1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit merupakan bagian terluar tubuh yang membungkus daging serta organ-organ yang ada di dalamnya. Kulit berfungsi sebagai sarana pertahanan pertama terhadap lingkungan sekitar (Widyastuti, 2013). Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya ultraviolet matahari (Tranggono dan Latifah, 2007).
Lapisan germinativum merupakan salah satu lapisan pada kulit yang berperan dalam pembentukan awal keratinosit baru yang mengandung melanosit, yaitu sel yang memproduksi melanin guna memberi warna kepada kulit serta melindungi DNA. Mutasi DNA pada inti sel kulit akibat sinar matahari dapat menyebabkan kanker dan kerusakan sel sehingga kulit terlihat lebih cepat menua (Widyastuti, 2013).
2
Sel melanin terbentuk akibat paparan sinar matahari yang terlalu sering pada kulit. Sel-sel melanosit yang memproduksi melanin, dapat menjadikan warna kulit menjadi lebih gelap dan terbentuk flek (Widyastuti, 2013). Adanya keterbatasan kulit untuk melawan efek negatif tersebut, maka diperlukan perlindungan buatan, baik perlindungan fisik misalnya penggunaan jaket, topi lebar atau payung, maupun perlindungan kimia misalnya penggunaan tabir surya dalam sediaan kosmetik (Ditjen POM, 1985).
Anggur (Vitis vinifera) merupakan salah satu buah yang penting dan menurut FAO (Food and Agliculture Organization) buah anggur diproduksi sekitar 58 juta ton metrik tiap tahun. Sekitar 80% dari hasil panen buah anggur hanya dimanfaatkan dalam industri pembuat minuman. Biji anggur adalah produk limbah yang dihasilkan dalam industri pembuat minuman (Yousefi, dkk., 2013).
3
Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membaurkan atau menyerap secara efektif cahaya matahari, terutama daerah emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya matahari (Ditjen POM, 1985). Tabir surya terbagi atas dua macam yakni tabir surya kimia; contohnya PABA, turunan benzofenon seperti oksibenzon, turunan sinamat seperti oktilmetoksisinamat, dan antranilat yang dapat mengabsorbsi radiasi ultraviolet matahari. Tabir surya fisik; misalnya titanium dioksida, silikat, seng oksida, petrolatum dan kaolin dapat memantulkan sinar radiasi matahari ( Wasitaatmadja, 1997).
Dalam mengoptimalkan kemampuan sediaan tabir surya, pada umumnya ditambahkan minyak-minyak tumbuhan seperti minyak almond, alpukat, kelapa, biji kapas, zaitun, kacang tanah, wijen dan kacang kedelai yang berfungsi sebagai pelembab karena daya penetrasi dan penyebaran di kulit yang baik, serta mempunyai sifat sebagai pelindung terhadap sinar ultraviolet (Kaur, dkk., 2010).
4 1.2 Perumusan Masalah
1. apakah ada pengaruh penambahan minyak biji anggur terhadap efektivitas sediaan tabir surya kombinasi oksibenzon dan oktilmetoksisinamat.
2. apakah penambahan minyak biji anggur dengan berbagai konsentrasi memberikan perbedaan nilai SPF yang signifikan diantara masing-masing formula.
1.3 Hipotesa
1. penambahan minyak biji anggur dapat meningkatkan efektivitas sediaan tabir surya kombinasi oksibenzon dan oktilmetoksisinamat.
2. penambahan minyak biji anggur dengan berbagai konsentrasi memberikan perbedaan nilai SPF yang signifikan di antara masing-masing formula. 1.4 Tujuan Penelitian
1. untuk mengetahui pengaruh penambahan minyak biji anggur terhadap efektivitas sediaan tabir surya kombinasi oksibenzon dan oktilmetoksisinamat.
2. untuk mengetahui perbedaan nilai SPF yang signifikan di antara sediaan tabir surya dengan penambahan minyak biji anggur dalam berbagai konsentrasi.