• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KAJIAN FISKAL REGIONAL. Tahun. D.I. Yogyakarta. Provinsi D.I. Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KAJIAN FISKAL REGIONAL. Tahun. D.I. Yogyakarta. Provinsi D.I. Yogyakarta"

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

Provinsi D.I. Yogyakarta

KAJIAN FISKAL

REGIONAL

Tahun

(2)

i

Salam sejahtera Bagi Kita Semua,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penyusunan Kajian Fiskal Regional Tahun 2020 Wilayah D.I.Yogyakarta dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Gubernur D.I. Yogyakarta, Bupati/Walikota, Kepala Bappeda DIY, Kepala DPPKAD/BKAD dan Kepala Dinas/Badan masing-masing Pemda, Kepala BPS D.I. Yogyakarta, Kepala Perwakilan Bank Indonesia D.I. Yogyakarta, Kepala KPPN serta berbagai pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam penyediaan data untuk bahan penyusunan kajian ini. Dukungan dan sinergi dari semua mitra kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan D.I. Yogyakarta merupakan hal yang sangat penting bagi kami. Kajian Fiskal Regional ini disusun dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Kanwil Ditjen Perbendaharaan sebagai pengelola fiskal di tingkat regional. Tugas dan fungsi tersebut yaitu memberikan informasi yang komprehensif mengenai perkembangan pelaksanaan APBN, APBD, dan Dana Transfer ke Daerah serta indikator-indikator ekonomi yang terkait dengan pengelolaan fiskal. APBN yang dialokasikan oleh Pemerintah Pusat dan APBD yang dialokasikan oleh Pemerintah Daerah diharapkan menjadi motor utama yang memberikan multiplier effect dalam menggerakkan roda perekonomian di wilayah D.I. Yogyakarta. Tidak kalah penting adalah peran pihak ketiga swasta dari dunia usaha di luar pemerintah yang memberikan kontribusi dalam pencapaian kondisi perekonomian regional terutama pada masa Pandemi COVID-19 ini.

Hasil kajian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang bernilai strategis, khususnya kepada mitra kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan D.I. Yogyakarta sebagai pertimbangan dalam perumusan kebijakan yang terkait dengan pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja. Kajian ini juga dimaksudkan sebagai masukan dalam penyusunan kebijakan fiskal secara nasional oleh Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan yang merupakan bagian penting dalam siklus penyusunan APBN. Semoga ke depan, kebijakan yang akan diambil oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat mengacu pula pada capaian perekonomian secara makro yang disajikan dalam kajian ini. Namun demikian, kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih

banyak kekurangan serta keterbatasan dalam melakukan analisis dan penyajian rekomendasi. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan

masukan dalam perbaikan penyusunan kajian selanjutnya.

Akhir kata, semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa mengiringi langkah kita ke depan dan melimpahkan petunjuk dan hidayah-Nya kepada kita semua untuk kemajuan bangsa ini.

Yogyakarta, 28 Februari 2021

Sahat M.T. Panggabean

(3)

ii

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI……….. ii

DAFTAR TABEL ………. v

DAFTAR GRAFIK/GAMBAR………. x

RINGKASAN EKSEKUTIF………. xiv

DASHBOARD MAKRO FISKAL REGIONAL……….. BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH……… 1

1.1 PENDAHULUAN……… 1

1.2 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH……….. 1

1.2.1 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah………... 2

1.2.2 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah……….. 3

1.3 TANTANGAN DAERAH………... 5

1.3.1 Tantangan Ekonomi Daerah………... 5

1.3.2 Tantangan Sosial Kependudukan……….. 5

1.3.3 Tantangan Geografis Wilayah……… 6

1.3.4 Tantangan Daerah Sebagai Dampak COVID-19……… 8

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL……… 9

2.1 INDIKATOR MAKRO EKONOMI FUNDAMENTAL………. 9

2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto……….. 9

2.1.2 Suku Bunga……….. 18

2.1.3 Inflasi………. 20

2.1.4 Nilai Tukar………. 21

2.2 INDIKATOR KESEJAHTERAAN……… 23

2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ………. 23

2.2.2 Tingkat Kemiskinan………. 25

2.2.3 Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini) ……… 27

2.2.4 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran………... 29

2.2.5 Nilai Tukar Petani (NTP) ……… 31

2.2.6 Nilai Tukar Nelayan (NTN) ……… 32

2.3 EFEKTIFITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL……. 33

2.3.1 Progress Perkembangan Indikator Makro dan Indikator Kesejahteraan DIY Tahun 2020……… 34

2.3.2 Efektifitas Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di Wilayah DIY Selama Masa Pandemi COVID-19……….. 35

(4)

iii

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL 38

3.1 APBN TINGKAT PROVINSI……… 38

3.2 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI……… 38

3.2.1 Penerimaan Perpajakan………. 38

3.2.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak………. 43

3.2.3 Penerimaan Hibah……… 45

3.3 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT D.I YOGYAKARTA……….. 46

3.4 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA……….. 48

3.4.1 Dana Transfer Umum……….. 50

3.4.2 Dana Transfer Khusus………. 51

3.4.3 Dana Desa………. 52

3.4.4 Dana Insentif Daerah, Otonomi Khusus dan Keistimewaan………. 52

3.5 ANALISIS CASH FLOW PEMERINTAH PUSAT………... 53

3.6 PENGELOLAAN BLU PUSAT………. 53

3.7 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT………. 58

3.7.1 Penerusan pinjaman……… 58

3.7.2 Kredit program……….. 58

3.8 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING) DAN BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DI DAERAH……… 59

3.8.1 Mandatory Spending di Daerah………. 59

3.8.2 Belanja Sektor Pendidikan………. 59

3.8.3 Belanja Sektor Kesehatan……….. 60

3.8.4 Belanja Infrastruktur………. 61

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD……… 63

4.1 APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) ………. 63

4.2 PENDAPATAN DAERAH………. 64

4.2.1 Dana Transfer / Perimbangan……… 64

4.2.2 Pendapatan Asli Daerah………. 66

4.2.3 Pendapatan Lain-Lain……….. 67

4.3 BELANJA DAERAH……….. 67

4.4 PERKEMBANGAN BLU DAERAH………. 70

4.5 SURPLUS / DEFISIT APBD……… 73

4.6 PEMBIAYAAN……… 74

4.7 ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH……….. 75

4.7.1 Analisis Horizontal dan Vertikal……….. 75

4.7.2 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah……….. 77

(5)

iv

4.8.1 Belanja Daerah Sektor Pendidikan……… 79

4.8.2 Belanja Daerah Sektor Kesehatan……… 80

4.8.3 Belanja Infrastruktur Daerah……….. 81

BAB V PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)………...... 82

5.1 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN………...... 82

5.2 PENDAPATAN KONSOLIDASIAN……… 82

5.3 BELANJA KONSOLIDASIAN……… 86

5.4 SURPLUS / DEFISIT KONSOLIDASIAN……… 90

5.5 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT………….……… 91

BAB VI KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL……….... 94

6.1 SEKTOR UNGGULAN DAERAH……… 96

6.2 SEKTOR POTENSIAL DAERAH……… 101

6.3 TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH………. 103

BAB VII ANALISIS TEMATIK……… 107

7.1 GAMBARAN UMUM DAMPAK COVID-19 DI DIY SELAMA TAHUN 2020……… 107

7.2 STRATEGI PENANGANAN COVID-19 DAN SUMBER PENDANAAN (REFOCUSING APBD) DI DIY TAHUN 2020……….. 108

7.3 PEMANFAATAN ANGGARAN HASIL REFOCUSING APBD DI DIY TAHUN 2020……….. 110 BAB VIII PENUTUP………. 118

8.1 KESIMPULAN……… 118

8.2 REKOMENDASI……… 119

(6)

v

Tabel 1.1 Sasaran dan Indikator RKPD DIY 2020 4

Tabel 2.1 PDRB DIY ADHB dan ADHK Dari Sisi Permintaan Tahun 2019-2020 (dalam Juta Rupiah)

10

Tabel 2.2 PDRB DIY ADHB dan ADHK Dari Sisi Permintaan 2019-2020 (dalam Juta Rupiah)

15

Tabel 2.3 Indeks Pembangunan Manusia DIY Menurut Komponen Tahun 2016-2020

24

Tabel 2.4 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) D.I Yogyakarta Periode September 2018 – September 2020

26

Tabel 2.5 Realisasi Indikator Makro Provinsi DIY dan Nasional Tahun 2020 34

Tabel 3.1 APBN DIY (dalam miliar rupiah) 38

Tabel 3.2 Perkembangan Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta 2018-2019(dalam miliar rupiah)

39

Tabel 3.3 Realisasi Insentif Perpajakan Wilayah D.I. Yogyakarta Tahun 2020 (dalam rupiah)

40

Tabel 3.4 Realisasi Insentif Kepabeanan dan Cukai Wilayah D.I Yogyakarta Tahun 2020 (dalam rupiah)

41

Tabel 3.5 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat per Jenis PNBP Tingkat DIY, Tahun 2019-2020 (dalam miliar rupiah)

43

Tabel 3.6 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat per Fungsional Kementerian Negara/ Lembaga Tingkat DIY, Tahun 2019-2020 (dalam miliar rupiah)

43

Tabel 3.7 Rasio Pendapatan Pemerintah terhadap PDRB menurut Prov/ Kab/ Kota di DIY, Tahun 2020(persen)

