• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Prinsip Transparansi Dalam Good Corporate Governance (GCG) Pada Program Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) (Studi di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Prinsip Transparansi Dalam Good Corporate Governance (GCG) Pada Program Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) (Studi di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung)"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PRINSIP TRANSPARANSI DALAM GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA PROGRAM APLIKASI PELAYANAN

PELANGGAN TERPUSAT (AP2T)

(STUDI DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI LAMPUNG) (Skripsi)

Oleh Maya Larasati

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

APPLICATION OF THE PRINCIPLE OF TRANSPARENCY IN CORPORATE GOVERNANCE AT CENTRALIZED CUSTOMER

SERVICE APPLICATION PROGRAM (AP2T) (Study in PT. PLN (Persero) Distribution Lampung)

by

MAYA LARASATI

The implementation of corporate governance practices is crucial in running the company's business activities in order to maintain sustainable business growth, increase the value of the company and an effort to ensure the company is able to survive in the competition. Therefore, the government of the Republic of Indonesia on 1 August 2002 issued a Ministerial Decree KEP BUMN-117 / M-MBU / 2002 Article 3 on the application of the BUMN corporate governance practices. PT. PLN (Persero) is one of the participating BUMN in order to carry out the mandate.

As the embodiment of good corporate governance practices in PT. PLN (Persero) Distribution of Lampung is the establishment Centralized Customer Service Applications (AP2T), which is an integrated service system with the aim to unite all applications ever built in each of the regional office of PT. PLN (Persero) became the standard of customer service in Indonesia. AP2T is the application of the principle of transparency in corporate governance.

This study focuses on the problem of implementing the principles of transparency on AP2T. In uncovering this problem, researchers used the theory of principle of transparency of the OECD (Organization For Economic Corporation and Development). This research is a descriptive study with a qualitative approach. This research was conducted in Bandar Lampung.

(3)

resources (customers) who have a different science of technology, lack of socialization, as well as a system or network that is less extensive.

The conclusion from this study is that the application of the principle of yet maximum transparency in AP2T and there are still deficiencies that need to be fixed. This is evident from the many constraints that occur in running AP2T PT. PLN (Persero) Distribution Lampung.

(4)

ABSTRAK

PENERAPAN PRINSIP TRANSPARANSI DALAM GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA PROGRAM APLIKASI PELAYANAN

PELANGGAN TERPUSAT (AP2T)

(Studi di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung)

Oleh

MAYA LARASATI

Penerapan praktik GCG sangatlah penting dalam menjalankan kegiatan bisnis perusahaan dalam rangka menjaga pertumbuhan usaha secara berkelanjutan, meningkatkan nilai perusahaan dan sebagai upaya agar perusahaan mampu bertahan dalam persaingan. Oleh karena itu pemerintah Republik Indonesia tanggal 1 Agustus tahun 2002 mengeluarkan Keputusan Menteri BUMN Kep-117/M-MBU/2002 pasal 3 tentang penerapan praktik GCG pada BUMN. PT. PLN (Persero) merupakan salah satu BUMN yang ikut serta dalam rangka mengemban amanah tersebut.

Sebagai perwujudan dari praktik GCG di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung adalah dibentuknya Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T), yaitu sistem pelayanan terpadu dengan tujuan untuk menyatukan semua aplikasi yang pernah dibangun dimasing-masing kantor wilayah PT. PLN (Persero) menjadi standar pelayanan pelanggan se-Indonesia. AP2T merupakan penerapan dari prinsip transparansi didalam GCG.

Penelitian ini menitikberatkan pada permasalahan pelaksanaan penerapan prinsip transparansi pada AP2T. Dalam mengungkap permasalahan ini, peneliti

menggunakan teori prinsip transparansi dari OECD (Organization For Economic

Corporation and Development). Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Bandar Lampung.

(5)

kurang, sumberdaya manusia (pelanggan) yang memiliki iptek yang berbeda-beda, kurangnya sosialisasi, serta sistem atau jaringan yang kurang luas.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penerapan prinsip transparansi pada AP2T belum maksimal dan masih terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki. Hal ini terlihat dari masih banyak kendala yang terjadi dalam menjalankan AP2T di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung.

Kata Kunci: Good Corporate Governance (GCG), Prinsip Transparansi, Aplikasi

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Maya Larasati, lahir di Kota

Metro pada tanggal 28 Februari 1992. Penulis merupakan

anak ke dua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak

Hermanto dan Ibu Maryana.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak

Al-Quran pada tahun 1996-1997. Setelah itu penulis

melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Metro pada tahun

1998-2004. Kemudian, pada tahun 2004-2007 penulis melanjutkan sekolah di

SMP Negeri 1 Metro. Selanjutnya pada tahun 2007-2010 penulis melanjutkan

sekolah di SMA Negeri 1 Metro. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai

mahasiswa pada jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(11)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT...

Kupersembahakan Karya sederhana ini kepada:

Ayah dan Ibu serta Kakakku tercinta yang selalu

Memberikan yang terbaik untukku

Terima kasih atas segala cinta, pengorbanan, kesabaran,

keikhlasan, dan do’a

dalam menanti keberhasilanku.

Keluarga besar yang senantiasa memberikan dorongan

kepadaku

Naunganku HIMAGARA

Teman, Sahabatku, Adik, dan Kakak Tingkatku Yang Selalu

Memberi Warna dalam Hidupku

(12)

MOTO

Bukanlah kesulitan yang membuat kita takut

Tapi ketakutan yang membuat kita sulit

Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah

Dan jangan pernah menyerah untuk mencoba

Maka jangan katakan pada Allah SWT aku punya masalah

Tetapi katakan pada masalah aku punya Allah yang maha segalanya

(13)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin tercurah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tak lupa shalawat serta salam penulis

ucapkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, sang motivator bagi penulis untuk

selalu ikhlas dan bertanggung jawab dalam melakukan segala hal. Atas segala

kehendak dan kuasa Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “PENERAPAN PRINSIP TRANSPARANSI DALAM GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA PROGRAM APLIKASI PELAYANAN PELANGGAN TERPUSAT (AP2T) (Studi di PT. PLN

(Persero) Distribusi Lampung)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Administrasi Negara (SAN) pada jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini

karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulusnya

kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini antara lain:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

(14)

penulis. Terimakasih pak, atas masukan-masukan, saran, dan bimbingannya

yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Simon S Hutagalung, S.A.N.,M.P.A, selaku dosen pembimbing utama

penulis. Terimakasih pak atas bimbingan selama ini, saran, arahan, masukan

serta bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Nana Mulyana, S.IP., M.Si, selaku dosen pembimbing kedua penulis.

Terimakasih atas segala pelajaran berharga yang diberikan kepada penulis

walaupun singkat pelajaran bapak dari awal proses skripsi ini.

5. Bapak Syamsul Ma’arif, S.IP., M.Si, selaku pembimbing akademik yang

telah memberikan nasehat, arahan, ilmu, waktu, dan tenaga selama proses

pendidikan hingga akhir.

6. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas segala ilmu yang

telah penulis peroleh di kampus dapat menjadi bekal yang berharga dalam

kehidupan penulis ke depannya.

7. Ibu Nur sebagai staf jurusan Ilmu Administrasi Negara yang selalu

memberikan pelayanan bagi penulis yang berkaitan dengan administrasi

dalam penyusunan skripsi ini.

