1
JURNAL ILMIAH
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DENGAN MENGGUNAKAN LKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATERI POKOK
STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 GERUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016
OLEH:
MIFTAHUL AINI NIM. E1M 011 025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM
2
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DENGAN MENGGUNAKAN LKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATERI POKOK
STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 GERUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016
OLEH:
3
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
GROUP INVESTIGATION (GI) DENGAN MENGGUNAKAN LKS
TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATERI POKOK
STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR PADA SISWA
KELAS XI IPA SMAN 2 GERUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Miftahul Aini1), Jeckson Siahaan2), Sukib3)
1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, 2)3) Dosen Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram
Jl. Majapahit 62 Mataram 83125 Indonesia Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dengan menggunakan LKS terhadap kemampuan memecahkan masalah materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur pada kelas XI IPA SMAN 2 Gerung. Penelitian ini merupakan penelitian quasi exsperiment dengan desain penelitian nonequivalentcontrol group design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 2 Gerung sebanyak 60 orang siswa, dan pengambilan sampel dengan teknik sampling jenuh. Penentuan kelas didasarkan pada uji homogenitas data pre-test. Kelas yang dijadikan sampel adalah kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe GI, dan XI IPA 2 sebagai kelas kontrol yang diberikan pembelajaran konvensional (ceramah dan diskusi). Berdasarkan analisis data diperoleh nilai rata-rata post-test kelas eksperimen yaitu 72,83 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata posttest yaitu 53,52. Data penelitian dianalisis menggunakan uji anakova dimana diperoleh Fhitung = 37,37, sedangkan Ftabel pada taraf signifikan 5% dengan db = 1 : 46 adalah 4,05,
sehingga Fhitung > Ftabel . Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation dengan menggunakan LKS memberikan pengaruh yang lebih baik secara signifikan daripada model konvensional terhadap kemampuan memecahkan masalah materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur pada siswa kelas XI IPA SMAN 2 Gerung Tahun Pelajaran 2015/2016.
Kata kunci: Pembelajaran kooperatif tipe GI, kemampuan memecahkan masalah, dan struktur atom dan sistem periodik unsur
ABSTRACT
XI-4
science 1 class was picked as experimental class which was tought an GI type cooperative learning, and XI-science 2 class as a control class which was tought a conventional method (speech and discussion). Based on the data analysis, it is concluded that the average posttest scores for experiment class were 72,83 and 53,52 for control class. Data analysis techniques using Anacova test which gained Fhitung = 37,37, while Ftable at significance level of 5% with
db = 1: 46 is 4,05, so Fhitung> Ftabel . This shows that the implementation of group investigation
(gi) type cooperative learning model using LKS gives better significantly effect than conventional models on problem solving ability of atomic structure and the periodic system learning materials of xi-science class of SMAN 2 Gerung at 2015/2016 academic year.
Keyword: GI type cooperative learning, problem solving ability, atomic structure and the periodic system materials
PENDAHULUAN
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan segala sesuatu tentang materi seperti hakikat, susunan, sifat-sifat, perubahan, serta energi yang menyertai perubahannya (Purba, 1994). Kimia merupakan ilmu yang berisi konsep-konsep yang abstrak, hafalan, dan hitungan. Selain itu, kimia sebagai mata pelajaran sains memiliki karakteristik yang berlandaskan pada praktik dan eksperimen. Oleh karena itu, siswa dituntut tidak hanya paham terhadap materi dan konsep akan tetapi dapat mempraktikkannya dengan menjawab soal, melakukan eksperimen, dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tentunya memerlukan pemikiran yang kritis dan kreatif dari siswa agar siswa peka terhadap permasalahan yang ada dengan aktif mencari banyak sumber informasi untuk mendapatkan pemecahan atau ide memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang.
Namun setiap pokok bahasan pada pembelajaran kimia memiliki karakteristik yang berbeda, diantaranya terdapat pokok bahasan yang hanya terdiri dari konsep-konsep yang abstrak, hitungan atau gabungan dari keduanya, sehingga kebanyakan siswa merasa kesulitan dalam memahami serta menerapkan rumus yang cukup banyak selama pembelajaran kimia. Hal ini diperparah lagi dengan pengajaran kimia yang kurang menarik dan terkesan sulit, sehingga siswa terlebih dulu merasa jenuh ataupun tidak suka untuk mempelajarinya. Hal ini ditunjukkan oleh sikap siswa yang kurang antusias ketika pelajaran berlangsung, rendahnya respon umpan balik dari siswa terhadap pertanyaan dan penjelasan guru serta pemusatan perhatian yang kurang.
