Seminar Nasional Agribisnis Universitas Padjadjaran
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXXX
PERANAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI TERHADAP
PERKEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PERTANIAN
DALAM BIDANG AGRIBISNIS
Brian Guntur, Yesi Hendriani Supartoyo
11
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Jalan Raya Darmaga Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
E-mail: brianguntur.persada911@gmail.comdan E-mail: yesisupartoyo@mail.com
ABSTRAK. Di era modern seperti sekarang ini, banyak sekali perkembangan baik dari sisi teknologi, budaya serta pendidikan. Perkembangan tersebut tentunya bisa menjadi tolok ukur kemajuan suatu bangsa dalam berbagai bidang. Kemajuan tidak mungkin tercapai bila hal yang terkait dengan distribusi informasi dan sebaran tenaga pendidik tidak tersebar secara merata. Oleh karena itu, dengan perkembangan yang pesat maka seharusnya tidak ada lagi ketimpangan informasi. Sumbangsih pemikiran dari dunia pendidikan telah melahirkan modernisasi di segala bidang kehidupan masyarakat dunia saat ini. Berhubungan dengan hal itu,
kehadiran teknologi telah meningkatkan kualitas dan keampuhan pendidikan itu sendiri. Imbas globalisasi
yang merasuki segala lini kehidupan bangsa di seluruh dunia telah melahirkan berbagai pandangan berperspektif baru. Pendidikan di masa depan akan lebih dioptimalkan oleh jaringan informasi yang memungkinkan interaksi dan kolaborasi. Orientasi produktivitas kerja tentunya tidak hanya berfokus pada sisi teknologi saja akan tetapi, jika hal tersebut dikembangkan kearah pertanian maka pertanian Indonesia akan disi oleh orang-orang terbaik khususnya tenaga pendidik yang mau disebar di seluruh Indonesia agar distribusi informasi dan kualitas khususnya di bidang pertanian (agribisnis) akan meningkat. Hal ini di karenakan, seluruh petani di Indonesia di bantu tidak hanya dari sisi pengetahuan dan teknologi tetapi juga di bantu dengan adanya sebaran insan terdidik yang notabene adalah untuk bisa membantu pemerintah dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka, tulisan ini menjadi stimulus untuk bisa meningkatkan dan mendistribusikan tenaga pendidik pertanian secara merata ke seluruh wilayah Indonesia karena tenaga
pendidik dalam sistem agribisnis merupakan supporting dalam keberhasilan suatu komoditas pertanian.
Kata-kata kunci: Agribisnis, Informasi, Pertanian, Sistem, Tenaga Pendidik
ABSTRACT. In the modern era, a lot of progress both in terms of technology, culture and education. The development of course can be a measure of a nation's progress in various fields. Progress can not be achieved if it is related to the distribution of information and the distribution of teachers is not spread evenly. Therefore, with the rapid development then there should be no more discrepancies. That ideas from the world of education has given rise to modernization in all areas of the world. Associated with it, the advent of technology has improved the quality and effectiveness of education itself. The impact of globalization permeate all aspects of life in nations around the world has given rise to various views of the new perspective. Education in the future will be optimized by information network that allows interaction and collaboration. Labor productivity orientation course focuses not only on the technology alone but, if it is developed towards the Indonesian agricultural farm will be filled by the best educators in particular that would spread throughout Indonesia so that the distribution of information and quality particularly in agriculture (agribusiness) will increase. This is because, all the farmers in Indonesia not only in terms of knowledge and technology but also help with the distribution which is actually a well-educated man to be able to assist the government in terms of the intellectual life of the nation. Thus, this paper can be a stimulus to increase agricultural educators and distribute evenly to all parts of Indonesia as educators in the agribusiness system is supporting the success of an agricultural commodity.
