• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Media Audio Visual Terhadap Ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Media Audio Visual Terhadap Ke"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari – hari. Bahasa juga dikatakan sebagai satuan ujaran yang dihasilkan alat ucap manusia sebagai lambang bunyi yang bersifat arbitrer dan memiliki satuan arti yang lengkap. Dengan bahasa itulah manusia dapat berinteraksi satu sama lainnya. Interaksi itu sendiri adalah berkomunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara lisan dan tulisan. Komunikasi yang dilakukan secara lisan berarti seseorang itu dapat langsung menyampaikan pesan kepada lawan bicaranya sehingga pesan langsung sampai kepada yang dituju, sedangkan secara tulisan lebih cenderung terstruktur dan teratur karena pesan yang akan disampaikan kepada penerima pesan dan waktunya pun cenderung lebih lama, namun isi pesan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat luas. Sedangkan, dalam dunia pendidikan, Bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan sebagai bahasa pengantar saat proses pembelajaran berlangsung.

Tarigan (2008:1) mengemukakan bahwa, “Keterampilan dasar berbahasa meliputi empat komponen yaitu, keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills).”

Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur : mula – mula pada masa kecil kita belajar

(2)

menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Salah satu keterampilan berbahasa yang diharapkan mampu untuk dikuasai adalah menulis.

Sehubungan dengan menulis, Tarigan (2008 : 3) menyatakan, “Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. ”

Selanjutnya, Marwoto dalam Dalman (2014 : 4) menyatakan,

Menulis adalah mengungkapkan ide atau gagasannya dalam bentuk karangan secara leluasa.Dalam hal ini, menulis membutuhkan skemata yang luas sehingga si penulis mampu menuangkan ide, gagasan, pendapatnya dengan mudah dan lancar. Skemata itu sendiri adalah pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Jadi, semakin luas skemata seseorang, semakin mudahlah ia menulis.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan untuk mengekspresikan diri, mengungkapkan ide, gagasan, pendapat dalam bentuk bahasa tulis sehingga orang lain dapat memahami maksud penulis.

Selain bertujuan untuk menyampaikan informasi dan pesan secara tertulis, menulis juga memiliki manfaat. Adapun manfaat dari menulis seperti yang diungkapkan oleh Akhadiah, dkk. (1988:1) yaitu :

(3)

belajar secara aktif dan kreatif, kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib.

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa menulis sangat penting, melalui kegiatan menulis siswa dapat memperdalam daya tanggap dan persepsi, memudahkan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, dan menyusun urutan bagi pengalamannya. Dengan keterampilan menulis siswa akan dapat mengembangkan kreatifitasnya dan juga dapat menggunakannya sebagai sarana yang berharga dalam berbagai cara untuk belajar. Dengan demikian siswa kelak akan dapat menyampaikan informasi melalui sebuah tulisan.

Tarigan (2008:19) menyatakan, “Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek penting dalam proses komunikasi, karena menulis seseorang dapat menyampaikan ide-ide atau perasaannya yang dapat dituangkan kedalam tulisan”. Sedangkan, Abbas dalam http://eprints.uny.ac.id/9902/3/bab%202%20-%2008108247081.pdf menyatakan bahwa, “Keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung dengan ketepatan bahasa yang digunakan, kosakata dan gramatikal dan penggunaan ejaan.”

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan menuangkan ide, gagasan, perasaan dalam bentuk bahasa tulis dengan penggunaan ejaan yang tepat sehingga orang lain yang membaca dapat memahami isi tulisan tersebut dengan baik.

(4)

salah satu aspek berbahasa dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP, siswa dituntut untuk mampu mengorganisasikan pemikiran, ide dan perasaannya dalam berbagai bentuk tulisan baik sastra maupun nonsastra. Salah satu tulisan dalam ranah nonsastra adalah karangan.

Karangan merupakan bentuk kompleks pengungkapan gagasan yang terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat. Karangan dibedakan dalam lima jenis yaitu, deskripsi, eksposisi, persuasi, argumentasi, dan narasi. Di antara kelima jenis karangan di atas, narasi merupakan karangan yang dianggap cukup sulit oleh siswa.

Dalman (2014 : 106 ) menyatakan, “ Narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu – waktu.” Selanjutnya, Keraf dalam Dalman (2014:106) menyatakan, “Karangan narasi adalah suatu bentuk karangan yang berusaha menggambarkan sejelas- jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan cerita yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk manusia dalam sebuah peristiwa dari waktu ke waktu, juga di dalamnya terdapat tokoh yang menghadapi suatu konflik yang disusun secara sistematis.

(5)

mengembangkan kreativitas dan juga dapat menggunakannya sebagai sarana yang berharga dalam berbagai cara untuk belajar. Sehingga siswa dapat menyampaikan informasi melalui sebuah tulisan yang bermanfaat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hilda Nurul Mawaddah pada skripsinya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Media Teks Wacana Dialog pada Siswa Kelas VII SMP Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta.” Menunjukkan hasil bahwa kemampuan awal siswa menulis karangan narasi masih rendah. Saat dilakukan penilaian, nilai siswa hanya mencapai 65,75 sehingga belum mampu mencapai standar keberhasilan yang diisyaratkan yakni dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70. Ini dikarenakan ketidakpahaman siswa untuk memulai karangannya dan kurangtepatnya strategi yang digunakan oleh guru.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan guru memerlukan media pembelajaran agar proses pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan menerapkan media pembelajaran yang tepat menentukan pencapaian dalam proses belajar-mengajar. Media pembelajaran berfungsi untuk membantu guru dalam menyampaikan materi sehingga dapat melibatkan siswa berpartisipasi aktif dan mampu menciptakan suasana belajar yang baik.

(6)

http://www.definisi-pengertian.com/2015/10/definisi-pengertianmediapembelajara html berpendapat bahwa, “Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapar memberikan rangsangan untuk belajar.”

Dari pendapat di atas, maka media pembelajaran adalah alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar ( siswa ) yang dapat merangsang pola pikir siswa dalam belajar.

Dengan demikian solusi yang tepat untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa yakni dapat berupa penggunaan media pembelajaran yang efektif sesuai dengan standar kompetensi yang akan dicapai. Salah satu media pembelajaran yang dimaksud adalah media pembelajaran dengan menampilkan gambar bergerak yaitu audio visual, hal ini memberikan pengalaman yang lebih konkret daripada metode ceramah, gambar, dan menggunakan radio. Audio visual dapat menghasilkan tayangan gambar bergerak sekaligus menghasilkan suara.