5
untuk memahami konsep-konsep yang abstrak dan mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada.
Menurut Santyasa dalam Sulistyowati (2012) penguasaan siswa terhadap suatu materi dapat dilihat dari kecakapan yang dimiliki siswa diantaranya adalah kemampuan dalam memecahkan masalah. Kemampuan memecahkan masalah juga menjadi hal yang penting bagi siswa karena dalam belajar, siswa cepat lupa jika hanya dijelaskan secara lisan, mereka ingat jika diberikan contoh, dan memahami jika diberikan kesempatan mencoba memecahkan masalah, sehingga guru harus menerapkan metode pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan materi tersebut. Namun pada kenyataannya kendala-kendala dalam pembelajaran masih dirasakan oleh guru terutama pada pembelajaran struktur atom dan sistem periodik unsur.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMAN 2 Gerung diperoleh informasi bahwa kendala-kendala yang masih dirasakan guru yaitu siswa masih sering lupa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan dan tidak adanya persiapan dari diri siswa sebelum pelajaran dimulai. Selain itu, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih rendah, terutama pada materi-materi yang berisi konsep-konsep seperti struktur atom dan sistem periodik unsur. Ketika siswa diberikan soal-soal essay pada materi struktur atom dan sistem periodik unsur, sebagian besar siswa tidak dapat menyelesaikan soal-soal tersebut dengan baik. Hal ini mengindikasikan bahwa rendahnya kemampuan memecahkan masalah yang dimiliki siswa.
Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif karena model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang lebih mengutamakan kerjasama dan menuntut siswa lebih berperan aktif dalam menyelesaikan masalah di kelompoknya.
6
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pembelajaran (RP). Lembar Kerja Siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau memecahkan masalah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khoirunnisah (2013) telah membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran investigasi kelompok dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematis siswa SMK. Sejalan dengan Khoirunnisah, penelitian yang dilakukan oleh Lamadju (2013) menyimpulkan bahwa kemampuan memecahkan masalah siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan memecahkan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Penelitian lain oleh Musriandi (2013) menyimpulkan bahwa adanya peningkatan kemampuan memecahkan masalah matematis dan self-concept siswa MTs yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.
Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti melakukan suatu penelitian yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dengan
Menggunakan LKS terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Materi Pokok Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur pada Kelas XI IPA SMAN 2 Gerung”.
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: “Setelah dikendalikan oleh kovariabel pre-test adakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe group Investigation dengan menggunakan LKS terhadap kemampuan memecahkan masalah materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur pada kelas XI IPA SMAN 2 Gerung”.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dengan menggunakan LKS terhadap kemampuan memecahkan masalah materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur pada kelas XI IPA SMAN 2 Gerung.
METODOLOGI PENELITIAN
7
sedangkan kelas kontrol memperoleh perlakuan dengan pembelajaran konvensional. Pada awal pembelajaran siswa diberikan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam memecahkan masalah dan pada akhir pembelajaran siswa diberikan post-test untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap kemampuan memecahkan masalah yang dimiliki siswa. Dengan demikian, rancangan penelitian secara sederhana dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Non-equivalent control group design
Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen (XI IPA 1) O1 XI O2
Kontrol (XI IPA 2) O1 � O2
Keterangan:
O1 : Pre-test kemampuan memecahkan masalah siswa
O2 : Post-test kemampuan memecahkan masalah siswa
XI : Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.
Y : Pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.
Variabel yang diamati dalam penelitian ini berupa variabel bebas dan variabel terikat. Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation sebagai variabel bebas pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional sebagai variabel bebas pada kelas kontrol, sedangkan kemampuan memecahkan masalah sebagai variabel terikat.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI di SMAN 2 Gerung yang terdistribusi dalam 2 kelas, yaitu dengan Jumlah seluruh siswa kelas XI di SMAN 2 Gerung tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 60 orang setiap kelas terdiri dari 30 orang siswa. Penentuan sampel dari populasi dilakukan dengan teknik sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2015), teknik sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Data dalam penelitian ini adalah data kemampuan memecahkan masalah yang dimiliki siswa yang berupa data kuantitatif dan diperoleh melalui pre-test dan post-test. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan memecahkan masalah yang dimiliki siswa pada materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur yang berupa soal pre-test dan post-test yang dinilai menggunakan instrumen penilaian kemampuan memecahkan masalah.
