• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pendidikan Lingkungan (1) docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Pendidikan Lingkungan (1) docx"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENDIDIKAN LINGKUNGAN

“PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT KRITIS

DENGAN PENANAMAN TANAMAN JELUTUNG (

Dyera sp)

DISUSUN OLEH

INDRIANI

1405113793

DOSEN PENGAMPU : Drs.NURSAL, M.Si

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

(2)

1. PENDAHULUAN

Istilah lahan digunakan berkenaan dengan permukaan bumi beserta segenap karakteristik-karakteristik yang ada padanya dan penting bagi perikehidupan manusia (Christian dan Stewart, 1968). Lahan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang tersusun atas (i) komponen struktural yang sering disebut karakteristik lahan, dan (ii) komponen fungsional yang sering disebut kualitas lahan. Kualitas lahan ini pada hakekatnya merupakan sekelompok unsur-unsur lahan (complex attributes) yang menentukan tingkat kemampuan dan kesesuaian lahan (FAO, 1976).

Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk mendorong alih fungsi lahan gambut menjadi lahan pertanian dalam rangka mendukung ketahanan pangan,memenuhi bahan baku industri kertas,memenuhi kebutuhan areal perkebunan serta dalam rangka pengembangan bioenergi.

2. KONDISI LAHAN GAMBUT DI RIAU

Lahan gambut di Indonesia seluas 20 juta hektar atau menduduki urutan ke empat dalam katagori lahan gambut terluas di dunia setelah Kanada, Uni Soviet dan Amerika. Lahan gambut tersebut sebagian besar terdapat di empat Pulau besar yaitu Sumatera 35%, Kalimantan 32%, Sulawesi 3% dan Papua 30% (Wibowo dan Suyatno, 1998). Penyebaran lahan gambut di Sumatera, khususnya terdapat di dataran rendah sepanjang pantai timur dengan luas 7,2 juta hektar. Riau, merupakan provinsi dengan lahan gambut terluas di Pulau Sumatera yaitu ± 4,04 juta Ha atau 56,1% dari luas total lahan gambut di Sumatera (Wahyunto et.al., 2003).

Riau mempunyai lapisan gambut terdalam di dunia, yaitu mencapai 16 meter terutama di wilayah Kuala Kampar (Anonimous, 2006). Lahan gambut merupakan suatu ekosistem yang unik dan rapuh, karena lahan ini berada dalam suatu lingkungan rawa. Pembukaan lahan gambut melalui penebangan hutan (land clearing) dan drainase

yang tidak hati-hati akan menyebabkan penurunan permukaan (subsiden) permukaan yang cepat, pengeringan yang tak dapat balik (irreversible drying), dan mudah terbakar.

Potensi gambut yang sangat besar di wilayah ini perlu dikelola secara arif sehingga dapat memberikan nilai tambah tanpa merusak fungsi alami lahan gambut itu sendiri. Pengelolaan gambut yang menyelaraskan antara fungsi ekonomi dan fungsi ekologi akan memberikan dampak positif dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan.

(3)

parah lagi maka diperlukan suatu upaya sesegara mungkin untuk memperbaiki kondisi tersebut dengan melibatkan para pihak.

Salah satu pihak yang dianggap memiliki keterkaitan secara langsung dengan pengelolaan lahan gambut ini, adalah masyarakat. Keterlibatan masyarakat untuk mengurangi tingkat ancaman dan kerusakan pada lahan gambut menjadi sangat besar mengingat bahwa adanya interaksi dengan pola pemanfaatan dan laju kerusakan. Hal yang sangat penting dan dapat dilakukan oleh masyarakat adalah bagaimana mengarahkan masyarakat dalam mengelola lahan gambut untuk kepentingan pemanfaatan dengan pola budaya tradisionil (kearifan lokal) yang memadukan antara pengembangan teknologi budidaya dan nilai budaya bertani.

3. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT

Pemanfaatan lahan gambut secara bijaksana dan berkelanjutan merupakan upaya untuk tetap mempertahankan potensi kekayaan alami ekosistem, Serta memanfaatkanya secara berkelanjutan agar dapat diperoleh manfaat tidak hanya untuk masa kini namun juga pada masa mendatang.. Pengalaman menunjukkan bahwa pengelolaan lahan gambut yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, khususnya masyarakat lokal akan lebih memberikan kepastian keberlanjutan pengelolaan dibandingkan dengan kegiatan serupa yang dilakukan tanpa peran masyarakat lokal.

Melibatkan masyarakat melalui pola program pemberdayaan harus juga disesuaikan dengan dengan kondisi masyarakat setempat dan menghargai pemanfaatan secara tradisional. Dalam kasus terjadi kerusakan yang sangat drastis pada lahan gambut maka pemberdayaan masyarakat yang memungkinkan dan memiliki peluang untuk dikembangkan adalah mengajak masyarakat kembali kepada pola tradisionil yaitu melakukan usaha penanaman kembali jenis-jenis tanaman yang sudah sangat familiar bagi masyarakat Riau dan disesuaikan dengan kondisi setempat serta arah kebijakan pembangunan khususnya pada bidang perkebunan dan atau pertanian.