44

Tabel 3.8 Rasio Pendapatan Pemerintah terhadap Populasi menurut Prov/ Kab/ Kota di DIY, Tahun 2020 (ribu rupiah)

45

Tabel 3.9 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Bagian Anggaran di DIY (dalam miliar rupiah)

46

Tabel 3.10 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi Di D.I Yogyakarta (dalam Miliar Rupiah)

48

Tabel 3.11 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja Di 48

DAFTAR TABEL

(7)

vi

DIY (dalam Miliar Rupiah)

Tabel 3.12 Perkembangan Anggaran dan Realisasi Dana Transfer DIY Tahun 2019-2020 (dalam miliar rupiah)

49

Tabel 3.13 Perbandingan Alokasi Dana Transfer Ke Daerah Terhadap Indikator Fiskal Di DIY, Tahun 2018-2020

50

Tabel 3.14 Perbandingan Anggaran dan Realisasi DAU DIY dan Nasional 2018-2020 (dalam miliar rupiah)

51

Tabel 3.15 Perbandingan Anggaran dan Realisasi DBH DIY dan Nasional 2020 (dalam miliar rupiah)

51

Tabel 3.16 Perbandingan Anggaran dan Realisasi DAK Fisik DIY dan Nasional 2018-2020 (dalam miliar rupiah)

51

Tabel 3.17 Perbandingan Anggaran dan Realisasi DAK Non Fisik DIY dan Nasional 2018-2020 (dalam miliar rupiah)

51

Tabel 3.18 Perbandingan Anggaran dan Realisasi Dana Desa DIY dan Nasional 2018-2020 (dalam miliar rupiah)

52

Tabel 3.19 Perbandingan Anggaran dan Realisasi DID, Otsus dan Danais DIY dan Nasional 2018-2020 (dalam miliar rupiah)

52

Tabel 3.20 Analisis Cashflow (dalam miliar rupiah) 53

Tabel 3.21 Profil dan Jenis Layanan BLU Pusat di DIY Tahun 2020 (Miliar Rupiah)

54

Tabel 3.22 Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU di DIY ( dalam Rupiah)

54

Tabel 3.23 Perkembangan Pagu Satker BLU di DIY ( dalam Rupiah) 54 Tabel 3.24 Profil dan Jenis Layanan Satker Pengelola PNBP di Yogyakarta

Tahun 2020

55

Tabel 3.25 Potensi satker PNBP menjadi Satker BLU Tahun 2020 (miliar rupiah)

55

Tabel 3.26 Perhitungan Pemenuhan Persyaratan Teknis BLU Penyediaan Barang/Jasa

56

Tabel 3.27 Analisis Kemandirian BLU Pusat D.I Yogyakarta 57 Tabel 3.28 Perkembangan Aset Satker BLU Tahun 2016 -2020 (dalam miliar

rupiah)

57

Tabel 3.29 Hasil Analisis Efektifitas BLU Tahun 2020 (dalam rupiah) 57 Tabel 3.30 Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat per Kabupaten/Kota

Per 31 Desember 2020 (dalam Rupiah)

(8)

vii

Tabel 3.31 Realisasi Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro per

Kabupaten/Kota Per 31 Desember 2020 (dalam Rupiah)

59

Tabel 3.32 Pagu dan Realisasi Capaian dan Target Anggaran Pendidikan Tahun 2020

60

Tabel 3.33 Pagu dan Realisasi Capaian dan Target Anggaran Kesehatan Tahun 2020

61

Tabel 3.34 Pagu dan Realisasi Capaian dan Target Anggaran Infrastruktur Tahun 2020

62

Tabel 4.1 Profil APBD Propinsi D.I Yogyakarta Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (i-account)/Dalam miliar Rupiah

63

Tabel 4.2 Jenis Pendapatan APBD di Provinsi D. I. Yogyakarta (dalam miliar rupiah)

64

Tabel 4.3 Perbandingan Alokasi Dana Transfer Ke Daerah Terhadap Indikator Fiskal Di DIY, Tahun 2016-2020

66

Tabel 4.4 Profil APBD 2019-2020 Berdasarkan Klasifikasi Urusan di D. I. Yogyakarta(dalam miliar)

68

Tabel 4.5 Profil APBD Berdasarkan Klasifikasi Jenis Belanja di D. I. Yogyakarta 2019-2020(dalam miliar)

69

Tabel 4.6 Perbandingan Belanja Modal dan Total Belanja Daerah TA. 2018-2020 (dalam miliar rupiah)

70

Tabel 4.7 Profil dan Jenis Layanan BLUD di Wilayah Kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi D.I Yogyakarta Tahun 2020 (Dalam miliar Rupiah)

71

Tabel 4.8 Perkembangan Pengelolaan Aset SKPD/BLUD di DIY Tahun 2019-2020 (dalam miliar rupiah)

71

Tabel 4.9 Perkembangan Pagu PNBP (Jasa Layanan) dan Pagu APBD Sektor KesehatanSKPD/BLUD di D.I YogyakartaTahun 2019-2020 (dalam miliar rupiah)

72

Tabel 4.10 Surplus/Defisit APBD dan Rasio Surplus /Defisit terhadap PDRB 2020 (dalam miliar rupiah)

73

Tabel 4.11 Analisis Horizontal APBD 2020 Provinsi DIY 75

Tabel 4.12 Analisis Vertikal Pendapatan APBD 2020 Provinsi DIY (%) 75 Tabel 4.13 Analisis Vertikal Belanja APBD 2020 Provinsi DIY (%) 76

Tabel 4.14 Perkembangan Kapasitas Fiskal DIY Tahun 2018-2020 77 Tabel 4.15 Kuadran Kapasitas Fiskal Pemerintah Daerah di DIY 77

(9)

viii

Tabel 4.16 Pagu dan Realisasi Penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD

Tahun 2020

78

Tabel 4.17 Realisasi Penggunaan Dana Desa s.d Semester II Wilayah DIY ( dalam rupiah)

79

Tabel 4.18 Alokasi DAK Fisik dan DAK Non Fisik Bidang Pendidikan Provinsi DIY Tahun 2020 (dalam miliar rupiah)

80

Tabel 4.19 Alokasi DAK Fisik dan DAK Non Fisik Bidang Kesehatan Provinsi DIY Tahun 2020 (dalam miliar rupiah)

81

Tabel 5.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi DIY Tahun 2020 (dalam Juta Rupiah)

82

Tabel 5.2 Rasio Pajak terhadap PDRB DIY Tahun 2020 dan 2019 84 Tabel 5.3 Rasio Belanja Operasi Provinsi DIY Tahun 2020 dan 2019 88 Tabel 5.4 Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian terhadap PDRB di DIY 2020 90 Tabel 5.5 Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian terhadap PDRB Per

Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2020

91

Tabel 5.6 Laporan Operasional Statistik Keuangan Pemerintah Umum Tingkat Wilayah Provinsi DIY Periode Tahun 2020 dan 2019

91

Tabel 6.1 Nilai LQ menurut lapangan Usaha di DIY Tahun 2014-2020 92 Tabel 6.2 Analisis Shift Share menurut Lapangan Usaha di DIY

Berdasarkan Pertumbuhan Regional, Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah, Tahun 2014-2020

93

Tabel 6.3 Rata-rata Biaya Pendidikan Diploma dan Sarjana di PTN DIY Tahun 2020

96

Tabel 6.4 Rata-rata Biaya Pendidikan Diploma dan Sarjana di PTS DIY Tahun 2020

96

Tabel 6.5 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir Menurut Kabupaten/ Kota di D.I. Yogyakarta, 2014–2019 (%)

98

Tabel 7.1 Penggunaan Dana Hasil Refocusing APBD Tahun 2020 109

Tabel 7.2 15 Kegiatan Belanja Penanganan Kesehatan Dengan Alokasi Anggaran Terbesar Tahun 2020

110

Tabel 7.3 10 Kegiatan Belanja Penanganan Kesehatan Dengan Capaian Output Terendah Tahun 2020

112

(10)

ix

Alokasi Anggaran Terbesar Tahun 2020

Tabel 7.5 10 Kegiatan Belanja Penanganan Dampak Sosial Dengan Capaian Output Terkecil Tahun 2020

114

Tabel 7.6 10 Kegiatan Penanganan Penyediaan Social Safety Net / Jaring Pengaman Sosial Dengan Alokasi Anggaran Terbesar Tahun 2020

115

Tabel 7.7 10 Kegiatan Penanganan Penyediaan Social Safety Net / Jaring Pengaman Sosial Dengan Capaian Output Terkecil Tahun 2020

(11)

x

Grafik I.1 Jumlah Positif Covid-19 DIY 2020 8

Grafik II.1 Perkembangan PDRB ADHB-ADHK Tahun 2018-2020 9 Grafik II.2 Pertumbuhan PDRB DIY Tahun 2020 Menurut Lapangan Usaha

(%)

10

Grafik II.3 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi DIY P. Jawa dan Nasional Tahun 2018 s.d 2020 (%)

10

Grafik II.4 Perkembangan Kontribusi Konsumsi RT Terhadap Total PDRB ADHB DIY Tahun 2018-2020 (dalam persen)

11

Grafik II.5 Perkembangan Kontribusi Investasi Terhadap Total PDRB ADHB DIY Tahun 2018/2020

12

Grafik II.6 Perkembangan Nilai Realisasi PMA & PMDN DIY Tahun 2018-2020

12

Grafik II.7 Perkembangan Konsumsi Pemerintah dan Kontribusi Terhadap PDRB ADHB DIY Tahun 2016-2020 (Triliun Rupiah)

