• Tidak ada hasil yang ditemukan

METLIT PENGARUH RELIGIUSITAS KARAKTER P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "METLIT PENGARUH RELIGIUSITAS KARAKTER P"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH RELIGIUSITAS, KARAKTER PERSONAL, DAN

PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP INDEPENDENSI AUDITOR

(STUDI KASUS PADA AKUNTAN PUBLIK MUSLIM)

NIM : 2013320042 Nama : Annisa Nur Fitriyah

Nama Dosen : M. Nur A. Birton, S.E., Ak., M.Si Mata Kuliah : Metodologi Penelitian

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini independensi auditor semakin dipertanyakan. Publik meragukan keteguhan sikap tidak keberpihakan auditor ditengah pusaran konflik kepentingan.

Tahun 2001, publik dikejutkan dengan rilis Securities Exchange Commision (SEC) yang menyatakan bahwa KPMG-SSH dan senior partner-nya diduga telah melakukan penyuapan terhadap pejabat kantor pajak di Jakarta terkait dengan kewajiban pajak PT Eastman Christensen (klien) (hukumonline.com, 2001). Selanjutnya, tahun 2001 juga menjadi tahun buruk bagi dunia profesi khususnya akuntan publik dengan bangkrutnya Enron (klien) yang diikuti oleh ditutupnya Arthur Andersen (Majalah Akuntan Indonesia, 2015). Tidak hanya itu, di tahun 2012 publik kembali dikejutkan dengan pernyataan Benjamin Lawsky bagian pengawas Departemen Keuangan Negara Bagian New York yang mengatakan bahwa Delloite dengan sengaja menutupi informasi kritis yang menimpa bank asal Inggris, Standard Chartered Bank (klien), (Kompas, 2012).

Kasus-kasus tersebut merupakan sedikit dari banyaknya kasus yang melibatkan auditor yang seharusnya menjadi refleksi bagi dunia profesi akuntan publik, bahwa sebenarnya kunci dari permasalahannya terletak pada independensi. Jika dianalogikan, auditor yang memiliki sikap mental independen tidak akan mungkin mau melibatkan diri kedalam pusaran masalah kliennya tersebut, yang bahkan dapat membunuh secara cepat karirnya sebagai seorang akuntan publik.

Seperti yang kita ketahui bahwa tugasnya sebagai pelaksana audit merupakan saringan terakhir atas segala tindakan yang terjadi bagaimana sebuah objek audit itu sendiri terbentuk. Objek audit yakni informasi akuntansi merupakan muara konflik kepentingan. Banyaknya pihak terkait dengan informasi akuntansi seperti pemerintah, investor, kreditor, hingga masyarakat membuat penerapan independensi sebagai auditor diuji. Hal ini dikarenakan sebagai seorang yang melaksanakan proses audit secara independen, akuntan publik dan pihak terasosiasi mempunyai kecenderungan untuk memuaskan kliennya (agen), namun dilain pihak akuntan publik dan pihak terasosiasi juga merupakan agen bagi pihak prinsipal untuk memastikan kredibilitas dari laporan keuangan (Aripoerwo et all, 2014). Adanya perspektif dan kepentingan yang berbeda antar pihak-pihak terkait inilah yang akhirnya memicu terganggunya independensi auditor yang kini kian diragukan publik. Padahal sebagai seorang auditor, bagaimana pun sulit posisinya haruslah tetap independen.

Independensi sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik (PSA No. 04 SA Seksi 220). Dengan sikap mental independen, auditor bisa dengan bebas tanpa pengaruh pihak manapun memastikan kewajaran objek auditnya yang menjadi panduan para pengambil keputusan. Jika panduan tersebut tidak bisa diandalkan, maka keputusan yang diambil nantinya tidak tepat sasaran dan bisa merugikan banyak pihak. Menurut Langgeng Subur

Ketua PPPK Kementerian keuangan RI, “Akuntan publik itu kan profesi kepercayaan, karena kita

mewakili (perusahaan). Jadi integritas manajemen diuji dengan integritas akuntan publik. Kalau dua-duanya berintegritas, pasti hasilnya akan bagus, istimewa.” (Majalah Akuntan, 2015).

Menurut Shockly (1981) dalam Hadisantoso (2011), Supriyono dan Mulyadi (1988), Bakar et all (2005) dalam Hadisantoso (2011), Kasidi (2007), Samsudin dan Jatmiko (2010), dan Simatupang dan Kurnia (2014), independensi auditor dipengaruhi oleh fee audit, ukuran KAP, intervensi dari klien, persaingan antar KAP, pemberian jasa konsultasi manajemen kepada klien, lamanya penugasan audit, dan keberadaan komite audit.

(3)

dalam Agoes (2012) menyatakan independensi secara intrinsik merupakan masalah mutu pribadi, jadi tidak melulu dipengaruhi oleh hal-hal mengenai dunia audit. Hal tersebut dikuatkan oleh Pany dan Reckers (1980) dalam Agoes (2012: 54), yang menyatakan bahwa karakter personal auditor berhubungan positif dengan independensi auditor. Selain itu, menurut Ludigo dan Maryani (2001) dalam Agoes (2012:55), terdapat sembilan faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku akuntan publik, yaitu: religiusitas, pendidikan, organisasional, emotional quotient, lingkungan keluarga, pengalaman hidup, imbalan yang diterima, hukum, posisi, atau kedudukan. Dapat dilihat bahwa, dua faktor diantaranya adalah faktor dasar yang dapat mempengaruhi tindakan seseorang yaitu religiusitas dan pengalaman.

