• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Komparatif Portofolio Optimal Menggunakan Proksi IDX30 dan IHSG Melalui Pendekatan Model Indeks Tunggal di Bursa Efek Indonesia Periode Februari 2013–Juli 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Komparatif Portofolio Optimal Menggunakan Proksi IDX30 dan IHSG Melalui Pendekatan Model Indeks Tunggal di Bursa Efek Indonesia Periode Februari 2013–Juli 2016"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Krisis ekonomi pada tahun 1997 berdampak pada banyak terlikuidasinya perbankan di Indonesia, pasar modal dianggap mampu menjadi alternatif penghimpun dana selain sistem perbankan. Indonesia pernah menyandang peringkat investment grade dari lembaga pemeringkat kredit international fitch ratings dan moody’s meskipun krisis tengah melanda dunia terutama Amerika Serikat dan sebagian daerah Eropa.

Investasi merupakan penanaman sejumlah dana atau barang yang diharapkan akan memberikan keuntungan dikemudian hari (Fabozzi et al 2000). Pandangan modern kini tidak lagi hanya terfokus pada perbankan sebagai tempat berinvestasi namun, terdapat alternatif lainnya yaitu pasar modal sebagai sarana penghimpun dana. Investor umumnya memilih saham sebagai investasi di pasar modal yang memiliki keuntungan lebih besar dibandingkan deposito pada pasar uang.

Menurut Fabozzi (1999) dalam menganalisis investasi sering menghadapi masalah yaitu tentang penaksiran resiko yang dihadapi investor dalam melaksanakan suatu investasi. Investor yang rasional akan menginvestasikan dana nya dengan memilih saham yang efisien yang memberi return maksimal dengan risiko yang tertentu atau return tertentu dengan risiko minimal.

(2)

kerugian/risiko maka investor dapat berinvestasi dalam berbagai jenis saham dengan membentuk portofolio. Pengembalian dan risiko memiliki hubungan yang sangat erat dimana semakin besar tingkat pengembalian yang diharapkan maka semakin besar pula tingkat risiko yang dihadapi, jadi antara pengembalian dan risiko tidak dapat dipisahkan. Risiko saham secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu risiko sistematis (systematic risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk).

Risiko investasi menurut Fabozzi (1995:75) dapat dihindarkan melalui diversifikasi saham dengan membentuk portofolio optimal. Investor adalah risk averse. Risk averse adalah investor yang dihadapkan pada dua pilihan investasi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan sama dan risiko berbeda, maka ia memilih investasi dengan tingkat risiko yang rendah dan jika mempunyai berbagai pilihan portofolio efisien, maka portofolio yang optimal yang dipilih.

Menurut Elton dan Gruber (1977) analisis portofolio adalah berkenaan dengan keinginan memperoleh sekelompok sekuritas untuk dipegang, diberikan kekayaan oleh setiap sekuritas tersebut. Portofolio dikategorikan efisien apabila memiliki tingkat risiko yang sama, mampu memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi, atau mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sama, tetapi dengan risiko yang lebih rendah. Portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio yang efesien (Tandelilin, 2001).

(3)

sesuatu yang unik atas investasi pada aset berisiko. Investor yang realistik akan melakukan investasi tidak hanya pada satu jenis investasi, akan tetapi melakukan diversifikasi pada berbagai investasi dengan pengharapan akan meminimalkan risiko dan memaksimalkan return. Namun informasi yang dihasilkan dari analisis portofolio bersifat jangka pendek, oleh sebab itu membutuhkan analisis berkelanjutan agar mendapat informasi yang relevan (Sartono dan Zulaihati, 1998). Selanjutnya Sartono dan Zulaihati juga menambahkan bahwa strategi diversifikasi dilakukan dengan portofolio optimal yang berarti keuntungan diperoleh melalui diversifikasi pada berbagai investasi dengan jumlah sekuritas tertentu yang memiliki return yang cukup tinggi.

Investasi dalam bentuk portofolio saham tersebut merupakan salah satu

pilihan dalam “bermain” di pasar modal. Sesuai dengan ungkapan “jangan

meletakan semua telur dalam satu keranjang”, maka pembentukan portofolio

saham yang dimaksudkan untuk mengeminimalkan risiko yang tidak sistematis dari masing-masing saham pembentukan portofolio. Portofolio saham pada dasarnya merupakan bentuk investasti jangka pendek bagi investor sehingga dalam penyusunannya memerlukan analisis jangka pendek pula (Harmono, 1999).

