Disusun sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah
SI-4098 Kerja Praktek
Dosen Pembimbing:
Ir. Titi Liliani Soedirdjo, M.Sc.
Disusun oleh:
Siti Aminah 15007160
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
“Proyek Bendungan Apartemen Dago Suite”
Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah SI-4098
Kerja Praktek
Disusun oleh:
Siti Aminah
15007160
Telah disetujui dan disahkan oleh:
Bandung, Juli 2013
Dosen Pembimbing
Ir. Titi Liliani Soedirdjo M.Sc
i KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
atas berkat karunia dan rahmat-Nya, laporan SI-4098 Kerja Praktek ini dapat
diselesaikan.
Dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
Ibu Ir. Titi Liani Soedirdjo M.Sc selaku dosen pembimbing kerja praktek, yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan bagi penyusun dalam melaksanakan
dan menyelesaikan laporan kerja praktek. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada para pembimbing di lapangan, terutama pihak PT. Bandung Artha Mas
sebagai owner dan PT WIKA Bangunan Gedung selaku kontraktor proyek, yang
telah senantiasa memberikan arahan dan ilmu- ilmu selama kerja praktek.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini pasti tidak lepas dari banyak kekurangan.
Koreksi serta saran tentunya sangat diharapkan demi pertambahan ilmu bagi
penyusun. Semoga laporan pelaksanaan kerja praktek ini dapat memberikan
manfaat dan memperluas wawasan.
Bandung, Juli 2013
ii KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... ii
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... I-1
I.1 Latar Belakang ... I-1
I.2 Tujuan ... I-1
I.3 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek ... I-2
I.4 Sistematika ... I-2
BAB II GAMBARAN PROYEK ...II-1
II.1 Latar Belakang Pembangunan ...II-1
II.2 Lokasi Proyek ...II-1
II.3 Lingkup Pekerjaan Proyek ...II-2
II.4 Pendanaan Proyek ...II-3
iii III.1.1 Perancangan Pondasi ... III-1
III.1.2 Perancangan Soldier Pile ... III-1
III.2 Perancangan Basement ... III-1
III.2.1 Perancangan Ramp ... III-2
III.2.2 Perancangan Retaining Wall ... III-3
III.3 Perancangan Struktur Atas ... III-4
III.3.1 Perancangan Kolom ... III-4
III.3.2 Shear Wall ... III-4
III.3.3 Perancangan Balok ... III-4
III.3.4 Perancangan Pelat Lantai ... III-5
BAB IV PROSES PELAKSANAAN ... IV-1
IV.1 Alat dan Bahan ... IV-1
IV.1.1 Pengangkutan dan Penyimpanan ... IV-4
IV.1.2 Pabrikasi ... IV-5
iv IV.3.1 Persiapan ... IV-10
IV.3.2 Pembesian ... IV-12
IV.3.3 Pengecoran ... IV-13
IV.4 Pekerjaan Dinding Penahan Tanah ... IV-14
IV.4.1 Pembesian ... IV-14
IV.4.2 Pemasangan Bekisting ... IV-15
IV.4.3 Pengecoran ... IV-16
IV.4.4 Pembongkaran Bekisting dan Perawatan ... IV-17
IV.5 Pekerjaan Struktur Balok, Kolom dan Pelat Lantai ... IV-17
IV.5.1 Pembesian ... IV-17
IV.5.2 Pemasangan Bekisting ... IV-20
IV.5.3 Pengecoran Kolom, Balok, dan Pelat... IV-25
IV.5.4 Pembongkaran Bekisting dan Perawatan Beton ... IV-27
IV.6 Quality Control ... IV-28
v V.1 Organisasi Proyek ... V-1
V.2 Owner... V-1
V.3 Konsultan ... V-3
V.4 Kontraktor ... V-4
V.5 Ruang Lingkup Pekerjaan ... V-7
V.6 Penentuan Macam, Volume, dan Harga Satuan Pekerjaan ... V-8
V.7 Pengendalian Jadwal Pekerjaan ... V-8
V.8 Prosedur Pengadaan Bahan, Peralatan, dan Tenaga Kerja ... V-9
V.9 Prosedur Pembayaran... V-1
V.10 Prosedur Perubahan Lingkup Pekerjaan ... V-3
BAB VI PROSES PENGADAAN KONTRAKTOR ... VI-1
VI.1 Prosedur Pengadaan ... VI-1
VI.2 Organisasi Pengadaan ... VI-2
vi Gambar II.1 Lokasi Proyek ...II-2
Gambar III.1 Denah Perkuatan Raft... III-1
Gambar III.2 Detail Bored Pile... III-2
Gambar III.3 Detail Bored Pile (Potongan Alternatif) ... III-3
Gambar III.4 Dimensi dan Penulangan Kolom... III-5
Gambar III.5 Dimensi dan Penulangan Balok Lantai 1-9... III-1
Gambar III.6 Dimensi dan Penulangan Balok Lantai 10-Atap ... III-2
Gambar III.7 Dimensi dan Penulangan Balok Lift ... III-3
Gambar IV.1 Penyimpanan Material di Area konstruksi... IV-4
Gambar IV.2 Pabrikasi Bekisting Kayu... IV-5
Gambar IV.3 Pekerja Melengkungan Tulangan dengan Bending Machine ... IV-6
Gambar IV.4 Alat Pemotong Tulangan (Per Cutter)... IV-6
Gambar IV.5 Rolan untuk Membuat Tulangan Kolom Bundar ... IV-7
Gambar IV.6 Proses Pabrikasi Tulangan Kolom ... IV-7
vii Gambar IV.9 Pembersihan Tanah Manual oleh Pekerja ... IV-10
Gambar IV.10 Penggalian Bored Pile... IV-11
Gambar IV.11 Pekerjaan Compacted Sand ... IV-11
Gambar IV.12 Tulangan Terpasang pada Bored Pile ... IV-12
Gambar IV.13 Stop cor yang Telah Terpasang... IV-14
Gambar IV.14 Pemasangan Bekisting DPT... IV-15
Gambar IV.15 Contoh Penggunaan Sparing (pada pelat lantai) ... IV-16
Gambar IV.16 Penghamparan Wiremesh... IV-18
Gambar IV.17 Pemasangan Cakar Ayam ... IV-19
Gambar IV.18 Memasang Tulangan dengan Kawat Baja ... IV-19
Gambar IV.19 Memasang Beton decking ... IV-20
Gambar IV.20 Pekerja Memasang Bekisting untuk Pelat Lantai ... IV-21
Gambar IV.21 Perancah yang Sudah Disusun ... IV-22
Gambar IV.22 Kayu Siap Disusun untuk Menopang Multiplex ... IV-22
Gambar IV.23 Pekerja Memegang Mistar untuk Keperluan Pengukuran dengan
viii Gambar IV.25 Pekerja Memasang Bekisting untuk Pelat Lantai ... IV-24
Gambar IV.26 Pembersihan Lokasi dengan Compressor ... IV-25
Gambar IV.27 Pengecoran pelat dengan Bucket Cor ... IV-26
Gambar IV.28 Pengecoran Pelat dengan Concrete Pump dan Pipa ... IV-27
Gambar IV.29 Penopangan terhadap Elemen Struktur ... IV-28
Gambar IV.30 Slump Test ... IV-30
Gambar IV.31 Pembuatan Benda Uji Beton ... IV-30
Gambar IV.32 Pengukuran Jarak Antar Tulangan... IV-31
Gambar IV.33 Pengawasan Pekerjaan di Lapangan ... IV-31
Gambar IV.34 Safety Morning Talk... IV-33
Gambar IV.35 Papan K3L ... IV-33
Gambar V.1 Bagan Kerja Sama Pihak yang Terlibat Dalam Proyek ... V-1
Gambar V.2 Diagram Proses Pengadaan Barang ... V-10
Gambar V.3 Diagram Proses Pembayaran Bahan dan Peralatan... V-2
Siti Amina h 150 07 160 I-1 BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pembekalan bagi seorang calon sarjana teknik sipil tidak cukup dengan
pembekalan teori di bangku kuliah saja. Ada berbagai pengetahuan penting lain
yang hanya bisa didapat dari pengamatan visual di lapangan secara langsung,
seperti pemahaman yang lebih mendalam mengenai proses dan tahapan dalam
kegiatan konstruksi, keterampilan berkomunikasi, dan bekerja sama.
