BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Strategi kampanye yang dilakukan oleh Bappilu Partai Gerindra melalui
strategi manajemen Dapil (menempatkan caleg sebanyak-banyaknya perdapil)
gool getter Partai Gerindra, mengambil caleg yang relatif telah teruji
elektabilitasnya yang tinggi, seperti caleg yang relatif banyak berasal dari
pensiunan birokrat, purnawiraan dan PNS seperti camat dan lain-lain, yang sudah
berpengalaman dan dekat selama ini dengan rakyat.
Pemilu yang diadakan pada tahun 2014 adalah pemilu yang kesebelas
kalinya semenjak Indonesia merdeka. Dengan kembalinya sistem multi partai ini,
para konsisten pemilih diharapkan pada sebuah kenyataan, bahwa persaingan
untuk mampu merebut, memuaskan dan meyakinkan pemilih semakin ketat.
Tujuan akhir dari persaingan antar partai ini adalah membawa pemilih ke tempat
pemugutan suara (TPS) sampai akhirnya mencoblos suatu partai.
Guna memenangkan kompetisi di ajang pemilu, para kontestan partai
politik saling bersaing satu sama lain dengan menerapkan berbagai strategi
komunikasi politik yang jitu. Strategi komunikasi politik yang dilakukan oleh
partai politik terhadap masyarakat sangat diperlukan dalam menghadapi sebuah
pemilihan umum. Keberhasilan suatu strategi komunikasi politik oleh partai
politik dalam merencanakan dan melaksanakan, akan ikut berperan pada hasil
perolehan suara partai politik dalam pemilu. Strategi komunikasi politik sangat
penting untuk dianalisis. Soalnya, strategi tersebut tidak hanya menentukan
kemenangan politik pesaing, tetapi juga akan berpengaruh terhadap perolehan
suara partai.1
1
Firmanzah, Marketing politik; Antara Pemahaman dan Realitas, yayasan Obor Indonesia, Jakarta. 2008. hal 244
Strategi memberikan beberapa manfaat melalui kegiatan taktiknya
yang mampu membangun dan menciptakan kekuatan melalui kontinuitas serta
konsistensi. Selain itu, arah strategi yang jelas dan disepakati bersama akan
menyebabkan perencanaan taktis yang lebih mudah dan cepat. Strategi pada
mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk men- capai tujuan tersebut, strategi
tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah usaha, melainkan
harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.2
Strategi komunikasi politik yang dilakukan oleh partai politik harus
menyesuaikan dengan sistem politik yang ada di Indonesia. Oleh karena itu,
sistem politik mau tidak mau turut mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
komunikasi yang dilakukan oleh partai politik.
3
Dengan demikian masyarakat diharapkan mengenai siapa yang akan
dijadikan pemimpin mereka nantinya. Secara otomatis system komunikasi politik
yang digunakan antar partai politikpun sangat variatif terlebih partai tersebut baru
beberapa kali mengikuti pemilu. Salah satunya adalah partai gerindra, partai ini
berperan sebagai pemain baru didunia perpolitikan Indonesia, dengan mengusung
seorang tokoh nasional bernama Prabowo Subianto yang menjabat sebagai dewan
Pembina partai Gerindra dan menjadi calon presiden dari partai berlambang
garuda ini.
Melihat bahwa komunikasi politik
merupakan salah satu masukan yang menentukan bekerjanya semua fungsi dalam
sistem politik. Komunikasi politik sebagai bagian dari sistem politik merupakan
satu konsepsi yang menyatakan bahwa semua gejala sosial, termasuk gejala
komunikasi dan politik, adalah saling berhubungan dan saling mem- pengaruhi.
Pemilu legislatif yang dikenal dengan Pileg serentak dilakukan di seluruh
Indonesia pada tanggal 9 April 2014, dengan peserta pemilu sebanyak 12 Partai
(multi partai), baik partai-partai lama maupun partai baru. Dua belas partai yang
beraliran agamis dan nasionalis. Perebutan suara di berbagai DPT terlihat sangat
nyata, ini dapat ditemui pada setiap wilayah-wilayah pemilihan dengan banyaknya
atribut partai yang tersebar di setiap gang-gang serta jalan-jalan. Singkatnya
pemilu pada saat sekarang ini, sebagai landasan pokok demokrasi telah
mengalami berbagai perubahan sesuai dengan tuntutan masyarakat Indonesia itu
sendiri wujud nyata perubahan ini terlihat dengan adanya penyonterangan nama
dan foto calon legislatif (Caleg) itu sendiri.
