• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KONDISI EKONOMI POLITIK MASA G30 (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH KONDISI EKONOMI POLITIK MASA G30 (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KONDISI EKONOMI, POLITIK MASA G30SPKI ( GERAKAN

30 SEPTEMBER )

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Sejarah Indonesia dan Dunia

OLEH

Renanda Dwi Astiti Makuasang

NIM : 15.2.1.042

Dosen Pengampu : Dr. Muhammad idris M.Ag

Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaityah

Fakultas Tarbiyah

Tahun 1439 H / 2017

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

IAIN

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Pasca kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945 perjuangan bangsa Indonesia belum selesai dan sangat berat sebab menghadapi dua musuh dalam perjuangan di satu sisi harus berjuang mempertahankan

kemerdekaan dari ancaman sekutu dan NICA. Sementara di sisi lain harus menghadapi tindakan makar dari gerakan separatis mereka menikam dari belakang, di saat bangsa membutuhkan kekuatan untuk mempertahankan kemerdekaan. Akan tetapi ada beberapa golongan yang tidak setuju dengan pemerintahan tersebut sehingga mereka melakukan pemberontakan seperti peristiwa Madiun/PKI, G 30 S/PKI dan konflik-konflik internal lainnya. Peristiwa Madiun/PKI pemberontakan ini terjadi pada tahun 1948 ini merupakan penghianatan terhadap bangsa Indonesia ketika sedang berjuang melawan belanda yang berupaya menanamkan kembali kekuasaannya di Indonesia, pemimpin pemberontakan ini diantaranya adalah Amir syarifuddin dan Musso.

Amir syarifuddin adalah mantan perdana mentri dan yang menandatangani perjanjian Renville ia merasa kecewa karena kabinetnya jatuh kemudian membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 28 juni 1948 dan melakukan pemberontakan di Madiun sedangkan Musso adalah tokoh PKI yang pernah gagal melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1926 setelah gagal ia melarikan diri.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana dampak dari persoalan hubungan pusat dan daerah?

2. Bagaimana persaingan ideologi pergolakan sosial politik nasional dan daerah sampai awal tahun 1960-an?

3. Bagaimana peristiwa PKI di madiun dan penangulangan konflik internal? 4. Bagaimana peristiwa DI/TII dan cara penanggulangannya?

5. Bagaimana keadaan politik, ekonomi, sosial, budaya, sebelum terjadinya G 30S PKI?

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Dampak Persoalan Hubungan Pusat dan Daerah

Kabinet Ali Sastroamidjojo mengeluarkan Undang Undang No. 1 tahun 1957 yang mengatur tentang Pokok-Pokok Pemerintahan daerah, dimana didalamnya

diatur pembagian kekuasaan dan keuangan pusat dengan daerah. Pada tanggal 9 April 1957 kabinet karya perdana mentri Djuanda menggantikan kabinet Ali Sastroadmijojo II. Kabinet ini secara teoritis bersifat non partai, namun pada hakikatnya kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU. Pada bulan Mei 1957 dibentuklah Dewan Nasional yang terdiri dari 41 wakil golongan fungsional pemuda, kaum petani, kaum buruh, kaum wanita, para cendekiawan, pemuka agama, kelompok-kelompok daerah dan lain-lain di tambah beberapa anggota ex officio. Dewan Nasional ini langsung dipimpin oleh Presiden Soekarno, sedangkan pelaksana harian adalah wakil ketuanya Ruslan Abdulgani. Kalangan militer berusaha menjamin bahwa cara-cara baru yang bersandar pada golongan golongan fungsional yang berafiliasi dengan partai-partai. Kabinet menjalin hubungan dengan dewan- dewan militer daerah yang telah mengambil alih kekuasaan di daerah daerahnya, bahkan memberi mereka beberapa dana dengan kedok pembangunan daerah.1

Pada tanggal 10 – 14 September 1957 Kabinet Djuanda mengadakan musyawarah nasional di Jakarta. Ada harapan bahwa musyawarah nasional yang pertama ini akan membawa hasil tentang cara cara pemecahan riil maslah perimbangan keuangan pusat dan daerah yang dirasakan selama itu tidak adil.