Kerja praktek adalah suatu kegiatan dimana mahasiswa memiliki kesempatan
untuk mengamati kegiatan konstruksi secara langsung serta mengasah
kemampuan interpersonal. Diharapkan, mahasiswa dapat lebih siap untuk
menjadi calon sarjana teknik sipil yang tidak hanya memiliki kemampuan
teoritis, namun juga pemahaman dan kemampuan praktis sebagai bekal
memasuki dunia kerja kelak.
Oleh karena itu, Program Studi Teknik Sipil ITB bekerja sama dengan
perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi, pada kesempatan kali ini
dipilih PT. Bandung Artha Mas sebagai owner dan PT WIKA Bangunan
Gedung selaku kontraktor, yang sedang melakukan konstruksi Proyek
Pembangunan Apartment Dago Suites Bandung yang berlokasi di Jalan
Sangkuriang, Bandung, Jawa Barat.
I.2 Tujuan
Tujuan dari Mata Kuliah SI-4098 Kerja Praktek antara lain:
(1) Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman mengenai kegiatan
konstruksi beserta berbagai aspeknya melalui pengamatan secara
Siti Amina h 150 07 160 I-2
(2) Mengasah keterampilan dan kemampuan mahasiswa, terutama kerja
sama, komunikasi lisan dan tulisan melalui keterlibatan langsung di
lapangan.
(3) Mendapatkan pengalaman bagaimana cara menyelesaikan
masalah-masalah yang muncul di lapangan baik yang berkaitan dengan masalah-masalah
teknis maupun non teknis.
(4) Menjelaskan secara rinci dan detail mengenai proses-proses yang
terjadi dalam suatu proyek, diantaranya proses perencanaan, proses
pembangunan, manajemen proyek, dan pengadaan jasa konstruksi.
I.3 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2013 hingga 11 Juli 2013 dan
bertempat di site office Proyek Pembangunan Apartemen Dago Suite, Jalan
Sangkuriang no 7, Kecamatan Coblong, Bandung, serta lokasi proyek
pembangunan Apartemen Dago Suite, Jalan Sangkuriang no 13, Kecamatan
Coblong, Bandung.
I.4 Sistematika
Laporan kerja praktek ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang kerja praktek, tujuan kerja praktek, waktu dan tempat
pelaksanaan kerja praktek, dan sistematika penulisan laporan kerja praktek
BAB II INFORMASI PROYEK
Berisi informasi dasar mengenai Proyek Pembangunan Apartemen Dago Suite,
mencakup latar belakang proyek, lokasi proyek, lingkup pekerjaan dan
Siti Amina h 150 07 160 I-3 BAB III PROSES PERENCANAAN
Berisi informasi proses perencanaan Proyek Pembangunan Apartemen Dago
Suite meliputi: konsep perencanaan struktur bawah, basement dan struktur atas.
BAB IV PROSES PELAKSANAAN
Berisi informasi proses pelaksanaan pekerjaan yang diamati, yakni mengenai
alat dan bahan, pekerjaan galian dan urugan, pekerjaan dinding penahan tanah,
pekerjaan pondasi, pekerjaan kolom, serta pekerjaan balok dan pelat lantai.
BAB V MANAJEMEN PROYEK
Berisi informasi manajemen Proyek Pembangunan Apartemen Dago Suite
Bandung, meliputi organisasi proyek, ruang lingkup pekerjaan berdasarkan
dokumen kontrak, cara menentukan macam, volume, dan harga satuan
pekerjaan, pengendalian jadwal pekerjaan, prosedur pengadaan bahan,
peralatan, dan tenaga kerja, prosedur pembayaran, serta prosedur perubahan
lingkup pekerjaan.
BAB VI PENGADAAN JASA KONSTRUKSI
Berisi informasi pengadaan jasa Proyek Pembangunan Apartemen Dago Suites
Bandung, meliputi prosedur pengadaan, organisasi pengadaan, dan tata cara
Siti Amina h 150 07 160 II-1 BAB II GAMBARAN PROYEK
II.1 Latar Belakang Pembangunan
Kawasan Bandung utara telah lama menjadi salah satu kawasan padat
penduduk di Kota Bandung. Banyaknya pusat-pusat perbelanjaan dan
universitas tinggi ternama negeri maupun swasta, telah menjadikan kawasan
ini sebagai kawasan yang menarik pendatang, baik sebagai mahasiswa,
penghuni tetap, maupun pengunjung yang berwisata.
Jalan Sangkuriang, yang terletak di Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong,
Kota Bandung, merupakan salah satu kawasan pemukiman yang berlokasi
sangat strategis di wilayah Bandung Utara. Lokasi ini terletak tidak jauh dari
pusat perbelanjaan dan perkantoran di Jalan Ir. H. Djuanda, serta kawasan
perguruan tinggi di Jalan Dipati Ukur dan Jalan Ganesha. Hal ini juga didukung
oleh sarana dan prasarana transportasi seperti angkutan umum, yang dapat
menghubungkan Jalan Sangkuriang menuju lokasi-lokasi tersebut.
Besarnya potensi permintaan akan permukiman serta padatnya kawasan
Sangkuriang, telah menarik pengembang untuk mengembangkan hunian
vertikal di kawasan ini. PT Bandung Artha Mas, saat ini sedang melakukan
pembangunan dua buah apartemen yakni Beverly Dago Residence dan Dago
Suite di Jalan Sangkuriang, Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong Bandung.
II.2 Lokasi Proyek
Proyek Pembangunan Apartemen Dago Suite berlokasi di Jalan Sangkuriang
No.13, Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Provinsi Jawa
Siti Amina h 150 07 160 II-2 Sumber: Dokumen PT. Wika Ba nguna n Gedung
Gambar II.1 Lokasi Proyek
II.3 Lingkup Pekerjaan Proyek
Pekerjaan yang terdapat di Proyek Pembangunan Apartment Dago
Suites meliputi:
1. Persiapan, mobilisasi & demobilisasi
2. Pekerjaan bored pile
3. Pekerjaan raft foundation
4. Pekerjaan struktur dinding penahan tanah
5. Pekerjaan struktur atas, meliputi kolom, balok, dinding, dan
pelat lantai
6. Pekerjaan waterproofing dinding penahan tanah
7. Pekerjaan floor hardener area parkir basement dan area tangga
Siti Amina h 150 07 160 II-3 Adapun lingkup pekerjaan yang diamati selama kerja praktek berlangsung di
antaranya:
1. Pekerjaan galian dan urugan
2. Pekerjaan raft foundation dan bore pile
3. Pekerjaan struktur beton kolom lantai 1
4. Pekerjaan struktur beton balok 1
5. Pekerjaan struktur beton pelat lantai 1
6. Pekerjaan struktur dinding penahan tanah
II.4 Pendanaan Proyek
Sumber dana proyek berasal dari PT. Bandung Artha Mas sebagai pemilik dari
proyek tersebut. Uang muka yang dibayarkan terhadap kontraktor sebesar 20%
dengan retensi 5%. Uang muka dibayarkan setelah kontraktor menyerahkan
uang jaminan sebesar 20%. Pembayaran dilakukan setiap bulan disesuaikan
dengan progrres pekerjaan bulanan sesuai permintaan kontraktor, dikurangi
dengan retensi 5%. Waktu pelaksanaan pengerjaan struktur selama 11 bulan
dengan masa pemeliharaan 180 hari kalender. Jika terjadi keterlambatan dalam
pelaksanaan proyek, maka kontraktor dikenai denda keterlambatan 0,1% per
Siti Amina h 150 07 160 III-1 BAB III PROSES PERENCANAAN
Perencanaan struktur proyek Apartemen Dago Suites Bandung mengacu pada
peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia, diantaranya:
1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung,
SNI-03-2847-2002
2. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983
3. Standar Perencanaan Ketahanan untuk Rumah dan Gedung,
SNI-03-1726-2002
4. Baja Tulangan Beton, SNI-07-2052-2002
5. ASTM Standar in Building Codes
6. Japanese Architectural Standard Specification, Steel Structure
Work (JASS 6)
7. Japanese Standard Association (JISS)
III.1 Perancangan Struktur Bawah
Perancangan struktur bawah meliputi perancangan pondasi, dan perancangan
soldier pile.
III.1.1 Perancangan Pondasi
Berdasarkan hasil penyelidikan kondisi tanah, disimpulkan bahwa jenis
pondasi yang cocok sesuai dengan kondisi daya dukung lapisan atas yang
rendah dan kedalaman tanah keras adalah pondasi raft (rakit) dan bored pile.