8. Pihak PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung, serta pelanggan PLN yang

tersebar di tiga area yaitu area Tanjung Karang, area Metro, dan area Kota

Bumi yang telah memberikan izin kepada penulis, memberikan informasi,

(15)

menyelesaikan skripsi ini. Mama yang selalu mendoakanku, mendukungku,

memberikan semangat ketika aku merasa letih, dan menjadi motivator

terbesar dalam penulisan skripsi ini, makasih mah atas semua do’a dan

pelajaran keikhlasan dan sabarnya. Mama adalah ibu terbaik, makasih mah

atas cucuran air mata dari setiap do’a untuk mendoakan anak-anaknya. Maaf

maya pernah jadi anak yang nakal, dan susah diomongin. Papa Mama adalah

harta yang paling berharga dan orangtua terbaik terhebat buat maya dulu,

sekarang, nanti dan selamanya :*. Kakakku satu-satunya, Jelvy Rivmadhenti

makasih atas bantuan dalam semua hal demi kelancaran penyelesaian skripsi

ini, yang selalu nanyain kapan wisuda, kakak adalah kakak sekaligus sahabat

terbaikku yang menjadi motivasi ku untuk menjadi seperti kakak. Kakak

iparku kak Aby Irawan, terima kasih atas doa dan dukungannya, yang selalu

perhatian denganku.

10. Terima kasih untuk seluruh keluarga besarku yang selalu nanyain kapan

wisuda dan terima kasih atas dukungannya.

11. Terima kasih untuk Titan yang selalu memberiku semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas waktunya, terima kasih karena

selalu mendengarkan keluh kesahku, menenangkanku disaat banyak masalah,

terima kasih karena selalu membantuku dalam segala hal, dan menemaniku

kesana-sini.

12. Terima kasih untuk sahabat-sahabatku dari awal perkuliahan yang selalu

menemaniku. Indah Pratiwi yang biasa dipanggil kiting, yang selalu

(16)

dan suka buat telat hehee. Untuk Bunga Janati teman baruku diawal

perkuliahan yang sampai sekarang menjadi sahabatku, sahabat yang paling

sering galau :D, terima kasih atas kebersamaannya, dan motivasinya untuk

menjadi orang yang lebih tegar dan sabar, banyak pelajaran yang aku

dapatkan dari persahabatan ini. Untuk Dwi Enggar KS terima kasih atas

kebersamaan yang diberikan selama ini. Untuk kita semua semangat ya ! kita

pasti bisa, kita pasti sukses !

13. Terima kasih untuk teman-teman kosan Narumi, Sherly, Riva, Friska, Ijah,

Nuning, Nurma, Lilis, Nina, Kenia, Herlin dan Yosi. Terima kasih atas

semuanya, yang saling nemenin kalo lagi takut tidur sendirian, nemenin nyari

makan, masak bareng, ngomongin ini itu, terima kasih atas kebersamaannya

selama ini :*.

14. Terima kasih atas rasa senang yang nyaris bikin lemah serta rasa sakit yang

bikin diri ini kuat (ADUSELON), Satria, Aden, Hepsa, Loy, Bogel, Uyung,

Pandu, Ali Imron, Ali Syamsuddien, Rachmani, Nurul, Hani, Dewinta,

Maritha, Jodi, Fadri, Yogis, Anjas, Ade, Aris, Enggi, Triyadi, Desmon, Dita,

Rombongan Batak (Sari, Jeni, Ani, Selly dan Dora), Gideon, Wayan,

Ardiansyah, Daus, Gery, Erisa, Thio, Abdu, Hadi, Triadi, Abil, Cahya, Rofii,

Julyan. Teman-teman yang selalu jadi temen ngobrol diskusiin skripsi,

senang punya teman seperti kalian, makasih atas kenangan yang sempat

terukir dan semoga masih bisa ngukir kenangan manis yang lainnya.

15. Terima kasih untuk kakak-kakak dan adik-adik Himagara, maaf gak bisa

(17)

bermanfaat bagi kita semua. Amin

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Tabel………... i

Daftar Bagan……….ii

Daftar Gambar……….………...…….iii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang………..………...… 1

B. Rumusan Masalah……….………... 10

C. Tujuan Penelitian……….…... 10

D. Manfaat Penelitian………....…..… 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Good Corporate Governance(GCG)…………..…. 12

1. Konsep Corporate Governance……….. 12

2. Konsep Good Corporate Governance(GCG)……… 15

3. Aspek-aspek Good Corporate Governance(GCG)………….…... 20

4. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance(GCG)………. 23

B. Tinjauan Tentang Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T)... 33

1. Pengertian AP2T………...….….. 33

2. Peraturan atau Payung Hukum AP2T………..… 34

3. Tujuan AP2T………...……….…. 35

4. Manfaat AP2T………..…….... 36

5. Fungsi atau Kegunaan AP2T………..…….……. 37

6. Sosialisasi AP2T………..……….……… 38

7. Keuntungan AP2T………..….……….… 38

8. Harapan AP2T………...…………... 38

(19)

III. METODE PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. PLN (Persero)………. 62

B. Sejarah PT. PLN (Persero) ………. 62

C. Bisnis PT. PLN (Persero)………...……. 64

D. Sejarah PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung………... 65

E. Sekilas Wilayah Usaha PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung……… 68

F. Data Statistik PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung tahun 2012…… 71

G. Struktur Manajemen……… 73

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………... 77

Fokus 1: Penerapan Prinsip Transparansi dalam Good Corporate Governance (GCG) pada Program Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung 1. Penyediaan Informasi yang Akurat dan Tepat Waktu………. 78

2. Penyediaan Informasi yang digunakan dalam Proses Pengambilan Keputusan... 92

Fokus 2: Kendala-kendala yang dihadapi dalam Pelaksanaan Program Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung 1. Kendala Internal dalam Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T)………... 101

(20)

Fokus 1: Penerapan Prinsip Transparansi dalam Good Corporate Governance (GCG) pada Program Aplikasi

Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung

1. Penyediaan Informasi yang Akurat dan Tepat Waktu…………... 117

2. Penyediaan Informasi yang digunakan dalam Proses Pengambilan

Keputusan... 123

Fokus 2: Kendala-kendala yang dihadapi dalam Pelaksanaan Program Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T)

di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung

1. Kendala Internal dalam Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat

(AP2T)………... 132

2. Kendala Eksternal dalam Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat

(AP2T)………... 134

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………... 137

B. Saran………. 140

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Data Informan……… 49 Tabel 3.2. Dokumen-dokumen……… 51

Tabel 5.1. Hasil Penyebaran Angket di Tiga Area……… 109

(22)

DAFTAR BAGAN

Halaman

(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(24)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia praktik penerapan Good Corporate Governance yang selanjutnya

akan disingkat GCG, berawal dari program pemulihan pasca krisis dalam bantuan

dana pinjaman atau hibah yang dimulai sejak tahun 1997-1998 yang telah

diupayakan oleh pemerintah bekerjasama dengan DPR dan pihak swasta serta

lembaga-lembaga keuangan Internasional Monetary Fund (IMF) untuk menolong

keluar dari krisis ekonomi dengan berbagai langkah yang tertuang dalam Letter of

Intent (LoI) yang antara lain mengharuskan pemerintah melakukan restrukturisasi ekonomi dengan membenahi sektor perbankan nasional melalui restrukturisasi

dan rekapitalisasi serta privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), termasuk

perusahaan-perusahaan yang bernilai strategis karena berkaitan dengan

penguasaan atas komoditas air, energy, transportasi, dan infrastruktur (Fajarwati :

2011).

