BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Tinjauan Umum Lembaga Keuangan Non Bank
2.1.1.1Pengertian Lembaga Keuangan Non Bank
Lembaga keuangan non bank adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan di bidang keuangan, secara langsung ataupun tidak langsung,
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat
untuk kegiatan produktif.
Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No,
KEP-38/MK/IV/1972, Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKKB) adalah semua
lembaga (badan) yang melakukan kegiatan dalam bidang keuangan yang secara
langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan cara mengeluarkan
surat-surat berharga, kemudian menyalurkan kepada masyarakat terutama untuk
membiayai investasi perusahaan-perusahaan.
2.1.1.2 Jenis-Jenis Lembaga Keuangan Non Bank
Lembaga keuangan non bank memiliki jenis-jenis yang berbeda menurut
Latumaerissa (2011),antara lain :
Pasar modal adalah pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan
jangka waktu yang relatif panjang, yang diinvestasikan pada barang modal
untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi dan akhirnya
meningkatkan kegiatan perekonomian.
2. Pasar Uang dan Pasar Valas
Pasar uang adalah suatu tempat pertemuan abstrak di mana para pemilik dana
jangka pendek dapat menawarkan kepada calon pemakai yang
membutuhkannya, baik secara langsung maupun secara perantara. Sedangkan
yang dimaksud dana jangka pendek adalah dana-dana yang dihimpun dari
perusahaan maupun perorangan dengan batasan waktu dari satu hari sampai
satu tahun, yang dapat diperjual belikan di dalam pasar uang (Pandji Anoraga
dan Piji Pakarti (2001:2)).
3. Sewa Guna Usaha (Leasing)
Surat keputusan bersama mentri-mentri perdagangan, keuangan, dan
perindustrian pada tahun 1974 mendefinisikan usaha leasing sebagai kegiatan
pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal
untuk digunakan oleh suatu perusahaan (penyewa) selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan
hak pilih bagi perusahaan untuk membeli barang modal yang bersangkutan.
4. Anjak Piutang (Factoring)
Perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan pembiayaan
dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau
dan luar negeri (KepMenkeu No. 1251/ KMK. 013/ 1988 tanggal 20
Desember 1998).
5. Modal Ventura
Modal ventura (sesuai SK. Menteri Keuangan No. 1251/ KMK. 013 1988)
adalah suatu badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha
(investment company) untuk jangka waktu tertentu, paling lama 10 tahun.
6. Asuransi
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang
menanggung atau mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan
menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tertentu (KUHD Pasal 246).
7. Pegadaian
Pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan lainnya yang sudah lama
beroperasi di Indonesia.Lembaga ini dimaksudkan untuk memberikan
pinjaman-pinjaman kepada perorangan.Tujuan lembaga ini adalah mencegah
rakyat kecil yang membutuhkan pinjaman agar tidak terjatuh ketangan
pelepas uang yang dalam pemberiaanya memberikan bunga yang sangat
tinggi dan berlipat ganda (rentenir).
8. Dana Pensiun
Dana pensiun adalah lembaga (badan hukum) yang mengelola dan
UU.No. 11/1992). Tujuan pokoknya adalah sebagai jaminan hidup bagi
peserta dan keluarganya untuk masa yang akan datang.
2.1.2 Tinjauan Umum Asuransi
2.1.2.1 Pengertian Asuransi
Di Indonesia pengertian asuransi menurut UU No. 1 Tahun 1992 tentang
Usaha Asuransi adalah sebagai berikut,“Asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih yang pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul akibat suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.Sedangkan menurut
KUHD pasal 246,“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan
mana seseorang menanggung atau mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang
mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tertentu.”
Definisi asuransi lainnya dapat ditemukan dalam berbagai literatur yang
dikemukakan oleh para pakar.Abbas Salim(Julius, 2011:447), asuransi adalah
suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil yang sudah pasti
Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa asuransi merupakan
lembaga keuangan non bank yang memiliki peran sangat penting dalam
kehidupan ekonomi dan sebagai salah satu pertimbangan dalam pertumbuhan
ekonomi. Ada beberapa unsur dalam asuransi berdasarkan UU No. 2 tahun
1992, yaitu:
1. Tertanggung : tertanggung atau badan hukum yang memiliki atau
kepentingan atas harta benda.
2. Penanggung : pihak yang menerima premi asuransi dari tertanggung dan
menanggung risiko atas kerugian/musibah yang menimpa harta benda yang
diasuransikan.
