• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kompensasi Finansial Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bank Riau Kepri Kecamatan Kabun Rokan Hulu Provinsi Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kompensasi Finansial Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bank Riau Kepri Kecamatan Kabun Rokan Hulu Provinsi Riau"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kompensasi Finansial

2.1.1 Pengertian Kompensasi Finansial

Kompensasi merupakan kontra prestasi terhadap penggunaan tenaga atau

jasa yang telah diberikan oleh tenaga kerja. Kompensasi merupakan jumlah paket

yang ditawarkan organisasi kepada pekerja sebagai imbalan atas penggunaan

tenaga kerjanya. Kompensasi langsung merupakan kompensasi seperti upah dan

gaji atau pay for performance, seperti insentif dan Gain sharing. Pemberian Kompensasi dapat terjadi tanpa ada kaitannya dengan prestasi, seperti upa dan

gaji. Upah adalah kompensasi dalam bentuk uang dibayarkan atas pelepasan

tanggung jawab atas pekerjaan. Upah dipergunakan untuk memberikan

kompensasi kepada tenaga kerja yang kurang terampil, sedangkan untuk tenaga

terampil biasanya digunakan pengertian gaji. Namun Kompensasi dapat pula di

berikan dalam bentuk insentif, yang merupakan kontra prestasi diluar upah atau

gaji, dan mempunyai hubungan dengan prestasi sehingga dinamakan juga sebagai

pay for performance atau pembayaran atas prestasi(wibowo,2007:134,Manajemen Sumber Daya Manusia)

2.1.2 Jenis-jenis Kompensasi

(2)

psikologis dan sosial yang lain dari kompensasi juga merupakan gambaran dari

jenis-jenis imbalan intrinsik. Imbalan ekstrinsik bersifat struktur, memiliki bentuk

imbalan moneter maupun non-moneter. Dengan jenis Kompensasi bersifat langsung, imbalan moneter diberikan oleh pengusaha. Gaji pokok dan gaji variabel merupakan bentuk paling umum dari kompensasi langsung ini.

1. Gaji pokok

Kompensasi dasar yang diterima oleh karyawan, biasanya sebagai gaji atau upah,

disebut gaji pokok. Banyak organisasi menggunakan dua kategori gaji pokok,

harian atau tetap, yang di definisikan berdasarkan cara pemberian gaji tersebut dan sifat dari pekerjaannya. Gaji harian adalah sarana yang paling umum untuk

pembayaran gaji yang berdasarkan waktu, karyawan diberikan bayaran secara

harian disebut menerima upah, dimana pembayarannya dihitung secara langsung

sesuai dengan jumlah waktu kerja. Berlawanan dengan ini, orang-orang yang

diberi gaji tetap meneria bayaran yang konsisten dari waktu ke waktu dengan

tidak memperhatikan jumlah jam kerja.

Upah dan Gaji

Pada dasarnya, upah dan gaji merupakan kompensasi sebagai

kontra prestasi atau pengorbanan pekerja. Upah dan gaji pada umumnya

diberikan atas kinerja yang telah dilakukan berdasarkan standar kinerja

yang ditetapkan maupun disetujui bersama berdasarkan personal contract.

Upah biasanya diberikan pada pekerja pada tingkat bawah sebagai

kompensasi atas waktu yang telah diserahkan. Sementara itu, gaji

(3)

tertentu dari pekerjaan pada tingkatan yang lebih tinggi.upah dan gaji

dapat dibayarkan atas pekerjaan dalam periode waktu tertentu, biasanya

sebagai pembayaran bulanan. Namun, untuk upah dapat lebih bervariasi

tergantung dari jenis dan sifat pekerjaannya. Menurut waktunya, upah

dapat diberikan dalam bentuk harian, mingguan, dua mingguan, dan

sebagainya. (Wibowo,2007:138, Manajemen Kinerja)

2. Gaji Variabel

Jenis lain gaji bersifat langsung adalah gaji variabel, dimana kompensasi

berhubungan langsung dengan pencapaian kinerja. Jenis yangpaling umum dari

gaji jenis ini untuk karyawan adalah program pembayaran bonus dan insentif.

