• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Terhadap Perilaku Pencegahan Tuberkulosis Paru di Kelurahan Terjun, Medan Marelan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Terhadap Perilaku Pencegahan Tuberkulosis Paru di Kelurahan Terjun, Medan Marelan Tahun 2015"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tuberkulosis Paru

2.1.1 Definisi Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit radang parenkim paru

yangdisebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru terjadi sekitar 80% dari keseluruhan kejadian penyakit tuberkulosis,

sedangkan 20% selebihnya merupakan tuberkulosis ekstrapulmonal(Darmanto,

2012).

2.1.2 Epidemiologi

Tuberkulosis(TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting

di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency (PDPI, 2006).

Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut

regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi pada negara-negara berkembang.

Menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu

35% dari seluruh kasus TB di dunia.Jumlah kasus terbanyak lainnya adalah Afrika

(30%) dan regio Pasifik Barat (20%). Namun bila dilihat dari jumlah penduduk

terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari

Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk (PDPI, 2006).

Berdasarkan data dari WHO Global Tuberculosis Report pada tahun 2014, sekitar 9 juta penduduk terinfeksi TB pada tahun 2011, termasuk kasus TB-HIV

dan 1,5 juta penduduk meninggal, termasuk yang terinfeksi HIV. Data dari

Strategi Nasional Pengendalian TB pada tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah

kasus TB di Indonesia sebanyak 235 kasus per 100.000 penduduk.

Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban

(2)

7

sebesar 660.000 dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun

(WHO, 2010). Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per

tahunnya. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara

penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit

jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia (PDPI, 2006).

2.1.3Etiologi

Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri basil tahan asam yang memiliki lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4 mm. Bakteri tuberkulosis bersifat

aerob obligat dan tidak berkapsul,berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung,

tidak berspora. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan

lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah

asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi (PDPI,

2006).

2.1.4Patogenesis

Penyakit tuberkulosis ditularkan melalui udara secara langsung dari

penderita TB kepada orang lain. Penularan penyakit TB terjadi melalui hubungan

dekat antara penderita dan orang yang tertular (terinfeksi), misalnya berada di

dalam ruangan tidur atau ruang kerja yang sama. Kuman TB dapat masuk ke

dalam tubuh melalui droplet yang dihasilkan dari batuk. Droplet yang

mengandung basil TB tersebut dapat melayang di udara hingga kurang lebih dua

jam tergantung pada kualitas ventilasi ruangan. Droplet besar akan terdampar

pada saluran pernapasan bagian atas sedangkan droplet kecil akan masuk ke

dalam alveoli di lobus manapun. Selanjutnya basil TB yang masuk tadi akan

mendapatkan perlawanan dari tubuh, tergantung kepada pengalaman tubuh, yaitu

pernah mengenal basil TB atau belum (Darmanto, 2012).

1. Tuberkulosis Primer

Paru merupakan port d’entree lebih dari 98 % kasus infeksi TB.

(3)

8

akan mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh

mekanisme imunologis non-spesifik (Asti, 2011). Individu yang terinfeksi

basil TB untuk pertama kalinya, pada mulanya hanya memberikan reaksi

seperti jika terdapat benda asing di saluran pernapasan. Hal ini disebabkan

karena tubuh tidak mempunyai pengalaman dengan basil TB. Hanya

proses fagositosis oleh makrofag saja yang dihadapi oleh basil TB. Namun

makrofag yang memfagositosis belum diaktifkan. Selama periode tersebut,

basil TB berkembang biak secara bebas, baik ekstraseluler maupun

intraseluler di dalam sel yang memfagositosisnya (Darmanto, 2012).

Selama tiga minggu, tubuh hanya membatasi fokus infeksi primer

melalui mekanisme peradangan. Kemudian tubuh juga mengupayakan

pertahanan imunitas seluler (delayed hypersensitivity). Setelah miggu ketiga, basil TB yang telah difagositosis akan dicerna oleh makrofag dan

umumnya basil TB akan mati. Namun basil TB yang virulen akan hidup.