Raft foundation merupakan solusi dari adanya tanah lunak yang terdapat pada
kedalaman yang dangkal. Selain itu, pondasi ini juga berguna untuk
mendukung kolom-kolom yang jaraknya terlalu berdekatan sehingga tidak
Siti Amina h 150 07 160 III-1 Sumber: Dokumen PT. Wika Ba nguna n Gedung
Siti Amina h 150 07 160 III-1 Pondasi rakit merupakan jenis pondasi yang umum digunakan pada bangunan
gedung bertingkat tinggi, dengan basement yang dalam. Pada proyek ini,
pondasi rakit berfungsi sebagai lantai kerja yang menyalurkan beban ke tanah
dan sebagai pemberat bangunan. Pondasi rakit pada proyek ini merupakan pelat
setebal 0.8 meter, dengan menggunakan beton K-350 dan tulangan U-50.
Pondasi rakit juga berfungsi sebagai pelat lantai terendah yaitu basement 4.
Bored pile atau sumuran merupakan pondasi untuk kedalaman tanah keras 2-6
meter dibawah permukaan tanah. Tipe pondasi sumuran yang digunakan adalah
dengan diameter 1,2 m dengan kedalaman 2,5 m dengan mutu K-225.
Dari hasil penyelidikan lapangan dan laboratorium, direkomendasikan
penggunaan jenis pondasi dalam dengan metode bored pile yang dicor di
tempat. Kelebihan pondasi bored pile adalah dapat menembus lapisan lempung
tufaan yang keras sehingga mempunyai tahanan horizontal yang besar.
Tahanan horizontal ini diperlukan pada bangunan yang dibangun di daerah
berlereng karena dapat membantu meningkatkan faktor keamanan stabilitas
lereng.
III.1.2 Perancangan Soldier Pile
Soldier pile adalah pondasi yang berfungsi sebagai penahan tanah dan menahan
desakan air tanah yang biasa digunakan pada saat pembangunan basement.
Pada proyek ini soldier pile digunakan sebagai perkuatan tanah agar bangunan
yang berada di samping proyek tidak amblas. Pekerjaan ini dilakukan sebelum
pekerjaan galian. Mutu beton yang digunakan adalah K-225.
III.2 Perancangan Basement
Basement pada bangunan Apartemen Dago Suites berfungsi sebagai tempat
parkir serta pengolahan air kotor pada basement terbawah. Secara umum,
Siti Amina h 150 07 160 III-2 balok, dinding, tangga, dan pelat lantai. Hal yang membedakan adalah adanya
ramp dan retaining wall serta perkuatan raft pada basement terbawah.
III.2.1 Perancangan Ramp
Ramp merupakan sarana yang menghubungkan lantai basement ke area parkir
luar. Ramp dirancang menggunakan mutu beton fc’=25 MPa serta mutu
tulangan yang digunakan U-50 untuk tulangan ulir dengan diameter kurang dari
12 mm.
Sumber: Dokumen PT. Wika Bangunan Gedung
Siti Amina h 150 07 160 III-3
Sumber: Dokumen PT. Wika Bangunan Gedung
Gambar III.3 Detail Bored Pile (Potongan Alternatif)
III.2.2 Perancangan Retaining Wall
Retaining wall merupakan dinding penahan tanah yang berfungsi menahan
tekanan tanah aktif, pasif, dan tekanan air tanah yang ditimbulkan akibat
adanya tanah galian maupun tekanan air yang menekan dinding basement.
Retaining wall sekaligus merupakan dinding terluar basement, yang memiliki
ketebalan semakin besar untuk lantai basement dengan posisi semakin di
Siti Amina h 150 07 160 III-4
III.3 Perancangan Struktur Atas
Struktur atas terdiri dari kolom, balok, dinding, tangga, dan pelat lantai.
Struktur atas merupakan struktur yang meneruskan basement.
III.3.1 Perancangan Kolom
Kolom merupakan struktur utama dari bangunan portal yang berfungsi
memikul beban vertikal, beban horizontal, maupun beban momen yang berasal
dari beban tetap maupun sementara. Dimensi kolom sebanding dengan beban
yang dipikul, sehingga kolom di lantai struktur dengan elevasi rendah memiliki
ukuran lebih besar karena memikul beban yang lebih berat.
Kolom yang digunakan adalah kolom bulat berdiamater 1000 mm atau 1200
mm dan kolom persegi panjang, dengan mutu beton K-350 dan tulangan U-50
untuk tulangan ulir dengan diameter lebih dari 12 mm.
III.3.2 Shear Wall
Shear wall merupakan elemen struktural yang digunakan untuk menahan gaya
lateral/horizontal. Terdapat tiga dinding shear wall yang terletak pada
sudut-sudut bangunan. Mutu beton yang digunakan K-450, nilai slump 12 cm, dan
diameter tulangan D10, D13, D16, dengan mutu U50.
III.3.3 Perancangan Balok
Balok berfungsi memikul beban dan meneruskannya ke kolom. Konsep
perancangan balok menggunakan metode envelope yakni membagi beban pada
pelat lantai menjadi segmen-segmen sehingga balok menerima beban dari luas
Siti Amina h 150 07 160 III-5 Balok yang digunakan bervariasi mulai dari 200x300 mm2 hingga 300x600
mm2, dengan mutu beton K-350 dan tulangan U-50 untuk tulangan ulir dengan
diameter lebih dari 12 mm.
Sumber: Dokumen PT. Wika Bangunan Gedung
Gambar III.4 Dimensi dan Penulangan Kolom
III.3.4 Perancangan Pelat Lantai
Pelat lantai merupakan elemen konstruksi yang menumpang pada balok. Pelat
lantai dibuat monolit sehingga diasumsikan terjepit di keempat sisinya. Pelat
dirancang sanggup memikul beban saat konstruksi dan beroperasi.
Tebal pelat lantai bervariasi dari 160 hingga 250 mm, dengan mutu beton K
Siti Amina h 150 07 160 III-1 Sumber: Dokumen PT. Wika Ba nguna n Gedung
Siti Amina h 150 07 160 III-2 Sumber: Dokumen PT. Wika Ba nguna n Gedung
Siti Amina h 150 07 160 III-3 Sumber: Dokumen PT. Wika Ba nguna n Gedung
Siti Amina h 150 07 160 IV-1 BAB IVPROSES PELAKSANAAN
Selama kerja praktek berlangsung, pengamatan di lapangan dilakukan beberapa
kali. Pengamatan di lapangan ini berguna untuk menambah wawasan mengenai
praktek pelaksanaan konstruksi di lapangan. Dari hasil pengamatan tersebut,
dapat dipelajari beberapa proses pelaksanaan konstruksi dan material
pendukungnya.
Pada subbab berikut akan dijelaskan mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
diamati selama kerja praktek.
IV.1 Alat dan Bahan
Material pokok yang digunakan saat konstruksi antara lain:
1. Beton ready mix
Beton ready mix adalah beton siap pakai yang biasanya disediakan oleh
subkontraktor. Penggunaan beton ready mix memudahkan pelaksanaan
di lapangan karena kontraktor tidak perlu menyediakan pekerja dan
menyimpan bahan dan material di lapangan.
2. Kawat baja/kawat bendrat
Kawat baja berfungsi untuk mengikat tulangan sehingga kedudukan
tulangan dalam beton tidak berubah. Kawat baja biasanya berbentuk
gulungan yang harus dipotong sebelum penggunaan.
3. Hollow
Hollow adalah balok kayu memanjang yang gunakan untuk bekisting.
Hollow digunakan untuk melapisi multipleks sehingga menjadi lebih
kokoh.
4. Kayu multipleks (Plywood)
Multipleks merupakan bahan bekisting yang berfungsi untuk
membentuk permukaan struktur yang akan dicor.
Siti Amina h 150 07 160 IV-2 Kayu yang digunakan merupakan balok dan papan yang digunakan
untuk pekerjaan cetakan dan perancah.
6. Bentonit
Bentonit merupakan mineral lempung yang mampu menyerap air dan
mengembang. Bentonit digunakan untuk penahan longsor tanah saat
dilakukan pengeboran pada pekerjaan bored pile.
7. Additive
Additive yang digunakan adalah integral dan retarder. Integral
berfungsi untuk menjadikan beton kedap air. Penambahan integral
dilakukan untuk beton yang akan digunakan pada dinding penahan
tanah dan instalasi sanitasi air. Sedangkan retarder digunakan pada
beton ready mix, untuk memperlambat pengerasan beton.