Untuk eksekutif, adalah umum untuk mendapatkan imbalan yang sifatnya lebih

jangka panjang seperti kepemilikan saham (Mathis dan

jackson,2002:118-119,Manajemen Sumberdaya Manusia)

Bonus

Karyawan individual mungkin menerima pembayaran kompensasi

tambahan dalam bentuk bonus, berupa bayaran secara satu kali yang tidak

menjadi bagian dari gaji pokok karyawan. Biasanya, bonus kurang

memakan biaya untuk pengusaha dibandingkan dengan kenaikan gaji lain

karena tidak menjadi bagian dari gaji pokok karyawan. (Mathis dan

jackson, 2002:173, Manajemen Sumberdaya Manusia)

Insentif

Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada karyawan

(4)

mengasumsikan bahwa uang dapat digunakan untuk mendorong karyawan

bekerja lebih giat lagi, maka mereka yang produktif lebih menyukai gaji

nya dibayarkan berdasarkan hasil kerja (Panggabean,2002:77, Manajemen

Sumberdaya Manusia)

2.1.3 Keadilan dalam Kompensasi Finansial

Teori keadilan (equity theory) adalah teori motivasi yang menyatakan

bahwa seseorang menilai kinerja dan sikapnya dengan cara membandingkan

kontribusinya pada pekerjaan dan keuntungan yang diperoleh dari kontribusi

tersebut dengan kontribusi dan keuntungan orang lain sebanding, yang ia pilih

serta yang dalam kenyataannya bisa menyerupai atau tidak menyerupai mereka.

Teori tersebut dikembangkan dari teori perbandingan sosial (social comparison

theory) teori yang menyatakan bahwa orang-orang harus menilai dan mengetahui tingkat kinerja mereka dan ketepatan sikap mereka dalam sebuah situasi. Karena

kurangnya ukuran-ukuran objektif untuk menilai kinerja atau sikap yang tepat,

orang membandingkan kinerja dan sikap mereka dengan kinerja dan sikap orang

lain. Teori keadilan lebih jauh menyatakan bahwa seseorang termotivasi secara

proposional terhadap persepsi keadilan atas imbalan yang diterima untuk sejumlah

usaha tertentu dibandingkan dengan apa yang diterima oranglain.

(Mondy,2008:6,Manajemen Sumberdaya Manusia)

2.1.4 Organisasi Sebagai Faktor Penentu Kompensasi Finansial Langsung Para manajer cenderung memandang kompensasi finansial, baik sebagai

beban maupun aset. Dikatakan sebagai beban karena kompensasi finansial

(5)

aset ketika hal tersebut membantu dalam perekrutan dan penarikan orang-orang

yang berkompeten, serta mendorong mereka untuk bekerja sebaik mungkin dan

bertahan pada perusahaannya. Perusahaan yang memberi bayaran yang cukup

tinggi dapat menarik banyak pelamar hingga memungkinkan manajemen untuk

mengambil dan memilih keterampilan dan sifat yang dianggap penting.

Perusahaan tersebut mempertahankan karyawan yang berkualitas tersebut dengan

membagi hasil kesuksesan finansial nya secara adil. (Mondy,2008:7,Manajemen

Sumberdaya Manusia)

2.1.5 Kebijakan Kompensasi

Kebijakan Kompensasi memberikan panduan umum untuk mengambil

keputusan mengenai kompensasi. Sebagian karyawan mungkin memersepsikan

kebijakan kompensasi perusahaan mereka telah adil dan tidak memihak, namun

sebagian lainnya mungkin memiliki pendapat yang berbeda. Akibat dari

persepsi-persepsi tersebut bisa berpengaruh terhadap persepsi-persepsi karyawan mengenai keadilan

dan menyebabkan rendahnya produktivitas atatu perputaran karyawan. Organisasi

sering kali, secara formal atau tidak, menciptakan kebijakan kompensasi yang

menentukan apakah organisasi tersebut merupakan pimpinan dalam bayaran (pay

leader), pengikut dalam bayaran (pay follower), ataukah berupaya mencapai posisi rata-rata di pasar tenaga kerja. Pemimpin dalam bayaran (pay leader)

adalah organisasi yang membayar upah dan gaji lebih tinggi dari

perusahaan-perusahaan pesaing. Sedangkan Harga pasar (Market rate) adalah rata-rata

(6)

dalam bidang atau industri tertentu. (Mondy,2008:7-8,Manajemen Sumberdaya

Manusia)

2.1.6 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kompensasi Tinggi rendahnya kompensasi dipengaruhi oleh faktor:

1. Penawaran dan permintaan

2. Serikat pekerja

3. Kemampuan untuk membayar

4. Produktivitas

5. Biaya hidup

6. Pemerintah

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa penawaran dan permintaan akan

tenaga kerja mempengaruhi program kompensasi, dimana jika penawaran/jumlah

tenaga kerja langka gaji cenderung tinggi, sebaliknya jika permintaan tenaga kerja

yang berkurang/kesempatan kerja menjadi langka, gaji cenderung rendah. Serikat

pekerja juga berperan dalam penentuan kompensasi. Jika kedua duanya kuat,

maka kedudukan pihak karyawan juga akan kuat dalam menentukan

kebijaksanaan kompensasi, begitu sebaliknya. Kompensasi merupakan komponen

biaya produksi. Dengan demikian, jika kompensasi semakin besar, maka biaya

produksi juga semakin besar dan jika biaya produksi besar, maka harga pokok

(7)

