• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kemampuan Soft Skills Pegawai Di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kemampuan Soft Skills Pegawai Di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Perpustakaan Perguruan Tinggi

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu perpustakaan yang

diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi dan dikelola sepenuhnya oleh

perguruan tinggi tersebut dengan tujuan membantu kelancaran pelaksanaan Tri

Dharmanya.

Menurut Noerhayati (Noerhayati 1987,1) Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah Suatu unit kerja yang merupakan bagian interval dari suatu lembaga induknya yang bersama-sama unit lainnya tetapi dalam peranan yang berbeda, bertugas membantu perguruan tinggi yang bersangkutan melaksanakan Tri Dharmanya.

Sedangkan Hasugian (Hasugian 2009,79) mengemukakan bahwa Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan membantu tercapainya tujuan perguruan tinggi.

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan

merupakan suatu unit kerja yang dikelola oleh perguruan tinggi yang merupakan

bagian dari suatu lembaga induknya yang bersama-sama unit lainnya tetapi dalam

peranan yang berbeda. Perpustakaan yang di kelola suatu perguruan tinggi seperti

perpustakaan USU. Perpustakaan ini dikelola dibawah Unit Pelaksanaan Teknis

yang merupakan perangkat perlengkapan pusat dan sangat penting dalam

menunjang kegiatan edukatif di USU.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang selalu mengikuti

(2)

harus peka dalam menghadapi dan mentransfer kemajuan informasi yang semakin

maju dan canggih agar dapat disajikan serta di manfaatkan. Secara umum, tujuan

penyelenggaraan perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk menunjang

pelaksanaan kurikulum di perguruan tinggi yang menjadi lembaga induk

perguruan tinggi tersebut.

Fungsi utama Perpustakaan Perguruan Tinggi ada empat (Sulistyo-Basuki

1991,107) yaitu:

1. Fungsi Edukatif

Perpustakaan membantu mengembangkan potensi mahasiswa dengan sistem pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum Pendidikan. Proses pengembangan potensi tersebut dapat di capai dengan pemanfaatan informasi yang ada di perpustakaan.

2. Fungsi Informatif

Proses belajar bagi mahasiswa menuntut mahasiswa untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dan mengembangkannya dalam tugas individu, kelompok dan terstruktur ataupun pembuatan makalah, masalah informasi bidang studi, masalah kewajiban yang berkaitan dengan tugasnya sebagai warga negara dan masalah peningkatan mutu akademik dapat dipecahkan dengan menelusuri informasi yang ada di perpustakaan.

3. Menunjang Kegiatan Penelitian

Penelitian tanpa bahan pustaka atau informasi dari perpustakaan tidak akan berhasil. Dalam hal ini Perpustakaan menyediakan sejumlah informasi yang diperlukan agar proses penelitian dosen, mahasiswa, dan staf non edukatif dapat dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari perpustakaan. 4. Sebagai Tempat Rekreasi atau Hiburan

Mahasiswa dapat mengandalkan perpustakaan untuk mengurangi ketegangan yang di alami setelah lelah belajar dengan bahan ringan dan menghiburkan seperti koran, komik, dan majalah yang tersedia di perpustakaan.

Menurut Hoerhayati (Hoerhayati 1987,2) tujuan khusus perpustakaan

perguruan tinggi adalah “untuk mendukung, memperlancar, serta mempertinggi

kualitas pelaksanaan program kegiatan perguruan tinggi melalui pelayanan

informasi, pengelolaan informasi, pemanfaatan informasi.”

Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia melalui Direktorat

(3)

bahwa fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah (Direktorat Jendral Perguruan

Tinggi 2004, 3) :

1. Fungsi Edukasi.

Perpustakaan merupakan sumber belajar sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang di sediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

2. Fungsi Informasi

Perpustakaan diharapkan mampu menjadi sumber informasi yang mudah di akses oleh pencari dan pengguna informasi.

3. Fungsi Riset

Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi mutlak dimiliki, karena tugas perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat di aplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.