3. Suatu peristiwa (accident) yang tidak tentu atau pasti (tidak diketahui
sebelumnya).
4. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena
peristiwa tak tertentu.
2.1.2.2 Jenis-Jenis Usaha Asuransi
Secara garis besar, usaha asuransi terbagi atas 3 kegiatan usaha yang
terpisah penyelenggaraannya yaitu kegiatan usaha asuransi kerugian (umum),
asuransi jiwa, dan asuransi sosial.
1. Asuransi kerugian/umum (general insurance)
Jenis asuransi yang memberikan jaminan bagi berbagai risiko yang
mengancam harta benda dan berbagai kepentingan.
Jenis asuransi yang memberikan jaminan terhadap kehilangan jiwa
seseorang. Fungsi asuransi jiwa secara umum dapat dikelompokkan menjadi
beberapa unsur antar lain:
- Membantu pihak yang kecelakaan.
- Membayar santunan bagi pihak yang tertanggung.
- Membantu usaha dari kerugian yang disebabkan oleh meninggalnya
pejabat kunci perusahaan.
- Menghimpun dana untuk persiapan pensiun; dan
- Menunda atau menghindari pajak pendapatan
3. Asuransi sosial
Sebenarnya sama dengan kedua jenis yang telah disebutkan di atas (asuransi
kerugian dan asuransi jiwa), tetapi penyelenggaraannya didasarkan pada
peraturan perundangan tersendiri yang bersifat wajib serta di dalamnya
terkandung tujuan tertentu dari pemerintah untuk memberikan perlindungan
bagi masyarakat atau sebagian anggota masyarakat.
2.1.3 Asuransi Syariah
2.1.3.1 Pengertian Asuransi Syariah
Asuransi syariah(Ta’min, Takaful, Tadhamun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk assets dan atau tabarru yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang
sesuai syariah (Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FISS, 2004:30).
maka asuransi syariah memiliki karakteristik atau ciri-ciri antara lain : (Janwari,
2005:21)
1. Akad yang dilakukan adalah akad takafuli
2. Selain tabungan peserta dibuat pula tabungan derma(tabarru’)
3. Merealisir prinsip bagi hasil
2.1.3.2 Tujuan Asuransi Syariah
Meminimalisir risiko financial dalam asuransi syariah biasanya berasal dari dua sumber, yaitu tabungan (premi) yang disetor, dan tabarru’ yang berasal
dari peserta asuransi lainnya. Dilihat dari cara meminimalisir risiko, maka tujuan
dari pendirian asuransi syariah, khusus di Indonesia adalah : (Janwari, 2005:13)
1. menjaga konsistensi pelaksanaan syariah di bidang keuangan, mengandung
pengertian bahwa pendirian asuransi syariah merupakan wujud
implementasi dari nilai-nilai syariah yang terkandung dalam Al-Quran dan
Al-Sunnah.
2. Antisipasi terhadap makin meningkatnya kemakmuran bangsa, mengandung
arti bahwa dalam masyarakat bangsa yang telah maju, karakter
individualistik lebih menonjol dibandingkan dengan karakter kolektifistik.
3. Turut meningkatkan kemakmuran bangsa dalam hal kesadaran akan
pentingnya berasuransi, khususnya masyarakat islam.
4. Menumbuhkan kemampuan umat islam di bidang pengelolaan industri
asuransi, mengandung arti bahwa adanya kehadiran asuransi syariah
melibatkan diri sacara langsung untuk mengelola dan mengembangkan
industri asuransi yang terlepas dari unsur-unsur yang tidak dibenarkan sara.
2.1.3.3 Fungsi Asuransi Syariah
Seiring dengan adanya tujuan asuransi, maka secara otomatis asuransi
syariah memiliki fungsi tersendiri, antara lain : (Janwari, 2005:16)
1. Fungsi dari segi pelaksana syariat Islam
Asuransi syariah merupakan realisasi dari ketentuan-ketentuan yang ada
dalam syariat islam itu sendiri. Hal ini berarti bahwa prinsip oprasional
yang digunakan asuransi syariah mengacu pada syari’at islam, bukan pada
sistem ekonomi kapitalis atau system ekonomi yang selama ini menjadi
dasar pikiran asuransi konvensional.
2. Fungsi segi pembangunan nasional
Kehadiran asuransi syariah memiliki fungsi untuk mensejahterakan dan
menentramkan kehidupan rakyat ketika tertimpa musibah atau bencana.