Adanya bantuan maupun hibah yang dikucurkan, maka hal ini menyebabkan

lembaga-lembaga keuangan dunia seperti World Bank, IMF, dan Asian

Development Bank (ADB) juga mensyaratkan agar arah kebijakan pemerintah ditujukan pada upaya sosialisasi praktik GCG. Sebagai bentuk realisasi upaya

(25)

agenda kerja dan telah menghasilkan keputusan-keputusan penting yang berkaitan

dengan penerapan kebijakan GCG dilingkungan perusahaan (Fajarwati : 2011).

Seiring dengan itu, pemerintah Republik Indonesia tanggal 1 Agustus 2002

mengeluarkan Keputusan Menteri BUMN Kep-117/M-MBU/2002 pasal 3 tentang

penerapan praktik GCG pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

(Miharso:2012).

Salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang hendak menerapkan praktik

GCG adalah PT. PLN (Persero). PT. PLN (Persero) merupakan salah satu BUMN

yang ikut serta dalam rangka mengemban amanah Keputusan Menteri BUMN

Kep-117/M-MBU/2002 pasal 3 tentang penerapan praktik GCG pada Badan

Usaha Milik Negara (BUMN). PT. PLN (Persero) adalah sebuah entitas legal

milik Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan dan

melakukan berbagai aktivitas lainnya yang diijinkan oleh undang-undang

dibidang ketenagalistrikan.

Sebagai salah satu BUMN, PT PLN (Persero) memiliki kewajiban untuk

menerapkan GCG sebagaimana diamanatkan didalam Peraturan Mentri Negara

BUMN tentang penerapan GCG pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Perusahaan menyadari bahwa penerapan GCG saat ini tidak hanya sebagai

pemenuhan kewajiban saja, namun telah menjadi kebutuhan dalam menjalankan

kegiatan bisnis perusahaan dalam rangka menjaga pertumbuhan usaha secara

berkelanjutan, meningkatkan nilai perusahaan dan sebagai upaya agar perusahaan

(26)

Sejak tahun 2003, PT. PLN (Persero) telah melaksanakan peraturan tentang

penerapan praktik GCG pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

ditetapkan tanggal 1 Agustus 2002 oleh Menteri BUMN. PT PLN (Persero) telah

melaksanakan Tata Kelola Perusahaan yang dilandasi dengan prinsip-prinsip

GCG. GCG telah menjadi hal yang dipersyaratkan dalam hubungan antara

perusahaan dengan para investor/pemegang sahamnya dan antara debitur dengan

krediturnya. Penerapan GCG mengacu pada standar atau best practices dan

dilakukan secara bertahap (www.pln.go.id, diakses tanggal 12 Februari 2014,

pukul 10:00).

PT. PLN (Persero) sebagai pemegang izin usaha ketenagalistrikan untuk

kepentingan umum dan masyarakat di Indonesia senantiasa berupaya memenuhi

kebutuhan listrik dalam negeri dan menjamin ketersediaannya secara kontinyu,

dengan meningkatkan mutu dan keandalan jaringan distribusi, meningkatkan

kecepatan pelayanan gangguan serta meningkatkan pelayanan lainnya kepada

pelanggan. Salah satu kegiatan untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan

adalah adanya aplikasi terpusat yang dapat melayani kebutuhan pelanggan dari

semua tempat. Unntuk menjawab keinginan tersebut maka dikeluarkanlah

Keputusan Direksi No.529.K/DIR/2010 tentang pedoman dan kebijakan umum

tata kelola teknologi informasi di lingkungan PT. PLN (Persero) yaitu sebagai

pedoman untuk mewujudkan pola standarisasi pelaksanaan, pengembangan,

penerapan dan operasi teknologi informasi yang selaras dengan memantau unjuk

kerja penyelenggara teknologi informasi serta pedoman untuk meningkatkan

kapabilitas perseroan dalam memberikan kontribusi bagi penciptaan nilai tambah

(27)

Selain surat keputusan direksi di atas dikeluarkan pula keputusan direksi dengan

No.026.K/DIR/2011 untuk pengamanan sistem teknologi informasi yang

bertujuan untuk melindungi sumber daya teknologi informasi perseroan terhadap

penggunaan, penyebaran, perusakan dan perubahan data oleh pihak yang tidak

bertanggung jawab serta memberikan aturan pengelolaan pengamanan sistem

teknologi informasi perseroan yang sesuai dengan peraturan dan hukum yang

berlaku (Miharso:2012).

Untuk membangun suatu budaya bisnis yang sehat dibutuhkan beberapa prinsip

yaitu transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan

kewajaran, kelima prinsip ini dikenal sebagai prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip

dasar GCG tersebut pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan

terhadap kinerja suatu perusahaan. Sebagai perwujudan dari praktik GCG di PT.

PLN (Persero) Distribusi Lampung adalah Aplikasi Pelayanan Pelanggan

Terpusat yang selanjutnya akan disingkat AP2T.

Pada tahun 2011 PT. PLN (Persero) pusat memperkenalkan AP2T, yaitu sistem

pelayanan terpadu yang memberikan kemudahan kepada para pelanggan/calon

pelanggan untuk melakukan permohonan pasang baru maupun perubahan daya

dari rumah atau dari tempat lain yang bisa berinteraksi lewat internet maupun

lewat telepon, sehingga pelanggan/calon pelanggan tidak perlu lagi datang ke

kantor PT. PLN (Persero). AP2T sebagai salah satu kegiatan untuk meningkatkan

pelayanan kepada pelanggan serta meningkatkan kinerja perusahaan, dengan

adanya AP2T ini, perusahaan dapat melayani kebutuhan pelanggan dari semua

(28)

mempunyai model dan jenis aplikasi pelayanan dengan versi yang berbeda-beda

serta database (penyimpanan data) yang bersifat lokal dan belum terintegrasi antar unit, sehingga apabila pelanggan atau konsumen menginginkan suatu

pelayanan maka mereka harus datang ke kantor PT. PLN (Persero) terdekat

dimana mereka berdomisili untuk mengajukan permohonannya.

AP2T dibangun oleh PT. PLN (Persero) untuk mempermudah pelanggan/calon

pelanggan yang akan mengajukan permohonan baik itu pasang baru maupun

perubahan daya/data dan akan tersimpan diserver PT. PLN (Persero) yang

dihimpun dari seluruh Indonesia dan dikelola secara baik sesuai dengan data

fisik/tehnik yang ada di lapangan. Tujuan pembangunan AP2T adalah untuk

menyatukan semua aplikasi yang pernah dibangun dimasing-masing kantor

wilayah PT. PLN (Persero) untuk menjadi standar pelayanan pelanggan

se-Indonesia. Dengan adanya AP2T diharapkan kecepatan pelayanan kepada

pelanggan dapat lebih baik lagi karena pelanggan langsung bisa akses ke web PT.