8
untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan.
Sebelum digunakan, instrumen penelitian berupa soal pre-test dan post-test diuji cobakan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, pengujian validitas butir soal dilakukan dengan menggunakan uji korelasi product moment dan untuk menentukan reliabilitas soal essay digunakan rumus Alfa Cronbach. Uji normalitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Chi Kuadrat. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji-F. Uji hipotesis apabila kedua data normal menggunakan uji parametris yaitu menggunakan uji anacova. Anacova atau analysis of covariances adalah analisis statistik yang merupakan kombinasi dari analysis of variances (anova) dan analisis regresi linear (Hartono, 2012). Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji anakova. Alasan peneliti menggunakan uji anakova karena rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi experimental yaitu nonequivalent control group design. Kedua kelompok kelas tidak ekuivalen atau tidak sama. Pada kedua kelas tidak dapat dilakukan pengacakan, siswa mana yang masuk kedalam kelas eksperimen dan siswa yang masuk kedalam kelas kontrol. Keadaan tersebut menimbulkan bias seleksi dan salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan mempertimbangkan skor pretes sebagai kovariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini telah diujicobakan kepada 29 orang siswa kelas XII IPA 1 dan kelas XII IPA 2 di SMA Negeri 2 Gerung. Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus product Moment Correlation, dengan nilai rtabel sebesar 2,05
dan taraf signifikan 5%, dari 20 soal yang diujicobakan, terdapat 17 butir soal yang valid. Perhitungan reliabilitas butir soal menggunakan rumus Alpha Cronbach menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0,80. Nilai tersebut lebih besar dari rtabel (0,367) sehingga
instrumen tersebut dinyatakan reliabel dengan kriteria tinggi.
Hasil pretest dari kedua kelas dimana kelas kontrol (XI IPA 2) dan kelas eksperiman (XI IPA 1) adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Data Hasil Kemampuan Memecahkan Masalah Pre-test
Perlakuan Kelas Eksperimen (XI IPA 1) Kelas Kontrol (XI IPA 2)
Jumlah Siswa 24 25
Nilai Tertinggi 43 52
Nilai Terendah 14 24
Nilai Rata-rata 27,08 38,28
9
Hasil posttest dari kedua kelas dimana kelas kontrol (XI IPA 2) dan kelas eksperiman (XI IPA 1) adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Data Hasil kemampuan Memecahkan Masalah Post-test
Perlakuan Kelas Eksperimen (XI IPA 1) Kelas Kontrol (XI IPA 2)
Jumlah Siswa 24 25
Nilai Tertinggi 92 71
Nilai Terendah 46 29
Nilai Rata-rata 72,83 53,52
Standar Deviasi 13,2 10
Hasil uji normalitas pre-test dan post-test kelas kontrol (XI IPA 2) dan kelas eksperimen (XI IPA 1) disajikan dalam tabel 4. berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Pre-Test dan Post-Test pada Kedua Kelas Sampel
Kelas Jumlah
sampel
Taraf signifikan
X2hitung X2tabel Kesimpulan
Pre-test Kontrol 25 0,05 10,92
11,07 Normal
Eksperimen 24 9,49
Post-test Kontrol 25
0,05 2,47 11,07 Normal
Eksperimen 24 6,82
Hasil perhitungan uji homogenitas pre-test dan post-test untuk kedua kelas sampel tersebut disajikan dalam tabel 5. berikut:
Tabel 5. Hasil Homogenitas Pre-Test dan Post-Test pada Kedua Kelas Sampel
Kelas Varians Taraf
signifikan Fhitung Ftabel Kesimpulan
Pre-test XI IPA 2 (kontrol) 55,29 0,05 1,18 2,00 Homogen XI IPA 1 (eksperimen) 46,86
Post-test XI IPA 2 (kontrol) 94,26 0,05 1,85 1,99 Homogen XI IPA 1 (eksperimen) 174,32
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji anakova. Pengujian anakova dilakukan untuk mengontrol pengaruh variabel luar. Ringkasan hasil dari perhitungan anakova dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
Tabel 6. Hasil Uji Anakova
Sumber Varians JKres Db Rk Fhitung Ftabel(0,05; 1:46)
Antar Kelompok (A) 4616,75 1 4616,75
37,37 4,05
Dalam Kelompok (d) 5682,54 46 123,53
10
Dari tabel 6 di atas diperoleh informasi nilai Ftabel pada taraf signifikan 5% dengan
db=1:46 sebesar 4,05. Hasil analisis menunjukkan bahwa Fhitung (37,37) > Ftabel (4,05). Hal ini
menunjukkan bahwa uji hipotesis menerima Ha dan H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan
bahwa setelah dikendalikan oleh kovariabel pre-test, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation memberikan pengaruh yang lebih baik secara signifikan terhadap kemampuan memecahkan masalah materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Gerung Tahun Pelajaran 2015/2016.