3. Fungsi dari segi pengelolaan dan pendayagunaan ekonomi umat
Kehadiran asuransi syariah sebagai sebuah lembaga keuangan syariah bisa
lebih mengelola dan mendayagunakan potensi ekonomi umat islam secara
maksimal.
2.1.3.4 Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah
Para ulama dan ahli ekonomi islam mengemukakan bahwa asuransi
syariah atau asuransi takaful ditegakkan atas tiga prinsip utama, yaitu :
(http://www.takafulmulia.com)
Para peserta asuransi takaful memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk
saling membantu dan menolong peserta lain yang mengalami musibah atau
kerugian dengan niat ikhlas, karena memikul tanggung jawab dengan niat
ikhlas adalah ibadah.
2. Saling bekerja sama atau saling membantu
Peserta asuransi takaful yang satu dengan yang lain saling bekerja sama dan
saling tolong menolong dalam mengatasi kesulitan yang dialami karena
sebab musibah yang diderita.
3. Saling melindungi penderitaan satu sama lain
Peserta asuransi takaful akan berperan sebagai pelindung bagi peserta lain
yang mengalami gangguan keselamatan berupa musibah yang dideritanya.
2.1.3.5 Produk Asuransi Syariah
Dilihat dari sisi dana, produk asuransi syariah terbagi dalam dua jenis,
yaitu : Pertama, produk yang memiliki unsur tabungan, ada yang diperuntukkan
untuk perorangan/individu, ada juga untuk kelompok. Kedua, produk yang tidak
memilikiunsur tabungan (Khoiril Anwar, 2007:33).
Mekanisme pengelolaan dana yang memiliki unsur tabungan adalah
setiap premi yang dibayarkan peserta akan dimasukkan kedalam dua rekening.
1. Rekening tabungan
Rekening milik peserta untuk menampung seluruh tabungan dan hasil
keuntungnan yang menjadi hak milik peserta.Rekening tabungan ini dapat
diambil peserta jika perjanjiaan berakhir, peserta mengundurkan diri, atau
2. Rekening khusus
Rekening yang akan menampung seluruh dana tabarru’ (iuran kebajikan)
yang telah diniatkan peserta untuk dana tolong menolong manakala ada
peserta lain yang tertimpa musibah.
2.1.4 Asuransi Konvensional
2.1.4.1 Pengertian Asuransi Konvensional
Menurut kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUH Dagang),
asuransi merupakan suatu perjanjian, dengan mana seseorang menanggung atau
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi
untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu
peristiwa tak tertentu (Pasal 246 KUH Dagang).
Dengan demikin, elemen-elemen dari suatu asuransi adalah sebagai
berikut : (Munir Fuady, 2008:249)
1. Adanya pihak tertanggung.
2. Adanya pihak penanggung.
3. Adanya kontrak asuransi.
4. Adanya kerugian.
5. Adanya peristiwa tertentu yang akan memungkinkan akan terjadi.
6. Adanya uang premi yang dibayar oleh penaggung kepada tertanggung.
Di Indonesia pengertian asuransi menurut UU No. 1 Tahun 1992 tentang
Usaha Asuransi adalah sebagai berikut, “Asuransi atau pertanggungan adalah
kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul akibat suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.
2.1.4.2 Tujuan Asuransi Konvensional
Pada asuransi konvensional tujuannya adalah transfer of risk
(memindahkan risiko), inilah hakekat tujuan utama orang berasuransi.Abbas
Salim mengatakan bahwa tujuan asuransi konvensional adalah transfer of risk
(pemindahan risiko) individu kepada perusahaan asuransi.Karena itu, tujuan
pertanggungan terutama untuk mengurangi risiko-risiko yang kita temu pada
masyarakat (Muhammad Syakir Sula, 2004:304).
Dalam pandangan ekonomi, asuransi suatu metode untuk mengurangi
risiko dengan jalan memindahkan atau transfer of risk dan mengkombinasikan
ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan financial. Jadi, berdasarkan
konsep ekonomi, asuransi berkenaan dengan pemindahan dan
mengkombinasikan risiko.
2.1.4.3 Manfaat Asuransi Konvensional
Kebutuhan asuransi semakin dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari
baik perorangan, maupun dunia usaha. Maka asuransi mempunyai banyak
1. Asuransi melindungi risiko investasi
Kemampuan untuk menanggung risiko merupakan unsur fundamental dalam perekonomian bebas.Bilamana suatu perusahaan berusaha untuk memperoleh keuntungan dalam bidang usahanya, maka kehadiran risiko dan ketidakpastian tidak dapat dihindari.
