• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Dissenting Opinion Dalam Putusan Tindak Pidana Pencucian Uang“ (Studi Kasus Putusan No.21 Pid.Sus-Tpk 2015 Pn.Mdn.) Chapter III IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Dissenting Opinion Dalam Putusan Tindak Pidana Pencucian Uang“ (Studi Kasus Putusan No.21 Pid.Sus-Tpk 2015 Pn.Mdn.) Chapter III IV"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PENERAPAN DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PENGADILAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

(Studi Putusan No.21/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Mdn.)

A. Ruang Lingkup Perbuatan yang Termasuk Tindak Pidana Pencucian

Uang di Indonesia

Pencucian uang (money laundering) di Indonesiaumumnya diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang haram, yaitu uang yang berasal dari kejahatan, menyamarkan asal-usul uang haram dari pemerintah maupun otoritas yang berwenang melakukan penindakan terhadap tindak pidana, dengan cara memasukkan uang tersebut ke dalam sistem keuangan (financial system), sehingga uang tersebut dapat dikeluarkan dari sistem keuangan itu sebagai uang yang halal.

Praktik korupsi dan pencucian uang di Indonesia seringkali dilakukan dengan pembayaran atau transaksi keuangan tunai dalam jumlah besar. Pelaku yang memperoleh uang hasil tindak pidana atau kejahatan tersebut kemudian melakukan pembelian barang-barang-mewah dengan menggunakan uang tunai.114

Bentuk kejahatan tindak pidana pencucian uang tidak hanya dilakukan melalui transaksi keuangan tunai, tetapi juga disembunyikan dalam bentuk steril investment terhadap harta benda, seperti; properti, kendaraan, perhiasan, dan

114

(2)

sebagainya di negara-negara yang mereka anggap aman walaupun dengan melakukan hal itu hasil yang diperoleh jauh lebih rendah.115

Ilmu ekonomi dan ilmu hukum memiliki sudut pandang yang berbeda terhadap pencucian uang. Ilmu ekonomi melihat money laundering hanya dari asas manfaat saja, yaitu apa dampak dari cara peralihan maupun cara penggunaan uang dari money laundering terhadap stabilitas eonomi, efisiensi perekonomian, dan distribusi pendapatan serta kekayaan masyarakat.116

Perbuatan pencucian uang dapat mengacaukan stabilitas perekonomian nasional dan keamanan negara dan bukan saja merupakan kejahatan nasional tetapi juga kejahatan transnasional, oleh karena itu harus diberantas, adapun langkah yang dilakukan antara lain dengan cara melakukan kerja sama regional atau internasional melalui forum bilateral atau multilateral. Langkah yang sudah dilakukan pemerintah Indonesia adalah dengan memberlakukan prinsip Know Your Costumer

Legal atau tidak, setiap uang yang dihasilkan dengan cara mengganggu stabilitas ekonomi makro, mengurangi efisiensi perkonomian akan menimbulkan dampak redistribusi yang kurang adil dan menurunkan tingkat kemakmuran masyarakat.

117

115

Bismar Nasution, Op.Cit, hlm. 1.

116

Anwar Nasution, “Sumber, Proses, Mekanisme, dan Dampak Ekonomi Money Laundering”, Makalah, dalam seminar yang diselenggarakan oleh BPHN, 4 Maret 1997.

melalui peraturan Bank Indonesia kepada seluruh bank yang ada di Indonesia. Di samping itu, tidak kalah pentingnya untuk memperkenalkan sistem identifikasi personal seperti social security system dan NPWP yang dapat dipakai sebagai gambaran perilaku nasabah dan sumber pendapatannya.

117

Anonim, “Program Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme”, diakses

dar pada

(3)

Prinsip Know Your Costumer atau prinsip mengenal nasabah adalah prinsip yang diterapkan oleh Penyedia Jasa Keuangan untuk mengetahui identitas nasabah dan memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk pelaporan transaksi yang mencurigakan. Ketika akan melakukan hubungan dengan calon nasabah, Penyedia Jasa Keuangan harus mengetahui secara pasti siapa nasabahnya dan apa tujuan serta bagaimana cara penggunaan produk Penyedia Jasa Keuangan oleh nasabah tersebut. Dengan demikian Penyedia Jasa Keuangan dapat memperkirakan aktivitas normal seta profil calon nasabah sehingga dapat mengidentifikasi apabila transaksi yang dilakukan nasabah merupakan transaksi yang normal atau mencurigakan.118

118

Bismar Nasution, Op.Cit, hlm. 45.

Jika melihat perkembangan kegiatan money laundering di Indonesia, kegiatan ini menjadi suatu yang lumrah terjadi pada kalangan korporasi, terutama mereka yang melakukan kejahatan korporasi. Seperti yang dilakukan Nazarudin dalam kegiatan money laundering nya dalam pembelian saham maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia. Sementara itu, aspek hukum yang dinilai lemah dalam penerapannya menjadi satu permasalahan tersendiri.

(4)

Dapat disimpulkan bahwa tindak pidana pencucian uang tidak berdiri sendiri karena harta kekayaan yang ditempatkan, ditransfer, atau dialihkan dengan cara integrasi itu telah didahului oleh suatu tindak pidana lainnya. Apabila harta kekayaan tersebut diperoleh tanpa ada suatu tindak pidana yang mendahuluinya, tidak dapat dikategorikan sebagai tindak pidana pencucian uang.

Dalam kitab undang-undang hukum pidana di Indonesia, kejahatan pencucian uang berkaitan dengan Pasal 480 KUHP, yakni “Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah karena penadahan:

1. Barangsiapa membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima sebagai hadiah, atau karena ingin mendapatkan keuntungan, menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, membawa, menyimpan atau menyembunyikan suatu benda, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa diperoleh dari kejahatan.

2. Barangsiapa menarik keuntungan dari hasil suatu benda, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa diperoleh dari kejahatan”.

Selain itu terdapat beberapa ketentuan lainnya dalam KUHP yang berkaitan dengan pencucian uang, yaitu Pasal 481 tentang Penahanan dan Pasal 39 ayat (1) tentang Penyitaan Barang Bukti.

(5)

peraturan yang dapat mengakomodir seluruh kegiatan masyarakat dan perkembangannya seiring berjalannya waktu dan juga sudah memprediksi akan adanya suatu perbuatan yang di kemudian hari akan dianggap sebagai tindak pidana. Hal ini tercermin dalam Pasal 103 KUHP, yaitu : “Ketentuan-ketentuan dalam Bab I sampai Bab VIII buku ini juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perundang-undangan lainnya diancam dengan pidana, kecuali oleh undang-undangan ditentukan lain.Dengan dasar inilah pencucian uang kemudian dikriminalisasikan.

Undang-Undang No 8 tahun 2010. Dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) , menyebutkan bahwa pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang tersebut. Dalam pengertian ini didapat ruang lingkup dari suatu tindak pidana pencucian uang. Unsur-unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Unsur perbuatan melawan hukum

Salah satu unsur penting dari suatu tindak pidana adalah unsur melawan hukum (wederrechtelijk) yang merupakan suatu penilaian objektif yang diberikan terhadap suatu perbuatan/tindakan. Secara garis besar, perbuatan melawan hukum dalam pencucian uang terdiri dari unsur objektif (actus reus) dan unsur subjektif

(mens rea).

(6)

1. Menempatkan harta kekayaan ke dalam penyedia jasa keuangan baik atas nama sendiri atau atas nama orang lain, padahal diketahui atau patut diduga bahwa harta tersebut diperoleh melalui tindak pidana. 2. Mentransfer harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga

merupakan hasil dari tindak pidana pencucian uang, dari suatu penyedia jasa keuangan ke penyedia jasa keuangan yang lain, baik atas nama sendiri maupun atas nama orang lain.

3. Membelanjakan atau menggunakan harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan harta yang diperoleh dari tindak pidana. Baik atas nama dirinya sendiri atau atas nama pihak lain.

4. Menghibahkan atau menyumbangkan harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan harta yang diperoleh dari hasil tindak pidana, baik atas namanya sendiri ataupun atas nama pihak lain.

5. Menitipkan harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan harta yang diperoleh berdasarkan tindak pidana, baik atas namanaya sendiri atau atas nama pihak lain.

6. Membawa ke luar negeri harta yang diketahui atau patut diduga merupakan harta yang diproleh dari tindak pidana.

7. Menukarkan atau perbuatan lainnya terhadap harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan harta hasil tindak pidana dengan mata uang atau surat berharga lainnya.

(7)

terjadinya transaksi yang diketahuinya mengisyaratkan adanya pelanggaran hukum.

Sedangkan unsur subjektif (mens rea)dilihat dari perbuatan seseorang yang dengan sengaja, mengetahui atau patut menduga bahwa harta kekayaan berasal dari hasil kejahatan, dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan harta tersebut.