13

Grafik II.8 Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah (q-to-q) 2020 13 Grafik II.9 Perkembangan Nilai Impor DIY Tahun 2019-2020 (Juta US $) 14 Grafik II.10 Perkembangan Nilai Ekspor DIY Tahun 2019-2020 (Juta US $) 14 Grafik II.11 Perkembangan Pangsa Distribusi dan Laju Pertumbuhan Industri

Pengolahan Tahun 2018-2020

15

Grafik II.12 Perkembangan Pangsa Distribusi dan Laju Pertumbuhan Pertanian, Kehutanan & Perikanan Tahun 2018-2020

16

Grafik II.13 Perkembangan Pangsa Distribusi dan Laju Pertumbuhan Informasi dan Telekomunikasi Tahun 2016-2020

17

Grafik II.14 Perkembangan PDRB Per Kapita di DIY dan PDB Per Kapita Nasional Tahun 2018-2020

18

Grafik II.15 BI-7 Day Reserve Repo Rate dan Laju Inflasi DIY 2020 19 Grafik II.16 BI-7 Day RR dan Rata-rata Suku Bunga Kredit 2020 20 Grafik II.17 Perkembangan Inflasi Kota Yogyakarta dan Inflasi Nasional

Tahun 2009-2019 (dalam persen)

21

Grafik II.18 Perkembangan Laju Inflasi Bulan DIY-Nasional Tahun 2020 (dalam persen)

21

Grafik II.19 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Valuta Asing Dollar AS Per Bulan 2020

22

DAFTAR GRAFIK

(12)

xi

Grafik II.20 Perkembangan IPM di DIY Selama Tahun 2016-2020 23 Grafik II.21 Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin di DIY

Periode September 2018 s.d September 2020

25

Grafik II.22 Persentase Penduduk Miskin di Pulau Jawa Tahun 2020 26 Grafik II.23 Perkembangan Rasio Gini DIY Periode September 2018 s.d.

September 2020

28

Grafik II.24 Distribusi Pengeluaran Penduduk DIY September 2019 s.d September 2020

28

Grafik II.25 Komposisi Penduduk Bekerja Menurut Kegiatan Formal/Non Formal

29

Grafik II.26 Komposisi Penduduk Bekerja Menurut Kegiatan Formal/Non Formal

30

Grafik II.27 Perkembangan TPT Menurut Kabupaten/Kota di DIY Agustus 2018-Agustus 2020

30

Grafik II.28 Struktur Tenaga Kerja Terdampak Covid-19 di DIY 31 Grafik II.29 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) DIY Tahun 2018-2020 31 Grafik II.30 Perkembangan Nilai Tukar Nelayan (NTN) DIY Tahun 2018-2020 32 Grafik III.1 Perbandingan Target dan Realisasi PNBP di DIY, 2015-2020 43 Grafik III.2 Perkembangan Pagu, Realisasi dan Penyerapan Belanja

Pemerintah Pusat Provinsi di DIY Tahun 2015-2020

46

Grafik III.3 Pagu, Pendapatan dan Realisasi Belanja BLU Tahun 2016-2020 56 Grafik IV.1 Pajak dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Prov. DIY

Tahun 2017-2020

66

Grafik IV.2 Rasio PAD terhadap Belanja pada APBD Wilayah DIY Tahun 2020

67

Grafik IV.3 Realisasi DTU 2020 79

Grafik IV.4 Alokasi Anggaran Sektor Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur 2020

80

Grafik IV.5 Anggaran DAK Fisik Bidang Infrastruktur Prov. DIY 2020 81 Grafik V.1 Proporsi Realisasi Pendapatan Konsolidasian DIY Tahun 2020 83 Grafik V.2 Perbandingan Komposisi Pendapatan di DIY Tahun 2020 83 Grafik V.3 Perbandingan Komposisi Pendapatan di DIY Tahun 2020 dan

2019

84

Grafik V.4 Rasio Pajak per Kabupaten/kota di DIY 2020 85

(13)

xii

Tahun 2020

Grafik V.6 Proporsi dan Komposisi Realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal terhadap Total Belanja Konsolidasian DIY 2020

86

Grafik V.7 Perubahan Komposisi Realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal terhadap Total Belanja Konsolidasian DIY Tahun 2020-2019

87

Grafik V.8 Realisasi Belanja Konsolidasian DIY Menurut Klasifikasi Ekonomi Tahun 2020-2019

87

Grafik V.9 Belanja Konsolidasian Per Kapita Per Kab/Kota Tahun 2020 88 Grafik V.10 Belanja Pendidikan Konsolidasian DIY Per Kapita Per Kab/Kota

DIY Tahun 2020-2019

89

Grafik VI.1 Kontribusi Jasa Pendidikan Terhadap Pembentukan PDRB DIY Tahun 2015-2020

95

Grafik VI.2 Jumlah Sekolah dan PerguruanTinggi DIY Tahun Pelajaran 2019/2020

95

Grafik VI.3 Jumlah Siswa dan Mahasiswa DIY Tahun Pelajaran 2019/2020 95 Grafik VI.4 Jumlah Siswa dan Mahasiswa DIY Tahun Pelajaran 2019/2020 96 Grafik VI.5 Rata2 Biaya Pendidikan di PTN Diploma dan Sarjana DIY Tahun

2020

97

Grafik VI.6 Rata2 Biaya Pendidikan di PTs Diploma dan Sarjana DIY Tahun 2020

97

Grafik VI.7 Kontribusi Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Terhadap Pembentukan PDRB DIY Tahun 2015-2020

97

Grafik VI.8 Jumlah Sarana Kesehatan di DIY Tahun 2020 98

Grafik VI.9 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir di D.I. Yogyakarta, 2014–2019 (%)

98

Grafik VI.10 Kontribusi Sektor Real Estat Terhadap Pembentukan PDRB DIY Tahun 2015-2020

99

Grafik VI.11 Nilai Sektor Real Estat sebagai Pembentuk PDRB DIY Tahun 2015-2020 (miliar Rp)

100

Grafik VI.12 Rata-Rata Sewa Tempat Tinggal Mahasiswa DIY Menurut Daerah Asal 2020 (Ribuan Rp per Bulan)

100

Grafik VI.13 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi, Angka Kemiskinan, Gini Ratio dan Tingkat Pengangguran Terbuka pada Provinsi di Pulau Jawa, 2020

(14)

xiii

Grafik VI.14 Kemampuan Fiskal DIY Tahun 2018 sd 2020 102

Grafik VII.1 Tren Kasus Konfirmasi Covid-19 Tahun 2020 Per Bulan DIY 107 Grafik VII.2 Tingkat Efisiensi Belanja Penanganan Kesehatan

(15 Kegiatan dengan Pagu Terbesar) 2020

111

Grafik VII.3 Tingkat Efisiensi Belanja Penanganan Dampak Ekonomi (10 Kegiatan Dengan Pagu Terbesar) 2020

113

Grafik VII.4 Tingkat Efisiensi Belanja Penanganan Dampak Sosial (10 Kegiatan Dengan Pagu Terbesar) 2020

(15)

RINGKASAN

EKSEKUTIF

(16)

xi

I. Kondisi Daerah (Ekonomi, Sosial, Wilayah), Sasaran Pembangunan dan Tantangan yang dihadapi Daerah

Tahun 2020 merupakan tahun yang berat dan penuh tantangan. Pandemi Covid-19 yang awalnya merupakan permasalahan kesehatan, kemudian merambat menjadi pemicu permasalahan ekonomi dan sosial. Kebijakan yang ditempuh Pemerintah pada tahun 2020 dengan penetapan Perppu No.1/2020 dan Perpres No. 54/2020 sebagai langkah penanganan pandemi COVID-19 dan menjaga kondisi perekonomian nasional serta stabilitas sistem keuangan, menjadi landasan penting dalam perumusan penyesuaian kebijakan pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Tahun 2020.

Tema Pembangunan DIY Tahun 2020 telah disesuaikan menjadi Penanganan Kesehatan dan Sosial Kemasyarakatan serta Upaya Penguatan Ekonomi Guna Meminimalisir Dampak Pandemi Covid-19. Sejalan dengan tema tersebut, maka prioritas pembangunan DIY pada Tahun 2020 adalah: (i) Penanganan Kesehatan dan hal-hal lain terkait kesehatan dalam pencegahan dan penanganan pandemi Covid-19, (ii) Penyediaan Jaring Pengaman Sosial (Social Safety Net) antara lain melalui bantuan sosial kepada masyarakat miskin/kurang mampu yang mengalami penurunan daya beli akibat adanya pandemi Covid-19; dan (iii) Penanganan Dampak Ekonomi terutama menjaga agar dunia usaha daerah tetap hidup, antara lain melalui pemberdayaan mikro, kecil dan menengah serta koperasi dalam rangka memulihkan dan menstimulasi kegiatan perekonomian di daerah.