Para wakil dari dewan dewan daerah tampaknya bersedia bekerjasama, tetapi setiap kali pertemuan selalu tidak mencapai tujuan (selalu menemui jalan buntu).

Pada masa pemerintahan kabinet ini hubungan pemerintah pusat dengan daerah semakin tidak harmonis. Hal ini terlihat dari mumculnya berbagai pergolakan di berbagai daerah yang berhubungan dengan perimbangan perekonomian pusat

1

(4)

dengan daerah. Adanya konsepsi presiden tentang Konsep Ekonomi Nasional menambah ketegangan di daerah. Perkembangan yang terjadi sangat tidak menguntungkan pemerintah RI. Pertentangan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat yang berpokok pada masalah ekonomi dan perimbangan keuangan Pusat dan daerah makin lama makin meningkat.

B. Persaingan ( Ideologi, dan pergolakan sosial politik terhadap kehidupan politik nasional dan daerah sampai awal tahun1960-an)

1. Pemberontakan PRRI di Sumatera Barat

Gerakan-gerakan di daerah yang menentang kebijakan perimbangan ekonomi pusat dan daerah muncul pertama kali di Sumatera Barat, dengan berdirinya Dewan Banteng yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein. Gerakan ini menuntut otonomi daerah kepada Pemerintah Pusat, serta pergantian kabinet Djuanda. Menyusul Dewan Banteng, berdirilah beberapa Dewan Militer diberbagai daerah, seperti :

a) Dewan Gajah (Medan) :Kolonel M. Simbolon b) Dewan Garuda (Palembang) :Kolonel Barlian c) Dewan Lambung Mangkurat (Kalimantan) :Kolonel M. Basri d) Dewan Manguni (Menado) :Kolonel Ventje Samuel Letnan Kolonel Ahmad Husein bersama dengan beberapa tokoh sipil yang lain seperti Syarif Usman, Burhanudin Harahap, dan Syafrudin Prawiranegara bahkan mengeluarkan ultimatum kepada pemerintah pusat, bahwa dalam waktu 5 x 24 jam P.M. Djuanda menyerahkan mandatnya kepada Presiden dan presiden diminta untuk kembali kepada kedudukan semula sebagai presiden yang

konstitusional.Menanggapi berbagai gerakan ini, KSAD segera mengeluarkan larangan bagi para perwira untuk berpolitik dan memberikan ultimatum akan

(5)

pemerintahan. Gerakan ini bertujuan bukan untuk memisahkan diri dari RI tetapi gerakan yang bersifat menggantikan pemerintahan yang sah.2

Untuk menumpas gerakan ini pemerintah RI melaksanakan beberapa operasi, yaitu :

a) Operasi Tegas ( mengamankan Riau ) dipimpin oleh Letkol Kaharudin Nasution

b) Operasi 17 Agustus (mengamankan Sumatera barat ), dipimpin oleh Kol. A Yani

c) Operasi Saptamarga ( mengamankan Sumatera Utara ) , dipimpin Brigjen Jatikusumo

d) Operasi Sadar ( mengamankan Sumatera Selatan ) dipimpin oleh Letkol Ibnu Sutowo.

Pada tanggal 29 Mei 1961, Ahmad Husein berserta pasukannya menyerahkan diri dan pemberontakan PRRI pun berakhir.

2. Piagam Perjuangan Semesta

Gerakan daerah yang berlatarbelakang perimbangan ekonomi pusat dan daerah akhirnya meluas ke Sulawesi. Dewan Manguni yang dipimpin oleh Letkol Ventje Samuel mendukung PRRI dan mengumumkan berdirinya Permesta pada tanggal 2 Maret 1957. Gerakan ini menuntut dilaksanakannya Repelita dan pembagian pendapatan daerah secara adil ( daerah surplus mendapat 70% dari hasil ekspor ).Untuk menumpas gerakan ini pemerintah melaksanakan Operasi Merdeka, yang merupakan operasi gabungan dan dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat. Gerakan penumpasan Permesta merupakan operasi yang sangat

sulit, karena medan pertempuran sangat cocok dengan kondisi pemberontak, serta adanya indikasi keterlibatan pihak asing (AS), yaitu dengan tertangkapnya pilot

helikopter Alan Pope (warga negara Amerika Serikat) yang berhasil ditembak jatuh oleh pasukan TNI. Pada pertengahan tahun 1961 sisa sisa pemberontakan Permesta menyerahkan diri dan memenuhi seruan pemerintah untuk kembali ke tengah tengah masyarakat.

