• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DIN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

TERINTEGRASI LAYANAN KESEHATAN DAN GIZI DI POSYANDU KABUPATEN GORONTALO

Salma Halidu

Dosen Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Pentingnya pendidikan anak usia dini didasarkan adanya kajian neurology ya ng menyebutka n ba hwa per kemba nga n kecer da sa n a na k ter ja di sa nga t pesa t pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 59% kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika anak berusia 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika berumur 18 tahun. Program pendidikan usia dini kini mulai banyak diselenggarakan oleh masyarakat, tetapi masih ada sebagian masyarakat belum bisa memahami dengan b a ik p en tin g n ya p en d id ika n An a k U si a D in i. Ber b a g a i b e n tu k lemb a g a pendidikan anak mulai bermunculan dengan segala kekhasannya. Hal ini menjadi fenomena yang sangat menarik untuk terus mengembangkan program pendidikan anak usia dini, khususnya di lingkungan masyarakat menengah ke bawah.

I. PENDAHULUAN

Posyandu sebagai salah satu wahana yang sudah ada dan berjalan di masyarakat merupakan suatu kegiatan strategis untuk pembinaan kelangsungan hidup anak dan pembinaan perkembangan anak. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Surat Edaran MENDAGR I dan OTDA (2001 ) tentang pedoman Revitilisasi Posyandu bahwa:

" Posyandu mampu berperan sebagai wadah pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat. Melalui penyelenggaraan Posyandu yang dikelola denga n pr insip da r i, oleh da n untuk ma sya r a ka t, ma ka ha l ini da pa t di a r tika n, ba hwa posya ndu seca r a ter buka da pa t dikelola oleh unsur masyarakat atau kelompok masyarakat yang mempunyai minat dan misi dalam upaya peningkatan sumber daya manusia dini."

Jika kita kaitkan penjelasan di atas dengan konsep PLS dari Philip H. Coombs dan Manzoor Ahmed (1984:10) yang berbunyi "...kegiatan pendidikan terorganisir dan sistematis, yang berlangsung di luar karangka sistem pendidikan normal untuk menyediakan mereka pelajaran tertentu kepada kelompok-kelompok penduduk ter tentu, ba ik golonga n dewa sa ma upun r ema ja". Jelaslah terlihat bahwa posyandu merupakan kegiatan pendidikan luar sekolah, pendidikan yang terjadi di masyarakat, untuk dan oleh masyarakat guna mencapai suatu tujuan tertentu yang sudah direncanakan.

(2)

kegiatan penimbangan, pemberian makanan tambahan menyadarkan dan meningkatkan pemahaman masyarakat, terutama pada orang tua (ibu) yang memiliki anak dini serta memberikan layanan pendidikan kepada anak usia 3-5 tahun selama mengikuti kegiatan posyandu, sehingga keberhasilan paud terintegrasi ini dapat dilihat dari perancangan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan evaluasi kegiatan dan itupun mungkin ada hambatan dalam pelaksanan kegiatan baik internal maupun eksternal.

Kader posyandu adalah masyarakat (orang tua) yang bekerja secara suka rela serta mampu melaksanakan kegiatan usaha perbaikan gizi keluarga dan menggerakkan masyarakat lainnya untuk ikut serta dalam kegiatan usaha perbaikan gizi keluarga. Serta memiliki tugas dan fungsi sebagai perintis dalam kegiatan di masyarakat seperti halnya dalam peningkatan pelayanan anak usia dini. Kader PAUD adalah anggota masyarakat yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang bers edia m enj adi pendi dik di Pos P AUD. Dan bersedi a melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam proses pembelajaran PAUD. Kader PAUD biasanya berasal dari kader posyandu.