2. Asuransi sebagai sumber dana investasi
Pembangunan ekonomi memerluka dukungan investasi dalam jumlah memadai yang pelaksanaannya berdasarkan kemampuan sendiri. Perusahaan-perusahaan asuransi mampu menghimpun dana (dalam bentuk premi asuransi) dalam jumlah yang tidak kecil. Penginvestasian kembali dana tersebut nerupakan sumber modal yang sangat berarti dalam mempercepat laju perkembangan ekonomi.
3. Asuransi untuk melengkapi persyaratan kredit
Kreditor lebih percaya pada perusahaan yang risiko kegiatan usahanya diasuransikan. Pemberi kredit tidak hanya tertarik dengan keadaan perusahaan serta kekayaan yang ada pada saat ini, tetapi juga sejauh mana perusahaan tersebut telah melindungi diri dari kejadian-kejadian yang tidak terduga di masa depan.
4. Asuransi dapat mengurangi kekhawatiran
Perusahaan asuransi tidak kuasa mencegah terjadinya kerugian-kerugian yang tidak terduga.Fungsi utama asuransi adalah mengurangi kekhawatiran akibat ketidakpastian.Jadi, perusahaan asuransi tidaklah mengurangi ketidakpastian terjadinya penyimpangan yang tidak diharapkan.
5. Asuransi mengurangi biaya modal
Dalam rangka menarik modal ke dalam perusahaan-perusahaan yang menanggung biaya besar, maka return atas modal yang telah diinvestasikan harus cukup besar. Tingkat risiko dan pengembalian modal berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan.
6. Asuransi menjamin kestabilan perusahaan
Perusahaan-perusahaan dewasa ini menyadari arti penting dari asuransi sebagai salah satu yang menciptakan goodwill (jasa baik) antar kelompok pimpinan dan karyawan. Perusahaan-perusahaan telah menyediakan polis secara berkelompok untuk para karyawan tertentu dengan cara perusahaan membayar keseluruhan atau sebagian dari premi yang telah ditetapkan. 7. Asuransi dapat meratakan kemiskinan
Dalam dunia usaha yang penuh dengan persaingan, kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh kemungkinan bahaya di masa depan tidak dapat diperhitungkan sebagai salah satu komponen harga pokok barang yang dijual. Dengan berusaha menentukan biaya-biaya “kebetulan” yang mungkin dialami pada masa yang akan datang melalui program asuransi, pihak perusahaan akan mempertimbangkan atau memperhitungklan biaya tersebut sebagai salah satu elemen dari total biaya untuk produksi yang akan dijual.
8. Asuransi dapat menyediakan layanan profesional
bidang teknologi.Usaha-usaha untuk memberikan bantuan teknis baimk kepada individu maupun perusahaan itu agar perusahaan-perusahaan tersebut dapat melakukan operasinya dengan baik.
9. Asuransi mendorong usaha pencegahan kerugian
Dewasa ini perusahaan-perusahaan asuransi banyak melakukan usaha yang sifatnya mendorong perusahaan tertanggung untuk melindungi diri dari bahaya yang dapat menimbulkan kerugian.Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang usaha menyadari perlindungan kerjasama dengan perusahaan asuransi dapat menghilangkan atau memperkecil kemungkinan yang dapat menimbulkan kerugian.
2.1.5 Perbedaan antara Asuransi Syariah dan Konvensional
Perusahaan asuransi secara umum ada dua, yaitu asuransi syariah dan
asuransi konvensional.Namun, terdapat perbedaan diantara asuransi syariah dan
asuransi konvensional. Perbedaan tersebut antara lain:
Tabel 2.1
Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional
No Keterangan Asuransi Syariah Asuransi Konvensional
1 Pengawas Adanya dewan pengawas
syariah. Fungsinya
mengawasi produk yang
dipasarkan dan investasi
dana.
Tidak ada
2 Akad Tolong menolong Jual beli
3 Investasi
Dana
Investasi dana berdasarkan
syariah dengan sistem bagi
hasil (mudharabah)
Investasi dana
berdasarkan bunga
4 Kepemilikan
Dana
Dana yang terkumpil dari
nasabah (premi)
Dana yang terkumpul
merupakan milik peserta.
Perusahaan hanya sebagai
pemegang amanah untuk
mengelola
menjadi milik perusahaan
sehinggaperusahaan
bebasuntuk
menginvestasikannya.