Religiusitas merupakan hubungan pribadi seseorang dengan Tuhan-nya. Hubungan pribadi yang baik dengan pribadi yang ilahi akan memampukan seseorang untuk juga berbuat baik dalam kesehariannya (Suhardiyanto, 2001 dalam Fauzan, 2013). Selanjutnya, Karakter personal merupakan karakter yang melekat pada diri seseorang. Menurut Sudrajat (2011) karakter yang baik berkaitan dengan mengetahui yang baik (knowing the good), mencintai yang baik (loving the good), dan melakukan yang baik (acting the good). Selain itu, pengalaman seseorang dalam menghadapi sesuatu ikut andil dalam menjadikan bagaimana sikap dan perilaku orang tersebut dalam tindakannya. Pengalaman merupakan hal yang terkait dengan intensitas seseorang mengalami suatu kejadian. Seperti halnya pengalaman hidup yang menentukan tingkat kedewasaan seseorang, pengalaman kerja seorang auditor akan menentukan tingkat kedewasaan dalam bagaimana sikap dan tindakan yang akan ia ambil dalam menghadapi permasalahan yang terjadi selama proses audit berlangsung. Menurut Desyanti dan Ratnadi (2008), Pengetahuan auditor tentang audit akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman bekerja. Pengetahuan auditor tentang audit artinya dapat pula menyangkut independensi.

Sementara itu, data Badan Pusat Statistik Indonesia pada 2010 menunjukan bahwa penganut agama Islam di Indonesia mencapai 87% dari total penduduk Indonesia yang saat itu berjumlah mencapai 238 juta jiwa (tempo.co). Sejalan dengan data tersebut, dalam catatan The Pew Forum on Religion & Publice Life 2010 (khazanah.republika.co.id), Indonesia adalah negara di Asia Tenggara dengan populasi muslim tertinggi dan bahkan menyumbang 12,7% populasi muslim di dunia. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa keberadaan umat muslim di Indonesia dalam berbagai jenis profesi cukup besar porsinya dibandingkan pemeluk agama lainnya.

Uraian tersebutlah dan bahwa independensi lekat dengan mutu pribadi justru menggelitik rasa penasaran penulis untuk melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Religiusitas, Karakter Personal, Dan Pengalaman Auditor Terhadap Independensi Auditor (Studi Kasus Pada Akuntan

Publik Muslim)”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, indentifikasi masalahnya adalah: 1. Keterlibatan auditor dalam kasus-kasus yang mencederai dunia profesi akuntan publik.

2. Auditor mudah terlibat, bahkan ikut menjadi pemain utama pada kasus-kasus yang melibatkan kliennya.

3. Ketidakindependensian auditor akan berdampak pada integritas objek auditnya yang menjadi dasar pengambilan keputusan banyak pihak, oleh karena itu independensi auditor adalah penting dan harus diusahakan secara maksimal.

4. Umat muslim di Indonesia adalah mayoritas.

(4)

Pembatasan masalah dilakukan agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, sehingga dapat fokus pada hal yang menjadi rencana penelitian peneliti sejak awal, serta agar diantara para pembaca tidak terjadi perbedaan pemahaman atas penelitian ini. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu dibatasi penulis, yaitu:

1. Religiusitas

Dalam penelitian ini, aspek religiusitas yang menjadi objek penelitian penulis adalah religiusitas pada akuntan publik muslim.

2. Independensi auditor

Independensi auditor yang dimaksud dalam penelitian ini adalah independensi auditor secara keseluruhan yaitu tidak memihak atau netral, jadi tidak terfokus pada independence in fact, independence in appaearance, dan independence in mind.

D. PERUMUSAN MASALAH

Perlunya dilakukan perumusan masalah dalam penelitian adalah agar dapat lebih mempertegas maksud dari diadakannya penelitian tersebut. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah religiusitas mempengaruhi independensi auditor? 2. Apakah karakter personal mempengaruhi independensi auditor? 3. Apakah pengalaman auditor mempengaruhi independensi auditor?

4. Apakah religiusitas, karakter personal, dan pengalaman auditor mempengaruhi independensi auditor secara simultan?

E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN a. Tujuan penelitian

Secara rinci tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara religiusitas terhadap independensi auditor.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara karakter personal terhadap independensi auditor.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara pengalaman kerja terhadap independensi auditor.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara religiusitas, karakter personal, dan pengalaman kerja terhadap independensi auditor secara simultan.

b. Manfaat penelitian a. Teoritis

Dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama terkait dengan hal-hal yang mempengaruhi independensi auditor. Selain itu, penelitian ini diharapkan menjadi acuan baru bahwa ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi independensi auditor diluar faktor-faktor yang selama ini telah dikenal luas seperti fee audit, ukuran KAP, dan sebagainya.

b. Praktis

(5)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI TEORI PLANNED BEHAVIOR

Teori ini adalah teori perilaku yang dikemukakan oleh Ajzen tahun 1998. Theory of Planned Behaviour merupakan teori perilaku secara umum karena teori ini menggambarkan bahwa faktor-faktor utama yang mempengaruhi behaviour seseorang adalah faktor-faktor-faktor-faktor dasar. Dalam Ramdhani (2008) Ajzen mengemukakan bahwa Faktor-faktor dasar (background factors) terbagi kedalam:

1. Personal, yaitu sikap umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian (personality traits), nilai hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang dimilikinya.

