Peran
ICT
dalam
pemberdaya
UMKM
untuk
percepatan
pencapaian
MDGs
A Mufti
Kantor Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Millennium Development Goals
a.mufti@mdgsindonesia.org
Abstrak
Kepemilikan telpon selular (ponsel) di Indonesia diperkirakan ikut mendongkrak penggunaan
internet melalui fitur ponsel. Penelitian lembaga riset media sosial Semiocast berpusat di Paris, Perancis mencatat jumlah pemilik akun Twitter di Indonesia terbesar kelima di dunia atau
sekitar 19,5 juta akun. Ke depan diharapkan penggunaan ponsel Indonesia tidak hanya
komunikasi bicara saja, tetapi juga bagi kepentingan peningkatan usaha bagi para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Prediksi data terakhir (tahun 2012) dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
jumlah UMi sebanyak 55.856.176 unit, UK sebanyak 629.418 Unit dan UM sebanyak48.997 unit
dengan total serapan tenaga kerja sebanyak 108juta orang. Ditilik dari kontribusi terhadap PDB
ternyata UMKM menyumbang Rp.4.869.568M dibanding dengan UB yang hanya sebesar Rp.
3.372.296M. Hal ini seharusnya menjadi keyakinan kita bahwa UMKM perlu
dikembangtumbuhkan jenis usaha dan skala usahanya.
Pelaku UMKM yang begitu besar dan sebagian besar dilakukan oleh pengusaha muda yang
sudah pasti banyak menggunakan perangkat ponsel dalam kehidupan sehari‐harinya perlu
menempuh kanal‐kanal baru untuk pertumbuhan usahanya. Salah satu kanal baru tersebut
adalah pemanfaatan ICT, khususnya pemanfaatan social media yang marak belakangan ini.
Smart business menjadi “gairah” baru pengusaha muda yang telah berhasil tumbuh berkat
kemampuannya dalam memanfaatkan social media untuk cepat memberi informasi tentang
bisnisnya, membangun jejaring pembayaran (payment gateway) dan menjelaskan detil produk
di laman microblog, blog atau website.
Pertumbuhan UMKM rata‐rata sebesar 2,4% pertahun diharapkan mampu menyelesaikan
problem kemiskinan dan peningkatan derajat kesehatan serta pendidikan keluarga. Dengan
demikian maka pertumbuhan UMKM sejatinya ikut menyumbang percepatan pencapaian
Millennium Development Goals (MDGs) hingga tahun 2015. Kata Kunci : UMKM, MDGs, Social Media, ICT.
Data terakhir dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah pada tahun
2012, jumlah Usaha Mikro (UMi) diperkiraan sebanyak 55.856.176 unit, Usaha Kecil (UK)
sebanyak 629.418 Unit dan Usaha Menengah (UM) sebanyak 48.997 unit dengan total serapan
tenaga kerja sebanyak 108juta orang. Jumlah tersebut amat menggembirakan karena
pertumbuhannya mencapai 18% di banding pada tahun 2005.[1]
Ditilik dari kontribusi terhadap PDB menurut data 2012 ternyata UMKM menyumbang
Rp.4.869.568M dibanding dengan Usaha Besar (UB) yang hanya sebesar Rp. 3.372.296M. Hal ini
seharusnya menjadi keyakinan kita bahwa UMKM perlu dikembangtumbuhkan jenis dan skala
usahanya. Ketangguhan para pengusaha UMKM dalam menjalankan roda usahanya perlu diberi
perhatian kita semua, agar para pengusaha UMKM dapat meningkat derajat usahanya bahkan
terus diupayakan agar terjadi pergeseran dari Usaha Mikro menjadi skala Usaha Kecil dan dari
Usaha Kecil ke skala Usaha Menengah.