5 Pembayaran
Klaim
Dari rekening tabarru’
(dana kebajikan) seluruh
peserta yang sejak awal
sudah diikhlaskan oleh
peserta untuk keperluan
tolong menolong bila
terjadi musibah.
Dari rekening dana
perusahaan.
6 Keuntungan
Profit
Dibagi antara perusahaan
dengan peserta sesuai
dengan prinsip bagi hasil
(mudharabah).
Seluruhnya menjadi
milik perusahaan.
Sumber : (Dewi, 2007:152)
2.1.6 Laporan Keuangan
2.1.6.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada perusahaan merupakan output atau hasil akhir dari
kegiatan akuntansi yang mencerminkan kondisi keuangan suatu perusahaan dan
hasil operasi perusahaan. Informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi
Menurut Munawir (2004:2) mengemukakan pengertian laporan keuangan sebagai berikut, “Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas dari perusahaan tersebut.”
Selanjutnya menurut Harahap (2002:7) mengemukakan bahwa, “Laporan keuangan adalah merupakan pokok atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya.”
Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 (IAI:2004:04) mengemukakan bahwa, “Laporan keuangan merupakan laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, sosial atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.”
Dari beberapa penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa laporan
keuangan merupakan informasi kondisi keuangan pada periode tertentu yang
terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan yang diguanakan untuk melihat kinerja suatu
perusahaan dan untuk mengambil keputusan.
2.1.6.2 Tujuan Laporan Keuangan
Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian informasi perusahaan,
laporan keuangn pada Fahmi (2011:5) disebutkan bahwa, “Tujuan laporan
keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan
tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter”.
Dari defenisi di atas tujuan laporan keuangan adalah untukmemberikan
informasai kepada pemakai laporan keuangan dan digunakan untuk mengambil
2.1.6.3 Pihak-Pihak Yang Memerlukan Laporan Keuangan
Pembuatan dan penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi
kepentingan berbagai pihak, baik bagi pihak internal maupun bagi pihak external
perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi.
Adapun pihak-pihak yang berkepentingan tersebut, yaitu : (Dermawan dan
Djahotman, 2013:9)
1. Pemilik atau pemegang saham (Stock holder)
Mereka sangat berkepentingan untuk melihat kondisi keuangan perusahaan
saat ini, sekaligus melihat kinerja manajemen atas target yang telah di
tetapkan sebelumnya. Artinya berkaitan erat dengan sukses tidaknya
perusahaan dalam menghasilkan laba/keuntungan untuk meningkatkan
kemakmuran pemilik/pemegang saham.
2. Manajemen (Management)
Secara garis besarnya sebagai cermin kinerja mereka dalam suatu periode
tertentu. Dengan kata lain jika mencapai atau memperoleh target yang
ditetapkan, berarti ada penghargaan dan jika sebaliknya ada teguran bahkan
peumutusan hubungan kerja.
3. Kreditor (Creditor)
Apakah dana yang dipinjamkan perusahaannya serta konsekuensinya (bunga)
dapat dibayar dan pokok pinjaman yang harus dikembalikan.
Apakah perusahaan jujur melaporkan laporan keuangan sesungguhnya, sudah
barangtentu berkaitan dengan kewajiban pajak yang dibayar kepada
pemerintah/Negara secara adil dan jujur.
2.1.7 Kinerja Perusahaan
2.1.7.1 Pengertian Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi suatu
perusahaan dilihat dari laporan keuangan dengan menggunakan analisis keuangan,
sehingga dapat kita mengetahui baik buruknya kinerja perusahaan.Hal ini sangat
penting agar sumber daya yang digunakan secara optimal.
MenurutMunawir(2007:30)yang dimaksuddengankinerja keuangan
perusahaan adalah pengukuran prestasiyangdicapaioleh
perusahaanyangmencerminkankondisi kesehatandarisuatuperusahaan padakurun
waktu tertentu.Pengukuran prestasipadaumumnyadidasarkan atas
labayangdihasilkandibandingkandenganinvestasiyangditanam dalamperusahaan.
Tujuan daripengukuran kinerjakeuangan perusahaan, yaitu untuk
mengevaluasiperubahanatasdasarsumberdayayang dimilikiperusahaan
apakahmenunjukankenaikan,statis ataupenurunankemudiandengan
informasimengenaiperubahan-perubahan tersebut.
2.1.7.2 Pengukuran Kinerja Perusahaan
Pengukuran kinerja keuangan merupakan analisis data serta pengendalian
bagi perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan
perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan
melihat apakah mereka akan tetap menahankan investasi mereka diperusahaan
tersebut atau mencari alternative lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk
memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat
secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas yang baik (Munawir,
1995:85).
Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai “performing measurement“
(pengukuran kinerja) adalah kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen
atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan
demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan
perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan
yang telah dilaksanakan pada periode waktutertentu (Hanafi,2003: 69).
2.1.8 Risk Based Capital
Risk Based Capital adalah salah satu metode pengukuran Batas Tingkat
Solvabilitas yang disyaratkan dalam undang-undang dalam mengukur tingkat
kesehatan keuangan sebuah perusahaan asuransi untuk memastikan pemenuhan
kewajiban Asuransi dan Reasuransi dengan mengetahui besarnya kebutuhan
modal perusahaan sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi perusahaan dalam
mengelola kekayaan dan kewajibannya.
2.1.8.1 Tujuan Risk Based Capital
Tujuan dari Risk Based Capital adalah untuk :
1. Mengetahui besarnya kebutuhan modal perusahaan sesuai dengan tingkat risiko
2. Mengukur tingkat kesehatan keuangan.
3. Mengurangi biaya insolvency
4. Menentukan faktor risiko yang proporsional terhadap risiko insolvency.
5. Membantu regulator (pemerintah) dalam mengukur nilai aktual dari ekuiti.
6. Mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang.
2.1.8.2 Metode Perhitungan Risk Based Capital
Metode perhitungan Risk Based Capital sebagaimana diatur dalam SK DJLK No.
5314/LK/1999 didasari pada 4 komponen yaitu :
1. Schedule A – Asset Default
Digunakan untuk menghitung besarnya dana/modal yang harus tersedia dalam
rangka mengantisipasi terjadinya risiko penurunan nilai kekayaan dan atau
kehilangan pendapatan yang berasal dari kekayaan tersebut.
Cara perhitungan :
Kekayaan yang diperkenankan (Admitted Asset ) X faktor yang
diasumsikanSemakin besar faktor yang dikenakan terhadap suatu jenis kekayaan
maka semakin tinggi pula faktor risiko yang diasumsikan.
2. Schedule B – Currency Mismatch
Digunakan untuk menghitung besarnya dana/modal yang tersedia dalam
rangka mengantisipasi terjadinya risiko fluktuasi dalam setiap jenis mata uang
yang dapat menyebabkan meningkatnya jumlah kewajiban yang harus ditanggung
Schedule ini dihitung hanya apabila perusahaan memiliki kekayaan (yang
diperkenankan) dan atau kewajiban dalam mata uang asing selain kekayaan dan
kewajiban dalam mata uang rupiah.
Cara perhitungan :
Jumlah kewajiban
——————————————— Jumlah Kekayaan yang diperkenankan
(Admitted Asset )
Catatan : Untuk setiap masing-masing mata uang.
Jika perusahaan memiliki jumlah kewajiban adalam suatu mata uang lebih besar
dari kekayaan yang dimilikinya, maka untuk setiap selisih kewajiban atas
kekayaan dikenakan faktor sebesar 0.5.
Kelebihan kekayaan dalam mata uang rupiah tidak diperhitungkan dalam
penentuan besarnya dana yang harus ada.
Contoh :
- Admitted asset : Rp. 1,000
- Liability : Rp. 1,500
- Maka perhitungannya adalah sbb :
(1,500 – 1,000) x 0.5 = 250
3. Schedule C – Claim experience worse than expected
Digunakan untuk menghitung besarnya dana/modal yang harus tersedia
dalam rangka mengantisipasi terjadinya risiko bahwa jumlah klaim yang telah
terjadi.
Cara perhitungan schedule ini terbagi dalam 4 Bagian yaitu :
Asuransi Kecelakaan Diri
Nilai Pertanggungan Retensi Sendiri X faktor yang diasumsikan
Asuransi Kesehatan
Dalam asuransi kesehatan, tertanggung dimungkinkan untuk mengajukan klaim
lebih dari satu kali selama satu periode kontrak selama sisa jumlah uang
pertanggungannya masih ada.
Cara perhitungan :
Klaim-klaim baru
Diasumsikan untuk pertanggungan yang belum pernah diajukan klaimnya
dicadangkan suatu dana yang besarnya didasarkan kepada jumlah pendapatan
premi netto yang berasal dari pertanggungan tersebut.
Klaim-klaim lanjutan
Diasumsikan bahwa untuk pertanggungan yang sudah pernah diajukan klaimnya
dicadangkan suatu dana yang besarnya didasarkan pada jumlah cadangan yang
berasal dari pertanggungan tersebut.