4. Fungsi Rekreasi

Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan inovasi pemustaka. 5. Fungsi publikasi

Perpustakaan selayaknya juga dapat membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh masyarakat universitas yaitu para sivitas akademika dan staf non-akademik.

6. Fungsi Deposit.

Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang telah dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.

7. Fungsi interpretensi

Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dihasilkan untuk membantu pengguna dalam melakukan tri dharmanya.

Sedangkan menurut Yuven (Yuven 2010, 1), fungsi perpustakaan

perguruan tinggi adalah :

1. Lembaga pengelola sumber-sumber informasi 2. Lembaga pelayanan dan pendayagunaan informasi 3. Wahana rekreasi berbasis ilmu pengetahuan

4. Lembaga pendukung pendidikan (pencerdasan bangsa) 5. Lembaga pelestari hasanah budaya bangsa

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dinyatakan bahwa fungsi utama

(4)

perguruan tinggi, mengelola sumber-sumber informasi dan melayankannya

kepada pengguna dalam hal ini perpustakaan melaksanakan berbagai aktivitas

sesuai dengan tujuan dan fungsinya terutama kegiatan belajar mahasiswa.

2.1.3 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Menurut buku pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, tujuan

perpustakaan berbeda sesuai dengan jenis perpustakaan dan masyarakat yang

dilayaninya. Tujuan penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah

untuk membantu lembaga induknya dalam mewujudkan Tri Dharma Perguruan

Tinggi penaungnya (Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi 2004,47).

Sebagai unsur penunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi, perpustakaan

merumuskan tujuannya sebagai berikut :

1. Mengadakan dan merawat buku, jurnal, dan bahan pustaka lainnya untuk dipakai oleh dosen, mahasiswa, dan staf lainnya bagi kelancaran program pegajaran dan penelitian di perguruan tinggi.

2. Mengusahakan, menyimpan, dan merawat bahan perpustakaan yang bernilai sejarah, yang memiliki kandungan informasi lokal, dan yang dihasilkan oleh sivitas akademika, untuk dimanfaatkan kembali sebagai sumber pembelajaran (learning resources).

3. Menyediakan saran temu kembali untu menunjang pemakaian bahan perpustakaan.

4. Menyediakan tenaga yang profesional serta penuh dedikasi untuk melayani kebutuhan pengguna perpustakaan, dan bila perlu mampu memberikan pelatihan cara penggunaan bahan perpustakaan.

5. Bekerja sama dengan perpustakaan lain untuk mengembangkan program perpustakaan.

Sedangkan tujuan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia menurut

Hasugian (2009:80) „adalah untuk memberikan layanan informasi untuk kegiatan

belajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka

(5)

perpustakaan perguruan tinggi harus benar-benar diarahkan untuk mendukung

pencapaian tujuan dan pelaksanaan Tri Dharma tersebut.

Dari uraian di atas dapat dikembangkan bahwa tujuan perpustakaan

perguruan tinggi adalah menyediakan bahan pustaka yang sesuai dengan

kebutuhan sivitas akademika, mendukung serta mempertinggi kualitas

pelaksanaan program pendidikan, yang dilaksanakan perguruan tinggi sehingga

mencapai visi dan misi perpustakaan perguruan tinggi.

2.2. Skill (Keterampilan)

Skill (keterampilan) ialah kemampuan (ability) untuk mengubah

pengetahuan (knowledge) ke dalam tindakan (action) yang menghasilkan tingkat

kinerja yang diinginkan, (Silalahi, 2002).

Skill bisa diartikan sebagai keterampilan atau how-to atau cara untuk

melakukan sesuatu (Leksana, 2003). Landasan dari skills adalah pengalaman dan

pembelajaran secara praktek lapangan. Skill memiliki karakter bisa ditransfer dari

individu ke individu lainnya melalui proses pembelajaran bertahap. Cara

yang paling efektif untuk mentransfer skills adalah dengan mengikutsertakan si

pembelajar melakukan tahapan pekerjaan dan membuatnya mempraktekkan

tahapan pekerjaan tersebut dalam konteks pelatihan lapangan dan

melakukan pengulangan. Praktek dan pengulangan merupakan dua kunci

utama bagi seseorang untuk mengakuisisi skills yang baru.

