ANALISIS PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE
(GCG) TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN ADMINISTRASI
UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
TESIS
Oleh
M A R N I A T I
067013018/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN ADMINISTRASI UMUM RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi Rumah Sakit
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
M A R N I A T I 067013018/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : ANALISIS PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN ADMINISTRASI UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
Nama Mahasiswa : Marniati Nomor Induk Mahasiswa : 067013018
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit
Menyetujui Komisi Pembimbing :
( Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si ) ( Dr. Khaira Amalia F, SE, Ak, M.B.A,M.A.P.P.I ) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan
( Dr.Drs. Surya Utama, M.S ) ( dr. Ria Masniari Lubis, M.Si )
Telah diuji pada
Tanggal : 17 Maret 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
KETUA : Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si
ANGGOTA : 1. Dr. Khaira Amalia F, SE.Ak, M.B.A, M.A.P.P.I
PERNYATAAN
ANALISIS PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN ADMINISTRASI UMUM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam Daftar Pustaka.
Medan, Maret 2010
ABSTRAK
Penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) memegang peranan penting untuk meningkatkan kinerja karyawan administrasi di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh. Dalam pelaksanaannya prinsip GCG belum diterapkan dengan baik
misalnya belum adanya keterbukaan informasi tentang penggunaan keuangan, penerimaan
pegawai yang bersifat tertutup, tidak adanya sistim reward, promosi jabatan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan kebijakan pimpinan yang belum berpihak kepada karyawan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan prinsip GCG
(transparansi, akuntabilitas, keadilan, dan partisipasi) terhadap kinerja karyawan di Bagian
Administrasi Umum Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun
2009. Jenis penelitian ini menggunakan disain Explanatory Study. Populasi adalah kepala bagian dan kepala urusan administrasi umum yang berjumlah 38 orang yang semuanya
dijadikan sampel. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner. Data
dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda pada α=5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa transparansi, akuntabilitas, keadilan, dan
partisipasi berada dalam kategori baik serta kinerja karyawan dalam kategori baik. Terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan antara transparansi (p=0,008); akuntabilitas (p=0,000); keadilan (p=0,004); dan partisipasi (p=0,015) dengan kinerja karyawan. Transparansi merupakan variabel yang dominan memengaruhi kinerja karyawan.
Kepada pihak manajerial rumah sakit disarankan agar menerapkan prinsip GCG
dalam menciptakan dan meningkatkan kinerja karyawan. Diharapkan juga agar penerapan
prinsip GCG benar-benar diterapkan di setiap lini struktur organisasi, sehingga akan
menjamin setiap karyawan bekerja sesuai dengan bidangnya dan mendapatkan hak sesuai
dengan keahlian dan kemampuannya.
ABSTRACT
The principal of Good Corporate Governance (GCG) have an important role in improving the performance of the administration staffs at the dr. Zainoel Abidin General Hospital, Banda Aceh. The implementation, of the principal of GCG was not applied properly, for instance, there was unclear information about the use of fund, the recruitment of new employees, and the reward system. Besides that, the promotion system did not follow the rules and the managerial policy was not stood up for employees.
The aim of this study was to analyze the principle of application of GCG (transparency, accountability, fairness and participation) on the employees performance at Administration Department of dr. Zainoel Abidin General Hospital Banda Aceh in 2009. This study used explanatory study design, with the sample of 38 employees at the Administration Department of RSUDZA Banda Aceh. The data were gathered by the interviews and questionnaires. The data were analyzed by multiple linear regression test at
α=5%.
The result of this study showed that the transparency, accountability, fairness, and participation were in good category and the employees performance was in good category. There were a positive and significant influenced between transparency (p=0.008); accountability (p=0.000); fairness (p=0.004); and participation (p=0.015) with employees performance. Transparency variable was the dominant factor influenced on the employees performance.
It is suggested that the hospital management should apply the principle of GCG in creating and improving the employees performance. It is also suggested the principle of GCG should be applied in every lines of organization structure so that they would guarantee that every employees worked according to his field and obtained his right according to his skill and capability.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan
judul “Analisis penerapan prinsip Good Corporate Governance (tranparansi,
akuntabilitas, keadilan, dan partisipasi) terhadap kinerja karyawan di Bagian
Administrasi Umum Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh tahun 2009”.
Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan dari beberapa
pihak, dalam kesempatan ini izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara
dan dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi
Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, serta seluruh
jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis mengikuti
3. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si., selaku ketua komisi pembimbing dalam penulisan tesis
ini dan Dr. Khaira Amalia F, SE.Ak, M.B.A, M.A.P.P.I. sebagai anggota komisi pembimbing
yang telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam
memberikan bimbingan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
4. Dr. Muslich Lufti, Drs.M.B.A, I.D.S. dan dr. Fauzi, S.K.M. sebagai komisi pembanding yang
telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
5. Para dosen di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
6. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Dinas Banda Aceh beserta seluruh
jajarannya.
7. Para teman sejawat dan rekan-rekan mahasiswa di lingkungan Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan
moril dan materil kepada penulis.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua, suami
dan ananda tercinta serta seluruh keluarga yang telah memberi dorongan dan dukungan baik
moral maupun materil yang tak terbatas kepada penulis selama mengikuti pendidikan di
Penulis menyadari atas segala keterbatasan di dalam tesis ini, untuk itu saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,
semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan
ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Maret 2010
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Marniati, lahir pada tanggal 25 Mei 1981 di Lhok Nibong Kecamatan Pante Bidari
Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh, anak ke sembilan dari sepuluh bersaudara dari
pasangan M. Yunus dan Ibunda Nurhayati.
Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Madrasah Ibtidayah Negeri
Lhok Nibong pada tahun 1987 dan diselesaikan pada tahun 1993, Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) Lhok Nibong pada tahun 1993 dan diselesaikan pada tahun 1996,
Sekolah Menengah Atas Negeri Lhok Nibong pada tahun 1996 dan diselesaikan pada tahun
1999, Strata Satu (S-1) di Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh pada
tahun 1999 dan diselesaikan pada tahun 2004, Strata Dua (S-2) di Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
2.1. Good Corporate Governance... 11
2.2. Prinsip Good Corporate Governance... 12
2.2.1. Transparansi... 12
3.1. Jenis Penelitian... 29
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 29
3.2.2. Waktu Penelitian ... 29
3.3. Populasi dan Sampel ... 30
3.3.1. Populasi ... 30
3.3.2. Sampel ... 30
3.4. Metode Pengumpulan Data... 31
3.4.1. Data Primer ... 31
3.4.2. Data Sekunder ... 31
3.4.3. Uji Validitas ... 31
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 34
3.5.1. Variabel Penelitian ... 34
3.5.2. Definisi Operasional ... 35
3.6. Metode Pengukuran ... 37
3.6.1. Variabel Bebas (Independen) ... 37
3.6.2. Variabel Terikat (Dependen) ... 39
3.7. Metode Analisis Data ... 40
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 45
4.1. Deskripsi dan Analisis Data... 45
4.2. Karakteristik Responden... 45
4.3. Analisis Univariat ... 47
4.4.1. Hubungan Prinsip Transparansi Terhadap Kinerja Karyawan ... 64
4.4.2. Hubungan Prinsip Akuntabilitas Terhadap Kinerja Karyawan ... 65
4.4.3. Hubungan Prinsip Keadilan Terhadap Kinerja Karyawan ... 66
4.4.4. Hubungan Prinsip Partisipasi Terhadap Kinerja Karyawan ... 67
4.5. Analisis Multivariat ... 68
4.5.1. Pengujian Secara Parsial ... 68
4.5.2. Nilai Koefisien Determinasi ... 72
4.5.3. Pengujian Secara Simultan ... 73
4.6. Pembuktian Hipotesis ... 74
BAB 5 PEMBAHASAN... 77
5.1. Pengaruh Transparansi Terhadap Kinerja Karyawan ... 77
5.2. Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Kinerja Karyawan ... 78
5.3. Pengaruh Keadilan Terhadap Kinerja Karyawan ... 79
5.4. Pengaruh Partisipasi Terhadap Kinerja Karyawan ... 80
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. Populasi... 30
3.2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner ... 32
3.3. Defenisi Operasional Variabel ... 36
3.4. Variabel Bebas... 37
3.5. Variabel Terikat... 39
4.1. Distribusi Karakterisrik Responden... 47
4.2. Distribusi Jawaban Responden Tentang Prinsip Transparansi di Bagian Administrasi Umum Rumah Sakit dr. Zainal Abidin Banda Aceh... 49
4.3. Distribusi Kategori Prinsip Transparansi Di Bagian Administrasi Umum Rumah Sakit dr. Zainal Abidin Banda Aceh ... 50
4.4. Distribusi Jawaban Responden Tentang Prinsip Akuntabilitas Di Bagian Administrasi Umum Rumah Sakit dr. Zainal Abidin Banda Aceh... 53
4.5. Distribusi Kategori Prinsip Akuntabiltas Di Bagian Administrasi Umum Rumah Sakit dr. Zainal Abidin Banda Aceh ... 54
4.5. Distribusi Jawaban Responden Tentang Prinsip Keadilan Di Bagian Administrasi Umum Rumah Sakit dr. Zainal Abidin Banda Aceh ... 56
4.7. Distribusi Kategori Prinsip Keadilan Di Bagian Administrasi Umum Rumah Sakit dr. Zainal Abidin Banda Aceh ... 57
4.8. Distribusi Jawaban Responden Tentang Prinsip Partisipasi Di Bagian Administrasi Umum Rumah Sakit dr. Zainal Abidin Banda Aceh ... 60
4.9. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kinerja Karyawan Di Bagian
Administrasi Umum Rumah Sakit dr. Zainal Abidin Banda Aceh... 62
4.10. Distribusi Kategori Prinsip Kinerja Karyawan Di Bagian Administrasi Umum
Rumah Sakit dr. Zainal Abidin Banda Aceh ... 64
4.11. Pengaruh Prinsip Transparansi Terhadap Kinerja Karyawan Di Bagian
Administrasi Umum Rumah Sakit dr. Zainal Abidin Banda Aceh ... 65
4.12. Pengaruh Prinsip Akuntabilitas Terhadap Kinerja Karyawan Di Bagian
Administrasi Umum Rumah Sakit dr. Zainal Abidin Banda Aceh ... 66
4.13. Pengaruh Prinsip Keadilan Terhadap Kinerja Karyawan Di Bagian Administrasi
Umum Rumah Sakit dr. Zainal Abidin Banda Aceh ... 67
4.14. Pengaruh Prinsip Partisipasi Terhadap Kinerja Karyawan Di Bagian Administrasi
Umum Rumah Sakit dr. Zainal Abidin Banda Aceh ... 78
4.15. Pengaruh Prinsip GCG Terhadap Kinerja Karyawan Di Bagian Administrasi
Umum Rumah Sakit dr. Zainal Abidin Banda Aceh ... 71
4.17. Nilai Koefisien Determinasi ... 72
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Permohonan Menjadi Responden ... 90
2 Kuesioner Penelitian ... 91
3 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas ... 95
4 Hasil Analisis Univariat... 98
5 Hasil Analisis Bivariat ... 128
ABSTRAK
Penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) memegang peranan penting untuk meningkatkan kinerja karyawan administrasi di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh. Dalam pelaksanaannya prinsip GCG belum diterapkan dengan baik
misalnya belum adanya keterbukaan informasi tentang penggunaan keuangan, penerimaan
pegawai yang bersifat tertutup, tidak adanya sistim reward, promosi jabatan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan kebijakan pimpinan yang belum berpihak kepada karyawan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan prinsip GCG
(transparansi, akuntabilitas, keadilan, dan partisipasi) terhadap kinerja karyawan di Bagian
Administrasi Umum Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun
2009. Jenis penelitian ini menggunakan disain Explanatory Study. Populasi adalah kepala bagian dan kepala urusan administrasi umum yang berjumlah 38 orang yang semuanya
dijadikan sampel. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner. Data
dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda pada α=5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa transparansi, akuntabilitas, keadilan, dan
partisipasi berada dalam kategori baik serta kinerja karyawan dalam kategori baik. Terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan antara transparansi (p=0,008); akuntabilitas (p=0,000); keadilan (p=0,004); dan partisipasi (p=0,015) dengan kinerja karyawan. Transparansi merupakan variabel yang dominan memengaruhi kinerja karyawan.
Kepada pihak manajerial rumah sakit disarankan agar menerapkan prinsip GCG
dalam menciptakan dan meningkatkan kinerja karyawan. Diharapkan juga agar penerapan
prinsip GCG benar-benar diterapkan di setiap lini struktur organisasi, sehingga akan
menjamin setiap karyawan bekerja sesuai dengan bidangnya dan mendapatkan hak sesuai
dengan keahlian dan kemampuannya.
ABSTRACT
The principal of Good Corporate Governance (GCG) have an important role in improving the performance of the administration staffs at the dr. Zainoel Abidin General Hospital, Banda Aceh. The implementation, of the principal of GCG was not applied properly, for instance, there was unclear information about the use of fund, the recruitment of new employees, and the reward system. Besides that, the promotion system did not follow the rules and the managerial policy was not stood up for employees.
The aim of this study was to analyze the principle of application of GCG (transparency, accountability, fairness and participation) on the employees performance at Administration Department of dr. Zainoel Abidin General Hospital Banda Aceh in 2009. This study used explanatory study design, with the sample of 38 employees at the Administration Department of RSUDZA Banda Aceh. The data were gathered by the interviews and questionnaires. The data were analyzed by multiple linear regression test at
α=5%.
The result of this study showed that the transparency, accountability, fairness, and participation were in good category and the employees performance was in good category. There were a positive and significant influenced between transparency (p=0.008); accountability (p=0.000); fairness (p=0.004); and participation (p=0.015) with employees performance. Transparency variable was the dominant factor influenced on the employees performance.
It is suggested that the hospital management should apply the principle of GCG in creating and improving the employees performance. It is also suggested the principle of GCG should be applied in every lines of organization structure so that they would guarantee that every employees worked according to his field and obtained his right according to his skill and capability.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya satu orang, tetapi
untuk seluruh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang
diperlukan. Salah satu yang dinilai dalam mewujudkan kesehatan adalah penyelenggaan
pelayanan kesehatan.
Rumah sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan memberikan dua jenis
pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan
kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan
pelayanan keperawatan. Sedangkan pelayanan administrasi mencakup tentang segala sistem
administrasi pegawai maupun data-data tentang pasien rumah sakit (Muninjaya, 2004).
Pelayanan administrasi memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tokoh penting dalam pelayanan administrasi adalah
karyawan administrasi. Karyawan sebagai garis depan dalam suksesnya sebuah organisasi.
