Available at http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(03), 2018, 206-2012
Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Di Indonesia dengan Pendekatan Metode
Market Value Added (MVA)
1*
Yudi Siyamto, 2Sumadi 1,2
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AAS, Indonesia *Email korenpondensi: yudi.siyamto@stie-aas.ac.id
Abstract
This study aims to determine the financial performance of the 2014-2016 Market Value Added (MVA) method in Islamic commercial banks in Indonesia. The sample determination technique used in this study is to use the type of purposive sampling, namely the criteria of having financial reports published and audited in the period 2014 to 2016 and complete financial statements from the period 2014 to 2016 with calculations using the MVA method (Market Value Added. The results show that the financial performance of BUS in this period has a positive average value using EVA and MVA. This situation shows that the positive EVA and MVA values are in good condition and have more economic added value after the company pays all obligations to the funders or creditors according to their expectations, so that the company's profits provide economic value for the company.
Keywords: Financial statements; Market value added; Islamic commercial banks
Saran sitasi: Siyamto, Y., & Sumadi, S. (2018). Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Di Indonesia Dengan Pendekatan Metode Market Value Added (MVA). Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(03), 206-211. doi:http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v4i03.338
DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v4i03.338 1. Pendahuluan
Pada perekonomian suatu negara, bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting sebagai lembaga perantara keuangan. Keberadaan bank pemerin-tah dan bank swasta yang telah menjamur di berbagai daerah memberikan banyak alternatif bagi masyarakat untuk menyimpan dana. Persai-ngan yang sehat antar bank pemerintah dapat membawa dampak positif bagi perekonomian nasional.
Pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah yang berlangsung sepanjang 2017 perlu adanya peningkatan. Sebagaimana diketahui, sampai akhir 2016 pertumbuhan perbankan syariah mencapai 19,67 persen. Sedangkan
pangsa pasar perbankan syariah mencapai angka 5,12 persen, tertinggi sepanjang keberadaan perbankan syariah di Indonesia. sebaran aset perbankan syariah masih terkonsentrasi di Pulau Jawa (77,06 persen), khususnya di Jakarta (53,6 persen). Sebaran pembiayaan juga masih terkon-sentrasi di Pulau Jawa (71,19 persen) khususnya Jakarta (40,19 persen). Sebaran DPK masih didominasi di Pulau Jawa (74,70 persen) khusus-nya Jakarta (47,53 persen). (www.republika.-co.id).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, laba industri perbankan syariah per Januari 2018 sebesar Rp 329 miliar. Nilai tersebut menurun 12,03% dibandingkan Januari 2017 yang mencapai Rp 374 miliar. Berdasarkan data OJK,
penurunan perolehan laba bersih tersebut disebabkan oleh pendapatan operasional bank syariah yang mencapai Rp 3 triliun pada Januari 2018, menurun dibandingkan periode Januari 2017 yang sebesar Rp 3,94 triliun. Sementara beban operasional pada Januari 2018 tercatat Rp 2,61 triliun, menurun dibandingkan Januari 2017 yang sebesar Rp 3,52 triliun. (www.ojk.co.id).
Kinerja (performance) menurut Sedarma-yanti (2018) dalam kamus istilah akuntansi adalah kuantifikasi dari keefektifan dalam pengoperasian bissnis selama periode tertentu. Kinerja bank merupakan gambaran prestasi yang di capai oleh bank dalam operasionalnya. Kinerja keuangan menurut Husnan & Pudjiastuti (2012) merupakan alat ukur kondisi keuangan dalam periode tertentu. Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan. Kekuatan yang dimiliki pun harus di pahami agar dapat di kembangkan dan di manfaatkan kemudian kelemahan juga harus di ketahui karena agar dapat melakukan perbaikan.