Basil yang tidak begitu virulenjuga akan tetap hidup jika makrofag atau

pertahanan tubuh lemah. Setelah 3-10 minggu, basil TB akan mendapat

perlawanan yang berarti dari mekanisme sistem pertahanan tubuh; timbul

reaksi dan peradangan spesifik. Proses pembentukkan pertahanan imunitas

seluler akan lengkap setelah 10 minggu (Darmanto, 2012).

Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di

jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang

disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul

di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi (PDPI,

2006). Basil TB yang masuk akan membelah diri dengan lambat di

alveolus. Tempat basil TB membelah ini kemudian akan menjadi lesi

inisial (initial lung lesion) tempat pembentukkan granuloma yang

kemudian mengalami nekrosis dan perkijauan (kaseasi) di tengahnya.

Infeksi ini biasanya berhasil dibatasi agar tidak menyebar dengan cara

terbentuknya fibrosis yang mengeliligi granuloma (Darmanto, 2012).

Nodus limfe yang menampung aliran cairan limfa yang berasal dari

(4)

9

fokus inisial. Fokus inisial disebut juga fokus primer yang dikelilingi

olehsel epiteloid, histiosit dan sel datia Langhans, sel limfoid, dan jaringan

fibrosa. Lesi ini disebut sebagai lesi granulomatosa atau pada tuberkulosis

disebut tuberkel (Darmanto, 2012).

Fokus inisial atau fokus primer yang meradang bersama kelenjar limfa

yang meradang disebut kompleks primer. Pada saat terbentuknya komplek

primer inilah, infeksi TB primer telah terjadi. Hal tersebut ditandai oleh

terbentuknya hipersensitivitas terhadap tuberkulin. Setelah kompleks

primer terbentuk, imunitas seluler terhadap TB telah terbentuk. Pada

sebagian besar individu dengan sistem imun baik, pada saat sistem imun

seluler berkembang, proliferasi kuman TB terhenti. Namun sejumlah kecil

kuman TB dapat hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler telah

terbentuk, kuman TB yang masuk ke dalam alveoli akan segera

dimusnahkan (Asti, 2011).

Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga

terbentuk kompleks primer secara lengkap disebut masa inkubasi TB.

Masa inkubasi TB biasanya berlangsungdalam waktu 4-8 minggu dengan

rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman

tumbuh hingga mencapai jumlah 10.3 – 10.4, yaitu jumlah yang cukup

untuk merangsang respon imunitas selular. Setelah respon imunitas selular

terbentuk, fokus primer di jaringan paru akan membentuk fibrosis atau

kalsifikasi setelah mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar

limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi

penyembuhannya tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru.

Selanjutnya, fokus primer yang kus mengalami kalsifikasi bersama

pembesaran nodus limfa disebut kompleks Gohn (Asti, 2011).

2. Tuberkulosis Post-Primer

Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian

setelah tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun.

Tuberkulosis postprimer mempunyai nama yang bermacam-macam yaitu

(5)

10

dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi masalah

kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan (PDPI, 2006).

2.1.5Manifestasi Klinis

Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadigolongan, yaitu gejala

klinis dan gejala umum.

a. Gejala klinik

1) Batuk

Batuk pada tuberkulosis bersifat ringan sehingga dianggap sebagai

batuk biasa atau akibat rokok. Proses ringan ini menghasilkan sekret

yang terkumpul pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan saat

penderita bangun pagi hari. Apabila proses detruksi berlanjut sekret

dikeluarkan terus menerus mengakibatkan batuk menjadi lebih dalam

dan mengganggu penderita pada waktu siang dan malam hari. Bila

yang terkena trakea dan atau bronkus, batuk akan terdengar sangat

keras, lebih sering atau terdengar berulang-ulang (Airlangga University

Press, 2005).

2) Batuk Darah

Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau

bercak-bercak darah, gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam

jumlah sangat banyak. Batuk darah yang disebabkan tuberkulosis paru,

pada pemeriksaan radiologis tampak ada kelainan. Seringkali batuk

darah dapat bercampur dengan dahak yang mengandung basil tahan

asam.

