• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kualitas Tidur Dengan Adaptasi Fisiologis Masa Postpartum di Klinik Sumiariani Medan Johor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kualitas Tidur Dengan Adaptasi Fisiologis Masa Postpartum di Klinik Sumiariani Medan Johor"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

2. Konsep Dasar Tidur

2.1 Pengertian tidur

Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologi tubuh, dan perubahanan respon terhadap stimulus eksternal (Wahid dan Nurul, 2007).

Hampir sepertiga dari waktu kita, dipergunakan untuk tidur.Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

Berdasarkan teori perbaikan (Repair and Restoration Theory of Sleep) tidur penting untuk merevitalisasi dan memperbaiki kembali proses fisiologis agar tubuh dan fikiran tetap sehat dan berfungsi dengan benar. Teori ini menyatakan bahwa tidur NREM berguna untuk memperbaiki fungsi fisiologis dan tidur REM berguna memperbaiki fungsi mental (Garliah, 2008).

(2)

berkonsentrasi di keesokan harinya, mengalami gangguan memori dan penampilan fisik (Agustin, 2012). Menurut Boyle, (2009) mengatakan penyembuhan luka dipengaruhi oleh salah satunya kurang tidur.

2.2 Fisiologi tidur

Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak, yaitu

Reticular Activating System (RAS) dan (Bulbar Synchronizing Region

Menurut Potter & Perry, (2005) seseorang tetap terjaga atau tertidur tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat yang lebih tinggi (misalnya pikiran), reseptor sensori perifer (stimulus bunyi dan atau cahaya) dan sistem limbik (emosi). Ketika seseorang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada pada posisi yang relaks. Stimulus ke RAS menurun.Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih, yang menyebabkan tidur.

(BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, sensori raba, emosi serta proses berfikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR (Tarwoto, Wartonah, 2003 dalam Chayatin & Mubarak, 2007).

2.3 Ritme sirkardian

(3)

bioritme yang paling umum adalah ritme sirkardian yang melengkapi selama siklus 24 jam (Lilis, Taylor, Lemone, 1998 dalam Chayatin & Mubarak,2007).

Irama sirkardian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi perilaku. Fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan sensorik, dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkardian 24 jam (Potter & Perry, 2005). Dalam hal ini, fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperatur, sekresi hormon, metabolisme dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkardiannya (Lilis, Taylor, Lemone, 1998 dalam Chayatin & Mubarak,2007).

Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronisasi sirkardian terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya. Individu akan bangun pada saat ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah (Lilis, Taylor, Lemone, 1998 dalam Chayatin & Mubarak,2007).

2.4 Tahapan tidur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat Elektroensepalogram (EEG), Elektro-okulogram (EOG), dan Elektrokiogram (EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement (NREM)

dan rapid eye movement (REM). (Chayatin & Mubaraq, 2007)

2.4.1 Tidur NREM

(4)

penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Di samping itu, semua proses metabolik termasuk tanda-tanda vital, metabolisme, dan kerja otot melambat. Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV).Tahap I-II disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur dalam (deep sleep atau delta sleep) (Chayatin & Mubaraq, 2007).

2.4.2 Tidur REM

Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30 menit.Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini.Selama tidur REM, otak cenderung aktif dan metabolismenya meningkat hingga 20 %. Pada tahap ini individu menjadi sulit dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan frekuansi jantung dan pernafasan seringkali tidak teratur (Chayatin & Mubaraq, 2007).

2.5 Siklus tidur

(5)

2.6 Kualitas tidur

Kualitas tidur adalah suatu keadaan yang dapat dilihat dari kemampuan individu dalam mempertahankan tidur dan mendapatkan kebutuhan tidur yang cukup dari tidur REM dan NREM (Kozier & Erb, 1987).Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang, gelisah, lesu, apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, sakit kepala, dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006).

