• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

LANSIA DENGAN

GANGGUAN BIOLOGIS

SISTEM PERNAPASAN

Kelompok IV 1. Okto Lusi 2. Melayati Ha’e

(2)

Anatomi Fisiologi

Saluran pernafasan mulai dari atas secara berturut-turut adalah:

Hidung (Nasal)

Faring

Laring

Trachea

Bronchus

Bronchiolus

Paru-paru

Pernafasan menyangkut dua proses :

Pernafasan luar (eksternal) adalah: Absorbsi O

2

dari luar masuk

kedalam paru-paru dan pembuangan CO

2

dari paru-paru keluar.

Pernafasan dalam (internal) ialah: Proses transport O

2

dari paru-paru

ke jaringan dan transport CO

2

dari jaringan ke paru-paru.

Saluran pernafasan mulai dari atas secara berturut-turut adalah:

Hidung (Nasal)

Faring

Laring

Trachea

Bronchus

Bronchiolus

Paru-paru

Pernafasan menyangkut dua proses :

Pernafasan luar (eksternal) adalah: Absorbsi O

2

dari luar masuk

kedalam paru-paru dan pembuangan CO

2

dari paru-paru keluar.

Pernafasan dalam (internal) ialah: Proses transport O

2

dari paru-paru

(3)

Perubahan anatomi fisiologi pada lansia pada

sistem pernapasan

Menurut Stanley, 2006 dalam buku

Fisiologi Manusia dan Mekanisme

Penyakit

, mengatakan bahwa perubahan anatomi yang terjadi pada sistem

respiratory akibat penuaan sebagai berikut:

Paru-paru kecil dan kendur.

Hilangnya recoil elastic.

Pembesaran alveoli.

Penurunan kapasitas vital: penurunan PaO

2

dan residu.

Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi.

Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi pengembangan.

Hilangnya tonus otot thoraks, kelemahan kenaikan dasar paru.

Kelenjar mucus kurang produktif.

Penurunan sensitivitas sfingter esophagus.

Penurunan sensitivitas kemoreseptor.

Menurut Stanley, 2006 dalam buku

Fisiologi Manusia dan Mekanisme

Penyakit

, mengatakan bahwa perubahan anatomi yang terjadi pada sistem

respiratory akibat penuaan sebagai berikut:

Paru-paru kecil dan kendur.

Hilangnya recoil elastic.

Pembesaran alveoli.

Penurunan kapasitas vital: penurunan PaO

2

dan residu.

Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi.

Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi pengembangan.

Hilangnya tonus otot thoraks, kelemahan kenaikan dasar paru.

Kelenjar mucus kurang produktif.

(4)

Lanjutan….

Dinding dada: tulang-tulang mengalami osteoporosis,

tulang-tulang rawan mengalami osifikasi.

Otot-otot pernafasan: mengalami kelemahan akibat

atrofi.

Saluran nafas: akibat kelemahan otot berkurangnya

jaringan elastis bronkus dan alveoli menyebabkan lumen

bronkus mengecil, cincin-cincin tulang rawan bronkus

mengalami pengapuran.

Struktur jaringan parenkim paru: bronkiolus, duktus

alveolaris dan alveolus membesar secara progeseif

terjadi emfisema senilis.

Dinding dada: tulang-tulang mengalami osteoporosis,

tulang-tulang rawan mengalami osifikasi.

Otot-otot pernafasan: mengalami kelemahan akibat

atrofi.

Saluran nafas: akibat kelemahan otot berkurangnya

jaringan elastis bronkus dan alveoli menyebabkan lumen

bronkus mengecil, cincin-cincin tulang rawan bronkus

mengalami pengapuran.

Struktur jaringan parenkim paru: bronkiolus, duktus

(5)

Perubahan-perubahan fisilogik sistem pernafasan

Gerak pernafasan

Distribusi gas

Volume dan kapasitas paru menurun

Gangguan transport gas

Gangguan perubahan ventilasi paru

Gerak pernafasan

Distribusi gas

Volume dan kapasitas paru menurun

Gangguan transport gas

(6)

Masalah biologis pada sistem sistem

pernapasan

Emfisema

Asma

Pneumonia

Bronkitis

TBC

Emfisema

Asma

Pneumonia

(7)

Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Identitas pasien Keluhan utama

Riwayat penyakit saat ini Riwayat penyakit terdahuluPengkajian psiko-sosio-spiritualAktivitas/istirahat

Sirkulasi

Integritas egoMakanan/cairanHigiene

PernapasanKeamananInteraksi sosial

Penyuluhan/pembelajaran

Pengkajian

Identitas pasien Keluhan utama

Riwayat penyakit saat ini Riwayat penyakit terdahuluPengkajian psiko-sosio-spiritualAktivitas/istirahat