2.2 Lingkungan Kerja

2.2.1 Pengertian Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan perlu diperhatikan, hal ini

disebabkan karena lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para

karyawan. Lingkungan kerja yang kondusif dapat meningkatkan kinerja karyawan

dan sebaliknya, lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan

kinerja karyawan. Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik apabila manusia dapat

melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Kesesuaian

lingkungan kerja dapatdilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama.

Lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang

lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang

efisien.

Menurut Robbins (2003:86 ) lingkungan adalah lembaga-lembaga atau

kekuatan-kekuatan diluar yang berpotensi mempengaruhi kinerja organisasi,

lingkungan dirumuskan menjadi dua yaitu lingkungan umum dan lingkungan

khusus. Lingkungan umum adalah segala sesuatu di luar organisasi yang memilki

potensi untuk mempengaruhi organisasi. Lingkungan ini berupa kondisi sosial dan

teknologi. Sedangkan lingkungan khusus adalah bagian lingkungan yang secara

langsung berkaitan dengan pencapaian sasaran-sasaran sebuah organisasi.

Menurut Basuki dan Susilowati (2005:40) lingkungan kerja adalah segala

sesuatu yang berada di lingkungan yang dapat mempengaruhi baik secara

langsung maupun tidak langsung seseorang atau sekelompok orang di dalam

(8)

Menurut Mangkunegara (2005:17) lingkungan kerja yang dimaksud antara

lain uraian jabatan yang jelas, target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja

yang efektif, iklim kerja dan fasilitas kerja yang relatif memadai. Menurut

Sedarmayanti (2009:31) lingkungan kerja fisik adalah semua berbentuk fisik yang

terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara

langsung maupun secara tidak langsung. Sedangkan lingkungan kerja non fisik

adalah semua keadaan yang terjadi berkaitan dengan hubungan kerja, baik

hubungan dengan atasan maupun dengan rekan kerja, ataupun hubungan dengan

bawahan.

Masalah lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangatlah penting, dalam

hal ini diperlukan adanya pengaturan maupun penataan faktor-faktor lingkungan

kerja dalam penyelenggaraan aktivitas organisasi. Sesuai dengan Keputusan

Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang: Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja bahwa lingkungan kerja perkantoran meliputi semua

ruangan, halaman dan area sekelilingnya yang merupakan bagian atau yang

berhubungan dengan tempat kerja untuk kegiatan perkantoran. Persyaratan

kesehatan lingkungan kerja dalam keputusan ini diberlakukan baik terhadap

kantor yang berdiri sendiri maupun yang berkelompok.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah

segala sesuatu yang ada disekitar karyawan pada saat bekerja baik berupa fisik

maupun nonfisik yang dapat mempengaruhi karyawan saat bekerja. Jika

lingkungan kerja yang kondusif maka karyawan bisa aman, nyaman dan jika

(9)

2.2.2 Indikator Lingkungan Kerja

Menurut Sedarmayanti (2009:28) indikator-indikator lingkungan kerja yaitu

sebagai berikut:

1. Penerangan/cahaya di tempat kerja

Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi pegawai guna

mendapat keselamatan dan kelancaran kerja, oleh sebab itu perlu

diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak

menyilaukan.Cahaya yang kurang jelas (kurang cukup) mengakibatkan

penglihatan menjadi kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak

mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien

dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit tercapai.

2. Sirkulasi udara tempat kerja

Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk

menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di

sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah

berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya

bagi kesehatan tubuh.Sumber utama adanya udara segar adalah adanya

tanaman disekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen

yang dibutuhkan oleh manusia.

3. Kebisingan ditempat kerja

Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk

mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh

(10)

tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran,

dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian,

kebisingan yang serius dapat menyebabkan kematian.

4. Bau tidak sedap ditempat kerja

Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai

pencemaran, karena dapat mengganggu konsentrasi bekerja, dan

bau-bauan yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi kepekaan

penciuman.Pemakaian “air condition” yang tepat merupakan salah satu

cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang

mengganggu disekitar tempat kerja.