PLN atau Call Center 123 sehingga terhindar dari para calo yang memberikan

jasa pengurusan permohonan dengan meminta imbalan yang besar, dan juga

sangat praktis bagi pelanggan yang sangat sibuk dalam kesehariannya karena

waktu mereka yang sangat sedikit sehingga tidak menyita waktu mereka dalam

beraktifitas. Melihat kondisi pelanggan yang sangat sibuk dan juga sangat dinamis

itulah maka oleh PT. PLN (Persero) dibangunlah suatu sistem aplikasi yang

terpusat dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang menginginkan

pelayanan PT. PLN (Persero) yang cepat, handal dan praktis serta sudah

(29)

Salah satu prinsip dalam penerapan AP2T yang berlandaskan GCG adalah prinsip

transparansi. Dalam penelitian ini lebih fokus pada prinsip transparansi karena

AP2T merupakan penerapan dari prinsip transparansi yang merupakan bagian dari

salah satu prinsip-prinsip GCG. AP2T merupakan penerapan dari prinsip

transparansi karena AP2T menyediakan informasi yang tepat dan akurat baik

untuk pelanggan maupun untuk area atau kantor pusat yang membutuhkan

laporan. Informasi yang didapatkan pelanggan dengan adanya AP2T salah satunya

adalah informasi tagihan rekening pelanggan, dan bagi pelanggan transparansi

informasi yang didapatkan adalah apabila terdapat keluhan-keluhan mengenai

listrik, keluhan-keluhan tersebut dapat terjawab dengan data-data lengkap yang

ada di AP2T sehingga meminimalisir kecurangan yang dapat terjadi, dengan

adanya AP2T juga diharapkan kecepatan pelayanan kepada pelanggan dapat lebih

baik lagi karena pelanggan langsung bisa akses ke web PT. PLN yang langsung

tersinkron dengan AP2T atau Call Center 123 sehingga data-data permohonan

pelanggan sudah otomatis masuk kedalam AP2T dan dapat langsung diproses

sehingga terhindar dari para calo yang memberikan jasa pengurusan permohonan

dengan meminta imbalan yang besar. Dengan adanya AP2T pegawai dan pihak

lain yang berkepentingan dengan perusahaanpun mendapatkan transparansi

informasi, seperti biro yang bekerja sama dengan PT. PLN (Persero), dalam hal

penagihan dapat lebih mudah mengetahui data dari masing-masing pelanggan,

karena dalam AP2T terdapat data-data yang lengkap mengenai pelanggan yang

sudah melunasi tagihan atau belum melunasi tagihan, sehingga biro tidak sulit

untuk mencari pelanggan tersebut. AP2T tidak hanya mempermudah PT. PLN

(30)

pelanggan dapat melihat tagihan perbulan dari bulan-bulan sebelumnya. Dalam

hal pasang baru atau menambah daya, pelanggan dapat mengaksesnya melalui

web PT. PLN (Persero), dengan melakukan registrasi dari web PT. PLN (Persero)

tersebut, secara otomatis data tersebut dapat di lihat atau di cek melalui AP2T

oleh pegawai PLN, hal tersebut mempermudah pelanggan dan pegawai PT. PLN

(Persero), sehingga meningkatkan kinerja dan perusahaan lebih tertata.

Transparansi informasi bagi pegawai adalah transparansi data-data yang diterima

dan dalam hal pembuatan atau pengiriman laporan. Dengan adanya AP2T

data-data didapat langsung dari survey lapangan, sehingga data-data-data-data tersebut sangat

real dan tepat waktu. Dengan adanya AP2T pengiriman laporan-laporan yang

diminta atasan maupun pegawai lainnya dapat dikirim langsung melalui AP2T

sehingga tidak bisa melakukan manipulasi data dan cepatnya proses pengiriman

laporan membuat peningkatan kinerja perusahaan

Selain itu, berdasarkan Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam

Busyra Azheri (2012:192-193) prinsip transparansi sangat penting dalam

pengelolaan suatu perusahaan, Barry A.K. Rider menyatakan keterbukaan akan

mencegah kesalahan dan penyalahgunaan. Keterbukaan dapat mengantisipasi

kemungkinan pemegang saham, investor atau stakeholders tidak memperoleh

informasi atau fakta materil yang ada. Sedangkan standar yang digunakan dalam

penerapan prinsip keterbukaan adalah berkaitan dengan mitos “informed layman”

yang dirujuk dari dunia pasar modal. Mitos ini menegaskan bahwa standar utama

tentang keterbukaan informasi adalah harus jelas dan dapat dibaca serta

(31)

yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan serta para pemegang

kepentingan (stakeholders) diwujudkan dengan:

a. Mengembangkan sistem akuntansi dan best practices yang menjamin adanya

laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas.

b. Mengembangkan Informasi Technology (IT) dan Management Information

System (MIS) untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi.

c. Mengembangkan enterprise risk management yang memastikan bahwa semua

risiko signifikan telah diidentifikasi, diukur dan dapat dikelola pada tingkat

toleransi yang jelas.

d. Mengumumkan jabatan yang kosong secara terbuka.

AP2T merupakan salah satu pengembangan dari Informasi Technology (IT) dan

Management Information System (MIS).

Namun pada kenyataanya menurut Bapak Kristantio Yuniardi, Junior Analis

Pemasaran dan Pelayanan Pelanggan Area Tanjung Karang Distribusi Lampung,

dalam penerapan Aplikasi AP2T sebagai wujud penerapan prinsip transparansi

dalam GCG menemui beberapa masalah seperti dalam pelaksanaannya AP2T

terkadang mengalami hambatan, seperti calon pelanggan yang mendaftar dan

sudah membayar biaya penyambungan (BP) tidak bisa langsung masuk dalam

daftar AP2T, maupun ketika proses PDL (Perubahan Data Langganan) sehingga

menyebabkan yang seharusnya keterangan listrik pelanggan di lapangan sudah

menyala tetapi di sistem terbaca listrik pelanggan tersebut belum menyala,

(32)

terkadang mengalami gangguan atau tidak bisa diakses sehingga menghambat

dalam pengambilan atau pencarian data. Selain itu masih adanya keluhan dari

pegawai mengenai software tersebut, seperti AP2T yang tujuan utamanya adalah

untuk mempermudah dan mempercepat pelayanan serta kinerja pegawai, akan

tetapi pada kenyataannya penerapan software AP2T tersebut masih belum dapat

meringankan pekerjaan pegawai atau user yang menggunakan aplikasi tersebut

contohya dalam proses pencarian data pelanggan sering mengalami kendala,

seperti data dilapangan tidak sesuai dengan data di AP2T sehingga menambah

beban pekerjaan pegawai. Dari sisi pelanggan beberapa kali sering mengalami

kendala seperti idpel (id pelanggan) yang tidak sesuai dengan yang terdapat dalam

AP2T, contohnya pelanggan yang ingin mengecek tagihan, angka stand meter bisa

langsung ke kantor PT. PLN (Persero) dengan cara memberikan idpel (id

pelanggan), akan tetapi sering terjadi ketidaksesuaian antara data idpel (id

pelanggan) pelanggan tersebut dengan data idpel (id pelanggan) yang ada di

AP2T. Selain itu terkendala dalam perubahan data pelanggan di AP2T contoh

KWH meter pelanggan yang sudah tidak terpasang lagi/dibongkar akan tetapi

rekening pembayaran masih terbit / ditagihkan kepada pelanggan tersebut.

Masalah tersebut diatas muncul bukan dari kesalahan sistem atau kesalahan

tekhnis melainkan karena tidak dilakukan nya mutasi “N” (Perubahan status

pelanggan) oleh pegawai kepada pelanggan yang sudah dibongkar tersebut

sehingga rekening tersebut masih terbit / ditagihkan (Hasil wawancara pada

tanggal 7 April 2014).

