• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Fiber Press Di unit Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. PKS Multimas Nabati Asahan – Kuala Tanjung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Fiber Press Di unit Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. PKS Multimas Nabati Asahan – Kuala Tanjung"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Berdasarkan bukti–bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria,

Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal

dari Amerika, yakni Brazilia, Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit

berasal dari daratan tersier, yang merupakan daratan penghubung yang terletak

diantara Afrika dan Amerika. Kedua daratan ini kemudian terpisah oleh lautan

menjadi benua Afrika dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit

ini tidak lagi dipermasalahkan orang.

Kelapa sawir (Elaeis guineesis) saat ini telah berkembang pesat di Asia

Tenggara, khususya Indonesia dan Malaysia dan justru bukan di Afrika Barat atau

Amerika yang di anggap daerah asal usulnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke

(2)

2.1.1. Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit

Menurut Hunger (1942) pada tahun 1869 pemerintah kolonial belanda

mengembangkan tanaman kelapa sawit di muara enim pada tahun 1970 di musi

hulu. Bapak kelahiran industri perkebunan kelapa sawit di indonesia adalah

seorang Belgia bernama Adrien Hallet. Beliau pada tahun 1911 membudidayakan

kelapa sawit secara komersil dalam bentuk perkebunan di sungai liput (Aceh) dan

pulau raja (Asahan).

Pada masa penjajahan belanda pertumbuhan perkebunan besar kelapa

sawit telah berjalan sangat cepat sehingga sangat menguntungkan perekeonomian

pemerintah Belanda. Pada masa pendudukan jepang 1942, pemerintah

pendudukan meneruskan perkebunan kelap sawit ini dan hasilnya dikirim ke

Jepang bahan mentah industri Jepang.

Pada tahun 1947 pemrintah Belanda merenut kembali dua pertiga dari

perkebunan yang pernah dikuasai kelaskaran (Stoler, 1985). Kemudian menjelang

akhir tahun 1948 maskapai–maskapai perkebunan asing hampir memperoleh

perkebunan mereka masing–masing dan mennjadi milik mereka kembali.

Pada akhir tahun 1957 seluruh maskapai milik Belanda diambil alih oleh

pemerintah Indonesia dan pada masa orde lama relative perkebunan sawit sangat

terlantar, karena tidak ada peremajaan dan rehabilitas pabrik (Risza Suyatno,

(3)

2.1.2 Pengembangan Industri Kelapa Sawit Di Indonesia

Minyak sawit merupakan perkebunan yang memiliki prospek yang cerah dimasa

mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari minyak sawit.

Minyak sawit disamping digunakan sebagai bahan mentah industri non pangan.

Dalam perekonomian indonesia komoditas kelapa sawit memegang peranan yang

cukup strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang cerah sebagai

devisa. Komoditas ini pun mampu pula menciptakan kesempatan kerja yang luas

dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Luas perkebunan kelapa sawit di indonesia hingga tahun 1993

diperkirakan telah mencapai 1,6 juta hektar dan jumlah produksi minyak

indonesia pada tahun 1993 dalam bentuk CPO berkisar 3,7 ton. Penggunanaan

minyak kelapa sawit sebagai minyak goreng telah mencapai 55,3% atau

menignkat 27% per tahun. Saaat ini minya goreng merupakan penyerap utama

konsumsi minyak di dalam negri. Industri lain menggunakan kelapa sawit ini

adalah insudtri margarine, sabun, dan isdustri kimia lainnya.

Penghasil minyak terbesar di dunia adalah malaysia dan disana kelapa

sawit merupakan sumber devisa utama sejak tahun 1970 sehingga kedudukan nya

cukup mantap. Indonesia yang menempati posisi kedua setelah malaysia relatif

masih jauh tertinggal terutama dari segi teknologi budidaya, pengolahan dan

(4)

2.2 Varietas Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas kelapa sawit yang telah di kenal. Varietas – varietas itu

dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah. Selain varietas –

varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul dan mempunyai

beberapa keistimewaan.

