PENERAPAN PRINSIP TRANSPARANSI DALAM GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA PROGRAM APLIKASI PELAYANAN
PELANGGAN TERPUSAT (AP2T)
(STUDI DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI LAMPUNG) (Skripsi)
Oleh Maya Larasati
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRACT
APPLICATION OF THE PRINCIPLE OF TRANSPARENCY IN CORPORATE GOVERNANCE AT CENTRALIZED CUSTOMER
SERVICE APPLICATION PROGRAM (AP2T) (Study in PT. PLN (Persero) Distribution Lampung)
by
MAYA LARASATI
The implementation of corporate governance practices is crucial in running the company's business activities in order to maintain sustainable business growth, increase the value of the company and an effort to ensure the company is able to survive in the competition. Therefore, the government of the Republic of Indonesia on 1 August 2002 issued a Ministerial Decree KEP BUMN-117 / M-MBU / 2002 Article 3 on the application of the BUMN corporate governance practices. PT. PLN (Persero) is one of the participating BUMN in order to carry out the mandate.
As the embodiment of good corporate governance practices in PT. PLN (Persero) Distribution of Lampung is the establishment Centralized Customer Service Applications (AP2T), which is an integrated service system with the aim to unite all applications ever built in each of the regional office of PT. PLN (Persero) became the standard of customer service in Indonesia. AP2T is the application of the principle of transparency in corporate governance.
This study focuses on the problem of implementing the principles of transparency on AP2T. In uncovering this problem, researchers used the theory of principle of transparency of the OECD (Organization For Economic Corporation and Development). This research is a descriptive study with a qualitative approach. This research was conducted in Bandar Lampung.
resources (customers) who have a different science of technology, lack of socialization, as well as a system or network that is less extensive.
The conclusion from this study is that the application of the principle of yet maximum transparency in AP2T and there are still deficiencies that need to be fixed. This is evident from the many constraints that occur in running AP2T PT. PLN (Persero) Distribution Lampung.
ABSTRAK
PENERAPAN PRINSIP TRANSPARANSI DALAM GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA PROGRAM APLIKASI PELAYANAN
PELANGGAN TERPUSAT (AP2T)
(Studi di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung)
Oleh
MAYA LARASATI
Penerapan praktik GCG sangatlah penting dalam menjalankan kegiatan bisnis perusahaan dalam rangka menjaga pertumbuhan usaha secara berkelanjutan, meningkatkan nilai perusahaan dan sebagai upaya agar perusahaan mampu bertahan dalam persaingan. Oleh karena itu pemerintah Republik Indonesia tanggal 1 Agustus tahun 2002 mengeluarkan Keputusan Menteri BUMN Kep-117/M-MBU/2002 pasal 3 tentang penerapan praktik GCG pada BUMN. PT. PLN (Persero) merupakan salah satu BUMN yang ikut serta dalam rangka mengemban amanah tersebut.
Sebagai perwujudan dari praktik GCG di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung adalah dibentuknya Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T), yaitu sistem pelayanan terpadu dengan tujuan untuk menyatukan semua aplikasi yang pernah dibangun dimasing-masing kantor wilayah PT. PLN (Persero) menjadi standar pelayanan pelanggan se-Indonesia. AP2T merupakan penerapan dari prinsip transparansi didalam GCG.
Penelitian ini menitikberatkan pada permasalahan pelaksanaan penerapan prinsip transparansi pada AP2T. Dalam mengungkap permasalahan ini, peneliti
menggunakan teori prinsip transparansi dari OECD (Organization For Economic
Corporation and Development). Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Bandar Lampung.
kurang, sumberdaya manusia (pelanggan) yang memiliki iptek yang berbeda-beda, kurangnya sosialisasi, serta sistem atau jaringan yang kurang luas.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penerapan prinsip transparansi pada AP2T belum maksimal dan masih terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki. Hal ini terlihat dari masih banyak kendala yang terjadi dalam menjalankan AP2T di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung.
Kata Kunci: Good Corporate Governance (GCG), Prinsip Transparansi, Aplikasi
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Maya Larasati, lahir di Kota
Metro pada tanggal 28 Februari 1992. Penulis merupakan
anak ke dua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Hermanto dan Ibu Maryana.
Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak
Al-Quran pada tahun 1996-1997. Setelah itu penulis
melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Metro pada tahun
1998-2004. Kemudian, pada tahun 2004-2007 penulis melanjutkan sekolah di
SMP Negeri 1 Metro. Selanjutnya pada tahun 2007-2010 penulis melanjutkan
sekolah di SMA Negeri 1 Metro. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai
mahasiswa pada jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah SWT...
Kupersembahakan Karya sederhana ini kepada:
Ayah dan Ibu serta Kakakku tercinta yang selalu
Memberikan yang terbaik untukku
Terima kasih atas segala cinta, pengorbanan, kesabaran,
keikhlasan, dan do’a
dalam menanti keberhasilanku.
Keluarga besar yang senantiasa memberikan dorongan
kepadaku
Naunganku HIMAGARA
Teman, Sahabatku, Adik, dan Kakak Tingkatku Yang Selalu
Memberi Warna dalam Hidupku
MOTO
Bukanlah kesulitan yang membuat kita takut
Tapi ketakutan yang membuat kita sulit
Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah
Dan jangan pernah menyerah untuk mencoba
Maka jangan katakan pada Allah SWT aku punya masalah
Tetapi katakan pada masalah aku punya Allah yang maha segalanya
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin tercurah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tak lupa shalawat serta salam penulis
ucapkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, sang motivator bagi penulis untuk
selalu ikhlas dan bertanggung jawab dalam melakukan segala hal. Atas segala
kehendak dan kuasa Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “PENERAPAN PRINSIP TRANSPARANSI DALAM GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA PROGRAM APLIKASI PELAYANAN PELANGGAN TERPUSAT (AP2T) (Studi di PT. PLN
(Persero) Distribusi Lampung)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Administrasi Negara (SAN) pada jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulusnya
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini antara lain:
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
penulis. Terimakasih pak, atas masukan-masukan, saran, dan bimbingannya
yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Simon S Hutagalung, S.A.N.,M.P.A, selaku dosen pembimbing utama
penulis. Terimakasih pak atas bimbingan selama ini, saran, arahan, masukan
serta bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Nana Mulyana, S.IP., M.Si, selaku dosen pembimbing kedua penulis.
Terimakasih atas segala pelajaran berharga yang diberikan kepada penulis
walaupun singkat pelajaran bapak dari awal proses skripsi ini.
5. Bapak Syamsul Ma’arif, S.IP., M.Si, selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan nasehat, arahan, ilmu, waktu, dan tenaga selama proses
pendidikan hingga akhir.
6. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas segala ilmu yang
telah penulis peroleh di kampus dapat menjadi bekal yang berharga dalam
kehidupan penulis ke depannya.
7. Ibu Nur sebagai staf jurusan Ilmu Administrasi Negara yang selalu
memberikan pelayanan bagi penulis yang berkaitan dengan administrasi
dalam penyusunan skripsi ini.
