• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO Fak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO Fak"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO

Fakultas Ekonomi

Program Studi Manajemen

http://www.unusida.ac.id

Berpikir & Menulis Ilmiah

2. Critical Thinking

Oleh: Sabtu, 4 Februari 2017

(2)

2

BERPIKIR KRITIS: SEBUAH PENGANTAR

BAB 1

Apakah Berpikir kritis itu dan Bagaimana Kita Mengasahnya

1. Beberapa Definisi Klasik dari Tradisi Berpikir Kritis

1.1 John Dewey dan “Berpikir Reflektif”

Pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya (Dewey, 1909, hlm.9).

1.2 Edward Glaser, Mengembangkan gagasan Dewey

˗ Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang

˗ Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis

˗ Semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menurut upaya

keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya (Glaser, 1941, hlm.5).

1.3 Robert Ennis– Definisi yang dipakai secara luas

Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan (lihat Norris and Ennis, 1989).

1.4 Richard Paul dan “Berpikir tentang pikiran Anda Sendiri”

Berpikir kritis adalah mode berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menetapkan standar-standar intelektual padanya (Paul, Fisher and Nosich, 1993, hlm.4).

2. Definisi Akhir mengenai Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi (Fisher and Scriven, 1997, hlm.21).

3. Ringkasan

(3)

3

BAB 2

Mengidentifikasi Alasan dan Kesimpulan: Bahasa Penalaran

1. Menentukan Keberadaan Penalaran

Pertama-tama harus dipahami kita memakai bahasa untuk banyak maksud disamping mencoba untuk meyakinkan orang lain akan satu titik pandang. Misalnya, kita melaporkan peristiwa, kita mendeskripsikan sesuatu, kita bercerita, kita bersenda-gurau, kita membuat janji dan masih banyak lagi.

2. Bahasa Penalaran: Bagian I

Sehingga..., karenanya..., jadi..., sebagai konsekuensinya..., yang membuktikan/memperlihatkan bahwa..., membenarkan keyakinan/pandangan bahwa..., saya menyimpulkan bahwa..., darinya kita bisa menarik kesimpulan bahwa..., berdasarkan hal itu maka..., menunjukkan bahwa..., ... harus...

Kata-kata ini semua digunakan untuk memperlihatkan pendapat yang ditunjukkan lewat tanda titik-titik merupakan kesimpulan untuk alasan-alasan yang telah dikemukakan.

Because (karena)..., since (karena)..., for (karena)..., berdasarkan fakta bahwa..., alasan-alasannya adalah..., pertama..., kedua..., (dan sebagainya).

Dan banyak frase lain seperti itu (dimana tanda titik-titik manunjukkan tempat terdapatnya alasan yang diberikan).

3. Bahasa penalaran: Bagian II

a. Kadang-kadang kita mengakui kita sedang membuat asumsi-asumsi dan kita mungkin menunjukkan hal itu

dengan mengatakan: ‘saya berasumsi bahwa...’, ‘... dikatakan/diandaikan bahwa...’.

b. Ketika kita membuat rekomendasi atu memutuskan sesuatu, kita bisa menunjukkan hal ini dengan

mengatakan: ‘saya merekomendasikan...’, ‘kita seharusnya...’, ‘meskipun beresiko pilihan yang terbaik adalah...’.

c. Ketika kita mengklarifikasi atau menginterpretasi sesuatu, kita bisa menggunakan ungkapan seperti: ‘untuk mengklarifikasi...’, ‘apa yang saya maksud adalah...’, ‘misalnya...’, ‘secara berbeda...’, ‘mari kita definisikan...’.

4. Ringkasan

Kesimpulan tidak harus muncul diakhir sebuah argumen, kesimpulan itu bisa muncul diawal atau sesungguhnya bisa dimana saja. Selanjutnya, kesimpulan itu bahkan mungkin tidak dinyatakan, kesimpulan itu mungkin dinyatakan secara implisit lewat apa yang dikatakan.

Setelah menjelaskan poin-poin ini, kami memperkenalkan bahasa penalaran yang lebih luas (termasuk fakta, pendapat, inferensi, dukungan, bukti, sangkalan, kekeliruan, dan lain-lain) dan memberikan Anda beberapa latihan menggunakannya, termasuk ketika mengajukan argumen-argumen Anda sendiri.

BAB 3

Memahami Penalaran: Berbagai Pola Penalaran

1. Kasus yang paling sederhana

Jelas sekali hanya ada satu alasan yang diajukan untuk mendukung sebuah kesimpulan, sehingga kita bisa menulis strukturnya seperti berikut ini: <Alasan> sehingga [kesimpulan].

2. Memberikan alasan berdampingan

<Alasan 1> dan <Alasan 2> sehingga [kesimpulan]

3. Rantai penalaran

(4)

4 4. Ringkasan

Argumen-argumen memiliki struktur. Alasan dapat mendukung (atau bertujuan untuk mendukung) kesimpulan dengan berbagai cara.