3) Nyeri dada

Nyeri dada pada tuberkulosis paru merupakan nyeri pleuritik. Nyeri

dapat dirasakan sampai ke daerah aksila, di ujung skapula dan di

tempat lain. Pertambahan nyeri ini berarti telah terjadi pleuritis luas.

4) Wheezing

Wheezing terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang

disebabkan oleh sekret,bronkostenosis, keradangan, jaringan

(6)

11

5) Dispneu

Dipsneu merupakan late symptom dari proses lanjut tuberkulosis paru

akibat adanya retraksi dan obstruksi saluran pernapasan serta loss of

vaskular bed/vaskular thrombosis yang dapat mengakibatkan gangguan

difusi, hipertensi pulmonal dan korpulmonal (Airlangga University Press,

2005).

b. Gejala-gejala Umum

1) Panas badan (demam)

Merupakan gejala yang paling sering dijumpai dan seringkali panas badan

sedikit meningkat pada siang maupun sore hari.

2) Menggigil

Proses menggigil merupakan suatu kondisi kompensasi yang terjadi

apabila peningkatan suhu tubuh secara cepat tidak diimbangi dengan

pengeluaran panas dengan kecepatan yang sama.

3) Keringat malam

Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut, kecuali

dengan orang-orang dengan vasomotor labil, keringat malam dapat timbul

lebih dini.

4) Gangguan menstrusasi

Gangguan menstruasi sering terjadi bila proses tuberkulosis paru sudah

menjadi lanjut.

5) Anoreksia

Anoreksia merupakan gejala toksemia yang timbul belakangan dan sering

dikeluhkan bila proses progresif (Airlangga University Press, 2005).

2.1.6 Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis (history taking), pemeriksaan fisis/jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya. Diagnosis pasti akan ditegakkan apabila pada

(7)

12

mudah, maka diupayakan cara untuk menemukan bahwa terdapat basil TB di

dalam tubuh melalui pemeriksaan serologi (Darmanto, 2012).

1. Anamnesis

Anamnesis penting dilakukan untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis

dengan menanyakan keluhan penderita meliputi : batuk, batuk darah, sesak

napas, nyeri dada, dan suara napas yang berlangsung lama.

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial,

amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,

diafragma dan mediastinum.Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan

fisis tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi

ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak

terdengar pada sisi yang terdapat cairan (PDPI, 2006). Dengan pemeriksaan

fisik dapat diketahui macam-macam proses seperti lambat atau cepatnya suatu

proses penyakit berlangsung sebab tuberkulosis paru jarang yang akut ,

umumnya proses berlangsung menahun. Pada penyembuhan terbentuk jaringan

fibrotik , kalsifikasi, atau disertai kerusakan parenkimdengan meninggalkan

kavitas (Airlangga University Press, 2005).

3. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan bakteriologi

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai

arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk

pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor

cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar

(bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH). Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):

a) Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)

b) Pagi ( keesokan harinya )

c) Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap pagi 3 hari

(8)

13

Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura,

liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar /BAL, urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukan dengan cara mikroskopik dan biakan. Pemeriksaan mikroskopik bisa

dilakukan dengan pewarnaan biasa yaitu pewarnaan Ziehl-Nielsen ataudengan

pewarnaan fluoresens yaitu pewarnaan auramin-rhodamin. Pemeriksaan biakan

Mycobacterium tuberculosis dapat dilakukan dengan metode konvensional yaitu dengan menggunakan Egg base media yaitu Lowenstein-Jensen

(dianjurkan), Ogawa, Kudoh dan Agar base media yaitu Middle brook. 2) Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto

lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks,

tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam--macam bentuk (multiform).

Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :

a) Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru

dan segmen superior lobus bawah

b) Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau

nodular

c) Bayangan bercak milier

d) Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

3) Uji Tuberkulin

Uji tuberkulin adalah salah satu metode yang digunakan untuk mendiagnosis

TB. Uji tuberkulin sering digunakan untuk skrining awal dan menilai rata-rata

infeksi TB pada populasi tertentu. Uji tuberkulin tidak dapat menentukan

apakah bakteri tuberkulosis aktif atau tidak aktif. Akan tetapi, uji tuberkulin

dilakukan untuk melihat kekebalan seseorang terhadap basil TB sehingga

(9)

14

2.1.7 Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan TB adalah menggunakan multidrug regimen. Hal ini

bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi basil TB terhadap obat. Regimen

obat yang digunakan terdiri dari dua golongan besar, yaitu obat utama (lini 1) dan

obat tambahan (lini 2). Yang termasuk obat anti-tuberkulosis lini pertama yaitu

isoniazid (INH), etambutol (E), streptomisin (S), pirazinamid (Z), rifampisin (R),

dan tioasetazon (T), sedangkan yang termasuk obat lini kedua yaitu etionamide,

sikloserin, PAS, amikasin, kapreomisin, siprofloksasin, ofloksasin, klofamizin,

dan rifabutin.

Terdapat dua alternatif pengobatan pada TB paru, yaitu pengobatan jangka

panjang dan pengobatan jangka pendek. Pengobatan jangka panjang

menggunakan isoniazid etambutol, streptomisin, dan pirazinamid dalam jangka

waktu 24 bulan atau dua tahun sedangkan pengobatan jangka pendek

menggunakan rimfapisin, ioniazod, dan pirazinamid dalam jangka waktu minimal

6 bulan.

Dosis yang dianjurkan oleh International Union Against Tuberculosis

adalah dosis pemberian setiap hari dan dosis pemberian intermitten (PDPI, 2006).

Tabel 2.1 Ringkasan Paduan Obat Kategori Kasus Paduan obat yang

(10)

15

Kategori Kasus Paduan obat yang diajurkan

Keterangan

II - TB paru putus berobat

Sesuai lama pengobatan sebelumnya, lama resistensi (minimal OAT yang sensitif) + obat lini 2 (pengobatan minimal 18 bulan)

Catatan : * Obat yang disediakan oleh Program Nasional TB

Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006

2.2 Pengetahuan , Sikap, dan Perilaku 2.2.1 Pengetahuan

Menurut Sunaryo (2002), pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi

melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Menurut Martin dan Oxman, yang dimaksud pengetahuan adalah kemampuan

untuk membentuk model mental yang menggambarkan obyek dengan tepat dan

mempresentasikannya dalam aksi yang dilakukan terhadap suatu obyek.

Pengetahuan sangat berkaitan dengan perilaku seseorang dimana pengetahuan

merupakan suatu domain yang sangat penting untuk munculnya perilaku terbuka

(11)

16

1. Tingkatan pengetahuan

Tingkatan pengetahuan mencakup enam tingkatan yaitu :

a. Tahu, merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu artinya

dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Seseorang dikatakan tahu apabila ia dapat menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.

b. Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan dengan benar mengenai objek yang diketahui. Seseorang

yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, menyimpulkan,

dan memberi contoh.

c. Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan

hukum-hukum, rumus, metode, dalam situasi nyata.

d. Analisis, adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam-dalam

bagian kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih

terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat membuat bagan,

membuat bagan proses adopsi perilaku, membagikan, memisahkan, dan

lain-lain.

e. Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan suatu

bagian-bagian dalam suatu bentuk keseleluruhan yang baru atau kemampuan untuk

menyusun formulasi yang baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran

kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan, atau

menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi, adalah suatu kemampuan untuk membuat suatu penilaian

terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan suatu kriteria yang telah

ada atau disusun sendiri (Sunaryo, 2002).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

(12)

17

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.

Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan

seseorang.

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara

umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat

pendidikannya lebih rendah.

c. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan

seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

d. Fasilitas

Fasilitas–fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi

pengetahuann seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.

Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu

untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

f. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

g. Umur

Umur mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin bertambah umur

seseorang maka akan semakin bertambah keinginan dan pengetahuannya

tentang kesehatan. Umur yang lebih cepat menerima pengetahuan adalah

18-40 tahun (Notoadmojo, 2003).

(13)

18

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh informasi, maka ia

cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

2.2.2 Sikap

1. Definisi Sikap

Sikap adalah suatu respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek baik yang bersifat ekstern maupun intern sehingga manifestasinya tidak

dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukan adanya

kesesuaian respon terhadap stimulus tertentu.Tingkatan sikap adalah

menerima, merespons, menghargai, dan bertanggung jawab (Sunaryo, 2002).

2. Unsur (Komponen Sikap)

Menurut Yusuf (2006) unsur (komponen) yang membentuk struktur sikap,

yaitu:

a) Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yang berkaitan

dengan pengetahuan, pandangan keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan

dengan bagaimana persepsi orang terhadap objek sikap.

b) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan

dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap objek sikap. Komponen ini

menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif. Aspek emosional ini yang

biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek

yang paling bertahan terhadap pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap

seseorang. Komponen afeksi disamakan dengan perasaan yang dimiliki

terhadap sesuatu.

c) Komponen konatif (komponen perilaku, atau action componen), yaitu

komponen yang berhubungan dengan kecendrungan bertindak terhadap objek

sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar

(14)

19

sikap. Merupakan aspek kecendrungan berperilaku sesuai dengan sikap yang

dimiliki seseorang. Berisi tendensi untuk bertindak atau bereaksi terhadap

sesuatu dengan cara-cara tertentu dan berkaitan dengan objek yang akan

dihadapi.

3. Kategori Sikap

Menurut Heri Purwanto, sikap terdiri dari:

a) Sikap Positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

menghadapkan objek tertentu.

b) Sikap Negatif, terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai objek tertentu.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap

Menurut Purwanto (1998) faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap,

yaitu:

a. Faktor intern, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang

bersangkutan.

b. Faktor ekstern, yang merupakan faktor di luar manusia yaitu:

1) Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap.

2) Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap tersebut.

3) Sifat orang/kelompok yang mendukung sikap tersebut.

4) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap.

5) Situasi pada saat sikap dibentuk (Purwanto, 1998).

Menurut Azwar (2007) sikap dapat dibentuk atau diubah melalui 4 macam cara,

yaitu:

a. Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan

terus-terusan, lama kelamaan secara bertahap ke

dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.

b. Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman,

(15)

20

dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapatnya objek tersebut terbentuk

sikap.

c. Intelegensi, tadinya secara bertahap dimulai dengan berbagai pengalaman yang

berhubungan dengan suatu hal tertentu.

d. Trauma, pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan kesan

mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman

traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.

2.2.3 Perilaku

1. Definisi Perilaku

Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung.

Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Secara

operasional, perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon organisme atau

seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut ( Soekidjo, 1993).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

a) Faktor genetik atau endogen

Faktor genetik atau endogen merupakan konsepsi dasar atau modal untuk

kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal

dari dalam individu tersebut (endogen), antara lain :

1) Jenis ras

2) Jenis kelamin

3) Sifat fisik

4) Sifat kepribadian

5) Bakat pembawaan

6) Inteligensi

b) Faktor eksogen atau faktor dari luar individu

Faktor eksogen meliputi:

1) Faktor lingkungan

2) Pendidikan

(16)

21

4) Sosial-ekonomi

5) Kebudayaan

6) Faktor-faktor lain

3. Kategori perilaku

Secara garis besar, bentuk perilaku dibagi menjadi 2 macam yaitu :

a) Perilaku negatif (tertutup)

Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi di dalam diri individu dan tidak

dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap dan belum ada

tindakan yang nyata. Contoh perilaku pasif adalah berpikir, berfantasi,

berangan-angan, mengetahui manfaat KB namun tidak mau menjadi akseptor,

dan seterusnya.

b) Perilaku positif (terbuka)

Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat

diamati langsung berupa tindakan yang nyata. Contoh perilaku aktif adalah

seorang ibu tidak hanya menganjurkan orang lain untuk mengimunisasi

bayinya. Akan tetapi, sang ibu membawa bayinya ke Puskesmas untuk

diimunisasi.

