BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum merupakan salah satu sarana untuk mendidik
masyarakat, memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan memenuhi kebutuhan
informasi masyarakat tanpa membedakan suku, agama, usia, pekerjaan,
pendidikan, dan latar belakang lainnya.
Dalam perpustakaan umum harus tersedia semua jenis koleksi bahan
pustaka dari berbagai displin ilmu, dan penggunaanya untuk seluruh lapisan
masyarakat serta memberikan kebebasan akses informasi dan layanan bagi semua
orang untuk memanfaatkannya.
2.1.1 Pengertian Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi
masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan
umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial. Perpustakaan berfungsi
sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk
meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.
Menurut Hasugian (2009 : 77) Perpustakaan Umum adalah sebuah
perpustakaan atau sistem perpustakaan yang menyediakan akses yang tidak
masyarakat di daerah atau wilayah tertentu, yang didukung penuh atau sebagian
dari dana masyarakat.
Sementara itu, Sulistyo-Basuki (1999 : 152) menyatakan bahwa
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang didanai dari sumber yang berasal
dari masyarakat seperti pajak retribusi yang kemudian dikembalikan kepada
masyarakat dalam bentuk pelayanan.
2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum
Hermawan (2006 : 31) menyatakan bahwa perpustakaan umum
mempunyai lima tujuan utama yaitu :
a. Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk menggunakan bahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraannya.
b. Menyediakan informasi yang murah, mudah, cepat dan tepat yang berguna bagi masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari.
c. Membantu dalam pengembangan dan pemberdayaan komunitas melalui penyediaan bahan pustaka dan infornasi.
d. Bertindak selaku agen kultur, sehingga menjadi pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya.
e. Memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang hayat.
Sulistyo-Basuki (1993 : 48) merumuskan tujuan perpustakaan umum
sebagai berikut :
a. Pendidikan, perpustakaan umum bertugas memelihara dan menyediakan sarana untuk pengembangan perorangan atau kelompok pada semua tingkat kemampuan pendidikan.
b. Informasi, perpustakaan menyediakan kemudahan bagi pemakai berupa akses yang cepat terhadap informasi yang tepat mengenai seluruh julatan pengetahuan manusia.
d. Rekreasi, perpustakaan memainkan peran penting dalam mendorong penggunaan secara aktif rekreasi dan waktu senggang dengan penyediaan bahan pustaka.
Berkaitan dengan pernyataan tersebut, secara rinci Sulistyo-Basuki dalam
Hasugian (Hasugian, 2009 : 77) juga menyatakan tujuan perpustakaan umum
dalam manisfesto UNESCO:
1. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik. 2. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.
3. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka.
4. Bertindak selaku agent cultural, artinya perpustakaan umum merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya.
Perpustakaan umum merupakan satu-satunya jenis perpustakaan yang
masih dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Beberapa kategori
perpustakaan umum adalah sebagai berikut :
1. Perpustakaan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota, termasuk perpustakaan keliling.
2. Perpustakaan desa/ kelurahan.
3. Perpustakaan yang diselenggarakan oleh lembaga swadaya masyarakat, lembaga-lembaga keagamaan.
4. Taman Bacaan, rumah baca, pondok baca, dan sebagainya, baik yang diselenggarakan oleh masyarakat maupun perorangan.
Perpustakaan umum didirikan untuk kepentingan masyarakat, maka
penyelenggara, pemprakarsa, dan pelopor dalam menyatakan ide pembangunan,
pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan menjadi tugas dan tanggung
2.1.3 Fungsi dan Layanan Perpustakaan Umum
Peranan sebuah perpustakaan adalah bagian dari tugas pokok yang harus
dijalankan di dalam perpustakaan. Oleh karena itu peranan yang harus dijalankan
itu ikut menentukan dan mempengaruhi tercapainya misi dan tujuan perpustakaan.
Setiap perpustakaan yang dibangun akan mempunyai makna apabila dapat
menjalankan peranannya dengan sebaik-baiknya. Peranan tersebut berhubungan
dengan keberadaan, tugas dan fungsi perpustakaan. Menurut Sutarno ( 2006 ) ,
ada beberapa peranan yang dapat dijalankan oleh perpustakaan, antara lain:
1. Secara umum perpustakaan merupakan sumber informasi, pendidikan, penelitian, preservasi dan pelestari khasanah budaya bangsa serta tempat rekreasi yang sehat, murah dan bermanfaat.