2. Hasil Tindak Pidana

Dalam Pasal 1 angka 13 disebutkan: “Harta Kekayaan adalah semua benda bergerak atau benda tidak bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang diperoleh baik secara langsung maupun tidak langsung”. Penelusuran Harta Kekayaan hasil tindak pidana pada umumnya dilakukan oleh lembaga keuangan melalui mekanisme yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Lembaga keuangan memiliki peranan penting khususnya dalam menerapkan prinsip mengenali Pengguna Jasa dan melaporkan Transaksi tertentu kepada otoritas (financial intelligence unit) sebagai bahan analisis dan untuk selanjutnya disampaikan kepada penyidik.119

1. Korupsi.

Kemudian dalam Pasal 2 ayat 1, yang dimaksudkan dengan hasil tindak pidana adalah semua harta kekayaan yang diperoleh dari:

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 31 tahun 1999 Jo. Undang-Undang No. 20 tahun 2001, korupsi adalah suatu perbuatan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu

119

(8)

korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

2. Penyuapan

Penyuapan berbeda dengan gratifikasi. Tindak pidana suap diatur dalam Undang-Undang No. 3 tahun 1980. Menurut Pasal 3 undang-undang ini, Suap diartikan sebagai perbuatan menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga bahwa pemberian sesuatu atau janji itu dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum.

3. Narkotika

Indonesia pertama kali meratifikasi U.N. Convention Against Illicit Traffic drugs and Psychotropic Substanses1988 dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1996 tentang Pengesahan Convention on Psychotipoic Substances 1971. Materi pokok dari konvensi ini adalah120

b. Hal-hal yang merupakan tindak pidana yang terdiri dari: memproduksi dan mengedarkan narkotika , psikoropika, melakukan transfer dan

:

a. Menetapkan benda-benda yang termasuk dalam narkotika dan psikotropika.

120

(9)

konversi dana yang merupakan hasil transaksi narkotika dan psikotropika untuk menghilangkan asal-usul dana tersebut.

c. Negara-negara peserta diwajibkan untuk menetapkan ketentuan peraturan dalam hukum nasional masing-masing yang merupakan pelaksanaan dari konvensi itu.

d. Ketentuan rahasia bank tidak dapat menjadi penghalang bagi penegakan hukum dalam melakukan tugasnya.

4. Psikotropika

Psikotropika di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Penggunaan harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana psikotropika dianggap sebagai tindak pidana pencucian uang.

5. Penyelundupan tenaga kerja

Penyelundupan tenaga kerja diatur dalam Undang-Undang No. 39 tahun 2004 tentang Tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga KerjaIndonesia Di Luar Negeri.

6. Penyelundupan imigran

(10)

penyelundupan manusia menurut undang-undang ini adalah melakukan perbuatan yang bertujuan mencari keuntungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk diri sendiri atau untuk orang lain dengan membawa seseorang atau kelompok orang, baik secara terorganisasi maupun tidak terorganisasi, atau memerintahkan orang lain untuk membawa seseorang atau kelompok orang, baik secara terorganisasi maupun tidak terorganisasi, yang tidak memiliki hak secara sah untuk memasuki Wilayah Indonesia atau keluar dari Wilayah Indonesia dan/atau masuk wilayah negara lain, yang orang tersebut tidak memiliki hak untuk memasuki wilayah tersebut secara sah, baik dengan menggunakan dokumen sah maupun dokumen palsu, atau tanpa menggunakan Dokumen Perjalanan, baik melalui pemeriksaan imigrasi maupun tidak

7. Di bidang perbankan

Secara garis besar ada dua pengertian yang perlu dibedakan dan dipahami, yaitu tindak pidana perbankan, dan tindak pidana di bidang perbankan.

(11)

dengan perbankan. Tindak menjadikan bank sebagai sarana (crimes through the bank) dan sasaran tindak pidana itu (crimes against the bank).

Adapun yang dimaksud dengan tindak pidana di bidang perbankan adalah perbuatan-perbuatan yang berhubungan dengan kegiatan dalam menjalankan usaha pokok bank, yang dapat dipidana berdasarkan ketentuan pidana di luar undang-undang perbankan atau undang-undang yang berkaitan dengan perbankan.

8. Di bidang pasar modal

Tindak pidana di pasar modal diatur dalam Pasal 103 sampai Pasal 110 tentang Ketentuan Pidana Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.

9. Di bidang perasuransian

Tindak pidana di bidang perasuransian diatur dalam Pasal 73 sampai dengan Pasal 82 Undang-Undang No. 40 tahun 2014 tentang Perasuransian.

10.Kepabeanan

(12)

dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan Bea Masuk.

11.Cukai

Cukai diatur dalam Undang-Undang No. 11 tahun 1995 tentang Cukai Jo. Undang-Undang No. 39 tahun 2007 yang menyebutkan bahwa Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang juga ditetapkan dalam undang-undang tersebut.

12.Perdagangan orang

Perdangangan orang sebagaimana diatur dalam KUHP Pasal 297 dan Pasal 324 serta Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang merupakan suatu bentuk tindak pidana sehingga pemakaian harta kekayaan dalam segala bentuknya yang dihasilkan daripadanya dianggap sebagai tindak pidana pencucian uang.

13.Perdagangan senjata gelap

(13)

Nomor 8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Idzin Pemakaian Senjata Api.

14.Terorisme

Terorisme sebagai salah satu kejahatan kejahatan terhadap kemanusiaan (crime against humanity) karena sifatnya sangat luas (widespread) dan sistematik (systematic), yang telah menewaskan ribuan orang yang tidak bersalah. Seperti tragedy World Trade Center (WTC), ledakan Bom Bali 1 dan II, ledakan Bom Madrid, Ledakan Bom London, Ledakan Bom Mumbai, hingga ledakan Bom Oslo.

Tindak pidana terorisme memiliki keterkaitan dengan tindak pidana pencucian uang, seringkali pembiayaan operasional terorisme menggunakan uang hasil dari tindak pidana dimana pelaku tindak pidana pencucian uang tidak memiliki motif untuk mencari keuntungan tetapi untuk mengacaukan stabilitas dan keamanan suatu negara dengan uang hasil dari tindak pidana.

15.Penculikan

(14)

dia dalam keadaan sengaja.

16.Pencurian

Tidak ada definisi mengenai pencurian di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia. Namun dalam Pasal 362 KUHP pencurian digambarkan sebagai perbuatan memindahkan suatu barang.

17.Penggelapan

Penggelapan diatur dalam Pasal 372 KUHP. Yang termasuk penggelapan adalah perbuatan mengambil barang milik orang lain sebagian atau seluruhnya) di mana penguasaan atas barang itu sudah ada pada pelaku, tapi penguasaan itu terjadi secara sah.

18.Penipuan

Penipuan menurut Pasal 378 KUHP adalah suatu perbuatan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang,

(15)

Tindak pidana pemalsuan uang diatur dalam Undang-Undang No.7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Dikatakan suatu perbuatan sebagai pemalsuan uang apabila dengan sengaja meniru Rupiah, kecuali untuk tujuan pendidikan dan promosi dengan memberi kata spesimen .

20.Perjudian

Pasal 1 Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian menyatakan semua tindak pidana perjudian sebagai kejahatan. Sehingga semua harta kekayaan yang digunakan sebagai hasil dari perjudian dapat dijerat dengan tindak pidana pencucian uang.

21.Prostitusi

Prostitusi menurut Pasal 296 KUHP adalah perbuatan yang dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencarian atau kebiasaan. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, prostitusi dianggap sebagai Eksploitasi Seksual yakni segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ tubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan, termasuk tetapi tidak terbatas pada semua kegiatan pelacuran dan percabulan.

(16)

Penggelapan pajak (tax evasion) adalah tindak pidana karena merupakan rekayasa subyek (pelaku) dan obyek (transaksi) pajak untuk memperoleh penghematan pajak secara melawan hukum , dan penggelapan pajak boleh dikatakan merupakan virus yang melekat (inherent) pada setiap sistem pajak yang berlaku di hampir setiap yurisdiksi. Hampir dapat dipastikan bahwa kejahatan di bidang perpajakan bermula dari penentuan jumlah pajak yang harus di bayar oleh wajib pajak yang ditentukan bersama antara aparat pajak dan wajib pajak. Dalam praktik bisa terjadi misalnya wajib pajak hanya membayar 50% dari kewajibannya. Dari jumlah itu, bisa jadi setengahnya dikantongi oleh oknum petugas pajak itu sendiri, dan sisanya yang 25% lagi yang disetorkan ke kas Negara. Dengan modus operandi seperti ini, hilangnya uang negara bisa mencapai 75%. Menurut Jeffrey P. Owens penggelapan pajak yang semakin meluas adalah karena difasilitasi oleh pemerintah negara-negara yang mengunci keterbukaan dan yang tidak siap melawan penyalahgunaan pajak.

23.Di bidang kehutanan

(17)

tidak merusak lingkungan.

Modus pencucian uang di bidang kehutanan lainnya adalah menerima pengiriman uang dari luar negeri atas transaksi yang tidak jelas dasarnya. Transaksi ekspor kayu tentunya didasarkan pada adanya letter of credit (L/C) dan pemberitahuan ekspor barang (PEB) yang secara jelas menjelaskan jumlah produk kayu yang diekspor, nilainya, serta di mana dan kapan dikirimkan. Jika penerimaan uang dari luar negeri tidak dilakukan dengan dasar L/C dan PEB, transaksi keuangan tersebut patut dicurigai. Bank sebagai ujung tombak rezim antipencucian uang juga dapat melaporkan transfer uang ke perusahaan kehutanan yang jumlahnya melebihi nilai transaksi yang dapat dilakukan sesuai dengan izin produksi kayu yang diperoleh oleh perusahaan tersebut dari Departemen Kehutanan dan gubernur.