(6)

3. Peristiwa PKI di Madiun dan Cara Penanggulangan Konflik Internal Membahas tentang pemberontakan PKI di Madiun tidak bisa lepas dari jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin tahun 1948. Mengapa kabinet Amir jatuh. Jatuhnya kabinet Amir disebabkan oleh kegagalannya dalam Perundingan Renville yang sangat merugikan Indonesia. Untuk merebut kembali kedudukannya, Pada tanggal 28 Juni 1948 Amir Syarifuddin membentuk Front

Demokrasi Rakyat (FDR) Untuk memperkuat basis massa, FDR membentuk organisasi kaum petani dan buruh. Selain itu dengan memancing bentrokan dengan menghasut buruh. Puncaknya ketika terjadi pemogokan di pabrik karung Delanggu (Jawa Tengah) pada tanggal 5 Juli 1959. Pada tanggal 11 Agustus 1948, Musso tiba dari Moskow, Amir dan FDR segera bergabung dengan Musso. Untuk memperkuat organisasi, maka disusunlah doktrin bagi PKI. Doktrin itu bernama Jalan Baru,PKI banyak melakukan kekacauan, terutama di Surakarta. Oleh PKI daerah Surakarta dijadikan daerah kacau (wildwest). Sementara Madiun dijadikan basis gerilya. Pada tanggal 18 September 1948, Musso memproklamasikan berdirinya pemerintahan Soviet di Indonesia. Tujuannya untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang berdasarkan

Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis. Pada waktu yang bersamaan, gerakan PKI dapat merebut tempat-tempat penting di Madiun. Untuk menumpas pemberontakan PKI, pemerintah melancarkan operasi militer. Dalam hal ini peran Divisi Siliwangi cukup besar. Di samping itu, Panglima Besar Jenderal Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk mengerahkan pasukannya menumpas pemberontakan PKI di Madiun. Dengan dukungan rakyat di berbagai tempat, pada

tanggal 30 September 1948, kota Madiun berhasil direbut kembali oleh tentara Republik. Pada akhirnya tokoh-tokoh PKI seperti Aidit dan Lukman melarikan

(7)

Pancasila. Penumpasan pemberontakan PKI dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri, tanpa bantuan apa pun dan dari siapa pun. Dalam kondisi bangsa yang begitu sulit itu, ternyata RI sanggup menumpas pemberontakan yang relatif besar oleh golongan komunis dalam waktu singkat.

Perisyiwa G30SPKI yang lebih dikenal dengan peristiwa pemberontakan yang dilakukan PKI, bertujuan untuk menyebarkan paham komunis di Indonesia,

pemberontakan ini menimbulkan banyak korban, dan banyak korban berasal dari para jendral AD. Gerakan PKI ini menjadi isu politik untuk menolak laporan pertanggungjawaban presiden Soekarno kepada MPRS. Dengan ditolaknya laporan presiden Soekarno ini, maka Indonesia kembali ke pemerintahan yang berazaskan kepada pancasila dan UUD 1945.3

Sebab-sebab terjadinya G30SPKI adalah sebagai berikut : 1. PKI merupakan partai terbesar Indonesia

Dengan melakukan pendekatan kepada kaum berjunis, PKI berhasil menarik anggota cukup besar tercatat pada tahun 1965, anggota PKI sudah mencapai 3,5 juta. Hal ini membuat PKI menjadi partai yang besar dan kuat.