2. Perpustakaan merupakan media atau jembatan yang berfungsi menghubungkan antara sumber informasi dan pengetahuan yang terkandung di dalam koleksi perpustakaan dengan para pemakainya. 3. Perpustakaan mempunyai peranan sebagai sarana untuk menjalin dan
mengembangkan komunikasi antara sesama pemakai, dan antara penyelenggara perpustakaan dengan masyarakat yang dilayani.
4. Perpustakaan dapat pula berperan sebagai lembaga untuk mengembangkan minat baca, kegemaran membaca, kebiasaan membaca, dan budaya baca, melalui penyediaan berbagai bahan bacaan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.
5. Perpustakaan dapat berperan aktif sebagai fasilitator, mediator, dan motivator bagi mereka yang ingin mencari, memanfaatkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.
6. Perpustakaan merupakan agen perubahan, agen pembangunan, dan agen kebudayaan umat manusia. Sebab berbagai penemuan, sejarah, pemikiran, dan ilmu pengetahuan yang telah ditentukan pada masa yang lalu, yang direkam dalam bentuk tulisan atau bentuk tertentu yang disimpan di perpustakaan.koleksi tersebut dapat dipelajari, diteliti, dikaji, dan dikembangkan oleh generasi sekarang, kemudian dipergunakan sebagai landasan penuntun untuk merencanakan masa depan yang lebih baik. 7. Perpustakaan berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal bagi
8. Petugas perpustakaan dapat berperan sebagai pembimbing dan memberikan konsultasi kepada pemakai atau melakukan pendidikan pemakai (users education), dan pembinaan serta menanamkan pemahaman tentang pentingnya perpustakaan bagi orang banyak.
9. Perpustakaan berperan dalam menghimpun dan melestarikan koleksi bahan pustaka agar tetap dalam keadaan baik semua hasil karya umat manusia yang tak ternilai harganya.
10. Perpustakaan dapat berperan sebagai ukuran (barometer) atas kemajuan masyarakat dilihat dari intensitas kunjungan dan pemakaian perpustakaan. Sebab masyarakat yang sudah maju dapat ditandai dengan adanya perpustakaan yang sudah maju pula, sebaliknya masyarakat yang sudah berkembang biasanya belum memiliki perpustakaan yang memadai dan representatif.
11. Secara tidak langsung, perpustakaan yang berfungsi dan telah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, dapat ikut berperan dalam mengurangi dan mencegah kenakalan remaja seperti tawuran, penyalah gunaan obat-obatan terlarang, dan tindak indisipliner.
Perpustakaan dapat berperan aktif dalam mencari/menelusur, membina dan
mengembangkan serta menyalurkan kegemaran, minat, dan bakat yang dimiliki
oleh masyarakat melalui berbagai kegiatan yang dapat diselenggarakan oleh
perpustakaan. Pada prinsipnya sebuah perpustakaan mempunyai tiga kegiatan
utama yaitu: menghimpun, memelihara, dan memberdayakan semua koleksi
bahan pustaka
2.2 Pustakawan
Suatu perpustakaan tidak akan mungkin beroperasi dengan baik tanpa
adanya keterlibatan manusia yang menjalankan proses dan kegiatan yang ada di
dalam perpustakaan. Pustakawan adalah seseorang yang memiliki keahlian khusus
di bidang perpustakaan yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan
kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggungjawab dalam melaksanakan
program pengelolaan dan pelayanan di perpustakaan. Beberapa sebutan lain bagi
(information workers), manajer informasi (information managers),pialang
informasi (information broker), ahli informasi (information specialist), manajer
pengetahuan (knowledge managers), dan lain sebagainya.
Pekerjaan pustakawan yang umumnya dikenal masyarakat awam adalah
merawat buku dan koleksi lain agar siap dipergunakan oleh pengguna
perpustakaan.
