• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Adaptasi Fisiologi dan Perubahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proses Adaptasi Fisiologi dan Perubahan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Pokok Bahasan Sesi I

A. Prakonsepsi

Perencanaan prakonsepsi yang baik meningkatkan hasil kehamilan yang optimum. Perencanaan prakosepsi yang diinisiasi tenaga kesehatan harus diberikan setiap diperlukan selama tahun kehamilan karena perencanaan ini memfasilitasi perubahan gaya hidup dan mempertahankan kesempatan kesehatan sebelum konsepsi.

1. Waktu pemberian konseling prakonsepsi Berikan konseling prakonsepsi saat: a. Pemeriksaan tahunan

b. Setiap wanita datang dengan hasil uji kehamilan negatif c. Setiap kunjingan wanita yang masih aktif secara seksual

dan tidak memakai kontrasepsi yang efektif d. Kelas pendidikan kesehatan

2. Aspek perawatan prakonsepsi

a. Nutrisi untuk meningkatkan tujuan kesehatan

1) Anjurkan wanita tersebut mengkonsumsi makanan sehat.

2) Anjurkan vegetarian memperlihatkan kombinasi makanan untuk membuat menu protein komplit 3) Anjurkan wanita yang memiliki riwayat atau

mengalami gangguan makan untuk berkonsultasi kepada ahlinya

a) Anoreksia b) Bulinia

c) Riwayat atau perilaku sering puasa d) Obesitas berat

4) Berikan konseling kepada pasien bila perbandingan antara berat dan tinggi badannya tidak seimbang 5) Beritahukan bahwa mengkonsumsi vitamin yang

mengandung asam folat akan mengurangi resiko defek tabung saraf sampai 70%

b. Tren gaya hidup yang merusak hasil kehamilan yang baik, seperti:

1) Merokok lebih dari lima batang per hari dapat memengaruhi kesehatan janin dan bayi secara langsung

2) Mengkonsumsi minuman beralkohol yang berlebihan dapat memicu perkembangan janin yang abnormal. 3) Bahaya ditempat kerja, seperti pajanan timbal,

bahan pelarut, sinar x, dan zat kimia lain dapat memyebabkan defek kelahiran bahkan sebelum wanita tersebut mengetahui bahwa ia hamil.

4) IMS dapat berpengaruh buruk pada hasil kehamilan. Anjurkan pasien untuk menghindari pasangan yang memiliki banyak pasangan seksual, pasangan biseksual, penggunaan obat-obatan, serta pasangan yang memiliki pasangan lain.

(2)

c. Obat-obatan yang diresepkan, obat yang dijual bebas, obat penenang, serta obat ilegal. Beberapa obat-obatan ini dapat menyebabkan defek kelahiran, persalinan prematur, atau adiksi pada janin.

d. Riwayat medis

1) Riwayat individu: bila wanita memiliki riwayat individu berupa gonore, klamidia, herpes, sifilis atau kondiloma, wanita harus menjalani rangkaian pemeriksaan untuk memeriksa bila terdapat lesi, massa, atau rabas yang abnormal.

2) Epilepsi

a) Tanyakan kapan pasien terakhir kejang

b) Klarifikasi pengobatan; pantau kadar folat dan obat antiepilepsi untuk memeriksa apakah telah mencapai kadar teurapetik.

c) Pastikan bahwa wanita tetap meneruskan pengobatannya karena kejang lebih beresiko pada janin dan ibunya.

3) Diabetes

Bila pasien dalam pengobatan insulin, rujukan ke ahli endokrin untuk evaluasi dan kemungkinan penyesuaian dosis insulin.

4) Hipertensi

a) Periksa tekanan darah; bila dalam batas normal dan memiliki tinggi badan yang seimbang dengan berat badan diskusikan tentang diet dan latihan.

b) Rujuk pasien bila tekanan darah pasien tinggi. 5) Penyakit jantung: rujuk pasien ke ahli penyakit dalam

untuk evaluasi jantung sebelum hamil. 6) Lupus

Periksa autoantibodi yang dapat menyebabkan okulasi jantung kongenital, antibodi antikardiolipin dapat menyebabkan keguguran dan preeklamsia. 7) Penyakit lain seperti asma, penyakit ginjal, atau

penyakit tiroid harus di stabilkan dahulu sebelum hamil.

e. Riwayat genetik

Dari riwayat dasar yang diperoleh, terlihat kebutuhan spesifik untuk melakukan skrining yang di dasarkan pada ras, etnik, dan riwayat keluarga. Kuncinya adalah menetapkan bahwa setiap bayi memiliki kesempatan mengidap suatu suatu penyakit genetik. Apabila faktor risiko tertentu terdeteksi, maka perlu dirujuk ke konselor genetik.

f. Lain-lain

1) Periksa titer rubela. Bila pasien belum diimunisasi, imunisasi pasien, anjurkan menunda kehamilan selama 1 bulan.