(7)

siswa untuk berpikir lebih runtut dan mengembangkan idenya menjadi narasi yang baik.

Beberapa kelebihan media audio visual yang dikemukakan oleh Indriana (2011:92) dalam .portalgaruda.org/article.php?article=101529&val yaitu :

Memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa, sangat baik untuk menerangkan suatu proses, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan, memberikan kesan mendalam yang dapat mempengaruhi sikap siswa, memberikan hiburan tersendiri bagi peserta didik, sehingga peserta didik tidak bosan mengikuti sesi pembelajaran.

Hal di atas menjadi salah satu alasan dipilihnya media audio visual dalam pembelajaran keterampilan menulis narasi siswa kelas kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar karena dengan melihat dan mendengar, diharapkan kemampuan berimajinasi dan berpikir siswa dapat berkembang. Selain itu, melalui media audio visual, siswa memperoleh informasi lebih banyak dari apa yang mereka dengar dan mereka lihat. Dalam penelitian ini, media audio visual berupa video digunakan sebagai media pembelajaran. Artinya, dalam proses pembelajaran, media audio visual berupa video ini digunakan sebagai alat bantu pembelajaran dalam menulis narasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan kajian penelitian “Penerapan Media Audio Visual Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas VII SMP SWASTA RK Bintang Timur Pematangsiantar.”

(8)

Masalah perlu dirumuskan dengan jelas dan lengkap dalam ruang lingkupnya agar sesuai dengan tujuan penelitian. Mengenai rumusan masalah ini, Sugiyono (2008: 35) menyatakan, “Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan diberikan jawabannya melalui pengumpulan data.” Berdasarkan kutipan tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sebelum media audio visual diterapkan dalam pembelajaran?

2. Bagaimanakah tingkat keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sesudah media audio visual diterapkan dalam pembelajaran?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan terhadap tingkat keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sebelum dan sesudah media audio visual diterapkan dalam pembelajaran ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, dapat ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut:

(9)

2. Untuk mendeskripsikan tingkat keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sesudah media audio visual diterapkan dalam pembelajaran.

3. Untuk mendeskripsikan tingkatan signifikan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sebelum dan sesudah media audio visual diterapkan dalam pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan pasti ada manfaatnya. Sejalan dengan masalah dan tujuan penelitian, maka diharapkan penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat mendukung teori bahwa media audio visual dapat membantu meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar

2. Manfaat praktis

Manfaat ini akan dibahas dalam tiga manfaat: a) Bagi Peneliti

(10)

b) Bagi Guru

1) Sebagai bahan masukan bagi guru bidang studi bahasa Indonesia khususnya yang mengajar di kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis narasi.

2) Sebagai salah satu alternatif perbaikan yang digunakan oleh guru khususnya dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah, agar siswa lebih aktif dan kreatif.

c) Bagi Siswa

Siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru, sehingga diharapkan adanya peningkatan dalam kemampuan menulis, khususnya menulis narasi.

E. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2008 : 64) bahwa, “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.” Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

(11)

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah “Terdapat tingkat keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sesudah media audio visual diterapkan dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia.”

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah suatu gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya dalam hubugan yang lebih luas. Dalam hal ini, peneliti harus dapat memberikan sederetan asumsi yang kuat tentang kedudukan permasalahnannya. Asumsi yang harus diberikan tersebut, diberi nama asumsi dasar atau anggapan dasar (Arikunto, 2010:104). Selanjutnya menurut Ary, dkk,. (1984:34) asumsi adalah mendasari setiap pernyataan yang menyatakan bahwa dalam kondisi tertentu akan terjadi kejadian tertentu.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan anggapan dasar dinyatakan dugaan atau landasan berpikir sebagai dasar. Sebelum mengadakan penelitian terlebih dahulu didasarkan kepada suatu landasan tertentu yang disebut asumsi dasar.

Maka yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(12)

2. Media pembelajaran audio visual belum pernah diterapkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar.

3. Dengan media pembelajaran audio visual masalah yang diteliti dapat digambarkan secara objektif.

G. Definisi Istilah

Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang digunakan. Istilah dalam penelitian ini perlu diartikan dengan jelas, sehingga tidak menimbulkan keraguan. Adapun istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menulis adalah mengungkapkan ide atau gagasannya dalam bentuk karangan secara leluasa. Dalam hal ini, menulis membutuhkan skemata yang luas sehingga si penulis mampu menuangkan ide, gagasan, pendapatnya dengan mudah dan lancar. Skemata itu sendiri adalah pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Jadi, semakin luas skemata seseorang, semakin mudahlah ia menulis (Marwoto dalam Dalman, 2014:4).

2. Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek penting dalam proses komunikasi, karena menulis seseorang dapat menyampaikan ide-ide atau perasaannya yang dapat dituangkan kedalam tulisan (Tarigan, 2008:19). 3. Keraf dalam Dalman (2014:106) karangan narasi adalah suatu bentuk

(13)
(14)

LANDASAN TEORETIS

A. Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu kegiatan dan hasil karya cipta manusia yang lahir dari pikiran-pikiran yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Tentu saja tulisan tersebut memiliki makna, tujuan, dan merupakan hasil dari kepuasan batin penulisannya dalam menulis. Menulis mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Salah satunya adalah dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan ide gagasan dan pikiran untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu.

Menurut Tarigan (2008:3) “Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain”. Selanjutnya Dalman (2014:3) menyatakan, “Menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya”

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.

(15)

1. Menulis Sebagai Proses

Menulis dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan penyampaiaan pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat) Supriadi dalam Dalman,

(2014:5). Dalam hal ini, menulis merupakan proses penyapaian informasi secara tertulis berupa hasil kreativitas penulisnya dengan menggunakan cara berpikir yang kreatif, tidak monoton dan tidak terpusat pada satu pemecahan masalah saja. Dengan demikian, penulis dapat menghasilkan berbagai bentuk dan warna tulisan secara kreatif sesuai dengan tujuan dan sasaran tulisnya.

Menulis tidak ubahnya dengan melukis maksudnya seorang penulis dapat menuangkan pikirannya lewat sebuah tulisan kepada pembaca, sementara pelukis menuangkan pikirannya lewat apa saja yang dilukiskan/digambarkan dengan konsep nyata, sehingga orang melihat dapat menyampaikan tulisannya lewat pesan yang dilihat.