2.2.1 Pengertian Pustakawan
Menurut kode etik Ikatan Pustakawan Indonesia dikatakan bahwa yang
disebut pustakawan adalah “Seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan
dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas
lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi
yang dimiliki melalui pendidikan”. Sedangkan menurut Lasa, HS. yang dikutip
oleh Harahap (2011) Librarian-pustakawan, penyaji informasi adalah “Tenaga
profesional dan fungsional dibidang perpustakaan, informasi maupun
dokumentasi”. ( Harahap , 2011 )
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007
tentang Perpustakaan menyatakan bahwa pustakawan adalah seseorang yang
memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan
kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tangggung jawab untuk
Menurut Poerwadarminta yang dikutip oleh Harahap (2011) bahwa,
“Pustakawan adalah ahli perpustakaan. Dengan pengertian tersebut berarti
pustakawan sebagai tenaga yang berkompeten dibidang perpustakaan,
dokumentasi, dan informasi”. Selanjutnya menurut Aziz yang dikutip oleh
Harahap (2011) menambahkan bahwa, “Pustakawan merupakan tenaga profesi
dalam bidang informasi, khususnya informasi publik, informasi yang disediakan
merupakan informasi publik melalui lembaga kepustakawanan yang meliputi
berbagai jenis perpustakaan”.
Pustakawan melaksanakan tugas kepustakawanannya berdasarkan
pengetahuan ilmu perpustakaan dan informasi yang dimilikinya. Hal ini sesuai
dengan yang dinyatakan Hermawan dan Zen (2006) bahwa:
Pustakawan adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pustakawan merupakan
seseorang yang menempuh pendidikan berlatarbelakang ilmu perpustakaan dan
bekerja sebagai tenaga profesional dibidang perpustakaan untuk mengelola
informasi baik dalam bentuk tercetak dan juga elektronik. Jadi, tidak semua orang
yang bekerja di perpustakaan dapat disebut sebagai pustakawan, karena untuk
menjadi seorang pustakawan harus memenuhi syarat sebagai pustakawan.
Pustakawan merupakan penggerak sistem dalam perpustakaan, dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pustakawan memiliki peran yang sangat penting
dalam perpustakaan. Menurut Hermawan dan Zen (2006 : 56-57) peran
pustakawan adalah sebagai berikut :
1. Edukator
Sebagai edukator (pendidik), pustakawan dalam melaksanakan tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai pendidik, ia harus melaksanakan fungsi pendidikan yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik adalah mengembangkan kepribadian, mengajar adalah mengembangkan kemampuan berfikir, dan melatih adalah membina dan mengembangkan keterampilan.
2. Manajer
Pada hakikatnya pustakawan adalah “manajer informasi” yang mengelola informasi pada satu sisi, dengan pengguna informasi pada sisi lain. Informasi yang banyak dan terdapat dalam berbagai wadah yang jumlah selalu bertambah harus dikelola dengan baik. Kebutuhan informasi pengguna merupakan dasar dasar pengelolaan informasi.
3. Administrator
Sebagai administrator pustakawan harus menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi program perpustakaan, serta dapat melakukan analisis atas hasil telah dicapai, kemudian melakukan upaya-upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik.
4. Supervisor
Sebagai supervisor pustakawan harus :
a. Dapat melaksanakan pembinaan profesional, untuk mengembangkan jiwa kesatuan dan persatuan antar sesama pustakawan, sehingga dapat menumbuhkan dan peningkatan semangat kerja, dan kebersamaan; b. Dapat meningkatkan prestasi, pengetahuan dan keterampilan, baik
rekan sejawat maupun masyarakat pengguna yang dilayaninya;
c. Mempunyai wawasan yang luas, pandangan jauh ke depan, memahami beban kerja, hambatan-hambatan, serta bersikap sabar, tetapi tega, adil, objektif dalam melaksanakan tugasnya;
d. Mampu berkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan maupun dengan para pembinanya dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan kendala, sehingga mampu meningkatakan kinerja unit organisasinya.