2. Sosial, yaitu usia, jenis kelamin (gender), etnis, pendidikan, penghasilan, dan agama. 3. Informasi, yaitu pengalaman, pengetahuan dan ekspose pada media.

Berikut adalah model planned behaviour theory:

Teori planned behaviour dalam penelitian ini digunakan sebagai dasar membentuk atau membangun keterkaitan (pengaruh) antara variabel independen terhadap variabel dependen.

TEORI RELIGIUSITAS

Menurut Glock dan stark (1971) dalam Sari et all (2012), religiusitas adalah tingkat konsepsi seseorang terhadap agama dan tingkat komitmen seseorang terhadap agamanya. Tingkat konseptualisasi adalah tingkat pengetahuan seseorang terhadap agamanya, sedangkan yang dimaksud dengan tingkat komitmen adalah sesuatu hal yang perlu dipahami secara menyeluruh, sehingga terdapat berbagai cara bagi individu untuk menjadi religius. Religiuisitas dibentuk oleh lima dimensi, yaitu:

1. Dimensi Ideologi atau keyakinan

Adalah dimensi dari keberagamaan yang berkaitan dengan apa yang harus dipercayai, seperti kepercayaan adanya Tuhan, malaikat, surga, dan sebagainya. Dimensi ini merupakan dimensi yang paling mendasar.

(6)

Adalah dimensi keberagamaan yang berkaitan dengan sejumlah perilaku, dimana perilaku tersebut sudah ditetapkan oleh agama, seperti tata cara ibadah, pembaptisan, pengakuan dosa, berpuasa, sholat, atau menjalankan ritual-ritual khusus pada hari-hari suci.

3. Dimensi Penghayatan

Adalah dimensi yang berkaitan dengan perasaan keagamaan yang dialami oleh penganut agama atau seberapa jauh seseorang dapat menghayati pengalaman dalam ritual agama yang dilakukannya, seperti kekhusyukan ketika melakukan sholat.

4. Dimensi Pengetahuan

Adalah dimensi yang berkaitan dengan pemahaman atau pengetahuan seseorang terhadap ajaran-ajaran agama yang diautnya.

5. Dimensi Pengalaman

Adalah dimensi yang berkaitan dengan akibat dari ajaran-ajaran agama yang dianutnya yang diaplikasikan melalui sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pada objek penelitian yaitu, Auditor Muslim, maka lima aspek dimensi religiusitas (umum) menurut glock dan stark tersebut secara khusus diterjemahkan kedalam lima aspek dimensi religiusitas yang berlaku dalam agama Islam. Menurut kementerian dan lingkungan hidup RI 1987 (Caroline, 1999) terdapat lima aspek religiusitas agama islam, yaitu:

1. Aspek iman, yaitu keyakinan dan hubungan manusia dengan Tuhan, malaikat, para nabi dan sebagainya.

2. Aspek Islam, yaitu freluensi intensitas pelaksanaan ibadah yang telah ditetapkan, misalnya sholat, puasa dan zakat.

3. Aspek ihsan, yaitu pengalaman dan perasaan tentang kehadiran Tuhan, takut melnggar larangan dan lain-lain.

4. Aspek ilmu, yaitu pengetahuan seseorang tentang ajaran-ajaran agama.

5. Aspek amal, yaitu tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat, seperti menolong orang lain, membela orang lemah, bekerja dan sebagainya.

B. KAJIAN PUSTAKA AUDITING DAN AUDITOR

Menurut Agoes (2012) auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Berdasarkan definisi tersebut, terdapat kata kunci penting dari auditing yaitu pemeriksaan, sistematis, bukti-bukti dan informasi, serta kriteria. Artinya auditing tidak hanya sekedar melakukan pemeriksaan begitu saja tanpa arah yang jelas, melainkan secara sistematis yaitu kearah apakah informasi yang disajikan manajemen telah sesuai dengan kriteria-kriteria yang ada, dan tentu didukung oleh bukti-bukti.

Dalam pelaksanaannya, auditing dilakukan oleh auditor. Dalam hal penelitian ini, penggunaan kata auditor merujuk pada akuntan publik. Auditor Independen atau Akuntan Publik adalah auditor yang melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan (Rimawati, 2011). Sesuai dengan namanya, pertanggungjawaban atas pelaksanaan audit seorang akuntan publik adalah kepada publik. Karena pertanggungjawabannya kepada Publik itulah maka pelaksanaan audit tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Oleh karena itu

“Auditing should be done by a competent, independent person” (Alvin A.Arens et all, 2011 dalam Agoes, 2012).