Tujuan dari adanya AP2T ini dapat meningkatkan kinerja perusahaan menjadi

(33)

mempermudah layanan kepada masyarakat. Oleh karena hal itu maka penulis

tertarik untuk melakukan kajian secara ilmiah tentang “Penerapan Prinsip

Transparansi Dalam Good Corporate Governance (GCG) Pada Program Aplikasi

Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di PT. PLN (Persero)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang akan

diungkapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan prinsip Transparansi dalam Good Corporate

Governance (GCG) Pada program Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di PT. PLN (Persero) ?

2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program Aplikasi

Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di PT. PLN (Persero) ?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan-permasalahan pokok yang terdapat dalam penelitian

ini, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Menganalisis penerapan prinsip Transparansi dalam Good Corporate

Governance (GCG) Pada program Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di PT. PLN (Persero);

2. Menganalisis kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program

(34)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan Ilmu

Administrasi Negara dan menjadi referensi bagi penelitian mahasiswa lainnya

yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan program Aplikasi

Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di PT. PLN (Persero).

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan solusi untuk

mengetahui penerapan prinsip transparansi dalam Good Corporate

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Good Corporate Governance (GCG)

1. Konsep Corporate Governance

Corporate Governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk terus dikaji pelaku bisnis, akademis, pembuat kebijakan, dan lain sebagainya. Pemahaman

tentang Corporate Governance terus berevolusi dari waktu ke waktu. Pada akhir

tahun 1980-an mulai banyak kesimpulan yang menyebutkan struktur kepemilikan

dalam bentuk dispersed ownership akan memberikan dampak bagi buruknya

kinerja manajemen (Indra Surya & Ivan Yustiavandana, 2008:24).

Governance di ambil dari kata latin, yaitu gubernance yang artinya mengarahkan dan megendalikan. Dalam ilmu manajemen bisnis, kata tersebut diadaptasi

menjadi gorporate governance yang sebagai upaya mengarahkan (directing) dan

mengendalikan (control) kegiatan organisasi, termasuk perusahaan. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham

untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan, kedua,

kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat,

tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan,

(36)

Ada beberapa definisi Corporate Governance dalam Indra Surya & Ivan

Yustiavandana (2008:25-26), salah satunya OECD mendefinisikan Corporate

Governance sebagai:

“Sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board,

pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan

perusahaan. Corporate Governance juga mensyaratkan adanya struktur

perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Corporate

Governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi Board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan

lebih efisien.”

OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) yang

anggota - anggotanya antara lain, Amerika Serikat, Negara-negara Eropa (Austria,

Belgia, Denmark, Irlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Italia, Luxemburg, Belanda,

Norwegia, Polandia, Portugal, Swedia, Swiss, Turki, dan Inggris) dan

negara-negara Asia Pasifik (Australia, Jepang, Korea, Selandia Baru) mendefenisikan

Corporate Governance sebagai:

Corporate Governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of rights and responsibilities among different participants in the corporation, such as, the board managers, shareholders and other stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this it also provides the structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance”.

Definisi tersebut melihat corporate governance sebagai suatu sistem dimana

sebuah perusahaan atau entitas bisnis diarahkan dan diawasi. Sejalan dengan itu,

maka struktur dari corporate governance menjelaskan distribusi hak-hak dan

(37)

yaitu antara lain dewan komisaris dan direksi, manajer, pemegang saham, serta

pihak-pihak lain yang terkait sebagai stakeholders. Selanjutnya, struktur dari

corporate governance juga menjelaskan bagaimana aturan dan prosedur dalam pengambilan dan pemutusan kebijakan sehingga dengan melakukan itu semua

maka tujuan perusahaan dan pemantauan kinerjanya dapat

dipertanggungjawabkan dan dilakukan dengan baik.

OECD mendefenisikan corporate governance sebagai sekumpulan hubungan

antara pihak manajemen perusahaan, board dan pemegang saham, dan pihak lain

yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate Governance juga

mengisyaratkan adanya struktur, perangkat untuk mencapai tujuan, dan

pengawasan atas kinerja. Corporate Governance yang baik dapat memberikan

perangsang atau insentif yang baik bagi board dan manajemen untuk mencapai

tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan atau pemegang saham dan harus

menfasilitasi pemonitoran yang efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk

menggunakan sumber daya dengan lebih efisien (Mikha Pasorong : 2012).

Sedangkan menurut Bank Dunia (World Bank) dalam mendefenisikan corporate

governance adalah kumpulan hukum, peraturan dan kaidah - kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber - sumber perusahaan bekerja

secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang

berkesinambungan bagi para pemegang saham mupun masyarakat sekitar secara

secara keseluruhan (Mikha Pasorong : 2012).

Dari penjelasan beberapa ahli diatas peneliti menggunakan definisi Corporate

(38)

Development), Corporate Governance merupakan Sekumpulan hubungan antara

pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang

mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate Governance juga

mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan

atas kinerja. Corporate Governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi

Board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif

sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih efisien.

Karena Corporate Governance dari OECD (Organization for Economic

Co-operation and Development) mencakup dan sesuai dengan kegunaan serta karakteristik dari AP2T, yaitu Aplikasi AP2T adalah sistem yang merupakan

bagian dari perangkat yang merupakan syarat dari Corporate Governance guna

mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja, AP2T dibuat dengan tujuan untuk

meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, meningkatkan kinerja perusahaan

serta meningkatkan pengawasan agar mengurangi kecurangan-kecurangan yang

dapat terjadi dalam melakukan pekerjaan sehingga kinerja perusahaan lebih

efektif dan efisien.

2. Konsep Good Corporate Governance (GCG)

Berkaitan dengan konsep diatas, terdapat konsep yang menjadi turunan dari

definisi corporate governance, yakni konsep GCG (Fajarwati : 2011). Menurut

Komite Cadburry dalam Tjager (2003:51) GCG adalah prinsip yang mengarahkan

dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan

(39)

stakeholders khusunya, dan stakeholders pada umumnya. Tentu saja hal ini dimaksudkan pengaturan kewenangan direktur, manajer, pemegang saham, dan

pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan dilingkungan

tertentu (Fajarwati : 2011).

Good Corporate Governance menurut Tjager (2003) merupakan suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan komisaris, direksi,

pemegang saham, dan para stakeholder lainnya. Suatu sistem pengecekan dan

perimbangan kewenangan atas pengendalian perusahaan yang dapat membatasi

munculnya dua peluang: pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan asset

perusahaan dan suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan,

pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya (Fajarwati : 2011).

Dari pengertian tersebut, menurut Tjager (2003) dalam (Fajarwati : 2011) tampak

beberapa aspek penting dari GCG yang perlu dipahami beragam kalangan di dunia

bisnis yakni:

a. Adanya keseimbangan hubungan antara organ-organ perusahaan di antaranya

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Komisaris, dan direksi.