Menurut Dalman (2008:6) bahwa, proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, dalam komunikasi tulis terdapat empat unsur yang terlibat, yaitu :

a) Penulis sebagai penyampai pesan b) Pesan atau isi tulisan

(16)

2. Batasan, Fungsi, dan Tujuan Menulis

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.

Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Juga dapat menolong kita secara kritis. Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman. Tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak jarang, kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-kejadian hanya dalam proses menulis yang aktual.

Sehubungan dengan tujuan penulisan sesuatu tulisan Hugo Hartig dalam Tarigan, (2008:25) merangkumkannya sebagai berikut:

a. Assignment Purpose (tujuan penugasan)

(17)

sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku; sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat). b. Altruistic Purpose (tujuan altruistik)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah memperoleh karya.

c. Persuasive Purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan menyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d. Information Purpose (tujuan informasional, tujuan penerapan)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerapan kepada para pembaca.

e. Self-expressive Purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

f. Creative Purpose (tujuan kreatif)

(18)

g. Problem-solving Purpose (tujuan pemecahan masalah)

Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca (Hipple dalam Tarigan 2008:26).

B. Pengertian Karangan Narasi

Karangan adalah suatu proses atau kegiatan menentukan gagasan pokok dan gagasan pengembang dalam sebuah kerangka karangan. Perlu diketahui bahawa kegiatan mengarang merupakan kegiatan-kegiatan bertahap. Pada umumnya penulis pertama-tama harus membuat rencana kerja, yang setiap kali dapat mengalami perbaikan dan penyempurnaan hingga dicapai bentuk yang lebih sempurna.

Sebuah karangan mengandung rencana kerja, memuat ketentuan-ketentuan pokok bagaimana suatu topik harus diperinci dan dikembangkan. Ada beberapa karangan yang memiliki unsur pembentuk tanpa memperhatikan cerita atau narasi. Cerita atau narasi merupakan unsur yang harus diperhatikan dalam sebuah karangan. Atmazaki dalam Dalman, (2014:73) menyatakan, “Bentuk karangan mempunyai beberapa jenis yaitu: karangan deskripsi, argumentasi, eksposisi, narasi dan persuasi.”

(19)

dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.”

Senada dengan pendapat di atas Kosasih (2011: 9) menyatakan, “Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan.” Selanjutnya, Keraf (2004:136) menyatakan, “Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejela – jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.”

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan narasi sangat penting dalam pembelajaran, karena siswa dapat mengolah daya pikir melalui kegiatan menulis yang diajarkan dalam sebuah peristiwa atau kejadian yang akan mempengaruhi pembaca.

1. Tujuan Menulis Karangan Narasi

Dalman (2014:106) mengemukakan beberapa tujuan menulis karangan narasi yaitu

a) Agar pembaca seolah-olah sudah menyaksikan atau mengalami kejadian yang diceritakan.

b) Berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi, serta menyampaikan amanat terselubung kepada pembaca atau pendengar.

c) Untuk menggerakkan aspek emosi. d) Membentuk citra/imajinasi para pembaca.

e) Menyampaikan amanat terselubung kepada pembaca atau pendengar. f) Memberi informasi kepada pembaca dan memperluas pengetahuan. g) Menyampaikan sebuah makna kepada pembaca melalui daya khayal

(20)

2. Prinsip-prinsip Karangan Narasi

Suparno dan Yunus dalam Dalman (2014:107) menyatakan bahwa dalam menulis sebuah karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi. Prinsip-prinsip tersebut, yakni:

a) Alur (plot), merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi. Apa yang disebut alur dalam narasi memang sangat sulit dicari. Alur tersembunyi di balik jalan cerita. Namun, jalan cerita bukanlah alur. Jalan cerita hanyalah manifestasi, bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari alur cerita. Alur dengan jalan memang tak terpisahkan, tetapi harus dibedakan. Jalan cerita memuat kejadian, tetapi suatu kejadian ada karena sebabnya, dan alasan. yang menggerakkan kejadian cerita tersebut adalah alur, suatu kejadian baru dapat disebut narasi kalau didalamnya ada perkembangan kejadiaan.

b) Penokohan, salah satu ciri khas narasi ialah mengisahkan tokoh cerita bergerak dalam suatu rangkaian peristiwa dan kejadian. Tindakan, peristiwa, kejadian, itu disusun bersama-sama sehingga mendapatkan kesan atau efek tunggal.

c) Latar, ialah tempat dan waktu terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. Dalam karangan narasi terkadang tidak disebutkan secara jelas tempat tokoh berbuat atau mengalami peristiwa tertentu. Sering kita jumpai cerita hanya mengisahkan latar secara umum.

d) Sudut pandang, sebelum mengarang narasi sudut pandang yang paling efektif untuk cerita kita harus tentukan terlebih dahulu. Sudut pandang dalam narasi menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah ini. Apa pun yang dipilih sudut pandang oleh pengarang akan menentukan sekali gaya dan corak cerita.

3. Pola Pengembangan Karangan Narasi

(21)

panjang lebar tentang peristiwa. Di bagian ini, penulis memunjulkan konflik. Kemudian konflik tersebut tersebut diarahkan menuju klimaks cerita. Bagian akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakan dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bakwa pengembangan tulisan teknik narasi dilakukan dengan mengemukakan rangkaian peristiwa yang terjadi secara kronologis. Teknik pengembangan narasi diidentikan dengan penceritaan (storitelling), karena teknik ini biasanya selalu digunakan untuk menyampaikan sesuatu cerita.

4. Langkah-langkah Pengembangan Karangan Narasi

Langkah-langkah mengembangkan karangan narasi adalah sebagai berikut:

a) Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan. b) Tetapkan sasaran pembaca kita.

c) Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akn ditampilkan dalam bentuk skema alur.

d) Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita.

(22)

f) Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang seperti drama atau prosa.

5. Ciri-ciri Karangan Narasi

Menurut Keraf dalam Dalman (2014:110) ciri-ciri karangan narasi yaitu: a) Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.

b) Dirangkai dalam urutan waktu.

c) Berusah menjawab pertanyaan, apa yang terjadi.

d) Ada konflik. Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini akan menarik jika tidak ada konflik. Selain alur cerita, narasi dibangun oleh konflik dan susunan kronologis.

Ciri-ciri narasi lebih lengkap diungkapkan oleh Atar Semi (2008) dalam http:// adeagustiann.blogsome.com sebagai berikut :

a) Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman penulis.

b) Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.

c) Berdasarkan konflik, karena tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik.

d) Memiliki nilai estetika.

e) Menekankan susunan secara kronologis.