Sucipta, Suwendra & Cipta, (2016) menya-takan bahwa efektivitas perusahaan dalam mengelola keuangannya serta dapat menilai kinerja menajemen suatu perusahaan dalam periode tertentu. Analisis rasio keuangan menca-kup analisis rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Rasio likuiditas merupa-kan rasio yang digunamerupa-kan dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewa-jiban jangka pendeknya. Rasio solvabilitas (leverage) adalah rasio yang digunakan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang atau digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Kemudian rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusa-haan memperoleh laba atau sebagai ukuran efektivitas pengelolaan manajemen suatu perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan rasio keuangan tersebut masih memiliki kelemahan yaitu tidak memper-hitungkan biaya modal atas ekuitas dalam
perhitungannya, dimana hal tersebut dapat mengabaikan kepentingan dari pemegang saham. Triatmojo (2011) menyatakan bahwa pengu-kuran dengan menggunakan analisis rasio keuangan memiliki kelemahan yaitu tidak mem-perhatikan biaya modal dalam perhitungannya sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak. Analisis rasio keuangan juga dapat memberikan kesimpulan yang misleading, dikarenakan perhi-tungannya hanya melihat hasil akhir yakni laba perusahaan tanpa memperhatikan risiko yang dihadapi perusahaan. Rasio keuangan hanya mengukur tingkat profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas perusahaan (Gulo & Ernawati, 2011) .
Sucipta, et al. (2016) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat risiko, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang dituntut oleh investor atau kreditor. Untuk mengurangi adanya kelemahan dalam pengukuran kinerja dengan menggunakan analisis rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas, maka diperlukan metode yang lebih baik dalam pengukuran kinerja yang memasukkan kompo-nen biaya modal atas ekuitas. Pengukuran kinerja keuangan dengan analisis rasio yang selama ini jamak dilakukan memang lebih mudah namun belum mampu menukur kinerja perusahaan dari sisi nilai perusahaan sebagaimana MVA (Gulo & Ernawati, 2011). Penerapan konsep market value
added (MVA) melengkapi analisis rasio
keuangan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan.
Market Value Added (MVA) merupakan salah satu tolok ukur kinerja keuangan berbasis nilai, sebuah alat keputusan investasi dan ukuran kinerja yang menunjukkan jumlah mutlak nilai pemegang saham yang dibuat. Owusu-Antwi, et al. (2014) dari analisis rinci yang dilakukan menunjukkan hasilnya positif, dampak positif terhadap rasio biaya terhadap pendapatan, aset likuid dan total aktiva. MVA merupakan suatu pengukur kinerja yang tepat untuk menilai sukses tidaknya perusahaan dalam menciptakan keka-yaan bagi pemiliknya (Rahayu & Aisjah, 2013).
Kekayaan atau kesejahteraan pemilik perusahaan (pemegang saham) akan bertambah bila MVA bertambah.
Sucipta, et al. (2016) menyatakan bahwa berdasarkan hasil perhitungan dengan metode MVA, kinerja keuangan perusahaan LQ 45 dalam sektor manufaktur berada pada kondisi yang tidak baik atau negatif, sedangkan dalam sektor jasa berada pada kondisi yang baik atau positif. Selanjutnya Mardiani (2013) melakukan penelitian di PT HM Sampoerna menyatakan bahwa kinerja yang baik karena selama 3 tahun hasilnya menunjukkan nilai positif.
Konsep MVA dicetuskan oleh G. Bennet Stewart dan Joel M. Stern yang dilakukan untuk menganalis keuangan dari perusahaan konsultan Stern Stewart & Co yang dilakukan pada tahun 1991. Market Value Added (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan pada periode tertentu dengan nilai ekuitas yang dipasok para investornya”. MVA hanya dapat dihitung atau diaplikasikan pada perusahaan publik atau yang listed di pasar modal. (Warsono, 2003).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba meneliti kinerja keuangan dengan menggunakan MVA. Pembahasan lebih lanjut permasalahan ini penulis mengambil judul “Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2014-2016 dengan Pendekatan Metode Market Value Added (MVA)” dengan tujuan untuk mengetahui kinerja keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2014-2016 berdasarkan pendekatan metode Market Value Added (MVA).
2. Kajian Pustaka
Signaling teori merupakan sinyal informasi yang dibutuhkan oleh para investor untuk menentukan apakah investor tersebut akan menanamkan sahamnya pada perusahaan yang bersangkutan atau tidak. Selanjutnya teori signaling dalam perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas
baik dan buruk. Agar sinyal tersebut efektif, maka harus dapat ditangkap dan dipersepsikan baik, serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk. (Hartono, 2005).
Laporan keuangan pada sektor perbankan syariah, seperti juga sektor lainnya, adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan aktivitas operasi bank yang bermanfaat
apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Meskipun demikian, perlu disadari pula bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan bank karena secara umum laporan keuangan hanya menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Namun, dalam beberapa hal bank perlu menyediakan informasi yang mempunyai pengaruh keuangan masa depan. (IKAPI, 2003 ).