Keseimbangan ini mencangkup ha;-hal yang berkaitan dengan struktur

kelembagaan dan mekanisme operasional ketiga organ perusahaan tersebut

(keseimbangan internal).

b. Adanya pemenuhan tanggung jawab perusahaan sebagai entitas bisnis dalam

masyarakat kepada seluruh stakeholder. Tanggung jawab ini meliputi hal-hal

yang terkait dengan pengaturan hubungan antara perusahaan dengan

(40)

pengelola/pengurus perusahaan, manajemen, pengawasan, serta

pertanggungjawaban kepada para pemegang saham dan stakeholders lainnya.

c. Adanya hak-hak pemegang saham untuk mendapatkan informasi yang tepat

dan benar pada waktu yang diperlukan mengenai perusahaan. Kemudian hak

berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perkembangan

strategis dan perubahan mendasar atas perusahaan serta ikut menikmati

keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam pertumbuhannya.

d. Adanya perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama

pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing melalui keterbukaan

informasi yang material dan relevan serta melarang penyampaian informasi

untuk pihak sendiri yang bisa menguntungkan orang dalam (insider

information for insider trading).

Menurut OECD (The Organization for Economic Cooperation and Development)

(2003), sebagaimana dikutip oleh Wahyudin Zarkasyi (2008:35), tata kelola

perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) merupakan struktur yang

oleh stakeholders, pemegang saham, komisaris dan manajer menyusun tujuan

perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan tersebut dan mengawasi kinerja

(http://thesis.binus.ac.id, diakses tanggal 24 Agustus 2014, pukul 14:00).

Dalam Effendi (2009:2) GCG dapat diartikan sebagai seperangkat sistem yang

mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (Value

(41)

professional. Implementasi prinsip-prinsip GCG secara konsisten diperusahaan

akan menarik minat para investor.

Dalam Effendi (2009:62-63) konsep GCG di Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

terdapat dalam poin IV dan poin VI dari penjelasan atas Undang-undang No. 19

Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam kedua poin

tersebut disebutkan bahwa:

a. Untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu mempertahankan

keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang semakin terbuka

dan kompetitif, BUMN perlu menumbuhkan budaya korporasi dan

profesionalisme antra lain melalui pembenahan pengurusan dan

pengawasannya. Pengurusan dan pengawasan BUMN harus dilakukan

berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good

Corporate Governance)

b. Undang-undang tersebut dimaksudkan untuk memenuhi visi pembangunan

BUMN dimasa yang akan datang dan meletakan dasar-dasar atau

prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).

Penerapan prinsip-prinsip tersebut sangat penting dalam melakukan

pengelolaan dan pengawasan BUMN.

c. Undang-undang BUMN dirancang untuk menciptakan sistem pengelolaan

dan pengawasan berlandaskan pada prinsip evisiensi dan produktivitas guna

meningkatkan kinerja dan nilai BUMN, serta menghindari BUMN dari

tindakan-tindakan pengeksploitasian diluar asas tata kelola perusahaan yang

(42)

d. Undang-undang ini juga dirancang untuk menata dan mempertegas peran

lembaga dan posisi wakil pemerintah sebagai pemegang saham atau pemilik

modal BUMN selaku operator usaha dengan lembaga pemerintah sebagai

regulator.

Dari penjelasan beberapa ahli diatas, peneliti menggunakan definisi GCG menurut

OECD (The Organization for Economic Cooperation and Development) (2003),

sebagaimana dikutip oleh Wahyudin Zarkasyi (2008:35), tata kelola perusahaan

yang baik (Good Corporate Governance) merupakan struktur yang oleh

stakeholders, pemegang saham, komisaris dan manajer menyusun tujuan

perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan tersebut dan mengawasi kinerja.

Karena GCG menurut OECD (The Organization for Economic Cooperation and

Development) (2003) mencakup dan sesuai dengan kegunaan serta karakteristik dari AP2T, yaitu AP2T merupakan suatu sistem yang merupakan bagian dari

struktur yang oleh stakeholders, pemegang saham, komisaris dan manajer serta

pegawai perusahaan lainnya menyusun tujuan perusahaan dan sarana untuk

mencapai tujuan dan mengawasi kinerja. AP2T juga merupakan suatu sistem

pengiriman dan pengecekan laporan-laporan, aplikasi ini juga untuk

mengendalikan perusahaan agar dapat membatasi munculnya peluang pengelolaan

yang salah dan penyalahgunaan asset perusahaan dan suatu proses yang

transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut pengukuran

(43)

3. Aspek-aspek Good Corporate Governance (GCG)

Dalam Busyra Azheri (2012:186-188) pasal 2 Keputusan Menteri Negara/Kepala

Badan Penanaman Modal dan Pembina Badan Usaha Milik Negara No.

KEP-23/M-PM.PBUMN/2000 tanggal 13 Mei 2000 tentang pengembangan praktik

good corporate governance dalam perusahaan (persero) menegaskan bahwa good corporate governance adalah prinsip perusahaan yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi menjaga

kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan.

Oleh karena itu penerapan prinsip GCG amat tergantung pada kondisi perusahaan,

sehingga masing-masing perusahaan diharapkan membuat standar GCG (best

practices) dengan memperhatikan beberapa aspek GCG yaitu:

a. Tujuan perusahaan

Berkaitan dengan upaya perusahaan menjamin sustainable bisnis untuk

jangka panjang dan menjaga hubungan dengan shareholders yang efektif.

Perusahaan seharusnya mengungkapkan informasi secara akurat, memadai

dan tepat waktu, transparan terhadap investor tentang akuisisi, hak dan

kewajiban kepemilikan, serta penjualan saham.

b. Hak Suara

Perusahaan harus menjamin hak suara dari setiap ownership dan mewajibkan

adanya keterbukaan yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan.

c. Non-Executive Corporate Board

Melibatkan anggota non-executive yang independen dalam jumlah dan

(44)

orang dan sama banyaknya dengan substancial majority. Komite audit,

remunerasi dan nominasi sebaiknya beranggotakan non-executive.

d. Kebijakan Remunerasi Perusahaan

Sebaiknya dalam laporan tahunan perusahaan mengungkapkan kebijakan

board tentang remunerasi, sehingga investor dapat memutuskan apakah

praktik dan kebijakan remunerasi telah sesuai dengan standar, kepatutan dan

kepatuhan.

e. Fokus Strategi

Setiap modifikasi atas bisnis utama harus dilakukan atas persetujuan

shareholders. Begitu pula halnya bila terjadi perubahan yang signifikan pada perusahaan dan secara materil berpengaruh melemahkan ekuitas atau

mengikis economic interest atau hak kepemilikan saham dari pemegang

saham yang ada.

f. Kinerja Operasional

Board Directors harusnya memfokuskan perhatiannya pada corporate governance framework dalam upaya mengoptimalkan kinerja perusahaan. g. Shareholders Returns

Board Directors harusnya memfokuskan perhatiannya pada corporate governance framework dalam upaya mengoptimalkan retuns kepada

shareholders.

h. Corporate Citizenship

Perusahaan harus tunduk dan taat pada berbagai ketentuan

perundang-undangan yang berlaku pada wilayah hukum dimana perusahaan melakukan

(45)

i. Implementasi Corporate Governance

Apabila suatu negara telah mempunyai code dalam rangka praktik GCG

maka perusahaan harus melaksanakannya.

Menyadari pentingnya GCG dalam pengelolaan perusahaan pada suatu negara,

maka United Nation Development Program (UNDP) menjelaskan bahwa good

governance harus mengandung 9 unsur sebagai berikut: a. Participation

Mengarah pada jaminan keterlibatan bahwa setiap warga negara dalam

pembuatan suatu keputusan, baik secara langsung maupun melalui

intermediasi atau institusi yang mewakili kepentingannya. Hal ini dibangun

atas dasar demokrasi dan partisipasi secara konstruktif.

b. Rule of Law

Bahwa hukum harus mencerminkan nilai keadilan dan kesamaan setiap orang

didepan hukum serta dilakukannya law enforcement dan hak asasi manusia.

c. Transparency (Transparansi)

Hal ini dibangun atas dasar kebebasan informasi dimana proses, lembaga, dan

informasi dapat langsung diakses oleh pihak-pihak yang membutuhkan.