Dalam mencapai tujuan pembangunan sebagaimana tersebut diatas, Pemerintah Daerah (Pemda) DIY menghadapi sejumlah tantangan. Dari sisi ekonomi, Pemda DIY dihadapkan pada tingginya angka kemiskinan dan indeks Gini. Dari sisi Sosial Kependudukan permasalahan yang dihadapi adalah alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan permukiman/real estate sedang marak di DIY beberapa tahun ini, terutama daerah perkotaan. Selain itu, kondisi geografis DIY yang merupakan daerah dengan potensi terdampak bencana yang besar (gunung meletus, gempa dan tsunami) merupakan tantangan Pemda DIY dari sisi geografi wilayah, sehingga dalam merencanakan pembangunan wilayah, Pemda DIY harus tetap memperhatikan risiko bencana serta dilakukan mitigasi bencana. Memasuki awal tahun 2020, Pemerintah dan masyarakat global harus menghadapi tantangan baru berupa pandemi Covid-19 yang meluas hingga ke tanah air dan seluruh pelosok daerah. Penyebaran Covid-19 yang sangat cepat dan luas menyebabkan sebagian besar daerah harus melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar/Mikro (PSBB/M). Dampak pandemi Covid-19 tidak saja membahayakan kesehatan ,

(17)

xii

namun juga berpotensi membahayakan kondisi sosial masyarakat, perekonomian nasional dan daerah dan stabilitas sistem keuangan. Terjadinya pelemahan di berbagai sektor perekonomian karena adanya PSBB/M akan berdampak terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, menjadikan hal ini sebagai kondisi yang extraordinary sehingga memerlukan penanganan dan langkah kebijakan yang extraordinary namun tetap akuntabel.

II. Perkembangan Indikator Ekonomi Makro dan Kesejahteraan

Pandemi Covid-19 berdampak cukup besar pada perekonomian DIY yang membukukan pertumbuhan minus 2,69 (c-to-c) pada tahun 2020, lebih dalam dibanding kontraksi pertumbuhan ekonomi Nasional 2020 yang tercatat sebesar 2,07 persen. Secara sektoral (Lapangan Usaha), andil kontraksi tertinggi berasal dari Transportasi dan Pergudangan sebesar 20,21 persen disusul Akomodasi dan Makan Minum sebesar 16,91 persen, Namun demikian, beberapa lapangan usaha mampu tumbuh positif sehingga perekonomian DIY tidak terpuruk lebih dalam, yaitu Infokom (19,70 persen ) dan Jasa Kesehatan (19,18 persen), Sementara dari sisi pengeluaran, semua komponen mengalami kontraksi, termasuk pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB).

Struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DIY 2020 dari sisi pengeluaran didominasi konsumsi Rumah Tangga (RT) dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Hal ini mengindikasikan bahwa untuk mengejar pertumbuhan ekonomi harus fokus pada konsumsi rumah tangga dan investasi. Konsumsi RT tahun 2020 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang antara lain dipengaruhi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), misalnya perlindungan sosial, sehingga dapat menjaga daya beli masyarakat terutama yang rentan terdampak Covid-19. Sedangkan nilai Investasi Investasi di DIY mengalami penurunan. Pandemi Covid-19 menyebabkan beberapa proyek strategis pemerintah tertunda, di antaranya Tol Jogja-Solo, Tol Jogja-Bawen, dan Kereta Bandara YIA. Disisi lain konsumsi pemerintah beserta regulasinya, refocusing dan realokasi anggaran, serta program PEN-nya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini terkonfirmasi pada pertumbuhan Konsumsi Pemerintah triwulan III 2020 ke triwulan IV 2020 (q-to-q) mampu tumbuh positif sebesar 3,18 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Desember) 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Desember 2020 terhadap Desember 2019) di DIY mencapai 1,40 persen, berada dibawah tingkat inflasi nasional (1,68 persen). Sepanjang tahun 2020, laju inflasi mayoritas oleh kelompok komponen inflasi barang yang bergejolak (Volatile Food).

(18)

xiii

Dari sisi kesejahteraan masyarakat, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) DIY tahun 2020 tercatat sebesar 79,97, melampaui capaian IPM Nasional yang sebesar 71,94 (nomor 2 setelah DKI). Jika dibanding tahun 2019, level IPM DIY 2020 sedikit mengalami penurunan. Penyebabnya adalah penurunan indeks pada dimensi standar hidup layak (decent standard of living). Di tahun 2020, selama masa Pandemi Covid-19, pengeluaran riil per kapita setahun di DIY daya beli penduduk tercatat mengalami penurunan, sehingga pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan tercatat lebih rendah dari tahun sebelumnya. Sementara itu jumlah penduduk miskin DIY per September 2020 tercatat sebanyak 503,14 ribu jiwa, meningkat jika dibanding periode Maret 2020 dan September 2019. Peningkatan tersebut disebabkan oleh pandemi Covid-19, yang berdampak pada aktivitas ekonomi masyarakat menjadi terbatas, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan pendapatan masyarakat, khususnya masyarakat dengan penghasilan menengah ke bawah. Sedangkan pada periode yanga sama, ketidakmerataan distribusi pendapatan (Indeks Gini) DIY tercatat 0,437, berada diatas rata-rata Nasional yang sebesar 0,385.

Pandemi Covid-19 juga berpengaruh terhadap struktur ketenagakerjaan di DIY tahun 2020. Dampak terbesar adalah adanya pengurangan jam kerja, penduduk yang sementara tidak bekerja karena Covid-19, dan meningkatnya jumlah pengangguran akibat Covid-19 ( tercatat mencapai 31,78 persen dari total pengangguran di DIY yang sebanyak 101,85 ribu orang).

Terkait kesejahteraan Petani dan Nelayan di DIY, kendati mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya namun masih relatif sejahtera. Nilai Tukar Petani (NTP) DIY tahun 2020 terkonfirmasi sebesar 101,09, menurun jika dibandingkan rata-rata tahun 2019 (102,52), sementara Nilai tukar Nelayan (NTN DIY) tahun 2020 sebesar 106,65, juga menurun dibandingkan rata-rata tahun 2019 (122,57).

III. Perkembangan dan Pengaruh Fiskal di Daerah (APBN dan Daerah) – Program dan Output Strategis di Daerah

Terkontraksinya pertumbuhan ekonomi di DIY tahun 2020 mempengaruhi penerimaan perpajakan. Realisasi pendapatan DIY tahun 2020 mencapai Rp7,26 triliun, turun 4,36 persen dibanding tahun 2019. Proporsi penerimaan pajak tahun 2020 sebesar 68,91 persen dari total pendapatan DIY, menurun 2,91 poin berbasis persen dari penerimaan pajak tahun 2019. Rasio pajak tahun 2020 turun dibandingkan tahun 2019 yang disebabkan oleh kondisi perekonomian, kebijakan perpajakan dan kapasitas administrasi. Penerimaan neto per jenis pajak turun terutama untuk jenis pajak yang diberikan kebijakan insentif pajak. Sebaliknya, proporsi penerimaan yang bersumber dari PNBP naik sebesar 5,47 poin

(19)

xiv

berbasis persen dibanding tahun 2019. Hal tersebut mengindikasikan bahwa PNBP dapat dijadikan andalan penerimaan negara setelah penerimaan pajak.

Realisasi belanja pemerintah pusat di DIY sebesar 93,80 persen, di bawah realisasi nasional (94,60 persen). Kebijakan pemerintah untuk mandatory spending dan penanganan Covid-19 tercermin pada besarnya anggaran kesehatan dan pendidikan di DIY yang masing-masing memperoleh alokasi Rp 1,70 triliun (13,86 persen) dan Rp 3,28 triliun (26,80 persen). Selain itu belanja dan belanja barang operasional diluar bidang pendidikan dan kesehatan mencapai Rp3,06 triliun (24,97 persen). Bila diakumulasikan, belanja wajib tersebut mencapai 65,63 persen dari total pagu APBN DIY, sehingga hanya tersisa 34,37 persen anggaran belanja yang non mandatory. Artinya, ruang fiskal (fiscal space) yang dimiliki terbatas. Terkait penguatan desentralisasi fiskal, alokasi TKDD di tahun 2020 DIY sebesar Rp10,24 triliun terealisasi sebesar Rp10,15 triliun (99,15 persen). Hanya DID, Danais dan Dana Desa yang terserap sebesar 100 persen. Sedangkan DAU, DBH dan DAK kurang dari 100 persen namun di atas 90 persen.

Dari sisi kinerja pelaksanaan APBD, pendapatan daerah tahun 2020 ditargetkan sebesar Rp15,48 triliun, turun 5,34 persen dibanding 2019. Alokasi belanja APBD DIY ditetapkan sebesar Rp14,64 triliun, turun 1,03 persen dibanding 2019. Realisasi pendapatan daerah sebesar Rp15,67 triliun, melebihi target (101,25 persen) dan realisasi belanja mencapai Rp13,18 triliun (90,03 persen). APBD DIY tahun 2020 mengalami surplus sebesar Rp477,54 miliar dan SiLPA sebesar Rp1,77 triliun.

Dalam Laporan Government Financial Statistic (GFS) Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DIY Tahun 2020, pendapatan konsolidasian DIY mencapai Rp8,67 triliun, turun sebesar 6,19 persen dibanding tahun 2019. Proporsi pemerintah pusat yang sebesar 50,84 persen dalam pendapatan konsolidasian masih sedikit lebih besar dibanding pemerintah daerah (49,16 persen). Penerimaan pajak konsolidasian masih mendominasi struktur pendapatan konsolidasian di DIY, yaitu sebesar 63,93 persen. Namun demikian, di tahun 2020 pertumbuhan PNBP konsolidasian lebih tinggi dibanding pertumbuhan pajak. Melambatnya pertumbuhan pajak ini salah satunya disebabkan oleh adanya kebijakan insentif perpajakan serta efek domino dari terus berlanjutnya pelemahan ekonomi nasional akibat adanya Pandemi Covid-19.