5. Keamanan ditempat kerja

Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan

aman maka perlu diperhatikan adanya keamanan dalam bekerja.Oleh

karena itu faktor keamanan perlu diwujudkan keberadaannya. Salah satu

upaya untuk menjaga keamanan ditempat kerja, dapat memanfaatkan

tenaga Satuan Petugas Pengaman (SATPAM).

Dari pendapat tersebut tentang lingkungan kerja diharapkan terciptanya

lingkungan kerja yang kondusif sehingga karyawan akan betah dalam bekerja.

Dari dua pendapat berbeda peneliti mengambil indikator yaitu suasana kerja,

hubungan dengan rekan kerja, tersedianya fasilitas kerja, penerangan, sirkulasi

(11)

2.2.3 Dimensi lingkungan kerja

Menurut wexly dalam soehardi (2003 :182) dimensi dari lingkungan kerja

adalah :

1. Lingkungan Kerja Fisik

a. Tata Ruang Kerja

Tata ruang kerja yang sesuai metode atau cara kerja sangat

mendukung terciptanya hubungan kerjasama secara emosional

antar pekerja maupun pekerja dengan atasannya atau sebaliknya,

serta hubungan kerja sama dalam bentuk kemudahan mobilitas

untuk saling berinteraksi yang muaranya adalah produktivitas

kerja.

b. Kebersihan dan keterampilan ruang kerja

Lingkungan kerja yang bersih, rapi, sehat dan aman akan

mempengaruhi kesehatan karyawan. Rasa senang karena

lingkungan kerja sehat dapat menciptakan gairah kerja pekerja

lebih tinggi serta dapat menciptakan konsentrasi kerja pekerja

dalam menyelesaikan pekerjaannya.

2. Lingkungan kerja non fisik

a. Lingkungan Sosial.

Lingkungan sosial yang sangat berpengaruh terhadap kerja pekerja

adalah latar belakang keluarga pekerja. Pada pekerja perusahaan

(12)

terhadap kepuasan kerjanya dan masuk dalam pertimbangan

perencanaan lingkungan kerja.

b. Status Sosial

Faktor status sosial obyek analisa lingkungan kerja diperlihatkan

secara signifikan dari jabatan struktural seorang pekerja dalam

kantornya.

c. Hubungan kerja dalam kantor yaitu hubungan kerja antar pekerja

dan pekerja dan memimpin yang akan mempengarui pencapaian

tujuan organisasi untuk meningkatkan kepuasan kerja.

2.2.4 Mengembangkan Program Keselamatan Kerja

Pencegahan kecelakaan kerja membutuhkan perencanaan program

keselamatan. Rencana – rencana bisa relatif sederhana, seperti untuk toko eceran

kecil, atau lebih kompleks dan sangat canggih, seperti untuk pabrik perakitan

mobil besar. Tanpa memandang ukuran organisasinya, agar dapat berjalan dengan

efektif, dukungan manajemen puncak sangat penting bagi program-program

keselamatan. Para eksekutif puncak dalam suatu perusahaan harus menyadari

besarnya penderitaan manusia dan kerugian ekonomi di sebabkan oleh kecelakaan

(Mondy,R. Wayne, 2008:86,Manajemen Sumberdaya Manusia)

2.2.5 Kekerasan di Tempat Kerja

Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH),

kekerasan di tempat kerja (workplace violence) didefinisikan sebagai

tindakan-tindakan kekerasan, termasuk serangan fisik dan ancaman serangan, yang

(13)

terhadap para pembeli kerja yang memiliki karyawan antara 300 hingga 900

orang, 82 persen manajer yang bertanggung jawab atas SDM atau keamanan

mengatakan bahwa kekerasan telah meningkat ditempat kerja mereka dalam dua

tahun terakhir. Karena kekerasan di tempat kerja merupakan ancaman yang

berkembang, beberapa pemberi kerja mencari perlindungan asuransi untuk

dampak finansial dari peristiwa kekerasan di tempat kerja, sebuah ancaman yang

sebelumnya dipandang sebagai resiko yang bisa ditanggung sendiri. (Mondy,R.

Wayne, 2008:91,Manajemen Sumberdaya Manusia)

2.2.6 Ergonomika

Pendekatan spesifik untuk mengatasi masalah kesehatan seperti cedera

tekanan berulang dan meningkatkan kinerja adalah ergonomika. Ergonomika

(ergonomics) adalah studi mengenai interaksi manusia dengan tugas, peralatan,

perkakas, dan lingkungan fisik. Dengan ergonomika, tujuannya adalah

mencocokkan mesin dan lingkungan kerja dengan orangnya, alih-alih

mengharuskan orang yang bersangkutan untuk melakukan penyesuaian.