Untuk membantu proses konstruksi di lapangan dibutuhkan beberapa peralatan
antara lain:
1. Mobile crane
Mobile crane diperlukan untuk proses pemasangan tower crane. Mobile
crane yang digunakan berkapasitas 50 T.
2. Tower crane
Siti Amina h 150 07 160 IV-3
7. Trame
Pipa memanjang dari besi yang digunakan untuk memasukkan adukan
beton ke soldier pile.
Digunakan saat pengecoran untuk meratakan adukan beton sehingga
lebih padat dan tercampur dengan baik sehingga tidak berongga saat
sudah mengeras.
11. Theodolite
Alat ini digunakan oleh surveyor untuk memastikan letak/kedudukan
suatu elemen struktur.
12. Waterpass
Alat ini digunakan oleh surveyor untuk memastikan letak/kedudukan
serta kerataan permukaan struktur.
13. Perancah (scaffolding)
Perancah yaitu konstruksi pipa besi yang digunakan untuk menopang
bekisting.
14. Bekisting
Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan
beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang
diinginkan.
15. Bending Machine
Alat untuk melengkungan tulangan sesuai bentuk rencana.
16. Per cutter
Siti Amina h 150 07 160 IV-4 IV.1.1 Pengangkutan dan Penyimpanan
Pengangkutan material umumnya menggunakan truk. Material lalu disimpan di
tempat penyimpanan baik secara manual oleh pekerja, maupun dengan bantuan
tower crane. Material yang disimpan di lokasi proyek antara lain besi tulangan,
wiremesh untuk pelat lantai, kayu untuk bekisting dan perancah,serta sebagian
tanah galian yang akan digunakan untuk timbunan. Beberapa material disimpan
di dalam gudang, seperti minyak bekisting,.
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar IV.1 Penyimpanan Material di Area konstruksi
Beton yang digunakan dalam proses pengecoran struktur adalah beton ready
mix. Dalam hal ini, pihak kontraktor bekerja sama dengan supplier beton ready
mix yaitu PT. Pioneer Beton dan PT. Adhimix. Beton ready mix dipesan jika
akan dilakukan proses pengecoran, sehingga tidak ada penyimpanan material
Siti Amina h 150 07 160 IV-5 IV.1.2 Pabrikasi
Di proyek ini, terdapat dua macam pabrikasi yang dikerjakan, yaitu:
a. Bekisting balok dan pelat lantai
Bekisting balok dan pelat lantai menggunakan bahan multiplex dengan
tebal 12 mm. Kayu yang digunakan untuk bekisting ini adalah jenis
kayu P lywood.
Di lokasi ini, papan multipleks dipotong-potong sesuai kebutuhan
desain elemen struktur dan dipasagkan dengan hollow sebagai
penopang multiplex. Bekisting untuk pelat lantai dibuat dua sisi
sehingga dapat digunakan hingga 7-8 kali.
Sumber: Dokumen Priba di
Gambar IV.2 Pabrikasi Bekisting Kayu
b. Tulangan
Terdapat berbagai macam diameter tulangan yang digunakan dalam
proyek ini. Tulangan biasanya dijual dalam panjang tertentu. Proses
pabrikasi yang dilakukan adalah pembengkokan dan pemotongan
tulangan kemudian dirakit sesuai desain yang dibutuhkan. Proses ini
dilakukan dengan bantuan per cutter, bending machine, dan rolan.
Di lokasi ini dibuat berbagai jenis tulangan, yakni sengkang, cakar
Siti Amina h 150 07 160 IV-6 Sumber: Dokumen Priba di
Gambar IV.3 Pekerja Melengkungan Tulangan dengan Bending Machine
Sumber: Dokumen Priba di
Siti Amina h 150 07 160 IV-7 Sumber: Dokumen Priba di
Gambar IV.5 Rolan untuk Membuat Tulangan Kolom Bundar
Sumber: Dokumen Priba di
Siti Amina h 150 07 160 IV-8 Sumber: Dokumen Priba di
Gambar IV.7 Pengangkutan Tulangan dengan Tower Crane
IV.2 Pekerjaan Galian dan Urugan
Pekerjaan tanah yang diamati adalah proses galian, serta urugan. Pada mulanya
penggalian tanah dilakukan oleh owner. Karena proses penggalian tanah belum
selesai saat proses konstruksi akan dimulai oleh kontraktor, akhirnya pekerjaan
tanah yang belum selesai dikerjakan oleh kontraktor. Pekerjaan galian tanah
lalu dilakukan paralel dengan proses pengerjaan struktur atas dan bawah,
sehingga saat pengerjaan sebagian struktur sudah mencapai beberapa lantai,
pekerjaan galian tanah terutama di areal depan bangunan rencana belum selesai.
Galian tanah dilakukan dengan menggunakan back hoe untuk kemudian
Siti Amina h 150 07 160 IV-9 sekop, palu dan jack hammer, yang kemudian diangkut ke truk menggunakan
bantuan tower crane. Sebagian tanah disimpan di basement paling bawah,
lantai B4, sebagian besar lainnya dibuang ke daerah Ciwaruga. Tanah yang
disimpan di basement akan digunakan kembali untuk menimbun daerah kosong
diluar dinding penahan tanah. Pembuangan ke daerah Ciwaruga dilakukan oleh
12 hingga 6 buah truk yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaksanaan pengurugan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan material
lepas 15 cm. Urugan dilakukan dengan ketebalan maksimum 10 cm (toleransi
10 mm) yang dilakukan dengan mesin stamper. Agar pemadatan optimal,
bahan di test di laboratorium untuk mendapat nilai standar proctor dan
dilakukan Field Density Test.
Pekerjaan timbunan dilakukan untuk mengisi bagian galian diluar dinding
penahan tanah. Tanah yang digunakan sebagian merupakan tanah dari hasil
galian dan sebagian lain dibeli. Material tanah yang akan digunakan harus
bebas lumpur, kotoran, dan sampah.
Sumber: Dokumen Priba di
Siti Amina h 150 07 160 IV-1 0 Sumber: Dokumen Priba di
Gambar IV.9 Pembersihan Tanah Manual oleh Pekerja
IV.3 Pekerjaan Pondasi Raft dan Bored Pile
Belum selesainya pekerjaan galian menyebabkan pekerjaan pondasi dan bored
pile dikerjakan secara parsial tiap segmen tertentu. Pada pekerjaan pondasi raft
dan bored pile, secara umum tahapan yang dilakukan adalah persiapan,
pembesian, dan pengecoran. Pekerjaan pondasi raft, terutama penulangan dan
pengecoran dilakukan setelah pekerjaan bored pile pada area tersebut selesai.
Pada tahap ini tidak/sedikit sekali digunakan bekisting karena yang menjadi
lantai kerja adalah lapisan tanah. Karena tanah cukup kuat maka bekisting tidak
diperlukan terkecuali pekerjaan di segmen tepi luar bangunan.
IV.3.1 Persiapan
Setelah penggalian tanah selesai kemudian dibuat marking & leveling lahan
untuk pembuatan pondasi sumuran sesuai dengan gambar kerja.
Lubang-lubang untuk bored pile kemudian dibuat sejumlah 111 titik. Pekerjaan galian
dilakukan manual oleh 2-3 orang pekerja. Untuk penulangan bored pile diberi
Siti Amina h 150 07 160 IV-1 1 Proses selanjutnya adalah membuat lapisan pasir yang dipadatkan setebal 100
mm (compacted sand). Diatas lapisan compacted sand kemudian dibuat lapisan
lean concrete setebal 50 mm, yang berguna sebagai lantai kerja dari pondasi
raft.
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar IV.10 Penggalian Bored Pile
Sumber: Dokumen Pribadi
Siti Amina h 150 07 160 IV-1 2 Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar IV.12 Tulangan Terpasang pada Bored Pile
IV.3.2 Pembesian
Pada pembesian bored pile, tulangan yang sudah disusun di tempat pabrikasi
tulangan diangkut menggunakan tower crane. Pekerja dengan bantuan tower
crane lalu menempatkan susunan tulangan ke bored pile.
Pada pondasi raft, perangkaian tulangan dilakukan di lokasi tulangan
terpasang. Tulangan disusun sesuai rencana kemudian disatukan menggunakan
kawat baja atau di las.