Selanjutnya menurut Abbas yang dikutip oleh Kusumah (2001 : 1) juga
mengemukakan peran pustakawan :
2. Pustakawan sebagai pengajar.
3. Pustakawan sebagai manajer knowledge
4. Pustakawan sebagai organizer jaringan sumber-sumber informasi
5. Pustakawan sebagai penyokong untuk mengembangkan kebijakan informasi. 6. Pustakawan sebagai komunitas partner.
7. Pustakawan sebagai pengayak sumber informasi.
8. Pustakawan sebagai kolaborasi dengan penyedia sumber teknologi. 9. Pustakawan sebagai teknisi.
10. Pustakawan sebagai konsultan informasi.
2.2.3 Tugas dan Profesi Pustakawan
Profesi pustakawan dapat dikelompokkan dalam tiga bagian
berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya, yakni :
1. Pustakawan ahli, adalah mereka yang memiliki kualifikasi ahli dengan latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan minimal sarjana, atau telah berpengalaman lama dalam mengelola perpustakaan secara profesional. Mereka adalah pembuat kebijakan dan berperan sebagai manajer. Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) mendefinisikan pustakawan profesional sebagai orang yang, “berpendidikan formal ilmu perpustakaan. Selain itu dituntut gemar membaca, terampil, kreatif, tanggap, berwawasan luas, mempunyai kemampuan manajerial di bidang kepustakawanan dan mampu melaksanakan penelitian serta penyuluhan.
2. Pustakawan terampil, adalah yang menguasai teori-teori ilmu perpustakaan dan terampil memanfaatkannya dalam melaksanakan tugas-tugas rutin perpustakaan, seperti pengadaan, pengolahan, dan pelayanan. Keberhasilan pelayanan perpustakaan sangat tergantung pada tenaga para-profesional ini, karena merekalah yang secara langsung akan berhadapan dengan pengguna. Lazimnya yang termasuk kelompok ini adalah pustakawan yang berpendidikan minimal diploma.
2.3 Efektivitas
Kata efektif berasal dari data efek, yang artinya dampak, hasil, atau
pengaruh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif berarti ada pengaruhnya,
ada akibatnya, ada efeknya; dan dapat membuahkan hasil. Kamus ilmiah populer
mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau
menunjang tujuan.
2.3.1 Pengertian Efektivitas
Menurut Georgopolous (Georgopolous dan Tannembaum 1985, 50)
efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu
organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga
mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran. Dengan kata lain,
penilaian efektivitas harus berkaitan dengan masalah sasaran maupun tujuan.”
Selanjutnya, Steers (1985:87) mengemukakan bahwa efektivitas adalah
jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan
sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara
dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap
pelaksanaannya”.
Sedangkan Kurniawan (2005) mendefinisikan efektivitas sebagai
kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi)
daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai suatu tujuan dan
sasaran yang ditentukan dalam suatu kegiatan atau organisasi. Efektivitas dapat
dikatakan sebagai alat ukur dalam proses pencapaian tujuan. Konsep efektivitas
ialah salah satu faktor yang menentukan perlu atau tidaknya dilakukan suatu
perubahan signifikan terhadap bentuk manajemen suatu kegiatan atau organisasi.
Efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber
daya yang dimiliki secara efisien. Suatu kegiatan dikatakan efektif apabila
kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang
bermanfaat.
2.4 Pelayanan Pengguna
Pelaksanaan kegiatan layanan pengguna merupakan salah satu tugas utama
dalam perpustakaan. Kegiatan ini mencakup proses penelusuran informasi,
layanan sirkulasi, pendidikan pemakai, dan pelayanan referensi. Kegiatan layanan
pengguna ini cukup mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna perpustakaan, oleh
sebab itu kegiatan layanan ini harus mendapat perhatian khusus dari pustakawan.
2.4.1 Pengertian Pelayanan Pengguna
Menurut Lasa (1994:122) pelayanan pengguna adalah “mencakup semua
kegiatan pelayanan kepada pengguna yang berkaitan dengan pemanfaatan,
penggunaan koleksi perpustakaan dengan tepat guna dan tepat waktu untuk
kepentingan pengguna perpustakaan”.
Sementara menurut Wahyudi (1994:123), pengertian pelayanan pengguna
Melayani pengguna adalah tugas utama pustakawan, yakni dengan
memberikan bantuan berupa jasa layanan kepada pengguna perpustakaan. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa pelayanan pengguna merupakan kegiatan
memberikan bantuan berupa jasa yang memudahkan pengguna perpustakaan
dalam mencari dan menemukan informasi yang ia butuhkan.