2) Bila pernah mengalami pe nganiayaan fisik atau seksual, rujuk untuk konseling karena umumnya penganiayaan akan semakin meningkatnya insidensnya selama kehamilan.

(3)

B. Konsepsi

Konsepsi disebut juga dengan fertilisasi atau pembuahan. Pengertian konsepsi adalah peristiwa bertemunya sel telur (ovum) dan sperma. Peristiwa konsepsi terjadi di ampula tuba. Pada hari ke 11-14 terjadi ovulasi dari siklus menstruasi normal. Ovulasi adalah peristiwa matangnya sel telur sehingga siap untuk dibuahi.

1. Sel telur (ovum)

Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi digenital ridge. Menurut umur wanita, jumlah oogonium adalah :

a. BBL = 750.000

b. Umur 6 – 15 = 439.000

c. Umur 16 – 25 tahun = 159.000 d. Umur 26 – 35 tahun = 59.000 e. Umur 35 – 45 tahun = 39.000 f. Masamenopause = semuahilang Urutanpertumbuhanovum (oogenesis) : a. Oogonium

b. Oosit pertama (primary oocyte) c. Primary ovarian follicle

d. Liquar folliculi

e. Pematangan pertama ovum

f. Pematangan kedua ovum pada waktu sperma membuahi ovum

2. Sel mani (spermatozoa)

Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nucleus) leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ekor yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat. Panjang ekor kira – kira sepuluh kali bagian kepala.

Secara embrional, spermatogonium berasal dari sel – sel primitif tubulas testis. Setelah bayi laki – laki lahir, jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa akil baliq. Pada masa pubertas dibawah pengaruh sel – sel interstial leyding. Sel – sel spermatogonium ini mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah spermatogenesis.

Urutan pertumbuhan sperma (spermatogenesis) : a. Spermatogonium (membelah dua)

b. Spermatosit pertama (membelah dua) c. Spermatosit kedua (membelah dua) d. Spermatid, kemudian tumbuh menjadi e. Spermatozoa (sperma)

3. Pembuahan (konsepsi =fertilisasi)

(4)

kurang lebih seratus sepuluh sampai seratus dua puluh juta sel sperma dipancarkan ke bagian atas dinding vagina terus naik ke serviks dan melintas uterus menuju tuba fallopi disinilah ovum dibuahi.

Hanya satu sperma yang telah mengalami proses kapitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelisuda mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma lain. Proses ini diikuti oleh penyatuan ke dua pronuklei yang disebut zigot, yang terdiri atas acuan genetic dari wanita dan pria. Pembuahan mungkin akan menghasilkan xx zigot menurunkan bayi perempuan dan xy zigot menurunkan bayi laki – laki.

Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zigot selama tiga hari sampai stadium morula. Hasil konsepsi ini tetap digerakkan kearah rongga rahim oleh arus dan getaran rambut getar (silia) serta kontraksi tuba. Hasil konsepsi tuba dalam kavum uteri pada tingkat blastula. (Rustam Mochtar, 1998 : 18-19)

Untuk menentukan masa subur, dipakai 3 patokan, yaitu : a. Ovulasi terjadi 14 ± 2 hari sebelum haid yang akan

datang

b. Sperma dapat hidup & membuahi dalam 2-3 hari setelah ejakulasi

c. Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi

Pertemuan / penyatuan sel sperma dengan sel telur inilah yang disebut sebagai pembuahan atau fertilisasi. 4. Implantasi

Implantasi atau nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. Sel telur yang telah dibuahi (zigot) akan membelah diri membentuk blastomer (bola padat yang terdiri atas sel-sel anakan yang lebih kecil). Pada hari ke-3, bola tersebut terdiri atas 16 sel blastomer (morula), pada hari ke-4 di dalam bola tersebut mulai terbentuk rongga (blastula).