Seminar Nasional Agribisnis Universitas Padjadjaran
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXXX
Pendahuluan
Di era modern seperti sekarang ini, banyak sekali perkembangan baik dari sisi teknologi, budaya serta pendidikan. Perkembangan tersebut tentunya bisa menjadi tolok ukur kemajuan suatu bangsa dalam berbagai bidang. Kemajuan tidak mungkin tercapai bila hal yang terkait dengan distribusi informasi dan sebaran tenaga pendidik tidak tersebar secara merata di seluruh Indonesia. Apalagi untuk distribusi informasi ini perkembangannya sangat revolusioner. Oleh karena itu dengan perkembangan yang pesat maka seharusnya tidak ada lagi ketimpangan informasi diseluruh wilayah Indonesia. Terkait revolusi informasi telah mengubah sistem komunikasi dunia dewasa ini, sebaran jaringan informasi yang tersimpan dalam internet membuktikan bahwa kini dunia kian sempit, tidak ada lagi batas-batas geografis yang menghalangi kita untuk berinteraksi dengan dunia global. Akses ke dunia global pun menjadi sangat mudah, efisien, dan fleksibel. Kemudahan itu merupakan salah satu manfaat yang didapatkan dari globalisasi yang melibatkan integrasi di berbagai bidang di antaranya pendidikan dan teknologi. Sumbangsih pemikiran darii dunia pendidikan telah melahirkan modernisasi di segala bidang kehidupan masyarakat dunia saat ini. Berhubungan dengan hal itu, kehadiran teknologi telah meningkatkan kualitas dan keampuhan pendidikan
itu sendiri. sebagaimana empat pilar pendidikan yang di cetuskan oleh UNESCO antara lain learning to know,
learning to do, learning to be, and learning together.
Imbas globalisasi yang merasuki segala lini kehidupan bangsa di seluruh dunia telah melahirkan berbagai pandangan berperspektif baru. Sebagai contoh, apabila pada masa sebelum ini atau era perang dingin, perspektif dunia adalah pemihakan blok yaitu blok barat atau blok timur, maka perspektif dunia pada
era globalisasi adalah integrasi; dan sistem dunia pun dilambangkan dengan World Wide Web (WWW), yang
mudah dijumpai di dalam penulisan alamat situs internet. Arus globalisasi telah memunculkan perspektif baru pendidikan. Strategi pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional kini berubah ke arah pendidikan yang lebih terbuka. Pendidikan di masa depan akan lebih dioptimalkan oleh jaringan informasi yang memungkinkan interaksi dan kolaborasi. Pemanfaatan jaringan informasi sudah terbukti keutamaan serta benefitnya bagi masyarakat. Dengan demikian, masuknya pengaruh globalisasi telah mengubah pendidikan kita sehingga lebih bersifat jejaring, terbuka dan interaktif, beragam, multidisiplin, serta
berorientasi produktivitas kerja just on time dan kompetitif (Wiryana, 2001)
Orientasi produktivitas kerja tentunya tidak hanya berfokus pada sisi teknologi saja akan tetapi, jika hal tersebut dikembangkan kearah pertanian maka pertanian Indonesia akan disi oleh orang-orang terbaik yang mau disebar di seluruh Indonesia agar distribusi informasi dan kualitas khususnya di bidang pertanian khususnya agribisnis akan meningkat. Hal ini di karenakan, seluruh petani di Indonesia di bantu tidak hanya dari sisi pengetahuan dan teknologi tetapi juga di bantu dengan adanya sebaran insan terdidik untuk bisa membantu pemerintah dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa sama seperti amanah UUD 45. Mencerdaskan kehidupan bangsa ini merupakan pembangungan di bidang pendidikan khususnya pendidikan di agribisnis atau pertanian secara luas. Pembangunan Pendidikan Nasional Indonesia mendapat roh baru dalam pelaksanaannya sejak disahkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selaras dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional maka Visi pembangunan pendidikan
nasional adalah “Terwujudnya Manusia Indonesia Yang Cerdas, Produktif dan Berakhlak Mulia“. Beberapa
indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam pembangunan pendidikan nasional :
a. Sistem pendidikan yang efektif dan efisien.
b. Pendidikan Nasional yang merata dan bermutu.
c. Peran serta masyarakat dalam pendidikan, dan lain-lain.
