• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Suhu Adsorpsi Terhadap Mutu Minyak Goreng Bekas Oleh Arang Aktif Tempurung Kemiri (Aleurites Moluccana) Yang Diaktivasi Dengan H2SO4 10%

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Suhu Adsorpsi Terhadap Mutu Minyak Goreng Bekas Oleh Arang Aktif Tempurung Kemiri (Aleurites Moluccana) Yang Diaktivasi Dengan H2SO4 10%"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, negara yang sangat subur tanahnya. Pohon

sawit dan kelapa tumbuh subur di tanah Indonesia. Indonesia merupakan negara

penghasil sawit terbesar didunia. Minyak hasil kelapa sawit berupa minyak

goreng, memiliki manfaat besar terhadap kehidupan (Winarni, 2010). Minyak

goreng merupakan kebutuhan masyarakat yang saat ini harganya masih cukup

mahal, akibatnya minyak goreng digunakan berkali-kali untuk menggoreng, baik

untuk penjual makanan gorengan maupun rumah tangga. Secara ilmiah minyak

goreng banyak digunakan berkali-kali terutama dengan pemanasan tinggi, sangat

tidak sehat dikarenakan minyak tersebut asam lemaknya lepas dari trigliserida

sehingga ikatan rangkapnya akan mudah teroksidasi menjadi Keton dan Aldehid

sebagai penyebab bau tengik pada minyak (Ketaren, 1986).

Biasanya penggunaan minyak goreng dengan suhu tinggi akan mengalami

kerusakan yaitu makanan menjadi gosong, sehingga rasanya pahit dan minyak

berwarna hitam, akibatnya makanan tersebut ditenggorokan terasa gatal. Minyak

goreng bekas agar tetap bisa dimanfaatkan, maka perlu dilakukan pengolahan

secara sekunder. Salah satu metode pengolahan yang dapat dilakukan adalah

dengan proses adsorpsi. Zat warna dalam minyak goreng bekas akan diserap oleh

permukaan aktif adsorben. Adsorben yang dapat digunakan adalah karbon aktif.

Tempurung kemiri merupakan limbah yang tidak dipergunakan secara

baik serta sifatnya keras seperti kayu sehingga dapat dibuat arang aktif.

(2)

pengeras jalan dan untuk obat bakar nyamuk. Terdapat perbedaan antara arang

dan arang aktif, dimana bagian permukaan arang masih ditutupi oleh deposit

hidrokarbon yang menghalangi keaktifannya sementara bagian permukaan arang

aktif relatif bebas dari deposit dan permukaannya lebih luas serta pori-porinya

lebih terbuka sehingga dapat melakukan penyerapan. Arang aktif dikatakan baik

jika memiliki kemampuan adsorpsi dengan luas permukaan besar sehingga mudah

untuk mengadsorpsi senyawa volatil (Wibowo, S, 2011).

Tan, I. (2007) meneliti tentang Preparation Of Activated Carbon From

Cocconut husk : Optimization Study on Removal Of 2, 4, 6- trichloro Phenol

Using response Surface Methology, aktivasi dilakukan dengan larutan KOH dan

gas CO2, dimana karakterisasi dilakukan dengan variasi suhu dan waktu aktivasi.

Hasil menunjukkan bahwa kondisi optimum terjadi pada suhu 750oC, selama 2

jam 29 menit. Suhendra, D. (2010), meneliti tentang Pembuatan Arang Aktif dari

Batang Jagung Menggunakan Aktivator Asam Sulfat dan Penggunaannya Pada

Penyerapan Ion Tembaga (II) dimana menggunakan aktivator asam sulfat dengan

perbandingan suhu karbonisasi 250-400oC selama 1-4 jam hasil menunjukkan

bahwa kondisi optimum aktivasi yang diperoleh adalah pada rasio aktivator :