Dua struktur penting dalam blastula, adalah :

a. Lapisan luar (trofoblast), yang akan menjadi plasenta b. Embrioblast (inner cell mass), yang akan menjadi janin.

Pada akhir minggu pertama ( hari ke 5 sampai ke 7 ) zygot mencapai cavum uteri. Pada saat itu uterus sedang berada dalam fase sekresi lendir dibawah pengaruh progesteron dari korpus luteum yang masih aktif. Sehingga lapisan endometrium dinding rahim menjadi kaya pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif. Kontak antara zigot stadium blastokista dengan dinding rahim pada keadaan tersebut akan mencetuskan berbagai reaksi seluler, sehingga sel – sel trofoblast zigot tersebut akan menempel dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus (terjadi implantasi).

(5)

Nidasi atau implantasi adalah proses tertanamnya embrio pada endometrium. Terjadi pada saat blastosist sampai di uterus. Sehari sampai dua hari masih terapung dalam lumen, dan pada hari ke 6-7 setelah fertilisasi ia menyentuh endometrium dan tertanam lewat jaringan tropoblastdi daerah embrioblast. Nidasi terjadi ketika endometrium menempuh fase sekresi. Ketika embrio berumur 9 hari tropoblast berdiferensiasi menjado syncyctictropohoblast dan cytotrophoblast. Synctiotrophoblast menggerogoti lapisan epitel endometrium sehingga blastosist menerobos masuk. Cytotrophoblast

berdelaminasi ke dalam membentuk

extraembryonicmesoderm. Seluruh tropoblast bersama extraembryonic mesoderm melapisi bagian dalamnya disebut chorion. Sementara nidasi berlangsung embrioblast tumbuh jadi 2 lapis benih (germ layers): ectoderm sebelah luar dan endoderm sebelah dalam. Cytotrophoblast yang berhadapan dengan embrioblaast kemudian membentuk kantung yang ,enyelaputi embrio sendiri, disebut amnion. Dari endoderm tumbuh kantong yolk, yang kemudian akan menyusut dan ikut membina tali pusat. Seluruh endometrium yang berhubungan dengan nidasi embrio disebut decidua. Decidua basalis berhadapan dengan tropoblast, decidua capsularis menyelaputi embrio. Chorion yang berhadapan dengan decidua basalis disebut chorion frondosum, sedangkan yang berhadapan dengan decidua capsularais disebut chorionleave. Setelah tumbuh amnion dan kantung yolk tumbuh allantois, tempat penyimpanan sementara ampas metabolisme. Allantois ini akan menyusut, tnggal pembuluh darahnya yang dipakai menjadi vena umbilicus dan arteri umbilicus pada tali pusat (umbilical cord).

Struktur Sperma

Struktur sperma terdiri atas kepala, bagian tengah, dan ekor. Bagian kepala mengandung nukleus yang ujungnya ditutupi akrosom dan mengandung enzim yang membantu sperma menembus sel telur. Pada bagian tengah, terdapat mitokondria yang menyediakan energi bagi gerakan ekor (flagel) untuk bergerak menuju sel telur (ovum).

(6)

Ovum terdiri dari:

1. Nucleus atau nukleus adalah bagian esensial sebuah sel yang berisi kromosom.

2. Cytoplasm atau sitoplasma adalah seluruh protoplasma yang ada di dalam sebuah sel, kecuali nukleus.

3. Beberapa lapisan pelindung, yaitu

a. Membran Vitellin yaitu lapisan transparan di bagian dalam ovum.

b. Zona Pellusida yaitu lapisan pelindung ovum yang tebal dan terletak di bagian tengah. Terdiri dari protein dan mengandung reseptor untuk spermatozoa.

Korona Radiata yaitu merupakan sel-sel granulosa yang melekat disisi luar oosit dan merupakan mantel terluar ovum yang paling tebal.

Sesi II

C. Struktur Selaput dan Cairan Amnion

Selaput amnion merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat. Bagian dalam selaput yang berhubungan dengan cairan merupakan jaringan sel kuboid yang asalnya ektoderm. Jaringan ini berhubungan dengan lapisan interstisial mengandung kolagen I, III, dan IV. Bagian luar dari selaput ialah jaringan mesenkim yang berasal dari mesoderm. Lapisan amnion ini berhubungan dengan korion laeve.