Kualitas tidur yang baik akan ditandai dengan tidur yang tenang, merasa segar pada pagi hari, dan merasa semangat untuk melakukan aktivitas (Craven & Hirnle, 2000). Seseorang yang tidak cukup untuk mendapatkan waktu tidur cenderung lekas marah, konsentrasi kurang, dan sulit membuat keputusan (Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2004).

Tidur yang tidak adekuat dan berkualitas buruk dapat menyebabkan gangguan keseimbangan.Secara fisiologis, kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan individu dan meningkatkan kelelahan atau mudah letih.Secara psikologis, rendahnya kualitas tidur dapat mengakibatkan ketidakstabilan emosional, kurang percaya diri, dan bertindak ceroboh (Jenkins, 2005).

(6)

Orang yang dapat beristirahat dengn baik memerlukan waktu 15-20 menit untuk tertidur (Maas, 2002 dalam Harahap, 2007).

Kualitas tidur seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

1.6.1 Rasa nyeri

Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri dan distress fisik dapat menyebabkan gangguan tidur.Individu yang sakit memerlukan waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya.Di samping itu, siklus bangun tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan (Chayatin & Mubaraq, 2007).

Masa nifas berkaitan dengan gangguan tidur, terutama segera setelah melahirkan.Tiga hari pertama merupakan hari yang sulit bagi ibu akibat nyeri perineum.Perineum pasca partus berkorelasi erat dengan durasi kala II persalinan.Rasa tidak nyaman di kandung kemih, perineum serta gangguan bayi, semuanya dapat menyebabkan kesulitan tidur, yang dapat mempengaruhi daya ingat dan kemampuan psikomotor (Bobak, et al., 2005).

1.6.2 Kelelahan

Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang. Pada ibu postpartum Gay, Lee dan Lee (2005) melaporkan bahwa gangguan tidur setelah melahirkan berhubungan dengan tingkat kelelahan yang meningkat.

(7)

disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan dapat bertambah berat.Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu mengalami suatu periode tidur yang lelap dibanding pada akhir hari yang melelahkan (Potter & Perry, 2005).

1.6.3 Perubahan fisik

Perubahan yang mendadak dan dramatis menyebabkan ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yang dalam keadaan normal mampu diatasinya

1.6.4 Adaptasi lingkungan baru

Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat tidur.Sebagai contoh, temperature yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang.Suara juga mempengaruhi tidur, butuh ketenangan untuk tidur, hindari dari kebisingan (Potter & Perry, 2005).

Bayi baru lahir menghabiskan sebagian besar waktunya dengan tidur. Rata-rata total lamanya bayi baru lahir tidur adalah 16-19 jam dalam 24 jam. Hanya saja setiap kali tidur waktunya tidak lama.Siklus tidur bayi baru lahir masih terpengaruh kebiasaannya ketika didalam kandungan, dimana bayi justru lebih banyak tidur pada siang hari dan sebaliknya lebih aktif di malam hari.Hal ini menyebabkan ibu sering terbangun di malam hari.

(8)

cenderung lebih kurang tidur daripada ibu yang memberi bayinya susu formula di malam hari. Sementara bayi yang minum susu formula, biasanya akan tidur lebih lama sekitar 3-4 jam karena pencernaan bayi lebih lambat mencerna(Ding 2005)

1.6.5 Perubahan emosi

Ansietas dan depresi seringkali mengganggu tidur seseorang. Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepineprin darah melalui stimulasi sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.

1.6.6 Stimulan

Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP sehingga dapat menggangu kualitas tidur.Sedangkan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menggangu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu seringkali mengalami mimpi buruk.Mengkonsumsi alkohol dan kafein merupakan salah satu penyebab gangguan tidur yang diakibatkan oleh faktor gaya hidup (Klein, 2004 dalam alawiyah, 2009).

1.6.7 Obat-obatan

(9)

2.7 Parameter kualitas tidur

Untuk mengukur kualitas tidur seseorang digunakanparameter kualitas tidur

Pittsburg Quality Sleep Index (PSQI).PSQI adalah suatu metode penilaian yang

berbentuk kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan gangguan tidur orang dewasa dalam interval satu bulan.Adapun parameter kualitas tidur tersebut menurut Buysse et al., (1989).