prekursor yaitu 1 : 25, suhu 300 oC dan waktu 1 jam, kapasitas serapan untuk

menyerap ion logam tembaga (II) sebesar 25,1 mg/g. Lempang, M. (2011),

meneliti tentang Struktur dan komponen arang serta arang aktif tempurung kemiri

dimana tempurung kemiri dikarbonisasi dengan tungku drum yang dimodifikasi,

kemudian diaktivasi dalam retort listrik dengan menggunakan aktivator panas

selama 120 menit pada suhu 550oC, 650oC dan 750oC dan aktivator uap air selama

90 dan 120 menit pada suhu 750oC. Hasil menunjukkan bahwa proses aktivasi

menyebabkan terjadinya perubahan pola gugus fungsi, peningkatan kristalinitas,

pembukaan pori dan reduksi senyawa kimia. Semakin tinggi suhu aktivasi maka

terjadi peningkatan kristalinitas, diameter pori dan reduksi senyawa kimia arang

aktif. Mardina, P. (2012), meneliti tentang Penurunan Angka Asam Pada Minyak

Jelantah dengan variasi adsorben arang aktif 5, 7,5, 10 g dengan variasi waktu 30,

60, 90 menit didapat bahwa, efisiensi adsorpsi kandungan asam lemak bebas

(3)

(2010), juga meneliti tentang Penetralan dan Adsorpsi Minyak Goreng Bekas

menjadi Minyak goreng Layak Konsumsi dimana penelitian dilakukan dengan

bahan penetral larutan soda kue dan adsorben tanah diatome yang telah

dinetralkan dengan asam sulfat 2 M, didapat perbedaan antara minyak goreng

baru dengan minyak goreng bekas dimana minyak goreng bekas diatas sedikit dari

standar SNI minyak goreng (0,3%), begitu juga dengan angka asamnya (0,3%),

angka peroksidanya juga tinggi dari minyak goreng baru serta angka iodnya

rendah. Murdiono, A. (2011), meneliti tentang Penjernihan Minyak Goreng

Bekas dengan Proses Adsorpsi Menggunakan Arang Biji Salak dimana penelitian

dilakukan untuk meningkatkan kualitas minyak goreng dengan adsorben biji salak

dimana proses adsorpsi dengan variasi suhu 40oC, 50oC, 60oC, dan 70oC dengan

variasi berat adsorben 10 g, 20 g, 50 g dan variasi waktu pengadukan yaitu 20, 40,

60, 80, 100, dan 120 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi

optimum adsorpsi tidak dapat ditentukan karena sampai pada suhu yang paling

tinggi yaitu 70oC dengan berbagai variasi berat adsorben dan waktu pengadukan

tetap terjadi penurunan nilai absorbansi dan nilai penyerapan warnanya semakin

meningkat.

Dari uraian diatas peneliti mencoba untuk menjernihkan minyak goreng

bekas dengan menggunakan adsorben arang aktif tempurung kemiri yang

dikarbonisasi pada suhu 750oC dengan aktivator H2SO4 10% dimana tujuannya

untuk mengetahui mutu minyak goreng bekas dengan parameter uji kadar asam

lemak bebas (ALB), kadar air, densitas dan indeks bias dengan variasi suhu

adsorpsi serta karakterisasi arang aktif seperti kadar air, kadar abu, ukuran pori

dengan Particle Size Analyzer (PSA), serta morfologi permukaan arang ktif

dengan menggunakan Scaning electron microscopy (SEM).

1.2 Permasalahan

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Berapakah rendemen, kadar air, kadar abu , karakterisasi ukuran pori arang

(4)

permukaan dengan Scanning Electron Microscopy (SEM) pada arang aktif

tempurung kemiri dengan aktivator H2SO4 10%.

2. Berapakah kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air, densitas dan indeks

bias minyak goreng bekas sebelum dan setelah adsorpsi dengan

perbandingan variasi suhu adsorpsi.

1.3 Pembatasan Masalah

1. Tempurung kemiri berasal dari tempat penampungan kemiri di daerah

Binjai.

2. Karbonisasi dilakukan pada suhu 750oC selama 90 menit.

3. Aktivator yang digunakan adalah H2SO4 10%.

4. Minyak goreng bekas untuk proses adsorpsi terdiri dari minyak curah dan

minyak kemasan.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hasil dari rendemen, kadar air, kadar abu, karakterisasi

ukuran pori arang aktif dengan Particle Size Analyzer (PSA) dan

morfologi permukaan arang aktif tempurung kemiri dengan Scanning

Electron Microscopy (SEM).