(7)

Arumsari (2014) menyatakan bahwa Independensi merupakan suatu tindakan baik sikap perbuatan atau mental auditor dalam sepanjang pelaksanaan audit dimana auditor dapat memposisiskan dirinya dengan auditee nya secara tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil auditnya. Maka, disimpulkan bahwa independensi auditor adalah kebebasan auditor itu sendiri atas pengaruh berbagai pihak, dimana auditor tidak diperbolehkan dan tidak dibenarkan berpihak sepanjang pelaksanaan audit dengan melibatkan dirinya kedalam klien.

Dalam PSA No. 04 SA Seksi 220 dinyatakan bahwa auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena seorang auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Selanjutnya aturan etika profesi akuntan publik (IAI, 20000.1-20000-6) Seksi 101 tentang Independesi menyebutkan, sikap mental independen dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu Independent in fact, dan Independent in appearance.

Dan dalam Agoes (2012) pengertian independensi bagi akuntan publik (eksternal auditor) terbagi kedalam 3 jenis, yaitu:

1. Independent in appearance adalah independensi yang dilihat dari penampilannya di struktur organisasi perusahaan.

2. Independent in fact adalah independensi dalam kenyataannya atau dalam menjalankan tugasnya.

3. Independent in mind adalah independensi dalam pikiran. Seorang auditor akan kehilangan independensinya jika (misalnya) ia berpikir untuk memeras auditee dengan audit findings yang telah ia temukan.

Dalam mengelola praktiknya, auditor harus dalam semangat persepsi independensi dan aturan yang ditetapkan untuk mencapai derajat independensi dalam melaksanakan pekerjaannya, (Agoes, 2012). Seorang auditor, tidak diperbolehkan kehilangan sikap independensinya, karena itu yang membuat auditor bisa dipercaya profesinya oleh publik.

RELIGIUSITAS

Religiusitas berasal dari kata religiosity (inggris) yang berarti keshalihan, pengabdian yang besar pada agama (Rasmaah, 2003 dalam thontowi, sumsel.kemenag.go.id). Mangunwija (1986) menyatakan bahwa religiusitas merupakan aspek yang telah dihayati oleh individu di dalam hati, getaran hati nurai pribadi dan sikap personal. Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa religiusitas bukan hanya tentang apakah seseorang tersebut beragama, tapi juga tentang bagaimana penghayatannya hingga tercermin pada tindakan dalam kesehariannya.

Dalam agama islam, maka religiusitas bukan sekedar apakah orang tersebut beragama islam melaksanakan sholat, puasa, zakat, dan sebagainya, tetapi juga apakah orang tersebut dapat memaknai maknanya (khusyu’) dalam setiap apapun yang ia lakukan. Religiusitas yang terkait dengan agama, merupakan dasar-dasar kehidupan yang membuat hidup individu menjadi teratur (Zohar dan Marshal, 2002 dalam Wiyastuti dan Ludigdo, 2010).

KARAKTER PERSONAL

Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Menurut Simon Philips

(8)

penting bagi seseorang dalam bagaimana ia di lingkungannya, salah satunya adalah di dunia profesinya.

Dalam Yusti (2015), Fatchul Mu’in (2011) mengungkapkan bahwa unsur-unsur yang menunjukan bagaimana karakter seseorang adalah sikap; emosi; kepercayaan; kebiasaan dan kemauan; dan, konsepsi diri. Unsur-unsur tersebut nantinya akan membentuk karakter yang dimiliki seseorang yang tercermin dalam nilai-nilai karakter. Mustari (2011) dalam Yusti (2015) mengatakan bahwa ada beberapa nilai-nilai karakter yang terkandung dalam diri setiap orang, salah satunya adalah nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri (personal), yaitu jujur; bertanggung jawab; bergaya hidup sehat; disiplin; kerja keras; berjiwa wirausaha; percaya diri; berfikir logis, kritis, dan inovatif; mandiri; ingin tahu; cinta ilmu; berani mengambil resiko; dan, berorientasi tindakan. Dari ke-14 nilai karakter tersebut, empat diantaranya sangat terkait dengan independensi auditor yakni jujur, bertanggung jawab, disiplin, dan tangguh.

PENGALAMAN AUDITOR

Menurut Knoers dan Haditono (1999) dalam Novarianto (2010), pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal, atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Selanjutnya Novarianto (2010) menyatakan bahwa, pengalaman audit merupakan pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Seorang auditor yang memiliki jam terbang yang tinggi atas penugasan auditnya dapat memiliki pemikiran dan tingkah laku yang matang selama dalam proses audit yang dijalaninya. Oleh karena itu, auditor berpengalaman diharapkan lebih bisa menempatkan independensinya dalam menghadapi gejolak hal-hal yang bisa saja merusak keindependensiannya.

C. PENELITIAN TERDAHULU

Kasidi (2007) melakukan penelitian “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Independensi” dengan variabel independen adalah ukuran kantor akuntan publik, lamanya hubungan audit, besarnya audit fee, pelayanan konsultasi manajemen dan keberadaan komite audit. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) terdapat pengaruh positif (pengaruh bersama) antara ukuran kantor akuntan publik, lamanya hubungan audit, besarnya audit fee, pelayanan konsultasi manajemen dan keberadaan komite audit pada perusahaan klien terhadap independensi auditor; dan, (2) secara individual ukuran kantor akuntan publik, lamanya hubungan audit, besarnya audit fee, pelayanan konsultasi manajemen tidak berpengaruh terhadap independensi auditor, sedangkan keberadaan komite audit pada perusahaan klien berpengaruh positif terhadap independensi auditor.