Menempatkan kader sebagai pembelajar, membawa implikasi bahwa kompotensi kader perlu didekati dalam kapasitasnya sebagai learning fasilitator. Dalam kontek pendidikan luar sekolah kader PAUD berkedudukan sebagai tutor, sedangkan tutor dalam pendidikan formal adalah guru.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu upaya untuk membentuk anak indonesia yang sehat jasmani dan rohani, sebab pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak. Anak yang mendapatkan pembinaan sejak dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik yang akan berdampak pada prestasi belajar, etos kerja, produktivitas. Pada akhirnya anak akan lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

Pembentukan anak yang sehat, cerdas dan ceria dapat diperoleh salah satunya melalui pendidikan dan pembinaan yang dilakukan oleh kader pada kegiatan pos yandu, pada kegiatan PADU pos yandu ini selain melihat perkembangan anak juga membina orang tua khususnya ibu agar memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan agar dapat mendidik dan membina anak dengan baik, dan tentunya untuk menunjang semua ini diperlukan kader-kader Posyandu yang benar-benar handal dalam melaksanakan tugasnya.

Posyandu merupakan salah salah satu wahana yang sudah ada dan berjalan di masyarakat telah melaksanakan kegiatan peningkatan gizi dan pemeliharaan kesehatan bagi anak, dipandang sebagai wahana yang paling tepat yang dapat dijadikan tempat kegiatan pembelajaran anak usia dini. Pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak sejak usia dini, merupakan suatu strategi dalam upaya pemenuhan pelayanan dasar yang meliputi peningkatan derajat kesehatan dan gizi yang baik, lingkungan yang sehat dan aman, pengembangan psikososial, kemampuan berbahasa dan pengembangan kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta) serta perlindungan anak terhadap pengabaian.

(3)

wadah yang paling tepat yang dapat dijadikan tempat kegiatan pembelajaran anak usia dini. Pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak sejak usia dini, merupakan suatu strategi dalam upaya pemenuhan pelayanan dasar yang meliputi peningkatan derajat kesehatan dan gizi yang baik, lingkungan yang sehat dan aman, pengembangan psikososial, kemampuan berbahasa dan pengembangan kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta) serta perlindungan anak terhadap pengabaian.

Keberhasilan program tersebut tidak terlepas dari kualitas yang harus dimiliki oleh kader. Kader adalah wakil dari rakyat yang diharapkan dapat berfungsi sebagai penyuluh, pengembang dan perintis dari hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat salah satunya pendidikan bagi anak usia dini serta mengusahakan untuk mewujudkan kebutuhan tersebut. Kader sebagai komunikator dalam penyampaian pesan harus memilki kredibilitas yang tinggi agar apa yang menjadi pesannya banyak memberikan pengaruh pada perubahan sikap penerima pesan dalam hal ini adalah ibu dan anak usia dini sebagai peserta posyandu.

II. LANDASAN TEORITIS

Posyandu menurut Dirjen Bina Pemberdayaan Masyarakat 2001 dalam revitalisasi Posyandu pada hakikatnya adalah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan dasar peningkatan izi masyarakat, yang secara umum terpuruk sebagai akibat langsung mapupun tidak lansung adanya krisis multi dimensi di Indonesia. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan setiap keluarga dalam memaksimalkan potensi pengembangan kualitas sumber daya manusia, diperlukan suatu revitalisasi posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat yang langsung dapat dimanfaatkan untuk melayani pemenuhan kebutuhan dasar pengembangan kualitas manusia dini, sekaligus merupakan salah satu komponen perwujudan kesejahteraan keluarga.

Dari definisi di atas dapat dipahami bawa posyandu adalah merupakan kegiatan milik masyarakat diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, sedangkan instansi/lembaga terkait hanya memberikan bimbingan teknis dan fasilitas.

Pelayanan posyandu yang diberikan kepada masyarakat pada saat kegiatan posyandu adalah:

(a) Jenis palayanan minimal, meliputi: penimbangan untuk memantau pertumbuhan anak, pemberian makanan pendamping ASI dan vit A dua kali setahun, pemberian PMT untuk anak yang tidak cukup pertumbuhannya, memantau atau melakukan pelayanan imunisasi, memantau kejadian ISPA dan Diare, serta melakukan rujukan bila diperlukan.