Kadang-kadang pengarang menyajikan dua atau lebih alasan berdampingan untuk mendukung kesimpulan dan melihat masing-masing alasan itu seperti memberi suatu dukungan terhadap kesimpulan itu sendirian bahkan tanpa alasan-alasan lain. Namun demikian, kadang-kadang ketika dua atau lebih alasan disajikan berdampingan, mereka harus digunakan secara bersama untuk memberi dukungan terhadap kesimpulan-kesimpulannya, hal ini dinamakan penalaran bersama dan kita menjelaskan bagaimana penalaran bersama ini berbeda dengan kasus-kasus lain dari penalaran berdampingan.

Jika pengarang tampaknya berasumsi bahwa akibatnya benar maka Anda mungkin memperoleh penjelasan sebab akibat, sebaliknya jika pengarang bermaksud membuktikan akibatnya, maka itu barangkali sebuah argumen.

BAB 4

Memahami Penalaran: Asumsi, Konteks, dan Peta Pikir

1. Asumsi

Ketika seseorang mengajukan argumen, penjelasan, atau jenis penalaran yang serupa, sangat lazim baginya untuk membiarkan beberapa hal tidak disebutkan, meskipun dia yakin hal-hal itu benar (atau dapat diterima) dan relevan dengan isunya, atau bahkan sangat penting bagi isu tersebut. Hampir semua argumen riil (argumen yang digunakan atau sudah digunakan dengan maksud untuk meyakinkan orang lain akan suatu sudut pandang) membiarkan beberapa hal tidak disebutkan dalam arti tertentu diasumsikan.

Asumsi adalah keyakinan yang secara jelas diterima atau dianggap benar oleh pembicara atau penulis tetapi mereka tidak menyatakannya atau membuatnya eksplisit.

2. Konteks

Argumen, penjelasan, dan sebagainya, selalu dikemukakan dalam suatu konteks dan konteks itu mengandung segala macam asumsi, pra-anggapan, latar belakang keyakinan, fakta yang relevan untuk menafsir apa yang dimaksudkan, aturan tingkah laku, dan lain-lain.

3. Peta berpikir untuk memahami dan mengevaluasi pemikiran

Peta berpikir merupakan daftar pertanyaan-pertanyaan penting yang Anda harus jawab ketika mempertimbangkan argumen apakah itu argumen orang lain atau argumen Anda sendiri. Dari bab-bab sebelumnya jelas terlihat bahwa dibalik pertanyaan-pertanyaan ini terdapat banyak detail. Adalah cukup mudah untuk mengajukan pertanyaan ‘apa saja alasan-alasannya (data, bukti) dan strukturnya?’. Oleh karena itu, tidaklah mengejutkan bahwa ada banyak detail yang mesti dijelaskan tentang bagaimana mengklarifikasi gagasan dan bagaimana mengevaluasi argumen, tetapi kita akan sampai pada hal ini dalam beberapa bab berikutnya.

4. Ringkasan

Hampir semua argumen riil membiarkan banyak hal tidak dikatakan, banyak hal yang tersembunyi tetapi secara implisit diasumsikan. Kita menggunakan kata asumsi dalam beberapa cara yang dijelaskan, tetapi

perhatian utama kita disini adalah asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan secara eksplisit – asumsi-asumsi yang

implisit.

Konteks argumen dapat menyediakan banyak latar belakang informasi. Hal ini dapat membantu kita memahami argumen, termasuk apa yang (atau pengarang) diasumsikan atau dimaksudkan secara implisit.

(5)

5

BAB 5

Mengklarifikasi dan Menginterpretasi Pernyataan dan Gagasan

Proses penalaran sering kali memerlukan klarifikasi. Mungkin, makna istilah-istilah yang digunakan, atau klaim-klaim yang dibuat, tidak jelas, kabur, tidak tepat atau bermakna ganda. Sebagaimana sudah dijelaskan, agar dapat menilai argumen secara kritis pertama-tama kita harus memahaminya; hal ini berarti tidak hanya memahami dengan jelas alasan-alasan, kesimpulan-kesimpulan, dan asumsi-asumsi yang dipresentasikan, tetapi juga memahami dengan jelas maksud semuanya ini.

1. Apa Masalahnya (Kekaburan, Ambiguitas, Kebutuhan akan Contoh atau Apa)

Frase membuktikan secara pasti tidak mengandung kata-kata yang problematik tetapi kalau, sebagai seorang juri dlam kasus kriminal, Anda ingin mengetahui maksudnya, masalah Anda ialah mengetahui standar atau kriteria yang dipakai, apa dianggap sebagai bukti-bukti yang belum lengkap.

Karena frase ini sudah umum pemakaiannya, mungkin Anda berharap istilah ini terdokumentasikan dengan baik dalam buku-buku hukum dan dapat dijelaskan kepada Anda oleh hakim, sehingga cukup lazim untuk bertanya kepadanya (ahli dalam kasus ini) bagaimana Anda seharusnya menginterpretasi frase itu, dan petunjuknya mestinya cukup untuk tujuan Anda.