Dari sisi belanja konsolidasian, komposisi belanja didominasi oleh kelompok Belanja Operasi dibanding belanja modal. Belanja operasi yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial dan belanja tak terduga ini mencapai 82,18 persen, meningkat jika dibanding tahun 2019 (77,81 persen). Peningkatan ini didorong oleh adanya kebijakan pemerintah baik pada belanja bidang kesehatan , bantuan sosial maupun

(20)

xv

subsidi dan belanja tak terduga sebagai bagian dari kluster perlindungan sosial program pemulihan ekonomi nasional (PEN) . Sementara itu capaian output strategis program pembangunan prioritas 2020 di DIY menunjukkan indikator yang baik. Hal ini terkonfirmasi dari rata-rata capaian output dari bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur berada dikisaran 95,15 persen.

Berdasarkan laju pertumbuhan dan daya saing yang dimiliki, sektor-sektor unggulan di DIY adalah: i) Real estat, ii) Jasa Pendidikan, dan iii) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Sektor unggulan tersebut paling menonjol karena merupakan sektor basis dengan laju pertumbuhan cepat dan mempunyai daya saing tinggi. Untuk tahun 2020, sektor Konstruksi tidak lagi menjadi sektor unggulan di DIY, setelah selama tahun 2018 dan 2019 sektor konstruksi memberikan andil terbesar pertumbuhan ekonomi DIY. Di tahun 2020, sektor Real estate dengan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial merangkak naik menjadi sektor unggulan DIY, dengan memberikan andil pembentuk pertumbuhan ekonomi DIY masing-masing sebesar 7,39 persen dan 3,18 persen. Sedangkan Jasa Pendidikan yang memang merupakan trade mark DIY sebagai kota pendidikan memberikan andil sebesar 8,87 persen. Lebih lanjut, terkait pemanfaatan anggaran hasil refocusing APBD di DIY Tahun 2020 pada tiga klaster penanganan dampak Pandemi COVID-19 di DIY, yaitu penanganan Kesehatan, penangan Dampak Ekonomi dan penanganan Penyediaan Social Safety Net / Jaring Pengaman Sosial, Pemda DIY cukup efisien dalam memanfaatkan anggaran hasil

refocusing APBD 2020. Hal ini terkonfirmasi dengan cukup tingginya capaian output beberapa pos kegiatan strategis yang mempunyai pagu tertinggi per jenis penanganan. Namun demikian, terdapat juga beberapa pos kegiatan yang sampai dengan tahun anggaran 2020 berakhir capaian outputnya masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dipahami karena penyebaran Pandemi Covid-19 yang tidak terduga dan sangat masif penyebarannya mendorong pemerintah baik pusat maupun daerah untuk melakukan langkah cepat dan extraordinary.

Refocusing atas Dana Keistimewaan dilaksanakan guna mendukung penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Realisasi Dana Keistimewaan tahun 2020 mencapai Rp1,286 Triliun dari pagu 1.320 Triliun atau 97,5 persen . Selanjutnya guna lebih mendukung pemulihan ekonomi pada tingkat terbawah, diterbitkan peraturan Gubernur DIY Nomor 100 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan keuangan Khusus Dana Keistimewaan kepada Pemerintah Kalurahan guna mendorong kalurahan di DIY agar menjadi Kalurahan yang mandiri berbasis budaya dengan mengedepankan serta nilai-nilai budaya berbasis kearifan lokal serta pemberdayaan masyarakat

(21)

xvi

IV. Rekomendasi Kebijakan

Dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi, selama masih terjadi pandemi Covid-19 pemerintah perlu untuk melanjutkan kebijakan yang membantu mempertahankan daya beli masyarakat (demand side) yang relatif lebih efektif serta membutuhkan waktu yang singkat untuk membuat roda ekonomi berjalan jika dibandingkan dengan kebijakan pada sisi supply side. Namun, ini bukan berarti bahwa kebijakan pada sisi supply side tidak penting sehingga dihilangkan. Kebijakan ini dengan meringankan beban usaha tetap dibutuhkan karena selama pandemi masih terjadi, pengusaha tidak akan bisa beroperasi pada tingkat yang efisien dan kebijakan supply side baru akan efektif membantu perekonomian jika daya beli masyarakat masih ada.

Sektor UMKM merupakan sektor yang paling terdampak selama Pandemi Covid-19 ini. Pemerintah dapat mendorong program padat karya tunai melalui pemanfaatan dana

kecamatan, dana desa, dan pemanfaatan program pembangunan oleh

Kementerian/Lembaga. Selain itu, pemerintah diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kredit dengan perluasan penjaminan bagi kredit UMKM, sehingga melemahnya pertumbuhan kredit akibat turunnya permintaan kredit UMKM dan akibat penerapan prinsip kehatihatian perbankan dalam memitigasi risiko peningkatan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) dapat ditekan.

Pemerintah juga perlu mendorong pertumbuhan sektor ekonomi dan usaha-usaha berbasis internet (IT) mengingat dari berbagai indikator menunjukkan bahwa perdagangan dan jasa berbasis internet (memanfaatan teknologi informasi) mengalami kecenderungan mengalami kenaikan di masa pandemi Covid-19. Hal ini tidak lepas dari makin meluasnya jangkauan

(coverage) internet di seluruh wilayah Indonesia dimana menjadi faktor pendorong bagi peningkatan aktivitas ekonomi.

Perlu adanya sinkronisasi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten guna pendampingan SDM tingkat kalurahan dengan terbitnya Peraturan Gubernur DIY Nomor 100 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan keuangan Khusus Dana Keistimewaan kepada Pemerintah Kalurahan

(22)
(23)
(24)
(25)

BAB I

SASARAN PEMBANGUNAN

DAN TANTANGAN DAERAH

(26)

1

1.1. PENDAHULUAN

Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata. Oleh sebab itu, untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD.

Sesuai dengan Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003, pemegang kekuasaan tertinggi pengelolaan keuangan negara adalah Presiden, sedangkan di daerah adalah Gubernur/Bupati/Walikota, oleh karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah, maka diperlukan sinergi dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Selanjutnya, kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan daerah dalam memastikan efektifitasnya. Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat alokasi, distribusi, dan stabilisasi, maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu meningkatkan perbaikan dan kualitas indikator-indikator ekonomi makro dan kesejahteraan di daerah. Oleh karena itu, kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari perbaikan-perbaikan indicator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan.

Tidak terlepas dari hal tersebut, maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi, sosial-kependudukan, serta tantangan wilayahnya, sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui program prioritas dapat langsung menjawab tantangan daerah yang dihadapi.

1.2. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

Tujuan pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah meningkatnya kualitas hidup, kehidupan dan penghidupan masyarakat dengan tatanan sosial yang menjamin kebhinekatunggalika-an dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia serta

Bab I

Sasaran Pembangunan Dan

(27)

2

mampu menjaga dan mengembangkan budaya Yogyakarta serta terwujudnya reformasi tata kelola pemerintahan yang baik, dengan sasaran pembangunan sebagai berikut: Guna menjamin keselarasan dan sinkronisasi antar tahapan pembangunan, disusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) serta Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). RPJPD merupakan suatu dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk setiap jangka waktu 5 (lima) tahun. Setelah RPJMD ditetapkan, pemerintah daerah menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran dari RPJMD untuk jangka waktu 1 tahun dengan mengacu pada RPJMD.

1.2.1. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) RPJMD DIY sebagai bagian dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, harus terintegrasi dan mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan serta menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi pembangunan daerah.

Selain mampu menterjemahkan secara arif tentang visi, misi dan agenda kepala daerah dalam tujuan, sasaran, startegi dan kebijakan pembangunan yang merespon kebutuhan dan aspirasi masyarakat, RPJMD DIY berisi program dan kegiatan pembangunan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat serta kesepakatan tentang tolak ukur kinerja untuk mengukur keberhasilan pembangunan daerah dalam 5 tahun ke depan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui semangat keistimewaan hamemayu hayuning bawana, sangkan paraning dumadi dan manunggaling kawula gusti.

RPJMD DIY 2017-2022 ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Nomor 4 Tahun 2009 Visi DIY adalah "Terwujudnya Kemuliaan Martabat Manusia Jogja" yang bertemakan "Menyongsong Abad Samudera Hindia" dan sekaligus menjadi arah kebijakan lima tahun ke depan.

Sejalan dengan visi tersebut semangat baru yang digagas oleh Gubernur DIY “Among Tani Dagang Layar” bukan serta merta berarti merubah pola dari masyarakat agraris ke masyarakat yang berorientasi kelautan, namun perlu adanya upaya serius guna memerangi fenomena ketertinggalan dan kemiskinan di wilayah pesisir selatan DIY, menggali dan mengembangkan potensi kelautan dan pesisir pantai yang ada di wilayah tersebut khususnya pada sektor perikanan dan pariwisata guna mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan untuk meningkatkan harkat dan martabat warga bagian selatan

(28)

3

sekaligus mengoptimalkan upaya peningkatan kesejahteraan dan penurunan angka kemiskinan di DIY.