(4)

1) Program pengembangan Anak Dini Usia (PADU) yang diintegrasikan dengan program Bina Keluarga Balita (BKB) dan kelompok bermain lainnya.

2) Program Dana Sehat/atau JPKM dan sejenisnya, seperti TABULIN, TAUMAS dan sebagainya.

3) Program penyuluhan penanggulangan penyakit endemis setempat seperti malaria, demam berdarah dengue (DBD), gondok endemic dan lainnya.

4) Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP).

5) Usaha kesehatan Gizi masyarakat Desa (UKGMD). 6) Program iversifikasi Pertanian Tanaman Pangan.

7) Program saran air minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA) dan perbaikan lingkungan pemukiman.

8) Pemanfaatan pekarangan.

9) Kegiatan Ekonomi produktif, seperti usaha simpan pinjam dan lain-lain.

10) Dan kegiatan lainnya seperti: TPA, Pengajian, Taman bermain, Arisan, Peragaan Teknologi tepat guna dan sejenisnya.

(c) Pelayanan Ibu Hamil dan Ibu menyusui

Bagi ibu hamil dan menyusui, pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan baik oleh bidan Desa maupun tenaga kesehatan dari Puskesmas di meja V saat posyandu dibuka, berupa :

1) tambahan bagi ibu hamil yang mengalami KEK, pemberian tablet Ibu hamil, meliputi: Pemeriksaan kehamilan, pemberian makanan tambahan darah, penyuluhan gizi dan kesehatan reproduksi.

2) Bu menyusui, meliputi: Pemberian vit A, pemberian makanan tambahan, pelayanan nifas dan pemberian tablet tambahan darah, penyuluhan tentang pemenuhan gizi selama menyusui, pemberian ASI eksklusif, perawatan nifas dan perawatan nifas bayi baru lahir, pelayanan KB.

Keragaman kondisi atau situasi anak dan ibu diberbagai Daerah di Indonesi menuntut posyandu memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Salah satunya adalah degan pendekatan melalui pemberlakuan pilihan sistem kafetaria (pilihan jenis layanan ) sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran, meskipun secara umum setiap posyandu mampu memberikan pelayanan mulai dari paket minimum sampai paket tambahan.

(5)

balita secara tepat melaui peningkatan kemampuan untuk mengamai adanya tanda-tanda penyimpangan dalam tumbuh kembang anak seperti psikomotorik/kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta), psikososial/emosi, bahasa dan jasmani.

Pengembangan posyandu ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa keberhasilan pembangunan suatu bangsa bergantung kepada keberhasilan pembangunan manusianya. Tantangan pembangunan di masa datang memerlukan peningkatan mutu masa depan yang semakin tangguh. Pengembangan posyandu merupakan suatu startegi untuk pembinaan kelangsungan hidup anak dan pembinaan perkembangan anak. Sedangkan pembinaan anak balita, sebab pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan intelektual, perkembangan emosional, dan perkembangan mental yang pesat. Hal ini diperjelas dalam pengertian posyandu menurut Depkes RI

(1987:13) bahwa “Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan

pelayan kesehatan masyarakat oleh dan untuk msyarakat, yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber manusia sejak dini.”

Jika kita melihat definisi ini dengan konsep PLS dari Philip H. Coombs

dan Manzoor Ahmed (1984:10) yang berbunyi: “...kegiatan pendidikan

terorganisir dan sistematis, yang berlangsung diluar kerangkan sistem pendidikan formal untuk menyediakan aneka pelajaran tertentu kepada kelompok-kelompok penduduk tetentu, baik golongan dewasa maupun remaja.”

Jelaslah terlihat bahwa kegiatan posyandu merupakan kegiatan pendidikan luar sekolah, pendidikan yang terjadi di masyarakat, untuk dan oleh masyarakat guna mencapai suatu tujuan tertentu yang sudah direncanakan.