(7)

Selaput amnion juga meliputi tali pusat. Sebagian cairan akan berasal pula dari difusi pada tali pusat. Pada kehamilan kembar dikorionik-diamniotik terdapat selaput amnion dari masing-masing yang bersatu. Namun ada jaringan korion leave ditengahnya (pada USG tampak seperti huruf Y, pada awal kehamilan); sedangkan pada kehamilan embar dikorion-monoamniotik (kembar satu telur) tidak akan ada jaringan korion di antara kedua amnion (pada USG tampak gambaran huruf T)

Cairan amnion merupakan pelindung dan bantalan untuk proteksi sekaligus menunjang pertumbuhan. Osmolalitas, kadar natrium, ureum, kreatin tidak berbeda dengan kadar pada serum ibu, karena kadar cairan amnion merupakan hasil difusi dari ibunya. Cairan amnion mengandung banyak sel janin (lanugo, verniks kaseosa).

a) Pembentukan cairan amnion

Volume cairan amnion pada kehamilan aterm rata-rata adalah 800 ml. Cairan amnion mempunyai pH 7,2 dan massa jenis 1,008. Setelah 20 minggu, produksi cairan berasal dari urin janin. Sebelumnya, cairan amnion juga banyak berasal dari rembesan kulit, selaput amnion, dan plasenta. Janin juga meminum cairan amnion (diperkirakan 500 ml/hari). Selain itu, terdapat cairan yang masuk ke paru-paru, sehingga penting untuk perkembangannya.

b) Fungsi amnion:

Fungsi amnion saat kehamilan berlangsung adalah sebagai berikut:

1. Nutrisi (makanan dan minuman bagi janin)

2. Memberikan kesempatan bagi janin untuk berkembang bebas ke segala arah tanpa saling menekan satu sama lain, tanpa menekan dinding uterus

3. Mempertahankan suhu yang tetap bagi janin 4. Melindungi fetus dari trauma

5. Menjaga tali pusat dari tekanan

6. Menyeimbangkan tekanan intrauteri dan bekerja sebagai peredam goncangan

7. Mencegah agar tidak timbul perlekatan antara amnion dan janin

Menghambat bakteri, kareba mengandung zat seperti fosfat dan seng

D. Oligohidramnion 1. Definisi

Pada keadaan tertentu banyaknya air ketuban berkurang dari normal. Bila sampai kurang dari 500cc disebut oligohidramnion. Biasanya cairannya kental, keruh, bewarna kuning kehijau-hijauan. (Prawirohardjo, 2005)

(8)

Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 0,5 liter. (Mochtar, 1998)

Jika air ketuban kurang dari 500cc disebut oligohidramnion. (Bagian obstetri dan ginekologi FK UNPAD, 1982)

Mark dan Divon (1992) dalam buku Obstetri Williams, Ed. 21, Vol.2 (2005) menemukan oligohidramnion yang didefinisikan sebagai indeks cairan amnion sebesar 5cm atau kurang.

Oligohidramnion dengan kriteria jumlah air ketuban kurang dari 200cc, kental dan bercampur mekonium. (Manuaba, 2007)

2. Penyebab

Berikut adalah kondisi yang beresiko tinggi menyebabkan oligohidramnion:

a. Anomali kongenital (misal, agenesis ginjal, sindrom Potter) b. Penyakit virus

c. IUGR

d. Insufiensi uteroplasenta

e. Pecah ketuban dini (minggu ke-24 sampai ke-26) f. Meresponi indosin sebagai suatu tokolitik

g. Hipoksia janin

h. Aspirasi mekonium dan cairan yang becampur mekonium i. Sindrom pascamatur

Jika produksi amnion makin berkurang, disebabkan beberapa hal diantaranya:

a. insufisiensi plasenta b. kehamilan postpartum

c. gangguan organ perkemihan ginjal

d. janin terlalu banyak minum sehingga dapat menimbulkan makin berkurangnya jumlah air ketuban intra uteri

3. Gejala dan tanda oligohidramnion adalah sebagai berikut: a. “Molding” uterus mengellilingi janin.

b. Janin dapat diraba dengan mudah.

c. Tidak ada efek pantul (ballotement) pada janin. d. Penambahan tinggi fundus uteri berlangsung lambat.