2
Effendy, Onong U., Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik, Remaja Rosda Karya, Bandung. 1993. hal 300
3
Oleh karena itu pentingnya sebuah komunikasi politik yang baik, untuk
memperoleh dukungan dari masyarakat, dalam hal ini partai Gerindra sebagai
partai yang baru kedua kalinya ikut pemilu mampu membawa partai berlambang
burung garuda ini sukses meloloskan calegnya dari Pimpinan Daerah Partai
Gerindra pada pileg di Kota Medan pada tahun 2014. Dari latar belakang masalah
diatas penulis tertarik untuk meneliti “Strategi Komunikasi Politik Partai Gerindra
Pada Kampanye Pemilu Legislatif 2014 di Kota Medan.
1.2.Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi
komunikasi politik partai Gerindra pada kampanye Pemilu Legislatif 2014 di Kota
Medan.
1.3.Batasan Masalah
Dalam penulisan ini, penulis mencoba untuk membatasi permasalahan
agar tidak terjadi kesalahpahaman dan pelebaran dalam pembahasannya nantinya.
Maka penulis membatasinya hanya pada strategi komunikasi politik Partai
Gerindra pada kampanye pemilu legislatif 2014 di Kota Medan.
1.4.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui model strategi komunikasi kampanye Partai Gerindra
pada Pemilu Legislatif 2014 di Kota Medan
2. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan strategi komunikasi kampanye
Partai Gerindra pada Pemilu 2014 di Kota Medan.
1.5.Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, secara teoritis diharapkan mampu memberikan
manfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain, terlebih lagi dalam hal
perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu, yang menjadi manfaat dari penelitian
1.5.1. Manfaat bagi penulis
Manfaat penelitian ini bagi penulis dapat mengasah kemampuan penulis
dalam membuat karya tulis ilmiah dan melatih penulis untuk membiasakan diri
dalam membuat dan membaca karya tulis. Melalui penelitian ini juga dapat
menambah wawasan dan pengalaman berharga dalam kapasitas kemampuan, dan
kontribusi penulis untuk melihat bagaimana masalah yang diteliti.
1.5.2. Manfaat akademis
Secara akademis dapat menambah referensi bagi mahasiswa khususnya
mahasiswa Departemen Ilmu Politik FISIP USU mengenai penelitian studi
kepartaian.
1.5.3. Manfaat secara teoritis
Memberikan sumbangan dan kontribusi pemikiran terhadap perkembangan
ilmu politik dalam hal perkembangan dan kekuatan politik dari Partai Gerindra
terkhusus mengenai Kemenangan Partai Gerindra pada Pemilihan Legeslatif 2014
di Kota Medan, dan juga diharapkan mampu memberikan manfaat bagi Ilmu
Sosial lainnya secara umum.
1.6.Kerangka Teoretis
1.6.1. Teori Perencanaan dan Aksi
1.6.1.1.Teori Perencanaan (Planning Theory)
Teori perencanaan dalam bidang komunikasi ini dikembangkan oleh
Charles Berger. Teori ini menjelaskan tentang proses perencanaan individu atau
seseorang dalam perilaku komunikasi. Menurut Berger, rencana adalah “Hierkis
Kognitif penyataan dari tujuan yang diarahkan untuk suatu rangkaian tindakan4
Komunikasi sangat penting dalam mencapai tujuan. Perencanaan akan
menghasilkan tujuan yang diharapkan. Perencanaan komunikasi harus disiapkan ” ,
dengan kata lain, rencana adalah gambar dari salah satu langkah yang akan dilalui
untuk memenuhi tujuan. Perencanaan adalah proses berpikir atau rencana aksi.
4
dengan baik agar dalam pelaksanaan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Biasanya pengguna komunikasi akan terhambat bila perencanaan tidak disiapkan
sehingga terjadi hambatan dalam pelaksanaan.
Manuasi adalah makhluk sosial. Karena itu, keberadaan oang lain menjadi
penting dalam hidup kita. Diperlukan komunikasi dan perencanaan jika
mempunyai tujuan untuk mempengaruhi orang lain. Manusia dapat mencapai
berbagai jenis tujuan dengan berkomunikasi dengan cara tertentu.
Dari teori perencanaan yang dikembangkan oleh Charles Berger, dapat
dilihat beberapa asumsi dasar, yaitu :
a. Kekuatan tujuan akan mempengaruhi rencana yang cenderung kompleks
Asumsi ini menyatakan ketika tujuannya kuat, tentu saja akan
mempengaruhi rencana yang dimiliki tentang rencana dan pengetahuan
dalam pelaksanaan aksi.5
b. Teori ini memprediksikan ketika suatu pengetahuan (khusus dan umum)
yang lebih kompleks, maka rencana akan jelas.