Lebih jelasnya karakteristik pendidikan luar sekolah dapat dilihat dari empat (4) aspek sebagai berikut:

a. Tujuan

1) Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu yang fungsional dalam kemampuan masa kini dan masa mendatang.

2) Kurang menekankan pentingnya ijazah. b. Waktu

1) Relatif singkat

2) Menekankan masa sekarang

3) Menggunakan waktu tidak terus menerus c. Isi laporan

1) Kurikulum berpusat pada kepentingan-kepentingan peserta didik. 2) Mengutamakan aplikasi

3) Persyratan masuk ditetapkan bersama peseta didik. d. Proses Pembelajaran

1) Dipusatkan di lingkungan masyarakat dan lembaga.

2) Berkaitan dengan kehidupan peserta didik dan masyarakat. 3) Struktur program luwes

4) Berpusat pada peserta didik.

5) Penghematan sumber-sumber yang tersedia.

(6)

a. Pengorganisasian, dalam penyelenggaraan pendidikan luar sekolah diperlukan adanya pengorganisasian yang jelas yang berkaitan dengan penentuan tujuan pendidikan/kegiatan pendidikan, penetuan program belajar yang didasarkan kepada identifikasi kebutuhan dan masalah warga belajar dengan kriteria tertentu, ada penyelenggaraan, ada sumber belajar atau tutor dengan persyaratan tertentu, ada sarana dan dana belajar serta lokasi belajar.

b. Program pendidikan, diperlukan untuk menyesuaikan program belajar dengan kebutuhan, masalah warga belajar dalam mencapai tujuan elajar. Penentuan jadwal dan waktu belajar yang disesuaikan dengan warga belajar. Penentuan metode yang tepat, sarana belajar yang sesuai dengan program belajar, serta penentuan bentuk evaluasi belajar yang tepat.

c. Penyajian materi, dalam penyusunan materi pelajaran dibutuhkan suatu taapan yang jelas, didahulukan materi yang bersifat teoritis ataukah materi pelajaran praktis atau bersamaan yang diistilahkan “belaja sambil bekerja”. Perurutan materi ini tinggi relevansinya dengan kondisi sumber belajar, serta dan berikut sarana yag tersedia dan dapat disediakan, materi yang disusun secara sistematis dapat dijadikan paket belajar, yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan belajar.

Dari analisa tersebut secara konseptual, posyandu mempunyai kesamaan dengan pendidikan luar sekolah, dan dalam penjelasan selanjutnya akan terlihat prinsip karakteristik PLS yang dapat diterapkan pada posyandu. Sebagaimana halnya dengan pendidikan luar sekolah posyandu adalah kegiatan yang terorganisir secara sistematis, yang mempunyai tujuan sebagai berikut:

1) Memelihara dan meningkatkan kesehatan dalam rangka mewujudkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

2) Meningkatkan kegotongroyongan masyarakat

3) Sebagai tempat untuk saling memperoleh dan memberikan berbagai informasi.

Program kegiatan belajar di Posyandu walaupun telah ditentukan oleh pemerintah, tetapi penyusunannya didasarkan kepada kebutuhan sasaran dan masalah yang ada pada sasaran dan lingkungannnya. Pertemuan di Posyandu ditentukan sebulan sekali, diatur berdasarkan kesepakatan antara sasaran, penyelenggara, kader dan fasilitator lain, dengan alasan tidak mengganggu kegiatan sasaran, biasanya setelah selesai kegiatan rumah tangga atau selesai bekerja di kebun/sawah.

(7)

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian analisis-kualitatif. Menurut Nani Tuloli (2010: 3) adalah sejenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Penelitian kualitatif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat dengan tujuan untuk membuat telaah, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran yang lengkap mengenai proses penelitian ini.

Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data yang dibutuhkan adalah : 1. Pengamatan. Pengamatan menurut Lexy (1998: 123) merupakan teknik

pengumpulan data secara langsung dan sangat banyak dipakai di dalam penelitian kualitatif. Alasan-alasan itu dapat dijelaskan dan yang akan dilakukan dalam penelitian ini dalam proses pencarian dan pengumpulan data, di antaranya:

(a) Teknik pengamatan atas pengalaman secara langsung.