24.Di bidang lingkungan hidup

Undang-undang No. 32 tahun 2009 mengatur bahwa tindak pidana di bidang lingkungan hidup adalah merupakan kejahatan. Menurut Sukanda Husintindak pidana yang diperkenalkan dalam UUPPLH dapat didefensikan sebagai berikut:121

1. Delik materil (generic crime) adalah perbuatan melawan hukum yang menyebabkan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup yang tidak perlu memerlukan pembuktian pelanggaran aturan-aturan hukum administrasi seperti izin.

121

(18)

2. Delik formil (specific crime) adalah perbuatan yang melanggar hukum terhadap aturan-aturan hukum administrasi, jadi untuk pembuktian terjadinya delik formil tidak diperlukan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup seperti delik materil, tetapi cukup dengan membuktikan pelanggaran hukum administrasi.

25.Di bidang kelautan dan perikanan.

26.Atau tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih baik dilakukan di Indonesia atau di luar Indonesia.

3. Unsur Pelaku

Sudah menjadi kenyataan bahwa pada saat ini korporasi semakin memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. Korporasi tidak dibatasi lagi hanya sekedar badan hukum yang mensosialisasikan kumpulan orang-orang yang bergerak dalam bidang usaha tertentu, tetapi lebih luas telah diposisikan uga sebagai subjek hukum. Diterimanya korporasi dalam pengertian badan hukum merupakan perkembangan yang sangat maju dengan menggeser doktrin yang mewarnai KUHP yakni “universitas delinguere non potest” atau (societas delinguere non potest), yaitu badan hukum tidak dapat melakukan tindak pidana.122

Undang-Undang Pemberantasan dan Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang memiliki suatu kekhususan dari tindak pidana umum, yaitu unsur pelaku. Dalam Pasal 6 Undang-Undang ini, selain perseorangan natuurlijke persoon) dikenal juga korporasi (recht person) sebagai pelaku tindak pidana. Hal

122

(19)

ini dikarenakan penggunaan kata “setiap orang” dalam Pasal 3, 4, dan 5 yang menjadi suatu bentuk kekhususan dari tindak pidana pencucian uang dari tindak pidana umum. Delik pencucian uang oleh korporasi terpenuhi apabila pencucian uang dilakukan atau diperintahkan oleh personil pengendali korporasi, dilakukan dalam rangka pemenuhan maksud dan tujuan korporasi, dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi pelaku atau pemberi perintah, dan dilakukan dengan maksud memberikan manfaat bagi korporasi.

Selain dalam Pasal 3, Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pemberantasan dan Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang juga mengkriminalisasikan perbuatan-perbuatan sebagai berikut menjadi tindak pidana pencucian uang. yaitu:

a. Pasal 3

Merupakan tindak pidana pencucian uang bersifat aktif, yaitu setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, menbayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan uang uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan. (Pasal 3 UU RI No. 8 Tahun 2010).

b. Pasal 4

(20)

peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Hal ini pun dianggap sama dengan melakukan pencucian uang.

b. Pasal 5

Merupakan tindak pidana pencucian uang bersifat pasif yang dikenakan kepada setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1. Hal tersebut dianggap juga sama dengan melakukan pencucian uang. Namun, dikecualikan bagi Pihak Pelapor yang melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. (Pasal 5 UU RI No. 8 Tahun 2010).

Kemudian selain hal tersebut diatas, Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 juga mengkriminalisasi beberapa perbuatan sebagai tindak pidana yang berkaitan dengan tindak pidana pencucian uang yang terdapat dalam pasal-pasal sebagai berikut:

a. Pasal 11

Dalam ayat 2, diatur bahwa setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dipidana dengan pidana penjarapaling lama 4 tahun.123

123

(21)

b. Pasal 12

Dalam ayat 1 diatur bahwadireksi, komisaris, pengurus atau pegawai Pihak Pelapordilarang memberitahukan kepada Pengguna Jasa atau pihak lain, baik secara langsung maupun tidaklangsung, dengan cara apa pun mengenai laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan yang sedang disusun atau telah disampaikan kepada PPATK.

Dalam ayat 3, diatur bahwapejabat atau pegawai PPATK atau Lembaga Pengawas dan Pengatur dilarang memberitahukan laporanTransaksi Keuangan Mencurigakan yang akan atau telahdilaporkan kepada PPATK secara langsung atau tidaklangsung dengan cara apa pun kepada Pengguna Jasaatau pihak lain.

Pelanggaran atas ketentuan pada ayat 1 dan 3 dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 tahun dan pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00.

c. Pasal 14

Perbuatan campur tangan terhadappelaksanaan tugas dan kewenangan PPATK juga dikriminalisasi dan diancam dengan pidanapenjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00.

d. Pasal 15

Apabila pejabat atau pegawai PPATK tidak menolak dan/atau mengabaikan segalabentuk campur tangan dari pihak mana pun dalamrangka pelaksanaan tugas dan kewenangannya dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00.

(22)

Dalam hal pejabat atau pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum, atau hakim, yang menangani perkara tindak pidana pencucian uang yang sedang diperiksa, tidak merahasiakan Pihak Pelapor dan pelapor, menyebutkan nama atau alamat pelapor, atau hal lain yang memungkinkan dapat terungkapnya identitas pelapor, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun.

f. Pasal 35

Dalam ayat 1, pasal ini menentukan agar setiap orang yang tidak memberitahukan pembawaan uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lainsebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat 1 dikenaisanksi administratif berupa denda sebesar 10% dari seluruh jumlah uang tunai dan/atauinstrumen pembayaran lain yang dibawa dengan jumlahpaling banyak Rp300.000.000,00.

Kemudian dalam ayat 2 menentukan setiap orang yang telah memberitahukan pembawaan uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lainsebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat 1, tetapijumlah uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lain yang dibawa lebih besar dari jumlah yang diberitahukan, dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 10%dari kelebihan jumlah uang tunaidan/atau instrumen pembayaran lain yang dibawa dengan jumlah paling banyak Rp300.000.000,00.

Kebijakan kriminalisasi merupakan penetapan perbuatan yang semula bukan tindak pidana menjadi suatu tindak pidana dalam suatu aturan perundang-undangan.124 Alasan kriminalisasi pada umumnya meliputi:125

a. Adanya korban;

124

Teguh Prasetyo, Krminalisasi dalam Hukum Pidana, (Nusa Media: Bandung, 2011), hlm. 133.

125

(23)

b. Kriminalisasi bukan semata-mata ditujukan untuk pembalasan; c. Harus berdasarkan asas ratio principle, dan;

d. Adanya kesepakatan sosial.

Kriminalisasi dilakukan tidak semata-mata ditujukan untuk membalas dendam maksudnya bahwa dalam melihat permasalahan tidak hanya untuk memberikan suatu sanksi saja, tetapi harus dipikirkan efektifitas pemberian sanksi. Selain itu, kriminalisasi harus mempunyai tujuan yang lebih luas, seperti menjaga stabilitas keuangan dan kepercayaan terhadap lembaga keuangan. Alasan yang menyebutkan adanya korban ini menyiratkan bahwa perbuatan tersebut harus menimbulkan suatu kerugian atau sesuatu yang buruk. Dari semua hal terkait pencucian uang, adalah hal yang tepat untuk mengkriminalisasikan perbuatan pencucian uang karena telah memenuhi semua syarat suatu upaya kriminalisasi.

Dua pokok pemikiran dalam kebijakan kriminalisasi dengan menggunakan saran penal ialah masalah penentuan:126

Kriminalisasi money laundering sebenarnya merupakan kriminalisasi ganda (double criminalization),

a. Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana, dan; b. Sanski apa yang seharusnya dikenakan kepada si pelanggar.

127

126

Ibid, hlm. 133.

127

Andi Hamzah, “Penerapan Hukum Nasional dalam Memberantas Money Laundering”, Makalah, dalam seminar yang diselenggarakan oleh BPHN, 4 Maret 1997, hlm. 2.

(24)

kriminalisasi pada akhirnya diharapkan untuk menanggulangi tidak saja kejahatan pencucian uang, tetapi juga menanggulagi kejahatan utamanya. Selain itu, sebagaimana disebutkan dalam beberapa konvensi internasional, kriminalisasi pencucian uang tidak hanya ditujukan untuk menghukum pelaku tetapi juga harus diupayakan untuk melakukan penyitaan.128

Dalam konsep antipencucian uang, pelaku dan hasil tindak pidana dapat diketahui melalui penelusuran untuk selanjutnya hasil tindak pidana tersebut dirampas untuk negara atau dikembalikan kepada yang berhak. Apabila Harta Kekayaan hasil tindak pidana yang dikuasai oleh pelaku atau organisasi kejahatan dapat disita atau dirampas, dengan sendirinya dapat menurunkan tingkat kriminalitas. Untuk itu upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang memerlukan landasan hukum yang kuat untuk menjamin kepastian hukum, efektivitas penegakan hukum serta penelusuran dan pengembalian Harta Kekayaan hasil tindak pidana.Maka lahirlah Undang-Undang

Penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan salah satu perwujudan politik hukum nasional, yakni untuk menciptakan atau membentuk hukum baru, sejalan dengan kepentingan nasional di bidang hukum berkaitan dengan tuntutan global untuk memberantas tindak pidana pencucian uang. Dalam konteks kriminalisasi, tindak pidana pencucian uang pertama kali di formulasikan dalam Pasal 3 Jo. Pasal 2 Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 yang mengatur tentang pebuatan-perbuatan yang dikategorikan sebagai tindak pidana pencucian uang.