8. Pihak PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung, serta pelanggan PLN yang
tersebar di tiga area yaitu area Tanjung Karang, area Metro, dan area Kota
Bumi yang telah memberikan izin kepada penulis, memberikan informasi,
menyelesaikan skripsi ini. Mama yang selalu mendoakanku, mendukungku,
memberikan semangat ketika aku merasa letih, dan menjadi motivator
terbesar dalam penulisan skripsi ini, makasih mah atas semua do’a dan
pelajaran keikhlasan dan sabarnya. Mama adalah ibu terbaik, makasih mah
atas cucuran air mata dari setiap do’a untuk mendoakan anak-anaknya. Maaf
maya pernah jadi anak yang nakal, dan susah diomongin. Papa Mama adalah
harta yang paling berharga dan orangtua terbaik terhebat buat maya dulu,
sekarang, nanti dan selamanya :*. Kakakku satu-satunya, Jelvy Rivmadhenti
makasih atas bantuan dalam semua hal demi kelancaran penyelesaian skripsi
ini, yang selalu nanyain kapan wisuda, kakak adalah kakak sekaligus sahabat
terbaikku yang menjadi motivasi ku untuk menjadi seperti kakak. Kakak
iparku kak Aby Irawan, terima kasih atas doa dan dukungannya, yang selalu
perhatian denganku.
10. Terima kasih untuk seluruh keluarga besarku yang selalu nanyain kapan
wisuda dan terima kasih atas dukungannya.
11. Terima kasih untuk Titan yang selalu memberiku semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas waktunya, terima kasih karena
selalu mendengarkan keluh kesahku, menenangkanku disaat banyak masalah,
terima kasih karena selalu membantuku dalam segala hal, dan menemaniku
kesana-sini.
12. Terima kasih untuk sahabat-sahabatku dari awal perkuliahan yang selalu
menemaniku. Indah Pratiwi yang biasa dipanggil kiting, yang selalu
dan suka buat telat hehee. Untuk Bunga Janati teman baruku diawal
perkuliahan yang sampai sekarang menjadi sahabatku, sahabat yang paling
sering galau :D, terima kasih atas kebersamaannya, dan motivasinya untuk
menjadi orang yang lebih tegar dan sabar, banyak pelajaran yang aku
dapatkan dari persahabatan ini. Untuk Dwi Enggar KS terima kasih atas
kebersamaan yang diberikan selama ini. Untuk kita semua semangat ya ! kita
pasti bisa, kita pasti sukses !
13. Terima kasih untuk teman-teman kosan Narumi, Sherly, Riva, Friska, Ijah,
Nuning, Nurma, Lilis, Nina, Kenia, Herlin dan Yosi. Terima kasih atas
semuanya, yang saling nemenin kalo lagi takut tidur sendirian, nemenin nyari
makan, masak bareng, ngomongin ini itu, terima kasih atas kebersamaannya
selama ini :*.
14. Terima kasih atas rasa senang yang nyaris bikin lemah serta rasa sakit yang
bikin diri ini kuat (ADUSELON), Satria, Aden, Hepsa, Loy, Bogel, Uyung,
Pandu, Ali Imron, Ali Syamsuddien, Rachmani, Nurul, Hani, Dewinta,
Maritha, Jodi, Fadri, Yogis, Anjas, Ade, Aris, Enggi, Triyadi, Desmon, Dita,
Rombongan Batak (Sari, Jeni, Ani, Selly dan Dora), Gideon, Wayan,
Ardiansyah, Daus, Gery, Erisa, Thio, Abdu, Hadi, Triadi, Abil, Cahya, Rofii,
Julyan. Teman-teman yang selalu jadi temen ngobrol diskusiin skripsi,
senang punya teman seperti kalian, makasih atas kenangan yang sempat
terukir dan semoga masih bisa ngukir kenangan manis yang lainnya.
15. Terima kasih untuk kakak-kakak dan adik-adik Himagara, maaf gak bisa
bermanfaat bagi kita semua. Amin
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Tabel………... i
Daftar Bagan……….ii
Daftar Gambar……….………...…….iii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang………..………...… 1
B. Rumusan Masalah……….………... 10
C. Tujuan Penelitian……….…... 10
D. Manfaat Penelitian………....…..… 11
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Good Corporate Governance(GCG)…………..…. 12
1. Konsep Corporate Governance……….. 12
2. Konsep Good Corporate Governance(GCG)……… 15
3. Aspek-aspek Good Corporate Governance(GCG)………….…... 20
4. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance(GCG)………. 23
B. Tinjauan Tentang Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T)... 33
1. Pengertian AP2T………...….….. 33
2. Peraturan atau Payung Hukum AP2T………..… 34
3. Tujuan AP2T………...……….…. 35
4. Manfaat AP2T………..…….... 36
5. Fungsi atau Kegunaan AP2T………..…….……. 37
6. Sosialisasi AP2T………..……….……… 38
7. Keuntungan AP2T………..….……….… 38
8. Harapan AP2T………...…………... 38
III. METODE PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. PLN (Persero)………. 62
B. Sejarah PT. PLN (Persero) ………. 62
C. Bisnis PT. PLN (Persero)………...……. 64
D. Sejarah PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung………... 65
E. Sekilas Wilayah Usaha PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung……… 68
F. Data Statistik PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung tahun 2012…… 71
G. Struktur Manajemen……… 73
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………... 77
Fokus 1: Penerapan Prinsip Transparansi dalam Good Corporate Governance (GCG) pada Program Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung 1. Penyediaan Informasi yang Akurat dan Tepat Waktu………. 78
2. Penyediaan Informasi yang digunakan dalam Proses Pengambilan Keputusan... 92
Fokus 2: Kendala-kendala yang dihadapi dalam Pelaksanaan Program Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung 1. Kendala Internal dalam Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T)………... 101
Fokus 1: Penerapan Prinsip Transparansi dalam Good Corporate Governance (GCG) pada Program Aplikasi
Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung
1. Penyediaan Informasi yang Akurat dan Tepat Waktu…………... 117
2. Penyediaan Informasi yang digunakan dalam Proses Pengambilan
Keputusan... 123
Fokus 2: Kendala-kendala yang dihadapi dalam Pelaksanaan Program Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T)
di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung
1. Kendala Internal dalam Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat
(AP2T)………... 132
2. Kendala Eksternal dalam Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat
(AP2T)………... 134
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………... 137
B. Saran………. 140
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Data Informan……… 49 Tabel 3.2. Dokumen-dokumen……… 51
Tabel 5.1. Hasil Penyebaran Angket di Tiga Area……… 109
DAFTAR BAGAN
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia praktik penerapan Good Corporate Governance yang selanjutnya
akan disingkat GCG, berawal dari program pemulihan pasca krisis dalam bantuan
dana pinjaman atau hibah yang dimulai sejak tahun 1997-1998 yang telah
diupayakan oleh pemerintah bekerjasama dengan DPR dan pihak swasta serta
lembaga-lembaga keuangan Internasional Monetary Fund (IMF) untuk menolong
keluar dari krisis ekonomi dengan berbagai langkah yang tertuang dalam Letter of
Intent (LoI) yang antara lain mengharuskan pemerintah melakukan restrukturisasi ekonomi dengan membenahi sektor perbankan nasional melalui restrukturisasi
dan rekapitalisasi serta privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), termasuk
perusahaan-perusahaan yang bernilai strategis karena berkaitan dengan
penguasaan atas komoditas air, energy, transportasi, dan infrastruktur (Fajarwati :
2011).