2.4.2 Tujuan Pelayanan Pengguna
Menurut pendapat Lasa, H.S ( 1994: 2 ), tujuan pelayanan pengguna
adalah:
a. Supaya mereka mampu memanfaatkan koleksi tersebut semaksimal mungkin. b. Mudah diketahui siapa yang meminjam koleksi tertentu, dimana alamatnya serta
kapan koleksi itu harus kembali. Dengan demikian apabila koleksi itu diperlukan peminat lain, akan segera dapat diketahui alamat peminjam dan dinantikan pada waktu pengembalian.
c. Terjamin pengembalian peminjam dalam waktu yang jelas. Dengan demikian keamanan bahan pustaka akan terjamin.
d. Diperoleh data kegiatan perpustakaan terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan koleksi.
e. Apabila terjadi pelanggaran akan diketahui.
Menurut Darmono (2006 : 135) tujuan layanan perpustakaan adalah
membantu memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat tentang informasi yang
sesuai dengan kebutuhan. Membantu memenuhi kebutuhan dimaksudkan agar
memberikan layanan kepada pengguna untuk mencari informasi yang dibutuhkan
dengan cepat dan tepat sedangkan tuntutan masyarakat tentang informasi yang
ibutuhkan yang sesuai dengan kebutuhan dimaksud agar segala kebutuhan
informasi sesuai yang dikehendaki pembaca.
Sesuai dengan fungsinya, perpustakaan merupakan tempat
mengumpulkan, melestarikan, mengolah, menyediakan, dan menyebarluaskan
informasi kepada masyarakat yang disebut sebagai pengguna perpustakaan. Maka
fungsi dari pelayanan pengguna adalah untuk membantu para pengguna
perpustakaan dalam mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna perpustakaan.
Menurut Trimo (1986 : 56) fungsi dari pelayanan pengguna adalah sebagai
berikut:
a. Memberikan stimulasi dan guidance untuk memenuhi minat dan kebutuhan anak dan untuk memperluas wawasan membaca mereka.
b. Membantu para mahasiswa/mahasiswi yang sedang mengerjakan laporan dan proyek lainnya serta kegiatan mereka
c. Mengajar para mahasiswa/mahasiswi bagaimana menggunakan buku dan fasilitas lainnya, dan membantu mengembangkan kecakapan mereka tentang perpustakaan
d. Memberikan bantuan kepada para pengajar dan perencanaan kurikulum dan ikut menyelesaikan problem khusus dalam bidang kurikulum pengajar. e. Membantu program-program inservice training dan perkembangan profesi
para dosen/guru dan para mahasiswa/mahasiswi dalam menggunakan perpustakaan
f. Memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk keperluan pengaruh perpustakaan dan memajukan suatu pembaca.
2.5 Pelayanan Pengguna Tunanetra
Safaruddin (2010 : 8) menyatakan bahwa pada prinsipnya pengelolaan
perpustakaan dan lingkungan belajar penyandang tunanetra sama dengan
pengelolaan perpustakaan dan lingkungan belajar orang-orang nonberkebutuhan
khusus. Namun demikian ada hal-hal khusus yang tidak menjadi kebutuhan orang
perpustakaan dan lingkungan belajar penyandang tunanetra perlu dikelola oleh
pihak yang terkait dengan strategi khusus antara lain :
1. Setiap ruang perpustakaan, tempat dimana penyandang tunanetra memperoleh
informasi dan tempat duduk, meja, sampai rak-rak buku perlu diberi tandayang
dapat diraba oleh tunanetra. Tanda ini dapat berupa tulisan hurus braille maupun
tanda-tanda tertentu, misalnya relief-relief gambar.
2. Pengaturan ruangan hendaknya memperhatikan keluluasaan gerak pada
penyandang tunanetra agar tidak mengganggu mobilitas mereka. Ruangan
hendaknya tidak terlalu sempit dan jarak antara rak satu dengan rak yang lainnya
dapat dilalui oleh dua orang atau lebih.
