BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia dan semua makhluk hidup membutuhkan air. Air merupakan
material yang membuat kehidupan terjadi di Bumi. Menurut dokter dan ahli
kesehatan manusia wajib minum air putih 8 gelas perhari. Tumbuhan dan
binatang juga membutuhkan air, sehingga dapat dikatakan bahwa air
merupakan salah satu sumber kehidupan. Semua organisme yang hidup
tersusun asal sel-sel yang berisi air sedikitnya 60% dan aktivitas
metaboliknya mengambil tempat di larutan air (Kodoatie, 2008:1). Secara
pemanfaatannya, air digunakan oleh manusia serta setiap mahluk hidup yang
ada di Bumi. Kurang lebih terdapat 8 manfaat air sebagai pendukung
kehidupan yaitu sebagai sumber bahan pangan/konsumsi, prasarana lalulintas
air antar pulau dan benua, sebagai pembangkit tenaga listrik, sebagai tempat
rekreasi, sebagai pengaturan ekosistem dan iklim, sebagai tempat usaha
perikanan, sebagai sumber mineral dan sebagai bahan tambang.1 Bahkan bagi
dalam diri manusia sendiri, secara biologis air merupakan komponen yang
membentuk seluruh jaringan tubuh.2 Hal ini menunjukan begitu pentingnya
arti air bagi kehidupan manusia.
Di bumi, badan air terbesar terdapat di laut sebesar 97 persen dan sisanya
sebesar 3 persen adalah air tawar yang kita digunakan untuk menunjang
kehidupan sehari-hari. Dari air tawar itu dua per tiga nya adalah gletser dan es
di kutub yang berfungsi menstabilkan iklim global dan hanya satu pertiganya
saja yang dapat dimanfaatkan 7 milyar jiwa manusia di dunia (2011). Air
tawar adalah hal yang paling penting untuk kesejahteraan manusia.3 Namun,
1 http://baktipemudanusantara.org/manfaat-air-bersih-bagi-kehidupan-manusia.html
(diunduh pada Minggu, 3 April 2016 pukul 12.04)
2 http://www.menshealth.co.id/kesehatan/waras/air.mendominasi.tubuh.manusia/004/003/27
(di unduh pada Minggu, 3 April 2016 pukul 13.22 )
3http://www.wwf.or.id/?26120/Air-Bersih-dan-Kehidupan-Manusia
ternyata presentasi ketersediaan air tawar saat ini masih dibagi dengan es, air
tanah, air permukaan dan uap air. Selain itu, tidak semua air tawar layak
untuk diminum. Itu juga belum termasuk air yang tercemar oleh manusia.
Dan tidak semua daerah di dunia ini mendapatkan porsi air yang cukup.
Dengan minimnya air tawar yang dapat dikonsumsi, tak heran bila National
Geographic memprediksi hingga tahun 2025 ada 1,8 miliar orang yang
bermukim di daerah yang langka air. Mulai dari Ethiopia di Afrika, negara
bagian California di Amerika, kawasan-kawasan pertanian di Australia,
pegunungan Everest di Tibet, hingga pedesaan di Gunung Kidul di
Yogyakarta memang terancam oleh menipisnya ketersediaan air dari tahun ke
tahun, dari dekade ke dekade4. Selain itu, prediksi curah hujan sering tidak
akurat sehingga persediaan air yang riil sering jauh dibawah rata-rata yang
ditunjukan. Pada musim hujan, yang hanya terjadi beberapa bulan setiap
tahun, bendungan dan tandon air yang mahal diperlukan untuk menyimpan air
yang dapat digunakan saat musim kemarau (Sanim, 2011:2). Perubahan pola
hujan dan kelembapan tanah, es yang terus mencair serta semakin seringnya
bencana yang berhubungan dengan air seperti banjir dan kekeringan akan
memengaruhi produksi pangan dunia. Laporan ini memerkirakan, pada 2070,
lebih dari 44 juta penduduk di seluruh dunia akan terkena dampaknya5.