Dessler dan Gary (1994) juga menjelaskan bahwa keberhasilan suatu institusi ditentukan
oleh dua faktor utama, yaitu sumber daya manusia atau tenaga kerja dan sarana dan prasarana
pendukung atau fasilitas kerja. Dari kedua faktor utama tersebut sumber daya manusia lebih
penting daripada sarana dan prasarana pendukung. Secanggih dan selengkap apapun fasilitas
pendukung yang dimiliki suatu organisasi kerja, tanpa adanya sumber yang memadai, baik
kuantitas maupun kualitasnya, maka niscaya organisasi tersebut dapat berhasil mewujudkan visi,
misi dan tujuan organisasinya. Kualitas sumber daya manusia tersebut diukur dari kinerja
Kinerja karyawan dapat dinilai berdasarkan tingkat pencapaian kerja yang dilaksanakan
oleh karyawan dan efektifitas keseimbangan antara pekerjaan individu dan lingkungan yang
berada didekatnya. Kinerja karyawan yang optimal akan mempermudah pencapaian tujuan
organisasi (Muninjaya, 2000). Seperti yang dikatakan oleh Azwar (1996) menyebutkan bahwa
tugas seorang administrastor atau manajer di rumah sakit untuk melakukan upaya sedemikian
rupa sehingga dapat memotivasi karyawan untuk secara bertanggung jawab melaksanakan
berbagai aktifitas yang telah disusun.
Salah satu cara yang ditempuh manajer rumah sakit untuk meningkatkan hasil kerja yang
baik dan memperoleh keuntungan organisasi secara optimal sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan adalah melalui manajemen organisasi yang efektif dan efisien. Dalam hal ini
prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) memegang peranan penting, sebagai sarana untuk
mengukur kinerja suatu organisasi yang baik (Surya, 2008).
Penerapan good corporate governance dimaksudkan agar terciptanya keterbukaan
informasi, adanya pertanggungjawaban pimpinan, perlakuan adil bagi setiap karyawan dalam
menjalankan kewajiban dan menerima hak-haknya sebagai karyawan maupun adanya
keterlibatan dari seluruh karyawan dalam pengembangan organisasi rumah sakit menjadi lebih
baik lagi.
Tujuan utama penerapan prinsip GCG adalah mencapai optimalisasi kinerja para
karyawan yang intinya akan meningkatkan kinerja organisasi, maka kepentingan manajemen dan
karyawan haruslah mendapat perlakuan yang seimbang dan wajar sesuai dengan kedudukan
masing-masing.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Wakil Direktur Administrasi Umum dan Kepala
pada bulan Oktober 2009 bahwa prinsip-prinsip GCG sudah mulai diterapkan di rumah sakit
tersebut. Misalnya dalam penerapan prinsip transparansi, rumah sakit telah menyajikan informasi
materiil dan non materiil rumah sakit secara transparan kepada public. Dalam penerapan prinsip
akuntabilitas, pimpinan rumah sakit memberikan unit kerja dan wewenang yang jelas kepada
setiap karyawan yang ditetapkan dalam suatu surat keputusan, dan penjabaran wewenang kerja
tersebut dapat dilihat pada struktur organisasi yang terpajang disetiap sudut ruangan rumah sakit.
Demikian juga dalam penerapan prinsip fairness, setiap karyawan mendapatkan hak yang sama
untuk memperoleh tunjangan dan gaji sesuai dengan golongan dan pangkat kerja masing-masing.
Dalam penerapan prinsip partisipasi, setiap karyawan selalu dilibatkan dalam pengambilan
keputusan terhadap masalah yang dihadapi rumah sakit.
Pendapat di atas sedikit berbeda dengan hasil pengamatan dan hasil wawancara dengan
beberapa karyawan di RSUDZA Banda Aceh, menurut karyawan penerapan prinsip GCG belum
diterapkan secara baik di rumah sakit tersebut, misalnya laporan keuangan tidak pernah disajikan
secara transparan kepada karyawan, seleksi penerimaan pegawai kadangkala bersifat situasional,
artinya tertutup dan tidak diberikan informasi kepada public, meskipun menurut pimpinan rumah
sakit hal ini dilakukan karena kebutuhan tenaga yang harus ditanggulangi segera. Belum adanya
system reward yang baik berupa penghargaan yang diberikan kepada karyawan yang telah
berpartisipasi dalam pengembangan rumah sakit. Keluhan lainnya adalah dalam pembagian
tunjangan seperti jamkesmas, dan lain-lain, tidak disajikan secara transparan dan tidak sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh rumah sakit, sehingga menimbulkan konflik antara
karyawan dan pimpinan rumah sakit.
Meskipun RSUDZA telah menyusun rencana strategi yang baik dalam penerapan prinsip
seringnya muncul pemberitaan di media massa tahun 2009 terhadap ketidakpuasan pasien
terhadap pelayanan petugas kesehatan, baik dokter, perawat, maupun staf administrasi lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan bagian administrasi umum pada bulan Oktober
2009 diperoleh bahwa salah satu faktor ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan di rumah
sakit adalah karena rendahnya kinerja karyawan dalam memberikan pelayanan. Kemampuan
manajer dalam meningkatkan kepuasan kerja karyawan juga masih kurang baik, misalnya dalam
pemberian sistem reward terhadap karyawan, kurangnya prinsip keadilan dalam penentuan
besarnya biaya tunjangan kesehatan terhadap setiap karyawan, promosi jabatan yang belum
sesuai dengan harapan dan kebijaksanaan pimpinan belum sepenuhnya berpihak kepada
karyawan.
Rendahnya sistem administrasi rumah sakit merupakan hal yang sangat signifikan untuk
dipertanyakan adalah kinerja karyawannya dan penerapan prinsip good corporate governance
diterapkan di bagian administrasi di rumah sakit. Mutu dan kualitas pelayanan rumah sakit
menjadi lebih baik dan memuaskan dan tidak menimbulkan keluhan masyarakat dalam
menerima pelayanan bagian administrasi di rumah sakit karena baiknya sistem administrasi
sebuah rumah sakit (Surya, 2008).
RSUDZA Banda Aceh dituntut untuk melakukan pembenahan terhadap tata organisasi
rumah sakit yang sesuai dengan prinsip GCG untuk mencapai good governance (tata
pemerintahan yang baik). Rumah sakit dituntut untuk lebih profesional dalam mengelola
manajemen pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
melaksanakan prinsip GCG, dengan menerapkan nilai-nilai antara lain keterbukaan, dan
kerahasiaan transparansi, akuntabilitas, prinsip keadilan dan aturan dari code of conduct dan
Berdasarkan data dari RSUDZA Banda Aceh diperkirakan masalah GCG Bagian
Administrasi Umum ini terkait dengan : 1). Pelayanan administrasi umum, kepegawaian, rumah
tangga dan perlengkapan, 2). Pelayanan administrasi penerimaan, mobilisasi dana dan
pengeluaran), 3). Pelayanan administrasi akuntansi manajemen, verifikasi dan pelaporan) dan 4).
Pelayanan administrasi perencanaan anggaran, informasi, komunikasi, evaluasi dan pelaporan
program (Renstra RSUDZA Banda Aceh, 2006).
Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian dengan Kepala Bagian Administrasi Umum
RSUDZA Banda Aceh pada bulan Oktober 2009, bahwa bentuk penerapan prinsip transparansi
pada bagian tata usaha ditunjukkan dengan adanya daftar kepegawaian rumah sakit yang jelas,
sedangkan pada bagian keuangan dan akuntansi adanya laporan penerimaan dan penggunaan
anggaran, namun dalam pelaksanaannya laporan tersebut belum disajikan secara jelas kepada
semua karyawan, pada bagian bina program prinsip ini ditunjukkan dengan adanya penyajian
secara transparan terhadap daftar inventaris rumah sakit.
Penerapan prinsip akuntabilitas pada bagian tata usaha dapat dilihat pada pembagian
tugas dan wewenang yang jelas pada masing-masing jabatan sesuai dengan Qanun Pemerintah
Daerah Aceh tahun 2006. Pada bagian akuntansi dan keuangan ditunjukkan dengan pembagian
Tunjangan Penghasilan Kerja (TPK) yang sesuai dengan golongan dan kepangkatan setiap
karyawan. Bagian bina program setiap akhir tahun diharuskan melaporkan penerimaan dan
penggunaan daftar inventaris rumah sakit.
