BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Pengertian Risiko Nilai Tukar?
1.2.2 Bagaimana Mengukur Risiko Nilai Tukar?
1.2.3 Bagaimana Dampak Nilai Tukar?
1.2.4 Bagaimana Sistem Informasi Manajemen Risiko Nilai Tukar?
1.2.5 Bagaimana Pengendalian Risiko Nilai Tukar?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui Pengertian Risiko Nilai Tukar
1.3.2 Mengetahui Pengukuran Risiko Nilai Tukar
1.3.3 Mengetahui Dampak Nilai Tukar
1.3.4 Mengetahui Sistem Informasi Manajemen Risiko Nilai Tukar
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Risiko Nilai Tukar
Risiko Nilai Tukar adalah risiko kerugian akibat pergerakan yang berlawanan dari nilai tukar pada saat bank memiliki posisi terbuka.
Risiko Nilai Tukar merupakan risiko inherent dalam semua posisi atau transaksi dalam fx (foreign exchange). Dengan demikian pemilik dari risiko nilai tukar adalah setiap satuan kerja yang terlibat dalam kegiatan pembentukan posisi maupun satuan kerja yang terlibat dalam pelaksanaan transaksi fx. Satuan kerja tersebut terdiri dari Satuan Kerja Tresuri (Terasury Department/Division) , Credit Department khususnya dalam pemberian kredit dalam valuta asing , International Division di Kantor Pusat bank danInternationan Trade and Services Department (Bagian Eksport/Import dan Jasa Valuta Asing) di Cabang-Cabang serta unit penjualan dan pembelian valuta asing di semua gerai bank.
Risiko Nilai Tukar terdiri dari tiga jenis risiko:
1. Risiko Transaksi
Merupakan potensi naik turunnya arus kas perusahaan (berkaitan dengan valuta asing) akibat nilai tukar.
Risiko transaksi nilai tukar berlaku untuk:
(1) Transaksi Masukan adalah transaksi yang menyebabkan masuknya uang perusahaan. Contoh; penjualan & investasi sekuritas.
(2) Transaksi Keluaran adalah transaksi yang menyebabkan perusahaan berkewajiban membayar. Contoh; pembayaran impor bahan baku & pembayaran kewajiban.
2. Risiko Akuntansi ( Risiko transaksi atau risiko konsolidasi)
Merupakan potensi fluktuasi laba perusahaan.
(1) Perusahaan jenis pertama adalah mereka yang memiliki pinjaman/ asets dalam mata uang asing.
(2) Perusahaan jenis kedua yang terkena risiko akuntansi adalah mereka yang memiliki cabang/ anak perusahaan di luar negeri.
3. Risiko Ekonomi
Risiko ekonomi merupakan potensi fluktuasi nilai perusahaan atau kekayaan pemegang saham akibat perubahan nilai tukar. Dengan kata lain, risiko ekonomi berkaitan dengan potensi fluktuasi pada eksposur korporat. Eksposur korporat berupa nilai perusahaan atau kekayaan pemegang saham. Bagi perusahaan yang telah go public, eksposur korporat tercermin pada harga saham. Karena harga saham merupakan objek yang perlu dikukur, dimonitor, dan dikendalikan terhadap resiko dan objek tersebut mencerminkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Nilai perusahaan atau harga saham tergantung pada dua variabel: ekspektasi arus kas dan factor diskon. Perubahan nilai tukar bias menyebabkan perubahan arus kas.
Dampak perubahan nilai tukar terhadap ekspektasi arus kas sangat beragam, tergantung dari aktivitas perusahaan. Bagi perusahaan yang menggunakan bahan baku impor dan pembayaran dalam US$, sedangkan penjualan produk hanya di dalam negeri dalam pembayaran Rupiah, melemahnya Rupiah terhadap US$ berdampak sangat buruk. Ini sudah terbukti selama krisis sejak pertengahan tahun 1997. Karena beban pembayaran bahan baku impor meningkat, sedangkan nilai jual tidak meningkat seperti naiknya biaya bahan baku tersebut.
Sebaliknya, menguatnya Rupiah terhadap US$ menguntungkan pengguna bahan baku impor. Perusahaan dapat menghemat Rupiah untuk membayar bahan baku sementara penjualan konstan, atau bahkan meningkat. Akibatnya, ekspektasi keuntungan membaik dan ekspektasi arus kas juga membaik.
Faktor diskon mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Semakin tinggi persepsi mengenai tingkat risiko perusahaan, semakin tinggi juga faktor diskon. Dampaknya, nilai perusahaan atau harga saham semakin kecil.