Pada penelitian ini kelas XI IPA 1 yang merupakan kelas eksperimen dalam proses pembelajarannya digunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan menggunakan LKS sedangkan kelas XI IPA 2 yang merupakan kelas kontrol dalam proses pembelajarannya digunakan model pembelajaran konvensional yang berupa ceramah dan tanya jawab.
Pada saat proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation sangat berbeda dengan kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol. Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Proses pembelajaran yang demikian menyebabkan siswa untuk aktif dan termotivasi mengikuti proses pembelajaran.
Pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tahap-tahap group investigation, yaitu mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok, merencanakan tugas yang akan dipelajari, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir, mempresentasikan laporan akhir, dan evaluasi. Pada setiap tahap, siswa mendapat bimbingan dari guru.
Pada tahap pertama, guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan membagi materi struktur atom dan sistem periodik unsur menjadi 4 sub topik sehingga setiap kelompok mendapatkan satu sub topik yang harus mereka pelajari melalui investigasi. Setiap kelompok diberikan LKS yang berisi masalah yang harus diselesaikan melalui kegiatan investigasi kelompok berdasarkan sub topik yang dipilih oleh semua anggota kelompok.
11
karena siswa sangat antusias untuk berdiskusi dengan sesama teman kelompoknya. Selama proses investigasi, peneliti secara terus menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. Peneliti berperan sebagai fasilitator dan narasumber selama diskusi. Namun banyak siswa kesulitan untuk menemukan penyelesaian dari masalah yang diberikan, sehingga peneliti bekerja keras untuk memantau diskusi dari semua kelompok, karena sebelumnya pada siswa belum pernah diterapkan model pembelajaran ini, sehingga butuh sedikit penyusaian dalam penerapannya.
Tahap selanjutnya yaitu menyiapkan laporan akhir, tahap ini dilakukan selama proses investigasi karena laporan akhir yang harus dikumpulkan berupa LKS (Lembar Kerja Siswa) yang telah dibagikan. Hasil investigasi dari permasalahan yang ada pada LKS yang kemudian dipresentasikan oleh setiap kelompok.
Tahap Presentasi hasil investigasi dilaksanakan selama 20 menit untuk setiap kelompok. Kelompok yang tidak melakukan presentasi memperhatikan presentasi yang dilakukan oleh kelompok yang presentasi. Siswa dengan aktif bertanya ketika mereka tidak mengerti tentang materi yang disampaikan kelompok yang presentasi tersebut. Dengan sisa waktu yang ada guru memberikan tambahan dan sanggahan terhadap hasil presentasi yang telah dilakukan oleh kelompok yang telah presentasi sehingga semua siswa dapat memahami materi yang dipresentasikan tersebut.
Semua tahapan pada model pembelajaran GI ini tidak dilakukan pada setiap pertemuan secara sekaligus. Namun setiap tahap dilakukan pada pertemuan yang berbeda. Tahap Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa kedalam kelompok,, tahap merencanakan investigasi, tahap melaksanakan investigasi, dan menyiapkan laporan akhir dilaksanakan pada pertemuan kedua namun laporan akhir tersebut dikumpulkan pada pertemuan terakhir. Tahap presentasi laporan akhir dilaksanakan pada pertemuan ketiga dan keempat. Untuk tahap evaluasi dilaksanakan pada pertemuan kelima. Sehingga setiap tahap dalam model pembelajaran GI dapat dilaksanakan dengan lebih maksimal.