Pada RPJMD 2017 - 2022 telah ditentukan lima pilar (Panca mulia) yaitu : (i) Terwujudnya peningkatan kualitas hidup-kehidupan-penghidupan masyarakat yang berkeadilan dan berkeadaban; (ii) Terwujudnya peningkatan kualitas dan keragaman kegiatan perekonomian masyarakat, serta penguatan ekonomi yang berbasis pada sumberdaya lokal (keunikan teritori ekonomi); (iii) Terwujudnya peningkatan harmoni kehidupan bersama Pilar 1,2 dan 3 tersebut dilaksanakan dengan misi "Meningkatkan Kualitas Hidup, Kehidupan

Dan Penghidupan Masyarakat yang Berkeadilan dan Berkeadaban" dengan mengedepankan peningkatan : a) Pemenuhan kebutuhan dasar, misalnya dari aspek kesehatan, akses infrastruktur dasar b) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia, misalnya dari aspek pendidikan c) Peningkatan perekonomian masyarakat dengan basis sumberdaya lokal dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan termasuhalnya dalam upaya menurunkan angka kemiskinan DIY, menurunkan kesenjangan antar kelompok pendapatan (Gini Index), dan menurunkan ketimpangan antar wilayah (index williamson) d) Peningkatan harmoni kehidupan sosial, budaya dan politik yang memenuhi rasa aman, nyaman dan tertib bagi seluruh warga; (iv) Terwujudnya tata perilaku penyelenggara pemerintahan yang demokratis; serta (v) Terwujudnya perilaku bermartabat dari para aparatur sipil penyelenggara pemerintahan Tujuan pembangunan DIY lima tahun ke depan yakni Meningkatnya kualitas hidup, kehidupan dan penghidupan masyarakat dengan tatanan sosial yang menjamin kebhineka-tunggalika-an dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia serta mampu menjaga dan mengembangkan budaya Yogyakarta serta Terwujudnya reformasi tata kelola pemerintahan yang baik dengan sasaran sebagai berikut : a) Meningkatnya Derajat Kualitas SDM, b) Meningkatnya derajat ekonomi masyarakat, c) Terpelihara dan Berkembangnya Kebudayaan, d) Meningkatnya aktivitas perekonomian yang berkelanjutan, e) Menurunnya kesenjangan ekonomi antar wilayah, f) Meningkatnya kapasitas tata kelola pemerintahan, g) Meningkatnya kapasitas pengelolaan keistimewaan serta h) Meningkatnya pengelolaan dan pemanfaatan tanah kasultanan, kadipaten dan kas desa

1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

RKPD Tahun 2020 pada Pemerintah Daerah Isitimewa Yogyakarta sebagaimana tertuang pada Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 40 Tahun 2019 mengambil tema, Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Peningkatan SDM untuk Pertumbuhan Berkualitas” dimana terkandung tujuan yang akan dicapai pada pembangunan sepanjang tahun 2020 yaitu Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Peningkatan SDM.

(29)

4

Namun seiring dengan adanya pandemi Covid-19 dan sesuai dengan arah kebijakan Pemerintah Pusat terkait upaya penanganannya, maka Tema Pembangunan DIY Tahun 2020 disesuaikan menjadi “Penanganan Kesehatan dan Sosial Kemasyarakatan serta

Upaya Penguatan Ekonomi Guna Meminimalisir Dampak Pandemi Covid-19” sebagaimana tertuang dalam Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 69 Tahun 2020. Sejalan dengan RPJMD DIY yang ada, maka sasaran pada RKPD tahun 2020 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Sasaran dan Indikator RKPD DIY 2020

No Sasaran Indikator Target 2019 Target

2020 2020 Prbh Target 2022 1. Meningkatnya Aktivitas Perekonomian yang Berkelanjutan Pertumbuhan Ekonomi 5,26% 5.29% 0.50% 5,34% Presentase Kesesuaian Pemanfaatan Ruang 78 79.5 79.5 82.5

Capaian Penataan Ruang Pada Satuan Ruang Strategis Keistimewaan

30.42 40.69 40.69 54,44

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 60,51 62.44 62.44 66,15 2. Meningkatnya Derajat kualitas

SDM

IPM 80.72 81.08 81.08 81.68

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) 70.02 70.12 70.12 70.32 3. Meningkatnya derajat ekonomi

masyarakat

Indeks Gini 0.3846 0.3776 0.516 0.3635

Angka Kemiskinan 9.90 9.11 13.37 7.30

4. Terpelihara dan

Berkembangnya Kebudayaan

Persentase Peningkatan Jumlah Budaya Benda dan Tak benda yang diapresiasi

11.68 11.72 11.72 12.04

5. Menurunnya Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah

Indeks williamson 0.4552 0.4524 0.4524 0.4489

6. Meningkatnya Kapasitas Tata kelola Pemerintahan

Opini BPK WTP WTP WTP WTP

Nilai Akuntabilitas Pemerintah A A A A

7. Meningkatnya Kapasitas Pengelolaan Keistimewaan

Persentase capaian program urusan keistimewaan

73.91 73.91 73.91 91.30

8. Meningkatnya Pengelolaan dan pemanfaatan tanah Kesultanan, Kadipaten dan tanah desa

Bidang tanah kesultanan, kadipaten dan tanah desa yang terfasilitasi untuk dikelola serta dimanfaatkan

9.419 13.419 13.419 21.877

Sumber : RKPD DIY 2020

Dalam upaya penanganan Covid-19, sasaran yang ingin dicapai oleh Pemerintah DIY adalah :

1. Tercegahnya penyebaran COVID-19 dengan cepat dan tepat; 2. Pasien COVID-19 tertangani hingga sehat dan tuntas;

3. Terwujudnya ketangguhan sosial, ekonomi, dan pendidikan warga masyarakat menghadapi pandemi COVID-19;

4. Terjaminnya keterbukaan, kejelasan, kemudahan, partisipasi dan literasi informasi kepada warga masyarakat DIY dalam pencegahan dan penanganan COVID-19

(30)

5

1.3. TANTANGAN DAERAH

Dalam setiap tahapan pembangunan, terdapat berbagai kondisi permasalahan yang perlu diperhatikan dalam pembangunan daerah sekaligus juga menjadi isu strategis daerah mengingat dampak signifikan yang ditimbulkan.

1.3.1. Tantangan Ekonomi Daerah

Seiring dengan pandemi Covid-19 yang terjadi pada semua negara, hal ini berdampak juga bagi perekonomian di D.I Yogyakarta. Perekonomian DIY selama tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 2,69 persen (c-to-c ), lebih tinggi dari level nasional (-2.07 persen). Kondisi ini berbeda arah pertumbuhan dibanding tahun 2019 yang mampu tumbuh sebesar 6,59 persen. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) DIY sebesar 4,57 persen pada Agustus 2020, meski lebih rendah dibanding level nasional (7,07 persen) , namun TPT Agustus 2020 naik 1,43 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2019. Indeks Gini di DIY periode September 2020 tercatat 0,437, berada diatas rata-rata Nasional yang sebesar 0,385 dan merupakan angka tertinggi ketimpangan sosial di Indonesia. Demikian juga dengan angka kemiskinan DIY per September 2020 masih di angka 12,28 persen, melebihi rata-rata Nasional 9,78 persen. Melihat kondisi ini, diperlukan extra effort dalam usaha menaikkan pertumbuhan perekonomian DIY serta menurunkan angka kemiskinan dan tentunya tidak mengabaikan protokol kesehatan dalam menghadapi penyebaran Covid-19.

(31)

6

Jumlah Penduduk DIY tahun 2020 sebanyak 3,88 juta jiwa dengan persentase penduduk usia produktif sebesar 68,75 persen sehingga DIY masih dalam masa bonus demografi. Dengan rasio jenis kelamin 51 : 49 dimana jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.

Permasalahan alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan permukiman/real estate sedang marak di DIY beberapa tahun ini, terutama daerah perkotaan (Sleman dan Yogyakarta). Penyebabnya adalah peningkatan jumlah penduduk yang selain di pengaruhi oleh angka kelahiran juga sebagai akibat dari besarnya jumlah imigran , mengingat Yogyakarta merupakan kota pelajar, pariwisata,budaya dan perdagangan. Seiring dengan banyaknya perguruan tinggi yang ada, tingginya intensitas pembangunan rumah kos serta meluasnya kawasan permukiman mengakibatkan makin menurunnya kawasan pertanian dan kawasan terbuka hijau. Hal tersebut mengakibatkan ketimpangan kesejahteraan antar kelas di masyarakat dan antar kawasan perkotaan dan perdesaan di Yogyakarta semakin melebar.

Di sisi lain perkembangan teknologi juga memicu perubahan nilai, baik nilai lokal maupun nilai sosial, yaitu nilai-nilai keluarga dan kebudayaan di DIY. Gadget menyebabkan anak anak kurang berinteraksi dengan masyarakat sekitar dan minimnya pemuda yang memiliki rasa ketertarikan dengan pengembangan budaya .Pemda DIY mendorong terciptanya keluarga tangguh yang mampu menjadi pilar kehidupan masyarakat yang berkarakter, berbudaya, maju, mandiri dan sejahtera, menyongsong peradaban baru sehingga jogja tidak kehilangan kejogjaannya.

1.3.3. Tantangan Geografis Wilayah

Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas wilayah mencapai 3.185,83 km2 dan memiliki letak geografis antara Gunung Merapi dan Samudera Hindia merupakah daerah yang subur yang menjadikannya daerah pertanian yang menghasilkan padi dan palawija sekaligus juga memiliki resiko terjadinya bencana alam berupa gempa bumi vulkanik dan tektonik.