Untuk saat ini sektor perkebunan menjadi salah satu program yang mendapat perhatian utama, ini dapat dilihat dengan begitu banyak dan luasnya pencadangan kawasan untuk kepentingan perkebunan dan komoditi andalan yang menjadi prioritas adalah pada jenis sawit, karet dan jelutung (Dyera sp).Pemberdayaan masyarakat dalam mengelola lahan gambut untuk pengembangan sektor perkebunan terutama untuk jenis jelutung (Dyera sp)

pada lahan gambut sangat perlu untuk dicermati, karena disamping untuk melakukan upaya rehabilitasi kembali kawasan-kawasan yang telah rusak juga diharapkan akan berdampak pada penurunan terhadap ancaman bahaya kebakaran hutan dan lahan.

(4)

4. POTRET DAN PROSPEK PASAR TANAMAN JELUTUNG (Dyera sp)

Jelutung (Dyera sp) merupakan jenis pohon hutan yang termasuk dalam family Apocinaceae. Salah satu species dalam family ini adalah Dyera polyphylla yang tumbuh di hutan rawa gambut atau daerah tergenang. Pohon ini merupakan tanaman asli dari Asia Tenggara yang tersebar di Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Philipina. Di Indonesia tersebar di Sumatera dan Kalimantan yang meliputi Jambi, Riau, Sumatra Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Di Sumatera jelutung (Dyera sp)dikenal dengan nama labuwai/Melabuwai, sedangkan di Kalimantan dikenal dengan nama pantung..

Pohon jelutung (Dyera sp) berbentuk silindris, tingginya bias mencapai 25-45 m, dan diameternya bisa mencapai 100 cm. Kulitnya rata, berwarna abu-abu kehitam-hitaman, dan bertekstur kasar. Cabangnya tumbuh pada batang pohon setiap 3-15 m. Bentuk daunnya memanjang, pada bagian ujungnya melebar dan membentuk rokset. Sebanyak 4-8 helai daun tunggal itu duduk melingkar pada ranting. Jelutung berbunga dua kali setahun. Bunga malainya berwarna putih, dan buahnya berbentuk polong. Apabila sudah matang, buahnya pecah untuk menyebarkan biji-bijinya yang berukuran kecil dan bersayap ke tempat di sekitarnya.

Manfaat jelutung (Dyera sp) diantaranya :

a) Getah

Pohon jelutung menghasilkan getah berwarna putih. Penyadapan getah jelutung dilakukan padas pohon jelutung yang berdiameter lebih-kurang 20 cm. Sekali penyadapan menghasilkan getah jelutung 0,1-0,6 kg/pohon. Setahun penyadapan getah jelutung bisa dilakukan 40 kali. Sebagai gambaran, dengan asumsi harga getah jelutung dipasaran sebesar Rp 3.000,-/kg, dengan jumlah pohon 200 pohon/ha, maka nilai ekonomis getah jelutung per hektar Rp 2.400.000,- - Rp 13.440.000,-.

b) Kayu

Setelah pohon jelutung tidak lagi menghasilkan getahnya, pohonnya bisa ditebang untuk dimanfaatkan kayunya. Kayu jelutung dapat digunakan untuk bahan: cetakan bangunan, meja gambar, kelom, ukiran, sepasiter baterai, kayu lapis dan pensil.

Menurut perencanaan pembangunan hutan rakyat, pertumbuhan diameter pohon jelutung rata-rata 1,58 cm/tahun, dan dengan umur masak tebangnya 35 tahun, maka rata-rata diameter pohonnya lebih besar 50 cm. Dengan asumsi rata-rata tinggi pohon bebas cabang 15 m, volume rata-rata 2,94 m3, jumlah pohon 200/ha, dan harga kayu di pasaran Rp. 200.000,-/m3, maka nilai kayu jelutung per ha Rp.

117.600.000,-c) Peluang Pasar Getah Jelutung (Dyera sp)

(5)

Nilai ekspor dari tahun 1970 sampai tahun akhir tahun 1980 an nilai ekspor rata-rata tiap tahun berkisar antara 400.000 kg – 800 kg 1) , dengan nilai devisa berkisar US$ 1.60 milyar. Selain itu tanaman jelutung sendiri sampai sekarang belum teridentifikasi luasan kebun yang dikelola, karena masyarakat masih mengambil getah (lateks) dari hutan, dan penanaman jenis ini mulai dilirik oleh Pemerintah, para pihak dan masyarakat sendiri baru memasuki era tahun 2000-an melalui berberapa program yang dikembangkan oleh Departemen Kehutanan seperti program DAK-DR atau pun GERHAN.