Dalam kasus ini dapat kita lihat seberapa besar
kekuatan Partai Gerindra khususnya Pimpinan Daerah dalam perencanaan
untuk memenangkan Pileg di Kota Medan
Asumsi ini menitikberatkan pada sumber informasi atau sumber
pengetahuannya harus dikuatkan terlebih dahulu, apabila sumbernya sudah
kuat, maka dalam perumusan rencana akan lebih mudah dan lebih
terperinci. Dalam hal ini. Pimpinan Daerah Kota Medan terlebih dahulu
mengetahui bagaimana Pileg di Kota Medan. Setiap daerah pemilihan
(dapil) akan berbeda dalam menilai strategi komunikasi politik suatu
partai.
c. Besar atau kecilnya hasil yang dicapai bergantung pada motivasi untuk
mencapai tujuan.
Teori Berger menunjukkan bahwa apakah besar dan kecilnya keberhasilan
bergantung pada motivasinya untuk mencapai tujuan. Sebuah rencana akan
matang dan mempunyai kemungkinan besar untuk berhasil apabila
mempunyai motivasi yang kuat. Sebaliknya, jika motivasi untuk mencapai
5
tujuannya rendah, akan mungkin terjadi kegagalan. Dapat kita lihat apakah
Pimpinan Daerah Partai Gerindra mempunyai motivasi kuat yang untuk
meloloskan Calegnya dalam Pileg atau Pimpinan Daerah hanya akan
menjadi penonton atau partai yang hanya ikut meramaikan Pileg di Kota
Medan.
d. Perencanaan dan pencapaian tujuan sangat terikat ke dalam emosi
Keberhasilan perencanaan dan pencapaian tujuan ditentukan oleh kerja
keras untuk mencapai tujuan dan kedekatan tujuan yang sebenarnya. Jika
tujuan itu sangat penting, maka seseorang akan berhati-hati dan sangat
memikirkan tentang rumusan perencanaan.6
1.6.1.2.Teori Aksi (Action Assembly Theory)
Jika perencanaan hanya
dirumuskan dengan seadanya, maka dapat dipastikan akan mengalami
kegagalan. Pencampuran emosi dan pemikiran perencanaan menjadi
kekuatan dalam pelaksanaan (aksi) ikatan emosional antara Pimpinan
Daerah dengan Caleg menjadi ikatan kuat untuk memenangkan Pileg di
Kota Medan
John Greene dalam teorinya action assembly theory menjelaskan tentang
cara seseorang mengorganisasikan pengetahuan dengan pikiran dan
menggunakannya untuk membentuk pesan.7
Pengetahuan procedural terdiri dari suatu kesadaran akan konsekuensi dari
berbagai aksi dalam situasi-situasi yang berbeda. Dalam action assembly theory,
pengetahuan procedural (procedural knowledge) menjadi pusat perhatian utama.
Greene menggambarkan cara kerja procedural knowledge seperti titik-titik Teori ini menjelaskan struktur dan
proses tersebut dalam aksi komunikatif. Teori ini menguji cara pengetahuan yang
diurutkan dan digunakannya dalam komunikasi.
Dari teori kumpulan aksi yang dikembangkan oleh Jhon Greene, terdapat
beberapa asumsi dasar. Dalam teori ini, Greene menyebut 2 (dua) komponen
pengetahuan, yakni pengetahuan isi (content knowledge) dan pengetahuan
procedural (procedural knowledge).
6
Ibid.hal 103 7
(nodes) yang saling terhubung satu sama lain.8
a. Teori ini mengasumsikan bahwa seseorang berperilaku dan bertindak
berdasarkan struktur dan proses yang turut berdasarkan pengetahuan.
Inti dari asumsi dasar ini adalah
anda tahu tentang sesuatu dan anda tahu bagaimana melakukan sesuatu itu (you
know about things, and you know how to do things)
Asumsi dasar ini menjelaskan, ketika bertindak dan berprilaku harus
sesuai prosedur, urutan dalam bertindak merupakan suatu hal yang penting.
Seseorang harus memilih yang paling sesuai dengan keadaan untuk mencapai
tujuan. Pimpinan Daerah harus menyusun tindakan (aksi) yang akan dilakukan.
Rangkaian tindakan yang terstruktur menjadi salah satu penentu untuk mencapai
tujuan.
b. Adanya keseimbangan tindakan
Menurut teori ini, kesinambungan tindakan merupakan suatu proses yang
rumit dan tidak selalu berhasil. Untuk melakukan suatu yang baik tidak hanya
membutuhkan pengetahuan dan motivasi saja, tetapi juga kemampuan untuk
mengatur dan mengambil tindakan yang diperlukan secara efisien dan tepat.
Pimpinan Daerah Partai Gerindra Kota Medan sebagai Partai Politik, harus
mempunyai strategi dan rencana dalam menangkan Pileg di Kota Medan.
1.6.2. Komunikasi Politik
Arifin Rahman, komunikasi politik merupakan salah satu input dari sistem
politik, dimana politik ini menggambarkan proses informasi-informasi politik.