Sebagian besar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta atau sebesar 65,65 persen wilayah terletak pada ketinggian antara 100-499 m dari permukaan laut, 28,84 persen wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 meter, 5,04 persen wilayah dengan ketinggian antara 500-999 m, dan 0,47 persen wilayah dengan ketinggian di atas 1000 m.

Daerah-daerah yang relatif datar, seperti wilayah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul adalah wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi dan memiliki kegiatan sosial ekonomi berintensitas tinggi, sehingga merupakan wilayah yang lebih maju dan berkembang serta ketersediaan sarana dan prasarana wilayah yang baik.

(32)

7

Hal tersebut berbanding terbalik dengan wilayah pegunungan di kabupaten Gunungkidul. ketersediaan sarana dan prasarana wilayah yang relatif masih kurang memicu naiknya indeks ketimpangan antar wilayah. Dewasa ini kawasan pantai selatan kabupaten Gunungkidul memiiliki potensi pariwisata yang cerah dan ditunjang dengan dikucurkannya Dana Desa maka sedikit demi sedikit ketertinggalan infrastruktur jalan penunjang pariwisata dapat teratasi.

Mengingat kondisi geografisnya merupakan daerah dengan potensi terdampak bencana yang besar,maka dalam merencanakan pembangunan wilayah DIY harus tetap memperhatikan risiko bencana serta dilakukan mitigasi bencana.

Kawasan rawan bencana di DIY dilihat dari besarnya bencana diantaranya adalah:

1. Kawasan rawan bencana dan terdampak gunung berapi di lereng Gunung Merapi.

Kawasan ini mencakup hampir seluruh wilayah DIY terutama Kabupaten Sleman bagian utara dan wilayah sekitar sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Status Gunung Merapi telah naik dari waspada (level II) menjadi siaga (level III) pada 5 November 2020 pukul 12.00 WIB. Peningkatan status tersebut didasarkan pada aktivitas vulkanik saat ini, yang dapat berlanjut ke erupsi dan baru di

awal tahun 2021 telah terjadi beberapa kali guguran lava dari puncak Merapi namun tidak sampai mengakibatkan kerusakan yang cukup besar dibandingkan letusan tahun 2010 yang lalu. 1

2. Kawasan rawan gempa bumi tektonik, Jawa Tengah bagian selatan, termasuk kota Yogyakarta dan sekitarnya, merupakan salah satu wilayah rawan gempa bumi. Dan di DIY merupakan wilayah yang dilewati oleh sesar Opak merupakan patahan aktif sehingga kerap kali menjadi penyebab terjadinya gempa yang mengguncang Jogja.seperti yang terjadi di tahun 2006 dengan kekuatan gempa 6,3 SR yang mengakibatkan sekitar 6000 korban jiwa.

1 (https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/08/200200865/status-gunung-merapi-level-iii-siapkan-tas-siaga-bencana-seperti-ini-?page=all)

(33)

8

3. Kawasan rawan bencana Tsunami

Kawasan rawaan bencana tsunami di DIY adalah wilayah pantai dari Kabupaten Kulon Progo, Bantul dan Gunungkidul dengan ketinggian kurang dari 30 meter dari permukaan laut.

1.3.4. Tantangan Pandemi bagi Daerah

Memasuki awal tahun 2020, Pemerintah dan masyarakat global harus menghadapi tantangan baru berupa pandemi Covid-19 yang meluas hingga ke tanah air dan seluruh pelosok daerah. Penyebaran Covid-19 yang sangat cepat dan luas menyebabkan sebagian besar daerah harus melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar/MIkro (PSBB/M). Dampak pandemi Covid-19 tidak saja membahayakan kesehatan , namun juga berpotensi membahayakan kondisi sosial masyarakat, perekonomian nasional dan daerah dan stabilitas sistem keuangan. Terjadinya pelemahan di berbagai sektor perekonomian karena adanya PSBB/M akan berdampak terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, menjadikan

hal ini sebagai kondisi yang extraordinary sehingga memerlukan penanganan dan langkah

kebijakan yang extraordinary namun tetap akuntabel.

Sebaran Covid-19 di DIY pada 2020 secara nasional berada pada posisi 10 besar dengan menyumbang 2 persen kasus aktif sampai dengan 31 Desember 2020. Dengan semakin meningkatnya kasus penyebaran Covid-19, 3 daerah masuk dalam zona merah (Kabupaten Sleman, Kab Kulon Progo dan Kota Yogyakarta) dan 2 daerah masuk dalam zona oranye

(Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul). 2

Berbagai upaya telah dilakukan dalam usaha menekan laju penambahan kasus Covid-19 di DIY. Pada Provinsi DIY tidak sampai diberlakukan

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

mengingat banyak UMKM yang menggantungkan usaha di sektor pariwisata dan jasa. Namun tentunya hal tersebut harus diikuti dengan penerapan protokol kesehatan di masing-masing wilayah.

2 (https://jogja.tribunnews.com/2021/01/30/peta-zonasi-risiko-covid-19-di-daerah-istimewa-yogyakarta-tiga-kabupaten-berstatus-zona-merah?page=1 ) 23 95 236 313 674 1425 26433835 5963 12155 0 3000 6000 9000 12000 15000

Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

O R A N G Sumber : Https://Corona.Jogjaprov.Go.Id Grafik 1.1

(34)

BAB II

PERKEMBANGAN DAN

ANALISIS EKONOMI

REGIONAL

(35)

9

2.1. INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL 2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pandemi Covid-19 berdampak cukup besar pada perekonomian DIY yang membukukan pertumbuhan minus 2,69 (c-to-c) pada tahun 2020, lebih dalam dibanding kontraksi pertumbuhan ekonomi Nasional 2020 yang tercatat sebesar 2,07 persen. Secara nominal atau Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB DIY 2020 mencapai Rp138,4 triliun, sedangkan ADHK sebesar Rp101,7 triliun dan PDRB perkapita mencapai Rp36,79 juta.

a. Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Kontraksi sebesar 2,69 persen (c-to-c) tersebut berbalik arah jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan tahun 2019 yang mencapai 6,59 persen. Secara sektoral (Lapangan Usaha), andil kontraksi tertinggi berasal dari Transportasi dan Pergudangan sebesar 20,21 persen, Akomodasi dan Makan Minum sebesar 16,91 persen, Jasa Lainnya 15,74 persen, Konstruksi 15,64 persen dan Jasa Perusahaan sebesar 14,89 persen. Pandemi Covid-19 berdampak luas bagi indutri pariwisata di DIY. Namun demikian, jika dibanding triwulan III 2020, perekonomian DIY tumbuh sebesar 3,18 persen (q-to-q).

Pada tahun 2020 terdapat 11 lapangan usaha yang mengalami kontraksi, antara lain Transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi tertinggi yaitu 20,21 persen, penyediaan akomodasi dan makan minum (16,91) persen, jasa lainnya (15,74 persen), konstruksi (15,64 persen) dan jasa perusahaan (14,89 persen).

Selain itu, kontraksi perekonomian selama 2020 juga terjadi pada lapangan usaha yang berbasis pariwisata.

Perkembangan Dan Analisis

Ekonomi Regional

Bab II

Perekonomian DIY 2020 terkontraksi 2,69 persen, berbalik arah jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan tahun 2019 yang mencapai 6,59 persen 2018 2019 2020 PDRB ADHB 129.877.458,00 141.068.183,00 138.388.753,00 PDRB ADHK 98.026.564,00 104.487.544,00 101.679.600,00 Pertumbuhan 6,20% 6,59% -2,69% 6,20% 6,59% -2,69% -4,00% 0,00% 4,00% 8,00% 40.000,00 80.000,00 120.000,00 160.000,00 Jut a R up iah Sumber : BPS DIY Grafik 2.1

(36)

10

Pandemi Covid-19 juga berdampak luas bagi industri pariwisata DIY. Jumlah wisatawan domestik maupun mancanegara menurun drastis. Kegiatan transportasi juga terpuruk. Banyak hotel dan restoran yang berada di ambang kebangkrutan. Namun demikian, beberapa lapangan usaha mampu tumbuh positif sehingga perekonomian DIY tidak terpuruk lebih dalam, yaitu Infokom (19,70 persen ), Jasa Kesehatan (19,18 persen), Jasa Pendidikan dan Pertanian masing-masing sebesar 4,47 persen dan 4,19 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, semua komponen mengalami kontraksi, termasuk pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto.

Dibandingkan dengan pulau Jawa, DIY yang dalam beberapa tahun terakhir selalu mencatat pertumbuhan ekonomi diatas Nasional, pertumbuhan ekonomi DIY di tahun 2020 ini justru terkontraksi paling dalam, melebihi Pulau Jawa dan Nasional. b. Nominal PDRB

1. PDRB Sisi Pengeluaran

Struktur PDRB ADHB DIY tahun 2020 dari sisi pengeluaran didominasi oleh konsumsi RT, yaitu sebesar Rp92,75 triliun atau 67,02 persen terhadap total PDRB (Rp138,39 triliun), kemudian PMTB sebesar Rp44,32 triliun (32,03 persen) dan konsumsi pemerintah sebesar Rp22,89 triliun (16,54 persen). Besarnya kontribusi konsumsi RT dan PMTB berarti untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, maka harus fokus pada konsumsi rumah tangga dan investasi.