128

(25)

No. 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uangsebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

Karena undang-undang tersebut dirasakan belum optimal, antara lain karena peraturan perundang-undangan yang ada ternyata masih memberikan ruang timbulnya penafsiran yang berbeda-beda, adanya celah hukum, kurang tepatnya pemberian sanksi, belum dimanfaatkannya pergeseran beban pembuktian, keterbatasan akses informasi, sempitnya cakupan pelapor dan jenis laporannya, serta kurang jelasnya tugas dan kewenangan dari para pelaksana Undang-Undang ini, maka diperlukan penyesuaian dengan perkembangan kebutuhan penegakan hukum, praktik, dan standar internasional yang kemudian mencabutUndang-Undang No. 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan diganti dengan Undang-Undang No. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

B.Penerapan Dissenting Opinion dalam Putusan Tindak Pidana Pencucian Uang

B.1. Kasus129

B.1.1. Kronologi

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan mengadili perkara dengan Terdakwa Pandapotan Kasmin Sianjuntak selaku Bupati Toba Samosir dengan dakwaan Tindak Pidana Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang.

129

(26)

Pada tanggal 7 juni 2010, Eddy D Ernigpraja selaku Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum PT. PLN menerbitkan Keputusan Direksi mengangkat Ir. Robert Apriyanto Purba sebagai Manajer Proyek PLTA Asahan III

Pada tanggal 21 Juli 2010, Ir. Bintatar Hutabarat selaku General Manager PT. PLN PIKITRINGSUAR mengirim surat kepada Bupati Tobasa perihal Permohonan Ijin Penetapan Lokasi Pembangunan Jalan Masuk dan Fasilitas Ibadah untuk umum serta Base Camp PLTA Asahan III

Pada 22 Juli 2010, Ir. Bintatar Hutabarat mengirim surat kepada Kepala Dinas Kehutanan Provsu perihal mohon konfirmasi kawasan hutan lindung melalui Plotting Koordinat Geografis atas Rencana Lokasi PLTA Asahan III

Terdakwa membeli tanah Marole Siagian atas nama istri terdakwa Nety Pardosi pada tanggal 15 Agustus 2010 seharga Rp. 20.000,- per meter, namun istri terdakwa tidak diudang pada saat rapat dan terdakwa tidak menyampaikan kepada peserta rapat bahwa terdakwa memiliki tanah di areal yang dibutuhkan PLN

Pada tanggal 25 Agustus 2010 General Manager PT. PLN yang dijabat oleh Ir. Bintatar Hutabarat mengirim surat permohonan rekomendasi perbaikan jalan dan base camp PLTA Asahan III kepada Bupati Tobasa

Pada Tahun 2010 petugas Panitia Pengadaan Tanah (P2T) Kab. Toba Samosir melaksanakan kegiatan berupa pengadaan tanah (ganti rugi tanah) untuk lokasi pembangunan Base Camp dan Access Road proyek PLTA ASAHAN III di desa Meranti Utara.

(27)

Pada tanggal 1 September 2010 terdakwa mengirim surat kepada Gubernur Sumatera Utara Cq. Kepala Dinas Jalan dan Jembatan PU Bina Marga Provinsi Sumatera Utara perihal Rekomendasi Perbaikan dan Pelebaran Jalan

Terdakwa membentuk Tim Penilai Harga pada tanggal 8 November 2010 Pada tanggal 15 November 2010 Terdakwa memerintahkan SAMUEL A.H. LUMBAN RAJA mengundang semua petugas P2T, Tim Penilai Harga dan pemilik tanah untuk rapat di ruang mini kantor bupati.

Dalam rapat tersebut, Pihak P2T, PT. PLN, Tim Penilai Harga tidak pernah meilhat surat alas hak atas tanah dari pemilik yang akan diganti rugi.

Dalam rapat tersebut juga terdakwa menyarankan harga tanah per meter Rp. 50.000,-, kelapa sawit Rp. 1.000.000/ batang, tanaman lain Rp. 400.000/ batang, dan harga bangunan Rp. 10.000.000 / Unit, lalu mereka sepakat

Dalam rapat tersebut juga, awalnya nama pemiliki tanah yang tercantum dalam daftar nominatif adalah Bobby Simanjuntak dan Edison P Siagian, SH. Oleh karena Bobby Simanjuntak adalah putra dari terdakwa, maka diubah menjadi Marole Siagian yang bersedia namanya dicantumkan dengan alasan menjaga nama baik Bupati.

Setelah rapat dilaksanakan, Tim Panitita Pengadaan Tanah menandatangani Daftar Hasil Identifikasi dan Inventarisasi atas Penguasaan, Penggunaan, dan Kepemilikan Tanah, Tanaman dan Bangunan untuk Keperluan Pembangunan Base Camp Proyek PLTA Asahan III

(28)

Persetujuan AMDAL PLTA Asahan III oleh gubernur Sumatera Utara, menyampaikan dokumen persetujuan AMDAL sesuai dengan keputusan Gubernur Sumut tanggal 12 November 2004

Pada tanggal 1 Oktober 2010 Aji Sutrisno selaku Plh. General Manager PT. PLN PIKITRINGSUAR menerbitkan surat Nomor 172.Und/120/PIKITRINGSUAR/2010 Perihal Undangan Sosialisasi Rencana Kegiatan PLTA Asahan III dan Pekerjaan Access Road dan Base Camp PLTA Asahan III kepada terdakwa

Pada hari yang sama, Ir. Marapinta Harahap selaku Kepala dinas Bina Marga Provsu mengirim surat kepada General Manager PT. PLN yang memberi rekomendasi tentang pelaksanaan jalan dan jembatan

Pada tanggal 5 Oktober 2010, Marole Siagian mengirim surat kepada para Kepala Desa di Desa Meranti Utara Perihal Undangan Sosialisasi terkait Pelebaran Jalan pada tanggal 8 Oktober 2010

Pada tanggal 21 Oktober 2010, terdakwa menerbitkan Surat Keputusan Bupati Tobasa tentang Penetapan Izin Lokasi Pembangunan, yaitu di desa Meranti Utara

(29)

Pada tanggal 28 Desember 2010 Pihak PT. PLN bernama KURNIAWAN TANJUNG mentransfer sisa dana ganti rugi sejumlah Rp. 1.833.342.525,- ke rekening BNI milik terdakwa

Meskipun terdakwa yang menerima dana ganti rugi, yang menandatangani kwitansi ganti rugi adalah Marole Siagian

Meskipun pembayaran sudah dilakukan, dokumen pembangunan Base Camp belum ada dimiliki pihal PT. PLN dan kepemilikan tanah lokasi pembangunan Base Camp belum beralih ke PT. PLN

Kemudian uang yang diterima Terdakwa telah digunakan untuk :

1. Membeli jam tangan merek CARTIER type Ballon bleu de Cartier Watch in white gold and diamond dengan kode produksi WE9009z3(08) 300094083QX seharga Rp. 380.000.000,-

2. Transaksi Penarikan cek di Bni sebesar Rp. 1.000.000.000,- yang kemudian dikirim ke Rekening Mandiri atas nama Terdakwa

3. Diberikan kepada Mangapul Siahaan S.Si sebagai anggota DPRD sebesar Rp.200.000.000,00

4. Diberikan kepada Ir. Gustav Adolf Manurung di Jakarta sebesar Rp. 430.000.000,-

(30)

Berdasarkan surat pembelaan yang diajukan Penasehat Hukum terdakwa ada melampirkan surat jual beli tanah, namun fakta yuridisnya surat tanah tersebut tidak pernah diserahkan

Setelah diteliti, ternyata ditemukan kejanggalan dimana batas-batas tanah diantar kedua tanah yang diganti rugi tersebut ternyata tidak berhubungan / berkesesuaian

Dalam kasus ini terdapat 2 surat perjanjian jual beli yaitu :

1. Antara Marole Siagian dan Netty Pardosi pada tanggal 15 Agustus 2010 seluas 18.955 M2 dengan harga 20.000.000,-

2. Antara Edison P Siagian dengan Netty Pardosi pada tanggal 15 Agustus 2010 seluas 43.144 M2 seharga Rp. 40.000.000,-

Jelas terlihat bahwa harga tanah yang dibeli terdakwa adalah Rp. 1.000 per meternya namun terdakwa meminta ganti rugi sebesar Rp. 50.000,- per meternya

Berdasarkan laporan hasil audit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provsu Nomor 191/PW02/5/2013 tanggal 24 Desember 2013 terdapat kerugian negara atas penyimpangan pengadaan tanah lokasi pembangunan base camp proyek PLTA Asahan III Tahun 2010 sebesar Rp. 4.439.232.710,-