(23)

6. Jenis-Jenis Karangan Narasi

a) Narasi Ekspositoris (Narasi Faktual)

Narasi ekspositoris adalah narasi yang memiliki sasaran informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositoris, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya.

Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasaan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suaatu peristiwaNarasi ekspositoris merupakan jenis karangan narasi yang mengutamakan kisah yang sebenarnya dari tokoh yang diceritakan. Jadi, karangan tersebut tidak boleh fiktif dan tidak boleh bercampur dengan daya khayal atau daya imajinasi pengarangnya.

b) Narasi Sugestif (Narasi Artistik)

(24)

Narasi sugestif mengijinkan pengarang menggunakan daya khayal atau daya imajinasinya untuk menghidupkan sebuah cerita. Dalam hal ini, bahasa yang digunakan juga bahasa konotatif, yaitu bahasa yang mengandung makna kiasan. Makna atau amanat yang disampaikan pengarangnya masih dalam bentuk tersirat bukan tersurat.

Agar perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif terlihat lebih jelas, lihatlah ciri-ciri dominan dari kedua macam narasi pada tabel berikut.

Narasi Ekspositoris / Faktual Narasi Sugestif / Artistik 1. Memperluas pengetahuan 1. Menyampaikan suatu makna atau

suatu amanat yang tersirat

3. Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu, penalaran dapat dilanggar

4. Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada pemakaian kata-kata denotatif.

4. Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif, dengan menitik beratkan penggunaan kata-kata konotatif.

C. Pengertian Media Pendidikan

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara antara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Educatin and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan

(25)

Sadiman, dkk,. (2010:6) menyatakan bahwa, “Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.” Sedangkan Gagne dalam Indriana (2011:14) menyatakan bahwa. “Media merupakan wujud dari adanya berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.” Miarso dalan Indriana (2011 : 14) menyatakan bahwa, “Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar,” Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, media merupakan alat bantu yang sangat bermanfaat bagi para siswa dan pendidik dalam proses belajar mengajar. Dengan adanya media pengajaran, peran guru menjadi semakin luas. Sedangkan anak didik akan terbantu untuk belajar dengan lebih baik, serta terangsang untuk memahami subjek yang tengah diajarkan dalam bentuk komunikasi penyampaian pesan yang lebih efektif dan efesien.

1. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan

Salah satu fungsi media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Hamalik dalam Azhar (2013:19) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh – pengaruh psikologis terhadap siswa.

(26)

pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi.

Secara umum media mempunyai kegunaan (Sadiman, 2008 : 17) dalam proses belajar menagajar sebagai berikut :

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (dalam bentuk kata – kata tertulis atau lisan belaka)

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indera seperti : 1. Objek yang terlalu besar bias digantikan dengan realita, gambar, film

bingkai, atau model

2. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film, atau gambar 3. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan

timelapse atau high-speed photography

4. Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bias ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, foto maupun secara verbal

5. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain - lain) dapat divisualkan dalam bentuk gambar, film dan lain – lain. c. Penggunaan media pendidikan yang tepat dan bervariasi dapat

(27)

d. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa oleh karena itu media pendidikan dapat dimanfaatkan untuk memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. Dari uaraian dan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar yaitu untuk memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar, interaktif, dan memungkinkan siswa untuk belajar sendiri – sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

D. Pengertian Media Audio Visual

Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). Media Audiovisual merupakan sebuah alat bantu audiovisual yang berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide.

(28)

dan proyektor visual yang lebar. Pengajaran melalaui audio visual adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalaui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol – simbol yang serupa.

Selanjutnya, Rohani dalam https://vebivanesa.wordpress.com/2015/04/13/ menyatakan bahwa, “Media audio visual adalah merupakan media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh penegtahuan, keterampilan, atau sikap.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media audio visual adalah peralatan yang dipakai oleh guru dalam menyampaikan konsep, gagasan dan pengalaman yang ditangkap oleh indera pandang dan pendengaran.

Ciri – ciri media audio visual adalah sebagai berikut :

1. Mereka biasanya bersifat linier

2. Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis

3. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya

4. Mereka merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak

5. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif

(29)

1. Jenis-jenis Media Audio Visual

Media audio visual adalah media intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi) karena meliputi penglihatan, pendengaran dan gerakan, serta menampilkan unsur gambar yang bergerak. Jenis media yang termasuk dalam kelompok ini adalah televisi, video dan film bergerak.

a) Film

Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Kemampuan film melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.

b) Video

(30)

bahwa video akan menggantikan kedudukan film. Masing-masing memiliki keterbatasan dan kelebihan sendiri.

c) Televisi (TV)

Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel dan ruang. Dewasa ini televisi yang dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit. Televisi pendidikan adalah penggunaan program video yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa yang menyiarkannya. Televisi pendidikan tidak hanya menghibur, tetapi lebih penting adalah mendidik.

2. Kelebihan Media Audio Visual

Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2013 : 25) mengemukakan beberapa kelebihan media pembelajaran dalam kelas sebagai berikut :

a) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media ini menerima pesan yang sama.

b) Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. c) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar

dan prinsip – prinsip psikologis yang diterima dalam hal pertisipasi siswa, umpan balik, dan pengetahuan

d) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan – pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan keuntungannya dapat diserap oleh siswa.

(31)

f) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diingankan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.

g) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

h) Peran guru dapat berubah ke arah positif ; beban guru untuk penjelasan yang berulang – ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan atau penasihat siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan media audio visual dapat mendukung proses belajar mengajar yang efektif.

Dalam penelitian ini, media audio visual yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah media berupa video. Artinya, dalam proses pembelajaran, media audio visual berupa video digunakan sebagai alat bantu pembelajaran dalam menulis narasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat ada atau tidaknya efektivitas media audio visual tersebut terhadap keterampilan menulis narasi.

(32)

Pesan yang disajikan bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting,berita) maupun fiktif (seperti ceritera), biasa bersifat informatif, edukatif, maupun instruksional. Selanjutnya, Arsyad (2011 : 49) menyatakan bahwa video merupakan gambar - gambar dalam frame, di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar hidup.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa video merupakan salah satu jenis media audio-visual yang dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.Kemampuan video ini melukiskan gambar hidup dan suara memberikan daya tarik tersendiri. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.