Gejala dan tanda tersebut didasarkan pada fakta bahwa cairan amnion yang ditemukan berada di bawah jumlah yang normal untuk usia kehamilan tertentu. Pada kehamilan normal, volume cairan amnion wanita bervariasi dan dapat mengalami fluktuasi. Umumnya cairan amnion meningkat hingga mencapai 1000 mililiter pada trimester ketiga kehamilan. Menginjak usia kehamilan 34 minggu, jumlah tersebut mulai berkurang secara bertahap dan menyisakan sekitar 800 ml pada usia cukup bulan.

Oligohidramnion dapat dikaitkan dengan berbagai variasi perlambatan frekuensi denyut jantung janin. Perlambatan ini kemungkinan terjadi karena cairan yang menjadi bantalan bagi tali pusat berkurang sehingga pergerakan janin atau kontraksi uterus dapat menyebabkan penekanan sementara pada saluran tali pusat.

Gambaran klinis:

(9)

b. Ibu merasa nyeri di perut pada tiap pergerakan anak c. Persalinan lebih lama dari biasanya

d. Sewaktu his akan terasa sakit sekali

e. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali, bahkan tidak ada yang keluar

f. Rahim lebih kecil dari sesuai dengan tuanya kehamilan g. Bunyi jantung janin sudah terdengar sebelum bulan ke 5

dan terdengar dengan lebih jelas. 4. Diagnosis

Untuk mengetahui oligohidramnion dengan jelas dapat dilakukan tindakan “amnioskopi” dengan alat khusu amnioskop. Indikasi amnioskopi adalah:

a. Usia kehamilan sudah di atas 37 minggu b. Terdapat preeklampsia-berat atau eklampsia c. Bad Obstetrics History

d. Terdapat kemungkinan IUGR e. Kelainan ginjal

f. Kehamilan post date

Hasil yang diharapkan adalah: a. Kekeruhan air ketuban

b. Pewarnaan dengan mekoneum Komplikasi tindakan amnioskopi adalah: a. Terjadi persalinan prematur

b. Ketuban pecah, menimbulkan persalinan prematur c. Terjadi perdarahan, perlukaan kanalis servikalis d. Terjadi infeksi asendens

Teknik diagnosis oligohidramnion dapat mempergunakan Ultrasonografi yang dapat menentukan:

a. Amniotic Fluid Index (AFI) kurang dari 5 cm

b. AFI kurang dari 3 cm disebut moderate oligohidramnion c. AFI kurang dari 2-1 cm disebutnya severe oligohidramnion 5. Penanganan

Salah satu bentuk oligohidramnion adalah akibat ketuban pecah menjelang aterm sehingga dapat menimbulkan komplikasi serius pada janin. Untuk mengurangi tekanan langsung otot rahim terhadap tali pusat/plasenta yang menimbulkan fetal distres dilakukan upaya “amniotic infusion” suatu terapi yang bersifat sementara untuk mengurangi kompresi.

Selain itu dapat dilakukan penanganan dengan cara memberi infus cairan ketuban dengan memasukkan kateter ke dalam rahim untuk memasukkan lebih banyak cairan. Pada beberapa kasus dimana kelahiran bayi sudah dekat, induksi persalinan atau operasi sectio sesaria dilakukan untuk melahirkan bayi.

Bentuk amniotic infusion adalah: a. Bolus amniotic infusion:

 Berikan infus sebanyak 10-15 cc/menit sampai tercapai jumlah 800 cc

(10)

Teknik bolus amniotic infusion, dapat menurunkan kejadian fetal distres dan meningkatkan kemungkinan persalinan pervaginam.

b. Continous amniotic infusion

 Diberikan 10 cc/menit selama 1 jam

 Diikuti 3 cc/menit sampai tercapai kompresi menghilang

Amniotic infusion ada kemungkinan berhasil, tetapi jika tetap terjadi fetal distres, peningkatan Bandle tidak terjadi penurunan, maka tindakan obstetrinya adalah dilakukan seksio sesarea.

6. Rujukan

Diskusi dengan dokter, konsultasikan mencakup: a. Identifikasi

b. penyebab oligohidramnion dan pertimbangan strategi penatalaksanaan yang didasarkan pada penyebab dan usia kehamilan.