Menurut Sweny dan Towny (dalam Harmein, 2008), manusia jika

ditinjau dari segi kemampuannya untuk dapat bekerja dengan baik dan mampu

(6)

1. Hard skills merupakan kemampuan akademik yang dimiliki oleh seseorang.

2. Soft skills merupakan kemampuan menyesuaikan dengan lingkungan

terutama dalam dunia kerja, baik sebagai pekerja (produk/jasa maupun

wirausaha).

2.2.1. Hard Skill

Hard skills merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan

keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmu tertentu (Iqbal, 2012).

Hard skills adalah kemampuan yang biasa dipelajari di sekolah atau universitas

yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan intelektual yang

berhubungan dengan subyek yang dipelajari (Basyir, 2011). Sedangkan menurut

Utomo (2010), hard skills didefenisikan sebagai penguasaan ilmu pengetahuan,

teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmu tertentu.

Menurut Suharjono (dalam Utomo, 2010), hard skills berhubungan dengan

technical skills yang diterjemahkan dalam dua hal yaitu:

a. Pure technical knowledge or functional skills

b. Skill to improve the efficiency of technology, that is improvement or

problem-solving skills.

Hard skills sering juga disebut dengan kemampuan intelektual

(intellectuall ability). Kemampuan intelektual (intellectual ability) adalah

kemampuan yang dibutuhkan untuk menentukan berbagai aktivitas

mental-berpikir, menalar dan memecahkan masalah (Robbins, 2008),. Individu dalam

sebagian masyarakat menepatkan kecerdasan, dan untuk alasan yang tepat, pada

(7)

2.2.2. Soft Skill

Soft skills merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan

orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri

(personal skills) yang mampu mengembangkan hasil kerja secara maksimal

(Iqbal, 2012).

Soft skills merupakan kesadaran yang membuat seseorang termotivasi dan

pantang menyerah sehingga bisa menempatkan diri di tengah orang lain secara

proporsional (Alhadi, 2012). Pengertian lain dari soft skills adalah kemampuan di

luar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan

kemampuan intra dan interpersonal.

Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence) adalah kemampuan

memahami diri dan bertindak adaptif berdasarkan pengetahuan tentang diri.

Kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran diri tinggi, inisiatif

dan berani. Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence) adalah

kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intense,

motivasi, watak dan temperamen orang lain. Kepekaan dan ekspresi wajah,

suara dan gerak tubuh orang lain (isyarat), dan kemampuan untuk menjalin

relasi dan komunikasi dengan berbagai orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian, menurut Sailah (dalam Widayanti, 2012),

soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain

(8)

dkk (dalam Novita, 2012), soft skills diartikan sebagai kemampuan di luar

kemampuan teknis dan akademis, dan sudah dibangun sejak kecil (didikan

lingkungan dan keluarga) yang lebih mengutamakan intra dan interpersonal.

2.2.3. Penggolongan Soft Skill

Menurut Ikhsan (dalam Alhadi, 2012) mengatakan bahwa soft skil yang

perlu diasah dapat dikelompokkan ke dalam 6 kategori, yaitu :

1. Keterampilan komunikasi lisan dan tulisan (communication skills) 2. Keterampilan bernegosiasi (organizational skills)

3. Kepemimpinan (Leadership)

4. Kemampuan berfikir kreatif dan logis (logic and creative) 5. Ketahanan menghadapi tekanan (effort)

6. Kerja sama tim dan interpersonal (group skills) dan etika kerja (ethics)

Berdasarkan hasil penelitian, menurut Sailah (dalam Widayanti, 2012),

atribut soft skills meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan,

karakter dan sikap. Attribut soft skills ini dimiliki oleh setiap orang dengan kadar

yang berbeda-beda, dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak

dan bersikap. Begitu juga dengan penelitian lain, menurut Elfindri, dkk (dalam

Novita, 2012), menambahkan bahwa soft skills terdiri dari berbagai macam

keterampilan mulai dari talenta yang lengkap, percaya diri, cepat, smart, memiliki

keterampilan bahasa dan mendengar.