3. Layanan berbasis teknologi diperlukan bagi penyandang tunanetra untuk
mengakses informasi. Layanan perpustakaan bagi tunanetra yang mempunyai
kelainan sedemikian rupa tentu saja memerlukan berbagai alat yang dapat
membantu penyandang tunanetra untuk dapat mengakses informasi. Berbagai alat
bantu yang telah dikembangkan oleh berbagai pihak yang menaruh minat pada
teknologi layanan bagi tunanetra, menghasilkan alat-alat yang bersifat manual,
mekanis, sampai alat elektronik yang canggih.
2.5.1 Jenis Layanan bagi Pengguna Tunanetra
Safaruddin (2010 : 7) juga menyatakan bahwa pelayanan pengguna
tunanetra adalah layanan berbasis teknologi bagi tunanetra yang mempunyai
kelainan diharapkan dapat membantu penyandang tunanetra untuk dapat
mengakses informasi. Berbagai alat bantu yang telah dikembangkan oleh berbagai
alat-alat yang bersifat manual, mekanis, sampai alat elektronik yang canggih,
seperti Komputer dengan program Job Acces With Speech (JAWS), Printer Braille
(Impact Printer), Open Book scanner, DAISY Player (Digital Ascesible System
Player), Buku bicara (Digital Talking Book), Termoform, dan telesensory.
Selain layanan keanggotaan dan layanan bantuan pustakawan, jenis
layanan yang merupakan bagian penting dalam layanan pengguna tunanetra antara
lain :
1. Koleksi Braille.
Koleksi Braille adalah koleksi yang khusus diperuntukkan bagi
penyandang tunanetra. Koleksi Braille di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra ini
berupa buku. Akan tetapi tulisan di dalam buku tersebut adalah tulisan dengan
huruf Braille. Huruf-huruf Braille pertama kali diintegrasikan dan dikembangkan
oleh Louis Braille pada tahun 1829. Tulisan Braille ini terdiri dari titik-titik.
Setiap huruf alphabet diwakili dengan sejumlah titik. Titik-titik tersebut seperti
kode yang menonjol pada kertas di dalam buku. Dengan demikian, para
penyandang tunanetra dapat membaca gugusan titik di atas kertas melalui
sentuhan ujung jari mereka. Hal ini sangat mungkin karena para penyandang
tunanetra menggunakan ujung jari mereka untuk meraba tulisan Braille. Hingga
saat ini, sistem Braille tidak saja dalam bentuk buku, namun sudah dikembangkan
secara online.
2. Digital Talking Book/ Audio Book
Digital Talking Book atau buku bicara merupakan salah satu media yang
yang berhubungan dengan pendidikan, social, budaya, alam, dan berbagai hal
lainnya. Digital talking book merupakan salah satu jenis koleksi yang penting
disediakan bagi pengguna tunanetra untuk mengakses informasi. Dibandingkan
dengan koleksi tercetak ( buku Braille) biaya produksi digital talking book ini
jauh lebih terjangkau.
Dalam memenuhi kebutuhan pengguna tunanetra, perpustakaan dapat
mengalih mediakan koleksi tercetak seperti buku, jurnal, artikel dan koleksi
tercetak lainnya kedalam bentuk audio casette berupa rekaman suara. Selain
karena biaya produksi yang relatif murah, digital talking book juga lebih mudah
diakses. Pengguna dapat mendengarkannya dalam berbagai keadaan, santai,
duduk, ataupun berdiri, selama mereka mempunyai alat pemutarnya.