Ergonomika meliputi seluruh usaha untuk mengatur kondisi kerja agar bisa

memaksimalkan konservasi energi, memperbaiki posisi tubuh, dan

memungkinkan karyawan untuk bekerja tanpa rasa sakit atau cedera. Kegagalan

dalam menangani isu-isu ergonomika berakibat pada kelelahan, kinerja yang

buruk, dan cidera tekanan berulang (Mondy,R. Wayne, 2008:90,Manajemen

(14)

2.2.7 Keuntungan Ergonomika

Jelaslah bahwa ada keuntungan ekonomis dalam penggunaan ergonomika.

Perusahaan-perusahaan seperti Allied Signal telah membuktikan bahwa

lingkungan kerja yang ekonomis bukan hanya membantu para karyawan, namun

juga bagus secara bisnis. Laporan-laporan juga menunjukkan perusahaan tersebut

menghemat sekitar $2 juta per tahun dalam biaya ganti rugi karyawan. Program

ergonomika Schneider National, pemberi jasa transportasi, logistik, dan

layanan-layanan sejenis, membantu mengurangi biaya ganti rugi karyawan sebesar lebih

dari 9 persen. Perusahaan-perusahaan lainnya juga telah menurunkan tingkat

cidera, dan memberikan tingkat pengembalian investasi yang positif. Masukkan

karyawan dalam perancangan dan implementasi program-program keselamatan

dan kesehatan bisa meningkatkan peluang sukses program program tersebut.

Ancaman lain terhadap keselamatan dan keamanan orang-orang dalam bekerja

adalah kekerasan ditempat kerja (Mondy,R. Wayne, 2008:91,Manajemen

Sumberdaya Manusia)

2.3 Kinerja

2.3.1 Pengertian Kinerja

Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari

pekerjaan tersebut, kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana

cara mengerjakannya (Wibowo,2007:7,Manajemen Kinerja). Kinerja dalam

(15)

dengan kepuasan kerja pegawai dan tingkat besaran imbalan yang diberikan, serta

dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, dan sifat-sifat indvidu.

Kinerja karyawan adalah hasil dari proses pekerjaan tertentu secara

berencana pada waktu dan tempat dari karyawan serta organisasi bersangkutan

menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007:153).Menurut Stolovitch and Keeps

(dalam blog Mangkuprawira) Kinerja adalah seperangkat hasil yang dicapai dan

merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang

diminta.

Menurut Bambang Kusriyanto (dalam Mangkunegara, 2007:9) Kinerja

adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan

waktu (lazimnya per jam).

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2006:67) bahwa kinerja (prestasi

kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya.

Kinerja menurut Mathis dan Jackson (2006:378) adalah apa yang

dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Dari beberapa pendapat ahli dapat

disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dilakukan oleh

seseorang dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan yang diiginkan suatu

organisasi dan meminimalisir kerugian.

Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan

adalah hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu organisasi agar

(16)

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Menurut Handoko (2001:193) yaitu faktor-faktor kinerja juga dipengaruhi

oleh motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan, sistem

kompensasi, desain pekerjaan, komitmen terhadap organisasi dan aspek-aspek

ekonomis, teknis serta keperilakuan lainnya.

Menurut Tiffin dan Mc. Cormick (dalam As’ad 2001:49) menyatakan ada

dua macam faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yaitu:

1. Faktor individual

Yaitu faktor-faktor yang meliputi sikap, sifat kepribadian, sifat fisik, minat

dan motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, serta faktor

individual lainnya.

2. Faktor Situasional

a. Faktor fisik pekerjaan pekerjaan, meliputi: metode kerja kondisi dan

desain perlengkapan kerja, penentuan ruang, dan lingkungan fisik

(penyinaran, temperatur dan ventilasi).

b. Faktor sosial dan organisasi, meliputi peraturan organisasi, jenis latihan

dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.

Faktor-faktor kinerja juga dipengaruhi oleh motivasi, kepuasan kerja, tingkat

stres, kondisi fisik pekerjaan, sistem kompensasi, desain pekerjaan, komitmen

terhadap organisasi dan aspek-aspek ekonomis, teknis serta keperilakuan lainnya

(Handoko, 2001:193).

Menurut Siagian dalam Dhina Rista Harpitasari, (2010: 12) bahwa kinerja

(17)

kepemimpinan dan motivasi kerja (motivation), disiplin kerja, kepuasan kerja,

motivasi.

Menurut Bernardin (dalam Robbins, 2003:260) bahwa kinerja dapat

dikatakan baik bila karyawan memenuhi hal sebagai berikut:

1. Kualitas kerja, diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan

yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan

kemampuan karyawan.