Kinerja keuangan sendiri dapat diambil dua garis pengertian yaitu kinerja merujuk pengertian sebagai hasil, kinerja merupakan catatan hasil yang diproduksi atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas selama periode waktu tertentu dan juga kinerja merujuk pengertian sebagai perilaku, kinerja merupakan seperangkat perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi tempat orang bekerja (Sudarmanto, 2009).
Market Value Added (MVA) dapat diartikan
sebagai perbedaan antara nilai pasar ekuitas
dengan nilai buku seperti dalam neraca pada perusahaan, dimana nilai pasar dihitung dengan mengalikan harga saham dengan jumlah saham yang beredar. Selanjutnya untuk perhitungan MVA dapat dilakukan dengan cara Nilai pasar dari saham dikurangi Ekuitas modal yang diberikan oleh pemegang saham, dimana Nilai pasar dari saham didapat dari Saham beredar diakalikan dengan Harga saham, sedangkan Ekuitas modal yang diberikan oleh pemegang saham didapat dari Ekuitas modal yang diberikan oleh pemegang saham (Brigham & Houston, 2010).
Perhitungan MVA merupakan alat untuk mengukur berapa banyak kekayaan suatu perusahaan yang telah diciptakan untuk saat tertentu. MVA dapat dihitung sebagai berikut: (Keown, et al, 2010).
MVA= Nilai perusahaan – Modal yang diinvestasikan (IC)
Langkah-langkahnya yaitu:
1. Nilai Perusahaan
Jumlah saham beredar x Harga saham 2. Invested Capital (IC)
(Total Hutang + Ekuitas) – Hutang Jangka Pendek
Kemudian hasil perhitungan MVA dapat diintepretasikan sebagai berikut: (Brigham & Houston, 2010)
1. MVA > 0, bernilai positif, perusahaan
berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana.
2. MVA < 0, bernilai negatif, perusahaan tidak
berhasil meningkatkan modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana
3. Metode Penelitian
Penelitian bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu membandingkan dan juga mendeskripsikan hasil perhitungan dengan menganalisa data numerik (angka) dengan metode Market Value Added sehingga menghasilkan sebuah kesim-pulan. Penelitian ini merupakan studi kasus pada bank syariah dan unit usaha usaha syariah di Indonesia tahun 2014-2016.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah di Indonesia tahun 2014-2016 dengan tehnik penentuan sampel yaitu menggunakan purposive sampling. Sugiyono
(2011) menyatakan bahwa purpossive sampling
adalah teknik pengumpulan sampling dengan
pertimbangan tertentu. (Sugiyono, 2011).
Krite-ria dalam penelitian ini didasarkan pada suatu
pertimbangan terntentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, yaitu dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan penelitian ini adalah bank umum syariah dan unit usaha syariah yang telah memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Memiliki laporan keuangan yang
dipubli-kasikan dan di audit pada periode 2014 sampai dengan 2016.
b. Laporan keuangan lengkap dari periode 2014
sampai dengan 2016.
Perhitungan Market Value Added (MVA) digunakan dalam penelitian digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank umum syariah, hal itu dapat diperoleh dengan rumus dan kriteria pengujian sebagai berikut:
MVA= Nilai perusahaan – Modal yang diinvestasikan (IC)
Kriteria :
1) MVA > 0, bernilai positif, perusahaan
berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana.
2) MVA < 0, bernilai negatif, perusahaan tidak
berhasil meningkatkan modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian
Penelitin ini menggunakan objek penelitian Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia yang sampai tahun 2014-2016 dari keseluhan objek penelitian di atas di gunakan metode purposif
sample untuk memilih sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini, peneliti mengambil 11 bank umum syariah.