Penatalaksanaan secara konservatif meliputi: pemberian cairan cukup, asupan nutrisi yang seimbang, pemantauan kesejahteraan janin, pengukuran volume cairan amnion dengan USG secara teratur, dan induksi.

E. Ketuban pecah dini 1. Deskripsi

 Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum in partu yaitu bila permukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Mochtar, 1998 hal 255)

 Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu. (Manuaba dkk, 2008 hal 112)  Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput

ketuban sebelum persalinan. (Prawirohardjo,2013 hal 677)  Ketuban pecah dini adalah bocornya cairan amnion

sebelum memulainya persalinan, terjadi pada kira-kira 7-12% kehamilan. (Taber, 1994 hal 368)

 Ketuban pecah dini premature adalah ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu. (Prawirohardjo,2013 hal 677)

2. Penyebab Ketuban pecah dini Secara umum disebabkan oleh :  Multi atau grandemulti

 Overdistensi ( hidramnion, hamil ganda)  Disproporsi sefalopelvis

 kelainan letak (lintang, sungsang)

 pendular abdomen (Manuaba dkk, 2008 hal 112)  kontraksi uterus dan peregangan berulang

(11)

 Perubahan struktur , jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktifitas kolagen berubah dan menyebabkan ketuban pecah. (Prawirohardjo,2013 hal 677)

Beberapa penyebab ketuban pecah dini yaitu :  Serviks inkompeten

 Overdistensi uterus  Faktor keturunan

 ion Cu serum rendah,  vitamin C rendah,  kelainan genetic  infeksi genitalia

 meningkatnya enzim proteriotik (Manuaba dkk, 2008 hal 112)

 faktor anatomis (selaput ketuban terlalu tipis dan tidak mampu menahan tegangan.

 Trauma (terjatuh)

 Oligohidramnion (Friedman dkk, 1996 hal 170)

3. Patogenesis

Taylor dkk. Telah menyelidiki hal ini ternyata adanya hubungan dengan hal-hal berikut :

 Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjasi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis,sistitis,sevisitis, dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.

 Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)  Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)

 Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi: multipara,malposisi, disporsisi, serviks inkompeten dan lain-lain.

 Ketuban pecah dini artificial (amniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini

Kadang-kadang sulit atau meragukan apakah ketuban benar sudah pecah atau belum, apalagi bila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil. Cara menentukannya adalah dengan :

 Memeriksa adanya cairan yang berisi mekoneum, verniks kaseosa, rambut lanugo, atau bila telah terinfeksi berbau  Inspekulo : lihat dan tentukan apakah memang air

ketuban keluar dari kanalis servisis dan apakah ada bagian yang sudah pecah

 Gunakan kertas lakmus

o Bila menjadi biru (basa) – air ketuban o Bila menjadi merah (asam) – urin

 Pemeriksaan pH forniks posterior pada PROM Ph adalah basa (air ketuban)

 Pemeriksaan histopatologi air (ketuban)  Aborization dan sitologi air ketuban

(12)

4. Pengaruh PROM a) Terhadap janin

Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi mungkin janin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas dan mobiditas perinatal.

b) Terhadap ibu

Karena jalan telah terluka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis (nifas), peritonitis dan septicemia, serta dry-labor. Ibu akan meras lelah karena terbaring ditempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan terlihat gejala-gejala infeksi.

Hal-hal diatas akan meninggikan angka kematian dan angka morbiditas pada ibu. (Mochtar, 1998 hal 255)

5. Gejala ketuban pecah dini

 semburan atau kebocoran cairan dari vagina yang terjadi tiba-tiba.

 Tidak ada nyeri maupun kontraksi uterus. (Taber, 1994 hal 368)

 Cairan yang keluar tidak dapat di tahan.

