• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Unjuk Kerja Protok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Perbandingan Unjuk Kerja Protok"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

Analisis Perbandingan Unjuk Kerja Protokol Routing

Reaktif (DYMO) terhadap Routing Reaktif (AODV)

pada Jaringan MANET

Abednega Alfinanto, Bambang Soelistijanto, S.T., M.Sc., Ph.D.

Email : abednega@live.com

Abstract— Dengan menambahkan jumlah node ,kecepatan mobility dan jumlah koneksi UDP, menunjukan protokol routing reaktif (DYMO) lebih unggul jika dibandingkan dengan routing protokol reaktif AODV jika jumlah node dan koneksi ditambahkan ini karena protokol routing reaktif (DYMO) mengunakan rute yang sudah diketahuinya dapat dilihat pada nilai thrughput dan end to end delay. Serta memiliki control message yang lebih rendah dari pada routing protokol reaktif (AODV).

Namun routing protokol reaktif (DYMO) tidak cocok digunakan pada kondisi kecepatan rendah karena Total Control Message (DYMO) yang tinggi disebabkan

jarang terjadi putus dan (DYMO) berusaha

mempertahankan rute selalu baru. Tetapi Total Control message untuk protokol routing reaktif (AODV) jauh lebih baik jika dibandingkan dengan protokol routing (DYMO) pada kecepatan mobility rendah.

Kunci : Mobile Adhoc Network, MANET, AODV, DYMO, simulator, throughput, delay, control Messages

I. PENDAHULUAN

MANET merupakan kumpulan node-node yang beregerak dan saling terhubung satu sama lain secara nirkabel. Pada jaringan MANET komunikasi antar node tidak membutuhkan alat tambahan sebagai penghubung, seperti router ataupun access point. Setiap node bertindak sebagai router. Untuk dapat berkomunikasi dengan node lain, sebuah node harus melakukan proses routing terlebih dahulu yang dinamakan dengan routing protocol.

Dalam melakukan komunikasi antar node pada jaringan MANET sering terjadi permasalahan. Beberapa permasalahan yang sering terjadi adalah sumber daya node yang terbatas, pengiriman paket data yang terlalu lama sehingga terlalu lama untuk dikelola, seringnya paket yang diterima dalam keadaan rusak dikarenakan banyaknya paket data yang hilang selama terjadinya komunikasi antar node dan juga dikarenakan node yang bergerak menyebabkan sering terjadi node hilang. Untuk itu dibutuhkan sebuah jenis routing protocol yang dapat meminimalisasi munculnya masalah-masalah tersebut.

Routing protocol bekerja pada lapisan network pada OSI layer yang berfungsi menginformasikan topologi antar router. Di jaringan

MANET terdapat dua jenis routing protocol, yaitu proactive routing protocol dan reactive routing protocol. Pada proactive routing protocol, setiap node memiliki satu atau lebih table routing yang berisi informasi rute terbaru ke node lain di dalam jaringan.

Hal ini membuat routing jenis ini tidak cocok untuk jaringan yang besar karena sering terjadinya perubahan table routing dalam jaringan yang mengakibatkan node tidak hemat energi dan bandwidth. Berbeda dengan reactive routing protocol yang tidak memiliki table routing, reactive routing protocol bekerja ketika sebuah node ingin mengirimkan paket ke node lain dengan mencari dan menetapkan jalur yang tepat dan koneksi stabil.

Hal ini mengakibatkan reactive routing protocol hemat energi dan bandwidth [1]. AODV (Ad-hoc On-demand Distance Vector) merupakan jenis routing protocol reactive yang sering digunakan dalam jaringan adhoc sementara DYMO (Dynamic Manet On-demand) juga merupakan jenis routing protocol reactive yang dikembangkan dari routing protocol AODV. Pada jaringan MANET, routing protocol dapat dikatakan bagus diketahui dari proses yang diperlukan oleh router untuk pengecekan error dan kontrol transmisi (overhead), waktu yang dibutuhkan selama pengiriman data (end to end delay), dan jumlah paket data yang diterima dalam kurun waktu tertentu (throughput).

Di dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap dua jenis routing protocol tersebut dengan melakukan beberapa skenario untuk membandingkan throughput, control Messages, dan end to end delay diketahui seberapa baik performa masing-masing routing protocol AODV dan DYMO dalam mengirimkan paket data dan jenis routing protocol yang mana yang lebih baik digunakan pada jaringan MANET.

Berdasarkan uraian di atas, maka disusun suatu laporan tugas

akhir yang berjudul “Analisis Perbandingan Unjuk Kinerja Routing

Procotol AODV dan DYMO pada Jaringan Manet”.