2.2.1. Pembagian Varietas Berdasarkan Ketebalan Tempurung Dan Daging Buah

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal tiga varietas kelapa

sawit yaitu :

1. Dura

Tempurung cukup tebal 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada

bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipisi dengan persentase daging buah

terhadap buah bervariasi antara 35 – 36%. Kernel daging biji biasanya dengan

kandungan minyak yang rendah.

2. Psifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging

buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan

daging buah biji sangat tipis. Jenis psifera tidak dapat diperbanyak tanpa

menyilangkan jenis lain. Variestas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril

(5)

3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat – sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu

dura dan psifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan saat ini.

Tempurung menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4mm dan terdapat

lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi,

antar 60 – 96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak dari pada

dura.

2.2.2. Varietas Unggul

Pada saat ini, telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang dianjurkan

untuk ditanam di perkebunan. Varietas – varietas unggul tersebut dihasilkan

melalui hibridasi atau persilangan buatan antara varietas dura sebagai induk betina

dengan varietas psifera sebagai induk jantan. Terbukti dai hasil pengujian yang

dilakukan selama bertahun – tahun, bahwa varietas – varietas tersebut mempunyai

kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya (Tim Penulis,

2000).

(6)

Seperti minyak yang lain, minyak sawit tersusun dari unsur – unsur C, H, O.

Minyak ini terdiri dari fraksi cair dan fraksi padat dengan perbandingan seimbang.

Penyusun fraksi padat sendiri dari asam lemak jenuh, antara lain asam miristat

(1%), asam palmitat (45%), asam stearat. Sedangkan fraksi cair tersusun dari

asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari asam oleat (39%) dan asma linoleat

(11%). Komposisi tersebut ternyata agak berbeda jika dibandingkan dengan

minyak inti sawit dan minyak kelapa.

Perbedaan jenis asam lemak penyusunya dan julah rantai sam lemak yang

membantu trigliserida dalam minyak inti sawit dan minyak sawit menyebabkan

kedua jenis minyak tersebut mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan.

Minyak sawit dalam suhu kamar bersifat padat sedangkan pada suhu yang sama

minyak inti sawit berbentuk cair (Tim Penulis,2000).

Berikut beberapa gambar dari asam lemak jenuh

2.3.1. Sifat Fisika – Kimia

Sifat fisika – kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, flavor, kelaruta, titik

cair, titik didih, titik penolakan, slipping, shot melting, bobot jenis, indeks bias,

titik kekeruhan, titik asap, titik nyala dan titik api. Warna minyak ditentukan oleh

adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam – asam

lemak trigiserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya

(7)

2.4. Pengolahan Kelapa Sawit

2.4.1 Stasiun Timbangan (Weight Bridge)

Setiap truk pengangkut buah sawit yang tiba di pabrik terlebih dahulu ditimbang

di jembatan timbang untuk memperoleh bruto dan tarra. Selisih antara bruto dan

tarra adalah jumlah buah sawit yang diterima di Pabrik (netto).Penimbangan

dilakukan pada saat truk berisi buah. Kapasitas timbangan di Pabrik kelapa sawit

PT. MNA adalah maksimal ±50 ton(Sunarko,2007).

2.4.2 Stasiun Sortasi

Mutu dan rendemen hasil olah sangat dipengaruhi oleh mutu tandan buah Segar.

Sortasi buah kelapa sawit berfungsi sebagai alat penilai mutu suatu buah kelapa

sawit (kelayakan buah yang akan diolah menjadi CPO).Dengan cara memilih TBS

yang berkualitas baik maupus yang bekualitas buruk. Sesuai konfirmasi rentimasi

rendemen dari from A.

Pada kegiatan ini dilakukan pemulangan dan pemotongan pada buah–buah yang

tidak masuk dalam kriteria. Buah yang di terima di PKS ini adalah buah yang

berjenis dura dan terera, buah yang masak dan memenuhi standart. Kriteria buah

yang di pulangkan atau tidak di terima antara lain :

a. Buah Mentah yaitu buah yang tidak matang dimana buah dalam satu

tandan berwarna hitam dan daging buah warna kuning keputihan

b. Buah Tandan Kosong yaitu buah sawit yang tidak memiliki brondolan,

hal ini bisa terjadi akibat proses pemanenan yang sudah lewat masa

(8)

c. Buah Sakit yaitu buah yang tidak bagus. Buah yang berwarna matang

tetapi tidak dapat membrondol dan daging buah tersebut membusuk dan

gugur.

d. Buah Jantan yaitu buah yang gak jadi yang berukuran kecil yang tidak

mempunyai biji.