Selanjutnya Tiara Margaretha Simatupang Dan Kurnia (2014) dalam penelitiannya yang

berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik” yang menggunakan ikatan keuangan dan hubungan usaha pada klien, pemberian jasa lain selain jasa auditor terhadap klien, lamanya penugasan audit terhadap klien, ukuran Kantor Akuntan Publik, audit fee, persaingan antar akuntan publik sebagai variabel dependen menemukan bahwa (1) ikatan keuangan dan hubungan usaha, pemberian jasa lain selain jasa auditor, lamanya penugasan audit terhadap klien tidak berpengaruh signifikan terhadap independensi akuntan publik; dan, (2) ukuran Kantor Akuntan Publik, audit fee, persaingan antar akuntan publik berpengaruh secara signifikan terhadap independensi akuntan publik.

(9)

independensi auditor; dan, (2) tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pemutusan hubungan kerja dan penggantian auditor serta tight audit time budget terhadap independensi

auditor. Hal tersebut didapatkan setelah melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Tekanan

Manajemen Klien Dan Audit Time Budget Pressure Terhadap Independensi Auditor” dengan

Intervensi manajemen klien, pemutusan hubungan kerja dan penggantian auditor, high fee audit, tight audit time budget, sanksi atas audit over time budget sebagai variabel independen.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa variabel independen yang dideteksi mempengaruhi independensi auditor adalah variabel-variabel yang berasal dari ranah audit itu sendiri. Sedangkan dalam penelitian ini, variabel-variabel independen yang digunakan oleh peneliti adalah Religiusitas, Karakter Personal, dan Pengalaman Auditor. Ketiganya adalah

variabel “diluar” ranah audit, dan variabel tersebut peneliti bangun berdasarkan theory of planned behaviour, dimana teori itu menunjukan bahwa behaviour dipengaruhi oleh 3 faktor dasar yaitu personal, sosial, dan informasi.

D. KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan, pembahasan dalam penelitian ini dapat disederhanakan dalam model:

= mempengaruhi secara parsial = mempengaruhi secara simultan

E. HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka teori dalam penelitian ini, maka dapat ditentukan hipotesis-hipotesis sebagai berikut:

H1 : Ada pengaruh antara religiusitas terhadap independensi auditor H2 : Ada pengaruh antara karakter personal terhadap independensi auditor H3 : Ada pengaruh antara pengalaman auditor terhadap independensi auditor

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan terhadap auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di DKI Jakarta dan terdaftar di Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) pada tahun 2016. Dalam penelitian ini, dimensi waktu yang digunakan adalah cross-sectional, yaitu penelitian dilakukan pada satu jangka waktu tertentu dan hanya dilakukan satu kali yakni pada bulan Mei s/d Juni 2017.

B. JENIS DAN SIFAT PENELITIAN

Sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel. Variabel-variabel diukur biasanya dengan instrumen-instrumen penelitian sehinggga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik (Cresswell, 2014).

C. SUMBER DATA

Terdapat dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Data primer, adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi atau objek penelitian (Bungin, 2005). Pada penelitian ini, data primer didapat menggunakan kuesioner.

2. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan (Bungin, 2005). Seperti, e-book, jurnal, tesis, disertasi, website, dan lain-lain.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah survey. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada auditor yang bekerja pada KAP di DKI Jakarta.

E. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL 1. Penentuan Populasi

Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di KAP di DKI Jakarta, yang beragama Islam. DKI Jakarta dipilih karena merupakan ibu kota yang menjadi pusat perekonomian, dan auditor muslim dipilih karena hal itulah yang menjadi objek utama penelitian ini. Menurut data Akuntan Publik Indonesia (IAPI) 2016, jumlah auditor di DKI Jakarta yang beragama Islam adalah 100 auditor.

2. Sampel

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan metode judgement sampling. Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat beberapa pertimbangan untuk anggota populasi yang akan dijadikan sampel, yaitu:

1) Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar di Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2016.

2) Kantor Akuntan Publik tersebut berlokasi di wilayah DKI Jakarta.

(11)

Selain itu, responden dibatasi oleh jabatan auditor pada KAP sehingga tidak semua auditor dapat menjadi responden, hanya partner, manajer, auditor senior, auditor junior yang dapat diikutsertakan sebagai responden. Untuk menghitung besaran sampling menggunakan rumus slovin (Bungin, 2011):

Keterangan:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan dalam penelitian ini (e = 5%, 10%, 15%).

Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka dapat ditentukan jumlah sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah:

Setelah dilakukan perhitungan, maka ukuran sampel minimal yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 80 responden.