B.1.2. Dakwaan

(31)

02/BLG/02/2015 tertanggal 22 Februari 2015 yang dibacaka di depan persidangan pada tanggal 12 Maret 2015 yang berbunyi sebagai berikut:

KESATU :

Perbuatan terdakwa telah melanggar ketentuan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 ayat 1 jo Pasal 18 Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana yang telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

PRIMAIR :

Perbuatan terdakwa telah melanggar ketentuan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3 Jis. Pasal 18 Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana yang telah diubah menjadi Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

SUBSIDAIR :

Dan :

KEDUA :

Bahwa perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3 ayat (1) UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

(32)

Bahwa perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 4 Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

SUBSIDAIR :

B.1.3. Tuntutan

Adapun tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang diajukan pada Kamis, 2 Juli 2015 pada pokoknya adalah meminta kepada Majelis Hakim untuk mengabulkan tuntutan sebagai berikut :

(33)

II. Menyatakan bahwa Terdakwa PANDAPOTAN KASMIN SIMANJUNTAK terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana pencucian uang sebagaimana termaksud dalam dalam Pasal 3 ayat (1) UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, atau Pasal 4 Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, sesuai dengan Dakwaan Kedua dari Surat Dakwaan Penuntut Umum

III. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Pandapotan Kasmin Simanjuntak dengan pidana penjara selama 3 tahun, pidana denda sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah ), dan membayar uang pengganti sebesar Rp. 3.833.342.525,- (tiga miliar delapan ratus tiga puluh tiga juta iga ratus empat puluh dua ribu lima ratus dua puluh lima), dan jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 bulan sesudah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi maka dipidana penjara selama 1 tahun.

IV. Menyatakan barang bukti berupa:

(34)

atas nama PANDAPOTAN KASMIN SIMANJUNTAK dengan Nomor Rekening 0176981718;

2. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli Formulir Pemindahbukuan BNI tanggal 28 Desember 2010 atas pemindahbukuan uang sebesar Rp 1.833.342.525,00 (satu miliar delapan ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus empat puluh dua ribu lima ratus dua puluh lima rupiah) oleh pengirim atas nama KURNIAWAN TANJUNG ke rekening atas nama PANDAPOTAN KASMIN S dengan Nomor Rekening 0176981718; 3. 1 (satu) bundel rekening koran BNI atas nama PANDAPOTAN

KASMIN SIMANJUNTAK dengan Nomor Rekening 0176981718 periode tanggal 01 Nopember 2010 sampai dengan tanggal 26 Nopember 2013;

4. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek BNI No. CN 336259 tanggal 02 Desember 2010 dengan nilai sebesar Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah);

5. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek BNI No. CN 336260 tanggal 06 Desember 2010 dengan nilai sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah);

(35)

7. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek BNI No. CN 336263 tanggal 20 Desember 2010 dengan nilai sebesar Rp 105.000.000,00 (seratus lima juta rupiah);

8. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek BNI No. CN 336264 tanggal 29 Desember 2010 dengan nilai sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah);

9. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli Formulir Kiriman Uang BNI tanggal 20 Januari 2011 atas pengiriman uang sebesar Rp 380.000.000,00 (tiga ratus delapan puluh juta rupiah) kepada penerima atas nama PT. Centralindo Perkasa Internasional dengan Nomor Rekening 458.300.8708 pada BCA Cabang BEJ dari pengirim atas nama PANDAPOTAN KASMIN SIMANJUNTAK;

10. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek BNI No. CN 336265 tanggal 26 April 2011 dengan nilai sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah);

11. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek BNI No. CN 336267 tanggal 17 Juli 2012 dengan nilai sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah);

(36)

13. 1 (satu) bundel rekening koran Bank Mandiri atas nama KASMIN SIMANJUNTAK dengan Nomor Rekening 107-00-2202288-5 periode tanggal 01 Januari 2011 sampai dengan tanggal 04 Pebruari 2014; 14. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli Aplikasi setoran / transfer / kliring

/ inkaso Bank Mandiri tanggal 02 Mei 2011 atas penyetoran uang sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) kepada penerima atas nama KASMIN SIMANJUNTAK dengan Nomor Rekening 107-00-2202288-5 pada Bank Mandiri Cabang Balige dari pengirim atas nama PT. Balikpapan Bintang Kalimantan;

15. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek Mandiri No. ED 134642 tanggal 04 Agustus 2011 dengan nilai sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);

16. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli Aplikasi setoran / transfer / kliring / inkaso Bank Mandiri tanggal 04 Agustus 2011 atas penyetoran uang sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) kepada penerima atas nama MANGAPUL SIAHAAN dengan Nomor Rekening 0125852342 pada BNI Cabang Balige dari pengirim atas nama KASMIN SIMANJUNTAK;

17. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek Mandiri No. ED 134643 tanggal 08 Agustus 2011 dengan nilai sebesar Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah);

(37)

sebesar Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) kepada penerima atas nama ANDI M. SITUMORANG dengan Nomor Rekening 125.000.9773854 pada Bank Mandiri dari pengirim atas nama KASMIN SIMANJUNTAK;

19. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek Mandiri No. ED 134644 tanggal 10 Agustus 2011 dengan nilai sebesar Rp 260.000.000,00 (dua ratus enam puluh juta rupiah);

20. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli Aplikasi setoran / transfer / kliring / inkaso Bank Mandiri tanggal 11 Agustus 2011 atas penyetoran uang sebesar Rp 260.000.000,00 (dua ratus enam puluh juta rupiah) kepada penerima atas nama EVA LINDA dengan Nomor Rekening 149.000.4130805 pada Bank Mandiri dari pengirim atas nama K. SIMANJUNTAK;

21. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek Mandiri No. ED 134645 tanggal 15Agustus 2011 dengan nilai sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);

22. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek Mandiri No. ED 134646 tanggal 23Agustus 2011 dengan nilai sebesar Rp 47.500.000,00 (empat puluh tujuh jutalima ratus ribu rupiah);

(38)

Nomor Rekening 125.000.5509732 padaBank Mandiri-Jakarta dari pengirim atas nama KASMIN SIMANJUNTAK;

24. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek Mandiri No. ED 134647 tanggal 23Agustus 2011 dengan nilai sebesar Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah);

25. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli Aplikasi setoran / transfer / kliring / inkasoBank Mandiri tanggal 23 Agustus 2011 atas penyetoran uang sebesar Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) kepada penerima atas nama RUSMALA SIALLAGAN dengan Nomor Rekening 120.000.1115398 pada Bank Mandiri-TjgPriok dari pengirim atas nama KASMIN SIMANJUNTAK;

26. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek Mandiri No. ED 134649 tanggal 27Maret 2012 dengan nilai sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);

27. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek Mandiri No. ED 134650 tanggal 30Januari 2014 dengan nilai sebesar Rp 436.000.000,00 (empat ratus tiga puluhenam juta rupiah);

(39)

29. 3 (tiga) lembar General Plan PLTA Asahan III;

30. 1 (satu) lembar Surat GM PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR Nomor : 989 /120 / PIKITRING SUAR / 2010 tanggal 22 Juli 2010 perihal mohon konfirmasikawasan hutan lindung melalui plotting koordinat geografis atas rencana lokasiPLTA Asahan III;

31. 1 (satu) lembar Surat Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara Nomor: 522 / 9296 tanggal 07 Oktober 2010 perihal permohonan konfimasi kawasanhutan lindung atas rencana PLTA Asahan III;

32. 1 (satu) lembar Surat GM PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR Nomor : 1418 /120 / PIKITRING SUAR / 2010 tanggal 12 Oktober 2010 perihal permohonanpinjam pakai kawasan hutan untuk PLTA Asahan III.

33. 1 (satu) lembar rekening koran BNI atas nama PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan II dengan Nomor Rekening 0057856329 periode tanggal 27Desember 2010 sampai dengan tanggal 28 Desember 2010; 34. 1 (satu) lembar rekening koran atas nama KURNIAWAN TANJUNG

dengan Nomor Rekening 0057698995 periode 28 Desember 2010 s.d 31 Desember2010.

(40)

36. 1 (satu) lembar fotocopy leges Surat Direktur Keuangan PT. PLN (Persero)Nomor : 10031 / 520 / DITKEU / 2010 tanggal 21 Desember 2010 perihal SKI /AT Tanah PLTA & T/L 275 KV, berikut lampiran. 37. 1 (satu) expl Keputusan Bupati Toba Samosir Nomor : 196 Tahun

2010 tanggal21 Oktober 2010 tentang penetapan izin lokasi pembangunan base camp,access road dan spoil bank di Desa Meranti Utara Kecamatan Pintu PohanMeranti Kabupaten Toba Samosir;

38. 1 (satu) expl Keputusan Bupati Toba Samosir Nomor : 164 Tahun 2010 tanggal01 September 2010 tentang pembentukan Panitia Pengadaan Tanah bagipelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum di Kabupaten TobaSamosir Tahun 2010;

39. 1 (satu) lembar Daftar Nominatif pembayaran ganti rugi tanah, tanaman tumbuhdan bangunan untuk keperluan pembangunan base camp proyek PLTA AsahanIII PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR; 40. 1 (satu) lembar Surat Pernyataan Kepemilikan Tanah atau Lahan,

1(satu) lembar Surat Keterangan Hak Milik dan 1 (satu) lembar Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah atas nama MAROLE SIAGIAN;

(41)

VII.Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah)

B.1.4. Fakta-Fakta Hukum

Fakta-fakta hukum dalam putusan perkara ini adalah sebagai berikut: Bahwa pada tanggal 17 Mei 2010, saksi Ir. Bintatar Hutabarat selaku General Manager PT. PLN (Persero) PIKITRINGSUAR menerbitkan Keputusan Nomor 293.K/GM PIKITRINGSUAR/2010 tentang Pembentukan Panitia Khusus Pembebasan Tanah Proyek PLTA Asahan III PT. PLN (Persero) PIKITRINGSUAR .