(4)

risiko. Oleh sebab itu, Elton dan Gruber (2003:130) menggunakan model Indeks Tunggal untuk melakukan pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas fluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Dalam model Indeks Tunggal investor mempunyai pilihan untuk memasukan aktiva bebas risiko ke dalam portofolionya. Teknik analisis portofolio optimal menggunakan model Indeks Tunggal adalah analisis atas sekuritas yang dilakukan dengan membandingkan excess return to beta (ERB) merupakan kelebihan pengembalian atas tingkat keuntungan bebas risiko pada aset lain dan cut-off rate (Ci) itu sendiri tidak lain adalah merupakan perbandingan antara varian return pasar dengan sensitivitas return saham individu pada variance error saham. Saham yang memiliki ERB lebih kecil dari Ci tidak diikutkan dalam portofolio (Bawazier dan Sitanggang, 1994).

Indeks yang sering digunakan sebagai dasar pembentukan portofolio saham adalah IHSG dan indeks saham yang tercantum pada BEI (Jogiyanto, 2003). Saham-saham yang umumnya banyak diminati investor adalah emiten-emiten yang terdaftar pada indeks IDX30. Saham-saham tersebut adalah saham yang aktif diperdagangkan dan mempunyai likuiditas tinggi. Anggota Indeks IDX30 selalu mengalami perubahan sesuai likuiditas yang dicapai oleh emiten sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai proksi penghitungan return pasar. Fluktuatif harga pada kelompok saham IDX30 cenderung smooth menjadikan return dari capital again tidak setinggi pada sekelompok saham yang mengalami fluktuasi harga signifikan.

(5)

(Sartono dan Zulaihati, 1998). Walaupun begitu masih terdapat ketidakpastian terhadap return yang diterima oleh investor yang nampak dari fluktuasi return indeks IDX30 dan fluktuasi IHSG yang ditunjukkan pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2

Tabel 1.1

Data Harga Empat Saham di BEI Periode 2012-2014 (Dalam Rupiah)

No Nama Perusahaan 2011 2012 2013

1 Adaro Energy Tbk 19.090 13.320 13.465

2 AKR Corpindo Tbk 46.725 55.350 56.300

3 Astra Agro Lestari 225.560 212.600 253.000 4 Astra international 409.850 83.300 85.900 Sumber : Yahoo Finance tahun 2012-2014 yang telah diolah dalam bentuk tahunan

Berdasarkan pada Tabel 1.1 yang diambil dari 4 return saham terbesar IDX30 dapat disimpulkan bahwa harga pasar mengalami fluktuasi, hal ini mengindentifikasikan bahwa terdapat unsur resiko dalam investasi tersebut. Meskipun saham-saham IDX30 merupakan sekumpulan saham yang berkapitalisasi di pasar tinggi dan memiliki likuiditas tinggi namun tidak terlepas dari ketidakpastian akan tingkat pengembalian yang akan diterima investor sehingga kalangan investor tetap perlu mempertimbangkan berbagai ketidakpastian yang mungkin terjadi dan mengantisipasinya. Dalam kurun periode terjadi fluktuasi harga IDX30 naik dan ada kalanya nilai IDX30 turun dari nilai periode sebelumnya.

(6)

baik akan diikuti menurunnya saham dan kondisi tersebut dinamakan pasar bearish.

Tabel 1.2 akan dijelaskan bahwa IHSG mengalami fluktuasi yang tidak dapat dipastikan. Fluktuasi IHSG ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya inflasi, BI rate, dan kurs (Rupiah terhadap Dollar AS). Berikut ini pada Tabel 1.2 dijelaskan perkembangan IHSG antara tahun 2012-2014

Tabel 1.2

Tingkat Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan Tahun 2012 – 2014

Tahun IHSG Perkembangan %

2012 4317 -

2013 4274 -1,00

2014 5227 22,30

Sumber : SEKI, Bank Indonesia, 2014

Tabel 1.2 IHSG pada tahun 2012-2014 berfluktuasi (mengalami kenaikan dan penurunan). Pada tahun 2012 sebesar 4317 kemudian turun sebesar (1,00%) menjadi 4274. Pada tahun 2014 naik lagi sebesar 22,30% menjadi 5227. Pada tabel 1.1 dan 1.2 dapat dilihat bahwa kondisi pasar tidak dapat dipastikan dan terus dapat mengalami fluktuasi baik setiap menit, jam dan setiap waktu.

(7)

Investor biasanya dalam melakukan penyusunan portofolio cenderung hanya mempertimbangkan return saham kandidat semata, maka untuk menghadapi pasar bullish dan bearish dapat disusun dua portofolio yang berbeda, yaitu memilih saham-saham return positif tertinggi pada masing-masing kondisi pasar. Hal ini dikarenakan ada kemungkinan saham yang memberikan return tertinggi pada saat pasar bullish akan menjadi sebaliknya (merugi) pada saat pasar dikatakan bearish.