12
fokus dan diskusi menjadi tidak kondusif. Peneliti sudah berusaha untuk menenangkan akan tetapi setelah beberapa menit terjadi lagi kegaduhan yang menyebabkan jalannya diskusi terganggu. Hal ini menyebabkan pengetahuan yang diperoleh kelas kontrol menjadi berbeda dengan kelas eksperimen sehingga akan berpengaruh ketika menyelesaikan soal-soal post-test.
Pada pertemuan terakhir dilaksanakan tahap evaluasi (post-test) pada kedua kelas sampel. Instrumen tes yang digunakan merupakan instrumen tes kemampuan memecahkan masalah yang berupa soal essay sebanyak 8 butir soal. Soal-soal yang diberikan pada saat pre-test maupun post-test disusun berdasarkan indikator materi struktur atom dan sistem periodik unsur dan berdasarkan indikator kemampuan memecahkan masalah yaitu, pemahaman terhadap masalah, perencanaan penyelesaian masalah, melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah dan melihat kembali penyelesaian masalah. Tiap butir soal dinilai dan keseluruhan soal dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tinggi rendahnya kemampuan memecahkan masalah pada materi struktur atom dan sistem periodik unsur.
Pada kedua kelas diketahui adanya perbedaan kemampuan memecahkan masalah. Perbedaan kemampuan memecahkan masalah tersebut disebabkan karena kelas eksperimen telah terbiasa untuk memecahkan permasalahan secara sistematis, dimana peneliti selalu membimbing siswa dalam menemukan konsep dan memecahkan permasalahan meski dalam proses pelaksanaannya kurang maksimal. Meskipun pelaksanaannya kurang maksimal namun siswa pada kelas eksperimen lebih terbiasa dalam menganalisis permasalahan dan menentukan tahapan penyelesaian masalah dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas kontrol dalam proses pembelajarannya cenderung kurang mampu melibatkan dan mengajak siswa untuk dapat memecahkan masalah secara sistematis. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran cenderung bersifat teacher centered dimana siswa hanya diberi konsep secara langsung oleh peneliti sehingga siswa kurang terbiasa untuk memecahkan masalah.
Selanjutnya, dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji anakova terhadap kedua kelas sampel, dan diperoleh nilai Fhitung = 37,37, sedangkan Ftabel pada taraf signifikan 5%
dengan db = 1 : 46 adalah 4,05. Berdasarkan data tersebut karena Fhitung > Ftabel berarti
terdapat penolakan H0 dan penerimaan Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah
13
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa setelah dikendalikan oleh kovariabel pre-test penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan menggunakan LKS memberikan pengaruh yang lebih baik secara signifikan daripada model konvensional terhadap kemampuan memecahkan masalah materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur pada siswa kelas XI IPA SMAN 2 Gerung Tahun Pelajaran 2015/2016.
Saran
Berkaitan dengan penelitian ini, maka penulis dapat mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk melakukan penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada pokok bahasan lainnya dan jenjang pendidikan sekolah yang berbeda.
2. Bagi guru, dapat mempertimbangkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa tetapi harus jeli dalam memilih materi yang sesuai untuk disampaikan dengan model pebelajaran kooperatif tipe group investigation.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono. 2012. Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lamadju, Badu, S. Q., dan Katili, N. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa. Suatu Penelitian di SMP Negeri 1 Limboto. Tesis. Gorontalo: Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Gorontalo.
Khoirunnisah, A. 2013. Peningkatan Kemampuan pemecahan Masalah Matematis Siswa SMK Melalui Model Pembelajaran Investigasi Kelompok. Jurnal Penelitian. Cirebon: Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNSWAGATI.
Musriandi, R. 2013. Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Self-concept Siswa Mts. Repository.upi.edu. Universitas Pendidikan Indonesia.
14
Purba, M. dan Hidayat, S. 1994. Ilmu Kimia SMU Jilid 1A, Edisi Pertama. Jakarta:Erlangga. Sugiyono. 2015. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.