Bahwa pada tanggal 25 Mei 2010, Direktur Utama PT. PLN (Persero) mengirimkan surat kepada Gubernur Sumatera Utara Nomor : 01275/128/DIRUT/2010 perihal Pembangunan PLTA Asahan III antara lain menyatakan dengan beroperasinya PLTA Asahan III akan menghindari terjadinya defisit daya di Sumatera Utara dan dinyatakan bahwa energi yang dihasilkan sepenuhnya untuk kebutuhan masyarakat Sumatera Utara dan bukan khusus untuk Allominium Smelting Plant PT. Inalum.

(42)

Bahwa pada tanggal 21 Juli 2010, saksi Ir. Bintatar Hutabarat selaku General Manager PT. PLN (Persero) PIKITRINGSUAR mengirimkan surat kepada Bupati Toba Samosir Nomor 983/120/PIKITRINGSUAR/2010 perihal Permohonan Ijin Penetapan Lokasi Pembangunan Jalan Masuk (Access Road) dan Fasilitas Ibadah untuk Umum serta Base Camp PLTA Asahan III yang memohon supaya Bupati Toba Samosir menerbitkan ijin penetapan lokasi dan ijin prinsip khusus untuk pembangunan Access Road dan Base Camp PLTA Asahan III.

Bahwa pada tanggal 22 Juli 2010, saksi Ir. Bintatar Hutabarat selaku General Manager PT. PLN (Persero) PIKITRINGSUAR mengirimkan surat kepada Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara Nomor 989/120/PIKITRINGSUAR/2010 perihal Mohon Konfirmasi Kawasan Hutan Lindung melalui Plotting Koordinat Geografis atas Rencana Lokasi PLTA Asahan III. Lokasi proyek terbentang antara koordinat 283.246.000 LU dan 534.466.000 BT s.d. 286.081.401 dan 544.040.289 BT dengan luas 151,1 hektar di Kabupaten Asahan dan 58,7 hektar di Kabupaten Toba Samosir.

(43)

Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2010, saksi Ir. Bintatar Hutabarat selaku General Manager PT. PLN (Persero) PIKITRINGSUAR mengirimkan surat kepada Terdakwa selaku Bupati Toba Samosir Nomor 1136/120/PIKITRINGSUAR/2010 perihal Permohonan Rekomendasi Perbaikan Jalan dan Base Camp PLTA Asahan III. Surat tersebut menyampaikan permohonan antara lain sebagai berikut :

Bahwa Terdakwa selaku Bupati Toba Samosir menerbitkan Surat Rekomendasi kepada Dinas Jalan dan Jembatan PU Bina Marga Provinsi Sumatera Utara untuk perbaikan jalan provinsi Porsea - PuloRaja sepanjang lebih dari 13,4 KM pada lokasi Desa Tangga - Desa Batu Mamak dan supaya dapat dibentuk Panitia Pengadaan Tanah untuk kegiatan pembangunan Access Road dan

Base Camp PLTA Asahan III.

Bahwa Terdakwa selaku Bupati Toba Samosir membentuk Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Toba Samosir untuk kegiatan pembangunan Access Road dan BaseCamp PLTA Asahan III.

Bahwa pada tanggal 1 September 2010, Terdakwa Pandapotan Kasmin Simanjuntak selaku Bupati Toba Samosir mengirimkan surat kepada Gubernur Sumatera Utara Cq. Kepala Dinas Jalan dan Jembatan PU Bina Marga Provinsi Sumatera Utara Nomor 100/1604/Pem/2010 perihal Rekomendasi Perbaikan dan Pelebaran Jalan yang menyampaikan sebagai berikut :

(44)

Porsea - Pulo Raja di Desa Tangga Kecamatan Aek Songsongan - Dusun Batu Mamak Desa Meranti Utara Kabupaten Toba Samosir sepanjang 13,4 KM dengan lebar 6 M agar disetujui untuk dilaksanakan.

Bahwa pada tanggal 1 September 2010, Terdakwa Pandapotan Kasmin Simanjuntak selaku Bupati Toba Samosir menerbitkan Keputusan Bupati Toba Samosir Nomor 164 Tahun 2010 tentang Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah (P2T) bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum di Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010.

Bahwa pada tanggal 17 September 2010, saksi Sunardi selaku Plh. General Manager PT. PLN (Persero) PIKITRINGSUAR menerbitkan surat Nomor 1222/120/PIKITRINGSUAR kepada Terdakwa selaku Bupati Toba Samosir Perihal Penyampaian Persetujuan AMDAL PLTA Asahan III oleh Gubernur Sumatera Utara, menyampaikan dokumen persetujuan AMDAL PLTA Asahan III sesuai dengan Keputusan Gubernur Sumatera Utara tanggal 12 November 2004 tentang Kelayakan Lingkungan Kegiatan Pembangunan PLTA Asahan III dan Jaringan Transmisi 150 KV ke Gardu Induk New Porsea Provinsi Sumatera Utara.

(45)

Bahwa pada tanggal 1 Oktober 2010, Aji Sutrisno selaku Plh. General Manager PT. PLN (Persero) PIKITRINGSUAR mengirimkan surat kepada Terdakwa selaku Bupati Toba Samosir Nomor 1336/120/PIKITRINGSUAR/2010 Perihal Permohonan Ijin Penetapan Lokasi Access Road dan Base Camp PLTA Asahan III yang memohon supaya Bupati Toba Samosir dapat menerbitkan Ijin Penetapan Lokasi Access Road dan Base Camp serta membentuk Tim Penaksir Harga Independen.

Bahwa pada tanggal 1 Oktober 2010, Ir. H. Marapinta Harahap, MM, MAP selaku Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara mengirimkan surat kepada Terdakwa selaku Bupati Toba Samosir Nomor 593.82/DBH-PE/5747/2010 Perihal Dukungan untuk Pembebasan Tanah di Kabupaten Tobasa. Bahwa pada tanggal 21 Oktober 2010, Terdakwa Pandapotan Kasmin Simanjuntak selaku Bupati Toba Samosir menerbitkan Keputusan Bupati Toba Samosir Nomor196 Tahun 2010 tentang Penetapan Izin Lokasi Pembangunan

Base Camp, AccessRoad dan Spoil Bank di Desa Meranti Utara Kecamatan Pintu Pohan MerantiKabupaten Toba Samosir.

(46)

dilaksanakan inventarisasi pengadaan tanah untuk Access Road dan Spoil Bank di lokasi Toba Samosir sesuai jadwal.

Bahwa pada tanggal 8 November 2010, Terdakwa Pandapotan Kasmin Simanjuntak selaku Bupati Toba Samosir menerbitkan Keputusan Bupati Toba Samosir Nomor215 Tahun 2010 tentang Tim Penilai Harga Tanah, Tanaman Tumbuhan danBangunan dalam rangka Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untukKepentingan Umum di Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010.

Bahwa pada tanggal 16 November 2010, saksi Tumpal E. Hasibuan, AP,M.Si selaku Camat Pintu Pohan Meranti mengirimkan surat kepada Bupati Toba Samosir Nomor 050/485/Pem/XI/2010 Perihal Harga Jual Tanah atau Lahan di Desa Meranti Utara, Kecamatan Pintu Meranti yang menyampaikan surat jual beli lahan atau tanah yang berlaku di Desa Meranti Utara Kecamatan Pintu Pohan Meranti sebagai pedoman dalam penafsiran harga jual tanah proyek PLTA Asahan III.

Bahwa pada tanggal 26 Nopember 2010, saksi Drs. Rudolf Manurung selaku Wakil Ketua I P2T atas nama Ketua P2T menerbitkan Keputusan Ketua Panitia Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum di Kabupaten Toba Samosir Nomor 9 tahun 2010 tentang Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pelaksanaan Inventarisasi Tanah, Tanaman Tumbuh dan Bangunan yang akan dibebaskan bagi pelaksanaan pembangunan Access Road

(47)

Bahwa pada tanggal 10 Desember 2010, Saksi Ir. Saibon Sirait selaku Ketua dan saksi Drs. Oloan Pane selaku Wakil Sekretaris P2T Tanaman Tumbuh dan Bangunan Tahun 2010 di Kabupaten Toba Samosir mengirimkan surat kepada Ketua Tim Penaksir Harga Tanah, Tanaman Tumbuh dan Bangunan Tahun 2010 di Kabupaten Toba Samosir Nomor 10/P2T/2010 Perihal Pelaksanaan Musyawarah Penaksiran Harga Tanah untuk Lokasi Access Road

PLTA Asahan III. Diminta untuk melaksanakan Musyawarah Penaksiran Harga direncanakan pada tanggal 14 Desember 2010 di Desa Meranti Utara Kecamatan Pintu Pohan Meranti.