Adanya bantuan maupun hibah yang dikucurkan, maka hal ini menyebabkan
lembaga-lembaga keuangan dunia seperti World Bank, IMF, dan Asian
Development Bank (ADB) juga mensyaratkan agar arah kebijakan pemerintah ditujukan pada upaya sosialisasi praktik GCG. Sebagai bentuk realisasi upaya
agenda kerja dan telah menghasilkan keputusan-keputusan penting yang berkaitan
dengan penerapan kebijakan GCG dilingkungan perusahaan (Fajarwati : 2011).
Seiring dengan itu, pemerintah Republik Indonesia tanggal 1 Agustus 2002
mengeluarkan Keputusan Menteri BUMN Kep-117/M-MBU/2002 pasal 3 tentang
penerapan praktik GCG pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
(Miharso:2012).
Salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang hendak menerapkan praktik
GCG adalah PT. PLN (Persero). PT. PLN (Persero) merupakan salah satu BUMN
yang ikut serta dalam rangka mengemban amanah Keputusan Menteri BUMN
Kep-117/M-MBU/2002 pasal 3 tentang penerapan praktik GCG pada Badan
Usaha Milik Negara (BUMN). PT. PLN (Persero) adalah sebuah entitas legal
milik Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan dan
melakukan berbagai aktivitas lainnya yang diijinkan oleh undang-undang
dibidang ketenagalistrikan.
Sebagai salah satu BUMN, PT PLN (Persero) memiliki kewajiban untuk
menerapkan GCG sebagaimana diamanatkan didalam Peraturan Mentri Negara
BUMN tentang penerapan GCG pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Perusahaan menyadari bahwa penerapan GCG saat ini tidak hanya sebagai
pemenuhan kewajiban saja, namun telah menjadi kebutuhan dalam menjalankan
kegiatan bisnis perusahaan dalam rangka menjaga pertumbuhan usaha secara
berkelanjutan, meningkatkan nilai perusahaan dan sebagai upaya agar perusahaan
Sejak tahun 2003, PT. PLN (Persero) telah melaksanakan peraturan tentang
penerapan praktik GCG pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
ditetapkan tanggal 1 Agustus 2002 oleh Menteri BUMN. PT PLN (Persero) telah
melaksanakan Tata Kelola Perusahaan yang dilandasi dengan prinsip-prinsip
GCG. GCG telah menjadi hal yang dipersyaratkan dalam hubungan antara
perusahaan dengan para investor/pemegang sahamnya dan antara debitur dengan
krediturnya. Penerapan GCG mengacu pada standar atau best practices dan
dilakukan secara bertahap (www.pln.go.id, diakses tanggal 12 Februari 2014,
pukul 10:00).
PT. PLN (Persero) sebagai pemegang izin usaha ketenagalistrikan untuk
kepentingan umum dan masyarakat di Indonesia senantiasa berupaya memenuhi
kebutuhan listrik dalam negeri dan menjamin ketersediaannya secara kontinyu,
dengan meningkatkan mutu dan keandalan jaringan distribusi, meningkatkan
kecepatan pelayanan gangguan serta meningkatkan pelayanan lainnya kepada
pelanggan. Salah satu kegiatan untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan
adalah adanya aplikasi terpusat yang dapat melayani kebutuhan pelanggan dari
semua tempat. Unntuk menjawab keinginan tersebut maka dikeluarkanlah
Keputusan Direksi No.529.K/DIR/2010 tentang pedoman dan kebijakan umum
tata kelola teknologi informasi di lingkungan PT. PLN (Persero) yaitu sebagai
pedoman untuk mewujudkan pola standarisasi pelaksanaan, pengembangan,
penerapan dan operasi teknologi informasi yang selaras dengan memantau unjuk
kerja penyelenggara teknologi informasi serta pedoman untuk meningkatkan
kapabilitas perseroan dalam memberikan kontribusi bagi penciptaan nilai tambah
Selain surat keputusan direksi di atas dikeluarkan pula keputusan direksi dengan
No.026.K/DIR/2011 untuk pengamanan sistem teknologi informasi yang
bertujuan untuk melindungi sumber daya teknologi informasi perseroan terhadap
penggunaan, penyebaran, perusakan dan perubahan data oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab serta memberikan aturan pengelolaan pengamanan sistem
teknologi informasi perseroan yang sesuai dengan peraturan dan hukum yang
berlaku (Miharso:2012).
Untuk membangun suatu budaya bisnis yang sehat dibutuhkan beberapa prinsip
yaitu transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan
kewajaran, kelima prinsip ini dikenal sebagai prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip
dasar GCG tersebut pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan
terhadap kinerja suatu perusahaan. Sebagai perwujudan dari praktik GCG di PT.
PLN (Persero) Distribusi Lampung adalah Aplikasi Pelayanan Pelanggan
Terpusat yang selanjutnya akan disingkat AP2T.
Pada tahun 2011 PT. PLN (Persero) pusat memperkenalkan AP2T, yaitu sistem
pelayanan terpadu yang memberikan kemudahan kepada para pelanggan/calon
pelanggan untuk melakukan permohonan pasang baru maupun perubahan daya
dari rumah atau dari tempat lain yang bisa berinteraksi lewat internet maupun
lewat telepon, sehingga pelanggan/calon pelanggan tidak perlu lagi datang ke
kantor PT. PLN (Persero). AP2T sebagai salah satu kegiatan untuk meningkatkan
pelayanan kepada pelanggan serta meningkatkan kinerja perusahaan, dengan
adanya AP2T ini, perusahaan dapat melayani kebutuhan pelanggan dari semua
mempunyai model dan jenis aplikasi pelayanan dengan versi yang berbeda-beda
serta database (penyimpanan data) yang bersifat lokal dan belum terintegrasi antar unit, sehingga apabila pelanggan atau konsumen menginginkan suatu
pelayanan maka mereka harus datang ke kantor PT. PLN (Persero) terdekat
dimana mereka berdomisili untuk mengajukan permohonannya.
AP2T dibangun oleh PT. PLN (Persero) untuk mempermudah pelanggan/calon
pelanggan yang akan mengajukan permohonan baik itu pasang baru maupun
perubahan daya/data dan akan tersimpan diserver PT. PLN (Persero) yang
dihimpun dari seluruh Indonesia dan dikelola secara baik sesuai dengan data
fisik/tehnik yang ada di lapangan. Tujuan pembangunan AP2T adalah untuk
menyatukan semua aplikasi yang pernah dibangun dimasing-masing kantor
wilayah PT. PLN (Persero) untuk menjadi standar pelayanan pelanggan
se-Indonesia. Dengan adanya AP2T diharapkan kecepatan pelayanan kepada
pelanggan dapat lebih baik lagi karena pelanggan langsung bisa akses ke web PT.