Penerapan prinsip keadilan pada bagian tata usaha diwujudkan dengan penempatan posisi
kerja sesuai dengan keahlian dan keterampilan karyawan, pada bagian akuntansi dan keuangan
setiap karyawan mendapatkan hak yang sama dalam penerimaan TPK yang diatur dengan
Keputusan Direktur. Bentuk partisipasi dari prinsip GCG yang telah diterapkan di bagian tata
usaha RSUDZA Banda Aceh diantaranya adalah setiap karyawan mendapatkan kesempatan
untuk mengikuti pelatihan sesuai dengan keahlian dan potensi yang dimiliki.
Jumlah karyawan di RSUDZA Banda Aceh tahun 2008 adalah 847 orang, terdiri dari 97
orang (11,45%) tenaga medis, 180 orang (21,25%) tenaga paramedis non keperawatan, 401
orang (47,34%) tenaga medis keperawatan dan sisanya 169 orang (8,15%) tenaga non medis.
Dari 169 orang tenaga non medis, 71 orang diantaranya adalah tenaga administrasi umum (Sub
Bagian Kepegawaian RSUDZA Banda Aceh tahun 2009).
Berdasarkan paparan diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang analisis persepsi
karyawan bagian administrasi umum tentang penerapan prinsip Good Corporate Governance
(transparansi, akuntabilitas, keadilan, dan partisipasi) kaitannya dengan kinerja karyawan di
Rumah sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2009.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan permasalahan di atas, perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana
analisis penerapan prinsip Good Corporate Governance (transparansi, akuntabilitas, keadilan,
dan partisipasi) terhadap kinerja karyawan di Bagian Administrasi Umum Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2009.
1.3. Tujuan Penelitian
Menganalisis penerapan prinsip Good Corporate Governance (transparansi,
akuntabilitas, keadilan, dan partisipasi) terhadap kinerja karyawan di Bagian Administrasi
1.4. Hipotesis
Ada pengaruh penerapan prinsip Good Corporate Governance yang terdiri dari
transparansi, akuntabilitas, keadilan, dan partisipasi terhadap kinerja karyawan di RSUDZA
Banda Aceh tahun 2009.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Bahan masukan bagi Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dalam
meningkatkan performance rumah sakit melalui peningkatan prinsip GCG.
2. Memberikan informasi kepada manajemen Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh khususnya bagi pemerintah daerah tentang transparansi keuangan, dan prinsip keadilan
dalam pengelolaan keuangan Rumah Sakit seperti yang tercantum dalam konsep GCG
sehingga menumbuhkan kepercayaan terhadap manajemen rumah sakit.
3. Untuk menambah wawasan bagi peneliti tentang manajemen rumah sakit khususnya dalam
penerapan prinsip GCG.
4. Memberikan konstribusi keilmuan manajemen strategis dan konsep GCG di rumah sakit
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Good Corporate Governance
Pada bagian ini dikemukakan beberapa definisi dari kerangka konsep dalam memahami
konsep dasar dari berbagai teori good corporate governance dan kinerja karyawan. Menurut
Finance Committee on Comporate Governance Malaysia, mendefenisikan Comporate
Governance adalah proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola
bisnis dan urusan perusahaan kearah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas
korporat dengan tujuan akhir menaikkan nilai saham dalam jangka panjang sembari
memperhitungkan kepentingan stakeholder lain (Azwar, 2000).
Sementara kelompok Negara maju yang tergabung dalam Organization for Ekonomic
Coorporation and Devolopment (OECD) menggambarkan Corporate Governance sebagai
“cara-cara manajemen perusahaan (para direktur) bertanggungjawab kepada pemiliknya
(pemegang saham). Hal ini berarti bahwa pengelola perusahaan melaksanakan akuntabilitas
dan trasparansi yang baik, sehingga kepentingan shareholders dan stakeholders terpenuhi
secara baik” (Widilestariningtyas, 2000).
Peraturan pemerintah No. 101 Tahun 2000, merumuskan good governance yaitu:
“Kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas,
akuntanbilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efesiensi, efektivitas, supremasi
hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat”.
Good Corporate Governance ini dapat diterapkan apabila adanya empat faktor utama yang
akuntabilitas, transparansi, predictability dan partisipasi. Sebagaimana yang didefenisikan
oleh Asia Development Bank (ADB) (Widilestariningtyas, 2000).
“Corporate Governance berdasarkan 4 pilar utama yang menopangnya, yaitu:
Accountability, transparency, predictability dan participation. Accountability berarti tuntutan
agar manajemen perusahaan memiliki kemampuan “Answerability” yaitu kemampuan untuk
merespon pertanyaan dari stakeholder atas berbagai corporate action yang mereka lakukan.
Transparency berarti tersedianya informasi yang akurat, relevan, dan mudah dimegerti yang
dapat diperoleh secara low-cost. Predictability bararti perusahaan beroperasi dilokasi yang
memiliki keteraturan hukum dan peraturan serta dalam konteks ekonomi memiliki kebijakan
yang bersifat fair, effectif, dan uniform. Partisipasi, dibutuhkan untuk memperoleh data yang
dapat dipercaya (reliable information) serta untuk meningkatkan peran serta stakeholder
dalam proses checking atas kebijakan yang dilakukan perusahaan” (Azwar, 2000).
Ada empat faktor utama yang mendukung GCG, maka GCG merupakan efektifitas
perusahaan yang mempunyai tujuan untuk mendukung dan mendorong pengembangan
perusahaan, pengelola sumber daya dan resiko secara lebih efektif dan efisien. Menurut
Institute on governance (1996), seperti dikutip Nisjar (1997), untuk menciptakan good
governance perlu diciptakan hal-hal sebagai berikut:
1. Kerangka kerja tim (team work) antarorganisasi, departemen dan wilayah.
2. Hubungan kemitraan antara pemerintah dengan setiap unsur dalam masyarakat negara yang
bersangkutan.
3. Pemahaman dan komitmen terhadap memanfaat dan arti pentingnya tanggung jawab
4. Adanya dukungan dan sistem imbalan yang memadai untuk mendorong terciptanya
kemampuan dan keberanian menanggung risiko (risk taking) dan berinisiatif, sepanjang hal
ini secara realistik dapat dikembangkan.
5. Adanya pelayanan administrasi publik yang berorientasi pada masyarakat, mudah dijangkau
masyarakat dan bersahabat, berdasarkan kepada asas pemerataan dan keadilan dalam setiap
tindakan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, berfokus pada kepentingan
masyarakat, bersikap profesional, dan tidak memihak (non-partisan).
2.2. Prinsip Good Corporate Governance
Good Corporate Governance merupakan suatu proses transparansi didalam
pengambalan keputusan, mengemukakan informasi dalam penyajian informasi kepada
stakeholders, baik dimintak maupun tidak dimintak, mengenain kinerja operasional,
keuangan dan resiko perusahaan.
Tercapainya penerapan Good Corporate Governance yang mempengaruhi kinerja
perusahaan, maka Good Corporate Governance mempunyai prinsip. Adapun prinsip-prinsip
Good Corporate Governance seperti yang dikemukan oleh Widilestariningtyas (2000)
secara umum adalah transparansi, akuntabilitas, keadilan dan partisipasi.
Menurut Surya dan Yustiavandana (2008), dalam kaitan tumbuhnya kesadaran akan
pentingnya Comporate Governance, maka prinsip Good Governance dan dapat diterapkan
secara luwes sesuai dengan keadaan budaya, dan tradisi masing-masing negara, seperti
terlihat pada gambar berikut.