2.7.1 Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur (Sleep latency)

Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur (sleep latency) adalah waktu yang dihabiskan oleh seseorang sejak munculnya keinginan untuk tidur sampai tercapainya tidur tahap Rapid Eye Movement (REM).Seseorang dengan kualitas tidur yang baik menghabiskan waktu < 15 menit untuk dapat memasuki tahap tidur selanjutnya secara lengkap.Sebaliknya lebih > 30 menit untuk bisa tertidur di malam hari maka kemungkinan mengalami masalah tidur (Rafknowledge, 2004).

2.7.2 Total jam tidur

(10)

2.7.3 Frekuensi terbangun

Frekuensi terbangun adalah sering atau tidaknya seseorang terbangun dari tidurnya yang dapat dipengaruhi lingkungan ataupun akibat adanya keinginan untuk buang air kecil. Terbangun di malam hari berpengaruh pada pengurangan total waktu tidur ( Buysse et al., 1989).

2.7.4 Lama waktu tidur siang

Tidur siang dianjurkan jika memang malam sebelumnya kekurangan tidur karena berfungsi untuk mengurangi hutang tidur, memenuhi hutang tidur diperlukan untuk meningkatkan dorongan homeostatik tidur. Bagi ibu postpartum, tidur siang bisa dilakukan untuk berjaga-jaga karena akan kekurangan tidur pada malam harinya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jika orang tidur siang untuk persiapan berjaga semalam suntuk, maka keesokan harinya kinerja mereka akan lebih baik daripada orang yang tidak melakukan tidur siang persiapan. Mereka bahkan 30% lebih awas dan optimis daripada yang tidak tidur siang (Maas, 2002 dalam Harahap, 2007).Ibu postpartum yang kecapaian hendaknya tidur siang selama 1 – 2 jam sewaktu bayinya tidur siang (Bobak, et al, 2005).

2.7.5 Terbangun cepat dipagi hari

(11)

2.7.6 Kepuasan tidur

Kepuasan tidur adalah keadaan kualitas dan kuantitas tidur yang baik sehingga seseorang merasa puas saat terbangun dari tidur dan siap untuk beraktivitas.Kepuasan tidur tergantung dengan kondisi lingkungan, kesehatan fisik dan kesehatan jiwa (Neubauer, 1999 dalam Harahap, 2007).

Kepuasan terhadap tidur seseorang dapat dilihat dari kemampuan individu dalam mempertahankan tidur dan mendapatkan kebutuhan tidur yang cukup dari tidur REM dan tidur NREM.Kepuasan tidur dapat diketahui dengan melakukan pengkajian yang meliputi data subjektif dan objektif (Craven & Hirnle, 2000).Data subjektif dapat dievaluasi berdasarkan persepsi klien tentang parameter tersebut. Jika klien puas dengan kualitas tidurnya maka klien mempunyai kualitas tidur yang baik ( Potter& Perry, 2005). Data objektif dapat dilihat dari pemeriksaan fisik dan diagnostik. Pemeriksaan fisik dapat diobservasi dari penampilan wajah seperti adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu dan konjungtiva merah, perilaku irritable, respon lambat, kurang perhatian, sering menguap, menarik diri, tremor, bingung, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor dan kurang koordinasi (Tarwoto & Wartonah, 2004).

2.7.7 Merasa segar saat bangun di pagi hari

(12)

3. Konsep Dasar Postpartum

3.1 Defenisi postpartum

Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suhemi, Widyasih, dan Rahmawati, 2009), serta adaptasi terhadap adanya anggota keluarga baru (Mitayani, 2009).

3.2 Tahapan Masa Postpartum

Menurut Rukiyah, Yulianti, Liana, (2011) masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini, puerperium intermedial, dan remote puerperium.

3.2.1 Puerperium dini

Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan.Dalam agama Islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari (Sulistyawati,2009).