Tabel 2.4.2. Kriteria Kematangan Buah Berdasarkan Fraksi Panen

Fraksi Dura Psifera

00 7-8% 10-11%

0 12-13% 15-16%

I 18-18,5% 20,5-21%

II 19% 21,75-22%

III 18-18,5% 20,5-21%

IV 18-18,5% 20,5-21%

V 17-18% 20-20,5%

2.4.3. Stasiun Loading Ramp

TBS yang telah ditimbang kemudian buahnya tuang kedalam loading ramp.

Loading ramp adalah suatu bangunan bidang T dengan sudut kemiringan 45º.

Pada loading ramp dilengkapi pintu – pintu sebanyak 52 pintu dimana samping

kanan / samping kiri yaitu 14 / 4 dan depan 24 pintu yang digerakkan secara

hidrolik agar memudahkan masuknya TBS kedalam lori. Dilantai loading ramp

perlu diperhatikan agar buah jangan berserakan dilantai dengan tujuan agar

brondolan tidak tergilas sehingga mengakibatkan tinggi nya lossis karena buah

(9)

2.4.4 Stasiun Sterilizer

Pada stasiun sterilisasi buah-buah yang berada didalam lori direbus dengan

menginjeksi uap pada suhu dan tekanan tertentu, satu sterilizer memiliki kapasitas

6 lori dengan waktu perebusan ± 90 menit. Sistem sterilisasi menggunakan system triple peaksterilization, dimana puncak pertama digunakan untuk membebaskan

udara, punca kedua digunakan untuk membebaskan air dari TBS serta inaktivasi

enzim, dan puncak ketiga untuk mematangkan tandan. Pada suhu steam pada

sterilizer ±140oC.

Gambar 1. Sistem Perebusan Triple Peak

Keterangan :

Tekanan dan temperature pada steam perebusan 3 puncak adalah :

Puncak pertama : 1,5 bar, ± 128oC

Gambar 1. Sistem Perebusan Triple Peak

(10)

Dengan fungsi setiap peak nya adalah :

1. Peak 1 yaitu untuk membuang udara yang terdapat di dalam sterilizer.

2. Peak 2 yaitu untuk membuang kadar air dan zat asam. Untuk menekan kembali

sisa-sisa udara yang masih tersisa dalam bejana dan membuang udara bersama

uap air dan bersamaan dengan kondensat.

3. Peak 3 yaitu untuk memaksimalkan perebusan.Dan untuk pematangan buah

TBS ( tandan buah segar).

2.4.5. Stasiun Tippler

Buah-buah yang telah di sterilisasi dibawa keluar dan diangkut menggunakan

transfer carry buah masak. Buah pada transfer carry buah masak akan dibawa ke

Tipler dengan menggunakan capstan. Tipler merupakan alat yang berfungsi

menuangkan buah-buah dalam lori kedalam scrupper under tipler. Rata-rata

penuangan satu lori memerlukan waktu 6-8 menit , untuk kapasitas 7 lori per/ jam

untuk satu tipler .Selanjutnya scrapper under tippler akan membawa buah ke

stasiun Theser.

2.4.6 Stasiun Press dan Thresser

Thresser berfungsi untuk melepaskan atau memisahkan buah dari janjangan yang

(11)

untuk memipil buah yang dibawa dari scrapper under tipler, sedangkan thresser 2

berfungsi untuk memipil janjangan yang belum membrondol seluruhnya.

Sebelum masuk ke thresser 3, janjangan masuk kedalam double crusher

agar proses pemipilan bisa saempurna. Pada thresser terdapat lifting bar yag

berfungsi untuk melempar janjangan. Janjangan berada di thresser selama ± 3

menit. Putaran dari thresser ± 23 rpm.