Menurut Putri (dalam Alhadi, 2012) mengatakan pada dasarnya soft skills

terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Kualitas personal

a. Dapat bertanggung jawab

(9)

b. Kepercayaan diri

Kepercayaan diri secara bahasa adalah percaya pada kapasitas kemampuan diri dan terlihat sebagai kepribadian yang menunjukkan positif, (Saputro dkk, 2012). Salah satu ciri kepercayaan diri adalah adanya perasaan adekuat atau merasa yakin akan kemampuannya (Afiatin dkk,1998).

c. Mampu bersosialisasi

Menurut Harton dan Hunt (dalam Fatmahwati, 2012), mendefenisikan sosialisasi sebagai proses dimana seseorang internalisasikan norma-norma kelompok tempat hidup sehingga berkembang menjadi satu pribadi yang unik. Sedangkan menurut Stewart (dalam Fatmahwati, 2012), menyatakan bahwa sosialisasi adalah proses orang memperoleh kepercayaan sikap, nilai dan kebiasaan dalam kebudayaan.

d. Mampu mengatur diri sendiri (self-management)

Manajemen diri adalah suatu prosedur yang menuntut seseorang untuk mengarahkan atau mengatur tingkah lakunya sendiri, (Yunita dkk, 2009),. Gie (dalam Yunita dkk, 2009) mengungkapkan, strategi pertama dan utama dalam manajemen diri atau self management adalah berusaha mengetahui diri sendiri dari segala kelebihan dan kekurangan (kelemahan). Dengan mengenali diri sendiri, seorang individu dapat mengetahui apa yang sesungguhnya dibutuhkan dalam hidup ini.

e. Integritas/kejujuran

Menurut nilai-nilai Kemenkeu, integritas diartikan sebagai berpikir, berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral. Menurut Don Galer (dalam Iqbal, 2012) menyatakan bahwa integritas adalah apa yang kita katakan, apa yang kita lakukan dan apa yang kita katakan kita lakukan. Seseorang dikatakan tidak memiliki integritas apabila tidak melakukan apa yang dikatakan. Salah satu aspek dari kejujuran adalah adanya konsistensi antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. Integritas dibutuhkan oleh siapa saja, tidak hanya pemimpin namun juga yang dipimpin. Orang-orang menginginkan jaminan bahwa pemimpin mereka dapat dipercaya jika mereka harus menjadi pengikut-pengikutnya. Mereka merasa yakin bahwa sang pemimpin memperhatikan kepentingan setiap anggota tim dan sang pemimpin harus menaruh kepercayaan bahwa para anggota timnya melakukan tugas tanggung-jawab mereka. Pemimpin dan yang dipimpin sama-sama ingin mengetahui bahwa mereka akan menepati janji-janjinya dan tidak pernah luntur dalam komitmennya. Orang yang hidup dengan integritas tidak akan mau dan mampu untuk mematahkan kepercayaan dari mereka yang menaruh kepercayaan kepada dirinya. Mereka senantiasa memilih yang benar dan berpihak kepada kebenaran. Ini adalah tanda dari integritas seseorang. Mengatakan kebenaran secara bertanggung jawab, bahkan ketika merasa tidak enak mengatakannya.