3.2.2 Puerperium intermedial

Puerperium intermedial merupakan masa pemulihan menyeluruh alat-alat

genital yang lamanya 6-8 minggu.

3.2.3 Remote puerperium

Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

(13)

3.3 Adaptasi Fisiologis Postpartum

Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian terhadap hal-hal yang bersifat karakteristik selama masa postpartum. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, dianggap hal normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik ( Bobak, et al., 2005).

3.3.1 Sistem Reproduksi 3.3.1.1Involusi Uteri

Selama masa postpartum, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil.Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi (Saleha, 2009). Involusi adalah proses kembalinya uterus ke kondisi sebelum kehamilan, yang dimulai sesaat setelah pengeluaran plasenta dengan kontraksi otot uterus. Dalam 12 jam persalinan, tinggi fundus uteri (TFU) ± 1 cm diatas umbilikus dan turun 1-2 cm tiap harinya. Enam hari postpartum, fundus uteri setinggi pertengahan antara umbilikus dan simfisis.Sembilan hari postpartum, uterus tidak teraba karena masuk ke rongga pelvis.Satu sampai dua minggu postpartum, berat uterus berkisar antara 350-500 gr dan pada minggu ke 6 postpartum, berat uterus antara 50-60 gram (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

(14)

superfisial yang akan dibuang sebagai bagian dari lokia yang akan dikeluarkan melalui lapisan dalam yang sehat dan fungsional yang berada di sebelah endometrium basilar didalam lapisan zona basalis. Pembentukan kembali sepenuhnya endometrium pada situs plasenta akan memakan waktu kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).

3.3.1.2Lokea

Lokea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa postpartum.Lokea biasanya berlangsung ± 2 minggu setelah bersalin namun penelitian terbaru mengindikasikan bahwa lokea menetap hingga 4 minggu dan dapat berhenti atau berlanjut hinga 56 hari setelah bersalin.Lokea mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau menstruasi. Bau ini lebih terasa tercium pada lokia serosa, bau ini juga akan semakin lebih keras jika bercampur keringat dan harus cermat membedakannya dengan bau busuk yang menandakan adanya infeksi. Lokia dimulai sebagai suatu pelepasan cairan dalam jumlah yang banyak pada jam-jam pertama setelah melahirkan. Kejadian lokea ini akan berkurang jumlahnya sebagai lokea rubra, lalu berkurang sedikit menjadi sanguinolenta, serosa dan akhirnya lokea alba. Hal yang biasa ditemui adalah adanya jumlah lokia yang sedikit pada saat ibu berbaring dan jumlahnya meningkat pada saat ibu berdiri. Jumlah rata-rata pengeluaran lokia adalah kira-kira 240-270 ml.Lochea dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu: a) Lochea rubra/cruenta, muncul pada

hari 1-2 pasca persalinan, berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel,

desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan meconium. b) Lochea sanguinolenta,

(15)

3sampai ke-7 pasca persalinan.c) Lochea serosa, dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lochia rubra. Lochia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning.Cairan tidak berdarah lagi padahari ke 7-14 pasca persalinan.d) Lochea alba, dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai 1 atau 2 minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krimserta terdiri atas leukosit dan sel-sel

desidua.e) Lochea purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau

busuk.f) Locheastatis, lochea tidak lancar keluar. 3.3.1.3Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebalendometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah 3 hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009).

3.3.1.4Serviks

(16)

Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm saat persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasukkan 2-3 jari. Pada minggu ke -6 postpartum, serviks sudah menutup kembali (Sulistyawati, 2009).

3.3.1.5Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis.Secara berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara.Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi karunkulae mitiformisyang khas bagi wanita multipara (Saleha, 2009).

3.3.1.6Kelenjar mammae

(17)

bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak.Refleks ini dapat belanjut sampai waktu yang cukup lama (Saleha, 2009).