4. Perilaku kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah sesuatu respon

(organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan,makanan dan minuman, serta

lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari 3

aspek:

1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bilasakit, serta

pemulihan kesehatan bilamana telah senbuh dari sakit.

(17)

22

3) Perilaku gizi (makanan) dan minuman.

2.3 Pencegahan Tuberkulosis

Dalam program pencegahan penyakit tuberkulosis paru dilakukan secara

berjenjang, mulai dari pencegahan primer, kemudian pencegahan sekunder, dan

pencegahan tertier, sebagai berikut:

2.3.1 Pencegahan Primer

Konsep pencegahan primer penyakit tuberkulosis paru adalah mencegah

orang sehat tidak sampai sakit. Upaya pencegahan primer sesuai dengan

rekomendasi WHO dengan pemberian vaksinasi Bacille Calmette-Guérin (BCG) segera setelah bayi lahir. Walaupun BCG telah diberikan pada anak sejak tahun

1920-an, efektivitasnya dalam pencegahan TB masih merupakan kontroversi

karena kisaran keberhasilan yang diperoleh begitu lebar (antara 0-80%). Namun

ada satu hal yang diterima secara umum, yaitu BCG memberi perlindungan lebih

terhadap penyakit tuberkulosis yang parah seperti tuberkulosis milier atau

meningitis tuberkulosis. Karena itu kebijakan pemberian BCG disesuaikan dengan

prevalensi tuberkulosis di suatu negara. Di negara dengan prevalensi tuberkulosis

yang tinggi, BCG harus diberikan pada semua anak kecuali anak dengan gejala

HIV/AIDS, demikian juga anak dengan kondisi lain yang menurunkan kekebalan

tubuh. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksinasi BCG ulangan

memberikan tambahan perlindungan, dan karena itu hal tersebut tidak dianjurkan.

Sebagian kecil anak (1-2%) dapat mengalami efek samping vaksinasi BCG seperti

pembentukan kumpulan nanah (abses) lokal.

Selain pemberian imunisasi BCG, pencegahan primer juga dapat didukung

(18)

23

tubuh diharapkan akan cukup kuat untuk mencegah penyakit TB. Walaupun

terkena kuman TB, tubuh tetap akan bertahan sehingga tidak akan menimbulkan

gejala.

Pola hidup sehat dapat kita biasakan dengan mengonsumsi makanan

bergizi, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, sinar matahari dapat masuk ke

rumah sehingga tidak lembap, dan sirkulasi rumah yang baik. Tekanan stres dapat

pula mempengaruhi daya tahan tubuh kita. Oleh karena itu, kesehatan mental dan

jiwa pun harus mendapatkan perhatian agar pencegahan TBC bisa lebih

maksimal.

2.3.2 Pencegahan Sekunder

Upaya pencegahan sekunder pada penyakit tuberkulosis paru perlu

dilakukan dengan skrining (screaning), yaitu pemeriksaan menggunakan sistem

skoring. Bila hasil evaluasi dengan skoring sistem didapat skor < 5, kepada anak

tersebut diberikan Isoniazid (INH) dengan dosis 5–10 mg/kg BB/hari selama 6

bulan. Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, imunisasi BCG

dilakukan setelah pengobatan pencegahan selesai (Depkes, 2006).

Upaya pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan pemeriksaan

laboratorium terhadap penderita tuberkulosis paru. Laboratorium tuberkulosis

paru merupakan bagian dari pelayanan laboratorium kesehatan mempunyai peran

penting dalam Penanggulangan Tuberkulosis paru berkaitan dengan kegiatan

deteksi pasien tuberkulosis paru, pemantauan keberhasilan pengobatan serta

menetapkan hasil akhir pengobatan (Depkes RI, 2007).