PLN atau Call Center 123 sehingga terhindar dari para calo yang memberikan
jasa pengurusan permohonan dengan meminta imbalan yang besar, dan juga
sangat praktis bagi pelanggan yang sangat sibuk dalam kesehariannya karena
waktu mereka yang sangat sedikit sehingga tidak menyita waktu mereka dalam
beraktifitas. Melihat kondisi pelanggan yang sangat sibuk dan juga sangat dinamis
itulah maka oleh PT. PLN (Persero) dibangunlah suatu sistem aplikasi yang
terpusat dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang menginginkan
pelayanan PT. PLN (Persero) yang cepat, handal dan praktis serta sudah
Salah satu prinsip dalam penerapan AP2T yang berlandaskan GCG adalah prinsip
transparansi. Dalam penelitian ini lebih fokus pada prinsip transparansi karena
AP2T merupakan penerapan dari prinsip transparansi yang merupakan bagian dari
salah satu prinsip-prinsip GCG. AP2T merupakan penerapan dari prinsip
transparansi karena AP2T menyediakan informasi yang tepat dan akurat baik
untuk pelanggan maupun untuk area atau kantor pusat yang membutuhkan
laporan. Informasi yang didapatkan pelanggan dengan adanya AP2T salah satunya
adalah informasi tagihan rekening pelanggan, dan bagi pelanggan transparansi
informasi yang didapatkan adalah apabila terdapat keluhan-keluhan mengenai
listrik, keluhan-keluhan tersebut dapat terjawab dengan data-data lengkap yang
ada di AP2T sehingga meminimalisir kecurangan yang dapat terjadi, dengan
adanya AP2T juga diharapkan kecepatan pelayanan kepada pelanggan dapat lebih
baik lagi karena pelanggan langsung bisa akses ke web PT. PLN yang langsung
tersinkron dengan AP2T atau Call Center 123 sehingga data-data permohonan
pelanggan sudah otomatis masuk kedalam AP2T dan dapat langsung diproses
sehingga terhindar dari para calo yang memberikan jasa pengurusan permohonan
dengan meminta imbalan yang besar. Dengan adanya AP2T pegawai dan pihak
lain yang berkepentingan dengan perusahaanpun mendapatkan transparansi
informasi, seperti biro yang bekerja sama dengan PT. PLN (Persero), dalam hal
penagihan dapat lebih mudah mengetahui data dari masing-masing pelanggan,
karena dalam AP2T terdapat data-data yang lengkap mengenai pelanggan yang
sudah melunasi tagihan atau belum melunasi tagihan, sehingga biro tidak sulit
untuk mencari pelanggan tersebut. AP2T tidak hanya mempermudah PT. PLN
pelanggan dapat melihat tagihan perbulan dari bulan-bulan sebelumnya. Dalam
hal pasang baru atau menambah daya, pelanggan dapat mengaksesnya melalui
web PT. PLN (Persero), dengan melakukan registrasi dari web PT. PLN (Persero)
tersebut, secara otomatis data tersebut dapat di lihat atau di cek melalui AP2T
oleh pegawai PLN, hal tersebut mempermudah pelanggan dan pegawai PT. PLN
(Persero), sehingga meningkatkan kinerja dan perusahaan lebih tertata.
Transparansi informasi bagi pegawai adalah transparansi data-data yang diterima
dan dalam hal pembuatan atau pengiriman laporan. Dengan adanya AP2T
data-data didapat langsung dari survey lapangan, sehingga data-data-data-data tersebut sangat
real dan tepat waktu. Dengan adanya AP2T pengiriman laporan-laporan yang
diminta atasan maupun pegawai lainnya dapat dikirim langsung melalui AP2T
sehingga tidak bisa melakukan manipulasi data dan cepatnya proses pengiriman
laporan membuat peningkatan kinerja perusahaan
Selain itu, berdasarkan Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam
Busyra Azheri (2012:192-193) prinsip transparansi sangat penting dalam
pengelolaan suatu perusahaan, Barry A.K. Rider menyatakan keterbukaan akan
mencegah kesalahan dan penyalahgunaan. Keterbukaan dapat mengantisipasi
kemungkinan pemegang saham, investor atau stakeholders tidak memperoleh
informasi atau fakta materil yang ada. Sedangkan standar yang digunakan dalam
penerapan prinsip keterbukaan adalah berkaitan dengan mitos “informed layman”
yang dirujuk dari dunia pasar modal. Mitos ini menegaskan bahwa standar utama
tentang keterbukaan informasi adalah harus jelas dan dapat dibaca serta
yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan serta para pemegang
kepentingan (stakeholders) diwujudkan dengan:
a. Mengembangkan sistem akuntansi dan best practices yang menjamin adanya
laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas.
b. Mengembangkan Informasi Technology (IT) dan Management Information
System (MIS) untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi.
c. Mengembangkan enterprise risk management yang memastikan bahwa semua
risiko signifikan telah diidentifikasi, diukur dan dapat dikelola pada tingkat
toleransi yang jelas.
d. Mengumumkan jabatan yang kosong secara terbuka.
AP2T merupakan salah satu pengembangan dari Informasi Technology (IT) dan
Management Information System (MIS).
Namun pada kenyataanya menurut Bapak Kristantio Yuniardi, Junior Analis
Pemasaran dan Pelayanan Pelanggan Area Tanjung Karang Distribusi Lampung,
dalam penerapan Aplikasi AP2T sebagai wujud penerapan prinsip transparansi
dalam GCG menemui beberapa masalah seperti dalam pelaksanaannya AP2T
terkadang mengalami hambatan, seperti calon pelanggan yang mendaftar dan
sudah membayar biaya penyambungan (BP) tidak bisa langsung masuk dalam
daftar AP2T, maupun ketika proses PDL (Perubahan Data Langganan) sehingga
menyebabkan yang seharusnya keterangan listrik pelanggan di lapangan sudah
menyala tetapi di sistem terbaca listrik pelanggan tersebut belum menyala,
terkadang mengalami gangguan atau tidak bisa diakses sehingga menghambat
dalam pengambilan atau pencarian data. Selain itu masih adanya keluhan dari
pegawai mengenai software tersebut, seperti AP2T yang tujuan utamanya adalah
untuk mempermudah dan mempercepat pelayanan serta kinerja pegawai, akan
tetapi pada kenyataannya penerapan software AP2T tersebut masih belum dapat
meringankan pekerjaan pegawai atau user yang menggunakan aplikasi tersebut
contohya dalam proses pencarian data pelanggan sering mengalami kendala,
seperti data dilapangan tidak sesuai dengan data di AP2T sehingga menambah
beban pekerjaan pegawai. Dari sisi pelanggan beberapa kali sering mengalami
kendala seperti idpel (id pelanggan) yang tidak sesuai dengan yang terdapat dalam
AP2T, contohnya pelanggan yang ingin mengecek tagihan, angka stand meter bisa
langsung ke kantor PT. PLN (Persero) dengan cara memberikan idpel (id
pelanggan), akan tetapi sering terjadi ketidaksesuaian antara data idpel (id
pelanggan) pelanggan tersebut dengan data idpel (id pelanggan) yang ada di
AP2T. Selain itu terkendala dalam perubahan data pelanggan di AP2T contoh
KWH meter pelanggan yang sudah tidak terpasang lagi/dibongkar akan tetapi
rekening pembayaran masih terbit / ditagihkan kepada pelanggan tersebut.