Permasalahan klasik di dunia pendidikan khususnya di agribisnis dan sampai saat ini belum ada langkah-langkah strategis dari pemerintah untuk mengatasinya adalah:
a. Kurangnya Pemerataan kesempatan pendidikan pertanian di Indonesia
Sebagian besar masyarakat merasa hanya memperoleh kesempatan pendidikan masih terbatas apalagi di tingkat sekolah dasar.
b. Rendahnya tingkat relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja dalam hal ini pengembangan
pendidikan pertanian
Hal ini dapat dilihat dari jumlah angka pengangguran yang semakin meningkat di Indonesia, yang kenyataanya tidak hanya dipengaruhi oleh terbatasnya lapangan kerja dan makin sempitnya lahan pertanian. Namun adanya perbedaan yang cukup besar antara hasil pendidikan dan kebutuhan kerja.
c. Rendahnya mutu pendidikan
Seminar Nasional Agribisnis Universitas Padjadjaran
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXXX
Guru dan Kualitas Pendidikan Pertanian
Pada saat masyarakat mulai menggugat kualitas pendidikan yang dijalankan di Indonesia maka akan banyak hal terkait yang harus dibenahi. Masalah sarana dan prasarana pendidikan, sistem pendidikan, kurikulum, kualitas tenaga pengajar, dan lainnya, Secara umum guru merupakan faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan. Namun demikian, posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional, faktor kesejahteraannya, dan lainnya. Khusus guru, di Indonesia untuk tahun 2005 saja terdapat kekurangan tenaga guru sebesar 218.838.
Tabel 1. Kekurangan Guru Tahun 2004 – 2005 terciptanya kualitas pendidikan, diperparah kurangnya tenaga pendidik pertanian. Disamping itu masalah distribusi guru juga tidak merata, baik dari sisi daerah maupun dari sisi sekolah. Dalam banyak kasus, ada SD yang hanya memiliki tiga hingga empat orang guru sehingga mereka harus mengajar secara paralel dan simultan. Belum lagi hal yang berkaitan dengan prasyarat akademis, baik itu menyangkut pendidikan minimal maupun kesesuaian latar belakang bidang studi dengan pelajaran yang harus diberikan. Semisal, masih cukup banyak guru SMA/SMK yang belum berkualifikasi pendidikan sarjana atau strata satu. Seperti yang dipersayaratkan dalam UU Guru dan Dosen.
Tabel 2. Guru Menurut Ijazah Tertinggi Tahun 2002/2003
No Pendidikan Jumlah
Dari distribusi data diatas dapat diketahui bahwa angka guru yang belum memenuhi kualifikasi akademisnya cukup besar.
a. Untuk tingkat SMA, yang memenuhi kualifikasi S1 sebesar 72,75 persen sedang sisanya yang
mencapai angka 27 persen belum mencapai kualifikasi.
b. Demikian pula untuk strata satu (S1) hampir sebagian besar dosennya hanya mempunyai kualifikasi
sarjana, dimana kualifikasi tersebut seharusnya adalah master atau doktor.
Seminar Nasional Agribisnis Universitas Padjadjaran
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXXX
Undang-Undang (UU) Guru dan Dosen
Sejak awal pembahasan UU Guru dan Dosen, pertanyaan yang banyak muncul di masyarakat luas
adalah : “ Untuk siapa UU Guru dan Dosen tersebut ? “ hal ini mengemuka karena ada kekhawatiran UU
tersebut tidak dapat memayungi seluruh guru. Dengan kata lain ditakutkan adanya proses diskriminasi antara guru PNS dan guru swasta. Khusus posisi guru swasta selama ini memang seolah-olah tidak dipayungi oleh UU yang ada meskipun secara eksplisit sudah tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dari sudut UU kepegawaian jelas tidak mengkhususkan
untuk guru, karena yang diatur adalah pegawai pemerintah (PNS) sedangkan dari sudut UU
Ketenagakerjaan juga akan sangat sulit karena penyelenggara pendidikan adalah yayasan. Sehingga guru tidak dapat dikategorikan sebagai tenaga kerja atau buruh. Bisa dikatakan sebelum UU Guru dan Dosen disahkan, guru-guru tidak mempunyai payung hukum yang jelas yang memang mengatur segala sesuatu secara khusus yang menyangkut guru, seperti halnya dengan UU Tenaga Kerja dan UU Kepegawaian.