(48)

P2T/Pem/2010 yang mana penetapan besarnya harga ganti rugi tanah, tanaman dan bangunan didasarkan pada berita acara hasil musyawarah.

Bahwa pada Tahun 2010 (tanpa tanggal dan bulan), Tim Panitia Pengadaan Tanah Pemerintah Kabupaten Toba Samosir menandatangani Daftar Hasil Identifikasi dan Inventarisasi atas Penguasaan, Penggunaan dan Kepemilikan tanah, Tanaman danBangunan untuk Keperluan Pembangunan

Access Road Proyek PLTA Asahan III. Daftar ini tidak ditandatangani oleh pihak pemilik tanah dan bangunan (sebagaipenerima), namun semua Tim P2T menandatanganinya kecuali Harlen Sihotang,S.H. selaku Sekretaris dan saksi Ir. Bintatar Hutabarat selaku General Manager PT.PLN (Persero) PIKITRINGSUAR. Bahwa pada Tahun 2010 (tanpa tanggal dan bulan), P2T membuat Daftar NominatifPembayaran Ganti Rugi Tanah, Tanaman dan bangunan untuk KeperluanPembangunan Access Road. Daftar Nominatif ini ditandatangani oleh masyarakatnamun tidak ditandatangani oleh Tim P2T maupun oleh General Manager PT. PLN(Persero) PIKITRINGSUAR.

(49)

Bahwa pada tanggal 23 Desember 2010, saksi Sunardi selaku Manajer Bidang SDM, Administrasi dan Keuangan (MSAK) atas nama General Manager PT. PLN (Persero) PIKITRINGSUAR mengirimkan surat kepada Manager Pengelolaan Kas PT. PLN (Persero) Nomor 058/542/PIKITRINGSUAR/2010-R Perihal PermintaanPengisian Rekening Dana Imprest untuk keperluan investasi sebesar Rp.19.784.443.246,00 termasuk didalamnya untuk pembayaran ganti rugi atas pembebasan tanah, tanaman an bangunan Access Road sebesar Rp. 10.904.491.107,00.

Bahwa pada tanggal 27 Desember 2010, P2T Kabupaten Toba Samosir mengirimkan surat kepada General Manager PT. PLN (Persero) PIKITRINGSUARNomor 12/P2T/2010 Perihal Pembayaran Ganti Rugi Tanah, Tanaman dan Bangunan yang terkait Proyek PLTA Asahan III di Kabupaten Toba Samosir danmenyampaikan bahwa P2T akan mendampingi pimpinan PT. PLN (Persero)PIKITRINGSUAR untuk melaksanakan pembayaran ganti rugi tanah, tanaman danbangunan kepada pemilik lahan yang direncakan pada tanggal 28 Desember 2010.

(50)

Bahwa pada tanggal 27 Desember 2010, PT. PLN (Persero) PIKITRINGSUAR atas persetujuan saksi Ir. Bintatar Hutabarat selaku General Manager dan Juhermanselaku Plh. Manajer SDM, Administrasi dan Keuangan mengeluarkan cek Bank BNINomor CS.679621 sebesar Rp. 17.040.124.361,00 yang diterima oleh saksi Ir.Robert Aprianto Purba selaku Manajer Proyek PLTA Asahan III sesuai dengan BuktiPembayaran Kas/Bank PT. PLN (Persero) PIKITRINGSUAR Nomor 037/BBI.

Bahwa selanjutnya pada tanggal 28 Desember 2010, saksi Kurniawan Tanjung selaku staff bagian keuangan PT. PLN (Persero) PIKITRINGSUAR melakukan tarik tunai atas cek Bank BNI Nomor CS.679621 sebesar Rp. 17.040.124.361,00 danmenyetorkannya ke rekening Bank BNI Nomor 0057698995 atas nama saksiKurniawan Tanjung sejumlah tersebut.

Bahwa pada tanggal 04 Januari 2011 Saksi Ir. Saibon Sirait selaku Ketua Panitia Pengadaan Tanah Kabuapten Tobasa menandatangani surat yang ditujukan kepada Camat Pintu Pohan Meranti Kab. Tobasa yang pada intinya memberitahukan kepada Camat Pintu Pohan Meranti bahwa Pihak PT. PLN akan melaksananakan pembayaran ganti rugi tanah, tanaman dan bangunan Tahap II, untuk itu memerintahakan kepada Camat Pintu Pohan Meranti agar menyampaikan kepada masyarakat pemilik lahan dan sekaligus agar pemilik lahan melengkapiberkas berkas yang berkaitan dengan pembayaran tersebut.

(51)

kepada Panitia Pengadaan Tanah dan Penaksir Harga tanah tanaman dan bangunan Tahun 2010 Kab. Tobasa

Bahwa seluruh Anggota Panitia Pengadaan Tanah (P2T) Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010/2011 kecuali Harlen Sihotang, SH menandatangani Daftar HasilIdentifikasi dan inventerisasi atas penguasaan, penggunaan dan kepemilikan tanah,tanaman dan bangunan untuk keperluan pembangunan Access Road proyek PLTAAsahan III, padahal Panitia tidak bekerja dengan baik bahkan tidak ada melakukankegiatan tentang pelaksanaan tugasnya selaku P2T.

Bahwa seluruh Anggota Panitia Pengadaan Tanah (P2T) Kabupaten Toba SamosirTahun 2010/2011 kecuali Harlen Sihotang, SH menandatangani Berita AcaraPembayaran Ganti Rugi tanah, tanaman dan bangunan untuk keperluan pembangunan Access Road proyek PLTA Asahan III, padahal Panitia tidak bekerja dengan baik bahkan tidak ada melakukan kegiatan tentang pelaksanaan tugasnyaselaku P2T.

Bahwa pada tanggal 7 Maret 2011, saksi Ir. Bintatar Hutabarat selaku General Manager PT. PLN (Persero) PIKITRINGSUAR menerbitkan Keputusan Nomor 008.K/GM PIKITRINGSUAR/2011 tentang Perubahan Panitia Pembebasan Tanah, Tanaman dan Bangunan Proyek PLTA Asahan III PT. PLN (Persero) PIKITRINGSUAR

(52)

Bahwa pada tanggal 25 April 2011, Aji Sutrisno selaku selaku Plh. General Manager PT. PLN (Persero) PIKITRINGSUAR mengirimkan surat kepada GubernurSumatera Utara Nomor 470/120/UIP RING SUM I/2011 Perihal Permohonan IjinPenetapan Lokasi Proyek PLTA Asahan III dan Produksi Energi Listrik PLTA untuk Masyarakat menyampaikan bahwa produksi energi listrik PLTA Asahan III dengankapasitas 2x87 MW seluruhnya digunakan untuk keperluan masyarakat SumateraUtara, dengan konfigurasi 10 MW akan disalurkan kepada masyarakat di desasekitar lokasi PLTA Asahan III di Desa Tangga Kecamatan Aek SongsonganKabupaten Asahan dan di Desa Meranti Utara Kecamatan Pintu Pohan MerantiUtara Kabupaten Toba Samosir, sedangkan sebesar 164 MW lainnya akandisalurkan kepada masyarakat Sumatera Utara melalui GITET 275/150 KVSimangkuk.

(53)

Bahwa saksi Tumpal Enryko Hasibuan, AP, M.Si selaku Camat Pintu Pohan Meranti dan saksi Marole Siagian selaku Kepala Desa Meranti Utara bersama-samamembuat dan menandatangani Surat Pernyataan Kepemilikan tanah atauLahandan Surat Keterangan Hak Milik sesuai dengan Daftar Nominatif.

Bahwa Saksi Ir. Saibon Sirait pernah dihubungi oleh terdakwa PANDAPOTAN KASMIN SIMANJUNTAK melalui handphone dan mengatakan supaya saksi segera menyelesaikan masalah pembebasan tanah PLN dan menanda tangani sebagaiKetua P2T karena memang jabatan Sekretaris Daerah tidak ada. Kalau tidak berkasitu tidak akan digunakan PLN dan juga disampaikan supaya Saksi Ir.Saibon Sirait”jangan jadi penghalang”, dan saksi hanya menyampaikan ”siap pak”,.

Bahwa selanjutnya saksi Ir. Robert Aprianto Purba selaku Manajer Proyek PLTA Asahan III, menyatakan bahwa ukuran luas tanah dalam Daftar Nominatif untuklokasi pembangunan Access Road PLTA Asahan III adalah berdasarkan hasilpengukuran rencana pembangunan proyek PLTA Asahan III yang dilaksanakan olehPT. PLN (Persero) PIKITRINGSUAR dan data tersebut diminta oleh Petugas P2Tuntuk dimasukkan dalam daftar nominatif.

B.1.5. Pertimbangan Hukum

Adapun pertimbangan hukum dalam putusan ini adalah:

(54)

Dakwaan Kesatu Primair. Apabila Unsur-unsur Pasal dalam dakwaan kesatu primair terpenuhi, maka dakwaan kesatu subsidair tidak perlu dipertimbangkan.