Untuk mendukung kinerja penanggulangan, diperlukan ketersediaan

Laboratorium tuberkulosis paru dengan pemeriksaan dahak mikroskopis yang

terjamin mutunya dan terjangkau di seluruh wilayah Indonesia. Tujuan

manajemen laboratorium tuberkulosis paru adalah untuk meningkatkan penerapan

manajemen laboratorium tuberkulosis paru yang baik di setiap jenjang

laboratorium dalam upaya melaksanakan pelayanan laboratorium yang bermutu

dan mudah dijangkau oleh masyarakat (Depkes RI, 2007).

Ruang lingkup manajemen laboratorium tuberkulosis paru meliputi

(19)

24

sumber daya laboratorium, kegiatan laboratorium, pemantapan mutu laboratorium

tuberkulosis paru, keamanan dan kebersihan laboratorium, dan monitoring

(pemantauan) dan evaluasi (Depkes RI, 2007).

2.3.3 Pencegahan Tertier

Sasaran dari pencegahan tertier dilakukan pada penderita yang telah parah,

misalnya penderita tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa

bulan atau tahun sesudah infeksi primer, yang terjadi karena daya tahan tubuh

menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari

tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya

kavitas atau efusi pleura.

Menurut buku ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernapasan,

pencegahan TB dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut:

1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul

erat dengan penderita tuberkulosis paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi

tes tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka

pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan

mendatang. Bila masih negatif, diberikan vaksinasi BCG. Bila positif,

berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.

2. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok

populasi tertentu misalnya:

a) Karyawan rumah sakit/puskesmas/balai pengobatan

b) Penghuni rumah tahanan

c) Siswa-siswi pesantren

3. Vaksinasi BCG. Vaksin BCG merupakan vaksin hidup yang memberikan

perlindungan terhadap TB. Vaksin BCG memakan waktu 6-12 minggu

untuk menghasilkan efek (perlindungan) kekebalannya. Vaksinasi BCG

(20)

25

Vaksin BCG sangat bermanfaat bagi anak sedangkan pada orang dewasa

manfaatnya masih kurang jelas. Di Indonesia, vaksin BCG merupakan

vaksin yang diwajibkan pemerintah. Vaksin BCG diberikan segera setelah

lahir dan sebaiknya diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Vaksinasi BCG

juga diberikan pada anak usia 1-15 tahun yang belum divaksinasi (tidak

ada catatan atau skar), imigran, konunitas traveling atau pekerja di bidang

kesehatan yang belum divaksinasi. Selain mempunyai manfaat, vaksin

BCG juga memberikan efek samping. Oleh karena itu, vaksin BCG tidak

dianjurkan diberikan kepada seseorang yang mengalami penurunan status

kekebalan atau uji tuberkulin positif.

4. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12

bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri

yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi

yang menyusu pada ibu dengan BTA positif, sedangkan profilaksis

sekunder diperlukan bagi kelompok berikut :

a. Bayi di bawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena

risiko timbulnya TB milier dan meningitis TB.

b. Anak dan remaja di bawah 20 tahun dengan hasil tes tuberkulin positif

yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular.

c. Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif

menjadi positif.

d. Penderita yang menerima pengobatan steroid jangka panjang.

e. Penderita diabetes mellitus.

5. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis

kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun di tingkat rumah sakit

oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan

Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonesia.

Jika seseorang memiliki TB aktif, hal pertama yang perlu dicatat adalah

menjaga kuman dari diri sendiri. Hal ini biasanya memakan waktu beberapa

minggu pengobatan dengan obat TB sebelum tidak menular lagi. Berikut adalah

(21)

26

1. Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar dengan

orang lain selama beberapa minggu pertama pengobatan untuk tbc aktif.

2. Ventilasi ruangan. Kuman TBC menyebar lebih mudah dalam ruang tertutup

kecil di mana udara tidak bergerak. Jika ventilasi ruangan masih kurang,

membuka jendela dan menggunakan kipas untuk meniup udara dalam

ruangan luar.