Sebagai dudukan tulangan, dipasang beton decking. Beton decking/tahu beton
juga berfungsi untuk menopang tulangan sehingga tulangan tidak
bergeser/melendut sehingga mengurangi tebal selimut beton. Untuk menjaga
ketebalan plat dan jarak antara tulangan atas dan bawah, maka digunakan cakar
ayam, yaitu tulangan ulir yang dibengkokan dan dipasang diantara tulangan
Siti Amina h 150 07 160 IV-1 3 Karena proses pengecoran dilakukan tiap segmen tertentu, maka dipasang stop
cor. Stop cor merupakan kawat yang dipasang pada bagian tepi segmen yang
akan dicor yang nanti akan disambung oleh pengecoran berikutnya sehingga
beton tertahan oleh stop cor tersebut.
IV.3.3 Pengecoran
Sebelum dilakukan pengecoran, dilakukan pengecekan tulangan, meliputi
diameter tulangan, serta jarak antar tulangan serta pemasangan beton decking.
Lokasi pengecoran dibersihkan menggunakan compressor.
Pengecoran dilakukan pertama kali pada bored pile dengan menggunakan
concrete pump car dan pipa tremie. Saat dilakukan pengecoran, digunakan
vibrator agar beton teraduk rata.
Pengecoran pondasi raft dilakukan kemudian setelah semua pekerjaan bored
piled pada area yang akan dicor selesai. Untuk pengecoran sambungan pelat
lantai, stop cor terlebih dahulu disiram menggunakan kalbon yang berfungsi
sebagai perekat. Pengecoran dilakukan dengan dua cara, menggunakan pipa
dengan bantuan concrete pump car atau menggunakan bucket cor yang
diangkut oleh tower crane. Saat dilakukan pengecoran, pekerja meratakan
campuran beton dengan menggunakan vibrator. Penggunaan vibrator
ditujukan agar adukan beton merata sehingga mengurangi terciptanya rongga
saat beton mongering. Pemakai vibrator harus diperhatikan, yakni harus tegak
lurus permukaan beton dan tidak boleh terlalu lama, karena akan
mengakibatkan bleeding, yaitu terpisahnya air dari adukan beton, dan material
yang lebih berat seperti aggregate terkumpul dibawah adukan. Setelah selesai
dicor, pekerja meratakan permukaan beton dan mengecek kerataan permukaan
Siti Amina h 150 07 160 IV-1 4 Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar IV.13 Stop cor yang Telah Terpasang
Proses perawatan dilakukan dengan menggenangi permukaan pelat lantai
dengan air.
Ditiap sambungan pelat diberi water stop utuk mencegah adanya rembesan air
dari celah pada sambungan.
IV.4 Pekerjaan Dinding Penahan Tanah
Pada pekerjaan dinding penahan tanah, tahapan pekerjaan secara umum adalah
pembesian, pemasangan bekisting, pengecoran, pelepasan bekisting dan
perawatan.
IV.4.1 Pembesian
Proses pembesian hampir sama dengan pembesian pada pelat lantai
basement/pondasi raft. Tulangan yang telah dipotong kemudian dirakit pada
lokasi dinding penahan tanah yang akan dicor. Pengikatan antar tulangan,
Siti Amina h 150 07 160 IV-1 5 IV.4.2 Pemasangan Bekisting
Bekisting yang telah dibuat di lokasi pabrikasi di angkut menggunakan tower
crane. Bekisting kemudian dipasangkan dan diberi perkuatan dengan pipa-pipa
besi sebagai penopang bekisting.
Pada pekerjaan dinding penahan tanah digunakan sparing yang berfungsi
menutup bukaan untuk mechanical/electrical dan bukaan untuk pertemuan
balok dan lantai. Bahan yang digunakan adalah styrofoam.
Sumber: Dokumen Pribadi
Siti Amina h 150 07 160 IV-1 6 Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar IV.15 Contoh Penggunaan S paring (pada pelat lantai)
IV.4.3 Pengecoran
Pengecoran dilakukan dengan menggunakan concrete bucket dan pipa tremie.
Pengecoran dilakukan menerus, dan digunakan vibrator untuk memadatkan
adukan beton. Selain itu untuk membantu pemadatan, bekisting dipukul dengan
palu kayu.
Penuangan beton harus dilakukan sedekat-dekatnya dengan maksimum tinggi
jatuh 1.5 m. Penuangan dengan tinggi jatuh lebih dari 1.5 m akan menyebabkan
bahan-bahan yang lebih berat jatuh terlebih dahulu dan menimbulkan
Siti Amina h 150 07 160 IV-1 7 IV.4.4 Pembongkaran Bekisting dan Perawatan
Pembongkaran bekisting dilakukan 8 jam setelah pengecoran selesai. Pipa-pipa
penopang bekisting dilepas sehingga otomatis bekisting terlepas dari beton.
Bekisting kemudian dipindahkan oleh tower crane.
Perawatan beton menggunakan bahan liquid membrane forming coumpounds
yang disiramkan pada permukaan kolom setelah bekisting dilepaskan untuk
mencegah penguapan sampai beton berusia 28 hari.
IV.5 Pekerjaan Struktur Balok, Kolom dan Pelat Lantai
IV.5.1 Pembesian
Tulangan yang telah dipabrikasi akan dirakit oleh pekerja untuk menjadi
tulangan bagi kolom, balok, dan pelat. Perakitan tulangan untuk kolom dan
balok sebagian besar dilakukan di tempat pabrikasi, sedangkan sisanya
terutama pembesian pelat lantai basement dilakukan langsung di tempat
tulangan akan dipasang. Untuk lantai 1 ke atas, penulangan pelat lantai
menggunakan wiremesh.
Perakitan tulangan dilakukan secara manual dengan merangkai tulangan utama
dengan tulangan bagi. Kedua tulangan tersebut dikaitkan dengan menggunakan
kawat besi. Perakitan tulangan dilakukan per segmen, yang selanjutnya
disambung dengan segmen lainnya, sesuai dengan gambar konstruksi. Salah
satu bagian ujung segmen yang akan disambung harus dibengkokkan terlebih
dahulu (necking), agar terjadi overlap dengan bagian ujung segmen yang lain.
Selanjutnya, overlap kedua segmen ini akan dihubungkan dengan kawat besi,
untuk menjadi satuan yang utuh.
Pada lantai 1 dan lantai-lantai diatasnya, pekerja memotong wiremesh sesuai
Siti Amina h 150 07 160 IV-1 8 Pekerja kemudian menghamparkan wiremesh di lokasi dan mengikatnya
dengan hamparan tulangan yang lain menggunakan kawat baja.
Untuk menjaga tulangan pada tempatnya dan jarak selimut beton sesuai
rencana, dipasang beton decking. Beton decking/tahu beton berfungsi untuk
menopang tulangan sehingga tulangan tidak melendut dan mengurangi tebal
selimut beton. Pada pelat lantai, digunakan cakar ayam, yaitu tulangan ulir yang
dibengkokan dan dipasang diantara tulangan atas dan bawah yang berfungsi
menjaga ketebalan pelat lantai sesuai rencana. Pemasangan cakar ayam
dilakukan dengan alat las.
Sumber: Dokumen Priba di
Siti Amina h 150 07 160 IV-1 9 Sumber: Dokumen Priba di
Gambar IV.17 Pemasangan Cakar Ayam
Sumber: Dokumen Priba di
Siti Amina h 150 07 160 IV-2 0 Sumber: Dokumen Priba di
Gambar IV.19 Memasang Beton decking
IV.5.2 Pemasangan Bekisting
Setelah tulangan dipasang pada elemen struktur, bekisting dipasang dengan
jarak tertentu (sebesar selimut beton) sesuai dengan gambar konstruksi.
Pemasangan bekisting dibedakan ke dalam:
a. Kolom
Bekisting kolom yang digunakan adalah bekisting baja yang dapat
dipergunakan berulang kali. Pemasangan bekisting kolom dilakukan
oleh pekerja spesialisasi bekisting baja. Bekisting kolom terdiri dari 4
bagian, yang dapat diatur dimensinya sesuai dengan ukuran kolom yang
direncanakan. Tiap 2 bagian bekisting didirikan dengan bantuan tower
crane, lalu disatukan dengan baut di salah satu sudutnya. Bagian dalam
bekisting tersebut dilumuri dengan menggunakan minyak bekisting
untuk memudahkan dalam pelepasan bekisting setelah kolom dicor.