Kelangkaan air merupakan salah satu isu yang dapat menyulut
yang meliputi lebih dari separuh permukaan bumi, digunakan bersama oleh
4http://pkps.bappenas.go.id/attachments/article/956/DESEMBER%20Reguler_AIR%20BERSIH_I
NDONESIA_L.pdf
(di unduh pada Minggu, 3 April 2016 pukul 13.40)
5 http://www.hijauku.com/2012/03/13/pasokan-air-dunia-semakin-menipis/
dua negara atau lebih. Selain itu, banyak lapisan sumber air bawah tanah
membentang melintasi batas-batas negara, dan penyedotan oleh suatu negara
dapat menyebabkan ketegangan politik dengan negara tetangganya. Di
seluruh dunia, kira-kira 20 negara, hampir semuanya di kawasan negara
berkembang, memiliki sumber air yang dapat diperbarui hanya di bawah
1.000 meter kubik untuk setiap orang, suatu tingkat yang biasanya dianggap
kendala yang sangat mengkhawatirkan bagi pembangunan, dan 18 negara
lainnya memiliki di bawah 2.000 meter kubik untuk tiap orang. Penduduk
dunia yang pada 2006 berjumlah 5,3 miliar diperkirakan akan meningkat
menjadi 8,5 miliar pada tahun 2025 akan didera oleh ketersediaan air bersih.
Laju angka kelahiran yang tertinggi justru terjadi tepat di daerah yang
sumber-sumber airnya mengalami tekanan paling berat, yaitu di
negara-negara berkembang (Sanim, 2011:3).
Salah satu negara berkembang adalah Indonesia yang memiliki potensi
sumber daya air yang sangat berlimpah dengan jumlah total sekitar 3.200
milyar m3/tahun. Potensi sumber daya air tersebut merupakan nomor lima
terbesar di dunia, disamping jumlah penduduk yang nomor empat besar di
dunia. Namun, dengan potensi sumber daya air yang besar tersebut belum
dapat memenuhi penyediaan air bagi berbagai keperluan seperti penyediaan
air irigasi, air baku untuk rumah tangga, perkotaan dan industri serta termasuk
juga untuk penyediaan daya air untuk energi listrik (Menteri Pekerjaan
Umum Djoko Kirmanto).6
Pada kenyaataannya, berdasarkan kondisi air meliputi kualitas
maupun ketersediaan di Indonesia, potensi sebagai negara yang kaya air tidak
mampu menghindarkan Indonesia dari krisis air bersih . Setiap kali musim
kemarau tiba berbagai daerah mengalami kekeringan air. Bahkan ketika
musim penghujan pun krisis air bersih tetap mengintai lantaran surplus air
yang kerap mengakibatkan banjir sehingga sumber air tidak dapat
6 phttp://www.pu.go.id/main/view_pdf/7529
termanfaatkan. Krisis air bersih membuat sebagian besar penduduk Indonesia
mesti mengkonsumsi air yang seharusnya tidak layak minum. sekitar 85
persen masyarakat Indonesia masih mengonsumsi air yang kemungkinan
besar terkontaminasi, karena lokasinya tidak memperhitungkan jarak dari
tempat pembuangan tinja. United States Agency for International
Development (USAID) dalam laporannya (2007), menyebutkan, penelitian
di berbagai kota di Indonesia menunjukkan hampir 100 persen sumber air
minum kita tercemar oleh bakteri E Coli dan Coliform7. Semua itu terjadi
ketika pengelolaan dan pelestarian oleh berbagai pihak tidak dilakukan secara
baik dan benar.
Begitu pula kondisi di Kota Salatiga, Jawa Tengah yang dahulunya
terkenal dengan sebutan menara air, sekarang seiring perkembangan zaman,
justru semakin banyak yang tidak memerhatikan. Lebih dari 100 mata air
kecil atau yang disebut belik di Kota Salatiga, Jawa Tengah, terabaikan.