Fairness Disclosure &
Gambar 2.1. Prinsip-prinsip Dasar Good Comporate Governance (GCG)
2.2.1. Disclosure & Transparancy
Transparan secara harfiah adalah jelas (obvious) dapat dilihat secara menyeluruh.
Dengan demikian transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan
perusahaan. Transparansi mendorong diungkapkannya kondisi yang sebenarnya sehingga setiap
pihak yang berkepentingan (stakeholders) dapat mengukur dan mengantisipasi segala sesuatu
yang menyangkut rumah sakit. Transparansi bisa dimulai dengan penyajian secara terbuka
laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu, kriteria yang terbuka tentang seleksi personil,
informasi adanya seleksi, pengungkapan transaksi atau kontrak dengan pihak-pihak yang
memiliki hubungan atau kedudukan istimewa, struktur kepemilikan, sampai kepada penyajian
informasi tentang kemungkinan resiko yang dihadapi organisasi.
Kepentingan manajemen dan karyawan juga akan terkait dengan prinsip transparansi,
karena pada dasarnya mereka juga berhak untuk mengambil kondisi riil suatu perusahaan,
apakah berada dalam keadaan sehat atau tidak. Sering kali perusahaan tidak transparansi baik
terhadap pihak internal, maupun eksternal perusahaan, secara psikologis, karyawan dapat
bekerja dengan kondisi yang lebih tenang dan lebih kondusif. Fakta menunjukkan ketika
mengetahui adanya informasi tersebut, sehingga tidak dapat bersiap-siap. Hal ini jelas
merugikan mereka semua (Surya, 2008).
Suatu organisasi melalui implementasi prinsip transparansi, ada kejelasan perhitungan
yang diberikan oleh perusahaan. Bukan saja hal tersebut akan lebih memuaskan bagi pihak
manajemen dan karyawan, tetapi juga mengurangi risiko terjadinya pemogokan ataupun
tuntutan yang berlebihan dari manajemen dan karyawan perusahaan, mengingat mereka telah
mengetahui dasar-dasar yang diberikan untuk besar upah mereka. Dengan demikian
penerapan prinsip GCG tidak sekedar dapat meningkatkan kepuasan pemegang saham dan
kreditor, tetapi juga ingin meningkatkan kesejahteraan manajemen dan karyawan sebagai
bagian integral dari stakeholders perusahaan (Surya, 2008).
Transparansi publik masyarakat bahwa setiap pejabat publik berkewajiban membuka
ruang partisipasi kepada masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan publik (khususnya
menyangkut dengan pengelolaan sumber daya publik) dengan membuka akses dan
memberikan informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif, baik diminta maupun tidak
diminta oleh masyarakat
2.2.2. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggung-jawaban atau untuk
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan pimpinan organisasi kepada pihak yang
memiliki hak atau wewenang untuk meminta pertanggungjawaban atau keterangan. Melalui
penerapan prinsip ini, suatu proses pengambilan keputusan atau kinerja dapat dimonitor, dinilai
dan dikritisi. Akuntabilitas juga menunjukkan adanya traceableness yang berarti dapat ditelusur
Setiap karyawan dengan prinsip akuntabilitas, direksi dan dewan pengawas diberikan
wewenang dan tanggung jawab yang jelas, diwajibkan untuk melaporkan pelaksanaan
wewenang dan tanggung jawab yang dimaksud, serta diawasi dan dikendalikan agar tidak terjadi
penyalahgunaan wewenang yang dimilikinya.
Optimalisasi kinerja manajemen dan karyawan mendapat dukungan penuh dari
penerapan prinsip akuntabilitas, yang dibutuhkan untuk menciptakan manajemen yang efektif
dan efisien. Kebanyakan perusahaan kurang memperhatikan bagaimana manajemen perusahaan
berjalan dan mempercayakan sepenuhnya kepada manajemen tersebut. Hal ini tidak tepat
mengingat manajemen sendiri tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya mekanisme
pengawasan yang andal. Berarti manajemen dan karyawan membutuhkan membutuhkan
mekanisme check and balances yang dilakukan oleh komisaris.
Mekanisme tersebut termasuk dalam pengecekan laporan keuangan secara berkala,
pengawasan intensif terhadap semua lini manajemen, menentukan struktur dan besarnya
manajemen yang paling sesuai dengan kondisi perusahaan. Termasuk mencari sumber daya
manusia yang bermutu dan benar-benar berguna bagi efektifitas perusahaan. Penerimaan
karyawan tidak boleh didasarkan pada proses yang terbingkai dalam kerangka kolusi, korupsi
dan nepotisme (KKN). Intinya, manajemen dan karyawan harus dibimbing sedemikian rupa,
sehingga mereka dapat menjalankan pekerjaan mereka dengan baik (Surya, 2008).
The oxford Advence Learner’s Dictionary menyatakan bahwa akuntabilitas adalah
required or expected to give an explanation for one’s action. Artinya adalah, dalam
akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala tindak tanduk dan
kegiatannya terutama di bidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih
Surya dan Yustiavandana (2008) menyatakan bahwa akuntabilitas ditunjukan untuk
mencari jawaban terhadap pernyataan yang berhubungan dengan pelayanan apa, siapa, kepada
siapa, milik siapa, yang mana, dan bagaimana. Pertanyaan yang berhubungan dengan pelayanan
tersebut antara lain, apa yang harus dipertanggungjawabkan, mengapa pertanggungjawaban
harus diserahkan, siapa yang bertanggungjawab terhadap berbagai bagian kegiatan dalam
masyarakat, apakah pertanggungjawaban berjalan seiring dengan kewenangan yang memadai
dan lain sebagainya.
Akuntabilitas dapat dinyatakan sebagai kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindak seseorang/badan
hukum/pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk
meminta keterangan atau pertanggunjawaban.
Pelaksanaan akuntabilitas dilingkungan instansi pemerintah, perlu memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Komitmen pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melaksanakan pengelolaan pelaksanaan
misi agar akuntabel.
2. Beberapa sistem secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
3. Menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh.
5. Jujur, obyektif, transparan, dan inovatif sebagai katasilator perubahan manajemen instansi
pemerintahan.
Good governance principles yang selama ini menjadi acuan berbagai literatur yaituAsas
kecermatan formal, fairplay, perimbangan, kepastian hukum formal, kepastian hukum amterial,
yaitu akuntabilitas publik, kapastian hukum (rule of law) dan transparansi publik (Mahmudi,
2007)
Akuntabilitas publik masyarakat bahwa setiap pelaku dan tindakan pejabat publik, baik
dalam membuat kebijakan (publik policy), mengatur dan membelajnakan keuangan negara
maupun melaksanakan penegakan hukum haruslah terukur dan dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat.
Akuntabilitas suatu perwujudan kewajiban dari suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misinya. Implementasi
akuntabilitas dilakukan melalui pendekatan strategis yang akan mengakomodasi
perubahan-perubahan cepat yang terjadi pada organisasi dan secepatanya menyesuaikan diri dengan
perubahan tersebut, sebagai antisipasi terhadap tuntutan pihak-pihak yang berkepentingan.
Implementasi kesemuanya sangat dibutuhkan sebagai syarat bagi terciptanya
pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean goverment).
Pemerintahan akan mampu melaksanakan fungsi dalam kerangka good governance, bila
diciptakan suatu sistem administrasi publik yang kooperatif dengan pendekatan pelayanan
publik yang lebih relevan bagi masyarakat.
Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan efektif berdasarkan keseimbangan
kekuasaan antara manjer, pemegang saham, dewan komisaris dan auditor, merupakan bentuk
pertanggungjawaban manajemen kapada perusahaan dan pemegang saham.