Putaran dari thresser bergantung pada ukuran janjangan. Janjangan yang

sudah membrondol di thresser 3 masuk ke empty bunc horizontal scrapper lalu

jatuh ke empty bunch inclined scrapper lalu didistribusi ke empty bunch press

conveyor lalu masuk ke bunch press. Disini janjangan di press untuk di ambil

minyak yang tekandung di janjangan. Minyak hasil pressan dari janjangan

ditampung di sludge colecting lalu dipompakan ke empty bunch tank sedangkan

janjangan akan jatuh ke shredder untuk dicacah sebelum dijadikan bahan bakar

boiler (Iyung P,2006).

1. Digester

Digester merupakan tanki silinder tegak yang berfungsi untuk melumatkan

buah setelah proses perebusan .Yang dilengkapai dengan pisau pisau ,digester

nya terdapat 5 tingkat pisau yang 4 masing – masing terdiri 2 pisau yaitu long

arm dan short arm yang befungsi untuk mengaduk brondolan yang ada di digester

dan pisau expeller yang berfungsi untuk untuk mendorong buah yang sudah

terlumatkan keluar dari digester dan masuk kedalam press dengan kecepatan

(12)

2. Screw Press

Buah-buah yang telah diaduk,secara bertahap dengan pisau-pisau pelempar

dimasukkan ke dalam screw press.berfungsi untuk mengepress fruit yang sudah tercacah oleh degester yang digerakkan oleh electromotor. Kapasitas 15 ton/jam

dengan tekanan 38-42 Ampere. Tujuan dari pengepresan adalah Memperkecil

kehilangan minyak dalam fruit, sehingga kehilangan minyak akan lebih

rendah.alat ini terdiri dari press cage yang berlubang – lubang dan didalamnya

terdapat 2 buah ulir (screw) yang berputar berlawanan arah. Tekanan kempa

diatur oleh 2 buah konus, berada pada bagian ujung pengempa yang dapat

digerakkan maju – mundur secara hidrolis. Minyak hasil pressan akan mengalir

ketalang oil gutter. Sementara fiber dan nut dilewatkan kedalam CBC dan

selanjutnya diproses di depericarper. Oil losses pada screw press max 4%

(Naibaho,P,1996).

2.4.7. Stasiun Clarification

Pada proses ini minyak kasar mendapat diproses sedemikian rupa hingga

mencapai hasil yang lebih murni yang sesuai atau yang diharapkan. Adapaun

perlakuan distasiun ini sebagai berikut :

1. Crude Oil Gutter

Crude oil gutter adalah tempat atau jalur minyak hasil dari pressan menuju

sandtrap tank. Dimana dalam crude oil gutter terjadi penambahan air panas

(dillution water) antara 22%-24 %. Pemberian air delution/air panas dimaksudkan

(13)

di sandtrap tank dan memudahkan pemisahan minyak pada sandtrap tank dan

vibrating screen.

2. Sandtrap Tank

Sand trap tank, alat ini dipakai dengan tujuan memisahkan pasir dari minyak kasar

yang berasal dari screw press. Dengan cara mengendapkan, tujuanny auntuk

mempermudah pemisahan minyak dan pasir tangki dengan maksud agar ayakan

terhindar dari gesekan pasir kasar yang dapat menyebabkan kehausan pada

ayakan. Dengan suhu minyak kasar 90-95oC. Yang bertujuan untuk

mempermudah pemisahan antara minyak dan sludge pada sandtrap tank.

3. Vibrating Screen

Minyak kasar yang telah melalui sand trap tank, dialirkan ke vibrating screen 1,2,

dan 3. Saringan bergetar dengan 2 tingkat (tingkat atas saringan 20 mesh dan

tingkat bawah saringan 30) dipakai untuk memisahkan ampas dari minyak kasar.

Saat penyaringan berlangsung, ampas saringan dijatuhkan ke fruit bootom

conveyor sedangkan minyak hasil penyaringan di alirkan ke COT.

4. Crude Oil Tank (COT)

Crude oil tank 1 adalah tangki penampungan minyak kasar sekaligus pengendapan

pengotor untuk selanjutnya dikirim ke continous Settling tank(CST) .Pada COT

ini lah merupakan bak penampungan minyak kasar dan mengendapkan kembali

pasir, kotoran dan sludge yang lolos dari vibrating screen. COT ini dilengkapi

(14)

agar mempermudah proses pemisahan minyak pada proses selanjutnya. Suhu yang

digunakan pada COT berkisar antara 85-95 oC .