2. Kuantitas, diukur dari persepsi karyawan terhadap jumlah aktivitas yang

ditugaskan beserta hasilnya.

3. Waktu produksi (production time), diukur dari persepsi pegawai terhadap

suatu aktivitas yang diselesaikan dari awal waktu sampai menjadi output.

4. Efektivitas, persepsi karyawan dalam menilai pemanfaatan waktu dalam

menjalankan tugas, efektivitas penyelesaian tugas dibebankan organisasi.

5. Kemandirian, tingkat dimana karyawan dapat melakukan fungsi kerjanya

tanpa meminta bantuan atau bimbingan dari orang lain, diukur dari

persepsi karyawan dalam melakukan fungsi kerjanya masing-masing

sesuai dengan tanggung jawabnya.

6. Komitmen Kerja, tingkat dimana Karyawan mempunyai Komitmen Kerja

dengan instansi dan tanggung jawab Karyawan terhadap kantor.

2.3.3 Indikator Kinerja Karyawan

Indikator kinerja karyawan menurut Mathis dan Jackson (2006:378)

(18)

1. Kuantitas

Kuantitas merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti

jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.

Kuantitas yang diukur dari persepsi pegawai terhadap jumlah aktivitas yang

ditugaskan beserta hasilnya.

2. Kualitas

Kualitas adalah ketaatan dalam prosedur, disiplin, dedikasi. Tingkat dimana hasil

aktivitas yang dikehendaki mendekati sempurna dalam arti menyesuaikan

beberapa cara ideal dari penampilan aktivitas, maupun memenuhi tujuan-tujuan

yang diharapkan dari suatu aktivitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi pegawai

terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap

ketrampilan dan kemampuan pegawai.

2.3.4 Penilaian Kinerja

Menurut Slamet (2007 : 236) Penilaian Kinerja adalah proses evaluasi

seberapa baik seorang pekerja mengerjakan pekerjaan mereka ketika

dibandingkan dengan satu set standar dan kemungkinan mengkomunikasikannya

dengan para pekerja. Dapat dijelaskan penilaian Kinerja adalah proses untuk

mengevaluasi seberapa baik Karyawan mengerjakan pekerjaan jika disesuaikan

dengan standar perusahaan kemudian pimpinan mengkomunikasikan hasil dari

evaluasi tersebut kepada Karyawan.

Penilaian Kinerja merupakan kegiatan manager yang paling tidak disukai,

dan mungkin ada beberapa alasan untuk perasaan demikian. Penilaian kinerja

(19)

kasus ini yang membuat manager menjadi dilema. Disatu sisi manajer menilaian

dan menegur karyawan yang kinerja buruk supaya meningkatkan kinerjanya,

disisi lain manajer mempunyai beban rasa tidak menyenangkan jika menegur dan

menilai kinerja karyawan yang buruk.

Pada umumnya sistem penilaian kinerja masih digunakan sebagai alat

untuk mengendalikan perilaku karyawan, mempunyai keputusan-keputusan yang

berkaitan dengan kenaikan gaji, pemberian bonus, promosi dan penetapan

karyawan yang bersangkutan. Seharusnya penilaian kinerja tidak hanya

mengevaluasi kinerja karyawan, tetapi juga mengembagkan dan memotivasi

karyawan. Sebaliknya, karyawan yang dinilai harus mengetahui bidang prestasi

yang dinilai, diberi kesempatan untuk menilai dirinya sendiri.

Informasi yang diterima para manager tentang seberapa baik para

karyawan berkinerja dapat terdiri dari tiga jenis yang berbeda, yaitu informasi

berdasarkan ciri-ciri, informasi berdasarkan tingkah laku dan informasi

berdasarkan hasil (Jackson, 2002:79,Manajemen Sumberdaya Manusia).

1. Informasi berdasarkan ciri-ciri

Informasi berdasarkan ciri-ciri, seperti kepribadian yang menyenangkan,

inisiatif atau kreativitas dan mungkin sedikit pengaruhnya pada pekerjaan

tertentu. Ciri-ciri banyak mengandung makna dan keputusan penting yang

dilakukan dalam penilaian kinerja dengan mendasarkan pada ciri-ciri ini

seperti daya adabtasi dan kelakuan umum menjadi terlalu kabur untuk

digunakan sebagai dasar dari keputusan sumberdaya manusia berdasarkan

(20)

2. Informasi berdasarrkan tingkah laku

Informasi berdasarkan tingkah laku memfokuskan pada perilaku yang

spesifik yang mengaruh pada keberhasilan dipekerjaan. Informasi perilaku

lebih sulit di identifikasi, tetapi memiliki keuntungan yang secara jelas

memberikan gambaran akan perilaku apa yang ingin dilihat oleh pihak

manajemen. Persoalan yang potensial bisa jadi ada beberapa perilaku,

yang seluruhnya dapat berhasil dalam situasi tertentu.

