MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN
SISTEM INFORMASI PERGURUAN TINGGI
A'ang Subiyakto 1)
1) Program Studi Sistem Informasi,Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat, Jakarta Telp. 021-7401925 Ext. 1213, 021-7493547
E-mail : aangsubiyakto@yahoo.com
Abstrak
Perkembangan kemajuan teknologi informasi (TI) telah mencapai percepatan yang tidak dapat diduga. Hal ini menjadi permasalahan tersendiri bagi organisasi termasuk perguruan tinggi (PT) dalam mengenali perubahan arah dan sistem bisnis ke depan. Permasalahannya adalah bagaimana mengelola perubahan terkait pengembangan sistem informasi (SI). Banyak bukti menunjukan bahwa keberhasilan pengembangan SI bermanfaat secara signifikan. Sebaliknya, banyak PT lambat dan bahkan gagal untuk mencapai peningkatan kinerja yang diharapkan. Hal ini menjadi tantangan dan peluang dengan manajemen perubahan karena manfaat nyata dan efektifitas pengembangan SI sesungguhnya tetap berada di tangan PT sebagai pengguna. Paper ini merupakan studi pustaka yang membahas tentang teori, temuan dan hasil penelitian lain, sebagai landasan penelitian terkait manajemen perubahan dalam pengembangan SI di PT. Harapannya, memberikan perspektif manajemen perubahan dengan kerangka dan skenario organisasional. Pemahaman terhadap hal ini menjadi salah satu syarat dalam menjamin tingkat keberhasilan pengembangan SI di PT.
Kata Kunci : manajemen perubahan, sistem informasi, teknologi informasi, perguruan tinggi
1.
Pendahuluan
Untuk dapat tetap bertahan seiring waktu, setiap organisasi harus selalu dapat mengenali dirinya, mendapatkan gagasan baru untuk kemudian memulai kembali upaya memperbarui diri dalam mempertahankan eksistensi, menjadi pemenang dan pionir penentu arah bisnis. Mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhannya untuk kemudian menciptakan kembali dirinya dengan mengembangkan keunggulan kompetitif. Untuk itu, PT tidak cukup hanya dengan menerapkan strategi produk dan nilai saja yaitu kuantitas dan kualitas lulusannya dengan memaksimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang dimiliki. Pada era ini, PT dituntut untuk memperhatikan dan mengelola arus informasi yang mengalir di dalam dan dari luar lingkungannya. Secara prinsip, eksistensi PT tidak tergantung pada penerapan dan pemanfaatan SI tetapi SI secara langsung akan memberikan keunggulan kompetitif kepada PT berhasil mengembangkannya.
Kebutuhan organisasi termasuk PT untuk berubah sekarang ini menjadi lebih jelas dan dapat dikenali
daripada beberapa tahun lalu ketika pertanyaan Mengapa berubah? amat populer. Dewasa ini, beberapa pakar dan praktisi bisnis mengatakan premis yang amat menantang: berubah atau mati [1]. Dan kemampuan penguasaan perubahan tidak hanya menjadi tugas tingkat manajemen puncak tetapi juga semua tingkatan manajemen di organisasi. Untuk dapat menguasai perubahan secara berkelanjutan di lingkup organisasi diperlukan kesatuan kerangka berpikir dan komitmen bersama pada tingkatan vertikal dan horisontal dari struktur organisasi.
Upaya selanjutnya adalah menangkap sinyal perubahan, mengetahui di mana bisnis pendidikan tinggi berada pada kurva pertumbuhan, mengidentifikasi tantangan-tantangan, mendiagnosa kemampuan, kekuatan dan kelemahan organisasi. Greiner [2] memberikan masukan berharga untuk ini dengan menjabarkan siklus pertumbuhan organisasi dalam lima tahap pertumbuhan yaitu : 1) kreatifitas, 2) pengarahan, 3) delegasi; 4) koordinasi dan 5) kolaborasi. Menarik untuk menjadi perhatian adalah diidentifikasi juga pada kerangka tersebut empat bentuk krisis di antara tahapan pertumbuhan, mulai dari krisis 1) kepemimpinan, 2) otonomi, 3) kontrol 4) red tape dan krisis ke-lima yang tidak disebutkan. Clarke menyatakan hal ini sebagai sebuah langkah ulang perubahan dalam suatu siklus pertumbuhan, sebagaimana dilakukan banyak organisasi mengembangkan bisnisnya secara berkelanjutan [1].