5. CST (Continous Settling Tank)

Di CST ini dilakukan pemisahan antara minyak dengan sludge dilakukan dengan

pengendapan secara gravitasi dalam tangki silindris. Pemisahan berlangsung

secara kontinu dengan umpan utama adalah crude oil yang berasal dari COT 1 dan

Sludge drain reclamed tank.

Minyak yang terkumpul pada lapisan atas dikutip melalui skimmer yang dapat

diatur naik turun sesuai dengan ketebalan lapisan minyak yang terapaung dan

selanjutnya dialirkan ke oil tank. Sludge dari bagian bawah melalui corong

pelimpah yang selanjutnya dialirkan ke COT2. Tangki pisah dilengkapi dengan

pemanas uap terbuka (injeksi uap) dan tertutup (steam coil).

6. Decanter

Decantermerupakan alat untuk memisahkan minyak, air, dan padatan. Decanter

yang dipakai adalah decanter 3 phase, dengan prinsip sentrifugal .Decanter

mengutip minyak yang masih terikat pada sludge tersebut. Putaran decanter ±3000

rpm dengan suhu 90-95oC. Solid dialirkan ke solid bunker, heavy phase akan

dialirkan ke sludge fit, sedangkan light phase dialirkan ke reclamed tank.

7. Oil Tank

Minyak dari CST dialirkan ke oil tank dengan tujuan mengendapkan kotoran dan

(15)

85 °C. Panas yang ada menyebabkan air dan kotoran yang terikut dari CST akan

turun ke lapisan bawah. Kotoran dan air ini di akan di drain dan ditampung

direclamed tank untuk diproses kembali. Minyak dari oil tank (masih

mengandung kadar air ± 0,6 % dan sejumlah kotoran).

8. Vacum Dryer

Vakum dryer adalah alat yang digunakan untuk mesin yang berfungsi untuk

mengeringkan atau menurunkan kandungan air pada suatu minyak dengan suhu

yang sudah di tetapkan suhu 80 - 85 °C, di sini minyak disemprotkan dengan

menggunakan nozzle sehingga campuran minyak dan air tersebut akan pecah, hal

ini akan mempermudah pemisahan air di dalam minyak. yang bertekanan antara –

(680-760) mmHg.

9. Storage Tank

Storage Tank adalah Tangki timbun , tempat yang di gunakan untuk menyimpan

produk minyak sebelum di distribusikan ke konsumen. Didalam Stronge tank ini

memiliki suhu berkisar Suhu 45°-75°C dengan kapasitas 500mt setiap storage tank.

2.5. Tujuan Pengempaan

Tujuan pengempaan adalah memeras minyak sebanyak mungkin dari massa

(16)

dipakai kempa ulir ganda, karena kempa ulir adalah yang palijg sesuai buah

tenera. Didalam suatu silinder mendatar yang dindingnya berperforasi bekerja dua

ulir dengan arah putar yang berlawanan. Pada ujung pengeluaran silinder terdapat

suatu konus yang menenkan massa ampas kempa yang akan keluar. Tekanannya

dapat diatur secara optimal. Pengaturan posisi konus dapat silakukan berdasarkan

tekanan dalam kempa atau berdasarkan pemakaian listrik. Dinding silinder scara

terus menerus dibilas dengan semprotan air panas. Juga kedalam massa

disemprotkan uap. Kapasitas dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya.

Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas kempa,

tetapi banyak biji yang pecah dalam kempa. Oleh karena itu pilihan tekanan

kempa adalah kompromi antara kedua hal tersebut. Untuk tenera kompromi

tersebut tercapai pada tingkat kehilangan minyak 7,5% terhadap zat kering. Untuk

buah dura kehilangan ini akan lebih tinggi lagi, karena angka perbandingan biji

dengan bagian serabut jauh lebih tinggi. Sehubungan dengan ini terdapat

hubungan yang jelas antara komposisi ampas kempa, gaya, kehilangan minyak

dalam serabut, tebal cangkang, dan persentasi biji pecah.

