

tersuspensi juga dapat mengganggu dalam titik akhir titrasi, gangguan ini dapat

dihilangkan dengan menguapkan sampel sampai kering kemudian residu dipanaskan

pada suhu 550°C dilanjutkan dengan pelarutan menggunakan penambahan asam

klorida. Kemudian dinetralkan dengan NaOH 1N (Greenberg, A.E. dkk.,1985).

2.10. Spektroanalisis

Warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Karena tiap

spesies kimia mempunyai tingkatan-tingkatan energi yang berbeda, maka transmisi

perubahan energinya juga berbeda. Dasar analisis spektroskopi adalah interaksi radiasi

dengan spesies kimia. Selama analisis spektrokimia, perlu sekali digunakan cahaya

dari satu panjang gelombang, yaitu radiasi monokromatis (Khopkar,S.M.,).

Spektrofotometer adalah suatu alat yang dimana pita gelombang diukur

yang dipilih dari sinar putih yang sesuai untuk dipancarkan. Pembacaannya bisa

secara visual ataupun dengan alat fotolistrik. Spektrofotometri adalah pengukuran

terhadap energi radiasi, baik berupa emisi, transmitansi, ataupun refleksi sebagai suatu

fungsi gelombang. Metode pengaturan intensitas sinar diurutkan berdasarkan

penurunan relatif kepentingan: (1) jenis celah, (2) jenis pemecahan, (3) jenis

polarisasi, dan (4) jenis jaraknya. Tiga yang pertama diaplikasikan dalam instrumen

baik spektrofotometer atau fotometer penyaring (Snell, F.D. dkk., 1961).

Penentuan kadar besi dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu

gravimetri, titrimetri, spektrofotometri serapan atom, spektrofotometri visibel. Dari

beberapa metode ini yang diakui dan masih digunakan secara internasional dan

nasional adalah dengan metode spektrofotometri serapan atom dan spektrofotometri

visibel.

(13)

Prinsip penentuan besi dengan metode fenantrolin adalah besi yang dibuat

dalam larutan direduksi menjadi bentuk fero dengan pendidihan dengan asam dan

hidroksilamin yang kemudian direaksikan dengan 1,10-fenantrolin pada pH 3,2

sampai 3,3. Tiga molekul fenantrolin membentuk kelat untuk satu atom besi (II)

membentuk kompleks berwarna merah orange. Larutan yang berwarna ini berdasarkan

Hukum Beer, intensitasnya bergantung pada pH 3 – 9. pH antara 2,9 dan 3,5

pembentukan warna cepat terjadi dengan adanya fenantrolin berlebih. Warnanya stabil

selama 6 bulan.

Gangguan metode ini adalah: Sejumlah senyawa yang bersifat oksidator

kuat, sianida, nitrit, dan fosfat, kromium, seng (jika konsentrasinya 10 kali daripada

besi), kobalt dan tembaga (jika lebih dari 5 mg/L), nikel (jika lebih dari 2 mg/L).

Bismuth, kadmium, merkuri, molibdat, dan perak mengendapkan fenantrolin.

Pendidihan dengan asam menghilangkan gangguan fosfat, sianida, dan nitrit.

Penambahan hidroksilamin yang berlebih mengurangi kesalahan karena adanya

senyawa yang besifat oksidator kuat. Dengan adanya gangguan dari ion logam,

gunakan fenantrolin yang lebih banyak untuk menggantikan kompleks logam

pengganggu. Jika konsentrasi logam pengganggu sangat besar, dapat digunakan

metode ekstraksi.

Jika adanya senyawa organik atau larutan berwarna mungkin diperlukan

penguapan sampel, pengabuan residu, dan pelarutan dengan asam. Pengabuan dapat

dilakukan dengan cawan silika, porselen, atau platinum yang telah dididihkan dengan

HCl (1:1) selama beberapa jam. Adanya material organik perlu didestruksi sebelum

akhirnya diekstraksi

Penentuan kadar fosfat dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti

gravimetri, turbidimetri, spektrofotometri visibel. Dimana metode yang masih diakui

dan digunakan secara internasional dan nasional adalah secara spektrofotometri

visibel.

Prinsip penentuan fosfat dengan metode stano klorida yaitu asam

molibdofosfat yang terbentuk kemudian direduksi dengan stano klorida dan

menghasilkan molibdenum yang berwarna biru.

(14)

Gangguan metode ini yaitu gangguan positif disebabkan silika dan arsenat

hanya jika sampel dipanaskan. Gangguan negatif disebabkan oleh arsenat, fluorida,

thorium, bismuth, sulfida, thiosulfat, thiosianat, atau molibdat yang berlebih. Warna

biru juga disebabkan oleh ion ferro jika konsentrasi lebih dari 100 mg/L. Gangguan

sulfida dapat dihilangkan dengan mengoksidasi dengan air bromin. Klorida

mengganggu jika konsentrasinya 75 mg/L. Ion-ion logam berikut ini tidak

mengganggu meskipun dalam jumlah yang lebih dari 1000 mg/L yakni Al3+, Fe3+, Mg2+, Ca2+, Ba2+, Sr2+, Cd2+, Mn2+, Pb2+, Sn2+, Hg2+, Cu2+, Ni2+, Li+, Na+, K+, NH4+,

Hg22+, Ag+, U4+, Zr4+, AsO3-, Br-, CO32-, ClO4-, CN-, IO3-, SiO44-, NO3-, NO2-, SO42-,

SO32-, pirofosfat, tetraborat, selenat, benzoat, sitrat, oksalat, laktat, tartrat, format, dan

Gambar

Gambar 2.1. Ikan pora-pora

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dengan hasil Pengambilan Keputusan sebagaimana huruf c, sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor P.8/VI- BPPHH/2012 tanggal 17

Dari hasil penelitian diketahui bahwa : (1) Jumlah produksi dan penerimaan Kelompok Wanita Karmina selama tahun 2009 hingga 2011 telah mencapai titik break even point dan telah

Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Tema 9 Kayanya Negeriku (Penelitian Tindakan Kelas

Revitalisasi dan Percepatan pengembangan Kota-Kota pusat Pertumbuhan Nasional. C / L : Pengembangan/peningkatan fungsi C /2 : Pengembangan

Timbangan : dibutuhkan alat ukur timbangan digital untuk menentukan berat resin, serbuk karbon dan katalis sesuai dengan komposisi berat yang diinginkan. Timbangan digital ini

Pajak Penghasilan Pasal 21 mengatur pembayaran pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pengembangan industri Lurik di Kabupaten Klaten adalah (1) Meningkatkan peran Pemerintah Kabupaten Klaten dalam promosi produk

Jalan Mastrip Pada Hari Sabtu Dengan Model Underwood ……… 74 Tabel 4.15 Analisa Data Arus dan Kecepatan Ruas Jalan Gunung Sari Menuju?. Jalan Mastrip Pada Hari Minggu Dengan