Tabel 2.1

PDRB DIY ADHB dan ADHK Dari Sisi Permintaan Tahun 2019-2020 (dalam Juta Rupiah) Sumber

2019 2020

ADHB ADHK Dist (%) Growth (%) ADHB ADHK Dist (%) Growth (%)

Konsumsi RT 92.436.089 59.724.356 65,53 3,81 92.753.542 58.084.320 67,02 -1,57 Konsumsi LNPRT 4.613.732 2.911.995 3,27 9,58 4.378.319 2.720.887 3,16 -0,18 Konsumsi Pemerintah 22.434.454 13.979.252 15,9 3,12 22.889.207 13.849.617 16,54 -0,12 -4,38 4,19 19,7 -15,64 4,47 -16,91 -2,22 -4,52 1,27 -20,21 -1,09 19,18 -15,74 -14,89 -8,84 -1,38 0,51 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 Industri Pengolahan Pertanian Infokom Konstruksi Jasa Pendidikan Akomodasi dan Manmin Adm Pemerintah Perdagangan Real Estate Transportasi Jasa Keuangan Jasa Kesehatan Jasa Lainnya Jasa Perusahaan Pertambangan Listrik dan Gas Pengadaan Air

Sumber : BPS DIY

Grafik 2.2

Pertumbuhan PDRB DIY Tahun 2020 Menurut Lapangan Usaha (%) 6 ,2 5 ,7 2 5 ,1 7 6 ,5 9 5 ,3 4 5 ,0 2 -2, 69 -2, 51 -2, 07 D I Y P . J A W A N A S I O N A L Sumber : BPS DIY/BPS RI G r a f i k 2 . 3 P e r b a n d i n g a n p e r t u m b u h a n E k o n o m i D I Y , P . J a w a d a n N a s i o n a l T a h u n 2 0 1 8 s . d 2 0 2 0 ( % ) 2018 2019 2020

(37)

11

Sumber

2019 2020

ADHB ADHK Dist (%) Growth (%) ADHB ADHK Dist (%) Growth (%)

PMTB 49.576.128 30.021.484 35,14 9,74 44.319.423 25.995.231 32,03 -3,85

Inventori 1.503.203 1.137.665 1,07 3,04 1.631.021 1.208.612 1,18 0,07

Ekspor Luar Negeri 8.837.678 5.413.131 6,26 -0,07 7.781.384 4.715.937 5,62 -0,67

Impor Luar Negeri 6.711.023 4.503.188 4,76 -9,01 5.334.510 3.833.396 3,85 -0,64

Net Ekspor Atr Drh -31.622.077 -4.197.151 -22,42 -9,95 -30.029.633 -1.061.608 -21,7 3,00

Total 141.068.183 104.487.544 100 6,59 138.388.753 101.679.600 100 -2,69

Sumber : BPS Provinsi DIY (Diolah)

Di tahun 2020, beberapa pos yang tercatat mengalami penurunan nilai nominal PDRB adalah Konsumsi LNPRT, PMTB, Ekspor Luar Negeri dan Impor Luar Negeri. Penurunan terbesar nampak pada PMTB yang tercatat menurun sebesar Rp5,26 triliun (10,6 persen), Impor Luar Negeri turun sebesar Rp1,38 triliun (20,51 persen) dan Ekspor Luar Negeri turun sebesar Rp1,06 triliun (11,95 persen. Sementara Net Ekspor Antar Daerah mengalami kenaikan sebesar Rp1,59 triliun (5,04 persen), yaitu dari negatif Rp31,62 triliun menjadi negatif Rp30,03 triliun.

Konsumsi Rumah Tangga

Secara pangsa distribusi, konsumsi RT masih mendominasi struktur PDRB ADHB DIY 2020 dengan kontribusi sebesar 67,02 persen dari total nilai PDRB. Angka ini meningkat jika dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 65,53 persen. Dengan dominannya kontribusi konsumsi rumah tangga pada struktur PDRB tersebut, maka menjaga daya beli masyarakat menjadi sesuatu yang penting dilakukan dalam kondisi extraordinary seperti saat ini. Melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), pemerintah telah berupaya untuk menjaga, bahkan mendorong konsumsi masyarakat melalui program-program jaring pengaman sosial,

antara lain Program Keluarga Harapan (PKH), Program Sembako (Reguler dan Covid), Bansos Tunai, Program Kartu Pra Kerja, Program Bantuan Subsidi Upah, diskon tarif listrik untuk pelanggan 450 VA dan 900 VA, serta Bansos Beras. Selain itu, menjaga daya beli masyarakat miskin di perdesaan yang terdampak

situasi Virus Corona (Covid-19). pemerintah juga menggulirkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang berasal dari Dana Desa.

2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0 66,8 65,53 67,02 33,2 34,47 32,98

SUMBER : BPS PROV DIY

G r a f i k 2 . 4 P e r k e m b a n g a n K o n t r i b u s i K o n s u m s i R T T h d T o t a l P D R B A D H B D I Y T a h u n 2 0 1 8 - 2 0 2 0 ( D a l a m P e r s e n ) Konsumsi RT Lainnya Dominasi Komponen Konsumsi Rumah tangga mencapai 67,02 persen dari struktur PDRB DIY Sisi pengeluaran

(38)

12

Investasi

Investasi diperlukan untuk kesinambungan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Dalam buku A system of National Accounts (SNA) yang diterbitkan oleh PBB, dijelaskan bahwa realisasi investasi di suatu wilayah pada tahun tertentu merupakan penjumlahan nilai PMTB dan perubahan inventori. Nilai PMTB ADHB di DIY tahun 2020 sebesar Rp44,32 triliun, menurun sebesar R5,26 triliun dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp49,58 triliun. Nilai Perubahan inventori 2020 tercatat sebesar Rp1,63 triliun, meningkat 8,15 persen dibanding 2019 yang sebesar Rp1,50 triliun. Total investasi di DIY tahun 2020 sebesar Rp45,95 triliun mengalami penurunan 10,60 persen dibanding 2019.

Sebelum pandemi Covid-19,

perkembangan investasi di DIY dalam kurun waktu 4 tahun terakhir menunjukkan tren yang positif. Akselerasi kinerja investasi yang tinggi tersebut selain dampak dari pesatnya

perkembangan lapangan usaha

konstruksi, industri pengolahan, penyediaan akomodasi dan makan minum, juga seiring dengan masifnya pembangunan infrastruktur di DIY. Namun, di tahun 2020 Investasi di DIY mengalami penurunan.Pandemi Covid-19 menyebabkan beberapa proyek strategis pemerintah tertunda, di antaranya Tol Solo, Tol Jogja-Bawen, dan Kereta Bandara YIA. Konsumsi Pemerintah

Pemerintah sebagai konsumen akhir berperan melalui instrumen belanja pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Di tahun 2020, konsumsi pemerintah memberikan kontribusi sebesar Rp22,89 triliun (16,54 persen). Angka ini meningkat dibanding tahun lalu dimana share konsumsi pemerintah sebesar 15,90 persen. Sebagai Kontribusi Investasi

DIY (PMTB+ Perubahan Inventori) 2020 mencapai Rp45,95 triliun atau 36,08 persen dari total PDRB ADHB 2020 Kontribusi konsumsi pemerintah terhadap PDRB DIY 2020 sebesar Rp22,89 trilliun atau 16,54 persen dari total PDRB. 34,35% 36,21% 33,20% 30,00% 35,00% 40,00% 35 40 45 50 55 2018 2019 2020 P er se n Tr ili un R up iah Sumber : BPS DIY Grafik 2.5

Perkembangan Kontribusi Investasi Thd Total PDRB ADHB DIY Tahun 2018-2020

PMTB Perubahan Inventori 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 2018 2019 2020 20,08 26,59 29,20 7,22 6,52 1,09 Tr ili un R up iah Sumber : http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/data_dasar/index/89-jumlah-proyek-pma Grafik 2.6

Perkembangan Nilai Realisasi PMA & PMDN DIY Tahun 2018-2020

Gambar

Grafik III.3
Grafik 4.3  Realisasi DTU 2020
Diagram Alokasi Pengeluaran atas Penggunaan Insentif Tenaga Kesehatan
Grafik 1. Distribusi Kernel Density dari Tingkat Pendapatan Usaha
+4

Referensi

Dokumen terkait

disampaikan, dan pendampingan untuk mengimplementasikan materi yang telah di peroleh dalam pelatihan. Pelatihan diberikan kepada para mahasiswa bimbingan dan konseling Islam

Senyawa zat warna naphthol blue black dapat didegradasi dengan metode elektrokimia menggunakan elektroda pasta karbon nanopori yang kondisinya dipengaruhi oleh

Selama Undang-undang mengenai hak milik sebagai tersebut dalam pasal 50 ayat (1) belum terbentuk, maka yang berlaku adalah ketentuan- ketentuan hukum adat setempat

Data yang telah diperoleh akan dibawa ke lab untuk dianalisis lebih lanjut, contohnya tanah yang harus diuji lab agar didapat informasi mengenai retensi hara yang

(2) Beberapa faktor yang mempengaruhi penanganan kasus keterlibatan Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam pemilihan umum, yaitu: a) Kurang Alat Bukti. b) Tidak adanya

=ila dilihat berdasarkan hasil pengamatan, maka diketahui koloni  bakteri = memiliki kemampuan menghidrolisis amilum dengan sedang, sedangkan koloni bakteri A sama sekali

Pengkajian terhadap draft Standar Operasional Prosedur (SOP), draft Surat Keputusan Direksi dan Ketentuan Intern lainnya terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk memastikan

mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Sekretaris yang meliputi perencanaan, penyusunan program, pengendalian, monitoring dan evaluasi program, pelaksanaan pemuktahiran