Ada beberapa tipe kempa ulir, namun pada prinsip nya adalah sama,

dengan kapasitas normal 10 – 15 ton TBS/jam. Bahkan ada kempa yang mampu

bekerja dengan kapasitas berubah – ubah antara 6 – 20 ton TBS/jam tergantung

pada keadaan, dengan mengatur putaran sumbu utama (Mangoensoekarjo, 2003).

2.6 Faktor yang mempengaruhi efesiensi pengepressan

(17)

Terdapat tiga tipe screw press yang umum digunakan dalam PKS yaitu Speichim,

Usine de wecker dan stork. Ketiga jenis alat ini mempunyai pengaruh yang

berbeda – beda terhadap efisiensi pengempaan. Alat kempa Speichi, memiliki

feed screw, sehingga kontiniunitas dan jumlah bahan yang masuk konstan

dibandingkan dengan adonan masuk berdasarkan gravitasi. Kontiniunitas adonan

yang masuk kedalam screw press mempengaruhi volume worn yang paralel

dengan penekan ampas, jika kosong maka tekanan akan kurang dan oil losses

dalam ampas akan tinggi. Melihat kondisi ini beberapa pabrik pembuat screw

press menggunaka feed screw, karena disampinh pengisian yang efektif juga

melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan rendah sehingga minyak

keluar.

Penggunaan feed screw akan menimbulkan pertambahan investasi dan

biaya perawatan yang besar. Oleh sebab itu dalam pengoperasianya perlu

diperhatikan yang lebih sensitif. Type stork memproduksikan alat press yang

terdiri dari alat menggunakan feed screw dan tanpa feed screw. Sedangkan usine

de wecker tidak dilengkapi dengan feed screw. Screew press terdiri dari single

shaft dan double shaft yang memiliki kemampuan press yang berbeda – beda,

dimana alat press yang double shaft umumnya kapasitasnya lebih tinggi dari

single shaft.

b. Tekanan kerja screw press

Penggerak as screw press dilakukan dengan electromotor yang dipindahkan

(18)

adalah 19 – 21 KWH dengan putaran shaft 12 – 14 rpm. Efektifitas tekanan ini

tergantung pada hydraulic cone yang sesuai untuk single pressing diberikan

tekanan pada tahap awal 40 – 50 bar dan pada single pressing menggunakan 40 –

50 bar dan pada double pressing menggunakan tekanan 30 – 35 bar.

c. Air pengencer

air pengencer yang diberikan pada alat screw press tergantung pada jenis alat.

Pemberian air pengencer dilakukan dengan cara menyiram cake dalam pressan

dari bagian atas bagian tengah atau chute screw press. Jumlah air pengencer yang

diberikan tergantung pada suhu air pengencer semakin tinggi air pengencer maka

Gambar

Tabel 2.4.2. Kriteria Kematangan Buah Berdasarkan Fraksi Panen
Gambar 1. Sistem Perebusan Triple Peak

Referensi

Dokumen terkait

Program Studi Diploma Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi1. Universitas Kristen Satya Wacana

Perancangan Sistem Pengamanan dan Kompresi Data Teks dengan Fibonacci Encoding dan Algoritma Shannon-Fano serta Algoritma Deflate.. Universitas

Harapan tersebut akan terwujud dengan adanya peran profesional guru yang salah satunya profesional dan kompeten dalam hal pedagogis yang meliputi Pemahaman karakteristik peserta

[r]

Ada perbedaan yang signifikan antara kualitas tidur anak obesitas dengan anak tidak obesitas pada anak di SD Negeri Serang Sendangsari Pengasih Kulon Progo.. Bagi

(Banua Ginjang) , Alam Tengah (Banua Tonga) dan Alam Bawah (Banua Toru). Alam Atas terbagi dalam 7 lapisan, pada lapisan yang tertinggi merupakan tempat bertahtanya Mulajadi

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan status gizi balita dengan perkembangan motorik kasar pada balita usia 1-5 tahun di Posyandu RW 05 Wilayah Kerja

Cost categories that can be used by PT Semen Tonasa in realizing the company's environmental performance and better meet stakeholder needs, including: prevention