3. Informasi berdasarkan hasil

Informasi berdasarkan hasil mempertimbangkan apa yang telah dilakukan

karyawan atau apa yang telah dicapai karyawan. Untuk

pekerjaan-pekerjaan dimana pengukuran itu mudah dan tepat, pendekatan

berdasarkan hasil ini adalah cara yang terbaik. Namun demikian, apa-apa

yang diukur cenderung ditekankan dan apa yang sama-sama pentingnya

tetapi tidak merupakan bagian yang di ukur mungkin akan diabaikan

karyawan.

Organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka kinerja

sesungguhnya merupakan perilaku manusia dalam memainkan peran yang

ia lakukan dalam suatu organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang

telah ditetapkan agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.

2.3.5 Manfaat penilaian Kinerja

Kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan sesuatu yang sangat

bermanfaat bagi perencanaan kebijakan-kebijakan organisasi.

(21)

organisasi. Adapun manfaat penilaian kinerja(Slamet, 2007:237)adalah sebagai

berikut:

1) Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui

pemotivasian pekerja secara maksimum.

2) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan pekerja

seperti promosi, transfer, dan pemberhentian.

3) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan pekerja dan

untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan pekerja.

4) Menyediakan umpan balik bagi pekerja mengenai bagaimana atasanmereka

menilai kinerja mereka.

5) Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan penilaian kinerja karyawan

dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengelola operasi organisasi, membantu

pengambilan keputusan, mengidentifikasikan kebutuhan kepelatihan dan

pengembangan, menyediakan umpan balik, dan penyediaan dasar distribusi

penghargaan.

2.3.6 Dimensi Kinerja Karyawan

Adapun dimensi dari kinerja yaitu :

1. Kualitas kerja adalah volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi

normal. Kuantitas juga menunjukkan banyak jenis pekerjaan yang

dilakukan dalam satu waktu sehingga efektivitas kinerja dapat terlaksana

(22)

a. Target Kerja

b. Volume Pekerjaan

2. Kuantitas kerja adalah ketelitian, kerapian, dan keterikatan hasil kerja yang

dilakukan dengan baik agar dapat menghindari kesalahan didalam

menyelesaikan suatu pekerjaan. Indikatornya adalah :

a. Pelaksanaan pekerjaan tepat

b. Minimalisasi tingkat kesalahan di dalam kerja

3. Pemanfaatan waktu adalah penggunaan masa kerja yang disesuaikan

dengan kebijakan perusahaan agar pekerjaan selesai tepat waktu pada

waktu yang ditetapkan. Indikatornya adalah :

a. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan

b. Batas waktu dalam menyelesaikan pekerjaan

2.3.7 Perencanaan Kinerja

Perencanaan Kinerja merupakan proses di mana pekerja dan manajer

bekerja bersama merencanakan apa yang harus di lakukan pekerja dalam setahun

mendatang, mendefinisikan bagaimana kinerja harus diukur, mengidentifikasi dan

merencanakan mengatasi hambatan dan mendapatkan saling pengertian tentang

pekerjaan. Tujuan proses perencanaan Kinerja paling baik diwujudkan dalam

bentuk outcomes atau manfaat. Sebagai kesimpulan proses perencanaan Kinerja di

harapkan tugas pekerjaan dan sasaran pekerja akan sejalan dengan tujuan dan

sasaran unit kerja dan perusahaan. Dalam perencanaan kinerja, kita harus

meninjau ulang rencana bisnis dan menentukan pekerjaan apa yang harus

(23)

Perencanaan Kinerja dan pengembangan sumberdaya manusia terdiri dari

kegiatan pengembangan sasaran kinerja yang cerdas baik secara bersama maupun

untuk setiap pekerja dan menyepakati rencana kinerja sehingga harapan menjadi

jelas bagi semua yang terlibat. Perencanaa kinerja memberikan peluang untuk

mendiskusikan dengan pekerja tentang harapan organisasi terhadap kinerjanya,

dan bagaimana sasaran kinerja spesifik setiap pekerja dikaitkan dengan rencana

bisnis departemen dan tujuan organisasi. (Wibowo, 2007: 66-67,Manajemen

Kinerja)

2.3.8 Standar Kinerja

Standar Kinerja merupakan elemen penting dan sering dilupakan dalam

proses reviw kinerja. Standar kinerja menjelaskan apa yang diharapkan manajer

dari pekerja sehingga harus dipahami pekerja. Klarifikasi tentang apa yang

diharapkan merupakan hal yang penting untuk memberi pedoman perilaku pekerja

dan di pergunakan sebagai dasar untu penilaian. Standar kinerja harus

dihubungkan dengan hasil yang diinginkan dari setiap pekerjaan. Terdapat

perbedaan pendapat di antara para ahli tentang arti sebenarnya standar kinerja.