(b) Teknik pengamatan juga melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat prilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

(c) Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit, yaitu sebagai alat untuk prilaku yang kompleks.

2. Dokumentasi. Dokumentasi adalah suatu teknik dimana data diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada pada benda-benda tertulis seperti buku-buku, notulensi, peraturan-peraturan, catatatan harian dan sebagainya. Adapun dokumentasi yang dimaksud dalam penyusunan tesis ini adalah:

 Silabus, satuan kegiatan mingguan (SKM), satuan kegiatan harian (SKH), Rangkaian Penilaian.

 Buku- buku yang berhubungan dengan masalah penelitian 3. Wawancara

Pengertian wawancara seperti dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1993:126) sebagai berikut: “Sebuah dialog yang dikemukakan oleh pewawancara (interviwer) untuk memperoleh informasi dari wawancara”. Pelaksanaan wawancara ini dilakukan dengan mengadakan tatap muka secara langsung dengan mengajukan pertanyaan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk memperoleh informasi mengenai masalah yang diteliti.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PENUTUP

(8)

usia subur dan pasangan usia subur. Yang pelaksanaannya dilaksanakan satu bulan sekali.

Balita sebagai salah satu sasaran Posyandu telah mamperoleh pelayanan pengontrolan dan pemantauan pertumbuhan fisik, pengendalian gizi dan juga kesehatan. Dengan potensi tersebut, maka Posyandu dipandang memiliki peluang untuk menjadi salah satu wadah pengembangan anak usia dini melalui perangsangan psikososial (pendidikan).

Hal ini sesuai dengan program layanan PADU menurut Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini bahwa pendidikan anak usia dini dapat terlayani melalui: Penitipan Anak, Kelompok Bermain, Satuan PADU yang sejenisnya seperti PADU terintegrasi Posyandu, PADU terintegrasi BKB, PADU terintegrasi

Majelis Ta’klim dan sejenisnya, dan pemberdayaan peran peran serta masyarakat.

Secara alami anak telah memperoleh berbagai rangsangan yang bersifat pendidikan, baik dari keluarga maupun lingkungannya, tetapi intensitas dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Hal ini diperkuat dalam makalah Fasli Jalal pada seminar nasional Pendidikan Anak Usia Dini tahun 2002, yang menyatakan

bahwa: “Stimulasi psikososial atau pendidikan untuk merangsang pertumbuhan dan

perkembangan anak tidak akan memberikan arti bagi masa depan anak jika derajat kesehatan dan gizi anak tidak menguntungkan. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh begaimana cara orang tua mengasuh dan memberi makan serta menstimulasi anak pada usia dini. Gizi yang tidak seimbang, maupun gizi buruk, serta derajat kesehatan anak yang rendah akan menghambat pertumbuhan otak dan pada gilirannya akan menurunkan kemampuan otak dalam mencatat, menyerap, menyimpan, memproduksi dan merekontruksi informasi.

Berdasarkan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan anak usia dini, dijelaskan bahwa pelayanan pendidikan yang integrative dengan kesehatan dan gizi ternyata memiliki keuntungan multi dimensional baik secara alamiah, moral, ekonomi, pendidikan, sosial, sekaligus peningkatan kualitas bangsa.

Diungkap lebih lanjut, bahwa seiring dengan tuntutan GBHN 1999 akan pentingnya mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu dan menyeluruh. Hal ini perlu pengembangan dalam upaya pembinaan bagi anak dini usia secara integratif dan holistik, mencakup aspek pendidikan pendidikan, kesehatan dan gizi yang dilakukan di lingkungan mereka tinggal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.