Pada saat pasar dalam kondisi bullish semua saham akan menghasilkan return yang positif, penentuan kandidat saham yang masuk portofolio lebih mudah dilakukan namun pada saat kondisi pasar berubah menjadi bearish, dimana banyak saham yang mempunyai return yang negatif, tentunya akan sulit memilih saham untuk dijadikan kandidat portofolio, untuk itu perlu adanya analisis apakah perlu mempertahankan portofolio yang telah disusun sebelumnya atau perlu menyusun portofolio baru. Hal ini disadari sepenuhnya oleh Harmono (1999), sehingga menyarankan adanya analisis portofolio berkelanjutan.

Sigit (2011) mengatakan bahwa model indeks tunggal diperoleh hasil optimal terbukti bahwa dengan diversifikasi dapat menurunkan risiko dari pada risiko saham individual. Penelitian Septyarini (2009) mengatakan model indeks tunggal dapat digunakkan untuk menentukan saham-saham yang membentuk portofolio optimal serta proporsinya pada saham.

(8)

juga menyatakan bahwa terdapat kolerasi positif antara excess return to beta saham dengan return saham di masa mendatang dan hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh indrawati.

Menganalisis portofolio, diperlukan sejumlah prosedur perhitungan melalui sejumlah data sebagai input tentang struktur portofolio. Salah satu teknik analisa portofolio optimal yang dilakukan Elton dan Gruber (1995) adalah menggunakan single indeks model. Melihat fluktuasi return saham pada indeks IDX30 pada dan IHSG pada tahun 2013-2016 yang berfluktuasi pada kondisi pasar, sehingga Harmono (1999) menyarankan adanya analisis portofolio secara berkelanjutan. Selain itu adanya perbedaaan hasil penelitian-penelitian sebelumnya mengenai model indeks tunggal dalam menentukan portofolio maka memperkuat diajukannya usulan penelitian untuk menganalisis pembentukan portofolio saham menggunakan model indeks tunggal.

Pada penelitian ini akan dianalisis bagaimana pembentukan portofolio optimal menggunakan model indeks tunggal pada saham-saham yang termasuk dalam saham unggulan IHSG dan IDX30. Kemudian akan dianalisis apakah terdapat perbedaan rata-rata return saham, risiko, dan proporsi saham dengan menggunakan IDX30 dan IHSG untuk pembentukan portofolio optimal. Objek penelitian ini hanya terbatas pada saham-saham unggulan IHSG dan IDX30 yang listing selama Februari 2013 - Juli 2016.

(9)

menyerderhanakan perhitungan Model Markowitz (Wisnu,2008) dalam menganalisis portofolio, selain itu portofolio saham pada dasarnya merupakan bentuk investasi jangka pendek bagi investor sehingga dalam penyusunannya memerlukan analisis jangka pendek pula (Harmono,1999). Alasan yang kedua, karena berdasarkan penilitan terdahulu terdapat perbedaan hasil penelitian dari keputusan investor dalam memilih investasi berdasarkan risikonya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka dirumuskan pernyataan penelitian (Research Question) sebagai berikut :

Apakah terdapat perbedaan pembentukan portofolio saham dengan menggunakan proksi IDX30 dan IHSG melalui pendekatan model indeks tunggal?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan pembentukan portofolio saham dengan menggunakan proksi IDX30 dan IHSG melalui pendekatan model indeks tunggal.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian yang diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak 1. Bagi investor dan manajer

(10)

2. Bagi pembaca

Dapat digunakan sebagai tambahan referensi untuk penerapan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pasar modal mengenai pembentukan portofolio optimal menggunakan model indeks tunggal

3. Bagi peneliti selanjutnya

Gambar

Tabel 1.2 IHSG pada tahun 2012-2014  berfluktuasi (mengalami kenaikan

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa semakin sesuai benih padi IPB 3S dengan kondisi lahan dan kebutuhan petani serta sesuai dengan sosial, norma dan adat di lingkungan masyarakat maka

Mengurus pengesahan dokumen kepabeanan, dengan kriteria unjuk kerja terdiri dari: Dokumen pengiriman, dokumen angkutan barang, PIB (Pemberitahuan Impor Barang) dan SPPB

Kepariwisataan Budaya Bali adalah kepariwisataan yang berlandaskan kebudayaan Bali yang dijiwai oleh ajaran agama Hindu dan konsep Tri Hita Karana (THK) sebagai potensi

Adanya kualitas keterlibatan Adanya kualitas keterlibatan siswa dlm belajar yg sangat siswa dlm belajar yg sangat

(empati, ramah, bersahabat dengan murid, bersikap positif pada diri sendiri dan orang lain, keyakinan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( TEMATIK )Nama Sekolah : SDN. Mangga Dua Selatan 02 Petang Tema :

[r]

Volume cairan amnion pada kehamilan aterm rata-rata adalah 800 ml. Setelah 20 minggu, produksi cairan berasal dari urin janin. Sebelumnya, cairan amnion juga banyak berasal