UU Guru dan Dosen mendapatkan sambutan yang hangat, terutama dari kalangan pendidik. UU ini dianggap bisa menjadi payung hukum untuk guru dan dosen tanpa adanya perlakuan yang berbeda antara guru negeri dan swasta. Meskipun di beberapa bagian masih sangat hangat diperbincangkan dan menjadi perdebatan yang sangat seru. UU Guru dan Dosen secara gamblang dan jelas mengatur secara detail aspek-aspek yang selama ini belum diatur secara rinci. Semisal, kedudukan, fungsi dan tujuan dari guru, hak dan kewajiban guru, kompetensi dan lainnya. Yang perlu digaris bawahi dan mendapat sambutan positif dari masyarakat terhadap UU Guru dan Dosen adalah hal-hal yang menyangkut :
a. Kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi
Enam indikator diatas belum diatur secara rinci, sehingga sangat sulit untuk mengharapkan
profesionalitas guru-guru di Indonesia. Ada beberapa hal dalam UU Guru dan Dosen yang sampai saat ini masih hangat dibicarakan, hal-hal tersebut adalah :
a. Standardisasi.
- Standardisasi penyelenggaraan pendidikan
Sampai saat ini cukup banyak penyelenggara pendidikan (yayasan-yayasan) yang tidak jelas
keberadaannya. Dalam pelaksanaanya banyak lembaga pendidikan yang belum memenuhi standar mutu pelayanan pendidikan dan standar mutu pendidikan yang diharapkan. Hal ini disebabkan yayasan-yayasan tersebut terkesan memaksakan diri untuk mendirikan lembaga pendidikan, sehingga banyak lembaga pendidikan yang tidak layak, karena sarana dan prasarana pendidikan yang jauh dari memadai, guru yang tidak kompeten, organisasi yang tidak dikelola dengan baik dan lainnya. Penyelenggara pendidikan seperti diatas jumlahnya cukup besar di indonesia. Dengan lahirnya UU Guru dan Dosen diharapkan dapat menjadi acuan untuk memperbaiki kualitas mutu pelayanan pendidikan di masyarakat baik itu negeri maupun swasta.
- Standardisasi kompetensi guru
Hal ini akan tercantum pada pasal 8 UU Guru dan Dosen yang menjelaskan tentang Sertifikat Profesi
Pendidik. Pasal 8 menyebutkan : ”Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional”. Banyak pihak mengkhawatirkan program sertifikasi ini yang nantinya akan menimbulkan masalah baru di dunia pendidikan, terutama yang mengarah pada terciptanya lembaga yang menjadi sarang kolusi dan korupsi baru. Yang pada akhirnya akan memperburuk kondisi pendidikan bangsa. Sedang semangat dari pasal ini adalah untuk meningkatkan kompetensi pendidik itu sendiri, serta berusaha lebih menghargai profesi pendidik. Dengan sertifikasi diharapkan lebih menghargai profesi guru, dan meningkatkan mutu guru di Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai langkah menjadikan guru sebagai tenaga profesional.
b. Kesejahteraan atau Tunjangan.
Seminar Nasional Agribisnis Universitas Padjadjaran
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013
Disamping tunjangan diatas, guru juga berhak untuk memperoleh ”maslahat tambahan” yang tercantum
dalam pasal 19 UU Guru dan Dosen. Maslahat Tambahan tersebut meliputi :
1. Tunjangan pendidikan
2. Asuransi pendidikan
3. Beasiswa
4. Penghargaan bagi guru
5. Kemudahan bagi putra-putri guru untuk memperoleh pendidikan
6. Pelayanan kesehatan
7. Bentuk kesejahteraan lain
c. Organisasi profesi dan dewan kehormatan
Dengan lahirnya UU Guru dan Dosen ini diharapkan bisa didirikan organisasi profesi yang dapat
mewadahi (terutama) guru yang dapat menjalankan fungsinya sebagai orgnisasi profesi yang
independen dan diharapkan dapat menjadi lembaga yang benar-benar memperjuangkan nasib guru. Demikian pula dengan dewan kehormatan yang tercipta dari organisasi profesi yang independen diharapkan menjadi pengawal pelaksanaan kode etik guru.
d. Perlindungan
Setiap guru berhak mendapatkan perlindungan dalam melaksanakan tugasnya. Perlindungan untuk guru meliputi :
1. Perlindungan hukum
Perlindungan hukum mencakup perlindungan atas tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil.