Masalah tersebut diatas muncul bukan dari kesalahan sistem atau kesalahan
tekhnis melainkan karena tidak dilakukan nya mutasi “N” (Perubahan status
pelanggan) oleh pegawai kepada pelanggan yang sudah dibongkar tersebut
sehingga rekening tersebut masih terbit / ditagihkan (Hasil wawancara pada
tanggal 7 April 2014).
Tujuan dari adanya AP2T ini dapat meningkatkan kinerja perusahaan menjadi
mempermudah layanan kepada masyarakat. Oleh karena hal itu maka penulis
tertarik untuk melakukan kajian secara ilmiah tentang “Penerapan Prinsip
Transparansi Dalam Good Corporate Governance (GCG) Pada Program Aplikasi
Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di PT. PLN (Persero)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang akan
diungkapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan prinsip Transparansi dalam Good Corporate
Governance (GCG) Pada program Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di PT. PLN (Persero) ?
2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program Aplikasi
Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di PT. PLN (Persero) ?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan-permasalahan pokok yang terdapat dalam penelitian
ini, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Menganalisis penerapan prinsip Transparansi dalam Good Corporate
Governance (GCG) Pada program Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di PT. PLN (Persero);
2. Menganalisis kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan Ilmu
Administrasi Negara dan menjadi referensi bagi penelitian mahasiswa lainnya
yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan program Aplikasi
Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di PT. PLN (Persero).
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan solusi untuk
mengetahui penerapan prinsip transparansi dalam Good Corporate
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Good Corporate Governance (GCG)
1. Konsep Corporate Governance
Corporate Governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk terus dikaji pelaku bisnis, akademis, pembuat kebijakan, dan lain sebagainya. Pemahaman
tentang Corporate Governance terus berevolusi dari waktu ke waktu. Pada akhir
tahun 1980-an mulai banyak kesimpulan yang menyebutkan struktur kepemilikan
dalam bentuk dispersed ownership akan memberikan dampak bagi buruknya
kinerja manajemen (Indra Surya & Ivan Yustiavandana, 2008:24).
Governance di ambil dari kata latin, yaitu gubernance yang artinya mengarahkan dan megendalikan. Dalam ilmu manajemen bisnis, kata tersebut diadaptasi
menjadi gorporate governance yang sebagai upaya mengarahkan (directing) dan
mengendalikan (control) kegiatan organisasi, termasuk perusahaan. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham
untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan, kedua,
kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat,
tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan,
Ada beberapa definisi Corporate Governance dalam Indra Surya & Ivan
Yustiavandana (2008:25-26), salah satunya OECD mendefinisikan Corporate
Governance sebagai:
“Sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board,
pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan
perusahaan. Corporate Governance juga mensyaratkan adanya struktur
perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Corporate
Governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi Board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan
lebih efisien.”
OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) yang
anggota - anggotanya antara lain, Amerika Serikat, Negara-negara Eropa (Austria,
Belgia, Denmark, Irlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Italia, Luxemburg, Belanda,
Norwegia, Polandia, Portugal, Swedia, Swiss, Turki, dan Inggris) dan
negara-negara Asia Pasifik (Australia, Jepang, Korea, Selandia Baru) mendefenisikan
Corporate Governance sebagai:
“Corporate Governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of rights and responsibilities among different participants in the corporation, such as, the board managers, shareholders and other stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this it also provides the structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance”.
Definisi tersebut melihat corporate governance sebagai suatu sistem dimana
sebuah perusahaan atau entitas bisnis diarahkan dan diawasi. Sejalan dengan itu,
maka struktur dari corporate governance menjelaskan distribusi hak-hak dan
yaitu antara lain dewan komisaris dan direksi, manajer, pemegang saham, serta
pihak-pihak lain yang terkait sebagai stakeholders. Selanjutnya, struktur dari
corporate governance juga menjelaskan bagaimana aturan dan prosedur dalam pengambilan dan pemutusan kebijakan sehingga dengan melakukan itu semua
maka tujuan perusahaan dan pemantauan kinerjanya dapat
dipertanggungjawabkan dan dilakukan dengan baik.
OECD mendefenisikan corporate governance sebagai sekumpulan hubungan
antara pihak manajemen perusahaan, board dan pemegang saham, dan pihak lain
yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate Governance juga
mengisyaratkan adanya struktur, perangkat untuk mencapai tujuan, dan
pengawasan atas kinerja. Corporate Governance yang baik dapat memberikan
perangsang atau insentif yang baik bagi board dan manajemen untuk mencapai
tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan atau pemegang saham dan harus
menfasilitasi pemonitoran yang efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk
menggunakan sumber daya dengan lebih efisien (Mikha Pasorong : 2012).
Sedangkan menurut Bank Dunia (World Bank) dalam mendefenisikan corporate
governance adalah kumpulan hukum, peraturan dan kaidah - kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber - sumber perusahaan bekerja
secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang
berkesinambungan bagi para pemegang saham mupun masyarakat sekitar secara
secara keseluruhan (Mikha Pasorong : 2012).
Dari penjelasan beberapa ahli diatas peneliti menggunakan definisi Corporate
Development), Corporate Governance merupakan Sekumpulan hubungan antara
pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang
mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate Governance juga
mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan
atas kinerja. Corporate Governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi
Board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif
sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih efisien.
Karena Corporate Governance dari OECD (Organization for Economic
Co-operation and Development) mencakup dan sesuai dengan kegunaan serta karakteristik dari AP2T, yaitu Aplikasi AP2T adalah sistem yang merupakan
bagian dari perangkat yang merupakan syarat dari Corporate Governance guna
mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja, AP2T dibuat dengan tujuan untuk
meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, meningkatkan kinerja perusahaan
serta meningkatkan pengawasan agar mengurangi kecurangan-kecurangan yang
dapat terjadi dalam melakukan pekerjaan sehingga kinerja perusahaan lebih
efektif dan efisien.
2. Konsep Good Corporate Governance (GCG)
Berkaitan dengan konsep diatas, terdapat konsep yang menjadi turunan dari
definisi corporate governance, yakni konsep GCG (Fajarwati : 2011). Menurut
Komite Cadburry dalam Tjager (2003:51) GCG adalah prinsip yang mengarahkan
dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan
stakeholders khusunya, dan stakeholders pada umumnya. Tentu saja hal ini dimaksudkan pengaturan kewenangan direktur, manajer, pemegang saham, dan
pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan dilingkungan
tertentu (Fajarwati : 2011).
Good Corporate Governance menurut Tjager (2003) merupakan suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan komisaris, direksi,
pemegang saham, dan para stakeholder lainnya. Suatu sistem pengecekan dan
perimbangan kewenangan atas pengendalian perusahaan yang dapat membatasi
munculnya dua peluang: pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan asset
perusahaan dan suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan,
pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya (Fajarwati : 2011).