PKI melakukan beberapa cara untuk mengembangkan diri, antara lain : a. Melakukan gerakan gerilya dipedesaan dan melakukan

propaganda-propaganda menyesatkan.

b. Melakukan gerakan revesioner oleh kaum buruh di perkotaan. c. Membentuk pekerja intensif di kalangan ABRI

d. Menyusup ke berbagai organisasi lain untuk mentransparansikan organisasi PKI

e. Mendekati presiden Soekarno

2. Politik luar negeri Indonesia yang lebih condong pada blok timur

Pada masa demokrasi terpimpin, Indonesia menganut politik NEFO, sehingga

PKI dapat memperoleh dukungan dari Cina dan Uni Soviet 3. Konsep NASKOM ( Nasionalis, Agama, Komunis )

3

(8)

Dengan konsep ini, PKI dapat memperkuat kedudukannya di Indonesia, sehingga PKI memilki kekuatan yang sangat besar untuk mengadakan aksi kudeta.

C. Dampak Dari Peristiwa G30SPKI

1. Keadaan Politik sebelum terjadinya peristiwa G 30 S/PKI

Dicannagan Nasakom oleh pemerintah setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, membuat paham komunis tumbuh subur. Pengaruh PKI dalam bidang politik pun semakin luas, khususnya dalam kebijakan pemerintah, baik kebijakan politik dalam negeri maupun luar negeri/ pengaruh politik PKI pada masa Demokrasi Terpimpin antara lain sebagai berikut :

a. Penempatan golongan komunis melalui konsep Nasakom (Nasionalisasi, Agama dan Komunis)

b. Semua organisasi yang bersifat anti komunis dibubarkan dan dituduh sebagai anti pemerintah

c. Dalam politik luar negeri, pemerintah membentuk Poros Jakarta – PhnomPhenh – Hanoi – Beijing – Pyongyang. Poros ini dibentuk pada Agustus tahunn 1965

d. Indonesia melaksanakan politik mercusuar, yaitu politik yang hanya mengejar kemegahan di tengah-tengah pergaulan antarbangsa

e. PKI berusaha menghancurkan lawan-lawan politiknya. Dengan kelicikannya, PKI berhasil menghasut presiden Soekarno untuk mmbubarkan partai Murba, Masyumi, dan PSI

f. Membagi kekuataan politik dunia menjadi Nefo (New Emerging Force)

dan Oldefo (Old Established Forces). Negara-negara yang sedang berkembang yang anti terhadap imperialisme dan kolonialisme termasuk

ke dalam Nefo. Sedangkan negara-negara imperialis, kolonialis, dan kapitalis termasuk ke dalam Oldefo

(9)

negara proyek neokolonialisme (Nekolim) Inggris yang dapat membahayakan revolusi Indonesia

Indonesia keluar dari PBB pada tanggal 7 Januari 1965, hal ini disebabkan karena dipilihnya Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB

2. Dampak Politik

salah satu dampak terjadinya gerakan 30 September yaitu dampak poltik yaitu

sebagai berikut :4

a. Presiden Soekarno yang kehilangan wibawanya dimata seluruh rakyat Indonesia.

b. Kondisi politik Indonesia yang semakin tidak stabil dikarenakan muncul pertentangan di dalam lembaga tinggi negara.

c. Sikap pemerintah yang belum bisa untuk mengambil keputusan untuk dapat membubarkan PKI yang kemudian memunculkan kemarahan rakyat. d. Aksi demonstrasi yang dilakukan besar-besaran yang dilakukan oleh rakyat dan juga mahasiswa yang bergabung dalam KAMI, KAPPI, dan juga KAPI melakukan tuntutan agar PKI dibubarkan beserta dengan ormas-ormasnya. Atau yang sering dikenal dengan istilah Tritura atau sering disebut juga Tiga Tuntutan Rakyat. Tuntutannya adalah pembubaran PKI, Pembersihan cabinet Dwikora dan unsur-unsur PKI, dan penurunan harga-harga barang.