Pertimbangan hukum dalam penjatuhan putusan dalam perkara ini tertuang sebagai berikut:

KESATU :

Primair : Pasal 2 ayat (1) Undang-undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang-Undang-UndangRI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi JoPasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana ;

Subsidiair : Pasal 3 Undang-undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah denganundang-undang RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi JoPasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana ; dan

KEDUA :

Primair : Pasal 3 ayat (1) Undang-undang RI Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang ; Subsidiair : Pasal 4 Undang-undang RI Nomor 8 Tahun 2010 tentangPencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang ;

(55)

tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Menimbang, bahwa perlu dipertimbangkan sifat khusus dari Pasal 3 Undang-Undang No 31 Tahun 1999 adalah dominasi dari unsur menyalahgunakan wewewnang, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan/ kedudukan sehingga apabila terhadap suatu kasus dikenakan dakwaan alternatif/subsidairitas, apabila terdakwa adalah seorang yang mempnuyai kedudukan/ jabatan otomatis yang bersangkutan akan dikenakan Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999.

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, ternyata terdakwa pada saat tindak pidana korupsi yang terjadi pada tahun 2010 sebagaimana yang didakwakan dalam dakwaan Penuntut Umum, terdakwa PANDAPOTAN KASMIN SIMANJUNTAK bekerja sebagai Bupati Tiba Samosir berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 131.12-278 Tahun 2010 tanggal 22 Juni 2010 dan dilantik oleh Gubernur Sumatera Utara atas nama Presiden Republik Indonesia pada tanggal 12 Agustus 2010, untuk masa jabatan 2010-2015.

(56)

No. 20 Tahun 2001 yang mengatur secara umum tentang perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi tidak tepat diterapkan terhadap terdakwa didalam perkara ini, melainkan yang lebih tepat diterapkan adalah Pasal 3 Undang No 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diganti dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001.

Menimbang, bahwa meskipun subjek deliknya adalah “setiap orang”, sesungguhnya adresat Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diganti dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 adalah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang mempunyai kedudukan dan jabatan dalam pemerintahan.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana duraikan tersebut, oleh karena Pasal 2 Undang-Undang No 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tidak dapat diterapkan terhadap terdakwa dalam perkara ini, maka Terdakwa harus dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan dalam Dakwaan Kesatu Primair tersebut.

(57)

Undang-Undang No 20 Tahun 2001 yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

Ad. 1. Unsur “setiap orang”;

Menimbang, bahwa pengertian “setiap orang” dapat dijumpai pada Pasal 1 butir 3 UU No. 31 Tahun 1999 yang berbunyi: Setiap orang adalah orang perorangan atau termasuk korporasi.

Menimbang, Bahwa pengertian setiap orang dalam Pasal 2 UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 adalah bersifat umum yaitu siapa saja baik itu orang perseorangan atau korporasi, apakah pelaku Tindak Pidana Korupsi selaku Pegawai Negeri Sipil atau bukan Pegawai Negeri Sipil tapi mampu bertanggung jawab atas perbuatannya. Bahwa sesuai dengan identitas terdakwa didalam Surat Dakwaan dan telah dibenarkan Terdakwa / Pembanding, maka unsur setiap orang dalam dakwaan ini adalah Terdakwa Pandapotan Kasmin Simanjuntak;

(58)

Menimbang, bahwa berdasarkan hal tersebut, maka unsur “setiap orang” telah terpenuhi.

Ad. 2. Unsur “dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang

lain atau suatu korporasi”;

Menimbang, bahwa yang dimaksud “dengan tujuan” mengandung pengertian sama dengan kesengajaan, artinya si pelaku harus memiliki niat dan kesadaran tentang perbuatan yang dilakukan.

Menimbang, bahwa oleh karena dalam unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, itu melekat dengan tujuan dari suatu tindak pidana korupsi, Maka Mahkamah Agung RI memutuskan bahwa unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu badan cukup dinilai dari kenyataan yang terjadi dan dihubungkan dengan perilaku terdakwa sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya, karena jabatan atau kedudukannya.

Menimbang, bahwa pengertian diri sendiri artinya untuk kepentingan pribadinya, orang lain artinya orang selain pribadinya, sedangkan korporasi sesungguhnya bukan pribadi seperti orang lain, tetapi substabsi pengertian korporasi yang berbeda dengan pengertian orang.

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum di persidangan dan serangkaian pertimbagan tersebut, Majelis Hakim berpendapat unsur dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi telah terpenuhi.

Ad. 3. Unsur menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang

(59)

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan kewenangan adalah serangkaian hak yang melekat pada jabatan dan kedudukan untuk mengambil tindakan yang diperlukan, agar tugas dan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik, sedangkan yang dengan jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam Satuan Organisasi Negara (Penjelasan Pasal 17 ayat (1) UU No. 43 Tahun 1999)

Menimbang, bahwa dengan penetapan P2T Panitia Pengadaan Tanah yang tidak sah dan ditetapkan oleh Terdakwa sebagai Bupati Toba Samosir, Kemudian P2T dan Tim Penliai Harga yang tidak bekerja sesuai dengan tugas dan wewenangnya pada akhirnya mengakibatkan pihak PLN mengeluarkan uang negara sebagai ganti rugi pembebasan tanah untuk pembangunan Base Camp

proyek PLTA Asahan III sejumlah 4.439.232.710,- (empat miliar empat ratus tiga puluh sembilan juta dua ratus tiga puluh dua ribu tujuh ratus sepuluh rupiah.)

Menimbang bahwa selanjutnya akan dipertimbangkan apakah dalam perkara ini Terdakwa telah menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada pada jabatan atau kedudukan Terdakwa, sehingga mendatangkan keuntungan bagi dirinya atau bagi orang lain atau bagi korporasi sebagaimana yang telah dipertimbangkan dengan pada unsur kedua tersebut di atas;

(60)

Ad.4. Unsur “dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian

negara”;

Menimbang, bahwa kata “dapat: sebelum frase merugikan keuangan negara atau perekonomian negara menunjukkan bahwa tindak pidana orupsi merupakan delik formil yaitu adanya tindak pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat.

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan merugikan negara sama artinya dengan menjadi rugi atau menjadi berkurang, sehingga dengan demikian yang dimaksud dengan unsur merugikan keuangan negara adalah sama artinya dengan menjadi rudinya keuangan negara atau berkurangnya keuangan negara.

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum di persidangan dan pertimbangan tersebut di atas, Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara telah terpenuhi.

Ad.5. Unsur “sebagai orang yang melakukan, menyuruh melakukan atau

turut serta melakukan ;

(61)

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta di persidangan dan pertimbangan tersebut diatas, maka Majelis Hakim berpendapat unsur kelima ini telah terpenuhi.

Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari pasal yang didakwakan dalam dakwaan kesatu subsidair telah terpenuhi dan Majelis Hakim berkeyakinan bahwa tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan kesatu subsidair telah terbukti, maka Terdakwa harus dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan dalam dakwaan kesatu subsidair tersebut.

Menimbang, bahwa terbuktinya dakwaan kesatu subsidair tersebut, maka sesuai dengan dakwaan yang diajukan oleh Penuntut Umum, Majelis akan meninjau dakwaan kumulatif kedua yaitu Pasal 3 ayat (1) UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, yang unsur-unsurnya sebagai berikut:

Ad.1. Unsur “setiap orang”;

Menimbang, bahwa mengenai unsur setiap orang adalah sama dengan unsur setiap orang dalam dakwaan kesatu subsidair, sehingga oleh karena itu guna menyingkat putusan ini, pertimbangan Majelis Hakim dalam dakwaan kesatu subsidair tersebut akan diambil alih dan dijadikan pertimbangan Majelis dalam mempertimbangkan unsur setiap orang dari pasal yang didakwakan pada dakwaan kumulatif kedua.

Ad.2. Unsur “menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan,

Referensi

Dokumen terkait

[r]

User dapat memakainya di berbagai platform karena salah satu keunggulan java yaitu Java Virtual Machine (JVM) dimana program dapat dijalankan untuk berbagai multiflatform, dan

penjualan online begitu penting bagi perusahaan sekarang ini dikarenakan pemasaran produk dalam internet memudahkan konsumen untuk memilih produk yang di ingini, ini

PERAN KELUARGA DALAM SOSIALISASI PENDIDIKAN NILAI DAN KARAKTER..

5 Kenyataan manakah yang berkaitan dengan dosa-dosa besar I Kesalahan yang mendapat balasan azab di akhirat II Kesalahan yang dikenakan hukuman tertentu di dunia III

Sampel penelitian adalah alat makan diperoleh dari dua penjual bakso yang tidak menggunakan detergen dalam proses pencucian sebanyak 32 sampel yakni mangkuk dan sendok

Pada penelitian ini dilakukan analisis dan perbaikan atas proses bisnis administrasi Diklat di suatu instansi pemerintahan, dengan tujuan untuk mempermudah peserta dan pengelola

bahasa pemrograman PHP dengan database MySQL yang di dalamnya di hadirkan menu-menu berkaitan dengan akademik sekolah diataranya absensi siswa, nilai siswa, informasi