Dari pengertian tersebut, menurut Tjager (2003) dalam (Fajarwati : 2011) tampak
beberapa aspek penting dari GCG yang perlu dipahami beragam kalangan di dunia
bisnis yakni:
a. Adanya keseimbangan hubungan antara organ-organ perusahaan di antaranya
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Komisaris, dan direksi.
Keseimbangan ini mencangkup ha;-hal yang berkaitan dengan struktur
kelembagaan dan mekanisme operasional ketiga organ perusahaan tersebut
(keseimbangan internal).
b. Adanya pemenuhan tanggung jawab perusahaan sebagai entitas bisnis dalam
masyarakat kepada seluruh stakeholder. Tanggung jawab ini meliputi hal-hal
yang terkait dengan pengaturan hubungan antara perusahaan dengan
pengelola/pengurus perusahaan, manajemen, pengawasan, serta
pertanggungjawaban kepada para pemegang saham dan stakeholders lainnya.
c. Adanya hak-hak pemegang saham untuk mendapatkan informasi yang tepat
dan benar pada waktu yang diperlukan mengenai perusahaan. Kemudian hak
berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perkembangan
strategis dan perubahan mendasar atas perusahaan serta ikut menikmati
keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam pertumbuhannya.
d. Adanya perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama
pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing melalui keterbukaan
informasi yang material dan relevan serta melarang penyampaian informasi
untuk pihak sendiri yang bisa menguntungkan orang dalam (insider
information for insider trading).
Menurut OECD (The Organization for Economic Cooperation and Development)
(2003), sebagaimana dikutip oleh Wahyudin Zarkasyi (2008:35), tata kelola
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) merupakan struktur yang
oleh stakeholders, pemegang saham, komisaris dan manajer menyusun tujuan
perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan tersebut dan mengawasi kinerja
(http://thesis.binus.ac.id, diakses tanggal 24 Agustus 2014, pukul 14:00).
Dalam Effendi (2009:2) GCG dapat diartikan sebagai seperangkat sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (Value
professional. Implementasi prinsip-prinsip GCG secara konsisten diperusahaan
akan menarik minat para investor.
Dalam Effendi (2009:62-63) konsep GCG di Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
terdapat dalam poin IV dan poin VI dari penjelasan atas Undang-undang No. 19
Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam kedua poin
tersebut disebutkan bahwa:
a. Untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu mempertahankan
keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang semakin terbuka
dan kompetitif, BUMN perlu menumbuhkan budaya korporasi dan
profesionalisme antra lain melalui pembenahan pengurusan dan
pengawasannya. Pengurusan dan pengawasan BUMN harus dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance)
b. Undang-undang tersebut dimaksudkan untuk memenuhi visi pembangunan
BUMN dimasa yang akan datang dan meletakan dasar-dasar atau
prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).
Penerapan prinsip-prinsip tersebut sangat penting dalam melakukan
pengelolaan dan pengawasan BUMN.
c. Undang-undang BUMN dirancang untuk menciptakan sistem pengelolaan
dan pengawasan berlandaskan pada prinsip evisiensi dan produktivitas guna
meningkatkan kinerja dan nilai BUMN, serta menghindari BUMN dari
tindakan-tindakan pengeksploitasian diluar asas tata kelola perusahaan yang
d. Undang-undang ini juga dirancang untuk menata dan mempertegas peran
lembaga dan posisi wakil pemerintah sebagai pemegang saham atau pemilik
modal BUMN selaku operator usaha dengan lembaga pemerintah sebagai
regulator.
Dari penjelasan beberapa ahli diatas, peneliti menggunakan definisi GCG menurut
OECD (The Organization for Economic Cooperation and Development) (2003),
sebagaimana dikutip oleh Wahyudin Zarkasyi (2008:35), tata kelola perusahaan
yang baik (Good Corporate Governance) merupakan struktur yang oleh
stakeholders, pemegang saham, komisaris dan manajer menyusun tujuan
perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan tersebut dan mengawasi kinerja.
Karena GCG menurut OECD (The Organization for Economic Cooperation and
Development) (2003) mencakup dan sesuai dengan kegunaan serta karakteristik dari AP2T, yaitu AP2T merupakan suatu sistem yang merupakan bagian dari
struktur yang oleh stakeholders, pemegang saham, komisaris dan manajer serta
pegawai perusahaan lainnya menyusun tujuan perusahaan dan sarana untuk
mencapai tujuan dan mengawasi kinerja. AP2T juga merupakan suatu sistem
pengiriman dan pengecekan laporan-laporan, aplikasi ini juga untuk
mengendalikan perusahaan agar dapat membatasi munculnya peluang pengelolaan
yang salah dan penyalahgunaan asset perusahaan dan suatu proses yang
transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut pengukuran
3. Aspek-aspek Good Corporate Governance (GCG)
Dalam Busyra Azheri (2012:186-188) pasal 2 Keputusan Menteri Negara/Kepala
Badan Penanaman Modal dan Pembina Badan Usaha Milik Negara No.
KEP-23/M-PM.PBUMN/2000 tanggal 13 Mei 2000 tentang pengembangan praktik
good corporate governance dalam perusahaan (persero) menegaskan bahwa good corporate governance adalah prinsip perusahaan yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi menjaga
kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan.
Oleh karena itu penerapan prinsip GCG amat tergantung pada kondisi perusahaan,
sehingga masing-masing perusahaan diharapkan membuat standar GCG (best
practices) dengan memperhatikan beberapa aspek GCG yaitu:
a. Tujuan perusahaan
Berkaitan dengan upaya perusahaan menjamin sustainable bisnis untuk
jangka panjang dan menjaga hubungan dengan shareholders yang efektif.
Perusahaan seharusnya mengungkapkan informasi secara akurat, memadai
dan tepat waktu, transparan terhadap investor tentang akuisisi, hak dan
kewajiban kepemilikan, serta penjualan saham.
b. Hak Suara
Perusahaan harus menjamin hak suara dari setiap ownership dan mewajibkan
adanya keterbukaan yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan.
c. Non-Executive Corporate Board
Melibatkan anggota non-executive yang independen dalam jumlah dan
orang dan sama banyaknya dengan substancial majority. Komite audit,
remunerasi dan nominasi sebaiknya beranggotakan non-executive.
d. Kebijakan Remunerasi Perusahaan
Sebaiknya dalam laporan tahunan perusahaan mengungkapkan kebijakan
board tentang remunerasi, sehingga investor dapat memutuskan apakah
praktik dan kebijakan remunerasi telah sesuai dengan standar, kepatutan dan
kepatuhan.
e. Fokus Strategi
Setiap modifikasi atas bisnis utama harus dilakukan atas persetujuan
shareholders. Begitu pula halnya bila terjadi perubahan yang signifikan pada perusahaan dan secara materil berpengaruh melemahkan ekuitas atau
mengikis economic interest atau hak kepemilikan saham dari pemegang
saham yang ada.
f. Kinerja Operasional
Board Directors harusnya memfokuskan perhatiannya pada corporate governance framework dalam upaya mengoptimalkan kinerja perusahaan. g. Shareholders Returns
Board Directors harusnya memfokuskan perhatiannya pada corporate governance framework dalam upaya mengoptimalkan retuns kepada
shareholders.
h. Corporate Citizenship
Perusahaan harus tunduk dan taat pada berbagai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku pada wilayah hukum dimana perusahaan melakukan
i. Implementasi Corporate Governance
Apabila suatu negara telah mempunyai code dalam rangka praktik GCG
maka perusahaan harus melaksanakannya.