Selain kurang terawat, setiap tahun debit air di mata air tersebut terus
berkurang. Menurunnya debit air di mata air tersebut karena berkurangnya
daerah serapan air karena berubah fungsi. Berdasarkan data dari Kantor
Lingkungan Hidup (KLH) Salatiga, ada empat mata air besar yang ada di
Kota Salatiga, yaitu mata air Kalitaman (debet air 150 liter per detik), mata
air Kalisombo (50 liter per detik), mata air Benoyo (50 liter per detik), dan
yang terbesar mata air Senjoyo (1.000 liter per detik). Mata air Senjoyo
sebetulnya masuk dalam wilayah Kabupaten Semarang, tetapi banyak
dimanfaatkan oleh warga Kota Salatiga melalui PDAM8.
Secara administratif Sumber Mata Air Senjoyo berada di desa
Tegalwaton, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Namun lokasi
7http://sains.kompas.com/read/2010/08/26/16374722/Lahan.dan.Hutan.Kritis...Air.Krisis
(di unduh pada Selasa 21 November 2016 pukul 13.29)
8http://regional.kompas.com/read/2011/04/25/20422188/Salatiga.Bukan.Kota.Mata.Air.Lagi
geografisnya sangat berdekatan dengan Kota Salatiga. Sumber Mata Air
Senjoyo telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat maupun
instansi-instansi. Masyarakat memanfaatkan Sumber Mata Air Senjoyo sebagai irigasi
sawah maupun sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Beberapa instansi
juga telah memanfaatkan Sumber Mata Air Senjoyo sebagai pemasok air
seperti PDAM Kota Salatiga, PDAM Kabupaten Semarang, PT. Damatex,
Bataliyon Infanteri (Yonif) 411. Selain dimanfaatkan airnya untuk
pemenuhan sehari-hari maupun sebagai pemasok ke beberapa instansi,
Sumber Mata Air Senjoyo juga digunakan sebagai destinasi wisata religi
lintas provinsi setiap 1 suro (tahun baru jawa) dan aktivitas ekonomi.
Aktivitas ekonomi ini terihat dari berdirinya beberapa warung disekitaran
Sumber Mata Air Senjoyo dan parkiran yang dikelola oleh masyarakat
setempat.
Meskipun banyak pihak yang memanfaatkan Sumber Mata Air Senjoyo
sebagai pemasok airnya namun keadaanya sampai sekarang bisa dikatakan
tidak terkelola dengan baik. Kurangnya pengelolaan Sumber Mata Air
Senjoyo dapat dilihat dari segi fasilitas dan pengunaannya. Alhasil Sumber
Mata Air Senjoyo dipenuhi gulma air seperti eceng gondok dan tumpukan
sampah dari aktivitas masyarakat setempat maupun sampah dari
pengunjungnya. Dampak dari kondisi tersebut akan menjadikan debit air akan
menurun. Debit Sumber Mata Air Senjoyo terus mengalami penurunan dalam
2-3 tahun terakhir.9 Penurunan debit air dapat menimbulkan konflik, seperti
(di unduh pada Selasa 21 November 2016 pukul 14.01)
dikarenakan ketidakjelasan siapa yang harus mengelola sehingga pengelolaan
di Sumber Mata Air Senjoyo tidak maksimal dan hanya terkesan
memanfaatkan airnya saja.
Persoalan-persoalan yang dijelaskan diatas bertumpu pada peran Jejaring
Aktor di Sumber Mata Air Senjoyo terkait dengan pengelolaan dan
pemanfaatannya. Dalam hal ini penulis tertarik meneliti Jejaring Aktor dalam
pengelolaan Sumber Mata Air Senjoyo dengan menggunakan perspektif
Actor Network Theory yang menunjukan adanya jejaring yang terbentuk
tidak hanya dari manusia namun juga non manusia.