Media video juga memiliki manfaat, antara lain :

a) memberikan pengalaman yang tak terduga kepada peserta didik

b) memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak mungkin bisa dilihat

c) menganalisis perubahan dalam periode waktu tertentu

d) memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk merasakan suatu keadaan tertentu

(33)

Berdasarkan penjelasan di atas, keberadaan media video sangat tidak disangsikan lagi di dalam kelas. Dengan video siswa dapat menyaksikan suatu peristiwa yang tidak bisa disaksikan secara langsung maupun peristiwa lampau yang tidak bisa dibawa langsung ke dalam kelas. Siswa pun dapat memutar kembali video tersebut sesuai kebutuhan dan keperluan mereka. Pembelajaran dengan media video menumbuhkan minat serta memotivasi siswa untuk selalu memperhatikan pelajaran.

3. Langkah - Langkah Menggunakan Media Audio Visual dalam Pembelajaran

Media audio visual memiliki langkah - langkah dalam penggunaannya seperti halnya media pembelajaran lainnya. Langkah-Langkah pembelajaran menggunakan media audio visual adalah sebagai berikut.

a) Persiapan

Kegiatan yang dilakukan oleh guru pada saat persiapan yaitu, 1) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran,

2) mempelajari buku petunjuk penggunaan media,

3) menyiapkan dan mengatur peralatan media yang akan digunakan. b) Pelaksanaan/Penyajian

Pada saat melaksanakan pembelajaran menggunakan media audio visual, guru perlu mempertimbangkan seperti

(34)

2) menjelaskan tujuan yang akan di capai,

3) menjelaskan materi pelajaran kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung

4) menghindari kejadian-kejadian yang dapat mengganggu konsentrasi siswa.

c) Tindak lanjut

Aktivitas ini dilakukan untuk memantapkan pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan menggunakan media audio visual. Di samping itu aktivitas ini bertujuan untuk mengukur efektivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan.

E. Penelitian Terkait

Beberapa peneliti yang telah menggunakan media audio visual adalah sebagai berikut:

(35)

menunjukkan nilai rata-rata siswa sebelum dilakukan tes dengan menggunakan media pembelajaran audio visual jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah ketuntasan sebanyak 18 orang siswa sedangkan siswa yang tuntas hanya berjumlah 4 orang siswa. Nilai rata-rata siswa keseluruhan sebesar 65.23, ini berarti nilai tersebut belum mencapai ketuntasan belajar yang ditentukan yaitu 75 dan meningkat setelah diterapkannya media pembelajaran audio visual dalam kemampuan menulis deskripsi yakni sebanyak 22 orang siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM 75). Nilai rata-rata siswa keseluruhan sebesar 86.18, ini berarti nilai tersebut sudah mencapai ketuntasan belajar yang ditentukan.

(36)

siklus II sebesar 87% (20 siswa). Jadi, kemampuan siswa dalam menulis puisi yang mencapai KKM 75 meningkat sebesar 44%. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik komparatif. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus. Berdasarkan hasil puisi yang ditulis siswa sebelum tindakan dan sesudah tindakan mengalami peningkatan, terbukti sebelum tindakan siswa yang mencapai KKM 75 hanya 35% atau 8 siswa, sedangkan pada siklus I sebesar 43% atau 10 siswa, dan pada siklus II sebesar 87% atau 20 siswa. Maka dapat disimpulkan terdapat peningkatan pembelajaran mengembangkan keterampilan menulis puisi dengan menggunakan media pembelajaran audio visual.

Dengan demikian berdasarkan penelitian yang yang telah dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran audio visual menunjukkan bahwa media pembelajaran tersebut sangat membantu siswa untuk dapat aktif serta mampu berpikir secara kreatif dalam kegiatan belajar serta memecahkan setiap masalah dalam menghadapi persoalan-persoalan terkait materi pembelajaran di kelas.

(37)

Menulis merupakan suatu kegiatan dan hasil karya cipta manusia yang lahir dari pikiran-pikiran yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Tentu saja tulisan tersebut memiliki makna, tujuan, dan merupakan hasil dari kepuasan batin penulisannya dalam menulis. Menulis mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Salah satunya adalah dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan ide gagasan dan pikiran untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu.

Sebuah karangan mengandung rencana kerja, memuat ketentuan-ketentuan pokok bagaimana suatu topik harus diperinci dan dikembangkan. Ada beberapa karangan yang memiliki unsur pembentuk tanpa memperhatikan cerita atau narasi. Cerita atau narasi merupakan unsur yang harus diperhatikan dalam sebuah karangan.

Karangan narasi (berasal dari naration berarti bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.

(38)
(39)

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam melaksanakan penelitian. Arikunto (2010:22) menyatakan, “Metode penelitian merupakan struktur yang sangat penting, karena berhasil tidaknya penelitian demikian juga rendahnya kualitas penelitian sangat ditentukan oleh ketepatan dalam memilih metode penelitian.”

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen karena tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh penggunaan dari suatu perlakuan, yaitu memperlakukan sesuatu, lalu dicermati akibat dari perlakuan tersebut. Penelitian ini melibatkan satu kelas yang diberi perlakuan dan tidak memiliki kelas pengendali.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti tidak lepas dari lokasi penelitian yang menjadi tempat untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan. Sesuai dengan judul yang sudah disetujui, maka yang akan menjadi lokasi penelitian dilaksanakan adalah SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar, alasan memilih tempat tersebut karena lokasi tersebut mudah dijangkau.

(40)

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada semester genap tahun pembelajaran 2016/2017.

C. Desain Penelitian

Tabel I

Adapun desain penelitian ini adalah memakai desain I

Kelompok Pre-tes Variabel Bebas Pos-tes

Eksperimen Y1 X Y2

Keterangan :

Y1 : Kemampuan awal/sebelum mendapat perlakuan X : Media pembelajaran audio visual

Y2 : Kemampuan setelah mendapat perlakuan

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Sugiyono (2008:80) menyatakan, “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.” Selanjutnya Arikunto (2010:173) menyatakan, “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.”

(41)

Sasaran populasi penelitian ini adalah seluruh siswa yang ada di kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar yang terdiri dari 9 kelas.

Tabel III

Keadaan populasi penelitian di SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar

No. Kelas Frekuensi

1. VII A 50

2. VII B 48

3. VII C 50

4. VII D 48

5. VII E 46

6. VII F 50

7. VII G 47

8. VII H 47

Jumlah 386

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Biasanya seorang peneliti menggunakan sampel dalam penelitian karena jumlah yang cukup banyak hingga diperkecil jumlahnya untuk memudahkan penelitian dalam menganalisis data.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan sampel acak. Menurut Ary, dkk. (1984:192) Random Sampling adalah semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan tidak terikat untuk dimasukkan ke dalam sampel.