4. POTENSI PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT KRITIS DENGAN PENANAMAN Dyera sp

Sebagai upaya untuk mengurangi tingkat ancaman kebakaran hutan dan lahan dengan pola pengelolaan dan pengembangan tanaman jelutung (Dyera sp). Merupakan upaya untuk merehabilitasi kembali lahan-lahan gambut yang kritis dengan menanam jenis-jenis tanaman lokal yang sudah familiar dengan petani dan masyarakat Riau. Dan juga sebagai wadah bagi peningkatan kapasitas petani/masyarakat dalam bertukar informasi dan pengalaman dengan para pihak.

Penanaman Jelutung (Dyera sp) merupakan salah satu upaya untuk memanfaatkan lahan kritis kearah pemanfaatan lahan budidaya perkebunan dengan pola tanpa bakar.Penanaman Jelutung (Dyera sp) pada lahan kritis dengan melibatkan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk menekan ancaman terhadap bahaya kebakaran yang sering terjadi pada lahan-lahan gambut.

Dalam pengambilan bibit anakan yang berasal dari alam, maka beberapa hal harus dipersiapkan untuk mengantisiapsi atau mengurangi tingkat kematian bibit. Antara lain (a) pola pengambilan bibit haru dilakukan dengan memperhatikan musim, yaitu sangat baik pada musim penghujan; (b) tempat penangan bibit di sekitar kebun selama masa adaptasi harus dipersiapkan secara maksimal (c) untuk bibit jelutung sebaiknya dipilih yang berukuran tinggi antara 30-45 cm karena dianggap cukup memiliki daya adaptasi dan daya tahan yang tinggi baik ketika setelah pencabutan maupun ketika proses fisiologi pertumbuhan lainnya.

Untuk menciptakan ruang tumbuh yang baik bagi tanaman setelah penanaman, maka disekitar pernaman harus sering dilakukan penggemburan, dan pada saat penanaman bibit maka tanah sekitar perakaran jangan dipadatkan sehingga tercipta ruang tumbuh dan aerase udara yang cukup bagi pertumbuhan sistem perakaran. Selain itu untuk mengurangi tingkat kompetisi atas unusr hara, maka sebaiknya sekitar pertanaman dapat dilakukan pembersihan lahan sekitar 3 bulan sekali disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.

5. PENUTUP

(6)

ekonomi dan fungsi ekologi akan memberikan dampak positif dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Christian CS, Stewart GA, (1968) Methodology of integrated surveys. Proc. Toulouse Conf. UNESCO. Paris.

Fahmuddin Agus, I.G. Made Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor

Hamzah, Umur. 2003. Prospek Pemanfaatan Lahan Kering Dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana/S3. IPB.

Handoko Widagdo. 2010. Jelutung si Pohon Permen Karet. http://baltyra.com/2010/02/11/ jelutung -si-pohon-permen-karet/. Diakses 25 Mei 2015

Machfudz. 2001. Peningkatan Produktivitas Lahan Kritis Untuk Pemenuhan Pangan Melalui Usahatani Konservasi. Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana/S3. IPB. Muh. Sofiyuddin, Janudianto. 2013. Jalan Panjang Domestikasi dan Agroforestasi Jelutung

(Dyera sp). http://kiprahagroforestri.blogspot.com/2013/08/jalan-panjang-domestikasi-dan.html. Diakses 25 Mei 2015

Pusat Informasi Kehutanan Provinsi Jambi. Jelutung. http://infokehutanan.jambiprov.go.id/?v =pr&id=85. Diakses 25 Mei 2015

Wahyunto, S. Ritung, and H. Subagjo. 2003. Map of Peatland Distribution Area and Carbon Content in Sumatra. Wetland International- Indonesia Program and Wildlife Habitat Canada (WHC).

Wibowo, P. dan N. Suyatno.1998. An Overview of Indonesian Wetlands Sites – II. Wetlands International – Indonesia Programme (WI-IP)

Referensi

Dokumen terkait

Dan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, perilaku yang dimunculkan akan berbeda dalam menghadapi sesuatu, untuk melakukan kebutuhan secara riligius membutuhkan niat

Nilai koefisien jalur kualitas produk terhadap kepuasan pelanggan adalah 0,443 dengan signifikansi 0,000 yang berarti hepotesis 2 yang menyatakan kualitas produk

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan acuan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia terutama dalam meningkatkan kinerja karyawan dalam

Universitas Negeri Semarang. Permasalahan tentang perlindungan hak merek pada masyarakat Kota Semarang merupakan permasalahan yang penting bagi para pengusaha baik

Menurut Henry Pratt Fairchild (Kartini Kartono, 1988: 33-34) pemimpin merupakan seorang yang memimpin dengan jalan memprakasai tingkah laku sosial dengan

: memahami dan menjelaskan keterkaitan antara unsusr- unsur kebudayaan universal (C. Kluckhohn) dengan tiga wujud kebudayaan (Koentjoraningrat) yang meliputi :..

PT Kumboro merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa penyiaran radio, PPh Pasal 23 dipotong oleh pihak klien atas jasa yang telah dikerjakan antara

Analisis perbandingan penulis gunakan untuk membandingkan kinerja keuangan BUMDes di Kabupaten Rokan Hulu tahun 2014 sesuai dengan hasil perhitungan rasio keuangan dan