Sirkulasi

Integritas egoMakanan/cairanHigiene

PernapasanKeamananInteraksi sosial

(8)

Lanjutan…

Pemeriksaan fisik

Inspeksi

UmumToraks

Kepala dan leherEkstremitas

Palpasi

Fremitus taktil tidak ada / sedikit, cth pada emfisemaAdanya emfisema subkutan

Ekspansi tidak simetrisRetraksi dada

Posisi trakea tidak pada midline

Perkusi

Tidak ada bunyi resonan atau sedikit saja terdengarHiperesonan, cth pada kasus emfisema

Adanya bunyi perkusi tumpul dan nada sedang, cth pada kasus atelektasis, pneumonia,

edema paru, hemoragi paru.

Adanya Bunyi timpani, cth pada kasus asma, pneumotoraks

Pemeriksaan fisik

Inspeksi

UmumToraks

Kepala dan leherEkstremitas

Palpasi

Fremitus taktil tidak ada / sedikit, cth pada emfisemaAdanya emfisema subkutan

Ekspansi tidak simetrisRetraksi dada

Posisi trakea tidak pada midline

Perkusi

Tidak ada bunyi resonan atau sedikit saja terdengarHiperesonan, cth pada kasus emfisema

Adanya bunyi perkusi tumpul dan nada sedang, cth pada kasus atelektasis, pneumonia,

edema paru, hemoragi paru.

(9)

Lanjutan…

Auskultasi

Intensitas Bunyi napas lebih pelan, cth pada kasus penebalan pleura,

efusi pleura, pneumotoraks.

Intensitas bunyi napas mengalami penurunan pada kasus PPOK,

atelektasis

Adanya egofoni

Hipersonan bisik pectoriloquy, cth pada kasus pneumonia, edema

paru, dan hemoragi

Adanya bunyi rales/crakels, cth pada kasus paru reskritif

Adanya mengi, seperti pada kasus PPOK, bronchitis, dan asmaAdanya bunyi ronkhi/ mengi sonor, cth pada kasus bronchitisAdanya friction rub, cth pada kasus efusi pleura, pneumotoraks,

pleuritis

Auskultasi

Intensitas Bunyi napas lebih pelan, cth pada kasus penebalan pleura,

efusi pleura, pneumotoraks.

Intensitas bunyi napas mengalami penurunan pada kasus PPOK,

atelektasis

Adanya egofoni

Hipersonan bisik pectoriloquy, cth pada kasus pneumonia, edema

paru, dan hemoragi

Adanya bunyi rales/crakels, cth pada kasus paru reskritif

Adanya mengi, seperti pada kasus PPOK, bronchitis, dan asmaAdanya bunyi ronkhi/ mengi sonor, cth pada kasus bronchitisAdanya friction rub, cth pada kasus efusi pleura, pneumotoraks,

(10)

Lanjutan…

Secara umum, pengkajian pernapasan pada lansia, akan ditemukan :

Penurunan kemampuan untuk menahan napas selama olahraga

Peningkatan hiperresonansi (disebabkan peningkatan distenbilitas

paru)

Penurunan ekspansi dinding dada

Penurunan penggunaan otot-otot pernapasan

Peningkatan penggunaan otot-otot asesoris sekunder akibat

pengapuran sendi iga

Berkurangnya jaringan subkutan

Kemungkinan mengalami bungkuk yang nyata

Terdengar bunyi rales basilar pada kondisi tidak adanya penyakit

Secara umum, pengkajian pernapasan pada lansia, akan ditemukan :

Penurunan kemampuan untuk menahan napas selama olahraga

Peningkatan hiperresonansi (disebabkan peningkatan distenbilitas

paru)

Penurunan ekspansi dinding dada

Penurunan penggunaan otot-otot pernapasan

Peningkatan penggunaan otot-otot asesoris sekunder akibat

pengapuran sendi iga

Berkurangnya jaringan subkutan

Kemungkinan mengalami bungkuk yang nyata

(11)

Diagnosa keperawatan

Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. peningkatan produksi sputum,

penyempitan jalan napas.

Ketidakefektifan pola napas b.d. edema paru, bronkokontriksi.Gangguan pertukaran gas b.d. kerusakan alveolus.

Nyeri akut b.d. peningkatan tekanan vascular serebral.

Inkontinensia alvi/urine b.d. menurunnya fungsi fisiologis otot-otot sfingter

karena penuaan.

Kelebihan volume cairan b.d. kerusakan fungsi ginjal.

Defisit volume cairan b.d. kehilangan cairan berlebihan karena diare.