e. Pemerintah melakukan reshuffle atau pembaharuan pada cabinet Dwikora untuk menjadi cabinet Dwikora yang telah disempurnakan dan ditujukan pada cabinet yang memiliki anggota seratus menteri atau yang sering dikenal dengan cabinet seratus menteri. Cabinet yang sudah dibentuk

banyak mengalami pertentangan seperti ditentang oleh KAMI dan juga rakyat karena didalam cabinet itu sering dijumpai menteri-menteri yang

pro kepada PKI atau memberi dukungan kepada PKI sehingga mereka melakukan aksi turun ke jalan dan mengempeskan ban-ban mobil dari calon menteri yang akan dilantik dan pada aksi itu akhirnyan menewaskan seseorang mahasiswa bernama Arif Rahman Hakim. Kejadian yang

4

(10)

menewaskan Arif Rahman Hakim yang pada akhirnya menimbulkan aksi demonstrasi yang lebih besar dubangdingkan demonstrasi yang sebelumnya yang dilakukan para mahasiswa Indonesia dan juga para pemuda Indonesia di Jakarta dan juga di daerah-daerah lainnya.

f. Tanggal 25 Februari 1966 periseden Soekarno membubarkan KAMI karena dianggap sebagai pemicu munculnya aksi demonstrasi dan juga

turun ke jalan yang dilakukan para pemuda Indonesia dan juga mahasiswa Indonesia.

g. Tanggal 11 Maret 1966 diadakan siding cabinet yang membahas kemelut politik Nasional tetapi siding ini tidak bisa diselesaikan secara baik, karena adanya pasukan yang tidak dikenal yang ada di luar gedung yang kemudian menimbulkan anggapan yang dapat membahayakan keselamatan presiden Soekarno.

h. Tanggal 11 Maret 1966 presiden Soekarno mengeluarkan surat perintah 11 Maret atau lebih dikenal dengan istilah supersemar yang memiliki isi presiden Soekarno memberikan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto agar mengambil tindakan menurutnya penting serta perlu sehingga terjaminnya keamanan dan juga ketertiban jalannya revolusi dan juga menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan presiden.

3. Dampak Ekonomi

Dampak ekonomi pada [eristiwa G30SPKI mengakibatkan inflasi yang tinggi serta diikuti dengan kenaikan harga barang, sampai melebihi 60 persen setahun agar dapat mengatasi masalah tersebut, dan akhirnya pemerintah mengeluarkan dua kebijakan ekonomiyaitu :

a. Pemerintah mengadakan devaluasi rupiah lama menjadi rupiah baru yaitu Rp 1000 menjadi Rp 100.

(11)

D. Peristiwa G 30 S/PKI dan Cara penanggulangannya

Pada tanggal 4 Agustus 1965 kondisi Presiden Soekarno sangat mengkhawatirkan., pada saat itu beliau sakit muntah muntah dan pingsan, dan menurut team dokter dari Cina yang memeriksanya terdapat dua kemungkinan dengan kondisi presiden, yaitu meninggal atau lumpuh. Diagnosa team dokter dari Cina ini membuat para pimpinan PKI segera mnengambil sikap untuk secepatnya

melakukan gerakan sebelum akhirnya presiden meninggal.

Dimulai dari desa Lubang Buaya, pada tanggal 1 Oktober 1965 pukul 03.00 WIB dini hari mereka melakukan Gerakan penculikan terhadap para perwira tinggi Angkatan Darat, yaitu :

1. Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal Abdul Haris Nasution

2. Menteri Panglima Angkatan Darat (MenPangad), Letnan Jenderal Ahmad yani

3. Deputi II Panglima Angkatan Darat, Mayor Jenderal Soeprapto

4. Deputi III Panglima Angkatan Darat, Mayor jenderal Haryono Mas Tirtodarmo

5. Asisten I Panglima Angkatan Darat, Mayor Jenderal Soewondo Parman 6. Asisten IV Panglima Angkatan Darat, Brigadir Jenderal Donald Icasus

Panjaitan

7. Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan darat, Mayor Jenderal Sutoyo Siswomihardjo

Dalam peristiwa penculikan, dari ketujuh Perwira Tinggi Angkatan Darat tersebut mengalami nasib yang tidak sama :

1. Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil lolos dari penculikan dengan

meloncat pagar rumah Wakil Perdana Menteri III Dr. J. Leimena. Tetapi puterinya yang berusia 5 tahun terpaksa menjadi korban

(12)

2. Letnan Jenderal Ahmad Yani dan Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan dibawa dalam kondisi meninggal setelah di tembak di rumah beliau masing-masing.