2. Perlindungan profesi
Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pelecehan terhadap profesi serta pembatasan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
3. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
Perlindungan ini mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja atau resiko lain.
UU Guru dan Dosen mungkin masih harus di perdebatkan dalam rangka memperbaikinya di masa yang akan datang. Apalagi ada beberapa hal memang tidak serta merta dapat dilaksanakan. Pemberian tunjangan kepada seluruh guru, akan sangat tergantung anggaran pemerintah. Sehingga pada saat anggaran pendidikan belum mencapai 20 persen dari APBN maka akan sangat sulit dilaksanakan. Demikian pula dengan program sertifikasi dan lainnya, masih memerlukan proses untuk pelaksanaan dan mencapai
tujuan yang diharapkan. Namun diharapkan dengan adanya 2 (dua) undang-undang yaitu Undang-Undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU Guru dan Dosen diharapkan akan memperbaiki mutu pendidikan nasional secara keseluruhan. Selain itu mutu pendidikan pertanian pun meningkat. Rendahnya teknologi dan produksi pertanian kita tidak terlepas dari peran tenaga pendidik dan distribusinya oleh karena itu diharapkan ada kebijakan dari pemerintah utnuk meningkatkan SDM pertanian di seluruh
wilayah Indonesia tidak hanya di Jawa saja tetapi dari Sabang sampai Merauke. Rendahnya kualitas
Seminar Nasional Agribisnis Universitas Padjadjaran
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXXX
1. Pendidikan Jarak Jauh Pertanian (PJJP)
Menyikapi permasalahan diatas, salah satu langkah solutif yang di tempuh adalah mengupayakan akreditasi para Guru dan pendidik pertanian didaerah melalui Pendidikan Jarak Jauh pertanian (PJJP). Program PJJP ini bertujuan untuk memberikan akreditasi sekaligus menjamin para guru dan tenaga pendidik pertanian dengan gelar belum DIII agar tetap belajar tanpa harus harus meninggalkan pekerjaan atau pelayanan mereka di daerah tertinggal, sawah dan sentra pertanian yang ada. Sasaran didik dari program PJJP adalah tenaga pendidik pertanian PNS dan Non-PNS yang secara sosial, ekonomi dan waktunya tidak memungkinkan
mengikuti pendidikan lanjutan melalui jalur reguler. “Program PJJP adalah program pendidikan
jarak jauh yang memberikan kesempatan strategis kepada para pendidik pertanian di daerah tertinggal untuk mengikuti kuliah tanpa harus meninggalkan tempat pelayanan mereka; Dengan demikian tidak mengganggu akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanannya mereka di sentra-sentra pertanian maupun daerah tertinggal yang butuh tenaga pendidik pertanian.
2. Perangkat dan Langkah Pengembangan PJJP
Perangkat PJJP terdiri dari enam unsur seperti lembaga penyelenggara, teknologi informasi dan komunikasi, strategi pembelajaran, materi ajar, tutor/dosen dan peserta belajar. Langkah-langkah pengembangan PJJP mencakup penetapan modul, pengembangan sistem
pembelajaran (design), pengembangan konten, struktur dan sumberdaya manusia
penyelenggara serta implementasi dan yang terakhir adalah Monitoring dan Evaluasi (M&E). Dengan adanya langkah dan solusi tersebut diharapkan distribusi Informasi dan pendidikan pertanian di Indonesia bisa meningkat. Selain itu juga pengaruh teknologi terhadap pendidikan pertanian sangat penting.