Kedua pasang bagian bekisting yang telah disatukan diangkat dengan
tower crane menuju kolom yang akan dicor. Masing-masing bagian
bekisting dihadapkan pada sisi-sisi kolom yang sejajar. Kemudian
kedua pasang bagian tersebut disatukan kembali dengan baut, sesuai
Siti Amina h 150 07 160 IV-2 1 Sumber: Dokumen Priba di
Gambar IV.20 Pekerja Memasang Bekisting untuk Pelat Lantai
b. Balok
Pada balok lantai, bekisting yang digunakan adalah bekisting multiplex
yang telah dipabrikasi sesuai dengan ukuran balok, kemudian diangkut
dengan menggunakan tower crane menuju balok tersebut. Bekisting
tersebut dirangkai sesuai dengan dimensi balok kemudian ditopang
menggunakan pipa-pipa besi. Bekisting multiplex yang telah digunakan
dapat dipergunakan kembali sebanyak 3-4 kali.
c. Pelat
Pemasangan bekisting untuk pelat diawali dengan memasang perancah,
disusul dengan pemasangan kayu sebagai alas/penahan bagi multiplex.
Setelah multiplex dipasang, surveyor kemudian akan melakukan
pengukuran menggunakan theodolith untuk memastikan pelat rata dan
sesuai elevasi yang direncanakan. Pengukuran dilakukan pada setiap
segmen untuk memastikan elevasi yang rata. Jika elevasi tidak sesuai,
maka pekerja akan menyesuaikan tinggi dengan memukul U-Head yang
Siti Amina h 150 07 160 IV-2 2 Sumber: Dokumen Priba di
Gambar IV.21 Perancah yang S udah Disusun
Sumber: Dokumen Priba di
Siti Amina h 150 07 160 IV-2 3 Sumber: Dokumen Priba di
Siti Amina h 150 07 160 IV-2 4 Sumber: Dokumen Priba di
Gambar IV.24 Menentukan Elevasi dengan Theodolith
Sumber: Dokumen Priba di
Siti Amina h 150 07 160 IV-2 5 IV.5.3 Pengecoran Kolom, Balok, dan Pelat
Sebelum pengecoran dilakukan, terlebih dahulu lokasi pengecoran harus
dibersihkan dari kotoran. Pembersihan dilakukan dengan compressor maupun
manual oleh pekerja dengan memungutinya.
Sumber: Dokumen Priba di
Gambar IV.26 Pembersihan Lokasi dengan Compressor
a. Pengecoran kolom
Pengecoran menggunakan beton ready mix yang menggunakan bucket
dan pipa tremie. Beton dari truk ready mix dialirkan ke bucket melalui
corong pada truk. Bucket yang telah terisi penuh dengan beton diangkat
dan diarahkan dengan tower crane menuju kolom yang akan dicor.
Selanjutnya, operator akan menyesuaikan posisi pipa tremie agar beton
dapat dialirkan dengan tepat di kolom.
Penuangan beton harus dilakukan sedekat-dekatnya dengan maksimum
tinggi jatuh 1.5 m. Penuangan dengan tinggi jatuh lebih dari 1.5 m akan
menyebabkan bahan-bahan yang lebih berat jatuh terlebih dahulu dan
menimbulkan segregasi.
Ketika beton dialirkan, pekerja meratakan beton dengan menggunakan
Siti Amina h 150 07 160 IV-2 6 b. Pengecoran Balok dan Pelat
Beton ready mix yang didatangkan dialirkan dengan menggunakan
bucket dengan bantuan tower crane serta atau menggunakan pipa
menggunakan bantuan concrete pump. Digunakan vibrator untuk
meratakan beton yang telah dialirkan. Penggunaan vibrator tidak boleh
terlalu lama untuk menghindari terjadinya bleeding. Biasanya
penggunaan vibrator tidak lebih dari 30 detik.
Sumber: Dokumen Priba di
Siti Amina h 150 07 160 IV-2 7 Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar IV.28 Pengecoran Pelat dengan Concrete Pump dan Pipa
IV.5.4 Pembongkaran Bekisting dan Perawatan Beton
a. Kolom
Pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah 6 jam.
Pembongkaran dilakukan dengan melepas balok penopang lalu
melepaskan baut-baut. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan
bantuan tower crane, setelah bekisting berhasil dilepas tower crane
memindahkan bekisting ke tempat menyimpan sementara atau ke lokasi
kolom lain yang akan dipasang bekisting.
Perawatan beton menggunakan bahan liquid membrane forming
coumpounds yang disiramkan pada permukaan kolom setelah bekisting
dilepaskan untuk mencegah penguapan sampai beton berusia 28 hari.
b. Balok dan Pelat
Pada sisi tepi balok, bekisting dapat dibongkar setelah umur minimal 3
Siti Amina h 150 07 160 IV-2 8 pada pelat lantai bekisting baru dapat dibongkar setelah umur beton
mencapai 7 hari.
Pembongkaran bekisting balok dan pelat lantai dilakukan dengan
menggunakan linggis secara bertahap mulai dari pinggir bentang kearah
tengah bentang supaya balok dan lantai tidak secara tiba-tiba memikul
berat sendiri yang dapat mengakibatkan keretakan pada struktur.
Perawatan beton dilakukan dengan menutup beton menggunakan
penutup basah, yakni dengan menggenanginya dengan air untuk
mencegah retak akibat susut. Liquid membrane forming compounds
disiramkan pada beton 6 jam setelah pegecoran dilakukan.
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar IV.29 Penopangan terhadap Elemen S truktur
Setelah bekisting dilepas, masih dilakukan penopangan terhadap
elemen-elemen struktur hingga beton berumur 28 hari.
IV.6 Quality Control
Pengendalian mutu bahan mengacu pada peraturan-peraturan yang berlaku,
Siti Amina h 150 07 160 IV-2 9 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung,
SNI-03-2897-2002
2. Baja Tulangan Beton, SNI 07-2052-2002
3. Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung SNI
1729-1989-F/T/TCPBB 1987
4. SII, PBI, PPBBI, PKKI, PUIL (General Building Standards &
Facilities)
5. American Concrete Institute (ACI)
6. American Standard for Testing Material (ASTM)
Pengendalian mutu bahan dilakukan dengan melakukan pengujian. Beton
ready mix yang tiba di lapangan akan diuji menggunakan kerucut abrams untuk
mendapatkan nilai slump. Beton yang tidak layak tidak diizinkan untuk
digunakan. Beton juga akan diambil sampel untuk dicetak dalam cetakan
silinder dan persegi untuk pengujian kekuatan di laboratorium. Pengambilan
sampel dilakukan secara acak, sebanyak 3 kali dari setiap 10 truck beton.
Pemeriksaan tulangan dilakukan secara visual dan menggunakan jangka sorong
untuk mengetahui diameter serta luas efektif. Pengujian kuat tarik dilakukan
pada beberapa sampel tulangan. Pengujian beton dan baja dilakukan di
laboratorium struktur.
Pengendalian mutu pekerjaan dilakukan dengan pengwasan selama pekerjaan
berlangsung. Beberapa hal-hal yang selalu diperhatikan antara lain, ketepatan
cara penggunaan vibrator saat pengecoran, kebersihan lokasi pengecoran,
Siti Amina h 150 07 160 IV-3 0 Sumber: Dokumen Priba di
Gambar IV.30 Slump Test
Sumber: Dokumen Priba di
Siti Amina h 150 07 160 IV-3 1 Sumber: Dokumen Priba di
Gambar IV.32 Pengukuran Jarak Antar Tulangan
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar IV.33 Pengawasan Pekerjaan di Lapangan
IV.7 Kesehatan, Keamanan Kerja, dan Lingkungan (K3L)
PT. Wika Bangunan Gedung berkomitmen terhadap kesehatan, keamanan kerja
Siti Amina h 150 07 160 IV-3 2 1. Pemantauan penggunaan Alat Pengaman Diri (APD), bagi setiap orang
yang memasuki lingkungan proyek termasuk tamu dan pekerja,
meliputi helm, sepatu bot dan rompi.
2. Pemantauan kedisipilinan bekerja, pekerja tidak diizinkan merokok
selama bekerja untuk menghindari kelalaian akibat terpecahnya
konsentrasi.
3. Pembuatan safety plan, berupa prosedur preventif dan reaktif. Preventif
meliputi identifikasi wilayah atau titik berbahaya dan pencegahannya
dengan pemasangan alat pengaman maupun plang peringatan. Reaktif
meliputi penanganan/penyelamatan yang harus dilakukan saat terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan misalnya, kebakaran, kecelakaan,
maupun bencana alam. Sehingga dampak dari kejadian-kejadian
tersebut dapatdikurangi.
4. Pembuatan security plan, meliputi prosedur keluar masuk bahan dan
alat berat, serta prosedur komunikasi di lapangan.