3. Haryono M.T., Sutoyo Siswomihardjo, S. Parman dan Soeprapto di bawa dalam keadaan hidup ke desa Lubang Buaya.

Selain para perwira tinggi tersebut dan Ade irma Suryani, terdapat korban lain

keganasan gerombolan ini, yaitu :

1. Brigadir Polisi Karel Sasuit Tubun (ajudan Waperdam III Dr. J. Leimena) yang tertembak mati, pada saat gerombolan salah sasaran masuk ke rumah Dr. J. Leimena, yang di kira rumah A.H. Nasution.

2. Letnan Satu Pierre Tendean (ajudan Jenderal AH Nasution) yang ditangkap hidup - hidup karena di sangka sebagai Nasution.

3. Polisi Sukitman yang tertangkap secara tidak sengaja pada saat meronda di sekitar Lubang Buaya. Tetapi berhasil lolos dari maut.

Sementara itu pada tanggal 1 Oktober 1965 sore hari terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap Komandan Korem O72, Kolonel Katamso dan Wakilnya Letnan Kolonel Sugiono.

Pada tanggal 1 Oktober 1965, Mayor Jenderal Soeharto (Pangkostrad) mengambil alih pimpinan Angkatan Darat, karena nasib para pemimpin Angkatan Darat belum diketahui. Pada hari itu juga Mayjend. Soeharto menunjuk Kolonel Sarwo Edhie Wibowo (komandan RPKAD) sebagai Komandan penumpasan Gerakan 30 September di Jakarta, sedangkan di Jawa Tengah penumpasan di pimpin oleh Pangdam VII Diponegoro Brigjend. Suryo Sumpeno. Sebagai komandan pasukan penumpasan G 30 S, tugas pertama Kolonel Sarwo Edhie

Wibowo adalah merebut kembali RRI Stasiun Pusat Jakarta yang telah berhasil dikuasai gerombolan.

(13)

Sukitman yang masih terikat di pohon. Berdasarkan petunjuk Brigadir Polisi Sukitman yang berhasil lolos dari sekapan gerombolan, jenazah para perwira AD dapat ditemukan pada tanggal 3 Okrtober 1965 dan dimakamkan di TMP Kalibata pada tanggal 5 Oktober 1965. Pada tanggal ini juga Ade Irma Suryani Nasution meninggal di rumah sakit setelah koma sejak tanggal 1 Oktober 1965. Operasi penumpasan G 30 S berlangsung diberbagai daerah. Selain di jakarta dan Jawa

Tengah, operasi penumpasan juga dikembangkan untuk memburu para gembong penculikan sampai daerah Blitar Selatan. Operasi Militer di Blitar Selatan diberi nama Operasi trisula, sedangkan diperbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur diberi nama Operasi Kikis. Operasi-operasi tersebut berhasil menangkap dan menembak tokoh-tokoh G 30 S / PKI. Dalang utama G 30 S / PKI, D.N., Aidit tertembak mati pada tanggal 24 Nopember 1965. Tanggal 1 Desember 1965 dibentuk Komando Merapi yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhie Wibowo untuk memburu gembong pemberontak yang lari ke Jawa Tengah. Dalam operasi ini berhasil ditembak mati gembong-gembong pemberontak, seperti : Kol. Sahirman, Kol. Maryono, Letkol Usman, Mayor Samadi, Mayor RW Sakirno dan Kapten Sukarno.Sedangkan tokoh-tokoh yang tertangkap hidup-hidup seperti Letkol Untung Sutopo, diadili dalam Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) pada tanggal 14 Pebruari 1966. 5

(14)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Peristiwa G 30 S PKI adalah peristiwa berdarah bunuh membunuh yang tidak

jelas kepastiannya, dalam peristiwa ini 6 jendral tewas dan PKI dituduh sebagai

pembunuhnya. Menurut isu beredar, ada kabar bahwa para jenderal tidak puas

dengan pemerintahan Soekarno, kabar ini disebut Isu Dewan Jenderal, kemudian

digerakan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan mengadili mereka, namun

dalam proses penangkapan, secara tak terduga mereka terbunuh pada tanggal 30

September 1965.