2. Interpersonal skills

(10)

Kepemimpinan didefenisikan sebagai proses mempengaruhi orang lain, baik seseorang atau sekelompok orang, agar berperilaku untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Definisi ini menunjukkan : pertama, ada kegiatan mempengaruhi ialah usaha-usaha untuk membuat orang lain bertindak atau berperilaku. Dalam konteks ini ada orang yang mempengaruhi yang disebut pemimpin (leader), dan ada orang-orang lain (seorang atau sekelompok) yang dipengaruhi yang disebut pengikut (follower). Kedua, ada sasaran yang ingin dicapai yang terdiri atas sasaran antara dan sasaran akhir. Sasaran antara ialah agar pengikut menampilkan perilaku tertentu member kontribusi sesuai dengan yang diinginkan dan dibutuhkan yang merupakan tujuan kepemimpinan (leadership goals) sebagai hasil (outcome). Dan ketiga, ada situasi, yaitu berhubungan dengan latar belakang pemimpin, pengikut dan lingkungannya. Yang terakhir ini sangat ditekankan oleh para teorisi situasional atau kontingensi.

b. Kemampuan bernegosiasi

Negosiasi atau perundingan adalah proses mencapai kepuasan bersama melalui diskusi dan tawar menawar. Seseorang berunding untuk menyelesaikan perselisihan, mengubah perjanjian atau syarat-syarat, atau menilai komiditi atau jasa, atau permasalahan yang lain. Perunding yang baik akan tahu bagaimana menanggulangi konflik. Dengan kata lain bahwa negosiasi merupakan suatu proses yang dilakukan oleh dua pihak/kelompok atau lebih dengan cara berunding untuk mencapai persetujuan yang sesuai dengan karateristik tertentu melalui beberapa tahapan yang saling bertentangan satu sama lain.

c. Mampu bekerja sama dalam tim

Secara teoritis, kerja tim adalah kemampuan untuk bekerja sama untuk menuju suatu visi dan misi yang sama, kemampuan mengarahkan pencapaian individu ke arah sasaran organisasi. Dalam kerja sama tim, setiap anggota harus memperlihatkan kompetensi yang kuat untuk berkolaborasi dengan karakter, potensi, bakat, pengetahuan, dan motivasi dari masing-masing individu secara efektif. Kerja sama tim harus berlandaskan pada visi yang berfokus pada tujuan, semangat yang tinggi, sikap ingin tahu, rasa percaya diri yang tinggi. Sebuah kerja sama tim harus memiliki landasan moral dan etika yang kuat.

d. Mau berbagi ilmu dengan orang lain.

Menurut Setiarso (2006), berbagi pengetahuan (knowledge sharing) merupakan salah satu metode dalam knowledge management yang digunakan untuk memberikan kesempatan kepada anggota suatu organisasi, instansi atau perusahaan untuk berbagi ilmu pengetahuan, teknik, pengalaman, dan ide yang mereka miliki kepada anggota lainnya. Berbagi pengetahuan hanya dapat dilakukan bilamana setiap anggota memiliki kesempatan yang luas dalam menyampaikan pendapat, ide, kritikan, dan komentarnya kepada anggota lainnya.

e. Dapat melayani klien/pelanggan.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

1.3 Identifikasi Sumber Masalah Adapun sumber masalah yang dihadapi dalam pengembangan sistem informasi untuk persediaan bahan baku adalah belum terdapat sebuah

Rasional: Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius, misalnya penyebaran, krekels

salah satu kelompok untuk menyampaikan jawaban dari kartu soal bernomor satu yang telah mereka jawab saat permainan, kemudian menunjuk salah satu kelompok

Hasil yang didapat yaitu sebuah sistem informasi Jadwal Perkuliahan dan Presensi Dosen Pada Pelaksanaan Proses Pembelajaran di Politeknik Negeri Sriwijaya, yang

Analisis hasil evaluasi Multimedia Pembelajaran Interaktif (MPI) prisma dan limas SMP/MTs kelas VIII di MTsN Mualwarma n Banjarmasin terhadap evaluasi context dari data

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 ini pasal yang diperdebatkan adalah yang menyebutkan bahwa pendidikan agama adalah hak setiap

The researcher analyzed the data by using romanticism of William Wordsworth about kinds of romanticism (back to nature, romantic melancholy, individualism, and

Abstrak : Aplikasi Pengolahan Data Perpustakaan Pada SMA Yayasan Wanita Kereta Api (YWKA) Palembang selama ini belum menggunakan sistem komputerisasi dengan kata lain masih