2.
Peranan Sistem Informasi Bagi Perguruan
Tinggi
Ide mendasar penggunaan teknologi oleh manusia adalah sebagai alat bantu pencapaian tujuan. Demikian juga bagi PT, penerapan dan pemanfaatan SI jika dihubungkan dengan kondisi sekarang adalah bahwa manajemen PT dapat memperoleh manfaat pengembangannya sebagai alat bantu sistem kerja operasional dengan mengintegrasikan sistem kerja pengolahan data, administrasi dan pengambilan keputusan dengan cepat dan akurat. Selanjutnya menjadikannya strategi pengembangan SI secara berkelanjutan ini menjadi strategi memenangkan persaingan dalam bentuk penciptaan produk layanan baru menjadi daya saing menghadapi kompetisi sekaligus menjadi upaya pengendalian arah bisnis [3].
peranan SI pada organisasi ini memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan kepentingan sebuah perusahaan perbankan atau bahkan perusahaan pabrikasi. Warren McFarlan [4] menyatakan bahwa terdapat paling tidak dua hal yang menyebabkan hal ini. Pertama, seberapa besar ketergantungan organisasi terhadap keberadaan TI dalam penciptaan produk atau jasa sehari-harinya, dan
kedua, tergantung seberapa besar perkembangan TI
dapat menciptakan atau meningkatkan keunggulan kompetitif [5].
Matrik McFarlan tersebut memperlihatkan kepada manajamen PT bagaimana memposisikan organisasi terkait dengan peranan SI untuk mengetahui tingkat kepentingan organisasi terhadap SI sebagai dasar perencanaan dan pengembangannya. Bagian matrik pertama memperlihatkan bagaimana peranan TI sebagai
tulang punggung dalam operasional bisnis sekaligus
menentukan eksistensi perusahaan (strategic). Organisasi atau perusahaan perbankan termasuk dalam bagian matrik ini. Perusahaan jenis ini secara signifikan memiliki keharusan untuk menerapkan dan memanfaatkan SI. Eksistensi perusahaan jenis ini sangat tergantung dengan TI dalam menjalankan bisnisnya bahkan menjadikannya sebagai senjata utama dalam persaingan bisnis, tentunya dapat dibayangkan bagaimana sebuah bank tanpa fasilitas automatic teller
machine (ATM) pada awal ditemukannya teknologi ini.
Hal ini memperlihatkan bahwa setiap perusahaan pada bisnis ini berlomba untuk menarik calon pelanggan dengan pengembangan secara inovatif SI-nya secara berkelanjutan pada tingkat pelayanan . Alasan untuk ini adalah bahwa mereka berusaha menjaga eksistensi bisnis utamanya pada pelayanan pelanggan yang notabene dari fungsi bisnis ini mereka juga mendapatkan nilai keuntungan tambahan.
Gambar 1. Matrik Strategis SI [4]
Sebaliknya pada perusahaan pabrikasi yang bergerak pada jenis bisnis produksi barang, penerapan dan
pemanfaatan SI hanya bertujuan mendukung fungsi bisnis
back office-nya seperti pengolahan data keuangan,
penggajian atau perencanaan produksinya (support). Eksistensi perusahaan jenis ini tidak tergantung pada penggunaan TI tetapi pada fungsi bisnis produksi dan SI hanya menjadi sarana pendukung kelancaran bisnis. Ukuran kinerja perusahaan pada jenis bisnis ini tidak ditentukan berdasarkan kecangggihan TI yang dimiliki dan keberhasilan pengembangan SI tetapi lebih pada kualitas produk yang dihasilkan.