Klaim-klaim masa lalu
Pendapatan premi netto x faktor risiko yang ditetapkan + proyeksi claim
Klaim-klaim masa depan
Cadangan klaim x faktor risiko yang ditetapkan untuk masing-masing risiko.
1. Cadangan klaim yang berasal dari klaim dalam proses yang dibentuk
perusahaan untuk masing-masing cabang asuransi.
2. Cadangan klaim yang berasal dari IBNR (incured but not reported) yang
dibentuk perusahaan untuk masing-masing cabang asuransi.
4. Schedule D – Reinsurance Risk.
Digunakan untuk menghitung dana/modal yang harus tersedia untuk
mengantisipasi terjadinya risiko reasuransi menghadapi kesulitan keunagan
sehingga tidak dapat membayar klaim yang menjadi kewajibannya.
Berdasarkan K DJLK dikenakan biaya penalti untuk schedule ini hanya untuk
penempatan reasuransi pada reasuradur luar negeri dengan peringkat dibawah
BBB.
TAHAP PENYESUAIAN
- Triwulan pertama 2000, 5% dari batas tingkat solvabilitas minimum.
- Sejak akhir tahun 2000, 15% dari batas tingkat solvabilitas minimum.
- Sejak akhir tahun 2001, 40% dari batas tingkat solvabilitas minimum.
- Sejak akhir tahun 2003, 75% dari batas tingkat solvabilitas minimum.
- Sejak akhir tahun 2004, 120% dari batas tingkat solvabilitas minimum.
2.1.9 Trend Analysis
2.1.9.1 Pengertian Trend Analysis
Analisis trend merupakan suatu metode analisis yang ditujukan untuk
melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang. Untuk
(data) yang cukup banyak dan diamati dalam periode waktu yang relatif cukup
panjang, sehingga dari hasil analisis tersebut dapat diketahui sampai berapa besar
fluktuasi yang terjadi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap
perubahan tersebut. Secara teoristis, dalam analisis time series yang paling
menentukan adalah kualitas atau keakuratan dari informasi atau data-data yang
diperoleh serta waktu atau periode dari data-data tersebut dikumpulkan.
Jika data yang dikumpulkan tersebut semakin banyak maka semakin baik
pula estimasi atau peramalan yang diperoleh. Sebaliknya, jika data yang
dikumpulkan semakin sedikit maka hasil estimasi atau peramalannya akan
semakin jelek.
2.2 Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan
penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Nicodemus Simu dan Andri Yulistianto (2013) yang berjudul “Analisis Komparasi Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Jiwa Nasional dengan Perusahaan Asuransi Jiwa Patungan”.Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwakinerjakeuanganperusahaanasuransijiwa nasionalsecara rata-rataberadadi bawahkinerjaperusahaanasuransipatungan.Olehkarenaitu,
diperlukanupaya yang
lebihseriusdariperusahaanasuransijiwanasionaluntukmengejar ketertinggalannya.
2. Lia Utami Nawang (2008) yang berjudul “Analisis PerbandinganKinerja KeuanganPerusahaanAsuransiJiwaSyariahdan Konvensional Berdasarkan Metode RBC”.Hasil dari penelitian ini bahwa TidakadaperbedaanmendasardalamperhitungankinerjakeuanganantaraPT.
Asuransi Takaful Keluarga dengan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia bila dilihat dari perhitungan tingkat solvabilitas karena sama-samamenggunakan
ATKtidakmengalokasikandanauntukReinsuranceRisk (ketidakmampuan membayar klaim) karena akan diambil daritabarru’.
3. Muhammad Syafii Antonio, Mohammad Mahbubi Ali, dan Nashr Akbar (2011) yang berjudul “ Analisis Perbandingan Efisiensi Takaful dan Asuransi Konventional di Malaysia”. Hasil dari penelitian ini Penelitian ini membandingkan efisiensi perusahaan asuransi takaful dan konvensional di Malaysia periode 2009-2011. Data input-output dianalisis untuk mengukur dan membandingkan tingkat efisiensi asuransi takaful dan konvensional menggunakan DEA (Data Envelopment Analysis), yang diukur dengan input pendekatan (efisiensi biaya). Studi ini menyimpulkan bahwa efisiensi biaya keseluruhan perusahaan asuransi konvensional di Malaysia adalah lebih baik dari perusahaan takaful di takaful 2011 memiliki tingkat efisiensi biaya yang lebih baik secara keseluruhan pada tahun 2010 dan 2009.