6. Penatalaksanan untuk PROM

a) Bila anak belum viable (kurang dari 36 minggu) penderita dianjurkan untuk beristirahat di tempat tidur dan berikan obat-obat antibiotika profilaksis, spasmolitika, dan roboransia dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai anak viable.

b) Bila anak sudah viable ( lebih dari 36 minggu), lakukan induksi partus 6-12 jam setelah lag phase dan berikan antibiotika profilaksis. Pada kasus-kasus tertentu dimana induksi partus dengan PGE2 dana atau drips sintosinol gagal, maka lakukanlah tindakan operatif. (Mochtar, 1998 hal 255)

7. Penanganan oleh bidan mandiri

Pasien dengan keluarnya cairan dari vagina

 Bidan harus mengkonfirmasikan pecahnya selaput amnion apabila dicurigai secara klinis, bedakan cairan dari ketuban atau urin. Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan melakukkan pemeriksaan Ph cairan yang berkumpul pada vagina dengan :

 kertas Nitrazine ; jika bersifat alkalis, kemungkinan merupakan cairan amnion. ( Friedman, 1998 hal 170)  Pemeriksaan Ph vagina dengan menggunakan kertas

lakmus merah menjadi biru berarti bersifat basa, menandakan cairan amnion. (Prawirohardjo,2013 hal 677)

(13)

 Hitung darah lengkap, hitung diferensial,  Hitung darah putih

 Protein C-reaktif Serum  Kultur cairan amnion

 Apusan dengan pewarnaan Gram atau Wrigth  Pemeriksaan paru-paru janin

 Ultrasonografi

 Jika pecahnya selaput amnion tidak membahayakan, maka lanjutkan perawatan prenatal dengan pengawasan intensif  Jika pecahnya selaput amnion membahayakan, rujuk ke

rumah sakit.

(Friedman, Acker, dan Sachs, 1998 hal 170)

8. Penanganan di rumah sakit

a) Tentukan adanya infeksi intrauterine

Dapatkan contoh cairan amnion untuk

pemeriksaanapusan dengan pewarnaan Gram dan Wright serta kultur. Penentuan kadar Protein C-reaktif dapat menandakan korioamnionitis. Jika infeksi dicurigai atau ditemukan, maka obati dengan antibiotik. Lalu lakukan induksi persalinan.

b) Jika tidak ada infeksi, tentukan usia kehamilan dan maturitas janin dengan riwayat menstruasi, catatan antenatal, dan ultrasonografi. Analisis fosfolopid vagina membantu menentukan maturitas paru-paru janin. Jika khamilan aterm atau mendekati aterm, maka tentukan kemampuan induksi persalinan. Jika keadaan menandakan dapat dilakukan induksi maka lakukan induksi persalinan. c) Jika janin preterm dan imatur, berikan kortikosteroid.

Pemberian kostikosteroid dapat menghindari sindroma gawat pernapasan jika persalinan diperlukan. Lalu periksa kembali keadaan janin. Awasi secara berkala untuk timbulnya infeksi.

d) Amati oligohidramnion. Pecahnya selaput amnion sebelum waktunya sebelum janin dapat hidup sering diperberat oleh oligohidromnia yang diakibatkan oleh keluarnya cairan yang melebihi pembentukan, berhubungan dengan prognosis neonates yang buruk. Oligohidramnion tidak berat maka ulangi pencairan infeksi intrauterine. Jika oligohidramnion berat, maka percepat kematangan janin lalu induksi persalinan. (Friedman, Acker, dan Sachs, 1998 hal 170)

LAMPIRAN A. Sesi I : Prakonsepsi

1. Syahrina : Apa yang dimaksud dengan resiko defek tabung saraf ? Dan seperti apa defek tabung saraf itu ?

Jawaban :

(14)

atau struktur embrio yang berkembang menjadi otak dan sumsum tulang belakang. Cacat tabung saraf adalah salah satu cacat lahir yang paling banyak menyebabkan kematian bayi dan kecacatan serius. Cacat tabung saraf yang umum adalah anensefali, spina bifida, dan ensefalokel.

2. Alifa : Mengapa setelah diberi titer rubella, kehamilan harus ditunda selama 1 bulan ?

Jawaban :

Menunda satu bulan kehamilan setelah diberikan vaksin itu agar vaksin dapat bekerja maksimal dan memberi perlindungan pada wanita yang akan hamil, juga agar tidak mencederai kehamilan.

3. Alsi : Apa yang dimaksud dengan adiksi janin ? Dan obat apa yang dapat menyebabkan adiksi pada janin ?

Jawaban :

Adiksi janin adalah ketergantungan atau kecanduan janin terhadap obat. Contoh obatnya yaitu seperti antibiotik.

Tambahan : Adiksi biasanya terjadi pada pasangan pecandu narkoba.