Setiap informasi tersebut harus bersifat komunikatif, dapat dipahami dan

dimonitor.

d. Responsiveness

Bahwa setiap proses dan kelembagaan yang ada harus dapat melayani setiap

stakeholders.

(46)

Hal ini menyelesaikan bahwa prinsip corporate governance menjadi mediasi antara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan yang terbaik bagi

kepentingan yang lebih luas dalam setiap kebijakan maupun prosedur.

f. Equity

Bahwa semua warga negara mempunyai kesempatan yang sama dalam upaya

meningkatkan dan mempertahankan kesejahteraannya.

g. Effectiveness and Efficiency (Efektivitas dan Efisiensi)

Adanya jaminan bahwa setiap proses dan lembaga yang ada harus

menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan program yang telah digariskan

dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.

h. Accountability (Akuntabilitas)

Bahwa pengambil keputusan dalam pemerintahan sektor swasta dan

masyarakat mesti bertanggungjawab kepada publik dan lembaga-lembaga

stakeholders. i. Strategic Vision

Pimpinan suatu perusahaan harus berlandaskan perspectif corporate

governance.

4. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)

Berbagai aturan main dan sistem yang mengatur keseimbangan dalampengelolaan

perusahaan perlu dituangkan dalam bentuk prinsip-prinsip yang harus dipatuhi

untuk menuju tata kelola perusahaan yang baik. Menurut Sutedi (2011) dalam

(Jingga Tadikapury : 2011) ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan

(47)

a. Transparancy (Keterbukaan)

Penyediaan informasi yang memadai, akurat, dan tepat waktu kepada

stakeholders harus dilakukan oleh perusahaan agar dapat dikatakan

transparan. Pengungkapan yang memadai sangat diperlukan oleh investor

dalam kemampuannya untuk membuat keputusan terhadap risiko dan

keuntungan dari investasinya. Kurangnya pernyataan keuangan yang

menyeluruh menyulitkan pihak luar untuk menentukan apakah perusahaan

tersebut memiliki uang yang menumpuk dalam tingkat yang

mengkhawatirkan. Kurangnya informasi akan membatasi kemampuan

investor untuk memperkirakan nilai dan risiko serta pertambahan dari

perubahan modal (volatility of capital).

b. Accountability (Dapat Dipertanggungjawabkan)

Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan

pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan

terlaksana secara efektif. Pengelolaan perusahaan harus didasarkan pada

pembagian kekuasaan diantara manajer perusahaan, yang bertanggung jawab

pada pengoperasian setiap harinya, dan pemegang sahamnya yang diwakili

oleh dewan direksi. Dewan direksi diharapkan untuk menetapkan kesalahan

(oversight) dan pengawasan. c. Fairness (Kesetaraan)

Secara sederhana kesetaraan didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan

setara dalam memenuhi hak-hak stakeholder. Dalam pengelolaan perusahaan

(48)

Investor harus memiliki hak-hak yang jelas tentang kepemilikan dan sistem

dari aturan dan hukum yang dijalankan untuk melindungi hak-haknya.

d. Sustainability (Kelangsungan)

Kelangsungan adalah bagaimana perusahaan dapat terus beroperasi dan

menghasilkan keuntungan. Ketika perusahaan negara (corporation) exist dan

menghasilkan keuntungan dalam jangka mereka juga harus menemukan cara

untuk memuaskan pegawai dan komunitasnya agar tetap bisa bertahan dan

berhasil. Mereka harus tanggap terhadap lingkungan, memperhatikan hukum,

memperlakukan pekerja secara adil, dan menjadi karyawan yang baik.

Dengan demikian, akan menghasilkan keuntungan yang lama bagi

stakeholder-nya.

Sedangkan menurut KEPMEN BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 1

Agustus 2002 pada pasal 3 yang dikutip dari Hery (2010) dalam (Jingga

Tadikapury : 2011), prinsip-prinsip GCG, yaitu:

a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan

keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan

relevan mengenai perusahaan;

b. Kemandirian, yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional

tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang

tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat;

c. Akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban

(49)

d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat;

e. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak

stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Disini secara umum ada empat prinsip utama berdasarkan pendapat OECD

(Organization For Economic Corporation and Development) dalam (Tjager,

2003: 40-52) (Fajarwati : 2011) yaitu: Fairness, transparency, accountability,

responsibility.

a. Fairness (Kewajaran)

Secara sederhana Fairness (Kewajaran) bisa didefinisikan sebagai perlakuan

yang adil dan setara didalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul

berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Fairness

juga mencakup adanya kejelasan hak-hak pemodal, sistem hukum dan

penegakan peraturan untuk melindungi hak-hak investor khususnya

pemegang saham minoritas, dari berbagai bentuk kecurangan. Bentuk

kecurangan ini bisa berupa insider trading (transaksi yang melibatkan

informasi orang dalam),fraud (penipuan), dilusi saham (nilai perusahaan

berkurang), KKN, atau keputusan-keputusan yang dapat merugikan seperti

pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan, penerbitan saham baru,

merger, akuisisi, atau pengambilalihan perusahaan lain. Lewat prinsip

fairness, ada beberapa manfaat yang diharapkan bisa dipetik, fairness

(50)

prudent (hati-hati), sehingga muncul perlindungan kepentingan pemegang

saham secara fair (jujur dan adil). Fairness juga diharapkan member

perlindungan kepada perusahaan terhadap praktek korporasi yang merugikan

seperti disebutkan diatas. Fairness menjadi jiwa untuk memonitor dan

menjamin perlakuan yang adil diantara beragam kepentingan perusahaan.

Namun fairness membutuhkan syarat agar bisa dilakukan secara efektif,

syarat tersebut yaitu berupa peraturan perundang-undangan yang jelas, tegas,

konsisten dan dapat ditegakan secara baik serta efektif.

b. Transparency (Keterbukaan Informasi)

Transparansi bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses

pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material

dan relevan mengenai perusahaan. Dalam mewujudkan transparansi ini

sendiri perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan

tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan

tersebut. Setiap perusahaan diharapkan pula dapat mempublikasikan

informasi keuangan serta informasi lainnya yang material dan berdampak

signifikan pada kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Selain itu

para investor harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara

mudah pada saat diperlukan. Ada banyak manfaat yang dapat dipetik dari

penerapan prinsip ini, salah satunya stakeholder dapat mengetahui risiko yang

mungkin terjadi dalam melakukan transaksi dengan perusahaan. Kemudian

karena dengan adanya informasi kinerja perusahaan yang diungkapkan secara

akurat, tepat waktu, jelas, konsisten, dan dapat diperbandingkan, maka

(51)

dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan dimungkinkan terhindarnya

benturan kepentingan berbagai pihak dalam manajemen.

c. Accountability (Dapat Dipertanggungjawabkan)

Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan

pertanggungajawaban organ perusahaan sehingga perusahaan terlaksana

secara efektif. Beberapa bentuk implementasi dari prinsip accountability

antara lain praktek Audit Internal yang efektif, serta kejelasan fungsi, hak,

kewajiban, wewenang dan tanggungjawab dalam anggaran dasar perusahaan

dan Statement of Corporate Intent (Target Pencapaian Perusahaan di masa depan). Bila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka ada kejelasan fungsi,

hak, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab antara pemegang saham,

dewan komisaris, serta direksi, dengan adanya kejelasan inilah perusahaan

akan terhindar dari benturan kepentingan peran.

d. Responsibility (Pertanggungjawaban)

Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian (patuh) didalam

pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan

perundangan yang berlaku. Penerapan prinsip ini diharapkan membuat

perusahaan menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya seringkali ia

menghasilkan eksternalitas (dampak luar kegiatan perusahaan) negatif yang

harus ditanggung oleh masyarakat. Diluar hal itu, lewat prinsip ini diharapkan

membantu peran pemerintah dalam mengurangi kesenjangan pendapatan dan

kesempatan kerja pada segmen masyarakat yang belum mendapatkan manfaat

(52)

Menurut Sutedi (2011) dalam (Jingga Tadikapury : 2011), OCED (The Organization for Economic and Development) memberikan pedoman mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan agar tercipta GCG dalam suatu perusahaan yaitu:

1. Perlindungan terhadap hak-hak dalam Corporate Governance harus mampu

melindungi hak-hak para pemegang saham, termasuk pemegang saham

minoritas. Hak-hak tersebut mencakup hal-hal dasar pemegang saham, yaitu :

a. Hak untuk memperoleh jaminan keamanan atas metode pendaftaran

kepemilikan;

b. Hak untuk mengalihkan dan memindahtangankan kepemilikan saham;

c. Hak untuk memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara

berkala dan teratur;

d. Hak untuk ikut berpartisipasi dan memberikan suara dalam Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS);

e. Hak untuk memilih anggota dewan komisaris dan direksi;

f. Hak untuk memperoleh pembagian laba (profit) perusahaan.

2. Perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham (the equitable

treatmment of shareholders).

Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance haruslah menjamin

perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang

saham minoritas dan asing. Prinsip ini melarang adanya praktik perdagangan

berdasarkan informasi orang dalam (insider trading) dan transaksi dengan diri

(53)

komisaris untuk terbuka ketika menemukan transaksi-transaksi yang

mengandung benturan atau konflik kepentingan (conflict of interest).

3. Peranan pemangku kepentingan berkaitan dengan perusahaan (the role of

stakeholders).

Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus memberikan

pengakuan terhadap hak-hak pemangku kepentingan, sebagaimana ditentukan

oleh undang-undang dan mendorong kerja sama yang aktif antara perusahaan

dengan pemangku kepentingan dalam rangka menciptakan lapangan kerja,

kesejahteraan, serta kesenambungan usaha (going concern).

4. Pengungkapan dan transparansi (disclosure and transparancy).

Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus menjamin

adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap permasalahan

yang berkaitan dengan perusahaan. Pengungkapan tersebut mencakup

informasi mengenai kondisi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan pengelolaan

perusahaan. Informasi yang diungkapkan harus disusun, diaudit, dan disajikan

sesuai dengan standar yang berkualitas tinggi. Manajemen juga diharuskan

untuk meminta auditor eksternal (Kantor Akuntan Publik) melakukan audit

yang bersifat independen atas laporan keuangan.

5. Tanggung jawab dewan komisaris atau direksi (the responsibilities of the

(54)

Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus menjamin adanya pedoman strategis perusahaan, pengawasan yang efektif terhadap

manajemen oleh dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham.

Prinsip ini juga memuat kewenangan-kewenangan serta kewajiban-kewajiban

profesional dewan komisaris kepada pemegang saham dan pemangku

kepentingan lainnya.

Dari berbagai pendapat para ahli diatas mengenai prinsip-prinsip GCG peneliti

menggunakan pendapat dari OECD (Organization For Economic Corporation

and Development) dalam (Tjager, 2003: 40-52) (Fajarwati : 2011) yaitu fairness, transparency, accountability, responsibility. Dari empat prinsip GCG tersebut

peneliti menggunakan prinsip Transparency. Transparency atau transparansi bisa

diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses pengambilan

keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan

mengenai perusahaan. Dalam mewujudkan transparansi ini sendiri perusahaan

harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada

berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Setiap

perusahaan diharapkan pula dapat mempublikasikan informasi keuangan serta

informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan pada kinerja

perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Selain itu para investor harus dapat

mengakses informasi penting perusahaan secara mudah pada saat diperlukan.

Dengan adanya informasi kinerja perusahaan yang diungkapkan secara akurat,

tepat waktu, jelas, konsisten, dan dapat diperbandingkan, maka dimungkinkan

terjadinya efisiensi pasar. Selanjutnya jika prinsip transparansi dilaksanakan

(55)

berbagai pihak dalam manajemen. Karena prinsip transparansi dari OECD

(Organization for Economic Co-operation and Development) mencakup dan sesuai dengan kegunaan serta karakteristik dari AP2T, yaitu AP2T memberikan

keterbukaan informasi kepada pelanggan, mempermudah penerimaan dan

pemberian laporan yang sebelumnya secara manual setelah adanya aplikasi ini

bisa langsung dimasukan dalam AP2T sehingga mempercepat dan mempermudah

dalam pengambilan keputusan. Dalam mewujudkan transparansi ini sendiri

perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu

kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut, AP2T

memberikan informasi untuk pelanggan, pegawai dan atasan. Olehkarena itu

prinsip transparansi harus dilaksanakan dengan baik dan tepat, karena akan

dimungkinkan terhindarnya benturan kepentingan berbagai pihak dalam

manajemen.

Peneliti juga menggunakan pedoman dari OCED (The Organization for Economic

and Development) mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan agar tercipta GCG

dalam suatu perusahaan yaitu pengungkapan dan transparansi (disclosure and

transparancy). Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus menjamin adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap

permasalahan yang berkaitan dengan perusahaan. Pengungkapan tersebut

mencakup informasi mengenai kondisi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan

pengelolaan perusahaan. Informasi yang diungkapkan harus disusun, diaudit, dan

disajikan sesuai dengan standar yang berkualitas tinggi. Manajemen juga

diharuskan untuk meminta auditor eksternal (Kantor Akuntan Publik) melakukan

Gambar

Gambar 4.1.   Struktur Manajemen PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung…... 73
Tabel 3.1 Informan Terkait Pelaksanaan Program Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di PT
Tabel 3.2 Dokumen Terkait Penerapan Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di PT
Gambar 4.1. Struktur Manajemen PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung
+3

Referensi

Dokumen terkait

KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN KOMITMEN ORGANISASI, PENGENDALIAN INTERN DAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) (Survei pada Rumah Sakit Mojosongo 2

Skripsi yang berjudul Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (Gcg) pada Bank Muamalat Cabang Bogor Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan , telah diujikan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penerapan Prinsip-prinsip Good Corporate governance (GCG) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SDM, dan budaya

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: “ Analisis Pengaruh Komitmen Organisasi dan Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan penerapan prinsip GCG ( Good Corporate Governance ), Kemampuan, dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang terdiri dari: Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas,

Skripsi yang berjudul EVALUASI PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PT KRAKATAU STEEL (PERSERO) merupakan judul yang dipilih sebagai suatu syarat yang

Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG), Kepemimpinan Transformasional dan Self Efficacy terhadap Kinerja Karyawan pada BTN Syariah Semarang..