2.2.3. Keadilan/ Kewajaran (Fairness)
Fairness merujuk adanya perlakuan yang setara (equal) terhadap semua pihak yang
prinsip fairness ini terutama ditujukan terhadap pemegang saham mayoritas maupun minoritas.
Fairness juga perlu diperluas pada pola perlakuan kepada stakeholders lainnya, misalnya pola
hubungan dengan karyawan.
Keseimbangan hak pemilik mayoritas dan minoritas harus diperhatikan, sehingga tidak
ada kelompok pemilik yang dirugikan. Demikian pula halnya dengan hak-hak karyawan,
kreditur, serta pemasok dan langganan, harus ditetapkan secara jelas dengan melibatkan
sebanyak mungkin pihak-pihak yang terkait.
Para anggota manajemen dan karyawan haruslah mendapat perlakuan yang seimbang dan
wajar, sesuai dengan kedudukan masing-masing untuk mencapai suatu kinerja yang optimal.
Sekali lagi prinsip fairness dari GCG memegang peranan penting untuk mengkonkretkan
keseimbangan tersebut. Berbeda dengan kepentingan pemegang saham, keseimbangan bagi
menajemen dan karyawan yang berupa pemberian upah yang disesuaikan dengan pekerjaan dan
tanggung jawab masing-masing pihak. Dengan demikian, kesejahteraan mereka dapat lebih
terjamin dan implikasinya memungkinkan manajemen perusahaan berjalan dengan lebih baik.
Kepentingan manajemen juga berkaitan dengan masalah kenaikan pangkat atau
renumerasi dari manajemen karyawan. Hal ini penting karena sistem reward yang baik
mampu meningkatkan motivasi kerja dan kinerja di suatu perusahaan. Tidak dapt dipungkiri
bahwa perasaan dihargai merupakan salah satu kebutuhan bagi manusia. Pemberian reward
yang tepat akan menimbulkan semangat dari manajemen dan para karyawan untuk bekerja
dengan lebih efektif dan efisien. Diharapkan dapat tercipta suasana kerja yang berisikan
sumber daya manusia yang berlomba-lomba untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan
Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutatama kepada pemegang saham
minoritas dan pemegang saham asing dengan keterbukaan informasi yang penitng serta
2.2.4. Partisipasi atau responsibilitas (Responsibility)
Partisipasi merupakan keterlibatan yang aktif, kalau pada suatu organisasi tentunya
dari setiap pelaku organisasi dan stakeholders lain dalam menunjang peningkatan nilai
organisasi. Dari definisi tersebut kita dapat memahami bahwa top manajemen (Kepala Biro),
disebut sebagai pemegang kendali organisasi. Dengan demikian selain ketiga pihak tersebut
dapat kita kategorikan sebagai bukan partisipan utama tetapi sebagai partisipan pendukung.
Apa yang dilakukan oleh partisipan tentunya disebut partisipasi. Partisipasi yang dimaksud
adalah pemenuhan tanggung jawab, hak, dan wewenang serta tindakan-tindakan lain yang
yang patut diambil oleh seseorang sesuai jabatannya (Sedarmayanti, 2003).
Suatu organisasi dalam pencapaian tujuan yaitu kinerja yang diharapkan dengan
penerapan konsep good corporate governance. Penerapan GCG dalam rangka mencapai
organisasi rumah sakit yang bersih dan berwibawa serta mampu menyediakan pelayanan
kepada masyarakat umum dengan lebih baik lagi dan memuaskan. Berdasarkan uraian di atas
prinsip-prinsip GCG tersebut dapat dilihat dari sikap trasparansi, independensi, serta
akuntabilitas dari seorang manajer sangat mempengaruhi kinerja dari perusahaan. Dan ini
merupakan tindakan dari perusahaan yang sesuai dengan undang-undang yang berlaku
(Sedarmayanti, 2003)
2.3. Kinerja
Kinerja karyawan dilihat dari kinerja Corperate Governance Internal perusahaan.
juga sebalikya, jika kinerja Corperate Governance Internal perusahaan tidak baik, maka
kinerja perusahaanpun tidak baik (Mardjana, 2000).
Sejak munculnya iklim yang lebih demokrasi dalam pemerintahan, kinerja instansi
pemerintah semakin menjadi sorotan dan masyarakat mulai banyak menuntut nilai yang
diperoleh atas pelayanan yang diberikan instansi pemerintah. Tuntutan tersebut diutarakan
karena masyarakat masih merasa belum puas atas kualitas pelayanan yang diberikan oleh
instansi pemerintah.
Pengukuran kinerja instansi pemerintah dalam melaksanakan tugas belum dilakukan
secara obyektif sampai saat ini. Hal tersebut disebabkan karena belum dilaksanakannya
sistem pengukuran kinerja yang berisi keberhasilan dan kegagalan instansi pemerintah.
Kata “Kinerja” merupakan istilah yang diberikan untuk kata “performance” di dalam
bahasa Inggris, yang berarti pekerjaan/perbuatan. Dalam kamus Bahasa Indonesia (1995),
pengertian kinerja diartikan sebagai sesuatu yang harus dicapai, prestasi yang diperlihatkan,
dan kemauan kerja. Dalam pengertian lebih luas, kata-kata performance selalu digunakan
dengan kata-kata seperti job performance atau work performance yang berarti hasil kerja atau
prestasi. Dari beberapa pendapat tentang pengertian kinerja sebagai prestasi dan kemampuan
kerja, maka umumnya para ahli manajemen memberikan pengertian yang sama antara kinerja
dengan prestasi kerja, atau juga dengan produktivitas kerja (Dessler, 1994).
Robbins (1996), mendefinisikan prestasi kerja karyawan sebagai hasil kerja seseorang
karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya
standar, target atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati
pekerjaan manusia yang mengerjakan pekerjaan tersebut dan kemampuan/ketrampilan serta
lingkungan daripada pekerjaan tersebut.
Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari
seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum ketrampilan. Kinerja
merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu
untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang
diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari
suatu kebijakan operasional (Permana, 2005).
Menurut Permana (2005), kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik
kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan
individu maupun kelompok kerja personil, penampilan hasil karya maupun struktur, tetapi
juga pasa keseluruhan jajaran personil dalam organisasi.
Kinerja merupakan suatu kesuksesan di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja
sendiri dalam pekerjaan yang sesungguhnya tergantung kepada kombinasi antara
kemampuan dan iklim kerja yang mendukungnya (Prihadi, 2004). Pada organisasi pelayanan
kesehatan, sangatlah penting untuk memiliki instrumen penilaian kinerja yang efektif bagi
tenaga kerja profesional termasuk tenaga administrasi. Proses evaluasi kinerja profesional
menjadi bagian terpenting dalam upaya manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi
secara efektif (Gibson, 1997).
Tenaga administrasi yang berada di rumah sakit memiliki peranan yang sangat besar
dalam penentuan keberhasilan organisasi pelayanan rumah sakit. Kinerja karyawan
keberhasilan akhir dari pelayanan yang diterima oleh pasien dan keluarga pasien (Santoso
Soeroso, 2003).
Prestasi kerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang
dihasilkan oleh seseorang karyawan dalam periode tertentu sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan. Jadi untuk menilai kinerja karyawan dibutuhkan penilaian kerja. Dalam
penilaian kinerja dinilai kontribusi karyawan kepada organisasi selama periode tertentu.
Melalui penilaian kinerja, karyawan mendapatkan informasi mengenai seberapa baik ia
bekerja jika dibandingkan dengan standar organisasi. Dengan kata lain karyawan
mendapatkan umpan balik atas kinerja mereka sebagai pedoman perilaku di masa depan.