Gambar – 1. Hubungan UMKM, Kesejahteraan dan ICT dalam perspektif MDGs
Indonesia sebagai salah satu peserta Deklarasi Milenium di bulan September tahun
2000 telah berusaha menyelenggarakan proses pembangunan untuk pencapaian target delapan
Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals). Lahirnya MDGs membawa
suasana kegiatan pembangunan manusia menjadi lebih fokus, semarak dan terukur dalam
kerangka penuntasan persoalan kemiskinan. Tetapan indikator MDGs bagi Indonesia yang ikut
meratifikasinya adalah suatu komitmen untuk mencapai dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat serta memberi kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat dunia. Peta Jalan
Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia merupakan sebuah upaya
bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk mengarusutamakan MDGs ke dalam
kegiatan pembangunan nasional jangka menengah dan jangka panjang. Adapun delapan tujuan
obyektif MDGs yang dimaksud masing‐masing adalah: (i) menghapuskan kemiskinan yang
ekstrim dan kelaparan; (ii) memenuhi kebutuhan pendidikan dasar; (iii) mempromosikan
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (iv) mengurangi angka kematian anak; (v)
meningkatan kualitas kesehatan ibu; (vi) memberantas HIV/AIDS, malaria, dan beragam
penyakit lainnya; (vii) menjamin keberlanjutan lingkungan hidup; dan (viii) mengembangkan
kemitraan global untuk pembangunan.[2]
Tujuan utama dari pencapaian kedelapan obyektif tersebut adalah untuk memperbaiki
kualitas ekonomi dan sosial dari masyarakat miskin yang masih sangat banyak jumlahnya
tersebar di negara‐negara tersebut. Pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin
(penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia
mencapai 28,07 juta orang (11,37 persen), berkurang sebesar 0,52 juta orang dibandingkan
dengan penduduk miskin pada September 2012 yang sebesar 28,59 juta orang (11,66 persen).[3]
Pemberdayaan UMKM sesuai dengan visi dan misi MDGs yang pro rakyat pengentasan
kemiskinan, dan apabila dipadukan dengan program‐program konkrit maka upaya
pemberdayaan UMKM dapat meningkatkan pertumbuhan, menciptakan lapangan kerja,
menanggulangi kemiskinan dan pemeliharaan lingkungan, yang ujungnya adalah meningkatkan
kesejahteraan rakyat. UMKM butuh dukungan dari berbagai kalangan, baik dar kalangan Badan
Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah maupun swasta diharapkan ikut menyokong
kapasitas UMKM. Kemajuan usaha UMKM diharapkan terus tumbuhkembang dan pada
gilirannya akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan pengusaha dan keluarganya dan
hal ini berarti proses pengentasan kemiskinan (MDG‐1) dapat terjadi (Gambar‐1). Apabila
terjadi peningkatan pendapatan usaha UMKM, pengaruh terhadap peningkatan derajat
pendidikan anggota keluarga (MDG‐2) dan derajat kesehatan keluarga (MDG‐4, 5 dan 6)
diharapkan terjadi. Peran pengusaha UMKM dengan adanya sinergitas dan kemitraan usaha
dengan UB sebenarnya amat diuntungkan kondisinya saat ini. Beberapa BUMN dan perusahaan
swasta sedang giat menyelenggarakan program CSR dalam berbagai bentuk seperti Bina
Lingkungan. MDG‐7 mengisyaratkan perlunya ketersediaan air bersih bagi keluarga miskin,
demikian juga pemerintah daerah sedang banyak program sanitasi. Jika saja pihak pemerintah
mau memberi peluang kepada pengusaha UMKM sejatinya program MDG‐7 dapat
diselenggarakan bersama. Terutama pengadaan barang‐barang yang dapat diproduksi dalam
skala UMKM. Terkait dengan pengembangan UMKM, beberapa jenis usaha terkait dengan
produk ekspor tentu butuh pengembangan usaha berskala global. MDG‐8 membuka peluang
untuk UMKM dapat melakukan upaya usaha berskala global dalam pengertian target
pencapaian MDG‐8 dapat berbentuk kemitraan global. Pemerintah melalui kementerian terkait
sudah membuka jalan yang memungkinkan produk UMKM dapat menembus pasar global. Bagi
pengusaha UMKM yang ingin memanfaatkan teknologi komunikasi dan teknologi informasi
segera memulai di saat momentum pertumbuhan pengguna telepon selular (ponsel) tinggi.