Bagian matrik ketiga adalah TI yang tidak secara langsung memberikan keunggulan kompetitif kepada perusahaan namun penggunaannya mutlak diperlukan. McFarlan menyebutnya factory, seperti mesin pada pabrik. Salah satu perusahaan pada bagian matrik ini adalah perusahaan asuransi dengan penerapan dan pemanfaatan SI pelayanan nasabah. Seperti perusahaan jasa lainnya, data lengkap nasabah (pelanggan) harus dimiliki dan dikelola dengan baik karena perhitungannya sangat tergantung pada data masing-masing pelanggan. Meskipun demikian penerapan dan pemanfaatan SI tidak secara khusus memberikan nilai kompetitif kepada perusahaan dibandingkan para pesaingnya.
Terakhir adalah matrik turnover, pada bagian matrik TI secara langsung memberikan keunggulan kompetitif kepada perusahaan tetapi secara mendasar penerapan dan pemanfaatannya tidak menentukan eksistensi perusahaan tersebut (turnover). Salah satu contoh perusahaan jenis ini adalah PT. Kenyataan menunjukan bahwa banyak PT besar tetap bertahan sampai sekarang dan kita juga tidak memungkiri pandangan sebagian masyarakat yang menilai keunggulan PT tertentu dibanding PT lainnya disebabkan PT tersebut menerapkan dan memanfaatkan TI dengan baik.
Dari matrik McFarlan di atas dapat diketahui bahwa penerapan dan pemanfaatan SI di PT secara prinsip menentukan daya saing dan tidak menentukan tingkat eksistensinya. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah matrik tersebut masih sesuai dengan kondisi riil saat ini mengingat teori tersebut muncul pada era tahun 1980-an. Berbagai faktor dapat kita jadikan pertimbangan terkait hal ini,
pertama, tingkat penyebaran pengunaan TI telah meluas
pada semua bidang kehidupan dan kedua, percepatan perkembangan TI demikian pesat mendorong perubahan cara berbisnis tidak terkecuali bisnis penyelenggaraan pendidikan tinggi. Pernyataan bahwa TI menentukan tingkat keunggulan bisnis dapat dipahami tetapi pernyataan bahwa TI tidak menentukan eksistensi PT dapat dipertanyakan kembali kebenarannya sehubungan dengan dua faktor di atas, apalagi jika mempertimbangkan konsep bisnis yang berorientasi kepada pelayanan pelanggan.
3.
Lubang Hitam Teknologi Informasi
manfaat seperti yang diharapkan. Banyak kasus yang menyebabkan kekecewaan dan hanya menjadi investasi mahal yang sia-sia tanpa memberikan manfaat yang diharapkan. Para pakar ekonomi menyebut hal ini sebagai paradoks produktivitas. Banyak organisasi merasa bahwa dana mereka hilang dalam sebuah lubang
hitam [1] di luar batas kendali mereka. Hal ini khususnya berkaitan dengan kekhawatiran bahwa pengeluaran untuk TI kini melampaui pengeluaran untuk barang modal lainnya. Meskipun potensi TI sebagai
kunci pembuka transformasi bisnis tidak dipertanyakan,
namun pertanyaannya adalah menyangkut bagaimana mendapatkan kunci potensi tersebut.
Satu di antara sekian banyak alasan mengapa TI gagal memberikan potensinya adalah bahwa penerapan dan pemanfaatan TI masih dilaksanakan dengan paradigma lama. Bukannya memusatkan perhatiannya pada bagaimana seharusnya pekerjaan dilakukan dan kemudian mempertimbangkan bagaimana peranan TI dalam mendukungnya. TI adalah alat bantu dan seperti halnya alat bantu lainnya, bagaimana menggunakan dan siapa penggunanya masih menentukan tingkat produktifitasnya. Dengan kata lain, masih ada kesalahpahaman di antara pengguna terhadap definisi TI dan SI [5].