Menyadari pentingnya GCG dalam pengelolaan perusahaan pada suatu negara,
maka United Nation Development Program (UNDP) menjelaskan bahwa good
governance harus mengandung 9 unsur sebagai berikut: a. Participation
Mengarah pada jaminan keterlibatan bahwa setiap warga negara dalam
pembuatan suatu keputusan, baik secara langsung maupun melalui
intermediasi atau institusi yang mewakili kepentingannya. Hal ini dibangun
atas dasar demokrasi dan partisipasi secara konstruktif.
b. Rule of Law
Bahwa hukum harus mencerminkan nilai keadilan dan kesamaan setiap orang
didepan hukum serta dilakukannya law enforcement dan hak asasi manusia.
c. Transparency (Transparansi)
Hal ini dibangun atas dasar kebebasan informasi dimana proses, lembaga, dan
informasi dapat langsung diakses oleh pihak-pihak yang membutuhkan.
Setiap informasi tersebut harus bersifat komunikatif, dapat dipahami dan
dimonitor.
d. Responsiveness
Bahwa setiap proses dan kelembagaan yang ada harus dapat melayani setiap
stakeholders.
Hal ini menyelesaikan bahwa prinsip corporate governance menjadi mediasi antara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan yang terbaik bagi
kepentingan yang lebih luas dalam setiap kebijakan maupun prosedur.
f. Equity
Bahwa semua warga negara mempunyai kesempatan yang sama dalam upaya
meningkatkan dan mempertahankan kesejahteraannya.
g. Effectiveness and Efficiency (Efektivitas dan Efisiensi)
Adanya jaminan bahwa setiap proses dan lembaga yang ada harus
menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan program yang telah digariskan
dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
h. Accountability (Akuntabilitas)
Bahwa pengambil keputusan dalam pemerintahan sektor swasta dan
masyarakat mesti bertanggungjawab kepada publik dan lembaga-lembaga
stakeholders. i. Strategic Vision
Pimpinan suatu perusahaan harus berlandaskan perspectif corporate
governance.
4. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)
Berbagai aturan main dan sistem yang mengatur keseimbangan dalampengelolaan
perusahaan perlu dituangkan dalam bentuk prinsip-prinsip yang harus dipatuhi
untuk menuju tata kelola perusahaan yang baik. Menurut Sutedi (2011) dalam
(Jingga Tadikapury : 2011) ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan
a. Transparancy (Keterbukaan)
Penyediaan informasi yang memadai, akurat, dan tepat waktu kepada
stakeholders harus dilakukan oleh perusahaan agar dapat dikatakan
transparan. Pengungkapan yang memadai sangat diperlukan oleh investor
dalam kemampuannya untuk membuat keputusan terhadap risiko dan
keuntungan dari investasinya. Kurangnya pernyataan keuangan yang
menyeluruh menyulitkan pihak luar untuk menentukan apakah perusahaan
tersebut memiliki uang yang menumpuk dalam tingkat yang
mengkhawatirkan. Kurangnya informasi akan membatasi kemampuan
investor untuk memperkirakan nilai dan risiko serta pertambahan dari
perubahan modal (volatility of capital).
b. Accountability (Dapat Dipertanggungjawabkan)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif. Pengelolaan perusahaan harus didasarkan pada
pembagian kekuasaan diantara manajer perusahaan, yang bertanggung jawab
pada pengoperasian setiap harinya, dan pemegang sahamnya yang diwakili
oleh dewan direksi. Dewan direksi diharapkan untuk menetapkan kesalahan
(oversight) dan pengawasan. c. Fairness (Kesetaraan)
Secara sederhana kesetaraan didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan
setara dalam memenuhi hak-hak stakeholder. Dalam pengelolaan perusahaan
Investor harus memiliki hak-hak yang jelas tentang kepemilikan dan sistem
dari aturan dan hukum yang dijalankan untuk melindungi hak-haknya.
d. Sustainability (Kelangsungan)
Kelangsungan adalah bagaimana perusahaan dapat terus beroperasi dan
menghasilkan keuntungan. Ketika perusahaan negara (corporation) exist dan
menghasilkan keuntungan dalam jangka mereka juga harus menemukan cara
untuk memuaskan pegawai dan komunitasnya agar tetap bisa bertahan dan
berhasil. Mereka harus tanggap terhadap lingkungan, memperhatikan hukum,
memperlakukan pekerja secara adil, dan menjadi karyawan yang baik.
Dengan demikian, akan menghasilkan keuntungan yang lama bagi
stakeholder-nya.
Sedangkan menurut KEPMEN BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 1
Agustus 2002 pada pasal 3 yang dikutip dari Hery (2010) dalam (Jingga
Tadikapury : 2011), prinsip-prinsip GCG, yaitu:
a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan
relevan mengenai perusahaan;
b. Kemandirian, yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang
tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat;
c. Akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat;
e. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak
stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Disini secara umum ada empat prinsip utama berdasarkan pendapat OECD
(Organization For Economic Corporation and Development) dalam (Tjager,
2003: 40-52) (Fajarwati : 2011) yaitu: Fairness, transparency, accountability,
responsibility.
a. Fairness (Kewajaran)
Secara sederhana Fairness (Kewajaran) bisa didefinisikan sebagai perlakuan
yang adil dan setara didalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul
berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Fairness
juga mencakup adanya kejelasan hak-hak pemodal, sistem hukum dan
penegakan peraturan untuk melindungi hak-hak investor khususnya
pemegang saham minoritas, dari berbagai bentuk kecurangan. Bentuk
kecurangan ini bisa berupa insider trading (transaksi yang melibatkan
informasi orang dalam),fraud (penipuan), dilusi saham (nilai perusahaan
berkurang), KKN, atau keputusan-keputusan yang dapat merugikan seperti
pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan, penerbitan saham baru,
merger, akuisisi, atau pengambilalihan perusahaan lain. Lewat prinsip
fairness, ada beberapa manfaat yang diharapkan bisa dipetik, fairness
prudent (hati-hati), sehingga muncul perlindungan kepentingan pemegang
saham secara fair (jujur dan adil). Fairness juga diharapkan member
perlindungan kepada perusahaan terhadap praktek korporasi yang merugikan
seperti disebutkan diatas. Fairness menjadi jiwa untuk memonitor dan
menjamin perlakuan yang adil diantara beragam kepentingan perusahaan.