4. Wulan : Jika ingin hamil apakah IMT harus dinormalkan terlebih dahulu atau tidak ?

Jawaban :

Dianjurkan bagi yang ingin memiliki anak, untuk menyeimbangkan IMT (Indeks Massa Tubuh) terlebih dahulu agar tidak menjadi penyulit pada kehamilan.

Tambahan : Normal IMT (Indeks Massa Tubuh) = 18. Konseling ynag diberikan berupa asupan nutrisi yang baik untuk tubuh. 5. Dini : Kenapa tinggi badan dan berat badan yang tidak

seimbang berpengaruh pada kehamilan ? Jawaban :

Jika tinggi badan dan berat badan tidak seimbang maka akan beresiko pada kehamilan. Seperti obesitas atau kegemukan itu kelebihan jaringan lemak sehingga meningkatkan over produksi hormon estrogen, akibatnya hormon yang terbentuk menjadi tidak seimbang dan mengganggu siklus ovulasi, terlihat dari tidak teraturnya siklus menstruasi. Tetapi jika badan terlalu kurus maka akan berdampak pada kesuburan. Terlalu kurus memiliki resiko mengalami gangguan reproduksi lebih buruk dibanding yang obesitas, dan memiliki kesempatan rendah untuk bisa hamil karena diakibatkan oleh penurunan hormon estrogen serta ada kemungkinan embrio susah melekat.

6. Dewi : Apakah ada asuhan prakonsepsi pada pria ? jika ada seperti apa asuhannya ?

Jawaban :

Ada, sama seperti pada wanita, pria juga diberikan konseling tentang asupan nutrisi agar bisa menghasilkan sperma yang berkualitas baik sehingga bisa menghasilkan keturunan. Tambahan : Asuhan prakonsepsi itu berlaku untuk calon pasangan yang akan menikah, pasangan yang menikah muda, pasangan yang telah yang berencana memiliki anak, dan pasangan menikah yang telah memiliki anak dan berencana untuk memiliki anak lagi.

B. Sesi II : Konsepsi

(15)

Jawaban :

Pada saat embrio awal terbentuk 1.700 butir primordial germ cells, pada saat gonad berdiferensiasi menjadi ovarium primordial germ cells yang berproliferasi dengan cara mitosis menjadi 600.000. saat embrio 5 bulan bertambah menjadi 7 juta oosit primer. saat bayi lahir terjadi atresia sehingga tinggal 2 juta oosit primer dan pada saat berusia 7 tahun jumlahnya susut lagi menjadi sekitar 300.000. Pada saat wanita akil baligh ovum itu mulai berkurang karena mengalami pematangan dan berovulasi. Dari 300.000 ovum hanya sekitar 450 butir yang akan berovulasi seumur hidup seorang wanita.

2. Sintia : Bagaimana bisa menentukan jenis kelamin pada janin ?

Jawaban :

Tambahan : Jenis kelamin janin sudah ditentukan sejak terjadinya fertilisasi.

3. Wulan : Mengapa usia kehamilan dihitung dari hari pertama haid terakhir bukan dari hari terakhir haid ?

Jawaban :

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq, Hidayah dan Inayah-Nya, sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan mampu

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur histologis limpa pada itik tegal ( Anas javanicus ) terdiri dari kapsula, trabekula dan parenkima limpa yang

Dalam hal ini BUMN sebagai badan hukum perdata dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara juga tunduk pada semua prinsip Undang- Undang Nomor 40

Bagi Menjalankan kajian bertajuk Penguasaan Murid terhadap Kemahiran Penyelesaian Masalah Dalam Pembelajaran Matematik tahun 6 Di Sekolah Rendah seramai 60 orang

TM: 150’ BT: 120’ BM: 120’ Power point, Laptop, Projektor LCD 15 Analisis laporan keuangan pada perusahaan asuransi • Memahami rasio keuangan perusahaan asuransi •

e) Lakukan klarifikasi dan diskusikan dengan dinas teknis terkait mengenai hambatan dalam pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan - Dapatkan laporan pelaksanaan promosi

Terdapat situs pemotongan protease (Q/S: glutamin/serin) yang memisahkan runutan asam amino CP dengan NIb, dan pada posisi -4 bagian hulu Q/S terdapat valin (V) yang

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Usia 1 – 3 Tahun dengan Keterlambatan Perkembangan di TK Harapan Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, Skripsi,