Sebuah studi (Management in the 1990s) yang mengkaji masalah ini, berlangsung dari tahun 1984 sampai 1989 di Massachusetts Institute of Technology (MIT) menyebutkan bahwa organisasi-organisasi yang sukses dalam pengembangan SI adalah organisasi yang memandang SI tidak hanya sebagai upaya otomatisasi sistem kerjanya. Selanjutnya, Venkatraman, salah satu peneliti dalam studi tersebut mengidentifikasi lima tingkatan terkait transformasi bisnis berbasis TI (Gbr. 2) [6].
Gambar 2. Lima Tingkatan Rekonfigurasi Bisnis Oleh TI [7]
Tingkatan ini dapat menjadi acuan strategi bagi manajemen organisasi termasuk PT dalam melihat bagaimana kerangka pengembangan SI dalam dua
pilihan pendekatan pengembangan SI. Pertama, secara secara evolusioner melalui eksploitasi lokal unit atau bagian fungsi kerja dan kemudian mengintegrasikannya dalam satu kesatuan sistem kerja berbasis TI. Kedua, secara revolusioner dengan mendesain ulang proses bisnis (Business Process Re-engineering-BPR), selanjutnya dengan mendesain ulang jaringan bisnis dan tingkatan mendefinisi ulang ruang lingkup bisnis. Pelajaran yang bisa diambil dari tingkatan rekonfigurasi bisnis tersebut adalah pada sejauh mana PT mempertimbangkan resiko pengembangan SI khususnya pada batasan jangkauan keuntungan potensial yang diinginkan terkait dengan transformasi bisnis yang harus dijalankan.
4.
Faktor-Faktor
Penentu
Keberhasilan
Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan SI pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari strategi organisasi secara menyeluruh. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bagaimana peranan SI bagi PT, SI telah menjadi pijakan dalam pengembangan bisnis pendidikan di PT. Penerapan dan pemanfaatan SI telah menjadi tolok ukur kinerja bisnis di PT, hal ini dapat kita lihat dengan kewajiban penerapan dan pemanfaatan EMIS (Education Management of Information System) dalam pengurusan perpanjangan ijin program studi di Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) atau masuknya SI sebagai salah satu indikator kinerja kunci (Key
Performance Indicators) dalam penilaian akreditasi Badan
Akreditasi Nasional (BAN) PT.
Kenyataanya, peranan strategis SI ini masih dianggap sebagai pelengkap dan menjadi pilihan terakhir yang pengembangannya sering kali dilaksanakan dengan pendekatan tambal sulam, tidak ada rancangan induk yang jelas dan terdokumentasi atau sekedar untuk kebutuhan proses akreditasi dengan mengembangkan situs web. Kesalahpahaman yang beralasan di antara pengelola PT terhadap SI adalah setelah ada overload pada sistem pengolahan data fungsi bisnisnya. SI hanya sebatas diposisikan sebagai alat bantu pengganti sistem kerja manual yang selama ini dianggap tidak layak. Pengembangan SI menjadi kebijakan mendesak untuk memecahkan berbagai masalah fungsi kerja akademik, kepegawaian atau keuangan secara parsial. Bahkan untuk mengintegrasikannya menjadi sebuah corporate information system, mengimplementasikan masing-masing sub-sistem saja seringkali tidak berhasil dilakukan. Sehingga kebijakan-kebijakan pengembangan SI di PT menjadi contoh investasi mahal yang gagal.