Namun fairness membutuhkan syarat agar bisa dilakukan secara efektif,
syarat tersebut yaitu berupa peraturan perundang-undangan yang jelas, tegas,
konsisten dan dapat ditegakan secara baik serta efektif.
b. Transparency (Keterbukaan Informasi)
Transparansi bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses
pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material
dan relevan mengenai perusahaan. Dalam mewujudkan transparansi ini
sendiri perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan
tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
tersebut. Setiap perusahaan diharapkan pula dapat mempublikasikan
informasi keuangan serta informasi lainnya yang material dan berdampak
signifikan pada kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Selain itu
para investor harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara
mudah pada saat diperlukan. Ada banyak manfaat yang dapat dipetik dari
penerapan prinsip ini, salah satunya stakeholder dapat mengetahui risiko yang
mungkin terjadi dalam melakukan transaksi dengan perusahaan. Kemudian
karena dengan adanya informasi kinerja perusahaan yang diungkapkan secara
akurat, tepat waktu, jelas, konsisten, dan dapat diperbandingkan, maka
dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan dimungkinkan terhindarnya
benturan kepentingan berbagai pihak dalam manajemen.
c. Accountability (Dapat Dipertanggungjawabkan)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan
pertanggungajawaban organ perusahaan sehingga perusahaan terlaksana
secara efektif. Beberapa bentuk implementasi dari prinsip accountability
antara lain praktek Audit Internal yang efektif, serta kejelasan fungsi, hak,
kewajiban, wewenang dan tanggungjawab dalam anggaran dasar perusahaan
dan Statement of Corporate Intent (Target Pencapaian Perusahaan di masa depan). Bila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka ada kejelasan fungsi,
hak, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab antara pemegang saham,
dewan komisaris, serta direksi, dengan adanya kejelasan inilah perusahaan
akan terhindar dari benturan kepentingan peran.
d. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian (patuh) didalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan
perundangan yang berlaku. Penerapan prinsip ini diharapkan membuat
perusahaan menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya seringkali ia
menghasilkan eksternalitas (dampak luar kegiatan perusahaan) negatif yang
harus ditanggung oleh masyarakat. Diluar hal itu, lewat prinsip ini diharapkan
membantu peran pemerintah dalam mengurangi kesenjangan pendapatan dan
kesempatan kerja pada segmen masyarakat yang belum mendapatkan manfaat
Menurut Sutedi (2011) dalam (Jingga Tadikapury : 2011), OCED (The Organization for Economic and Development) memberikan pedoman mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan agar tercipta GCG dalam suatu perusahaan yaitu:
1. Perlindungan terhadap hak-hak dalam Corporate Governance harus mampu
melindungi hak-hak para pemegang saham, termasuk pemegang saham
minoritas. Hak-hak tersebut mencakup hal-hal dasar pemegang saham, yaitu :
a. Hak untuk memperoleh jaminan keamanan atas metode pendaftaran
kepemilikan;
b. Hak untuk mengalihkan dan memindahtangankan kepemilikan saham;
c. Hak untuk memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara
berkala dan teratur;
d. Hak untuk ikut berpartisipasi dan memberikan suara dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS);
e. Hak untuk memilih anggota dewan komisaris dan direksi;
f. Hak untuk memperoleh pembagian laba (profit) perusahaan.
2. Perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham (the equitable
treatmment of shareholders).
Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance haruslah menjamin
perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang
saham minoritas dan asing. Prinsip ini melarang adanya praktik perdagangan
berdasarkan informasi orang dalam (insider trading) dan transaksi dengan diri
komisaris untuk terbuka ketika menemukan transaksi-transaksi yang
mengandung benturan atau konflik kepentingan (conflict of interest).
3. Peranan pemangku kepentingan berkaitan dengan perusahaan (the role of
stakeholders).
Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus memberikan
pengakuan terhadap hak-hak pemangku kepentingan, sebagaimana ditentukan
oleh undang-undang dan mendorong kerja sama yang aktif antara perusahaan
dengan pemangku kepentingan dalam rangka menciptakan lapangan kerja,
kesejahteraan, serta kesenambungan usaha (going concern).
4. Pengungkapan dan transparansi (disclosure and transparancy).
Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus menjamin
adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap permasalahan
yang berkaitan dengan perusahaan. Pengungkapan tersebut mencakup
informasi mengenai kondisi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan pengelolaan
perusahaan. Informasi yang diungkapkan harus disusun, diaudit, dan disajikan
sesuai dengan standar yang berkualitas tinggi. Manajemen juga diharuskan
untuk meminta auditor eksternal (Kantor Akuntan Publik) melakukan audit
yang bersifat independen atas laporan keuangan.
5. Tanggung jawab dewan komisaris atau direksi (the responsibilities of the
Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus menjamin adanya pedoman strategis perusahaan, pengawasan yang efektif terhadap
manajemen oleh dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham.
Prinsip ini juga memuat kewenangan-kewenangan serta kewajiban-kewajiban
profesional dewan komisaris kepada pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya.
Dari berbagai pendapat para ahli diatas mengenai prinsip-prinsip GCG peneliti
menggunakan pendapat dari OECD (Organization For Economic Corporation
and Development) dalam (Tjager, 2003: 40-52) (Fajarwati : 2011) yaitu fairness, transparency, accountability, responsibility. Dari empat prinsip GCG tersebut
peneliti menggunakan prinsip Transparency. Transparency atau transparansi bisa
diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses pengambilan
keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan
mengenai perusahaan. Dalam mewujudkan transparansi ini sendiri perusahaan
harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada
berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Setiap
perusahaan diharapkan pula dapat mempublikasikan informasi keuangan serta
informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan pada kinerja
perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Selain itu para investor harus dapat
mengakses informasi penting perusahaan secara mudah pada saat diperlukan.
Dengan adanya informasi kinerja perusahaan yang diungkapkan secara akurat,
tepat waktu, jelas, konsisten, dan dapat diperbandingkan, maka dimungkinkan
terjadinya efisiensi pasar. Selanjutnya jika prinsip transparansi dilaksanakan
berbagai pihak dalam manajemen. Karena prinsip transparansi dari OECD
(Organization for Economic Co-operation and Development) mencakup dan sesuai dengan kegunaan serta karakteristik dari AP2T, yaitu AP2T memberikan
keterbukaan informasi kepada pelanggan, mempermudah penerimaan dan
pemberian laporan yang sebelumnya secara manual setelah adanya aplikasi ini
bisa langsung dimasukan dalam AP2T sehingga mempercepat dan mempermudah
dalam pengambilan keputusan. Dalam mewujudkan transparansi ini sendiri
perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu
kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut, AP2T
memberikan informasi untuk pelanggan, pegawai dan atasan. Olehkarena itu
prinsip transparansi harus dilaksanakan dengan baik dan tepat, karena akan
dimungkinkan terhindarnya benturan kepentingan berbagai pihak dalam
manajemen.
Peneliti juga menggunakan pedoman dari OCED (The Organization for Economic
and Development) mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan agar tercipta GCG
dalam suatu perusahaan yaitu pengungkapan dan transparansi (disclosure and
transparancy). Kerangka yang dibangun dalam Corporate Governance harus menjamin adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap
permasalahan yang berkaitan dengan perusahaan. Pengungkapan tersebut
mencakup informasi mengenai kondisi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan
pengelolaan perusahaan. Informasi yang diungkapkan harus disusun, diaudit, dan
disajikan sesuai dengan standar yang berkualitas tinggi. Manajemen juga
diharuskan untuk meminta auditor eksternal (Kantor Akuntan Publik) melakukan