Sedangkan menurut Alfian komunikasi politik yang diasumsikan yang menjadi
sistem politik itu hidup dan dinamis. Komunikasi politik mempersembahkan
semua kegiatan dari sistem politik sehingga aspirasi dan kepentingan
dokonversikan menjadi berbagai kebijaksanaan.9
Komunikasi politik disamping semua bagian dari sistem politik,
komunikasi politik dapat pula menentukan kualitas tanggapan dari sistem politik
itu sendiri. Bilamana komunikasi politik berjalan dengan lancar, wajar dan sehat
maka akan meningkatkan kualitas responsif yang tinggi terhadap perkembangan
8
Ibid. hal 1 9
aspirasi dan kepentingan masyarakat serta tuntutan perubahan zaman. Menurut
Lucian Pye, seluruh proses-proses social yang dapat dianalisis dalam pengertian
struktur, kandungan dan aliran komunikasi. Sebagaimana dijelaskan :
Komunikasi adalah jarring masyarakat manusia. Struktur sebuah sistem komunikasi dengan saluran-salurannya yang sedikit banyak terdefinisikan baik adalah seperti halnya kerangka dari tubuh social yang membungkusnya. Kandungan komunikasi merupakan sumber substansi dasar hubungan manusia. Aliran komunikasi menentukan arah dan jejak perkembangan social yang dinamis10
10 Ibid.
Menurut Redi Panuju, unsur-unsur dalam komunikasi politik umumnya
terdiri dari komunikator, komunikan, pesan, media, tujuan, efek dan sumber
komunikasi. Kesemua unsur ini berada pada dua struktur politik, yakni
infrastruktur dan suprastruktur politik. Dari kerangka di atas dapat diasumsikan
bahwa komunikasi semata-mata sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Lebih jauh ia mengatakan bahwa ada enam bagian scenario berfikir,
yaitu:
1. Komunikasi merupakan cara dan teknik penyerahan sejumlah tuntutan dan
dukungan sebagai input dalam sistem politik, misalnya dalam rangka artikulsi
kepentingan.
2. Komunikasi digunakan sebagai penghubungan antara pemerintah dengan
rakyat, baik dalam rangka mobilasasi social untuk implementasi tujuan,
memperoleh dukungan, memperoleh kepatuhan dan integritas politik.
Komunikasi juga digunakan sebagai bentuk feed back atas sejumlah output
(kebijakan pemerintah)
3. Komunikasi menjalankan fungsi sosialisasi politik kepada warga negara.
4. Komunikasi menjalankan peran memberi ancaman (coercion) sekaligus juga
memberikan batasan-batasan mengenai hal-hal yang ditabukan untuk
membatasi ruang gerak aktifitas politik masyarakat.
5. Komunikasi mengkoordinasikan tata nilai politik yang diinginkan, sehingga
mencapai tingkat hagemonitas yang relatif. Hagemonitas nilai-nilai politik ini
6. Komunikasi sebagai kekuatan kontrol sosial yang memelihara idealism social
dan keseimbangan politik11
Pendapat umum adalah hasil dari pengaruh kontak tatap muka dan media
massa pengaruh orang tua, pendidikan, kelompok sebaya, kelompok kerja dan
waktu senggang, opinion leaders disatu pihak dan dari pengaruh surat kabar serta
media cetak. Tentunya semua pengaruh ini tidak sama pentingnya dan dalam
banyak hal tergantung pada evaluasi masing-masing individu.
Pendapat umum tidak dibentuk dalam isolasi, dan tidak hanya menjadi
satu bagian yang terintegritas dari proses komunikasi politik saja, akan tetapi juga
dari proses-proses sosialisasi, partisipasi dan pengrekrutan. Pendapat umum
tersebut erat terlibat dalam setiap proses, sebab apa yang diketahui orang dan
diyakini merupakan faktor penting dalam penentuan tingkah laku politik mereka.
12
1.6.3. Strategi
Strategi merupakan rencana komprehensif untuk mencapai tujuan
organisasi. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktifitas dalam kurun
waktu tertentu. Pada awalnya kata strategi dipergunakan untuk kepentingan
militer “strategi” adalah turunan dari kata dalam bahasa yunani, strategos.
Adapun stretegos dapat diterjemahkan sebagai “komandan militer atau
kepemimpinan atas pasukan”.
Von Cluasewitz menjelaskan bahwa tujuan strategi itu sendiri bukanlah
merupakan suatu kemengan yang tampak dipermukaan, melainkan kedamaian
yang terletak di belakangnya. Terkait defenis diatas erat kaitannya denagn strategi
politik yang dijalankan setiap partai politik tentunya berbeda-beda, seperti
misalnya mempengaruhi, merekrut lalu mendoktrin individu-individu yang ada
dalam masyarakat. Tujuan utama dari strategi ini adalah untuk menggapai
“kemenagan”. Kemenangan merupakan menjadi tujuan dan focus utama dari
partai politik untuk meraih dan memperoleh suara sebanyak-banyaknya pada
11
Ibid. hal 874-875 12
pemilihan umum agar bias menempatkan wakil-wakil yang diajukan oleh setiap
partai politik.13
1.6.3.1.Strategi Politik
Partai politik ini tidak terlepas dari yang namanya “strategi politik”.