2. Siapa Audiensnya (Apa latar belakang pengetahuan dan keyakinan Audiens yang dapat diasumsikan) 3. Berdasarkan Audiensnya, Apakah yang akan memberikan cukup klarifikasi untuk tujuan terkini

Ada banyak berbagai cara untuk mengklarifikasi gagasan-gagasan, bergantung pada kebutuhan, maka sekarang kita menjelaskan beberapa dari cara-cara ini dengan contoh-contoh yang sesuai.

4. Sumber-sumber klarifikasi yang mungkin

a) Definisi kamus (Menginformasikan pemakaian biasa)

Kamus dapat membantu ketika Anda ingin mengklarifikasi istilah-istilah, tetapi memiliki peran yang sangat khusus dalam proses mengklarifikasi gagasan-gagasan. Singkatnya, kamus memberitahu Anda cara penggunaan kata-kata secara normal, umum, dan standar oleh para penutur asli suatu bahasa. Kamus menyampaikan pemakaian yang lazim dan ditujukan kepada audiens umum, audiens yang tidak mengetahui arti sebuah kata dan perlu mendapat penjelasan singkat berkenaan dengan kata-kata lain yang lebih familiar dari bahasa yang sama (lihat Ennis, 1996, hlm. 321).

b) Definisi/penjelasan dari Ahli yang berwenang dalam bidangnya (Menginformasikan pemakaian khusus)

Untuk memeriksa kata-kata teknis seperti itu, Anda bisa mencarinya apakah itu di dalam buku teks atau buku petunjuk dalam bidang itu (ensiklopedia, umum atau khusus, mungkin juga merupakan sumber yang baik) atau bertanya kepada seseorang yang Anda perkirakan mengetahuinya yang dapat dipercaya.

c) Menentukan Makna; menetapkan makna

5. Cara-cara mengklarifikasi istilah dan gagasan

a) Memberikan ungkapan yang ‘Sinonim’– parafrase

Sinonim (berasal dari bahasa Yunani) berarti memiliki arti yang sama. Jadi, salah satu cara untuk menjelaskan arti sebuah ungkapan ialah mengemukakan beberapa ungkapan lain yang memiliki arti yang sama tetapi audiens bisa memahaminya.

b) Memberikan kondisi yang perlu dan cukup (atau definisi Jika dan Hanya Jika)

c) Mengemukakan contoh (dan non-contoh) yang jelas

Contoh yang benar-benar baik yang membantu mengidentifikasi dan mengklarifikasi gagasan

kadang-kadang dinamakan contoh ‘paradigma’ (contoh yang memperlihatkan bagaimana sesuatu itu bekerja).

d) Menarik kontras (termasuk per Genus et Differentiam)

(6)

6 6. Masalah yang menuntut klarifikasi dalam penalaran

Satu-satunya bukti yang dapat diberikan bahwa objek itu kelihatan adalah orang benar-benar melihatnya. Satu-satunya bukti bahwa bunyi itu kedengaran adalah orang benar-benar mendengarnya, dan demikian pula dengan sumber-sumber lain dari pengalaman. Dengan cara yang sama, saya melihat, satu-satunya bukti yang mungkin untuk menunjukkan sesuatu diinginkan, ialah orang benar-benar menginginkannya.

7. Maksud bab ini

Referensi

Dokumen terkait

usaha kecil.. zakat, infak dan shadaqah kepada masyarakat; kedua yaitu menerima dan menyalurkan dana yang dihimpun dari masyarakat atau pihak ketiga dengan untuk

Pada penelitian ini, untuk mengevaluasi profil protein, dilakukan inaktivasi sediaan vaksin dari isolat bakteri Aeromonas hydrophila AHL0905-2 dan Streptococcus agalactiae N 14

Ketua Program Studi Magister Manajemen Universitas Mercu Buana, menugaskan kepada dosen- dosen yang tercantum dalam Lampiran Surat Tugas ini, untuk menjadi Dosen – Dosen

2.5 Peran Guru Dan Peserta Didik Dalam Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Peran guru pada Pembelajaran Berbasis Proyek meliputi: a) Merencanakan dan

Untuk mengetahui pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi menggunakan alat peraga torso rangka manusia untuk meningkatkan hasil belajar siswa materi

Salah satu pembuka perdebatan baru dalam media sosial sebagai bagian dari pertumbuhan komunikasi industri juga melahirkan bentuk kekerasan baru yang kerap

Perbendaan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Ditinjau Dari Tingkat Self Efikasi Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di Daaerah Dampak Bencana Gunung Kelud.. Jurnal

telah ditinggalkan karena pendekatannya sinkronis, meskipun masalah perubahan makna masih juga dibicarakan; (ii) perhatian diarahkan pada strukutr kosa kata; (iii) semantik