Keberadaan posyandu yang terintegrasi dengan PADU di lingkungan masyarakat benar-benar memberikan pengaruh yang cukup besar bagi tumbuh kembang anak, hal ini sesuai dengan tujuan dari diselenggarakannya PADU terintegrasi Posyandu yang meliputi: (1) memberikan lingkungan dan sarana bermain yang sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, (2) memperluas jangkauan layanan pendidikan usia dini, terutama untuk daerah yang belum terjangkau layanan pendidikan usia dini bentuk lain, (3) memperkuat kemampuan keluarga dalam merangsang perkembangan kemampuan anak, (4) mengkondisikan anak agar kesiapan masuk sekolah.

(9)

(sebaya), dengan difasilitasi kader. Orang tua/pengasuh memilihkan jenis alat permainan yang disukai anak atau menggunakan mainan yang dibawa dari rumah. Kegiatan bebas, namun diarahkan untuk meningkatkan kemampuan anak. Untuk usia 2-6 tahun stimulasi dilakukan oleh kader. Mereka dikelompokan berdasarkan usia anak, untuk anak usia 2-3, 3-4 tahun, 4-5 tahun, dan 5-6 tahun. Jika jumlah seluruh anak yang mengikuti kegiatan kurang dari 30 anak dapat dikumpulkan dalam satu ruangan dengan dibimbing 2-3 kader, tetapi jika jumlah lebih dari itu sebaiknya dipecah menjadi kelompok 2-4 tahun dan 4-6 tahun.

Kemampuan yang akan dikembangkan pada kegiatan bermain di Posyandu pada prinsipnya mencakup semua aspek perkembangan anak, antara lain: pengembangan pembentukan perilaku seperti pengembangan nilai-nilai moral dan agama, dan sosial emosi, serta peningkatan kemampun dasar yang mencakup: kemampuan bahasa, kognitif, fisik (motorik halus dan kasar) dan seni.

Selain kegiatan anak di posyandu, di rumah sebaiknya anak tetap diberikan bimbingan dan berbagai rangsangan perkembangan oleh orang tua dan pengasuh. Kegiatan di Posyandu yang hanya dilakukan sebulan sekali tidak ada artinya apabila tidak ditindak lanjuti dengan kegiatan di rumah. Oleh karena itu orang tua harus memahami hal-hal ynag berkenaan dengan anak, seperti: peran keluarga dalam pembentukan karakter dan kualitas anak, tahap-tahap tumbuh kembang anak, cara mendeteksi tumbuh kembang anak secara dan cara bermain dengan anak/mendampingi anak bermain.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahmat. 2011. Excellent Learning. Bandung: MQS Publishing

Arikunto. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jogjakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsini. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. 2005. Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2006. Model Pengembangan Kawasan Satuan PAUD Sejenis/ Lembang

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya hasil ini berarti Kompetensi sumber daya manusia memiliki pengaruh yang cukup kuat dan merupakan faktor yang penting terhadap peningkatan

Adapun faktor pendukung pembentukan karakter anak di Desa Pandes Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten disekitarnya; dukungan dari keluarga dan masyarakat dalam

signifikansi dari komposisi auditor yaitu 0,692 lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa komposisi komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

Berdasarkan uraian di atas, simpulan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan sistem inferensi fuzzy metode Mamdani, bisa diprediksi tingkat kelulusan

Pamerdi Giri Wiloso, M.Si, Phd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Satya Wacana Salatiga, sekaligus dosen pembimbing utama, yang dengan penuh apresiasi dan

Garis-garis yang terdiri atas titik-titik pada grafik contour plot menunjukkan kombinasi dari ketiga komponen dengan jumlah berbeda yang menghasilkan respon rasa

Gadai emas merupakan salah satu produk pembiayaan dari bank syariah, untuk itu gadai emas lebih dikenal sebagai bagian dari produk yang ditawarkan bank syariah, dimana bank

-arakteristik musik tidak bisa terlepas dari unsur&unsur musik yang sangat penting. ang termasuk dalam unsur&unsur musik yaitu ritme, melodi, harmoni, dan ekspresi.