3. Tutup mulut menggunakan masker. Gunakan masker untuk menutup mulut

kapan saja ketika di diagnosis tb merupakan langkah pencegahan TB secara

efektif. Jangan lupa untuk membuangnya secara tepat

4. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan (air

sabun)

5. Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan

6. Menghindari udara dingin

7. Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam

tempat tidur

8. Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari

9. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga

mencucinya dan tidak boleh digunakan oleh orang lain

10. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein

Menurut Queensland Government (2013), cara mencegah TB yang paling

penting adalah dengan mengurangi sumber kuman penyakit dengan mendiagnosa

dan mengobati orang yang mengidap TB. Mengurangi jumlah orang dalam

masyarakat yang mengidap TB menularjuga mengurangi kemungkinan semua

orang lain ketularan. Pencegahan TB melalui tindakan kesehatan masyrakat

tergantung pada faktor berikut:

1. Melakukan skrining untuk mengetahui adanya infeksi dan penyakit aktif.

Skrining TB dianjurkan pada seseorang yang mempunyai risiko terkena TB,

misalnya keluarga atau kerabatnya pengidap TB. Selain itu, skrining TB

tergantung pada faktor lingkungan dan interaksi dengan pengidap TB.

Skrining atau tindak lanjut untuk orang yang berdekatan dengan pengidap TB

(22)

27

a) Uji kulit tuberkulin

b) Uji Quantiferon TB-Gold (uji darah)

c) Rontgen dada

d) Vaksinasi BCG

e) Pengobatan infeksi TB laten

2. Mengadakan pengujian dengan segera.

3. Menentukan obat-obatan yang tepat. Menyelesaikan seluruh terapi obat

sangat baik untuk melawan infeksi sehingga lebih cepat sembuh. Ini adalah

langkah yang paling penting yang dapat diambil untuk melindungi diri sendiri

dan orang lain dari TB. Bila penderita menghentikan pengobatan dini atau

melewatkan dosis, bakteri TB memiliki kesempatan untuk mengembangkan

mutasi yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup bahkan jika diberi

obat TB yang paling kuat sekalipun. Strain yang resistan terhadap obat yang

dihasilkan jauh lebih mematikan dan sulit diobati.

4. Mengambil tindakan untuk mengurangi jumlah kuman penyakit di udara,

misalnya dengan menutupi mulut saat batuk atau bersin

5. Menyekat orang yang kemungkinan besar dapat menulari orang lain.

6. Menskrining tenaga ahli sarana kesehatan untuk mengtahui adanya infeksi

dan penyakit TB.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan: (1) apakah prestasi belajar matematika peserta didik dengan diajar menggunakan model pembelajaran Process Oriented Guided

Tiba-tiba seorang anak berkomentar.”Syukurlah Bu, jalan menuju rumah saya sudah banyak bioporinya, tapi kata bapak itu bukan untuk.. menanggulangi banjir, melainkan biopori

Klinik Bersalin Ananda Tiara Merupakan salah satu badan usaha bidang kesehatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat umum dan khususnya untuk wanita hamil

Ijazah Sarjana Muda Sains (bukan dalam bidang kejuruteraan) atau Ijazah Sarjana Muda Teknologi (bukan dalam bidang kejuruteraan) dengan PNGK 2.99 ke bawah dari mana-mana

Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Terintegrasi Konglomerasi Keuangan ini, berdasarkan Surat Kepala Eksekutif Pengawasan IKNB No.S-66/D.05/2016 tanggal 10

Seiring perkembangan teknologi, penetrasi melalui media game merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam memperkenalkan safety riding yang diharapkan akan menjadikan

Triatmojo (2011) menyatakan bahwa pengu- kuran dengan menggunakan analisis rasio keuangan memiliki kelemahan yaitu tidak mem- perhatikan biaya modal dalam perhitungannya

Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: penangas air, tabung reaksi, cawan petri dan erlenmeyer, sedangkan bahan yang digunakan antara lain: