PRAKTIK
LESSON STUDY
DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER PADA
MATAKULIAH ZHI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FKIP-UMSURABAYA TAHUN 2013
Oleh:Wiwi Wikanta, Kamaliyah R., Suwasis Hadi, Djoko Mulyono, Peni Suharti, Ruspeni Daesusi, dan Yuni Gayatri Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UMSurabaya
E-mail: wi2umsby@yahoo.co.id.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hasil praktik LS dalam meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis karakter pada Mata Kuliah Zoologi Hewan Invertebrata Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surabaya Semester Genap tahun 2012/2013. Praktik LS dilakukan dalam 4 siklus dengan tahapan pada setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan pengamatan serta refleksi (see). Hasil praktik LS menujukkan: (1) Tim Dosen KBK berhasil mengidentifikasi beberapa permasalahan pembelajaran MK ZHI, di antaranya: permasalahan padangan terhadap isi materi, metode pembelajaran, bahan ajar, isntrumen penilaian, dan aktivitas mahasiswa;(2) mahasiswa telah melakukan pembelajaran dengan berbagai aktivitas yang mencerminkan kepada pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan karakter; (3) ketuntasan belajar mahasiswa mencapai 75%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa praktik LS dapat meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis karakter pada Mata Kuliah Zoologi Hewan Invertebrata Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surabaya Semester Genap tahun 2012/2013. Kata kunci: lesson study, kualitas pembelajaran, karakter, matakuliah ZHI.
PENDAHULUAN
Kesan Biologi sebagai Mata Pelajaran hafalan di sekolah, yang selama ini berkembang di lingkungan sekolah Indonesia, tidak dapat dipungkiri. Hal ini dapat dimaklumi bahwa biologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam (IPA), yang secara khusus mempelajari tentang makhluk hidup dan kehidupannya, penuh dengan fakta, konsep, definisi, dan istilah-istilah latin. Kesan ini, lebih diperparah lagi oleh kebiasaan guru atau dosen dalam pembelajaran biologi yang hanya menggunakan metode ceramah. Dimana, siswa tidak diajak melakukan eksplorasi fenomena alam melalui praktikum, sehingga siswa hanya menghafal fakta-fakta (Hendayana, 2010).
IPA harus didasarkan pada bukti nyata hasil penemuan-penemuan tentang alam (Hempel, 2004). Sains tidak sekedar suatu kumpulan fakta atau kumpulan jawaban tentang pertanyaan, namun lebih merupakan suatu proses melalukan dialog berkelanjutan dengan lingkungan fisik sekitarnya (Rustaman, 2011).
Kesan keliru terhadap biologi ini tidak akan berubah sepanjang, guru atau dosen tidak melakukan perubahan dalam proses pembelajaran biologi. Guru atau dosen harus mengajak siswa/mahasiswa mempelajari biologi dengan berbagai model, pendekatan dan metode yang lebih kepada mengajak siswa/mahasiswa mengembangkan keterampilan berpikirnya, seperti melalui penggunaan metode ilmiah, kegiatan praktikum, pendekatan keterampilan proses, pelaksanaan eksperimen, ikuiri, dan pendekatan yang lainnya, termasuk pendekatn konsep (Rustaman, 2011).
Pembelajaran biologi memalui penggunaan metode ilmiah (scientific method), akan memfasilitasi pencapaian beberapa kompetensi pada siswa atau mahasiswa. Selain pengetahuan ilmiah (sicientific knowledge) sebagai produk ilmu (products of science) yang meliputi: fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum; pencarian dan pengembangan IPA juga akan memberikan sejumlah keterampilan lain yang tidak kalah pentingnya. IPA mempraktikkan proses ilmiah (sicientific processes) dan sikap ilmiah (scienctific attitude) dalam mencari pengetahuan baru dan mengembangkan pengetahuan yang sudah ada. Dari kedua praktik ini, IPA akan memberikan dua aspek kompetesi lain, yaitu keterampilan (psikomotorik) dan sikap (afektif).
Menurut Carin (1993) dan Semiawan, dkk. (1989) bahwa sejumlah keterampilan dan sikap ilmiah akan diperoleh dari proses IPA atau inquiry skill. Inkuiri dalam pembelajaran sains dapat berperan sebagai metode, pendekatan, model pembelajaran dan sebagai “tool” untuk mengembangkan kepribadian dengan nilai-nilai dan sikap ilmiah di dalamnya (Rustaman, 2011). Dengan demikian, kompetesi yang diperoleh dari hasil pembelajaran IPA/biologi dengan inkuiri, secara tidak langsung akan membetuk karakter peserta didik (siswa/mahasiswa).
profesional. Guru/dosen jarang mengevaluasi kelebihan dan kekurangan apa yang terjadi dalam proses pembelajarannya. Selain itu, guru/dosen bekerja secara individu, sehingga hampir tidak ada koreksi dan masukan dari orang lain tentang pembelajaran yang dilakukannya. Guru atau dosen dengan bekerja sorang diri memiliki keterbatasan, baik tenaga, pikiran, biaya, maupun waktu. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pembelajaran harus dilakukan dengan melibatkan banyak pihak dan berkelanjutan.
Lesson study merupakan salah satu pendekatan pembinaan profesionalisme guru atau dosen, yang sedang dikembangkan di Indoensia (Susilo, 2009). Lesson study dikembangkan di Indoensia dalam upaya memperbaiki pola pembinaan guru yang selama ini dilakukan melalui “pendidikan dan pelatihan guru MGMP”. Menurut Hendayana (2010) pendidikan dan pelatihan guru MGMP masih banyak kelemahan.
Lesson study dipandang dapat menjadi alternatif sistem pendidikan dan pelatihan guru-guru di Indonesia, karena beberapa alasan sebagai berikut: (1) Lesson study dapat meningkatkan keprofesionalan guru, karena dengan LS guru melakukan: pengkajian kurikulum, merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan metode pembelajaran yang sesuai, dan menentukan media. Selain itu, guru melakukan penelitian/pengkajian terhadap proses pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran, serta menganalisis dan melakukan refleksi; (2) Lesson study dapat meningkatkan mutu pembelajaran di kelas, karena guru mengembangkan LS berdasarkan “sharing” dan berkolaborasi dengan guru lain, melakukan penelitian dengan mengkaji pembelajaran, mendasarkan pada kelas nyata, dan memfokuskan pada belajar siswa (Lewis (2002) dalam Syamsuri dan Ibrohim (2011).
Praktik LS di perguruan tinggi (PT) merupakan perluasan proyek pembinaan profesionalisme guru di sekolah. Karakteristik proses pembelajaran yang dilakukan dosen di PT tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan guru di sekolah. Pada umumnya, dosen melakukan tugas mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran dilakukan secara individual. Dengan demikian, proses pembelajaran yang selama ini dilakukan belum memberikan hasil yang maksimal.
(Rustaman, 2013). Hamzah, dkk. (2012) mengemukakan bahwa proses pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain: (1) perilaku pembelajaran guru (teacher educator's behavior), (2) perilaku dan dampak belajar pada siswa (student behavior), (3) iklim pembelajaran (learning climate), (4) materi pembelajaran, (5) media pembelajaran, dan (6) sistem pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, peningkatan kualitas pembelajaran di PT perlu menerapkan prinsip-prinsip LS. Dalam hal ini, penulis ingin melakukan praktik LS pada pembelajaran mata kuliah Zoologi Hewan Invertebrata (ZHI). Permasalahan yang akan dikaji, di antaranya: (1) apakah praktik LS dapat mengindentifikasi permasalahan belajar mahasiswa dan solusi pemecahannya dalam proses pembelajaran?; (2) apakah praktik LS dapat meningkatkan kualitas pembelajaran?
Tujuan penulisan artikel ini adalah ingin mengungkapkan hasil praktik LS pada pembelajaran ZHI berbasis karakter di Prodi Pendidikan Biologi FKIP UMSurabaya.
METODE PENELITIAN 1. Subjek
Penelitian praktik LS ini dilakukan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Angkatan Tahun 2012/2013. Mahsiswa ini sedang menempuh matakuliah Zoologi Hewan Invertebrata dengan bobot studi 3 sks pada semester ke-2 Tahun Akademik 2012/2013. Jumlah mahasiswa sebanyak 28 mahasiswa terdiri atas 6 mahasiswa laki-laki dan 22 perempuan.
2. Rancangan
Gambar 1. Rancangan Penelitian Model Lesson Study
3. Prosedur Penelitian
a. Tahap Perencanaan (Plan)
Pada tahap plan dilakukan hal-hal sebagai berikut: (1) mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi mahasiswa biologi; (2) menentukan dosen model; (3) menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi: silabus, SAP, bahan ajar, lembar kegiatan mahasiswa (LKM), instrumen penilaian; (4) kuesioner dan intrumen observasi LS; (5) menentukan teknik observasi.
b. Tahap Pelaksanaan (Do)
Pada tahap Do dilakukan hal-hal berikut ini: (1) melaksanakan proses pembelajaran sesuai yang sudah direncanakan; (2) mengobservasi proses pembelajaran yang difokuskan kepada kegiatan atau aktivitas belajar mahasiswa dan pengunaan media dan instrumen penilaian pembelajaran; (3) mendokumentasikan proses pembelajaran.
c. Tahap Pengamatan dan Refleksi (See)
proses pembelajaran; (5) merencanakan proses pembelajaran untuk siklus berikutnya yang lebih baik.
4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Data hasil penelitian dikumpulkan dengan metode observasi dan tes. Ada pun instrumen pengumpulan data adalah lembar observasi dan insterumen penilaian hasil belajar (soal tes tulis).
5. Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis dikategorikan dalam bentuk kualitatif. Ada pun kriteria kategori hasil penelitian mengacu kepada rubrik berikut ini:
1) kualitas pembelajaran berdasarkan perangkat Rubrik Penilaian:
Kriteria Deskriptor
Rumusan Indikator Bahan Ajar (LKM) Instrumen Penilaian
Sangat Baik
Ada kompetensi aspek kognitif dengan porsi tingkat tinggi (C4,C5,C6) lebih banyak (≥ 60%), ada/tidak ada kompetensi psikomotor, dan ada kompetensi afektif
Ada kompetensi aspek kognitif dengan porsi tingkat tinggi sedikit (< 60%), ada/tidak ada
kompetensi psikomotor, dan ada kompetensi afektif
Ada kompetensi aspek kognitif,
tetapi porsi tingkat tinggi sedikit (< 60%), ada/tidak ada kompetensi psikomotor, dan
tidak ada kompetensi afektif
Hanya Hands-on, dan
minds-on Hanya Menilai aspek kompetensi: Kognitif; dan valid
Buruk
Ada kompetensi aspek kognitif dengan porsi tingkat rendah (C1, C2, C3) lebih banyak (≥ 60%), ada/tidak ada kompetensi psikomotor, dan tidak ada afektif
2) kualitas pembelajaran berdasarkan aktivitas mahasiswa Rubrik Penilaian:
Kriteria Deskriptor
Sangat Baik
Mahasiswa melakukan berbagai aktivitas pembelajaran yang meliputi: (1) mendengarkan, (2) telaah pustaka/membaca, (3) mencatat; (4) diskusi, (5) tanya jawab, (6) presentasi, (7) observasi/praktikum
Baik Mahasiswa melakukan berbagai aktivitas pembelajaran yang meliputi: (1) mendengarkan, (2) telaah pustaka/membaca, (3) mencatat; (4) diskusi, (5) tanya jawab.
Cukup Mahasiswa melakukan berbagai aktivitas pembelajaran yang meliputi: (1) mendengarkan, (2) telaah pustaka/membaca, (5) tanya jawab.
Buruk Mahasiswa hanya melakukan berbagai aktivitas pembelajaran yang meliputi: (1) mendengarkan, (2) tanya jawab
3) kualitas pembelajaran berdasarkan ketuntasan hasil belajar Rubrik Penilaian:
Kriteria Deskriptor Sangat
Baik
80 – 100% dari jumlah mahasiswa mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan (≥ 75)
Baik 75 – 79% dari jumlah mahasiswa mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan (≥75)
Cukup 65 – 74% dari jumlah mahasiswa mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan (≥75) Buruk < 64% dari jumlah mahasiswa mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan (≥ 75)
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian
a. Identifikasi Masalah Pembelajaran dan Solusi Pemecahannya
Permasalahan yang dihadapi mahasiswa biologi dalam pembelajaran mata kuliah Zoologi Hewan Invertebrata (MK ZHI) selama ini, berdasarkan hasil Plan
dapat diidentifikasi sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Identifikasi Masalah pembelajaran MK ZHI
No Aspek yang diidentifikasi Hasil Temuan
1 Isi/konten Pembelajaran Guru/dosen dan mahasiswa memandang bahwa MK ZHI merupakan mata kuliah hafalan, karena MK ZHI merupakan mata kuliah yang berisi kumpulan nama dan istilah latin hewan-hewan invertebrata.
2 Metode pembelajaran Ceramah, Tanya jawab dan Praktikum.
Metode praktikum MK ZHI hanya merupakan kegiatan mencocokan (verifikasi) antara fakta, konsep, teori di buku dengan fakta pada obyek.
Berdasarkan Tabel 1 di atas, Tim KBK LS merencakan beberapa solusi sebagai berikut:
1) Memilih model pembelajaran yang menyediakan sarana pengembangan keterampilan berpikir mahasiswa. Pada setiap siklus direncanakan menggunakan model pembelajaran dengan pendekatan CTL, di antaranya: model kooperatif dengan berbagai tipe dan pengajaran/pembelajaran berbasis masalah (PBI). 2) Merumuskan indikator pembelajaran dengan kompetensi pada aspek kognitif
tingkat tinggi, psikomotor, dan afektif.
3) Menyusun lembar kegiatan mahasiswa yang bersifat hands-on, minds-on, daily life, dan local material.
4) Menyusun instrumen penilaian aktivitas dan hasil belajar yang valid dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Hasil analisis rumusan indikator pembelajaran yang harus dicapai mahasiswa dalam perkuliahan ZHI semester genap Tahun Akademik 2012/2013 disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1. Analisis Rumusan Indikator Pembelajaran
Siklu
s Kata Kerja Oeperasional Rumusan Indikator
Kompetensi Kognitif
Tingkat Rendah
Kognitif Tingkat
Tinggi
Psiko-motor Afektif I Kognitif:
Menemukan, membedakan, menghubungkan, membuat laporan,
Afektif/Karakter:
Bekerja sama (K), mengkomunikasikan (P), Kritis dalam menanggapi (K), menunjukkan sikap positif (antusias, ceria, minat) (A)
- 100% Ada Ada
II Kognitif:
Menyebutkan, Membedakan,
Menghubungkan, Menemukan alternatif pemecahan masalah, Membuat gambar,
Afektif/Karakter:
Bekerja sama (K), mengkomunikasikan (P), Kritis dalam menanggapi (K), menunjukkan sikap positif (antusias, ceria, minat) (A)
Siklu
s Kata Kerja Oeperasional Rumusan Indikator
Kompetensi
Menyebutkan, Mengklasifikasikan, Menunjukkan bagian-bagian
Afektif/Karakter:
Bekerja sama (K), mengkomunikasikan (P), Kritis dalam menanggapi (K), menunjukkan sikap positif (antusias, ceria, minat) (A)
25% 75% Ada Ada
IV Kognitif:
Membuat daftar, Mengklasifikasikan, Menunjukkan bagian-bagian,
Hasil analisis LKM dalam perkuliahan ZHI semester genap Tahun Akademik 2012/2013 disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Kualitas LKM
No KomponenLKM I Hasil Temuan pada SiklusII III IV
1 Judul Ada Ada Ada Ada
2 Alat dan Bahan Materi Lokal Materi Lokal Materi Lokal Materi Lokal
b. Aktivitas Mahasiswa
Aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran dalam tiga siklus disajian pada Tabel 4.
Tabel 4. Aktivitas Mahasiswa selama Proses Pembelajaran
Siklu s
Aktivitas Mahasiswa
Men-dengarkan
Telaah Pustaka/
membaca Mencatat Diskusi
Tanya
jawab Presentasi
Observasi/ Praktikum
I v v v v v v v
II v v v v v v v
III v v v v v v v
IV v v v v v v v
Berdasarkan Tabel 4, kualitas pembelajaran sudah termasuk kategori sangat baik. Hal ini, ditunjukan dari aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran. Pada umumnya, setiap siklus pembelajaran telah melibatkan mahasiswa dalam berbagai aktivitas yang meliputi 7 aspek aktivitas, yaitu: (1) mendengarkan, (2) telaah pustaka/membaca, (3) diskusi, (4) tanya jawab, (5) presentasi, (6) observasi/praktikum.
c. Ketuntasan Hasil Belajar Mahasiswa
Hasil belajar mahasiswa selama proses pembelajaran disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Ketuntasan Hasil Belajar Mahasiswa
N
o Hasil Belajar I II Siklus III IV
1 Nilai Rata-rata 77,86 87,71 75,18 80,25
2 Ketuntasan (%) 57,14 82.14 67,86 78,57
Artinya, jumlah mahasiswa yang dapat menuntaskan hasil belajar meningkat dari siklus pertama.
2. Pembahasan
Upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah dan perguran tinggi menjadi kewajiban guru dan dosen serta seluruh pihak yang terkait dengan proses pendidikan. Hal ini mengingat bahwa pendidikan adalah suatu sistem (UU No. 20 Tahun 2003 tenang Sisdiknas). Dimana, peningkatan kualitas pendidikan tidak bisa hanya ditentukan oleh satu komponen, tanpa melibatkan komponen lain. Hamzah, dkk. (2012) mengemukakan bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari beberapa indikator, di antaranya: (1) dari perilaku pembelajaran guru (teacher educator's behavior), (2) perilaku dan dampak belajar siswa (student behavior), (3) iklim pembelajaran (learning climate), (4) materi pembelajaran, media pembelajaran, dan (5) sistem pembelajaran.
Praktik LS, yang dalam satu dekade terakhir ini diterapkan di Indonesia, merupakan salah satu model pembinaan profesionalisme dosen yang melibatkan berbagai komponen penyusun sistem pendidikan. Hal ini tercermin dari konsep
Lesson study (LS) yang didefinisikan sebagai model pembinaan (pelatihan) profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (learning community) (Susilo, dkk., 2010).
Hasil penelitian ini, sebagai salah satu praktik LS di PT, menunjukkan bahwa LS memberi dampak positif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran MK ZHI di Prodi Pendidikan Biologi FKIP UMSurabaya. Tim Dosen KBK telah melakukan LS selama 4 (empat) siklus yang meliputi: kegiatan perencanaan (Plan), pelaksanaan (Do), dan mengamati/refleksi (See) yang dilakukan secara kolaboratif.
Pembelajaran Biologi di PT diarahkan untuk mengembangkan keterampilan tingkat tinggi. Tingkatan proses berpikir (dimensi proses kognitif) menurut Aderson, (Eds.). (2001) berdasarkan kompleksitasnya terdiri atas 6 kategori, yaitu: mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan mengkreasi (create). Selain itu, Liliasari (2010) mengemukakan bahwa ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam membelajarkan berpikir di Indonesia, yaitu: (1) karakteristik masyarakat Indonesia kini dan arah perkembangannya di masa mendatang; (2) kemampuan berpikir peserta didik mana perlu dikembangkan; dan (3) metode belajar sains yang baru apakah yang diperlukan untuk meningkatkan keterampilan berpikir tersebut.
Pembelajaran biologi yang dipersiapkan dengan baik akan merubah kesan mata pelajaran biologi sebagai mata pelajaran hafalan. Rustaman (2011) mengemukakan bahwa pembelajaran sains/biologi hendaknya melibatkan penggunaan tangan dan dan alat atau manipulatif (hands-on). Selain itu, pendekatan konsep yang ditekankan terus menerus tidak dimaksudkan dengan memberikan konsep dalam bentuk yang sudah jadi, tetapi rumusan konsep berupa working definition (minds-on) yang memberikan batas kedalaman dan keluasannya, dikamsudkan agar pembelajaran sains di lapangan tidak diberikan dalam bentuk definisi.
Hasil Do menunjukkan bahwa pembelajaran MK ZHI telah memberikan peluang kepada mahasiswa menggunakan seluruh potensi dirinya, baik aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif secara maksimal. Penggunaan beberapa model pembelajaran dengan pendekatan Contectual Teaching and Learning (CTL) akan memberikan kesempatan kepada mahasiswa mengembangkan keterampilan berpikir. Menurut Johnson (2002) CTL dapat memberikan delapan keuntungan pembelajaran berpusat pada siswa, yaitu: membuat situasi menyenangkan, mengerjakan pekerjaan yang signifikan, belajar mandiri (self-regulated), berkolabirasi, berpikir kritis dan kreatif, pembimbingan secara individual, pencapaian standar tinggi, dan penggunaan penilaian autentik.
bervariasi dan LKM yang bersifat hands-on dan minds-on mengajak mahasiswa aktif belajar. Arsyad (2005) mengatakan bahwa agar proses belajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Hasil belajar yang dicapai dengan berbagai variasi kegiatan (dilihat, didengar, dikatakan, dikerjakan) lebih banyak hingga 90%.
Aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran merupakan gambaran beberapa karakter yang akan dimilikinya. Pembelajaran sains/biologi dengan inkuiri, seperti dikemukakan Rustaman (2011), akan menanamkan sejumlah aspek kepribadian dengan nilai-nilai dan sikap di dalamnya. Pembelajaran biologi yang berkualitas harus dapat menanamkan sejumlah karakter baik, yang meliputi “Sembilan Pilar Pendidikan Karakter” seperti dikemukakan oleh Marzano dan Kendall (2008) dalam Rustaman (2011), yaitu:
(1)-Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; (2) tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian; (3) kejujuran/amanah dan arif; (4) Hormat dan santung; (5) dermawan, suka menolong, dan gotong royong/kerja sama; (6) percaya diri, kreatif, dan pekerja keras; (7) kepemimpinan dan keadilan; (8) baik dan rendah hati; (9) toreransi, kedamaian, dan kesatuan.
Selain aktivitas belajar mahasiswa selama proses pembelajaran, indikator kualitas pembelajaran dapat diukur dari hasil belajar mahasiswa yang dapat ditunjukkan dengan nilai ketuntasan belajar mahasiswa. Hasil penelitian ini menjukkan bahwa jumlah mahasiswa yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus ke-4 mencapai lebih dari 75%. Artinya, pembelajaran MK ZHI sudah dapat dikatakan berkualitas baik.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa praktik lesson study dapat dijadikan model dalam mengembangkan profesionalisme dosen dan meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis karakter, khususnya pada Mata Kuliah Zoologi Hewan Invertebrata di Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surabaya Semester Genap tahun 2012/2013.
Dua hal penting saran dalam praktik Lesson Study ini, pertama: praktik LS memerlukan kesadaran yang tinggi dari semua dosen untuk merubah kebiasaan yang menghambat perbaikan. Kedua, praktik LS harus dilakukan secara sungguh-sunguh pada setiap tahap siklus, sehingga praktik LS dapat dirasakan dampak atau hasilnya dalam memecahkan permasalah pembelajaran dan atau pendidikan secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. and Krathwohl, D.R. (Eds.). 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman, Inc.
Arsyad, A. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Carin, A.A. 1993. Teaching Modrn Science. 6th ed. New York: Mcmillan Publishing
Company.
Hamzah B, Uno. Koni, Satria. 2012. Assesement Pembelajaran: Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hempel, C.G. 2004. Pengantar Filsafat Ilmu Alam. Penerjemah: Cuk Ananta Wijaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hendayana, S. 2010. Perkembangan Lesson Study di Indonesia: Prosepek dan Tantangannya. Dalam Hidayat, dkk. (Eds). Teori, Paradigma, Prinsip, dan
Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. Bandung: FPMIPA
UPI.
Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It’s Here to Stay. California: Crowin Press, Inc.
Liliasari. 2010. Pengembangan Keterampilan Berpikir melalui Pembelajaran Sains Menuju Masa Depan. Dalam Hidayat, dkk. (Eds). Teori, Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. Bandung: FPMIPA UPI.
Rustaman, N.Y. 2011. Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter. Prosiding Seminar Nasional VIII. Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP UNS, 16 Juli 2011.
Susilo, H. 2009. Lesson Study sebagai Pilihan Sarana Peningkatan Kualitas
Pembelajaran dan Penyiapan Calon Guru MIPA di LPTK. Makalah disajikan
dalam Workshop Lesson Study bagi Dosen FMIPA UM tanggal 19-20 Februari 2009. FMIPA UM Malang.
Semiawan, C., Tangyong, A.F., Belen, S., Matahelemual, Y., dan Suseloardjo, W. 1989. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.