Untuk menilai tanggapan responden, penulis menggunakan skala likert dengan merekayasa pilihan jawaban/opsi yang lain. Bobot jawaban responden diberi nilai, 4 untuk SS – Sangat Setuju; 3 untuk S – Setuju; 2 untuk TS – Tidak Setuju; 1 untuk STS – Sangat Tidak Setuju. Selanjutnya, untuk meningkatkan kejujuran dan kesesuaian jawaban dari responden atas kuesioner yang disebarkan, dalam penelitian ini digunakan pernyataan positif dan negatif. Pernyataan tersebut diterapkan untuk menghindari dan meminimalisir pengisian jawaban secara asal oleh responden, jika seluruh pernyataan yang diajukan dalam kuesioner hanya diterapkan dalam satu jenis pernyataan (positif saja atau negatif saja).

F. DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL 1. Definisi Operasional

Variabel terikat (variabel dependen)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah independensi auditor (Y). Dimensi independensi yang digunakan adalah independent in fact dan independent in appearance.

Variabel bebas (variabel independen)

Variabel independen adalah variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain, sebaliknya variabel ini akan mempengaruhi variabel lainnya (Larasati, 2016). Variabel independen dalam penelitian ini adalah religiusitas (X1), karakter personal (X2), dan pengalaman auditor (X3).

1) Religiusitas

Dimensi religiusitas yang digunakan sebagai penilaian dalam penelitian ini menggunakan dimensi religiusitas glock dan stark yang disesuaikan dengan dimensi religiusitas agama Islam, yaitu aspek iman, aspek islam, aspek ihsan, aspek ilmu, dan aspek amal.

2) Karakter Personal

Indikator-indikator karakter personal yang digunakan dalam penelitian ini adalah memiliki karakter yang baik, diantaranya jujur, disiplin, tanggung jawab, dan tangguh.

3) Pengalaman auditor

Indikator-indikator pengalaman auditor adalah jabatan dan jam terbang dalam bekerja.

(12)

2. Pengukuran Variabel

Variabel diukur menggunakan instrumen-instrumen kuesioner untuk masing-masing variabel yang dikonversi kedalam skala likert 1 s/d 4, dengan rincian sebagai berikut:

a) Independensi Auditor (Y), dalam 22 instrumen. b) Religiusitas (X1), dalam 7 instrumen.

c) Karakter Personal (X2), dalam 7 instrumen.

G. TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik dimna metode tersebut digunakan untuk menguji hipotesis, dan analisis statistik dilakukan dengan dengan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) Versi 20.0.

1. Uji Kualitas Data

Data dalam suatu penelitian, akan menjadi tidak berguna jika instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data penelitian tidak memiliki reliability (tingkat keandalan) dan validity (tingkat keabsahan) yang tinggi.

2. Validitas

Validitas adalah ketepatan antara data yang dilaporkan peneliti dengan data yang sesungguhnya pada objek penelitian. Menurut Sugiyono (2009) dalam Larasati (2016) suatu instrument atau kuesioner dapat dinyatakan valid apabila:

1) Koefisien korelasi melebihi 0,30 2) Nilai signifikan < 0,05

3) Koefisien korelasi > r tabel (alpha ; df = n-2)

3. Realibilitas

Kueisioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011 dalam Larasati, 2016). Suatu instrument atau kuesioner dapat dinyatakan reliabel apabila:

1) Taraf nyata 5% > r kritis product moment 2) Koefisien korelasi melebihi 0,60

4. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas Data, dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

2) Uji Heteroskedastisitas, dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

3) Uji Multikolinearitas, dilakukan untuk menguji apakah di dalam model regresi linear ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.

4) Uji Autokorelasi, dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan aumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.

5) Uji Hipotesis

Selanjutnya dilakukan analisis secara statistik menggunakan analisis regresi linear berganda dengan uji asumsi klasik untuk menguji apakah hipotesis yang ada telah valid dan reliable. Dan persamaan yang dikembangkan adalah:

Keterangan :

(13)

Y: Independensi Auditor a: Konstanta

b1: Koefisien regresi untuk variabel X1 b2: Koefisien regresi untuk variabel X2 b3: Koefisien regresi untuk variable X3

X1: Variabel faktor Religiusitas X2: Variabel faktor Karakter Personal X3: Variabel faktor Pengalaman Auditor e : standard error (tingkat kesalahan)

6) Uji Adjusted R2 (Koefisien Determinasi), mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel dependen.

7) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t), menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

_______. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Diakses pada kbbi.web.id) Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Aripoerwo, Rizal., Unti Ludigo., M. Achsin. 2014. Independensi Akuntan Publik dan Pihak Terasosiasi. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2014, Hlm. 314-344 (Diakses pada jamal.ub.ac.id)

Arumsari, Adelia Luktya. 2014. Tesis: Pengaruh Profesionalisme Auditor, Independensi Auditor, Etika Profesi, Budaya Organisasi, Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Bali. Denpasar: Universitas Udayana (Diakses pps.unud.ac.id)

Ayuningtyas, Harvita Yulian. 2012. Skripsi: Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Kasus Pada Auditor Inspektorat Kota/Kabupaten di Jawa Tengah). Semarang: Universitas Diponegoro

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Cresswell, John W. 2014. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dahlan, Ahmad., Gagaring Pagalung., Tawakkal. _______. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Independensi Auditor (Diakses pada pasca.unhas.ac.id)

Desyanti, Ni Putu Eka., NI MADE DWI RATNADI. 2008. Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern Pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung. Bali: Universitas Udayana (Diakses pada ojs.unud.ac.id)