Sehingga diperlukan penilaian kinerja yang dilakukan secara benar dan tepat agar hasilnya
dapat djadikan informasi terhadap fokus strategik organisasi (Santoso Soeroso, 2003).
Pengertian kinerja menurut Simamora (1999), adalah : Suatu kemempuan orang atau
kelompok untuk mencapai sesuatu yang hendak dicapai maupun prestasi yang akan
diperhatikan pada orang maupun kelompok lain. Jika kinerja dikaitkan dengan pengertian
prestasi yang diperlihatkan, maka dapat dilihat dari tingkat produksi, volume penjualan,
meningkatkan sumber daya tenega kerjanya, efisiensi biaya produksi dan tingkat laba yang
dihasilkan.
2.3.1. Indikator Kinerja
Menurut Prawirosentono (1999) dalam rangka mengukur kinerja instansi dan mengukur
kinerja perorangan sebagai pelaksana diperlukan menciptakan standar ukuran kinerja
organisasi terlebih dahulu. Standar kinerja harus sesuai dengan tujuan organisasi
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, indikator kinerja
haruslah merupakan sesuatu yang dapat dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar
untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
maupun tahap setelah kegiatan selesai.
Menurut Robbins (1996) memberikan pengertian tentang kinerja sebagai kemampuan kerja
seseorang dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Artinya kinerja berkenaan dengan
usaha dan kegiatan manusia untuk menghasilkan barang atau jasa yang berguna untuk
pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan masyarakat pada umumnya. Indikator dari kinerja
karyawan sebuah rumah sakit dapat dinilai dari beberapa aspek, seperti dijelaskan berikut ini:
1. Disiplin dalam bekerja. Karyawan mempunyai tingkat disiplin dalam bekerja, baik pada saat
datang ketempat kerja maupun pada saat pulang kerja
2. Kerjasama dalam tugas. Karyawan mampu melakukan kerjasama dengan karyawan lain
dalam menyelesaikan setiap beban kerja yang sedang dihadapi oleh karyawan bersangkutan.
3. Target pekerjaan. Karyawan mampu menyelesaikan setiap target kerja yang telah
dibebankan oleh pimpinan kepada karyawan bersangkutan.
4. Bertanggung jawab atas pekerjaan. Karyawan mampu bertanggung jawab terhadap setiap
pekerjaan dan menyelesaikan pekerjaan tanpa harus menunda-nunda pekerjaan.
5. Semangat dalam bekerja. Adanya dorongan yang menyebabkan melakukan pekerjan secara
lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih
6. Sikap terhadap pekerjaan. Karyawan dapat menunjukkan sikap senang untuk hal-hal baru
berkaitan dengan tugas. Dengan adanya tantangan dalam bekerja karyawan akan mampu
menemukan hal-hal baru dalam meningkatkan kinerjanya.
7. Standar kerja. Seorang karyawan akan dapat memahami terhadap standar-standar kerja yang
telah ditentukan oleh perusahaan yang bersangkutan Dalam hal ini manajemen harus melihat
kemampuan karyawan agar dapat memenuhi standar kerja yang telah ditentukan.
8. Ketekunan bekerja. Karyawan mampu membuat kesepakatan tentang tugas-tugas dan
standar kerja dan mampu menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi dengan ketekunan.
9. Kecermatan. Karyawan mempunyai kemampuan dalam mengamati kondisi lingkungan
kerja, dan memutuskan untuk mengambil tindakan terhadap kondisi-kondisi di lingkungan
kerjanya.
Berdasarkan indikator tersebut diatas, maka penilaian kinerja karyawan bagian administrasi
rumah sakit dapat dilakukan metode seperti yang telah disebutkan diatas, sehingga dengan
penilaian tersebut akan diketahui bahwa seorang karyawan mempunyai kinerja yang baik,
sedang atau justru tidak baik.
Disiplin merupakan usaha-usaha mencapai tujuan perusahaan sering tidak tercapai
secara maksimal jika karyawan dalam bekerja kurang mematuhi disiplin atau
peraturan-peraturan yang ditetapkan perusahaan.
Handoko (1985) memberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan disiplin adalah
kegiatan manajemen untuk menjalankan standar atau peraturan-peraturan yang telah ditetapkan
a. Disiplin Preventif, maksudnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mendorong agar
mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat
dicegah, sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri antara para karyawan.
Dengan cara ini para karyawan menjaga disiplin diri mereka bukan semata-mata karena
dipaksa manajemen.
b. Disiplin Konektif, maksudnya kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap
aturan-aturan dan cobaan untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan
konektif sering berupa, suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan, sebagai
contoh upaya peningkatan atau skorsing.
Pendisiplinan merupakan suatu faktor yang diperlukan dalam suatu organisasi, dimana
dalam membuat peraturan-peraturan tersebut harus tegas dan konsisten sehingga setiap peraturan
yang dibuat dapat dipenuhi.
2.4. Landasan Teori
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance seperti yang dikemukan oleh
Widilestariningtyas (2000) secara umum adalah transparansi, akuntabilitas, keadilan dan
partisipasi. Surya dan Yustiavandana (2008) juga menjelaskan bahwa dalam kaitan
tumbuhnya kesadaran akan pentingnya Comporate Governance, maka prinsip Good
Governance dan dapat diterapkan secara luwes sesuai dengan keadaan budaya, dan tradisi
masing-masing negara yang terdiri dari transparansi, akuntabilitas, keadilan dan partisipasi.
Tujuan utama penerapan prinsip GCG adalah mencapai optimalisasi kinerja, maka
kepentingan manajemen dan karyawan haruslah mendapat perlakuan yang seimbang dan
baik mampu meningkatkan motivasi dan kinerja disuatu organisasi. Seharusnya melalui
prinsip GCG ada kejelasan perhitungan yang diberikan oleh organisasi perusahaan.
Optimalisasi kinerja karyawan juga mendapat dukungan penuh dari penerapan prinsip
akuntabilitas (Surya, 2008).
Menurut Robbins (1996), Indikator dari kinerja karyawan sebuah rumah sakit dapat
dinilai dari beberapa aspek, yaitu disiplin, kerjasama dalam tugas, target pekerjaan,
bertanggung jawab atas pekerjaan, semangat dalam bekerja, sikap terhadap pekerjaan,
standar kerja, ketekunan bekerja dan kecermatan.
2.5. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan tujuan penelitian ini maka dapat digambarkan
kerangka konsep sebagai berikut :
Sumber : Surya dan Yustiapandana (2008), diolah.
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Transparansi (x1)
Akuntabilitas (x2)
Keadilan (x3)
Partisipasi (x4)
BAB3
METODEPENELITIAN
3.1. JenisPenelitian
Jenis penelitian ini merupakan survey ekspalanatori (explanatory research). Metode ini
digunakan untuk menganalisis penerapan prinsip Good Corporate Governance (tranparansi,
akuntabilitas, keadilan, dan partisipasi) terhadap kinerja karyawan di Bagian Administrasi
Umum Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2009.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh. Adapun alasan pemilihan tempat rumah sakit ini adalah karena kinerja karyawan
bagian administrasi masih rendah, seperti masih banyaknya keluhan masyarakat terhadap
sistem administrasi di rumah sakit tersebut.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang penulis lakukan diharapkan akan selesai dalam waktu enam
bulan yang meliputi: persiapan proposal, seminar proposal, pengambilan surat penelitian,
penyerahan surat penelitian pada tempat penelitian, proses penelitian dan hasil penelitian dan
persiapan sidang.