(42)

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti memerlukan data. Untuk memperoleh data diperlukan alat. Hal senada dengan pendapat Arikunto (2010:193) menyatakan, “Setelah peneliti mengetahui dengan pasti apa yang diteliti dari mana data diperoleh, maka langkah yang segera diambil adalah dengan apa data itu dikumpulkan.”

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diamati (Sugiyono 2008:102). Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk menjaring data adalah tes hasil belajar berupa tes tulisan dan teknik penugasan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara tes hasil belajar menulis narasi berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diajarkan sebelumnya.

(43)

F. Prosedur Penilaian

Dalam penelitian, prosedur penilaian menentukan kualitas data yang dapat dikumpulkan. Sedangkan kualitas data dapat menentukan hasil penelitian yang dihasilkan. Oleh karena itu, prosedur penilaian harus dirancang sebaik mungkin.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2008 : 72). Dengan demikian penelitian eksperimen dengan maksud menguji coba pengaruh media audio visual berupa video reality show untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi. Reality show adalah pertunjukan yang asli (nyata) dan tidak dibuat-buat. Kejadian ini diambil dari keseharian masyarakat secara apa adanya. Tayangan ini pun dapat dikatakan tayangan realitas masyarakat.

(44)

Tabel III kesalahan penulisan huruf kapital, penulisan istilah yang kurang tepat.

a. Apabila kalimatnya menarik dan tepat sasaran.

b. Apabila kalimatnya kurang menarik dan kurang tepat sasaran.

c. Apabila kalimatnya sama sekali tidak menarik dan tidak tepat sasaran. mengisahkan, merangkaikan suatu kisah atau peristiwa, menimbulkan kepercayaan, dan kurang sesuai fakta dan data.

c. Apabila isi paragraf sama sekali tidak mengisahkan, merangkaikan suatu kisah atau peristiwa, tidak menimbulkan kepercayaan, dan tidak

16-20

6-15

(45)

sesuai fakta dan data. 5 Pilihan kata dan

Diksi

a. Apabila piliha kata tepat, tidak menggunaka kata yang bermakna konotasi, serta tidak menggunakan bahasa non-formal. b. Apabila pilihan kata kurang tepat

masih terdapat kata yang bermakna atau konotasi non-formal.

c. Apabila pilihan katanya sama sekali tidak tepat menggunakan kata bermakna konotasi serta menggunaakan bahasa yang non-formal.

16-20

6-15

1-5

Jumlah 100

Keterangan:

PPH = B N x100

(46)

Dengan peringkat yang dikemukakan oleh Sudijono dalam Eva (2016: 57)

No Langkah-langkah Pembelajaran untuk Kegiatan Awal 1 Kegiatan Guru1. Guru mengucapkan salam Kegiatan Siswa

2. Guru mengabsen siswa

1. Siswa menjawab salam guru. 2. Siswa mendengarkan

Langkah-langkah Pembelajaran Untuk Kegiatan Inti 2 Kegiatan Guru

1. Guru memberikan tes awal (pre-tes) dengan menulis karangan 3 Kegiatan Guru1. Guru mengumpulkan hasil pre- Kegiatan siswa

(47)

No Langkah-langkah Pembelajaran untuk Kegiatan Awal 1 Kegiatan Guru1. Guru mengucapkan salam Kegiatan Siswa

2. Guru mengabsen siswa

3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar.

1.Siswa menjawab salam guru 2.Siswa mendengarkan

3.Siswa memperhatikan penjelasan guru.

Langkah-langkah Pembelajaran Untuk Kegiatan Inti

2 Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen, satu kelompok terdiri dari 5 siswa.

2. Guru menggali pengetahuan siswa mengenai materi karangan narasi.

3. Guru menjelaskan materi tentang narasi.

4. Guru menampilkan sebuah video reality show “Bocah

2. Setiap kelompok memberikan pendapatnya mengenai karangan narasi.

3. Siswa memperhatikan penjelasan guru.

4. Setiap kelompok memperhatikan contoh audio visual yang diberikan guru.

5. Siswa bertanya mengenai materi yang disampaikan guru.

Langkah-langkah pembelajaran untuk kegiatan Akhir 3 1.Guru dan siswa bersama-samaKegiatan Guru Kegiatan siswa

menyimpulkan pelajaran.

No Langkah-langkah Pembelajaran untuk Kegiatan Awal 1

2.Guru menjelaskan kembali materi

1. Siswa membentuk kembali kelompok.

(48)

menulis narasi.

3.Guru menampilkan sebuah video reality show “Bocah Pejuang Edisi 3. Seluruh siswa memperhatikan audio visual yang diberikan.

4. Setiap kelompok melakukan perintah guru dan kemudian menuliskan narasi mereka berdasarkan video yang telah mereka perhatikan

No Langkah-langkah Pembelajaran untuk Kegiatan Awal 1 2. Guru memberikan kesempatan

kepada masing-masing kelompok untuk membacakan hasil karangan narasi mereka.

(49)

menulis karangan narasi

2. Guru menutup pelajaran dan mengucapkan salam.

1. Siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan pelajaran. 2. Siswa menjawab salam guru.

Pertemuan V

No Langkah-langkah Pembelajaran untuk Kegiatan Awal 1

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Guru mengucapkan salam

2. Guru mengabsen siswa 1. Siswa menjawab salamguru.2. Siswa mendengarkan Langkah-langkah Pembelajaran Untuk Kegiatan Inti

2 Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Guru memberitahukan pos-tes kepada siswa, dimana siswa ditugaskan membuat karangan narasi berdasarkan audio visual 2. Guru menutup pelajaran dan mengucapkan salam.

1. Siswa menyerahkan hasil pekerjaan masing-masing.

2. Siswa menjawab salam guru.

(50)

Dalam pencapaian tujuan penelitian yang sudah ditetapkan, maka perlu disusun prosedur penelitian yang sistematis. Dimana tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan penelitian.

a. Menentukan tempat dan jadwal pelaksanaan penelitian. b. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

c. Mempersiapkan instrumen penelitian.

d. Menentukan kelompok eksperimen penelitian. e. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. 2. Tahap pelaksanaan penelitian.

a. Melakukan pre-tes

Pretes diadakan untuk kelompok yang akan diteliti baik pada kelompok eksperimen.

b. Melaksanakan proses belajar mengajar

Setelah pelaksanaan pre-tes selesai, lalu dilanjutkan dengan proses belajar mengajar. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang sudah ditentukan sebelumnya. c. Melaksanakan pos-tes

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar, maka dilakukan pos-tes. Hasil inilah yang menjadi petunjuk ada tidaknya pengaruh perlakuan media audio visual.