Berikut ini adalah beberapa faktor penentu tingkat keberhasilan (critical success factors/CSF) pengembangan Sistem Informasi Manajemen (SIM) Akademik sebuah perguruan tinggi yang jika ditarik benang merah dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan SI secara umum di PT, antara lain [8] : ketersediaan sumber daya pendukung, 2) keterlibatan pengguna (user), 3) ruang lingkup pengembangan, 4) inisiasi sistem, 5) kemampuan tim pengembang, 6) pendekatan dan mtodologi EKSPLOITASI
LOKAL
REDEFINISI LINGKUP BISNIS
DESAIN ULANG JARINGAN
BISNIS
DESAIN ULANG PROSES BISNIS
INTEGRASI
RENDAH TINGGI
TINGGI
pengembangan sistem, 7) standarisasi model, 8) dokumentasi proses, 9) peranan strategis sistem dan 10) pengelolaan proyek pengembangannya.
5.
Perubahan
dan
Tantangan
bagi
Manajemen Perguruan Tinggi
Berdasarkan konsep dasar sistem khususnya tentang kharakteristik suatu sistem dapat dinyatakan bahwa organisasi termasuk PT adalah sebuah sistem, yang menjadikan calon mahasiswa baru sebagai masukan proses belajar mengajar dengan melibatkan komponen, unit, atau bagian didalamnya melibatkan pegawai dan dosen, melalui prosedur pendidikan tinggi, menggunakan peralatan pembelajaran, dalam program-program pendidikan sampai menghasilkan lulusan sebagai keluaran proses pendidikan dengan suatu tujuan yaitu penyelenggaraan pendidikan. Walaupun dalam bentuk sebenarnya pernyataan tersebut terlalu sederhana tetapi demikianlah gambaran PT sebagai suatu sistem.
. Seperti halnya bentuk sistem lainnya, PT juga tidak dapat tidak akan dipengaruhi lingkungan luar, salah satu bentuknya adalah percepatan perkembangan TI yang demikian pesat, regulasi dari peraturan pemerintah dalam bentuk akreditasi atau tuntutan globalisasi dunia pendidikan yang mulai menjadi ancaman dan tantangan di Indonesia. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana PT dapat merespon kondisi ini sekaligus menjadikannya peluang untuk menjaga eksistensi bisnis, memenangkan persaingan, menjadi pionir dan penentu arah persaingan bisnis. Upaya tersebut tentu diawali dengan keberhasilan PT dalam mengembangkan SI, mengadopsinya sesuai karakteristik bisnis intinya sebagai organisasi penyelenggara pendidikan tinggi dalam bentuk sistem informasi PT. Hal ini merupakan permasalahan tersendiri bagi PT tetapi juga merupakan peluang dan tantangan bagaimana menjadikan pengembangan SI
Masalah kemanusiaan sering kali menjadi permasalahan utama dari pengembangan SI, tidak terkecuali di PT. Sebuah sistem yang layak secara teknis, layak secara ekonomis tetapi kemudian dinyatakan gagal pada tingkat operasional karena antagonisme, ketidakacuhan dan sekedar didiamkan atau sebuah upaya pengembangan oleh tim internal di PT yang juga layak secara teknis dan ekonomis menjadi perdebatan dalam penerapannya pada akhirnya dilupakan karena ketidaksiapan PT dalam pembiayaan untuk penerapan dan perawatannya. Dua kasus di atas adalah contoh kasus yang sama dengan permasalahan yang berbeda.
Grindley [9], menyatakan hal ini sebagai penolakan terhadap sistem dalam bentuk : 1) Mengalahkan sistem, bila para manajer lini secara benar atau salah, mengangap perubahan sebagai tidak membantu atau mengancam dan sekedar tidak bekerjasama karena kesalahpahaman terhadap sistem. 2) Menyalahkan sistem, jika sistem menjadi kambing hitam dengan tingkat kerusakan atau salah prosedur dalam operasionalnya karena pelatihan
yang tidak berhasil dengan baik. 3) Mengabaikan sistem, bila para manajer pada praktiknya tetap melanjutkan memakai sistem lama dan mengabaikan sistem baru karena operasional sistem baru tidak secara otomatis berhasil mengubah sistem kerja lama. 4) Pemaksaan terhadap
sistem, khusus dalam hal ini, Grindley menyatakan bahwa
adanya masalah kemanusiaan pada tim teknis yang hanya mengejar sasaran teknis tanpa mempertimbangkan sepenuhnya kepentingan bisnis terkait prosedur operasional bisnis yang tidak sesuai dengan karakteristik organisasi pengguna.