5. Pengaturan kerapihan alat dan material serta pengaturan pembuangan
sampah organic dan anorganik.
6. Safety morning talk yang diadakan 2 minggu sekali.
Tujuan yang ingin dicapai yakni zero accidents, keamanan alat dan bahan,
Siti Amina h 150 07 160 IV-3 3 Sumber: Dokumen PT. Wika Ba nguna n Gedung
Gambar IV.34 Safety Morning Talk
Sumber: Dokumen PT. Wika Ba nguna n Gedung
Siti Amina h 150 07 160 V-1 BAB VASPEK MANAJEMEN PROYEK
V.1 Organisasi Proyek
Pembangunan Apartemen Dago Suites Bandung melibatkan empat pihak, yaitu
owner, konsultan perencanaan, konsultan pengawas, dan kontraktor pelaksana.
Yang bertindak sebagai owner adalah PT. Bandung Artha Mas, sedangkan
konsultan perencanaan dibagi menjadi tiga pihak, yaitu PT. Ketira Engineering
Consultants sebagai perencana struktur, PT. Bina Enarcon Engineering sebagai
perencana arsitektur, dan PT. Metakom Pranata sebagai perencana
mechanical/electrical. Konsultan pengawasan berasal dari in-house PT.
Bandung Artha Mas sendiri, dan PT. Wika Bangunan Gedung bertindak
sebagai kontraktor pelaksana.
Berikut ini adalah struktur umum dari bagan kerjasama keempat pihak tersebut:
Pemilik Proyek
Gambar V.1 Bagan Kerja S ama Pihak yang Terlibat Dalam Proyek
V.2 Owner
Owner adalah seorang atau badan usaha pemerintah/swasta ataupun pihak
Siti Amina h 150 07 160 V-2 dilaksanakan oleh pihak lain sehubungan dengan kepentingannya atau hasil
pekerjaan. Kewajiban yang harus dijalankan oleh PT. Bandung Artha Mas
selaku owner sesuai dengan kontrak adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek
2. Memproses tagihan dan membayar biaya pelaksanaan sesuai dengan
yang tertera pada kontrak.
3. Memberikan tugas kepada kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan
proyek.
4. Membantu kontraktor untuk mendapat rekomendasi izin yang
diperlukan.
5. Membantu kontraktor untuk berkoordinasi antar berbagai pihak yang
terlibat dalam konstruksi.
6. Meminta pertanggungjawaban kepada konsultan pengawas.
Sedangkan hak yang diperoleh oleh owner adalah sebagai berikut:
1. Membuat Surat Perintah Kerja (SPK)
2. Memperoleh hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis desain
yang telah disetujui
3. Menolak hasil pekerjaan yg diserahkan kontraktor apabila tidak sesuai
dengan spesifikasi teknis dokumen penawaran
4. Menerima as built drawing saat serah terima pekerjaan
5. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah
direncanakan
6. Meminta pertanggungjawaban kepada kontraktor atas hasil pekerjaan
konstruksi
7. Memutuskan hubungan kerja dengan pihak kontraktor yang tidak dapat
Siti Amina h 150 07 160 V-3
V.3 Konsultan
Pihak konsultan dalam proyek ini dibedakan menjadi konsultan perencana dan
konsultan pengawas. Konsultan perencana adalah pihak yang dipilih oleh
owner untuk membantu desain konstruksi sampai dengan menghitung volume
kebutuhan yang tertuang dalam BoQ (Bill of Quantity). Adapun kewajiban dari
konsultan perencana adalah :
1. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan owner
2. Membuat gambar kerja pelaksanaan
3. Membuat rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan konstruksi
(RKS) sebagai pedoman pelaksanaan
4. Membuat rencana anggaran biaya konstruksi
5. Memproyeksikan keinginan atau ide owner ke dalam desain
6. Melakukan perubahan desain jika terjadi penyimpangan pelaksanaan
pekerjaan di lapangan
7. Bertanggung jawab atas desain dan perhitungan struktur jika terjadi
kegagalan konstruksi
Sedangan untuk hak dari konsultan perencana adalah:
1. Mempertahankan desain jika terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan
konstruksi yang tidak sesuai dengan rencana
2. Menentukan warna dan jenis material yang akan digunakan dalam
pelaksanaan konstruksi
Konsultan pengawas adalah pihak yang bertanggung jawab mengawasi
pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor agar sesuai dengan desain
yang ditetapkan. Pada proyek ini, konsultan pengawas berasal dari in-house PT.
Bandung Artha Mas sendiri. Adapun kewajiban dari konsultan pengawas
Siti Amina h 150 07 160 V-4 1. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak
kerja
2. Melaksanakan pengawasan secara rutin selama masa pelaksanaan
konstruksi
3. Membuat laporan progres pekerjaan kepada owner
4. Memberikan saran atau pertimbangan kepada owner maupun
kontraktor dalam pelaksanaan konstruksi
5. Mengoreksi dan menyetujui shop drawing yang diajukan kontraktor
sebagai pedoman pelaksanaan konstruksi
6. Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek
material yang diusulkan oleh kontraktor
Selain itu, hak dari konsultan pengawas sebagai berikut:
1. Menegur pihak kontraktor jika terjadi penyimpangan terhadap kontrak
kerja
2. Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika kontraktor tidak
memperhatikan peringatan yang diberikan
3. Memberikan tanggapan atas usul pihak kontraktor
4. Memeriksa shop drawing dari kontraktor
5. Melakukan perubahan dengan membuat berita acara perubahan (site
instruction)
V.4 Kontraktor
Kontraktor adalah pihak yang dipilih oleh owner untuk membangun konstruksi
sesuai dengan ketentuan dalam dokumen kontrak dan bertanggung jawab akan
pelaksanaannya agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kewajiban yang
harus dikerjakan oleh PT. Wika Bangunan Gedung selaku kontraktor adalah
Siti Amina h 150 07 160 V-5 1. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan dan
spesifikasi yang telah direncanakan dan ditetapkan dalam kontrak
perjanjian pemborongan
2. Memberikan laporan progress proyek yang meliputi laporan harian,
mingguan, serta bulanan kepada owner
3. Menyediakan tenaga kerja, bahan material, peralatan, dan alat
pendukung lain yang digunakan mengacu dari spesifikasi dan gambar
yang telah ditentukan dengan memperhatikan waktu, biaya, kualitas,
dan keamanan pekerjaan
4. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati
5. Melindungi semua peralatan dan bahan dari kehilangan dan kerusakan
sampai pada penyerahan pekerjaan
6. Menjamin keselamatan dan keamanan pekerja di lapangan
Sedangkan hak yang didapatkan kontraktor adalah:
1. Mendapat kepastian pekerjaan konstruksi dari owner
2. Mendapat kepastian pembayaran setelah pelaksanaan konstruksi sesuai
dengan kontrak
3. Mendapat jaminan asuransi untuk tenaga kerja yang melaksanakan
Siti Amina h 150 07 160 V-6 Berikut ini adalah struktur organisasi pihak kontraktor proyek:
Manajer Group
Sumber: Dokumen PT. Wika Ba nguna n Gedung
Siti Amina h 150 07 160 V-7
V.5 Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kontraktor adalah
melaksanakan pembangunan Apartemen Dago Suites Bandung. Pekerjaan
meliputi pembangunan struktur apartemen 18 lantai dan basement 4 lantai,
dengan luas tapak ± 3.120 m2 dan luas lantai bangunan ± 49.463 m2.
Spesifikasi pekerjaan yang harus dilakukan adalah:
1. Persiapan, mobilisasi & demobilisasi
2. Pekerjaan bore pile dengan diameter 1200 mm, kedalaman 2500 mm,
sejumlah 107 titik.
3. Pekerjaan raft foundation dengan tebal 800 mm
4. Pekerjaan struktur dinding penahan tanah (DPT)
5. Pekerjaan struktur atas, meliputi balok, kolom, tangga, dinding dan
pelat lantai.
6. Pekerjaan waterproofing integral dinding penahan tanah
7. Pekerjaan floor hardener area parkir basement dan area tangga
8. Pekerjaan urugan tanah sisi dinding penahan tanah (DPT)
Volume pekerjaan yang harus dilakukan adalah sebanyak:
Siti Amina h 150 07 160 V-8
V.6 Penentuan Macam, Volume, dan Harga Satuan Pekerjaan
Proses penentuan macam, volume, dan harga satuan pekerjaan dijelaskan
sebagai berikut:
1. PT. Bandung Artha Mas sebagai owner menyiapkan dokumen
pelelangan berdasarkan desain awal dari konsultan perencana yang
ditunjuk. Salah satu isi dari dokumen pelelangan adalah nilai volume
dan satuan pekerjaan berdasarkan desain awal.