Strategi politik merupakan teknik, cara, atau strategi yang digunaklan untuk
mewujudkan suatu cita-cita politik, strategi politik sangat penting bagi setiap
partai politik, tanpa adanya strategi politik maka perubahan jangka panjang sama
sekali tidak akan terwujud. Perencanaan strategi suatu proses dan perubahan
politik merupakan analisis yang gambling dari keadaan kekuasaan, sebuah
gambaran yang jelas mengenai tujuan akhir yang ingin dicapai, dan juga segala
kekuasaan untuk mencapai tujuan tersebut.14
Pendekatan dan kominikasi politik perlu dilakukan oleh kontestan untuk
dapat memenangkan pemilu. Para kontestan perlu melakukan kajian untuk
mengedintifikasi besaran (size) pendukungnya, massa mengembang dan
pendukung kontestan lainnya, identifikasi ini perlu dilakukan untuk menganalisis
kekuatan dan potensi suara yang akan dipeoleh pada saat pencoblosan, juga untuk
mengedntifikasi strategi pendekatan yang diperlukan terhadap masing-masing
kelompok pemilih. Strategi ini perlu dipikirkan oleh setiap kontestan karena
pesaing secara intens melakuakan upaya-upaya untuk memenangkan pesrsaingan
politik. Sementara itu, cara masyarakat menentukan pilihanya juga tergantung
pada karakteristik masyarakat bersangkutan. Di satu sisi, terdapat kelompok
masyarakat yang lebih menggunakan logika dan rasionalitas dalammenimbang
kontestan. Kemampuan kontestan memecahkan persoalan masyrakat menjadi titik
perhatian kelompok masyrakat ini. Di pihak lain, kedekatan idiologis juga
menjadi kekuatan untuk menarik pemilih kedalam bilik suara dan mencoblos
kontestan yang beridiologi sama. Pemilih jenis ini tidak begitu memperdulikan
program kerja apa yang ditawarkan oleh partai politik bersangkutan. Asal idiologi
partai tersebut sama dengan idiologi pemilih, sudah cukup alasan baginya untuk
memmilih kontestan ini. Besaran antara karakteristik alasan yang dipakai untuk
13
Peter Schoder, Strategi Politik, Jakarta: Friderich Naumun Stifung, 2003 hal. 4 14
menentukan pilihan dengan segmen- segmen pemilih dapat dilihat dalam tabel 1.1
berikut.15
15
Firmanzah, Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realita, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2007, hal. 124
Tabel 1.1.
Jenis dan Alasan Pemilih
Pembagian Pemilih
Anggota Partai Partisan Non Partisan
Problem Solving Penguatan dan proteksi secara rasional
Peyakinan secara rasional
Pengenalan dan merebut secara rasional Ideology Penguatan dan
Proteksi secara ideologi
Peyakinan secara ideologi
Pengenalan dan merebut secara ideologi
Kontestan adalah kelompok masyarakat yang diwakili dan memiliki
kedekatan dengan suata partai politik. Kelompok masyarakat ini merupakan basis
pendukung kontestan. Konstituens memiliki loyalitas yang paling tinggi
dibandingkan dengan jenis pemilih lain. Sementara non-partisan adalah massa
mengambang yang masih belum memutuskan partai politik apa yang mereka
dukung. Non-partisan tidak mengikatkan diri dengan suatu partai politik apapun.
Biasanya jenis pemilih ini akan menjatuhkan pilihannya diakhir periode
kampanye. Atau, mereka malah tidak memilih siapaun karena mereka tidak
melihat sutu pun dari pilihan kontestan yang sesuai dengan harapan mereka. Jenis
pemilih terakhir adalah pendukung atau konstituen partai politik lain. Suatu partai
politik atau kontestan individu perlu juga mengembangkan hubungan dengan
pendukung partai lain. Hal ini dilakukan karena kontestan pemilu perlu menjaga
stabilitas dan situasi yang aman semasa periode kampanye. Partai politik perlu
menggunakan penguatan yang bersifat rasional ketika mereka berhadapan dengan
konstituen yang lebih mengedepankan Problem-soving. Ketika partai politik harus
berhubungan dengan konstituen yang lebih melandaskan alasan memilih pada
aspek-aspek non-rasional, penguatan idiologi perlu dilakukan. Mengingatkan
pesan, nilai, norma, dan faham partai perlu ditekankan dalam hal ini.