Sejalan dengan beberapa faktor kondisi saat ini yang mengharuskan PT di Indonesia untuk mengembangkan manajemen organisasinya berbasis TI, antara lain : 1)
Percepatan perkembangan TI, dinamika perubahan saat ini
menunjukan bahwa TI khususnya dalam pemanfaatan telah menjadi senjata dalam persaingan dunia pendidikan, 2)
Efektifitas dan efisiensi proses bisnis, hal ini sejalan dengan
tuntutan penggunaan resources yang semakin terbatas dengan kondisi krisis energi secara nasional dan global, 3)
Kualitas produk, penyebaran pengetahuan yang tidak kenal
batas tempat dan waktu semakin menjadi tuntutan
stakeholder dunia pendidikan terhadap kualitas produk
layanan pendidikan yang lebih baik dan harga yang murah di masa depan (e-education), 4) Regulasi pemerintah, sebagai kontrol kualitas penyelenggaraan bisnis pendidikan yang antara lain adalah kewajiban akreditasi PT dan tuntutan kemandirian penyelenggaraan pendidikan tinggi yang saat ini dan 5) Lubang hitam TI, kenyataan masih adanya rasio kegagalan yang relatif tinggi di lingkungan PT dalam pengembangan SI.
Faktor-faktor tersebut menuntut PT untuk meningkatkan kinerja organisasi PT secara dramatis dan signifikan dengan pemanfaatan peluang-peluang pemanfaatan TI dalam bentuk pengembangan SI. Untuk itu, PT dapat mengambil pelajaran dari gambaran tingkatan transformasi bisnis berbasis TI oleh Venkatraman (Gbr. 2). Salah satunya adalah melalui
business process re-engineering (BPR). BPR merupakan
teknik manajemen perubahan melalui pendekatan revolusioner yang menggejala secara internasional sejak awal tahun 1990-an [5]. Untuk menerapkan paradigma ini selanjutnya Indrajit menerangkan dalam salah satu bagian tulisannya berjudul Tawaran Teknologi Informasi pada Business Process Re-engineering . Penulis selanjutnya mencerminkan obyek perusahaan secara umum dengan organisasi penyelenggara pendidikan tinggi yaitu PT.
pengembangan SI, mulai dari visi, misi, sasaran sampai petunjuk operasional sistem. Hal ini memberikan pedoman bagi organisasi pada pelaksanaan pengembangan SI.
Gambar 3. Kerangka Pelaksanaan BPR [7]
2) Menganalisis, mendiagnosis dan merancang
kembali proses, berdasarkan kerangka strategis yang
telah dibuat sebelumnya selanjutnya sebuah kelompok kerja pengembangan SI dibentuk untuk menerjemahkan kondisi lingkungan tingkat strategis ke dalam sasaran manajerial berbasis TI sesuai karakteristik bisnis organisasi ke dalam sebuah model SI yang diinginkan. 3)
Merestrukturisasi organisasi, hal ini dilakukan sebagai
upaya penyesuaian terhadap model SI yang telah dibuat. Secara khusus adalah struktur organisasi bagian SI sebagai bagian pelaksana pengembangan SI selanjutnya. 4) Membuat percontohan dan meluncurkannya, upaya ini dilakukan dalam rangka menjamin bahwa model SI yang dibuat dapat diimplementasikan dan mengeliminir resiko kerugian investasi TI. Di PT, hal ini dapat dilaksanakan dalam bentuk pengembangan SI di lingkup fakultas dengan model pengembangan SI tingkat universitas. 5)
Merealisasikan strategi, langkah selanjutnya adalah
menerapkan strategi pengembangan SI dengan pengembangan SI di lingkup universitas atau perguruan tinggi, tentunya dengan jaminan bahwa prototype yang sebelumnya dikembangkan di tingkat fakultas dapat dipastikan mampu meng-cover tingkat universitas atau perguruan tinggi.