2. Pada saat pelelangan, peserta diwajibkan untuk mengisi harga pada
setiap satuan volume pekerjaan yang diberikan. Kemudian peserta
lelang memberikan BoQ dari desain awal. Namun peserta lelang juga
dapat melakukan optimasi dari desain awal. Hasil optimasi menjadi
dasar dalam pembuatan BoQ baru.
3. Setelah didapatkan pemenang lelang, dilaksanakan rapat negosiasi
antara PT. Bandung Artha Mas dan PT. Wika Bangunan Gedung untuk
menyepakati volume dan harga satuan pekerjaan yang dipakai pada
pelaksanaan konstruksi. Umumnya dalam menentukan besaran volume,
harga satuan, serta macam pekerjaan diperoleh melalui proses survei
dan berdasarkan design engineering detail (DED).
V.7 Pengendalian Jadwal Pekerjaan
Sebelum proyek dimulai, disusun jadwal pekerjaan sesuai dengan batas waktu
yang ditentukan oleh owner. Namun sejalan dengan pengerjaan proyek, jadwal
pekerjaan harus disesuaikan kembali dengan progres pekerjaan di lapangan.
Perubahan jadwal pekerjaan ini dibuat berdasarkan produktivitas pekerja dan
volume pekerjaan yang belum dilaksanakan. Produktivitas pekerja dapat
diperoleh dari hasil kerja yang telah dilakukan. Perubahan jadwal pekerjaan ini
berpengaruh pula pada jumlah pekerja yang seharusnya tersedia untuk
Siti Amina h 150 07 160 V-9 Pada kurva S yang disajikan di halaman berikutnya, kurva garis biru merupakan
kurva S menurut rencana yang dibuat, sedangkan kurva garis merah merupakan
kurva S realisasi dari awal proyek berjalan sampai dengan masa kerja praktek
selesai.
Pada kurva S realisasi, dapat dilihat progres pekerjaan meningkat dibanding
yang direncanakan sebelumnya. Hal ini ditandai dengan lebih tingginya kurva
S realisasi dengan kurva S rencana.
V.8 Prosedur Pengadaan Bahan, Peralatan, dan Tenaga Kerja
Proses pengadaan bahan, peralatan, dan tenaga kerja di proyek ini melibatkan
beberapa tahapan, yaitu:
a. Pengadaan bahan dan peralatan
Proses pengadaan bahan dan peralatan dilakukan oleh pihak kontraktor.
Pelaksana Umum membuat daftar permintaan bahan yang diperlukan
untuk pelaksanaan proyek. Daftar tersebut harus disetujui terlebih
dahulu oleh Site Engineer dan Komersial. Bagian pengadaan lalu
melakukan pemesanan terhadap supplier.
Ketika barang tiba di lokasi proyek, bagian penerimaan atau gudang
wajib memeriksa barang atau material untuk memastikan kualitas,
mutu, ukuran, dan volume sesuai dengan pemesanan. Setelah itu, dibuat
dokumen PO (Purchase Order) oleh staf Gudang & ADM, kemudian
dilakukan koordinasi dengan pihak supplier untuk pengiriman bahan
dan peralatan yang telah dipesan. Bagian gudang lalu membuat Berita
Acara Penerimaan Barang (BAPB) yang ditandatangani pegawai
gudang, Quality Control, dan Komersial. BAPB tersebut kemudian
diserahkan ke bagian keuangan untuk diselesaikan pembayarannya.
Sedangkan untuk peralatan konstruksi, hampir 70% dari peralatan
Siti Amina h 150 07 160 V-1 0 disewa dari pihak ketiga. Pihak logistik akan membuat daftar peralatan
yang diperlukan. Proses selanjutnya sama dengan proses pengadaan
bahan.
Alur proses pengadaan bahan dan peralatan digambarkan melalui
diagram berikut:
Sumber: Dokumen Priba di
Gambar V.2 Diagram Proses Pengadaan Barang
a. Pengadaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja disuplai oleh mandor sesuai dengan permintaan dari pihak
Komersial. Mandor mengajukan penawaran harga per pekerjaan,
kemudian dipertimbangkan oleh Site Engineering Manager (SEM).
Jika penawaran yang diajukan sesuai dengan RAB yang ada, maka akan
dibuat persetujuan antara kedua pihak. Mandor kemudian menyediakan
pekerja sesuai dengan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Siti Amina h 150 07 160 V-1 Sumber: Dokumen PT. Bandung Artha Mas
Siti Amina h 150 07 160 V-1
V.9 Prosedur Pembayaran
Proses pembayaran bahan, peralatan, tenaga kerja, dan hasil pekerjaan di
proyek ini melibatkan beberapa tahapan, yaitu:
a. Pembayaran Bahan dan Peralatan
Supplier menagih pembayaran atas bahan dan peralatan yang telah
diterima oleh pihak proyek, dilengkapi dengan surat jalan asli, fotokopi
PO (Purchase Order), kuitansi, dan faktur pajak yang kemudian dikirim
ke lokasi proyek. Selanjutnya, pihak pengadaan melengkapi Berita
Acara Penerimaan Barang (BAPB). Berkas tersebut diberikan ke bagian
administrasi proyek untuk dilengkapi dengan TTAP (Tanda Terima
Tagihan Pembayaran) dan formulir pengecekan yang ditandatangani
oleh bagian pengadaan, SEM (Site Engineering Manager), PM (Project
Manager). Berkas yang sudah disahkan dikirim ke kantor cabang dan
kemudian diverifikasi oleh kantor cabang dan dikirimkan ke Kantor
Pusat. Kantor pusat mengirimkan dana ke kantor cabang, kemudian
kantor cabang membagi-bagi ke proyek yang dibawahinya. Proyek
mengusulkan pembayaran ke kantor cabang. Kantor cabang akan
merekap data pembayaran dari proyek-proyek yang ada, untuk
dikirimkan ke kantor pusat. Lalu, kantor pusat mengurus pembayaran
langsung ke supplier sesuai usulan dari kantor cabang.
Siti Amina h 150 07 160 V-2 Sumber: Dokumen Priba di
Gambar V.3 Diagram Proses Pembayaran Bahan dan Peralatan
b. Pembayaran Tenaga Kerja
Pembayaran tenaga kerja dilakukan mingguan. Pihak kontraktor akan
memberikan pembayaran langsung kepada mandor. Besar
pembayaran yang diberikan kontraktor sesuai dengan volume
pekerjaan yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, mandor akan
membagikan pembayaran tersebut kepada para pekerja sesuai dengan
waktu efektif kerja.
c. Pembayaran Hasil Pekerjaan
Pembayaran dilakukan sesuai dengan progres kerja yang telah dicapai
per bulan. Kemudian, dibuat berita acara pekerjaan untuk diberikan
Siti Amina h 150 07 160 V-3 konsultan pengawas. Konsultan pengawas melaporkan hasil
pengecekan kepada owner mengenai kesesuaian berita acara dan
progres kerja di lapangan. Dari laporan tersebut, owner menghitung
persentase pekerjaan yang telah diselesaikan oleh kontraktor.
Persentase tersebut dijadikan acuan untuk menghitung besar
pembayaran. Besar pembayaran dari pihak owner dikeluarkan dan
disampaikan melalui kantor pusat dan diteruskan ke kantor cabang.
V.10 Prosedur Perubahan Lingkup Pekerjaan
Perubahan pekerjaan dapat dilakukan atas permintaan owner ataupun
kontraktor. Perubahan yang dimintakan tersebut kemudian disampaikan
kontraktor ataupun owner dalam bentuk tertulis berupa Standing Instruction.
Setelah itu dilakukan evaluasi mengenai perubahan tersebut oleh kedua pihak.
Setelah ada kesepakatan mengenai perubahan tersebut, kedua pihak
menandatangani Berita Acara Perubahan Pekerjaan yang mencakup
perubahan-perubahan yang diinginkan, jadwal, penyesuaian harga, dan segala
perubahan yang terkait. Dikarenakan kontrak proyek ini adalah lumpsum fixed
price, jika perubahan yang dilakukan lebih dari 10%, maka harus dibuat
kontrak baru atau adendum kontrak. Jika tidak melebihi 10%, maka cukup