II. LANDASAN TEORI

(2)

2

mencoba untuk menemukan rute ke tujuan ketika benar-benar diperlukan untuk komunikasi. [1]

A. AODV

AODV singkatan Ad-hoc On vektor Demand Jarak Routing Protocol. AODV pada dasarnya adalah kombinasi dari kedua DSR dan DSDV. Ini meminjam dasar Route Penemuan dan Route Maintenance langkah dari DSR , dan penggunaan hop-by-hop routing meminjam dari DSDV. Ini adalah reaktif/on-demand routing protokol berarti proses penemuan rute reaktif dimulai hanya ketika node sumber melakukan permintaan . AODV menghindari penghitungan tidak

seperti protokol vektor jarak lainnya dengan

menggunakan nomor urut untuk setiap rute RREQ dan fitur nomor urut ini adalah fitur yang paling membedakan dari AODV dibandingkan dengan protokol routing lain. [3]

Dalam AODV, semua node menjaga tabel routing yang berisi entri untuk setiap node tujuan. Setiap entri berisi hop berikutnya, nomor urut dan jumlah hop yang diperlukan untuk mencapai node tujuan. Menggunakan nomor urut tujuan menjamin kebebasan Loop. AODV memastikan rute ke tujuan tidak mengandung sebuah loop dan jalur terpendek. Permintaan rute (RREQs), dengan Replay (RREPs), rute Errors (RERRs) adalah pesan kontrol yang digunakan untuk membangun jalur dari sumber ke tujuan.

B. DYMO

DYMO protokol merupakan suksesor dari protokol

AODV yang mempunyai 2 fungsi operasi : Route

Discovery dan Route Maintance. DYMO beroperasi sama dengan AODV dan tidak menambahkan fitur lebih atau mengembangkan protokol AODV, tetapi hanya

menyederhanakan. Dalam pencarian jalur pada

on-demand, ketika node membutuhkan untuk mengirim sebuah paket ke tujuan yang tidak ada di routing tabel. Sebuah route permintaan akan membanjiri di jaringan mengunakan broadcast dan jika paket diterima di tujuan, sebuah pesan balasan dikirimkan kembali ke sumber. [2] Setiap node forwarding RREQ mungkin menambahkan alamat sendiri, urutan nomor, awalan, dan informasi gateway.

III. SIMULATION MODEL

Untuk simulasi setup, kita telah memilih trafik Continuous Bit Rate (CBR) dengan ukuran paket dari 512 byte. 20 sumber-tujuan tersebar secara acak di jaringan. Model mobilitas yang digunakan adalah Random Waypoint. Untuk area dispesifikasikan adalah 1000m x 1000m menyajikan area persegi untuk memungkinkan 30, 40 dan 50 node mobile untuk bergerak di dalam area. Di sisi lain, membatasi jumlah dari hop. (4 sampai 6 untuk berbagai transmisi default 250 m). Semua node disediakan dengan link nirkabel dari bandwidth 2Mbps untuk mengirimkan. Setiap paket

dalam komunikasi selama simulasi dimulai

perjalanannya dari lokasi acak dan bergerak menuju tujuan acak dengan yang dipilih kecepatan 2m / s di Human Walk Mobility, 8m / s di Human Running Mobility, 15m / s di Slow Car Mobility dan 30m / s di Fast Car Mobility. Setelah tujuan adalah mencapai, tujuan acak lain ditargetkan setelah dispesifikasikan waktu jeda 2 detik. Simulasi dijalankan untuk setiap 1000 detik.

IV. THROUGHPUT

Throughput adalah rata-rata (bit) yang dikirimkan ke node tujuan per satuan waktu.

(3)

3

Grafik diatas menunjukan bahwa saat node mulai ditambahkan atau kepadatannya bertambah kedua routing mengalami pengurangan nilai throughput karena mobilitas tinggi topologi akan berubah dan karakteristik kedua protokol yang berusaha memelihara satu jalur, hal ini menyulitkan dalam pencarian jalur baru akan membuat nilai througput menurun secara signifikan pada

saat kecepatan SCM. Nilai throughput AODV terlihat

lebih rendah dibandingkan DYMO karena pada AODV

berusaha memelihara jalur agar selalu fresh/baru, ini

membuat control routing bertambah.

V. End to end Delay

End to End Delay adalah rata-rata waktu yang diperlukan paket pada saat dikirimkan sampai diterima oleh node tujuan.

A. Hasil rata rata End to end Delay p a d a k e d u a p r o t o k o l

Pada sekenario Gambar delay pada DYMO jauh lebih

kecil atau lebih bagus jika dibandingkan dengan AODV.