Pengaruh Teknologi Sistem Informasi terhadap Perkembangan dan Implementasi Sistem Pendidikan Pertanian dalam Bidang Agribsinis
Kemajuan-kemajuan teknologi informasi dunia sangat mempengaruhi rancangan dan implementasi sistem informasi pendidikan khususnya di bidang pertanian di masa mendatang, yang menjadi pertanyaan besar adalah kesiapan para pendidik menggunakan kemajuan tersebut sesuai dengan kondisi objektif yang ada dalam lingkungan pendidikan pertanian. Dalam akuisisi teknologi informasi diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang matang agar segala sesuatu yang dirancang saat ini tidak ketinggalan setelah diimplementasikan. Pemilihan sistem yang mengikuti standar internasional merupakan pertimbangan utama dalam perancangan. Lingkungan organisasi pendidikan yang besar dan melibatkan bagian-bagian yang beragam pasti akan membawa kearah rancangan yang sangat bervariasi, untuk memenuhi kebutuhan bagian-bagian organisasi yang sangat tinggi variasinya. Ada dua alternatif untuk menghadapi kemajuan teknologi informasi yang menghasilkan berbagai macam produk. Alternatif pertama dengan menerapkan standar yang harus dipatuhi dalam pembangunan SIMPTAN (Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Pertanian). Problema dari alternatif ini adalah sulit menentukan standar mana yang harus diikuti, serta membatasi fleksibilitas pengguna. Namun alternatif ini menguntungkan karena mengurangi masalah-masalah yang bervariasi. Alternatif kedua adalah membebaskan pengguna memilih apapun yang akan digunakannya. Alternatif ini akan menimbulkan masalah keruwetan integrasi yang memerlukan sumber daya yang tidak murah. Cara terbaik untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul karena alternatif-alternatif di atas adalah dengan mengikuti standar yang memungkinkan integrasi berbagai sistem mudah dilakukan
misalnya standar untuk sistem terbuka (open systems). Jaringan komunikasi data yang baik merupakan
backbone dari sebuah sistem yang beragam. Jaringan ini harus mampu mendukung berbagai protokol dan
melakukan konversi antar protokol. Teknologi Very Small Aperture Terminal (VSAT) yang diperkirakan sudah
mampu membentuk sambungan mesh antar VSAT ke VSAT (sebelumnya VSAT mendukung topologi star saja) yang dilengkapi dengan konverter protokol merupakan salah satu alternatif lain yang lebih murah
adalah dengan menggunakan communication engine yang mampu melakukan fungsi-fungsi ini dan hanya
menggunakan jaringan telekomunikasi sebagai media transportasi saja. Alternatif ini memungkinkan penyederhanaan jaringan yang mampu menangani dan mengkonversikan berbagai protokol sekaligus
mendukung aplikasi-aplikasi yang memerlukan multipoint link. Dalam perancangan sistem jaringan ini juga
perlu dipertimbangkan penggunaan protokol yang fleksibel yang mendukung berbagai perangkat keras
maupun perangkat lunak. Pemilihan perangkat International Standard Operation (ISO) mungkin merupakan
Seminar Nasional Agribisnis Universitas Padjadjaran
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013 ISBN: XXXXXXX
pertanian bukan tidak mungkin pembangunan pertanian khususnya agribsinis pun bisa terwujud. Sebagai contoh Jepang saja sebelum menjadi Negara maju di berbagai bidang, fokus utama pembenahan pembangunan negaranya setelah pengeboman Hiroshima dan Nagasaki adalah pencarian tenaga pendidik yang masih tersisa dan mewajibkan mereka untuk menyebar keseluruh wilayah di Jepang untuk bisa memberikan pelayanan pendidikan, dan para guru dan tenaga pendidik tersebut pun dijamin oleh pemerintah dalam hal kehidupan mereka agar mereka tetap sejahtera. Belajar dari sejarah Jepang tersebut maka diharapkan tulisan ini menjadi stimulus bagi pemerintah untuk bisa meningkatkan dan mendistribusikan tenaga pendidik pertanian secara merata diseluruh wilayah Indonesia. Karena tenaga
pendidik ini dalam sisitem agribisnis merupakan supporting dalam keberhasilan suatu komoditas pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan. 2004. Guru Menurut Ijazah Tertinggi Tahun 2002/2003
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2004. Kekurangan Guru Tahun 2004 – 2005
Indrajit, Richardus Eko. 2000. Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi. Jakarta: Elex Media
Komputindo