(51)

Bagan Desain 1

I. Pengujian Hipotesis

Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuantitatif dengan menggunakan rumus uji pembeda. Datanya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Daya yang diperoleh diperiksa terlebih dahulu.

2. Menentukan mean perbedaan skor yang berpasangan (∑D) dengan rumus: Uji -T

Hasil Hasil

Pos-tes Media audio

(52)

∑D = ∑ DN

3. Pengujian hipotesis

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan menulis narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sebelum dan sesudah media audio visual diterapkan dalam pembelajaran.

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan menulis narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sebelum dan sesudah media audio visual diterapkan dalam pembelajaran.

Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 ≠ µ2

Menurut Ary (1984:218) untuk menganalisis ekperimen dapat menggunakan pre-tes dan pos-tes dengan rumus:

(D)

t= D´

∑ D2−¿² N N(N−1)

¿

Keterangan :

t = nilai t bagi mean yang tidak mandiri ( yang ada hubungannya ) D = perbedaan antara skor yang berpasangan

D = mean perbedaan tersebut

(53)

Skor pre-tes dan pos-tes pada kelas eksperimen tersebut akan dibandingkan dengan menggunakan uji t sampel berhubungan pada tingkat kepercayaan 95 dan taraf signifikan p ¿ 0,05.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

(54)

Pada penelitian ini teknik pengambilan data dilakukan dengan cara mengedarkan soal tes kepada siswa-siswi kelas VII SMP Swastta RK Bintang Timur Pematangsiantar. Sebagaimana disebutkan dalam metode penelitian bahwa data dalam penelitian ini diambil melalui tes yang disebarkan dengan jumlah sampel 98. Selain membagikan tes tentang penerapan media audio visual, penulis juga mengumpulkan hasil keterampilan menulis karangaan narasi siswa-siswi kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar.

Maka selanjutnya diuraikan data nilai dari pre-tes dan pos-tes untuk mengetahui pengaruh penerapan media audio visual terhadap keterampilan menulis karangan narasi siswa-siswi kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada kelas eksperimen diuji dengan sampel “t” berhubungan, maka diperoleh hasil keterampilan menulis karangan narasi siswa-siswi kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar. Data-data tes diambil dari 98 orang siswa dari hasil penelitian.

1. Data Pre-tes

Jangkauan (J) = Datum Terbesar – Datum Terkecil = 55 – 20

= 35 Banyak kelas interval (K)

(55)

= 1 + 3,3 log 98

Data Interval Nilai Keterampilan Menulis Karangan Narasi Sebelum Diterapkan Media Audio Visual

(56)

Dari data di atas maka dapat diketahui bahwa kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sebelum diterapkan media pembelajaran audio visual diperoleh nilai 55 (sebanyak 2 orang) , nilai 50 ( sebanyak 17 orang), nilai 45 (sebanyak 29 orang), nilai 40 (sebanyak 29 orang), nilai 35 (sebanyak 12 orang) , nilai 30 (sebanyak 8 orang), nilai 20 (1 orang) dengan nilai rata-rata 41,867. Hasil pre-tes berada pada kategori kurang sekali, dapat dilihat dari peringkat yang dikemukakan oleh Sudijono dalam Eva (2016 : 57) sebagai berikut :

Kategori dan Skor Nilai

Berdasarkan tabel peringkat di atas, hasil pre-tes berada pada rentang 0 – 55, maka hasil pre-tes tersebut adalah kategori kurang sekali.

2. Data Pos-tes

(57)

C = J/K

Data Interval Keterampilan Menulis Karangan Narasi Sesudah Diterapkan Media Pembelajaran Audio Visual

No

. Nilai Pos-tes Siswa Frekuensi

1. 76 – 77 21

Untuk mengetahui nilai rata-rata pos-tes digunakan rumus sebagai berikut: Data pos-tes

(58)

88 sebanyak 12 orang, nilai 85 sebanyak 20 orang, nilai 80 sebanyak 29 orang, nilai 78 sebanyak 16 orang, sedangkan nilai 76 sebanyak 24 orang. Jadi, nilai rata-rata dari 98 siswa hasil praktek sesudah menggunakan media pembelajaran audio visual diperoleh 80,867.

3. Data Nilai Pre –tes dan Pos-tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa

Jangkauan (J) = Datum Terbesar – Datum Terkecil = 88 – 20

Data Interval Nilai Keterampilan Menulis Karangan Narasi Sebelum dan Sesudah Diterapkan Media Audio Visual

No. Nilai Pre-tes dan Pos-tes Frekuensi

1. 20 – 28 1

(59)

3. 38 – 46 58

4. 47 – 55 19

5. 56 – 64

-6. 65 – 73

-7. 74 – 82 65

8. 83 - 91 33

Jumlah = 11. 165 196

Berdasarkan tabel analisa tersebut maka untuk mengetahui pengaruh media pembelajaran audio visual terhadap kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar dapat diuji dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Nilai rata-rata pre-tes dan pos-tes. 1. Data pre-tes

´

X

=

∑ xn

´

X

=

4.10598

´

X = 41,887 2. Data pos-tes

´

X

=

∑ xn

´

(60)
(61)

=

−39,34693

0,257

=

0.506939,3469

t = -77,622 df = N - 1 = 98 - 1 T,95% df = 97

thitung = -77,622

Interpolasi 97 berada diantara 60 dan 120 Maka thitung = -77,622

Untuk df = 60 dan α = 0,05 di dapat 2,000 Untuk df = 120 dan α = 0.05 di dapat 1,980

ttabel = t0,95 S = 97 = 2,000 + 9897−60

−120 ( 2,000 – 1,980 )

2,000+ 37

−22 (0,02) 2,000 + (-1,682) (0,02) 2,000 + (-0,03364) = 1,96636

C. Pengujian Hipotesis

(62)

Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sebelum dan sesudah diterapkan media pembelajaran audio visual.

Ho: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sebelum dan sesudah diterapkan media pembelajaran audio visual.

Hipotesis statistik : Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 ≠ µ2

Berdasarkan pengolahan data keterampilan menulis karangan narasi tes

awal (pre-tes) dan tes akhir (pos-tes), maka diperoleh hitungt =¿

¿

-77,622

dengan taraf signifikan 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) dengan df 97 diperoleh

ttabel :1,96636 (interpolasi). Dengan demikian jika thitung > ttabel yaitu (-77,622 > 1,96636) maka Ho ditolak.