3.3.2 Sistem Pencernaan

Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Biasanya buang air besar akan tertunda 2-3 hari postpartum.Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

Pasca melahirkan, kadar progesterone juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Nafsu makan, pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar dan mulai makan 1-2 jam setelah melahirkan (Varney, Helen 2007). Pemulihan nafsu makan memerlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.Secara khas tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

3.3.3 Sistem perkemihan

(18)

sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.Protein dapat muncul di dalam urin akibat perubahan otolitik di dalam uterus.Kandung kemih masa postpartum mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan intravesika.Haluaran urin mungkin > dari 3000 mL per hari.Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

3.3.4 Tanda-tanda vital

Setelah melahirkan tanda-tanda vital ibu postpartum mengalami beberapa perubahan.Perubahan tersebut meliputi peningkatan tekanan darah sistol dan diastol selama 4 hari setelah melahirkan. Fungsi pernafasan akan kembali normal setelah 6 bulan, diafragma menurun, aksis jantung dan EKG kembali normal (Bobak, et al., 2005).

3.3.4.1Suhu Badan

(19)

3.3.4.2Nadi

Nadi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan frekuensi, irama, dan volume detak jantung yang dapat dikaji pada lokasi sentral/ perifer (Erb & Kozier, 2009).Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali karena pengaruh partus lama, persalinan sulit dan kehilangan darah yang berlebihan. Denyut nadi dan curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui.Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum kehamilan.

3.3.4.3Tekanan Darah.

Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolic 60-80 mmHg.Pada ibu postpartum tekanan darah pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah.Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh pendarahan.Sedangkan tekanan darah tinggi pada postpartum merupakan tanda terjadinya pre-eklampsia postpartum. Menurut Potter & Perry, (2005 ) selama tidur NREM bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung.

3.3.4.4Pernafasan

(20)

dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011). Penambahan berat badan pada ibu menyebabkan ibu mendengkur saat tidur sehingga membuat ibu kesulitan tidur.

3.3.5 Sistem muskuloskeletal

Sistem musculoskeletal pada ibu postpartum termasuk penyebab relaksasi dan hipermobilitas sendi.Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran uterus. (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.Stabilisasi sendi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu postpartum (Sulistyawati, 2009).

3.4 Gambaran kualitas tidur ibu postpartum

(21)

memuaskan bagi ibu postpartum merupakan masalah yang sangat penting sekalipun tidak mudah dicapai(Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

Fungsi tidur pada masa postpartum adalah untuk mengistirahatkan tubuh yang letih, meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan penyakit, mempercepat involusi uteri, memperbanyak produksi ASI, menambah konsentrasi, dan kemampuan fisik.Ibu postpartum memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang dibutuhkan ibu postpartum sekitar 7-8 jam pada malam hari dan 1-2 jam pada siang hari (Bobak, et al., 2005).

Keinginan ibu untuk memenuhi kebutuhan bayinya mampu membuat ibu mengabaikan dorongan tidur.Hal ini dapat dibuktikan dengan mengamati ibu yang sering kali tertidur tidak pada tempat dan waktu yang tepat.Ibu postpartum kadang tertidur sambil duduk saat menyusui bayinya (Duncan & Lavery, 2003 dalam Harahap, 2007).Jadi, dengan tubuh yang letih dan mungkin pula pikiran yang sangat aktif, ibu sering perlu diingatkan dan dibantu agar mendapatkan istirahat yang cukup (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011).

3.5 Hubungan kualitas tidur dengan adaptasi fisiologis masa postpartum

(22)

mudah terangsang, gelisah, lesu, apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, sakit kepala, dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006).

Secara fisiologis, kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan individu (Jenkins, 2005). Ketika kurang tidur, daya tahan tubuh menjadi lemah, dengan daya tahan tubuh melemah akan menghambat proses penyembuhan (Coad & Dunstall, 2006). Ketika proses penyembuhan terganggu, terjadi kegagalan penyembuhan tempat plasenta sehingga proses pengeluaran lokhea terganggu, jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi dan menghambat proses involusi uteri. Ini sesuai dengan pendapat Marni, (2012) yang mengatakan bahwa kurang istirahat dan gangguan tidur akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal diantaranya menghambat proses involusi uteri.