3. Teknologi Komputer
Pengguna tunanetra juga dapat menggunakan teknologi komputer. Mereka
dapat menggunakan screen reader (pembaca layar) untuk mengakses koleksi
digital. Beberapa program pembaca layar yang tersedia bagi pengguna tunanetra
yang dapat diakses secara gratis, diantaranya:
a. JAWS (Job Access With Speech)
JAWS merupakan salah satu program pembaca layar (screen reader) yakni
sebuah piranti lunak (software) yang berguna untuk membantu penderita
tunanetra dalam menggunakan komputer. JAWS ditemukan oleh seorang
pengusaha sekaligus programmer komputer asal Amerika yang bernama Ted
orang-orang yang menderita kelemahan dalam penglihatan (low vision)
sehingga mereka dapat dengan mudah menggunakan microsoft windows secara
personal. Dengan alat ini tentunya penderita tunanetra dan low vision mudah
mengakses komputer dan bahkan bisa melepaskan ketergantungan pada orang
lain dalam menggunakannya. JAWS dirancang sebaik mungkin dengan
mempertimbangkan banyak aspek untuk memudahkan mereka. JAWS
dilengkapi dengan layar yang memiliki kemampuan untuk melafalkan teks
(text-to-speech) yang ditampilkan atau ada juga dengan menerapkan teknologi
braille display. Selain itu keyboard yang digunakan juga lebih komprehensif
dengan kemampuan berinteraksi dengan monitor. JAWS juga dapat
dimanfaatkan penggunanya untuk membuat scripts dengan JAWS Scripting
Language, yang dapat digunakan untuk mengubah jumlah dan tipe informasi
yang bisa dipresentasikan dengan banyak aplikasi. JAWS diproduksi oleh the
Blind and Low Vision Group (Freedom Scientific) di St. Petersburg, Florida,
Amerika Serikat.
b. NVDA (Non-Visual Desktop Access)
NVDA ( Non-Visual Desktop Access ) juga merupakan salah satu program
pembaca layar yang memungkinkan seorang tunanetra atau orang dengan
gangguan penglihatan untuk menggunakan komputer. Program ini dapat
membacakan teks yang tertera di layar dengan memberikan efek suara yang
terkomputerisasi. Proyek NVDA dimulai oleh Michael Curran pada April
2006. Fitur dan aplikasi NVDA terus berkembang hingga pada tahun 2015,
meningkatkan dukungan untuk Mintty, klien desktop untuk Skype, dan grafik
di Microsoft Excel. NVDA juga dapat mengkonversi tulisan berbentuk teks ke
dalam bentuk braille. NVDA tersedia dalam empat puluh delapan bahasa dan
kini telah digunakan oleh orang-orang di lebih dari seratus dua puluh Negara di
dunia.
c. System Access To Go
System Access To Go adalah screen reader gratis, keluaran dari versi
komersialnya, System Access. System Access To Go menangani aplikasi
bawaan Windows, dan beberapa aplikasi umum seperti Microsoft Office,
WinAmp, dan Skype. System Access To Go tidak membutuhkan instalasi.
Kelemahan dari System Access To Go terletak pada soal koneksi internet itu
sendiri. Kalau koneksinya lambat atau putus, maka System Access To Go akan
membisu seribu bahasa, dan hal itu tentu saja membuat tunanetra kehilangan
akses dengan komputernya.
d. WebAnywhere
WebAnywhere adalah sebuah aplikasi berbasis web yang diperuntukkan bagi
tunanetra. Aplikasi ini merupakan sebuah aplikasi non-visual interface untuk
web yang tidak memerlukan software untuk diunduh kemudian diinstal.
WebAnywhere dapat diakses dari komputer manapun dan memungkinkan
pengguna untuk berinteraksi dengan cara yang mirip dengan penggunaan
pembaca layar lainnya, seperti JAWS. WebAnywhere merupakan sebuah
aplikasi pembaca layar online yang menerjemahkan teks berbasis Web ke
Dengan demikian perpustakaan sebagai pusat pengelola informasi
haruslah memberikan layanan terbaik kepada semua masyarakat dari berbagai
kalangan yang menjadi pengguna bagi perpustakaan. tidak terkecuali penyandang
tunanetra (visually impaired user). Pada beberapa kasus diketahui bahwa para
pengguna tunanetra tidak memperoleh layanan yang sesuai dan memuaskan dari
pustakawan. Seharusnya, pustakawan sebagai penolong bagi pengguna
perpustakaan memberikan layanan yang terbaik tanpa membeda-bedakan.
Terlebih lagi, pengguna tunanetra merupakan pengguna yang sangat memerlukan
bantuan khusus yang melebihi orang normal. Mereka tidak dapat melakukan
proses pencarian informasi selayaknya pengguna normal. Oleh sebab itu
diperlukan layanan khusus bagi para pengguna tunanetra.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pelayanan pengguna
tunanetra adalah memberikan layanan kepada pengguna tunanetra dengan segala
keterbatasan fisik di milikinya dalam mencari informasi sesuai dengan