1.2
Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, dalam hal
ini penulis mencoba menetapkam rumusan masalah yang akan menjadi fokus
penelitian, yaitu :
1. Bagaimana pengelolaan air oleh para aktor di Sumber Mata Air Senjoyo?
2. Bagaimana peran jejaring aktor di dalam pengelolaan Sumber Mata Air
Senjoyo dalam perspektif Actor Network Theory ?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Mendeskripsikan pengelolaan air oleh aktor di Sumber Mata Air Senjoyo
2. Menjelaskan peran jejaring yang ada didalam pengelola Sumber Mata Air
Senjoyo dalam perspektif Actor Network Theory
1.4
Manfaat Penelitian
Dalam penulisan ini diharapkan dapat memberikan kegunaan atau manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
aktor teruma stakeholders untuk melakukan pengelolaan Sumber Mata Air
Senjoyo yang terpadu. Dan juga dapat dijadikan rujukan dalam pembuatan
kebijakan pembangunan berkelanjutan yang berkenaan dengan Sumber
Daya Air.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis dalam penelitian adalah sumbangsih bagi ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang sosiologi terutama dalam perspektif
Actor Network Theory.
1.5 Konsep dan Batasan Penelitian
Penelitian berjudul “ Peran Jejaring Aktor Dalam Pengelolaan Sumber Mata
Air Senjoyo Di Desa Tegalwaton Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang ” ini menggunakan beberapa konsep yang dijadikan acuan sebagai
kerangka analisis, yaitu:
a. Sumber daya air
Sumber daya air adalah kemampuan dan kapasitas
potensi air yang dapat dimanfaatkan oleh kegaitan manusia
untuk kegiatan sosial ekonomi. Air adalah kehidupan dan
sumber kehidupan, dimana setiap kehidupan memiliki
instrinsic value sehingga air tidak dapat dinilai apalagi dikelola
sebatas ‘barang’. Air lebih dari sekedar sebagai nilai sosial,
Dalam UU No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,
menyatakan bahwa Sumber daya air adalah air, sumber air, dan
daya air yang terkandung di dalamnya.
b. Pengelolaan Air
Pengelolaan sama dengan manajemen. Manajemen
merupakan terjemahan dari kata management dalam Bahasa
Inggris dan didefinisikan sebagai suatu aktifitas, seni, cara,
gaya, pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian, dalam
mengelola, mengendalikan kegiatan (Kodoatie, 2008:205).
Menurut Grigg (1996), pengelolaan sumber daya air
didefinisikan sebagai aplikasi dari cara struktural dan non
struktural untuk mengendalikan sistem sumber daya air alam
dan buatan manusia untuk kepentingan manusia dan
tujuan-tujuan lingkungan. Elemen-elemen penting dalam pengelolaan
Sumber Daya Air terpadu dapat dikelompokkan dalam 3
elemen utama yaitu The Enabling Environtmental, Institutional
roles, management instruments. Dalam UU No.7 tahun 2004
tentang Sumber Daya Air menyebutkan bahwa pengelolaan
sumber daya air perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan
keterpaduan yang harmonis antarwilayah, antarsektor, dan
antargenerasi.
c. Jejaring Aktor
Dalam Actor Network Theory oleh Bruno Latour pada
umumnya mengembangkan konsep mengenai jaringan, aktor,
translasi, dan intermediari. Konsep jaringan tidak hanya
berfokus pada relasi sosial aktor manusia, tetapi mencakup
aktor-aktor nonmanusia yaitu sebuah jaringan heterogen
(beragam). Aktan sama dengan aktor pengendali dalam teori
tidak mengambil perbedaan antara subyek dan obyek, subjektif
dan objektif, ke dalam pertimbangan sebagai aktor
Dalam penelitian ini peneliti membuat batasan agar penelitian ini fokus
dan tidak melebar. Penelitian ini hanya berfokus pada Peran Jejaring Aktor
dalam pengelolaan Sumber Mata Air Senjoyo di Desa Tegalwaton,
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Jejaring yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah aktor yang terlibat dalam pengelolaan Sumber Mata Air