Dalam rangka memenangkan pemilihan umum setiap partai politik harus
memiliki strategi dan ini juga merupakan bagian dari grand strategi partai politik,
yaitu yang disebut dengan strategi politik. Sebuah bentuk strategi politik yang
khusus adalah strategi pemilihan umum. Dalam strategi pemilihan umum, yang
terpenting disini adalah memperoleh kemenangan dan kekuasaan sebanyak
mungkin pengaruh dengan cara memperoleh hasil yang baik dalam pemilihan
umum, sehingga politik dapat diwujudkan dalam suatu perubahan dalam
masyarakat.
Persaingan dalam memperoleh suara sebanyak-banyaknya dalam
pemilihan umum, untuk menarik simpatik pemilih harus direncanakan dengan
hati-hati, di design dengan sebaik mungkin dan membutuhkan apa yang disebut
dengan “strategi”.16
1.6.3.3.Jenis- Jenis Strategi Politik
Strategi pemilihan umum yang digunakan untuk memperoleh
kekusaan seringkali dipandang suatu hal yang buruk. Padahal strategi ini
digunakan dengan tujuan untuk menyampaikan dan menawarkan konsep-konsep
dari partai politik.
Berikut jenis-jenis strategi dalam politik politik menurut Peter Schoder
dalam tabel 1.2.17
Strategi Ofensif
Tabel 1.2
Jenis-Jenis Strategi Politik
Strategi Defensif
Strategi memperluas pasar Strategi mempertahankan pasar
Strategi persaingan Strategi pelanggan, strategi multiplikator
Strategi menembus pasar Strategi menutup, menyerahkan pasar
Strategi pelanggan Strategi lingkungan sekitar
Strategi ofensif selalu dibutuhkan, misalnya apabila partai ingin
meningkatkan jumlah pemilihnya atau apabila pihak eksekutif ingin
mengimplementasikan sebuah proyek. Dalam kedua kasus tersebut harus ada
16
Ibid. hal 123 17
orang yang lebih banyak oaring yang memiliki pandangan positiif terhadap partai
atau proyek tersebut, sehingga kampanye dapat berhasil. Yang termasuk kedalam
strategi ofensif adalah startegi memperluas pasar dan strategi menembus pasar.
Pada dasarnya, semua strategi ofensif yang diterapkan saat kampanye pemilu
harus menampilkan perbedaan yang jelas dan menarik antara kita dan partai-partai
pesaing yang ingin kita ambil alih pemilihnya. Dalam strategi ofensif yang
digunakan untuk mengimplementasikan politik yang harus dijual atau ditampilkan
adalah perbedaan terhadap keadaan yang berlaku saat itu serta
keuntungan-keuntungan yang dapat diharapkan dari padanya. Sedangkan strategi defensif akan
muncul kepermukaan ketika terjadainya koalisi partai pemerintah yang terdiri atas
beberapa partai yang ingin memperthankan mayoritasnya. Di lain waktu strategi
defensive muncul ketika sebuah pasar tidak lagi dipertahankan lebih lanjut, dan
ketika penutupan pasar ini diharapkan membawa keuntungan yang lebih banyak.
1.6.4. Kampanye Politik 1.6.4.1.Pengertian Kampanye
Roger dan Storey mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan
komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada
sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu
tertentu. Merujuk pada defenisi ini maka setiap aktivitas kampanye komunikasi
setidaknya harus mengandung empat (4) hal yakni : Pertama:Tindakan kampanye
yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, Kedua: Jumlah
khalayak sasaran yang besar, Ketiga : Biasanya dipusatkan dalam kurun tertentu
dan, Empat : Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.18 Kampanye politik secara universal dapat didefenisikan sebagai suatu cara
yang digunakan para warga dalam demokrasi untuk menentukan siapa yang akan
memerintah mereka. Menurut Pasal 1 butir 11 Undang-Undang No. 12 tahun 2003
(Pemilu Legislatif) kampanye pemilu adalah kegiatan proses pemilu dan atau
calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), DPRD Propinsi, dan DPRD
18
Kabupaten dan kota untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan
program-programnya.
Ciri utama dari kampanye adalah persuasif, perubahan sikap, dan tingkah
laku dari objek komunikasi (komunikan) yang ingin dicapai melalui himbauan
dan ajakan. Faktor penting disini adalah membuat komunikan tertarik sehingga
mau secara sadar dan sukarela menerima dan menuruti keinginan komunikator
(sumber pesan).
Menurut Gabriel Almond yang dikutip oleh Rauf, menyatakan bahwa
salah satu bentuk komunikasi politik adalah kampanye politik Komunikasi politik
versi Almond beranggapan bahwa arus komunikasi bisa mengalir dari bawa ke
atas yaitu dari masyarakat ke penguasa politik ke masyarakat.19
19
Maswadi Rauf, Konsensus Politik, Direktorat Jenderal Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2000
Bagi kampanye politik, keefektifan adalah memenangkan pemilihan
dengan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia secara tepat dengan
mengimplementasikan dan merealisasikan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
dengan menawarkan program, visi, dan misi partai politik.