Setelah ke enam jenderal terbunuh, tersebarlah tuduhan bahwa PKI yang

membunuh para jenderal tersebut.Menurut isu, untuk menyikapi tuduhan atas PKI

tersebut, diberantaslah PKI yang dianggap ingin mengudeta pemerintahan.Banyak

anggota-anggota PKI yang terbunuh, juga banyak orang-orang kita yang terbunuh

oleh PKI, semua itu terjadi pasca terbunuhnya jenderal pada 30 September 1965.

Sampai akhirnya, lima bulan setelah itu, keluarlah Supersemar (Surat Perintah

Sebelas Maret). Sukarno memberi Suharto kekuasaan tak terbatas melalui Surat

Perintah sebelas Maret.Semua pihak, terutama Soekarno berharap semoga aksi

bunuh membunuh pasca kejadian 30 September 1965, itu segera selesai.

Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan

Gerakan 30 September.Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari

Kesaktian Pancasila.Isu mengenai peristiwa G 30 S PKI, dari mulai

tuduhan-tuduhan kudeta sampai kematian para jenderal tidak begitu jelas.

B. SARAN

Saran saya tetap lestarikan budaya dan sejarah bangsa indonesia, sebab itu

akan bermanfaat bagi kita dan orang-orang atau generasi berikutnya untuk

mengetahui sejarah bangsanya.

Penulis juga mengharapkan agar pembaca bisa memberikan saran apapun

untuk karya tulis ini, sebab karya tulis ini tak luput dari kesalahan dan kehilafan,

(15)

DAFTAR PUSTAKA

I Gdhe Widja, “ Sejarah Lokal dan Perspektif Dalam Pengajaran Islam,, Jakarta :

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989

Helius Sjamsudin, “ Metodologi Sejarah “, Yogyakarta : Ombak, 2007

A.H Nasution, “ Memenuhi Panggilan Tugas “, Jilid 5 : Kenangan Masa Orde Lama, Jakarta : Haji Masagung, 1986

Referensi

Dokumen terkait

Seorang karyawan yang merasa puas terhadap pekerjaan serta komitmennya kepada organisasi tempatnya bekerja akan cendrung menunjukkan performa kerja yang lebih baik dibandingkan

pemahaman dan memberi umpan balik, serta pemberian latihan lanjutan lebih banyak direncanakan oleh guru sehingga aktivitas komunikasi matematis yang dibangun antara siswa dengan

Untuk mendapatkan respon ternormalisasi oleh bobot maka digunakan metode AHP dengan standar penilaian mutu tablet yang terdiri atas tingkat kekerasan, daya keregasan

surat yang akan ditandatangani oleh Walikota/Wakil Walikota terlebih dahulu harus diparaf oleh Sekretaris Daerah yang sebelumnya harus diparaf oleh Asisten Sekretaris Daerah

Akan tetapi menurut pengamatan di beberapa program studi Pendidikan Bahasa Arab maupun sastra Arab, dan jurusan Terjemah bahwa (1) pengajaran bahasa Arab masih banyak

Hasil pengamatan dan catatan dari mitra kolaborasi menunjukkan masih banyak siswa yang kuranag mampu memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah,

Batik merupakan suatu cara penerapan corak di atas kain melalui proses rintang warna dengan malam panas sebagai medium perintangnya, menggunakan alat canting, cap,

Indonesia (GIS BEI) IAIN Bengkulu dalam meningkatkan literasi Pasar Modal pada Masyarakat sehingga mendorong pengurangan penipuan investasi bodong. Penelitian ini