6.
Kesimpulan : Mendapatkan Manfaat
dengan Manajemen Perubahan
Untuk menerapkan BPR, PT dituntut memulai segalanya dari nol, minimal dari perspektif manajerial, dalam arti proses analisis dimulai dengan meninjau visi dan misi PT yang bersangkutan. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa TI adalah komponen utama pada BPR, tidak
hanya bahwa awal perkembangan paradigma BPR sejalan dengan perkembangan TI yang juga demikian pesat, tetapi dengan kondisi di Indonesia hal ini masih berlaku. Berbeda dengan teknik-teknik manajemen perubahan yang telah dikembangkan sebelumnya, BPR menfokuskan pada improvisasi pada level proses di dalam perusahaan [10], dan ada empat yang dapat dilakukan TI dalam meningkatkan kinerja PT melalui pengembangan SI, yaitu 1) Otomatisasi
Proses, merubah cara penanganan sistem kerja dengan
bantuan TI, 2)Penghilangan Proses, menghilangkan proses yang tidak perlu dengan alasan efisiensi, 3) Penyederhanaan
Proses, menyederhanakan proses untuk mendapatkan
pelaksanaan system kerja yang lebih cepat dan murah, dan 4) Pengintegrasian Proses, dengan mengintegrasikan dua atau lebih proses dalam satu proses untuk effektifitas proses dan efisiensi pelaksanaannya. Walaupun pada kenyataannya tidak semua organisasi termasuk PT mampu menangkap peluang perubahan terkait pemanfaatan TI dalam bentuk pengembangan SI tetapi penting untuk dijadikan pelajaran berharga bahwa terdapat dua aspek dalam pengembangan SI yaitu aspek TI dan aspek manajerial terkait dengan proses bisnis dan manusia sebagai pelaksana perubahan.
Daftar Pustaka
[1] Clarke, Liz, The Essence of Change, Prentice Hall International Ltd., UK, 1994, hal. 1, 40
[2] Greiner, Larry E., Evolution and Revolution as
Organizations Grow, Harvard Business Review,
USA, 1972.
[3t] Oetomo, Budi S.D., Sistem Informasi Perusahaan Makin Dibutuhkan, Harian Bernas, ISSN 0215-3343; Minggu Pahing, 13 Oktober 2002.
[4] McFarlan, Warren and James L. McKenney,
Corporate Information System Management,
Homewood, Illinois, Richard D. Irwin, Inc., 1983. [5] Indrajit, Richardus E., Pengantar Konsep Dasar :
Manajemen Sistem Informasi dan PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 200l.
[6] Morton, Michael S. Scott, The Corporation of the
1990s: Information Technology and Organizational Transformation, Sloan School of Management, Oxford University Press, Inc, 1991.
[7] Peppard, Joe dan Rowland, Philip, The Essence of
Business Process Re-engineering, Prentice Hall
International, UK, 1995
[8] Subiyakto, A ang, Pengembangan SIM Akademik: Studi Kasus Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, STTIBI, Jakarta, 2007.
[9] Grindley, Kit dan Humble, John, The Effective
Computer: A Management by Objectives Approach,
McGraw-Hill, UK, 1973.
[10] Hammer, Michael dan James Champy, Reengineering the Corporation: A Manifesto for Business Revolution, Nicholas Brealey Publishing, London, 1993
Membuat Percontohan dan Meluncurkannya
Merestrukturisasi Organisasi Menciptakan
Lingkungan
Merealisasikan Strategi REVIEW
VISI
Analisis, Diagnosis dan Desain Ulang
Proses
PROSES YANG DIDESAIN
ULANG