Tabel 1. Daftar Bank Usaha Syariah yang Memenuhi Kriteria Penelitian. Daftar Bank Usaha Syariah yang Memenuhi
Kriteria Penelitian. BCA Syariah
Bank Bukopin Bank BNI Syariah Bank BRI Syariah
Bank Jabar Banten Syariah Bank Syariah Mandiri May Bank Indonesia
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Bank Victoria Syariah
Bank Mega Syariah Bank Panin Syariah
Data deskriptif digunakan untuk menun-jukkan jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini, serta dapat menunjukkan nilai minimum, maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian. Hasil penelitian dengan menggunakan Kinerja keuangan Bank umum syariah yang dihitung berdasarkan Market Value Added (MVA) dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kinerja Keuangan BUS (Bank Umum Syariah) di Indonesia dengan Model Market
Value Added (MVA) Periode 2014-2016 BUS Nilai (miliar)
N 33
Minimum -40258
Maximum 269592
Mean 4,46E+08
Std. Deviation 8,27E+18
Berdasarkan jumlah observasi atau jumlah pengamatan bank umum syariah pada Tabel 2, menunjukkan 33 data selama periode pengama-tan (2014-2016). Hasil perhitungan nampak bahwa Market Value Added (MVA) bank umum syariah memiliki nilai terendah sebesar -40.258 nilai tertinggi sebesar 269.592 dan rata-rata MVA sebesar 144.632 dan standar deviasi sebesar 8,265.
Dari hasil deskriptif statistik menunjukan bahwa nilai mean pada kinerja bank umum
syariah mendapat nilai positif yaitu senilai 44632765637496,80.
4.2. Pembahasan
Dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa bank. BCA syariah mempunyai kinerja yang baik diukur menggunakan model MVA. Sementara ada beberapa bank yang mempunyai nilai MVA negatif.
Sementara untuk kinerja menggunakan MVA bank umum syariah dari tahun 2014 sampai dengan 2016 hanya ada beberapa bank yang mendapatkan nilai negatif. Hal ini menunjukan bahwa kinerja bank umum usaha syariah masih cukup baik. Dari Tabel 3, dapat dilihat dari 11 bank umum syariah ada 4 bank yang memperoleh nilai positif selama tiga tahun berturut-turut yaitu BCA Syariah, BNI syariah, Mandiri syariah dan Mega Syariah. Selanjutnya kinerja yang diukur MVA dengan nilai negatif ada 7 bank yaitu Bank Bukopin Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Jabar Banten Syariah, May Bank Indonesia, BTPN Syariah, Bank Victoria Syariah dan Bank Panin Syariah. Akan tetapi dari nilai negatif tersebut berdasarkan 7 bank , dimana dari tahun 2014-2016 yang selalu mendapatkan nilai negatif terdapat 2 bank yaitu Bank Bukopin Syariah dan Bank Viktoria Syariah. Sehingga ini merupakan masukan bagi bank Bukopin syariah dan Viktoria syariah untuk segera memperbaiki kinerja keuangannya agar nantinya bisa menambah kepercayaan investor Tabel 3. Kinerja Keuangan BUS (Bank Umum Syariah) di Indonesia dengan Model
Market Value Added (MVA) Periode 2014-2016
Nama Bank Kinerja MVA (dalam Milyar)
2014 2015 2016
BCA Syariah Rp. 245,676 Rp. 238,286 Rp. 269,592
Bank Bukopin Syariah -Rp. 6,5 -Rp. 1,174 -Rp. 3,722 Bank BNI Syariah Rp. 52,735 Rp. 14,618 Rp. 13,779 Bank BRI Syariah -Rp. 40,258 Rp. 168,717 Rp141,199 Bank Jabar Banten Syariah -Rp. 5,3 -Rp. 436 Rp. 23,196 Bank Syariah Mandiri Rp. 130,822 Rp. 96,341 Rp. 116,713 May Bank Indonesia -Rp. 558 -Rp. 4,158 Rp. 3,761
BTPN Syariah Rp. 11,008 Rp. 384 -Rp. 894
Bank Victoria Syariah -Rp. 903 -Rp. 1,371 -Rp. 1,860 Bank Mega Syariah Rp. 6,970 Rp. 11,289 Rp. 5,491 Bank Panin Syariah Rp. 4,833 -Rp. 11,054 -Rp. 16,135
dan merespon pada investor lainnya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Gulo dan Ermawati (2011) bahwa semakin positif nilai MVA, menunjukkan perusahaan memiliki kinerja yang baik, karena telah berhasil melaku-kan penambahan nilai atas modal yang diperca-yakan investor kepada perusahaan (wealth creator). Sehingga nantinya akan mempengaruhi dari harga saham dari setiap perusahaan, dimana seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Sonia (2014), dan Isnurhadi, et. al (2015) yang menyatakan bahwa MVA berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pemba-hasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perhitungan menggunakan MVA pada Bank Umum Syariah untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan periode 2014-2016 menunjukkan bahwa kinerja keuangan pada periode tersebut bernilai rerata positif. Keadaan ini menunjukkan bahwa nilai MVA positif berada dalam kondisi yang baik dan memiliki nilai tambah ekonomis lebih setelah perusahaan membayarkan semua kewajiban pada para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspek-tasinya, sehingga laba perusahaan memberikan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
Dalam mempertahankan nilai MVA pada nilai pasar modal yaitu dengan mempertim-bangkan jumlah modal yang diinvestasikan perusahaan. Dengan kinerja keuangan yang sehat pada perusahaan akan mampu menarik investor untuk melakukan investasi dan diharapkan harga saham akan ikut meningkat sesuai dengan ekspektasi pasar.
6. Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada LPPM dan dosen-dosen STIE-AAS yang telah memberikan dan dukungan dalam pembuatan penelitian ini
7. Daftar Pustaka
Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2001). Manajemen Keuangan. Buku 1 edisi 8.
Jakarta: Erlangga.
Gulo, W. A., & Ermawati, W. J. (2016). Analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) sebagai Alat Pengukur
Kinerja Keuangan PT SA. Jurnal
Manajemen dan Organisasi, 2(2), 123-133.
Hartono, J. (2005). Hubungan Teori Signaling dengan Underpricing Saham Pertama di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan
Manajemen. Hlm, 35-50.
Husnan, S., & Pudjiastuti, E. (2012). Dasar-dasar manajemen keuangan. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
IKAPI, A. (2003). Konsep, Produk dan Imple-mentasi Operasional Bank Syariah. Cetakan
Kedua (Edisi Revisi), Djambatan, Jakarta.
Isnurhadi, I., Puspita, V., Umrie, H. R., & Umrie, H. R. (2014). Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Terhadap Harga Saham Perusahaan dalam Kelompok LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis
dan Terapan, 11(2), 105-118.
Keown, A. J., Martin, J. D., Petty, J. W., & Scott Jr, D. F. (2005). Manajemen Keuangan: Prinsip-prinsip Dasar dan Aplikasi (judul asli: Financial Management: Principles and Applications), edisi kesembilan, jilid 2.
Penerjemah Zuliani Dalimunthe. Jakarta:
PT Indeks Kelompok Gramedia.
Mardiani, M. (2013). Penilaian Kinerja
Keuangan Perusahaan Menggunakan Ana-lisis Rasio Keuangan Dan Konsep Eva (Economic Value Added)(Studi Pada PT Hm Sampoerna, Tbk. Yang Terdaftar Di Bei
Periode Tahun 2009-2011). Jurnal
Administrasi Bisnis, 4(2).
Owusu-Antwi, G., Mensah, L., Crabbe, M., & Antwi, J. (2014). Determinants of Bank Performance in Ghana, the Economic Value
Added (EVA) Approach. International
Journal of Economics and Finance, 7(1),
203.
Rahayu, U. T., & Aisjah, S. (2013). Pengaruh Economic Value Added Dan Market Value
Added Terhadap Return Saham. Jurnal
Repuplika, (2017), Bisnis Bank Syariah 2017 Berpeluang Terus Melonjak, Ini Alasannya. http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/s yariah-ekonomi/17/01/18/ojy976382-bisnis-
bank-syariah-2017-berpeluang-terus-melonjak-ini-alasannya (diakses tanggal 25 mei 2017 10.42)
Sedarmayanti, H. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia; Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Reflika Aditama.
Sonia, R. (2014). Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Return On Investment (ROI)
Terhadap Harga Saham (Studi pada
perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012). Jurnal Administrasi Bisnis, 9(1). Sucipta, I. K. A., Suwendra, I. W., & Cipta, W.
(2016). Analisis Kinerja Keuangan
Perusahaan Dengan Menggunakan Rasio Keuangan Dan Metode Eva (Economic Value Added) Pada Perusahaan LQ 45 Yang
Terdaftar Di BEI. Jurnal Jurusan
Manajemen, 3(1).
Sudarmanto, (2009). Kinerja dan Pengembangan
Kompetensi SDM. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Sugiyono, (2011). Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Triatmojo, J. (2012). Model Terbaik Dalam Memprediksi Return: Return On Equity (ROE) atau Economic Value Added (EVA).
Media Riset Akuntansi, 1(2).
Warsono, M. M. (2003). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid Satu, Edisi Tiga, Cetakan