Melemahnya Rupiah cenderung menyebabkan faktor diskon meningkat. Depresiasi Rupiah terjadi karena memburuknya kondisi ekonomi, bahkan juga memburuknya kondisi politik dan pemerintahan, keamanan, dan potensi ekonomi. Hal-hal tersebut menyebabkan hilangnya daya tarik investasi karena investor takut. Ketakutan tersebut kemudian tercermin dalam faktor diskon.
2.2 Pengukuran Risiko Nilai Tukar :
1. Dalam menilai eksposur risiko nilai tukar yang melekat pada beberapa aktivitas fungsional, Bank sekurang-kurangnya dapat mengukur beberapa parameter, antara lain:
(1) coverage potential loss karena fluktuasi nilai tukar, dari sisi penanaman dana termasuk transaksi rekening administratif;
(2) potential loss karena fluktuasi nilai tukar, dari sisi penghimpunan dana termasuk komitmen pada transaksi rekening administratif.
2. Disamping parameter tersebut di atas, dalam pengukuran risiko nilai tukar maka Bank harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
(1)
Faktor Struktural, yang meliputi:
a. tingkat permodalan Bank yang memperhitungkan risiko nilai tukar sebagaimana yang diwajibkan oleh ketentuan yang berlaku;
b. potensi volatilitas rasio permodalan Bank berdasarkan perhitungan nilai tukar terhadap rekening/posisi dalam denominasi mata uang asing;
c. eksposur risiko nilai tukar, seperti:
(2)
Faktor Strategik
a. efektivitas lindung nilai untuk mengendalikan eksposur risiko nilai tukar, seperti matching arus kas, lindung nilai pendapatan yang diproyeksikan, dan penggunaan kontrak finansial, seperti futures dan options ;
b. volume dan jangka waktu posisi yang berdenominasi mata uang asing; c. volume dan jangka waktu cross currency mismatches;
d. dampak perubahan strategi usaha Bank.
(3)
Faktor Eksternal,
seperti dampak dari kondisi ekonomi , perubahan ketentuan, dan persaingan pasar terhadap eksposur risiko nilai tukar.
Dalam melakukan manajemen resiko nilai tukar, terdapat dua informasi penting yaitu:
1. Informasi mengenai kondisi ekonomi berbagai negara yang sedang terjadi saat ini dan kita antisipasi dan informasi historis mengenai pergerakan nilai.
2. Informasi mengenai arus kas dalam tiap mata uang yang sedang terjadi saat ini dan diantisipasi dalam setiap anak perusahaan.
Kedua informasi tersebut diatas diperlukan untuk me-managepengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar dimana informasi pertama dapat kita gunakan untuk meramalkan nilai tukar di masa yang akan datang, sedangkan informasi yang kedua dapat kita gunakan untuk mengukur pengaruh fluktuasi nilai mata uang terhadap arus kas perusahaan.
Cara me-manage pengaruh fluktuasi nilai tukar adalah dengan melakukan analisa terhadap: 1. Bagaimana eksposur dapat mempengaruhi arus kas berdasarkan berbagai scenario nilai
2. Perlu atau tidak dilakukan batasan terhadap eksposur dan teknik batasan mana yang dipilih untuk meminimalisir risiko.
Ada saatnya dimana perusahaan dipengaruhi oleh perubahan kurs. Ini disebut dengan eksposur. Secara khusus, perusahaan multinasional menghadapi eksposur transaksi, translasi dan ekonomi, yang berubah akibat kurs valas dan mempengaruhi perusahaan dalam cara yang berbeda dan memerlukan teknik manajemen yang berbeda.
Ada tiga cara pengukuran eksposur yaitu:
1. Translation exposure
Merupakan eksposur laporan rugi/laba dan Neraca MNC terhadap perubahan-perubahan nilai tukar nominal. MNC harus mengkonsolidasi rekeningnya ke dalam mata uang lokal melalui cash flow-nya yang didenominasi mata uang asing ke dalam mata uang lokal. Sebagai contoh jika perusahaan memiliki rekening dalam mata uang asing pada bank luar negeri, ukuran/jumlah deposit dalam mata uang asing tidak terpengaruh, tetapi jumlah deposit yang dilaporkan dalam laporan keuangan (dalam mata uang domestic) akan berpengaruh pada statements konsolidasi dari subsidiary asing kepada perusahaan induknya, nilai dari beberapa pos-posnya akan bervariasi dari waktu ke waktu terhadap kurs valas. Translaction exposure secara sederhananya merupakan perbedaan antar exposed assets dan exposed liabilities. Exposed berarti bahwa nilai dari aset yang dihitung dalam reporting currency (mata uang negara asal) turun akibat devaluasi functional currency.