2. Untuk mengetahui hasil kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air,

densitas, indeks bias sebelum dan setelah adsorpsi dengan variasi suhu

adsorpsi.

1.5 Manfaat Penelitian

Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bahwa

limbah tempurung kemiri dapat dibuat arang aktif dan berguna sebagai adsorben

(5)

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini adalah sebuah eksperimen laboratorium, dimana dilakukan melalui

2 tahap, yaitu:

1. Pembuatan Arang aktif

Pada tahap ini merupakan proses pembuatan arang aktif tempurung kemiri.

Kemudian dikarakterisasi rendemen, kadar air, kadar abu, karakterisasi ukuran

pori arang aktif dengan Particle Size Analyzer (PSA) dan analisa morfologi

permukaan arang aktif tempurung kemiri dengan Scanning Electron Microscopy

(SEM).

2. Adsorpsi minyak goreng bekas dengan arang aktif

Pada tahap ini merupakan proses pemurnian minyak goreng bekas dengan

menggunakan adsorben arang aktif tempurung kemiri yang diaktivasi dengan

H2SO4 10% dengan variasi suhu adsorpsi 30, 50, 70, 90, 110oC dan dihitung kadar

asam lemak bebas (ALB), kadar air, densitas dan indeks bias.

Variabel- variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:

• Tahap I (Pembuatan Arang aktif )

Variabel tetap :

1. Suhu karbonisasi 7500C

2. Waktu karbonisasi 90 menit

3. Ayakan yang digunakan 100 mesh

4. Aktivator yang digunakan H2SO4 10%

5. Suhu pengeringan 110o C

Variabel terikat: rendemen, kadar air , kadar abu, karakterisasi ukuran pori

(6)

permukaan dengan Scanning Electron Microscopy

(SEM).

Tahap II (Adsorpsi minyak goreng bekas dengan arang aktif )

Variabel tetap:

1. Volume minyak goreng bekas 40 ml

2. Kecepatan pengadukan 800 rpm

3. Waktu pengadukan 45 menit

Variabel terikat: kadar asam lemak bebas ( ALB), kadar air, densitas dan

indeks bias

Variabel bebas : suhu adsorpsi 30oC, 50oC, 70oC, 90oC, 110oC.

1.7 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisika, Laboratorium kimia

Polimer dan Laboratorium Ilmu dasar (LIDA) Universitas Sumatera Utara, Uji

Morfologi Permukaan Arang Aktif dengan Scanning Electron Microscopy (SEM)

Referensi

Dokumen terkait

Oleh demikian dalam kajian yang dijalankan oleh penyelidik ini, sebuah aplikasi mudah alih ( apps ) akan direka bentuk berdasarkan strategi pembelajaran

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1.Teoritis yaitu dapat memberikan wawasan serta masukan positif kepada guru, sekolah dan peneliti tentang model

(3) Dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk membiayai program pengembangan satuan pendidikan bertaraf internasional, bantuan operasional sekolah,

Bayi BBLR kurang bulan mengalami peningkatan risiko terhadap infeksi karena cadangan imunologlobulin maternal menurun, kemampuan untuk membentuk antibodi rusak dan sistem

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang “Hubungan Asuhan Keperawatan dengan Pengambilan Keputusan Memilih Pelayanan Rawat Inap di RSUD Panembahan

Mohon maaf untuk setiap download hanya 5 nomor soal, silahkan anda ulangi download untuk mendapatkan soal lebih lengkap. Jika anda ingin melihat kunci jawaban silahkan berkunjung di

g.. LPMP Kepulauan Bangka Belitung a.. PPPPTK Pendidikan Jasmani dan Bimbingan Konseling Jakarta a. PPPPTK Bisnis dan Pariwisata Jakarta a.. PPPPTK Bidang Mesin & Teknik

Menimbang : bahwa dengan adanya perubahan nomenklatur jabatan fungsional Pustakawan yang baru, dipandang perlu menyesuaikan kembali jenjang jabatan fungsional Pustakawan