Isi pesan dalam kampanye adalah program dan pandngan atau pendapat
partai politik. Melalui kampanye, apara juru kampanye menyampaikan kebaikan
dan keunggulan program, rencana kerja yang akan dilakukan oleh partai yang
bersangkutan bila keluar sebagai pemenang dalam pemilhan umum, dan
Dalam ilmu politik ada empat tekhnik kampanye yaitu: 20
1. Kampanye dari pintu ke pintu (Door to door Campaign) Dilakukan
dengan cara kandidat mendatangi langsung para pemilih sambil
menanyakan persoalan-persoalan yang mereka hadapi
2. Kampanye diskusi kelompok (Group Discussion). Dilakukan dengan
membentuk kelompok, diskusi kecil, yang membicarakan masalah
yang dihadapi oleh masyarakat
3. Kampanye massa tidak langsung (Indirect Mass Campaign).
Dilakukan dengan cara berpidato di radio, televisi, ataupun iklan di
media cetak
1.6.4.2 Bentuk-Bentuk Kampanye
Bentuk-bentuk kampanye yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan itu
dikemukakan seperti pada Pasal 17 Undang-undang 15 Tahun 2013 menyatakan
bahwa kegiatan kampanye itu dilakukan melalui:
1. Pertemuan Terbatas
2. Tatap Muka
3. Penyebaran malalui media cetak dan media elektronik
4. Penyiaran melalui radio dan atau televisi
5. Penyebaran bahan kampanye kepada umum
6. Pemasangan alat peraga di tempat umum
7. Rapat Umum
8. Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan.
1.6.4.3 Pengertian Juru Kampanye
Daryanto, mengemukakan bahwa pengertian juru kampanye adalah orang
yang bertugas melaksanakan pekerjaan tertentu. Jadi juru kampanye adalah
seseorang yang bertugas menyampaikan materi-materi kampanye kepada
khalayak audience dalam lingkup kampanye. Dalam hal ini ada sejumlah aturan
main yang harus dimiliki oleh para juru kampanye dan para kontestan pemilihan
20
umum yakni asas yang melandasi pelaksanaan pemilu yaitu asas langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil.
1.6.4.4 Peranan Juru Kampanye
Titus megemukakan bahwa untuk memilih Juru kampanye partai, dapat
digunakan kriteria yang sama untuk memilih pemimpin yang intellectual capacity,
self significance, vitality, training, experience, dan reputation.21
Oleh sebab itu, Juru Kampanye dalam perolehan suara, harus memiliki
strategi komunikasi kampanye secara efektif yaitu:22
a. Bagaimana mengubah sikap (how to change the attitude)
b. Mengubah opini (to change the opinion)
c. Mengubah perilaku (to change behavior)
Tujunnya adalah membentuk menanmkan harapan, sikap, keyakinan, dan
orientasi, dan perilaku pemilih. Perilaku pemilih yang diharapkan adalah ekspresi
mendukung dengan berbagai dimensinya, khusunya menjatuhkan pilihan pada
partai atau kandidat tertentu.23
Warjio menambahkan bahwa peranan ataupun tugas yang dilakukan oleh
juru kampanye dalam kegiatan-kegiatan politik, seperti Pemilu, pemilihan
kepala daerah adalah menyampaikan pesan-pesan politik atau melindungi
tujuan-tujuan kepentingan politik.
24
Tema-tema yang perlu disusun juru kampanye sebagai strategc policy
harus memenuhi syarat 3A yaitu :
25
1. Attractive
Tema-tema kampanye yang diajukan juru kampanye, harus attractive atau
mudah menarik perhatian pemilih.
2. Absorbed
21
A.M. Fatwa, Kampanye Partai Politik Di Kampus, Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003,hal. 18
22
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations,edisi Revisi,Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 23
23
Adnan Nursal, Political Marketig: Strategi Memenangkan Pemilu,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2004, hal. 23
24
Dikutip dari Harian Analisa, Edisi Rabu, 9 April 2008
25
Informasi yang disajikan oleh juru kampanye harus mudah terserap
terhadap pikiran pemilih
3. Attributable
Tema yang attributable biasanya memiliki kaitan dengan reputasi dan
identitas partai atau kandidatnya. Sebuah tema dikatakan attributable bila
tema tersebut mempunyai daya untuk menanmkan makna politis tertentu
kepada para pemilih
1.6.4.5 Manajemen Kampanye
Joe Garecht mengajukan empat strategi besar agar kampanye terorganisasi
dengan baik dan mencapai sukses, yakni :
1. Rencana
Ini taktik pertama dan yang terpenting agar kampanye terorganisasi dengan
baik. tanpa perencanaan yang baik, kampanye akan berjalan tanpa target dan
hasil yang diharapkan, jika berhasil itu hanya merupaka keberuntungan.
2. Pendelegasian
Para kandidat politik biasanya lemah dalam hal pendelegasian (poor
delegator) atau bagi-bagi tugas. Bakat dan ambisi yang menjadikan mereka
kandidat poltik yang hebat, juga membuat mereka ingin mengendalikan
kampanye dan mengurusnya utnuk memastikan bahwa semuanya dijalankan
dengan baik.
3. Membuat jadwal atau skedul (Create a Timeline)
Setelah menyusun rencana kampanye, buatlah jadwal kampanye atau kalender
yang mendaftar tugas-tugas kunci-kunci yang harus dilakukan. Bahkan sketsa
tentang jadwal kampanye tiap-tiap anggota tim sehingga mereka bisa melihat
tugas-tugas mana saja akan mereka kerjakan sesuai dengan kalender secara
keseluruhan.
1.7.Metode Penelitian
1.7.1. Metodologi Penelitian
Pendekatan metodologi dalam penelitian ini termasuk kategori kualitatif
mengoperasionalisasi konsep atau menguji konsep pada realitas yang diteliti.26 Riset deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian.27
1.7.2. Subjek Penelitian
Penelitian ini
menggambarkan dan menguraikan strategi komunikasi kampanye Partai Gerindra
pada Pemilu Legislatif Tahun 2014
Subjek dalam penelitian ini adalah Strategi Komunikasi Politik Partai
Gerindra pada Kampanye Pemilu Legislatif 2014 di Kota Medan, dalam mencapai
tujuannya. Oleh karena itu, sebagai pelaku, Partai Gerinda adalah subjek dari
penelitian ini. Dalam pelaksanaannya, kebijakan kampanye terpusat Partai
Gerinda harus disesuaikan kembali dengan latar belakang budaya dan kondisi
masyarakat di daerah masing-masing. Tim Pemenangan Pemilu Daerah
diharuskan melakukan inovasi dalam melakukan strategi komunikasi di daerah
masing-masing. Dari sekian banyak strategi komunikasi kampanye yang
dilaksanakan, hanya tiga kegiatan yang dikoordinasi Tim Pemenangan Pemilu
Nasional, yaitu iklan televisi, iklan radio, dan nada sambung pribadi. Hal ini
disebabkan oleh latar belakang budaya dan kondisi masyarakat di Indonesia yang
sangat beragam.
1.7.3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:28 a. Wawancara
Mengumpulkan data dan informasi langsung dari peneliti kepada subjek
penelitian, wawancara terdiri dari Ketua DPC Partai Gerindra Kota Medan,
Wkl Ketua Partai, Wkl. Sekretaris dan Wkl. Bendahara Partai Gerindra DPC
Kota Medan dan simpatisan Partai Gerindra
b. Dokumen
26
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Predana Media Group.2008. hal 65-67
27
Simamora, Bilson. Riset Pemasaran (Falsafah, Teori, dan Aplikasi). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2004. hal 107
28
Mengumpulkan data melalui dokumen umum, jurnal, surat, tabloid, koran, dan
lain-lain.
1.7.4. Analisis data
Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif:
Analisa data deskriptif kualitatif mengadopsi cara berpikir induktif untuk
menganalisis proses sosial yang berlangsung dan makna dari fakta-fakta yang
tampak dipermukaan. Model tahapan analisis induktif adalah sebagai berikut :29 a. Melakukan pengamatan sosial, melakukan identifikasi, revisi-revisi, dan
pengecekan ulang terhadap data yang ada
b. Melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh
c. Menelusuri dan menjelaskan kategorisasi
d. Menjelaskan hubungan-hubungan kategorisasi
e. Menarik kesimpulan-kesimpulan umum
f. Membangun atau menjelaskan teori
1.8. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam
penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan kedalam empat bab,
masing-masing bab dibagi dalam sub bab dengan rincian sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah yang akan dibahas, tujuan dan manfaat
penulisan, kerangka teori dan sistematika penulisan.
BAB II DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
Bab ini akan memberikan gambaran secara umum tentang sejarah
singkat lokasi penelitian yang dalam hal ini adalah Partai Gerindra,
Bab ini juga akan memberikan gambaran tentang Partai Gerindra
Kota Medan
BAB III HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
29
Bab ini akan memuat hasil dan analisis penelitian dari penelitian
yang berhubungan dengan Model strategi komunikasi kampanye
Partai Gerindra pada Pemilu Legislatif 2014 di Kota Medan,
Kekuatan dan kelemahan strategi komunikasi kampanye Partai
Gerindra pada Pemilu 2014 di Kota Medan.
BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir yang berisi kesimpulan, saran
maupun rekomendasi yang berdasarkan hasil analisis data yang