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah kepala bagian dan kepala urusan bagian
Administrasi Umum RSUDZA Banda Aceh yang bertugas di Bagian Tata Usaha (terdiri dari
Sub Bagian Umum, Sub Bagian Kepegawaian dan Sub Bagian Rumah Tangga dan
Perlengkapan), Bagian Keuangan (terdiri dari Sub Bagian Administrasi Penerimaan dan
Mobilisasi Dana dan Sub Bagian Administrasi Pengeluaran), Bagian Akuntansi (terdiri dari
Sub Bagian Akuntansi Keuangan, Sub Bagian Akuntansi Manajemen dan Sub Bagian
Verifikasi dan Pelaporan) dan Bagian Bina Program dan Pemasaran (terdiri dari Sub Bagian
Perencanaan dan Anggaran, Sub Bagian Informasi, Komunikasi dan Kerja Sama dan Sub
Bagian Evaluasi dan Pelaporan Program) yang berjumlah 38 orang seperti dijelaskan berikut
ini :
Tabel 3.1. Populasi
No. Unit Kerja Jumlah Pegawai
1. Kepala Bagian 4
2. Sub Bagian 11
3. Kepala Urusan 23
Total 38
Sumber : Data Sub Bagian Kepegawaian RSUDZA Banda Aceh Tahun 2009.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang disebutkan dalam populasi yang
berjumlah 38 orang.
3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dari Bagian Adminstrasi Umum RSUDZA Banda Aceh berupa
wawancara dan penyebaran kuesioner terhadap kinerja karyawan dan penerapan prinsip
good corporate govermance. Data primer ini kemudian diolah untuk memperoleh hasil.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari sumber kepustakaan yang berupa data teoritis yang
mendukung penelitian ini.
Hasil Pengujian Instrumen.
Kualitas data yang diperoleh dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi
melalui uji validitas dan uji reliabilitas (uji kehandalan) berdasarkan koefisien Cronbach Alpha
yang lazim digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial. Uji coba dilakukan terhadap kuesioner
tersebut kepada dua puluh orang responden di Rumah Sakit Kesdam Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian yakni kepala
bagian, kelapa sub bagian, dan kepala urusan.
3.4.3. Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauhmana suatu ukuran atau skore yang
menunjukkan tingkat kehandalan atau kesalihan suatu alat ukur dengan cara mengukur
korelasi antara variabel atau item dengan skore total variabel yang ditunjukkan dengan skore
dinyatakan valid dan jika skore r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid (Malhotra,
1996).
3.4.4. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indek
reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat
ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika skore r Alpha > r tabel, maka
dinyatakan reliabel dan jika skore r Alpha < r tabel, maka dinyatakan tidak reliabel
(Malhotra, 1996).
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuisioner Variabel Transparansi, Akuntabilitas,
Keadilan, Partisipasi
No Item Pertanyaan Nilai Corrected
Item Total Keterangan
Pertanyaan 5
No Item Pertanyaan Nilai Corrected
Item Total Keterangan
Cronbach’s
05 Kinerja Karyawan
Pertanyaan 5
Berdasarkan analisis reliabilitas dapat diketahui bahwa alpha untuk masing-masing
variabel yaitu variabel transparansi (x1) diperoleh nilai alpha sebesar 91,3 persen, variabel
akuntabilitas (x2) diperoleh nilai alpha sebesar 88,2 persen, variabel keadilan (x3) diperoleh
nilai alpha sebesar 86,3 persen, dan variabel partisipasi (x4) diperoleh nilai alpha sebesar 76,7
persen, dan variabel kinerja karyawan (y) diperoleh nilai alpha sebesar 97,0 persen, dengan
demikian pengukuran reliabilitas terhadap variabel penelitian menunjukkan bahwa
pengukuran variabel penelitian memenuhi kredibilitas cronbach alpha sebagaimana
dipersyaratan oleh Malhotra dimana nilai alphanya lebih besar dari 0,60%.
Berdasarkan Tabel 3.2. di atas dapat dijelaskan bahwa semua variabel yang digunakan
dalam penelitian ini semuanya dinyatakan valid karena mempunyai nilai korelasi diatas nilai
dinyatakan valid untuk dilanjutkan penelitian yang lebih mendalam, karena tidak ditemukan
adanya variabel yang tidak konsisten.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang diukur, yaitu penerapan prinsip Good
Corporate Governance terdiri dari transparansi, akuntabilitas, keadilan dan partisipasi (x)
sebagai variabel independen dan kinerja karyawan bagian administrasi umum (y) sebagai
variabel dependen.
3.5.2. Definisi Operasional
1. Good Corporate Governance (x)
a. Transparansi (x1) adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan
mengenai rumah sakit.
b. Akuntabilitas (x2) merupakan kejelasan dalam fungsi, tugas dan wewenang kerja serta
pertanggungjawaban kerja sehingga pengelolaan rumah sakit terlaksana secara efektif.
c. Keadilan (x3) merupakan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak karyawan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Partisipasi (x4) adalah keterlibatan semua karyawan dalam mengembangkan organisasi
rumah sakit.
Kinerja karyawan merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Sub variabel ini terdiri atas disiplin kerja, kerjasama, target pekerjaan,
bertanggung jawab, semangat dalam bekerja, sikap dalam pekerjaan, standar kerja, ketekunan
dalam bekerja dan kecermatan.
Tabel 3.3. Definisi Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala
Transparansi (x1) 1. Kejelasan struktur organisasi dan daftar
kepegawaian
2. Laporan keuangan disajikan secara terbuka 3. Adanya daftar inventaris sarana dan prasarana 4. Keterbukaan dalam pengambilan keputusan 5. Seleksi penerimaan diumumkan secara terbuka 6. Kontrak kerja diungkapkan secara terbuka kepada
publik
7. Adanya informasi tentang masalah yang dihadapi rumah sakit
Skala Ordinal
Akuntabilitas (x2) 1. Kejelasan dalam fungsi, tugas dan wewenang
kerja
2. Adanya pertanggungjawaban kerja secara efektif 3. Pertanggungjawaban penggunaan daftar
inventaris
4. Melakukan langkah strategis
5. Kesesuaian laporan pertanggungjawaban dengan format.
6. Adanya respon atas laporan pertanggungjawaban 7. Pengawasan kinerja karyawan
Skala Ordinal
Keadilan (x3) 1. Kesesuaian penempatan posisi kerja
2. Hak mendapatkan insentif dan tunjangan
3. Hubungan kerja diatur dalam bentuk struktur organisasi
4. Sanksi terhadap pelanggaran hak dan tanggung jawab
5. Kesempatan mengikuti rapat rutin 6. Kebebasan mengemukakan pendapat
Partisipasi (x4) 1. Kesesuaian sistem rekruitmen pegawai
2. Kesempatan mengikuti pelatihan 3. Penghargaan kepada karyawan 4. Kesempatan promosi jabatan
5. Kesempatan kenaikan pangkat dan gaji 6. Keterlibatan mengembangkan organisasi
Skala Ordinal
Kinerja karyawan (y)
1. Disiplin kerja
2. Kemampuan bekerja sama dengan rekan kerja 3. Kesesuian target kerja
4. Tanggung jawab terhadap pekerjaan 5. Semangat bekerja
6. Sikap terhadap pekerjaan 7. Standar kerja
8. Ketekunan dan kecermatan dalam bekerja
Skala Ordinal
3.6. Metode Pengukuran
3.6.1. Variabel Bebas (Independen)
Aspek pengukuran variabel bebas adalah prinsip good corporate governance (transparansi,
akuntabilitas, keadilan dan partisipasi). Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.4.
berikut :
Tabel 3.4. Variabel Bebas
No. Nama Variabel
Kategori Alat Ukur Skala Ukur