2. Transaction exposure
atau penerimaan tersebut belum jatuh tempo, kurs nominal dapat berubah dan membuat nilai transaksi ada dalam risiko. Contohnya adalah piutang dan hutang dalam valas.
3. Economic exposure
Adalah eksposur valas cash flows perusahaan terhadap perubahan-perubahan nilai tukar riil (mengukur perubahan-perubahan nilai tukar yang mempengaruhi nilai perusahaan yang diukur dalam ekspektasi cash flows masa datang). Eksposur yang didasarkan pada nilai-nilai pasar mengasumsikan bahwa tujuan financial perusahaan adalah untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham
2.3 Dampak Nilai Tukar
Dampak nilai tukar mirip dengan dampak suku bunga. Nilai tukar dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dari sisi arus kas, asset, maupun kewajiban. Perusahaan mengalami kerugian pada sisi asset dan arus kas masuk bila mata uang asing melemah terhadap Rupiah. Dan juga sebaliknya.
Kondisi sebaliknya terjadi pada sisi kewajiban dan arus kas keluar. Perusahaan mendapat keuntungan bila valuta asing melemah terhadap Rupiah. Dan sebaliknya.
2.4 Sistem Informasi Manajemen Risiko Nilai Tukar:
1) Sistem informasi harus dapat memantau perubahan nilai tukar secara harian serta pengaruh dari perubahan tersebut terhadap pendapatan dan permodalan Bank.
yang mampu memantau eksposur risiko nilai tukar dan pergerakan nilai tukar secara harian, serta mengembangkan sistem tersebut sehingga pergerakan dimaksud dapat dipantau secara real time basis .
3) Satuan Kerja Manajemen Risiko bertanggung jawab menyusun dan mendistribusikan laporan secara akurat dan tepat waktu, mengenai:
(1) keuntungan dan kerugian dari eksposur risiko nilai tukar;
(2) sensitivitas eksposur terhadap kerugian sebagai dampak dari perubahan nilai tukar di pasar
(3) potensi kerugian yang dapat terjadi karena perubahan nilai tukar di pasar.
4) Satuan Kerja Manajemen Risiko harus mengkaji secara berkala kecenderungan perubahan nilai tukar atau kemungkinan terjadinya tekanan pasar. Hasil kajian tersebut selanjutnya disampaikan kepada Komite Manajemen Risiko dan Direksi sebagai bahan evaluasi untuk meninjau kembali eksposur risiko nilai tukar yang ada dan limit yang
ditetapkan.
2.5 Pengendalian risiko nilai tukar :
1). Bank harus melaksanakan pengendalian risiko nilai tukar yang bertujuan untuk:
(1) melindungi nilai keuntungan dalam denominasi FX dan atau biaya dan kerugian dalam denominasi FX terhadap pergerakan yang berlawanan dari FX currency rates;
(2) mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dan pemilihan strategi lindung nilai yang tepat terhadap penyediaan dana dan transaksi yang mencakup eksposur risiko kredit dalam FX currencies; memprioritaskan pembentukan provisi dalam FX currencies yang ekuivalen dalam jumlah mata uang domestik.
3) Pengendalian risiko nilai tukar yang tepat harus ditetapkan dan diterapkan secara efektif dalam rangka memenuhi batasan dan persyaratan yang diatur dalam ketentuan yang berlaku.
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
membutuhkan manajemen dan strategi mengatasinya. Seperti yang dibahas di atas, strategi yang dapat diambil antara lain adalah Bank harus melaksanakan pengendalian risiko nilai tukar yang bertujuan untuk melindungi nilai keuntungan dalam denominasi FX dan atau biaya dan kerugian dalam denominasi FX terhadap pergerakan yang berlawanan dari FX currency rates dan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dan pemilihan strategi lindung nilai yang tepat terhadap penyediaan dana dan transaksi, aktivitas fungsional atau satuan kerja Bank yang tidak memiliki limit posisi FX currency tidak diperkenankan untuk melakukan transaksi dengan risiko FX currency, sehingga posisi yang tidak memiliki otorisasi dapat segera diidentifikasi dan diatasi permasalahannya, pengendalian risiko nilai tukar yang tepat harus ditetapkan dan diterapkan secara efektif dalam rangka memenuhi batasan dan persyaratan yang diatur dalam ketentuan yang berlaku
Sementara pentingnya manajemen risiko itu sendiri yaitu dapat menunjukan bahwa manajemen dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengendalikan resiko keuangan serta harapan yang besar dari investor pihak-pihak berkepentingan lainya, agar manajer keuangan mampu mengidentifikasikan dan mengelola resiko nilai tukar yang dihadapi secara aktif.
DAFTAR PUSTAKA
http://pipimafia.blogspot.com/2009_05_01_archive.html