Kelenjar mammae, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan

pengeluaran ASI diantaranya adalah faktor istirahat (Rukiyah, Yulianti, Liana, 2011). Menurut Bobak, et al (2005) ibu yang menyusui mengalami gangguan pola tidur yang lebih besar. Istirahat dan tidur yang cukup diperlukan untuk pelemasan sel-sel dalam jaringan payudara, bila tidak mendapatkan istirahat yang cukup, akan mengalami kelemahan dalam menjalankan fungsinya (Ibrahim, 1998 dalam Harahap, 2007).

(23)

ASI tidak lancar dan 2 ibu postpartum dengan pola istirahat yang cukup menunjukkan produksi ASI lancar.

Sistem pencernaan, setelah benar- benar pulih dari efek analgesia,

anesthesia, dan keletihan ibu biasanya merasa sangat lapar (Bobak, 2005). Potter & Perry, (2005) berpendapat makan besar sebelum tidur sering menyebabkan gangguan pencernaan dan mengganggu kemampuan tidur. Pada jam 12.00 siang – 08.00 malam merupakan saat yang tepat untuk mengkonsumsi makanan padat karena siklus pencernaan bekerja lebih aktif dan sebaliknya saat jam 08.00 malam keatas sebaiknya tidak makan makanan padat karena lambung tidak boleh penuh dengan makanan saat tidur karena mengganggu proses pencernaan. Pada saat jam 08.00 malam keatas tubuh dalam keadaan istirahat total/ tidur. Tubuh akan mulai menyerap, mengasimilasi, dan mengedarkan zat makanan. Kurang tidur dimalam hari akan menimbulkan dorongan untuk merasa lapar sehingga akan menggangu aktivitas pencernaan. Ibu postpartum rentan mengalami konstipasi karena

Sistem kardiovaskuler, ketika kurang tidur formation reticularis pada pusat

(24)

Sistem musculoskeletal, kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi

kualitas tidur seseorang.Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang (Gay, Lee dan Lee (2005).Kelelahan diatur secara pusat oleh otak.Terdapat struktur susunan syaraf pusat yang sangat penting dalam mengontrol fungsi secara luas dan konsekuen yaitu reticular formation (sistem penggerak) pada medulla yang dapat meningkatkan dan mengurangi sensitifitas dari cortex serebri (pusat kesadaran) (Rodahl, 1986 dalam Andiningsari, 2009).

Keadaan dan perasaan lelah merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex serebri yang dipengaruhi oleh sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi) yang saling bergantian.Sistem penghambat terdapat dalam thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi (Rodahl, 19986 dalam Andiningsari, 2009).

Referensi

Dokumen terkait

disampaikan kepada UPP Tingkat Pemerintah Daerah dalam hal materi laporan Pengaduan tida-k terkait dengan tugas dan fungsi SKPD.. (2) Laporan pengaduan tidak langsung

In order to achieve stable and precise solver for block adjustment under the condition of weak convergence, this paper take the elevation value interpolated from DEM as observed

Dengan menggali informasi dari teks percakapan, siswa mampu memberikan contoh perilaku di rumah yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sila Pancasila dan lambang

Specific attention was paid on the key steps including the selection of imaging sensor (multispectral vs hyperspectral) and our spatial and spectral quality decisions

Honorarium tim e-Goverment dapat diberikan kepada Pegawai ASN yang diberi tugas untuk mengelola website Pemerintah Provinsi, berdasarkan surat keputusan pejabat

seorang pemimpin/ kepala sekolah dalam mempengaruhi bawahannya untuk melakukan suatu kegiatan. Iklim organisasi sekolah meliputi aspek lingkungan sosial, lingkungan

pertunjukan merupakan sebuah wujud baik wujud nyata maupun yang ada dan muncul dibayangan, bentuk pada karya seni musik merupakan sebuah kerangka seperti halnya kerangka manusia

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI MIA 3 SMAN 4 Pontianak menunjukkan: sebanyak lima indikator berada