Dewi, Listya Kanda. _____. Akuntan Publik Dalam Penegakan Kode Etik Profesi (Diakses pada jim.feb.ub.ac.id)

Fauzan. 2013. Pengaruh Religiuisitas Terhadap Etika Berbisnis (Studi pada RM. Padang di Kota Malang). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, VOL.15, NO. 1, MARET 2013: 53-64

Hadisantoso, Antonius Bernardus. 2011. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik. Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala (Diakses pada repository.wima.ac.id)

Hanjani, Andreani. 2014. Skripsi: Pengaruh Etika Auditor, Pengalaman Auditor, Fee Audit, dan Motivasi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi pada Auditor KAP Di Semarang). Semarang: Universitas Diponegoro (Diakses pada: eprints.undip.ac.id)

(15)

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/05/27/noywh5-inilah-10-negara-dengan-populasi-muslim-terbesar-di-dunia

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol3732/font-size1-colorff0000bskandal-penyuapan-pajakbfontbr-kantor-akuntan-kpmg-indonesia-digugat-di-as, tanggal 25 Maret 2016

https://m.tempo.co/read/news/2015/04/05/116655435/india-akan-kalahkan-indonesia-soal-pemeluk-islam

Kasidi. 2007. Tesis: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Independensi Auditor (Persepsi Manajer Keuangan Perusahaan Manufaktur di Jawa Tengah). Semarang: Universitas Diponegoro (Diakses Pada eprints.undip.ac.id)

Larasati, Citra Nadia. 2016. Pengaruh Independensi, Etika Profesi, dan Profesionalisme Terhadap Kinerja Auditor (studi empiris: Pada KAP di Jakarta Pusat). Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta

Majalah Akuntan: Akuntan Penyebab Krisis? Agustus-September 2015: 8 Majalah Akuntan: Akuntan Solusi Krisis!, Oktober-November 2015: 18

Maryati. 2015. Skripsi: Pemahaman Dan Persepsi Etis Akuntan Pajak Tentang Tax Avoidance Dan Tax Evasion: Sebuah Studi Fenomenologi. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta

Novarianto, Rizal. 2010. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Keahlian Auditor Dalam Mengaudit Perusahaan (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Jakarta). Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (Diakses Pada repository.uinjkt.ac.id)

Prakoso, Rinaldi Suryo. 2012. Skripsi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Auditor (Persepsi Manajer Keuangan Perusahaan Perbankan di Semarang). Semarang: Universitas Diponegoro

Ramdhani, Neila. _______. Model Perilaku Penggunaan IT “NR-2007” Pengembangan Dari Technology Acceptance Model (TAM) (Diakses Pada neila.staff.ugm.ac.id)

Rimawati, Nike. 2011. Skripsi: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Independensi Auditor. Semarang: Universitas Diponegoro (Diakses pada eprints.undip.ac.id)

Santoso, Arif Lukman., Luthfi Aditya Mas’ud. 2016. Etika Islam Dalam Earnings Management. Konferensi Ilmiah Akuntansi III 2016

Sari, Yunita., Akbar Fajri S., Tanfidz Syuriansyah. 2012. Religiusitas Pada Hijabers Community Bandung. Prosiding SnaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora (Diakses pada prosiding.lppm.unisba.ac.id)

Simatupang, Tiara Margaretha., Kurnia. 2014. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Akuntan Publik. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 2014 (Diakses Pada

ejournal.stiesia.ac.id)

(16)

Sukriah, Ika., Akram., Biana Adha Inapty. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. SNA 12 Palembang (Diakses pada multiparadigma.lecture.ub.ac.id)

Thontowi, Ahmad. _____. Hakekat Religiusitas (Diakses pada sumsel.kemenag.go.id)

Widyastuti, Wiwied., Unti Ludigdo. 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Budaya Organisasi Terhadap Perilaku Etis Auditor Pada KAP. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Vol.1 No. 1 April 2010 (Diakses pada jamal.ub.ac.id) Yasmin. 2008. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit Akuntan

Publik Ditinjau Dari Standar Profesional PSA SA No. 04: Independensi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

(17)

DAFTAR PUSTAKA

_______. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Diakses pada kbbi.web.id) Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Aripoerwo, Rizal., Unti Ludigo., M. Achsin. 2014. Independensi Akuntan Publik dan Pihak Terasosiasi. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2014, Hlm. 314-344 (Diakses pada jamal.ub.ac.id)

Ayuningtyas, Harvita Yulian. 2012. Skripsi: Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Kasus Pada Auditor Inspektorat Kota/Kabupaten di Jawa Tengah). Semarang: Universitas Diponegoro

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Dahlan, Ahmad., Gagaring Pagalung., Tawakkal. _______. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Independensi Auditor (Diakses pada pasca.unhas.ac.id)

Desyanti, Ni Putu Eka., NI MADE DWI RATNADI. 2008. Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern Pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung. Bali: Universitas Udayana (Diakses pada ojs.unud.ac.id)

Dewi, Listya Kanda. _____. Akuntan Publik Dalam Penegakan Kode Etik Profesi (Diakses pada jim.feb.ub.ac.id)

Fauzan. 2013. Pengaruh Religiuisitas Terhadap Etika Berbisnis (Studi pada RM. Padang di Kota Malang). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, VOL.15, NO. 1, MARET 2013: 53-64