Dengan penolakan Ho maka Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan menulis karangan narasi siswa VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sebelum dan sesudah diterapkan media pembelajaran audio visual.

(63)

1. Hasil keterampilan tes awal (pre-tes) siswa pada menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sebelum diterapkan media pembelajaran audio visual diperoleh nilai rata-rata 41,887. Dari hasil pre-tes rentang yang diperoleh 0 – 55, hasil tersebut termasuk dalam kategori kurang sekali sebanyak 98 siswa.

2. Hasil keterampilan pos-tes siswa pada menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sesudah diterapkan media pembelajaran gambar berseri diperoleh nilai rata-rata 80,867. Dari hasil pos-tes rentang yang diperoleh 75 – 85. Hal ini membuktikan nilai pos-tes dalam kategori baik sebanyak 98 siswa.

3. Pengujian hipotesis -77,622 > 1,96636 telah membuktikan bahwa Ha diterima yaitu penerapan media pembelajaran audio visual membawa pengaruh yang signifikan dalam kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar.

(64)

E. Pembahasan Penelitian

1. Hubungan dengan Teori

Dari kajian teori dapat diartikan bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 2008:3). Pembelajaran menulis karangan narasi dengan media pembelajaran audio visual merupakan pembelajaran materi melalui penulisan karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan (Kosasih, 2011:9). Media pembelajaran audio visual merupakan pembelajaran yang menyenangkan dalam menghasilkan kegiatan menyusun ide, gagasan, dan pengalaman dalam bentuk bahasa tulis yang baik dan benar untuk menjunjung keberhasilan pembelajaran itu sendiri.

2. Hubungan dengan Pendidikan dan Pengajaran

(65)

Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi ialah guru dapat menggunakan satu media pembelajaran dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan ialah media pembelajaran audio visual.

Dari temuan penelitian, diketahui bahwa perolehan nilai rata-rata keterampilan menulis karangan narasi siswa sebelum diterapkan media pembelajaran audio visual adalah 41, 887, sementara pemerolehan nilai rata-rata keterampilan menulis karangan narasi setelah diterapkan medial pembelajaran audio visual adalah 80,867. Perbedaan pemerolehan nilai-nilai rata-rata antara keduanya menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan menulis karangan narasi siswa yang diterapkan media pembelajaran audio visual lebih tinggi daripada nilai rata-rata keterampilan menulis karangan narasi siswa sebelum diterapkan media pembelajaran audio visual. Hal tersebut menunjukkan bahwa keterampilan menulis karangan narasi siswa yang diajarkan dengan diterapkan media pembelajaran audio visual lebih baik daripada keterampilan menulis karangan narasi yang diajar sebelum diterapkan media pembelajaran audio visual.

(66)

mendapatkan perlakuan (menulis karangan narasi dengan media pembelajaran audio visual).

Media pembelajaran audio visual dianggap dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi. Hal ini didasarkan karena media pembelajaran tersebut mampu memenuhi fungsinya untuk meningkatkan motivasi dan minat siswa, serta mengembangkan keterampilan siswa berbahasa.

Setelah penelitian ini dirumuskan, maka hubungannya dengan pendidikan dan pengajaran adalah bahwa dengan dilaksanakannya penelitian ini ada beberapa hal yang disumbangkan berupa masukan guna meningkatkan mutu isi, proses, serta hasil pembelajaran dan pendidikan di sekolah, khususnya di VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar. Dengan demikian profesionalisme di dalam dunia pendidikan maupun tenaga kependidikan akan meningkat.

(67)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data serta berpedoman pada temuan penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil data yang diperoleh dalam pembelajaran menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar sebelum diterapkan media pembelajaran gaudio visual berada dalam kategori kurang, dengan nilai rata-rata pre-tes 41,887.

(68)

pembelajaran audio visual berada dalam kategori baik, dengan rata-rata pos-tes 80,867.

3. Tingkat keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar setelah diberi perlakuan di dalam proses pembelajaran menulis karangan narasi dengan diterapkan media pembelajaran audio visual lebih tinggi daripada sebelum diterapkan media pembelajaran audio visual.

B. Saran

Setelah penulis menarik kesimpulan dari hasil penelitian, maka dalam hal ini penulis memberikan saran yakni:

1. Penggunaan media pembelajaran audio visual merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah terutama dalam pembelajaran menulis karangan narasi.

2. Diharapkan guru melakukan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana guru harus lebih menonjolkan peran siswa dalam belajar dengan cara belajar dalam individu.

(69)

meningkatkan ketertarikan siswa terhadap pokok pembahasan yang diajarkan oleh guru.

Gambar

Tabel IAdapun desain penelitian ini adalah memakai desain I
Tabel IIIKeadaan  populasi  penelitian  di  SMP Swasta  RK  Bintang  Timur
Tabel IIIAspek Penilaian Tes Keterampilan Menulis
Tabel IIIKategori dan Skor Nilai
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menyempurnakan konsep pemikiran pada penelitian ini masih perlu dilakukan penelitian dengan sampel yang lebih besar dan juga penelitian lanjutan zat-zat

dia juga tipe pemikir (entah kenapa agak beda dengan saya, kalau saya kadang bertindak baru berfikir :D ), orang bertipe ini cenderung mempunyai rasa seni yang tinggi, suka

Pada zona publik, yang dimana dapat diakses oleh semua pengguna hanya terdapat pada zona parkir kendaraan, sedangkan untuk zona lainnya merupakan zona semi-publik

Kajian ekologi budaya bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik lingkungan ekologi dan sosial-budaya masyarakat adat etnis Wandamen-Papua dalam mengkonstruksi

rangkaian alat bantu tunanetra di dapati pada sensor ultrasonic HC-SR04 ketika membaca keadaan menagalami delay sekitar 5 detik, kemudian untuk membaca keadaan jarak

Keseimbangan labil : Sebuah pararel epipedum miring ( balok miring ) yang bidang diagonalnya AB tegak lurus pada bidang alasnya diletakkan diatas bidang datar, maka ia dalam

Pilihan pasar juga menentukan bahwa karakter Sponge Bob sangat unik dan keren.Untuk sifat dari karakter yang dibuat adalah karakter yang lucu dan konyol dipilih oleh pasar

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja diperlukan instrumen yang mampu mengukur indikator pertanggungjawaban setiap pelaksanaan tupoksi sesuai dengan TAP MPR RI Nomor :