Kepemilikan telpon selular (ponsel) di Indonesia diperkirakan ikut mendongkrak
penggunaan internet melalui fitur ponsel. Penelitian lembaga riset media sosial Semiocast
berpusat di Paris, Prancis mencatat jumlah pemilik akun Twitter di Indonesia terbesar kelima di dunia atau sekitar 19,5 juta akun. Ke depan diharapkan penggunaan ponsel Indonesia tidak
hanya komunikasi bicara saja, tetapi juga bagi kepentingan peningkatan usaha para pelaku
UMKM. Banyak kisah sukses para pengusaha UMKM dengan memanfaatkan teknologi ponsel
dan media sosial seperti Twitter. Di Jawa Barat misalnya, ada pengusaha muda yang di awaki
oleh Dimas Ginanjar Merdeka berusaha menjaring pasar anak muda melalui jejaring media
sosial. Akun @maicih dengan follower 40.506 telah menyatu dalam image produk kripik pedas
Dari Jakarta ada juga pengusaha wanita Fahira Fahmi Idris yang membuka florist,
parcel dan baloon dengan menggunakan website www.nabila.co.id yang buka 24 jam. Hal
tersebut merupakan sedikit contoh pengusaha UMKM yang saat ini menyadari peran dari ICT
dalam menumbuhkan usaha. Coba saja lihat website www.umkm‐soloraya.com yang mampu
menghimpun berbagai jenis UMKM di kota Solo dan kota sekitarnya atau disingkat menjadi Subosuka Wonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri dan Klaten) )dengan sajian database pelaku UMKM yang dapat diakses langsung ke jantung bisnisnya. Hal ini sudah barangtentu akan semakin mempercepat proses pemasaran yang semula hanya mengandalkan kanal‐kanal transaksi biasa, sekarang telah bersentuhan dengan perangkat transaksi elektronik. Di kawasan Laweyan Solo, bentuk‐ bentuk transaksi pembayaran dengan menggunanakan kartu kredit atau debit bukan hal yang asing, meski toko batik ada di “kampung”. Seperti hasil riset yang dilakukan oleh pakar social media Nielsen,
bahwa empat puluh delapan persen dari konsumen menanggapi tawaran barang‐barang yang
ditawarkan melalui Twitter atau Facebook.[5] Hal ini memberi semangat dan keyakinan pelak usaha
UMKM bahwa UMKM mampu memberi solusi kesejahteraan bagi sebagian besar penduduk Indonesia,
utamanya bagi 28 juta penduduk miskin Indonesia. Pelaku UMKM yang jumlahnya begitu banyak
dan sebagian besar dilakukan oleh pengusaha muda, sudah pasti banyak menggunakan
perangkat ponsel dalam kehidupan sehari‐harinya sebagai kanal‐kanal baru dalam
pertumbuhan usahanya. Salah satu kanal baru tersebut adalah pemanfaatan ICT, khususnya
pemanfaatan social media yang marak belakangan ini. Smart business menjadi “gairah” baru
pengusaha muda yang telah berhasil tumbuh berkat kemampuannya dalam memanfaatkan
social media untuk cepat memberi informasi tentang bisnisnya, membangun jejaring
Kesimpulan
1. Pertumbuhan jumlah follower akun Twitter yang mau mengenal produk UMKM sebanding dengan
jumlah atau frekuensi penyampaian informasi (tweets) produk baik kualitas dan kuantitasnya dalam keterbatasan 140 karakter. Oleh sebab itu perlu ada website dimana pembeli mengenal lebih dalam lagi informasi produk UMKM yang ditawarkan. Twitter hanya sebagai alat untuk pembeli segera meng‐click ke website.
2. Perlu peningkatan jumlah informasi produk UMKM yang di broadcast ke jejaring pengguna akun Twitter, sehingga kandungan informasi produk UMKM lama kelamaan tercukupi, khusus yang memerlukan pengiriman barang (produk UMKM) secara cepat.
3. Perlu peningkatan pengetahuan dan wawasan penjual dan pembeli, terkait dengan produk UMKM yang ditawarkan. Sehingga diharapkan terjadi peningkatan produktivitas pengusaha UMKM yang
ditandai dengan peningkatan keuntungan usaha. Jika pengusaha UMKM berada pada kondisi
sejahtera kehidupannya, maka akan terjadi peningkatan capaian pengurangan angka kemiskinan seperti yang tertuang dalam target MDGs‐1. Harapannya ini menjadi titik awal bagi pencapaian
MDGs lainnya dalam perspektif pengusaha UMKM yang memiliki kontribusi besar terhadap
perekonomian Indonesia.
Daftar Pustaka
1. _______,2013, www.depkop.go.id, diakses pada tanggal 25 Juni 2013
2. _______,2013, www.mdgsindonesia.org, diakses pada tanggal 25 Juni 2013
3. BPS, 2013, www.bps.go.id, Berita Statistik 1 Juli 2013
4. _______,2013, www.twitter.com/maicih, diakses pada tanggal 2 Juli 2013
5. _______,2013, http://cn.nielsen.com/documents/Nielsen‐Social‐Media‐
Report_FINAL_090911.pdf, diakses pada tanggal 2 Juli 2013