Beberapa menggunakan definisi sebagai “kondisi yang akan terjadi ketika segmen

pekerjaan dikerjakan dengan baik.” Sementara lainnya menggunakan definisi

“kondisi yang akan terjadi ketika segmen pekerjaan dikerjakan dengan cara yang

dapat diterima (Kirkpatrick, 2006:37).

Dengan demikian, standar kinerja merupakan pernyataan tentang situasi

yang terjadi ketika sebuah pekerjaan dilakukan secara efektif. Standar kinerja

(24)

manajer dan pekerja agar lebih mudah memonitor kinerja dan digunakan sebagai

dasar evaluasi. Sebuah organisasi harus mempunyai standar kinerja yang jelas dan

dapat diukur. (Wibowo, 2007: 73-74,Manajemen Kinerja) .

2.4 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Teknik

Analisis positif dan signifikan terhadap kinerja,

Lingkungan kerja

(25)

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel

yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2008:89).

Kerangka konseptual bertujuan untuk mengemukakan secara umum mengenai

objek penelitian yang dilakukan dalam kerangka dari variabel yang akan diteliti.

Kerangka konseptual yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah kompensasi

finansial dan lingkungan kerja variabel X dan kinerja karyawan adalah variabel Y

Kompensasi finansial adalah bayaran yang diterima seseorang dalam

bentuk upah, gaji, komisi dan bonus (Mondy, 2008:5,Manajemen Sumberdaya

Manusia)

Menurut Basuki dan Susilowati (2005:40) lingkungan kerja adalah segala

sesuatu yang berada di lingkungan yang dapat mempengaruhi baik secara

langsung maupun tidak langsung seseorang atau sekelompok orang di dalam

melaksanakan aktivitasnya.

Menurut Bambang Kusriyanto (dalam Mangkunegara, 2007:9) Kinerja

adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan

(26)

Berdasarkan kerangka teori , maka kerangka konsep dalam penelitian ini

digambarkan pada Gambar 2.1 berikut :

Sumber: Scain (2004), Purwanto (2003:25,) Mathis & Jackson (2002).

Gambar 2.1. Skema Konsep Penelitian

2.6 Hipotesis

Hipotesis menurut Erlina (2011 : 41), adalah proposisi yang dirumuskan

dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau

pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai

konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.

Dengan demikian hipotesis merupakan jawaban sementara tentang perilaku,

fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi

1. Kompensasi finansial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan PT Bank Riau Kepri Kantor Cabang Kecamatan

Kabun Rokan Hulu Provinsi Riau

2. Lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan pada PT Bank Riau Kepri Kantor Cabang Kecamatan Kabun

Rokan Hulu Provinsi. Kompensasi

Finansial

Lingkungan kerja

Gambar

Gambar 2.1.  Skema Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Laju pertumbuhan relatif tertinggi tanaman seledri pada 40-50 dihasilkan oleh pemberian konsentrasi IAA 1,0 ppm (A1) yaitu 0,0310 g/hari dan tidak berbeda nyata dengan

Penerapan strategi ini diawali dengan penerapan Tes MIR (Multiple Intelligences Research) atau -tes untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan dari masing-masing individu-,

Pengaruh Permainan Internet Terhadap Perilaku Remaja di Kelurahan Karombasan Utara berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

Namun, keterbatasan fasilitas dan tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor penghambat seorang ibu untuk mendapatkan pengetahuan yang baik dan menentukan sikap

Suryani (2008) menyatakan bahwa jumlah dan panjang akar perpengaruh terhadap tinggi dan jumlah daun pada tanaman dimana dengan banyak dan panjangnya akar maka

Ketentuan negara dalam negara tidak terdapat dalam undang-undang otonomi daerah ataupun secara konstitusi sehingga prinsip yang harus digunakan oleh pemerintah daerah adalah

menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara suhu udara dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Wonokusumo.. Rata-rata suhu optimum untuk

Perlunya penerapan pelaksanaan Kangaroo Mother Care (KMC) selama satu jam pada bayi berat badan lahir rendah di ruang Perinatologi khususnya RSUD Pandan Arang