Nyeri akut/kronis b.d. fraktur dan spasme otot, inflamasi dan pembengkakan,

distensi jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.

Konstipasi b.d. imobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi usus).

Kerusakan mobilitas fisik b.d. nyeri, alat imobilisasi, dan keterbatasan beban

berat badan, deformitas skeletal.

Gangguan citra tubuh b.d. perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas

umum, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas.

Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. peningkatan produksi sputum,

penyempitan jalan napas.

Ketidakefektifan pola napas b.d. edema paru, bronkokontriksi.Gangguan pertukaran gas b.d. kerusakan alveolus.

Nyeri akut b.d. peningkatan tekanan vascular serebral.

Inkontinensia alvi/urine b.d. menurunnya fungsi fisiologis otot-otot sfingter

karena penuaan.

Kelebihan volume cairan b.d. kerusakan fungsi ginjal.

Defisit volume cairan b.d. kehilangan cairan berlebihan karena diare.

Nyeri akut/kronis b.d. fraktur dan spasme otot, inflamasi dan pembengkakan,

distensi jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.

Konstipasi b.d. imobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi usus).

Kerusakan mobilitas fisik b.d. nyeri, alat imobilisasi, dan keterbatasan beban

berat badan, deformitas skeletal.

Gangguan citra tubuh b.d. perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas

(12)

Lanjutan…

Kerusakan integritas kulit b.d. imobilisasi/tirah baring yang lama.Risiko cidera b.d. rapuhnya tulang, kekuatan tulang yang berkurang.

Defisit perawatan diri b.d. kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya

tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.

Gangguan pola tidur b.d. nyeri, fibrosistis.

Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis, dan pengobatan akibat

kurang mengingat, kesalahan interpretasi informasi.

Ansietas b.d. kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai perawatan

pascaoperatif, pemberian obat.

Risiko cidera b.d. kerusakan penglihatan, kesulitan keseimbangan.Nyeri b.d. trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi bedah.Peningkatan kadar gula darah b.d. kerusakan insulin.

Risiko tinggi infeksi b.d. perawatan luka gangren yang tidak adekuat.

Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan suplai darah ke daerah perifer.

Gangguan pola seksual b.d. nyeri, kelemahan, sulit mengatur posisi, dan kurang

adekuat lubrikasi.

Ketidakberdayaan b.d. perubahan fisik dan psikologis akibat penyakit.Kerusakan integritas kulit b.d. imobilisasi/tirah baring yang lama.

Risiko cidera b.d. rapuhnya tulang, kekuatan tulang yang berkurang.

Defisit perawatan diri b.d. kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya

tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.

Gangguan pola tidur b.d. nyeri, fibrosistis.

Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis, dan pengobatan akibat

kurang mengingat, kesalahan interpretasi informasi.

Ansietas b.d. kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai perawatan

pascaoperatif, pemberian obat.

Risiko cidera b.d. kerusakan penglihatan, kesulitan keseimbangan.Nyeri b.d. trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi bedah.Peningkatan kadar gula darah b.d. kerusakan insulin.

Risiko tinggi infeksi b.d. perawatan luka gangren yang tidak adekuat.

Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan suplai darah ke daerah perifer.

Gangguan pola seksual b.d. nyeri, kelemahan, sulit mengatur posisi, dan kurang

adekuat lubrikasi.

(13)

Intervensi

(14)
(15)
(16)

Lanjutan…

(17)
(18)
(19)

THE END

TERIMA KASIH…

SEMOGA

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini diperoleh sebagian besar penderita kanker payudara mengkonsumsi isoflavon dalam kategori < 30 mg sebanyak 56%, tidak punya riwayat konsumsi

Dari hasil penelitian antara Gasoline dan Gas dengan menggunakan tipe kendaraan bermotor (mobil) diketahui energi bahan bakar yaitu daya indikator pada mesin berbahan bakar gas

[r]

Arester adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi peralatan dan sistem elektrik terhadap tegangan lebih yang salah satu penyebabnya adalah surja petir.. Karena

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.. Apabila dikemudian hari ternyata

Setelah terpilih subsistem kritis, maka selanjutnya dilakukan pengukuran dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan cara menggunakan metode Reliability Centered

Bronkiolitis biasanya terjadi setelah kontak dengan orang dewasa atau anak besar yang menderita infeksi saluran nafas atas yang ringan.Bayi mengalami demam ringan

Hasil penelitian menunjukkan diperoleh nilai r sebesar 0,922 sehingga berdasarkan kekuatan hubungan dapat disimpulkan kekuatan hubungan antara lama hemodialisis dengan kualitas