Hadisantoso, Antonius Bernardus. 2011. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik. Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala (Diakses pada repository.wima.ac.id)

Hanjani, Andreani. 2014. Skripsi: Pengaruh Etika Auditor, Pengalaman Auditor, Fee Audit, dan Motivasi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi pada Auditor KAP Di Semarang). Semarang: Universitas Diponegoro (Diakses pada: eprints.undip.ac.id)

http://internasional.kompas.com/read/2012/08/07/13185973/Kasus.Standard.Chartered.Men yeret.Deloitte, tanggal 25 Maret 2016

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol3732/font-size1-colorff0000bskandal-penyuapan-pajakbfontbr-kantor-akuntan-kpmg-indonesia-digugat-di-as, tanggal 25 Maret 2016

Kasidi. 2007. Tesis: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Independensi Auditor (Persepsi Manajer Keuangan Perusahaan Manufaktur di Jawa Tengah). Semarang: Universitas Diponegoro (Diakses Pada eprints.undip.ac.id)

(18)

Majalah Akuntan: Akuntan Penyebab Krisis? Agustus-September 2015: 8 Majalah Akuntan: Akuntan Solusi Krisis!, Oktober-November 2015: 18

Maryati. 2015. Skripsi: Pemahaman Dan Persepsi Etis Akuntan Pajak Tentang Tax Avoidance Dan Tax Evasion: Sebuah Studi Fenomenologi. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta

Novarianto, Rizal. 2010. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Keahlian Auditor Dalam Mengaudit Perusahaan (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Jakarta). Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (Diakses Pada repository.uinjkt.ac.id)

Prakoso, Rinaldi Suryo. 2012. Skripsi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Auditor (Persepsi Manajer Keuangan Perusahaan Perbankan di Semarang). Semarang: Universitas Diponegoro

Ramdhani, Neila. _______. Model Perilaku Penggunaan IT “NR-2007” Pengembangan Dari Technology Acceptance Model (TAM) (Diakses Pada neila.staff.ugm.ac.id)

Rimawati, Nike. 2011. Skripsi: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Independensi Auditor. Semarang: Universitas Diponegoro (Diakses pada eprints.undip.ac.id)

Santoso, Arif Lukman., Luthfi Aditya Mas’ud. 2016. Etika Islam Dalam Earnings Management. Konferensi Ilmiah Akuntansi III 2016

Sari, Yunita., Akbar Fajri S., Tanfidz Syuriansyah. 2012. Religiusitas Pada Hijabers Community Bandung. Prosiding SnaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora (Diakses pada prosiding.lppm.unisba.ac.id)

Simatupang, Tiara Margaretha., Kurnia. 2014. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Akuntan Publik. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 2014 (Diakses Pada

ejournal.stiesia.ac.id)

Sudrajat, Ajat. 2011. Mengapa Pendidikan Karakter?. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sukriah, Ika., Akram., Biana Adha Inapty. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. SNA 12 Palembang (Diakses pada multiparadigma.lecture.ub.ac.id)

Thontowi, Ahmad. _____. Hakekat Religiusitas (Diakses pada sumsel.kemenag.go.id)

Widyastuti, Wiwied., Unti Ludigdo. 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual dan Budaya Organisasi Terhadap Perilaku Etis Auditor Pada KAP. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Vol.1 No. 1 April 2010 (Diakses pada jamal.ub.ac.id) Yasmin. 2008. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit Akuntan

Publik Ditinjau Dari Standar Profesional PSA SA No. 04: Independensi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

(19)

Arumsari, Adelia Luktya. 2014. Tesis: Pengaruh Profesionalisme Auditor, Independensi Auditor, Etika Profesi, Budaya Organisasi, Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Bali. Denpasar: Universitas Udayana (Diakses xxx)

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LIPI merasa perlu untuk melakukan analisis ketahanan pangan rumah tangga di masa pandemi untuk menghasilkan

Penangkapan tentara Inggris oleh Iran ini terjadi sehari menjelang pemungutan suara di DK PBB mengenai program nuklir Iran yang dikenal dengan resolusi 1747 pada tanggal

Berbeda dengan pendapat di atas yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, Donovan dan Gibson

Penambahan campuran semen merah, kapur tohor, dan pasir pantai Krakal dengan perbandingan komposisi 1; 1 ; 2 sebagai pengganti semen portland dan agregat halus pads a prosentase

Kesimpulan : Perbedaan pengetahuan gizi diperoleh nilai (p=0,000) menunjukaan ada perbedaan pengetahuan gizi sebelum dan sesudah diberi penyuluhan tentang gizi

Hal ini menunjukkan bahwa banyak juga faktor lain yang mempengaruhi kejadian ketuban pecah dini misalnya seperti serviks inkompeten, faktor keturunan, pengaruh dari

Aktivitas guru dalam menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa untuk belajar mengambil keputusan melalui materi pesawat sederhana memperoleh skor 3,5 dengan kategori

Keempat wujud dari keberlakuan hukum tersebut begitu relevan dengan sifat-sifat hakiki dari Pancasila yang secara kodrat menempatkan manusia sebagai makhluk Tuhan yang satu