4. Hafiza Tahira (2014) yang berjudul “Perbandingan Kinerja Perusahaan Asuransi Syariah dan Konvensional di Pakistan”.Hasil dari penelitian ini adalah bahwa perusahaan asuransi syariah melakukan dengan baik. Likuiditas rasio, risiko dan solvabilitas rasio dan rasio kecukupan modal memberikan hasil yang signifikan dari nilai p dan hasil profitabilitas tidak significant.This studi akan membantu investor, pelanggan dan lembaga dalam membuat keputusan tentang pilihan perusahaan asuransi. Aspek lain dari makalah penelitian ini juga membahas perbedaan antara syariah dan konvensional perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi syariah menghemat diri dari bencana dengan tidak menggunakan Riba.
5. Hussein A. Abdou , Khurshid Ali , Roger J. Lister (2014) yang berjudul “Sebuah Studi Perbandingan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional: bukti empiris dari pasar Malaysia”. Hasil dari penelitian ini adalah Menurut statistik deskriptif, asuransi konvensional tampil lebih baik dari operator asuransi syariah dalam hal kinerja keuangan dan efisiensi manajerial, terlihat dari signifikansi statistik dari ROA dan ROE dari asuransi konvensional.Selain itu, hasil menunjukkan bahwa asuransi konvensional mempertahankan basis modal yang relatif lebih tinggi dari operator asuransi syariah, yang bisa mendapatkan keuntungan asuransi konvensional yang memungkinkan mereka lebih baik untuk mengekang potensi kontingensi modal dari Takaful operator.
Table 2.2
Peneliti Terdahulu
No Nama Peneliti
Judul Peneliti Variabel Peneliti Hasil Penelitian
1 Nicodemus
Hasil dari penelitian ini menunjukan
Yulistianto
Solvabilitas usahaanasuransijiwa nasionalsecara
rata-Hasil dari penelitian ini bahwa
Tidakadaperbedaanmenda sardalamperhitungankinerj akeuanganantaraPT.
Asuransi Takaful Keluarga dengan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia bila dilihat dari
perhitungan tingkat k (ketidakmampuan membayar klaim) karena akan diambil daritabarru’. 3 Muhamma dianalisis untuk mengukur dan membandingkan tingkat efisiensi asuransi takaful dan konvensional menggunakan DEA, yang diukur dengan input pendekatan (efisiensi biaya). Studi ini menyimpulkan bahwa
efisiensi biaya keseluruhan perusahaan
tingkat efisiensi biaya yang lebih baik secara keseluruhan pada tahun 2010 dan 2009.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa perusahaan
asuransi syariah melakukan dengan baik.
Likuiditas rasio, risiko dan solvabilitas rasio dan rasio
kecukupan modal memberikan hasil yang
signifikan dari nilai p dan hasil profitabilitas tidak significant.This studi akan membantu investor, pelanggan dan lembaga dalam membuat keputusan tentang pilihan perusahaan asuransi Solvency Ratios,
Hasil dari penelitian ini adalah Menurut statistik deskriptif, konvensional asuransi tampil lebih baik dari operator asuransi syariah dalam hal kinerja keuangan dan efisiensi manajerial, sebagai terlihat dari signifikansi statistik dari ROA dan ROE rasio dari asuransi konvensional. Selain itu, hasil menunjukkan bahwa asuransi konvensional mempertahankan basis modal yang relatif lebih tinggi dari operator asuransi syariah, yang bisa mendapatkan keuntungan asuransi konvensional yang memungkinkan mereka lebih baik untuk mengekang potensi kontingensi modal dari Takaful operator.
Berdasarkan jurnal dan penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja keuangan asueransi syariah dan asuransi konvensional relatif sama dan
dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio.
2.3 Kerangka Konseptual
Bagan 2.1 Kerangka Konseptual
Lembaga Keuangan Bank
Lembaga Keuangan Non Bank
Asuransi
Asuransi Syariah Asuransi
Konvensional
Kinerja Keuangan Laporan Keuangan Lembaga Keuangan
2.4 Hipotesis
Berdasarkan bagan di atas maka hipotesis untuk penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Perusahaan
Asuransi Syariah dan Konvensional dengan metode Risk Based Capital
2. H2a :Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Perusahaan
Asuransi Syariah dan Konvensional dengan Rasio Likuiditas yang
diwakili Quick Ratio.
3. H3b :Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Perusahaan
Asuransi Syariah Konvensional dengan Rasio Likuiditas yang diwakili