Cara kerja routing DYMO lebih cepat menemukan jalur

baru saat koneksi putus dengan memanfaatkan fitur path

accumulation. Sedangkan AODV harus membroadcast

ulang setiap kali route putus, sehingga waktu untuk

menemukan route baru lebih lama jika dibandingkan

dengan DYMO.

Peningkatan delay paling signifikan terjadi saat

koneksi 6 UDP dan bertambahnya kecepatan. Kecepatan dan jumlah node yang bertambah membuat terjadi

peningkatan delay yang signifikan pada AODV

dikarenakan control message yang tinggi karena jaringan terbebani oleh koneksi dan semakin cepat topologi berubah akan memperlama waktu untuk mencari jalur .

VI. TOTAL CONTROL MESSAGES Control messages adalah informasi routing tidak termasuk data yang berada dalam suatu jaringan mobile ad-hoc.

A. Hasil Total Control Messages p a d a k e d u a p r o t o k o l

Pada sekenario semua perbandingan diatas

diperlihatkan bahwa Control Messages DYMO lebih kecil daripada AODV. Hal ini bisa terjadi karena DYMO

memiliki fitur path accumulation yang memungkinkan

(4)

4

VII. KESIMPULAN

Dari hasil simulasi dan pengujian yang telah

dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal berikut:

• Kinerja antara kedua protokol di throughput

menerima paket sangat sebanding. Namun,

DYMO lebih unggul dalam routing control dan

delay end-to-end.

• Routing DYMO berfungsi baik dalam

memperbaiki biaya routing pada routing AODV.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Mukhija, "Reactive Routing Protocol for Mobile Ad-Hoc Network," in Department of Mathematics Indian Institute of Technology, Delhi, 2001. [2] Y. Sidharta, "Perbandingan Unjuk Kerja Protokol

Routing Ad hoc On-Demand Distance Vector(AODV) dan Dynamic Source Routing(DSR) Pada Jaringan MANET," Fakultas Sains dan Teknologi Fakultas Teknologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2013.

[3] C. P. I. Chakeres, "Dynamic MANET On-demand Routing draft-ietf-manet-dymo-05," Mobile Ad-hoc Networks Working Group, Nokia, June 20, 2006. [4] N. Javaid, Y. M., A. A., N. A. and D. K., "Evaluating

Impact Mobility on Wireless Routing Protocols," IEEE Symposium on Wireless Technology and Aplications (ISWTA), Langkawi,Malaysia, 2011. [5] S. Bhat, D. D. J.T and M. Shwetha, "A Performance

Study of Proactive, Reactive and Hybrid Routing Protocols using Qualnet Simulator," International Journal of Computer Applications, pp. Number 5 - Article 3, 2011.

[6] S. K. Bisoyi, "Performance analysis of Dynamic MANET On-demand (DYMO) Routing protocol," https://www.researchgate.net/publication/268344776, 2012.

Gambar

Grafik diatas menunjukan bahwa saat node mulai ditambahkan atau kepadatannya bertambah kedua

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil tersebut dapat dilihat biaya pertama yang dikeluarkan oleh juragan dari hasil penangkapan ikan yakni modal punggawa-sawi hal tersebut dikarenakan modal yang

Salah satu produk dari kesepakatan dagang yang membebaskan produk-produk masuk secara leluasa adalah MEA. Untuk menghadapi MEA perlu persiapan agar industri kecil dapat

Sejalan dengan tema tersebut, maka prioritas pembangunan DIY pada Tahun 2020 adalah: (i) Penanganan Kesehatan dan hal-hal lain terkait kesehatan dalam pencegahan dan

Hasil Hasil penelitian ini diperoleh harga koefisien hubungan Chi Square antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap pernikahan dini pada remaja di SMAN 1

PERALIIIAN IIARTA ?USAXO TINCGI Mf,NURIlT IIUI'UM.. ADAT KENAC RI]{X BATU PAYUNG

dan tinggi badan responden pascahemodialisis, jenis akses vaskular yang dipergunakan, lama sesi hemodialisis, frekuensi hemodialisis dalam seminggu, kecepatan aliran darah,

Kedua, berdasarkan faktor guru dalam penelitian ini ditemukan berbagai faktor yaitu tipe guru, tingkat kelas, latar belakang pendidikan, latar belakang guru, pengalaman

Widyastuti, Tri, 2009, Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja Keuangan Terhadap Manajemen Laba : Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEI, Jurnal Maksi Volume 9 Nomor 1..